Seperti disebutkan diatas input energi sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia. Karena
kemampuan udara untuk menyerap uap air yang akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi, sedangkan suhu tanah dan air
hanya mempunyai efek tunggal.
2.5. Simulasi Tampungan Waduk
Salah satu bentuk persamaan tampungan yang sering digunakan untuk operasi waduk adalah persamaan kontinuitas yang memberi hubungan antara masukan, keluaran dan
perubahan tampungan yang disebut analitis perilaku model simulasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut Mc. Mahon, 1978:24 : S
t+1
= St + Qt – Ot – Et – Lt 2-10
Kendala 0 ≤ St ≤ C dengan :
S
t+1
= Tampungan akhir pada periode t = tampungan awal pada periode t+1 St
= Tampungan awal pada periode t Qt
= Inflow pada saat periode t Ot
= Outflow pada periode t Et
= Kehilangan akibat evaporasi pada saat periode t C
= Tampungan efktif Lt
= Kehilangan air di waduk bisa diabaikan
2.6. Peluang Kegagalan
Peluang kegagalan sebuah tampungan waduk adalah perbandingan jumlah satuan waktu pada waktu waduk kosong dengan jumlah satuan total yang digunakan dalam proses
analitis Mc. Mahon, 1978:17 : Pe=
P N
x 100 2-11
Sedangkan definisi keandalan adalah : Re = 100 – Pe
2-12 dengan :
Pe = Peluang kegagalan
P = Jumlah kejadian gagal
N = Jumlah total kejadian
Re = Peluang keandalan
2.7. Pedoman Operasi atau Pelepasan
Volume air yang dilepaskan dari waduk umumnya sama dengan volume kebutuhan air. Hal ini akan memungkinkan pada suatu saat elevasi muka air waduk menjadi sangat
rendah dibawah elevasi operasional minimum sehingga tidak dapat melayani kebutuhan, kecuali bila ada kebijakan yang mengatur bahwa adanya sebagian kebutuhan air yang
dilayani dari waduk Mc. Mahon, 1978. Cara mengontrol pelepasan air disebut pedoman pelepasan release rule atau pedoman operasi embung.
Pedoman pelepasan tersebut dibuat dengan mengadakan pembatasan pelepasan air jika muka air waduk mulai turun, untuk menghindari kegagalan akibat waduk kosong jauh
sebelum datangnya musim hujan. Pembatasan-pembatasan tersebut biasanya diberikan dalam suatu diagram yang sering disebut rule curve. Dengan rule curve waduk diatur agar
tidak kosong dan tetap dapat memberikan pelayanan pemberian air walau tidak secara penuh. Rule curve tersebut tidak dimaksudkan sebagai suatu batas yang kaku untuk setiap
waktu, tetapi lebih merupakan petunjuk yang didasarkan pada analisis dari semua pencatatan terakhir untuk membantu operator embung, agar dapat mencapai efisiensi yang
maksimal Linsley, 1985:166 Rule curve, antara lain berbentuk table atau grafik, seperti yang digambarkan oleh
para ahli atas dasar data terdahulu, mencerminkan tampungan maksimum waduk yang dicapai pada waktu yang berbeda pada musim hujan. Seperti sebuah kurva, mencerminkan
zona yang kosong yang dilewatkan di waduk pada hari atau minggu pada musim hujan. Pedoman tersebut mungkin harus ditinjau ulang dari waktu ke waktu, berdasarkan
kemampuan waduk itu selama penggunaan.
2.8. Kebutuhan Air