Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam bidang politik dan ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan 3. Pemerataan pembangunan.

membuat kepercayaan pihak Barat terhadap prospek pembangunan ekonomi Indonesia jauh lebih kuat. Tabel 4 PDB dan Laju Pertumbuhan per Tahun: 1969-1990 Tahun PDB triliun Laju Pertumbuhan Harga Berlaku Harga Konstan Harga Berlaku Harga Konstan 1969 2,7 4,8 1970 3,2 5,2 19,1 7,5 1971 3,7 5,6 13,4 7,0 1972 4,6 6,1 24,3 9,4 1973 6,8 6,8 48,0 11,3 1974 10,7 7,3 58,6 7,6 1975 12,6 7,6 18,1 5,0 1976 15,5 8,2 22,3 6,9 1977 19,0 8,9 23,1 8,9 1978 22,8 9,6 19,5 7,7 1979 32,0 10,2 40,8 6,3 1980 45,5 11,2 41,9 9,9 1981 54,0 12,1 18,9 7,9 1982 59,6 12,3 10,4 2,2 1983 77,6 12,877,6 30,2 4,2 1984 89,9 83,0 15,8 7,0 1985 97,0 85,1 7,9 2,5 1986 102,7 90,1 5,9 5,9 1987 124,8 94,5 21,6 4,9 1988 142,0 99,9 13,8 5,8 1989 162,6 104,5 14,5 7,5 1990 188,5 112,4 15,9 7,2 Angka dibulatkan, tahun-tahun setelah itu atas dasar harga 1983 sebelumnya atas dasar harga 1973. Sumber: Nota Keuangan dan APBN 19911992 dan 19951996. Pada tingkat meso dan mikro, hasil pembangunan selama masa itu dapat dikatakan tidak terlalu memukau seperti pada tingkat makro. Walaupun jumlah orang miskin mengalami penurunan selama orde baru, tetapi jumlahnya masih besar dan kesenjagan ekonomi dan social cenderung melebar. Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia pada era orde baru telah diwadahi dengan baik dalam konsep politik “Triologi Pembangunan” yaitu tiga prasyarat yang terkait erat saling memperkuat dan saling mendukung yakni:

1. Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam bidang politik dan ekonomi

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan 3. Pemerataan pembangunan.

Di dalam GBHN dinyatakan secara tegas pentingnya usaha-usaha untuk menghilangkan kemiskinan dan kesenjangan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada waktu yang bersamaan. Dalam repelita VI orientasi kebijakan- kebijakannya mengalami perubahan dari penekanan hanya pada pertumbuhan ke pertumbuhan dengan pemerataan. Sebagai suatu rangkuman bahwa Indonesia telah mengalami dua 2 orientasi kebijakan ekonomi yang berbeda, yakni dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis pada zaman rezim Soekarno ke ekonomi terbuka berorientasi kapitalis pada masa pemerintahan Soeharto. Perubahan orientasi kebijakan ini membuat kinerja ekonomi nasional pada masa pemerintahan orde baru menjadi lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan orde lama. Dari pengalaman keberhasilan pembangunan ekonomi pada masa pemerintahan Soeharto maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kondisi utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha membangun ekonomi dapat berjalan dengan baik yaitu: 1. Kemauan politik yang kuat Presiden Soeharto memiliki kemauan politik yang kuat untuk membangun ekonomi Indonesia. Pada masa orde lama, mungkin Indonesia baru saja merdeka, emosi nasionalisme baik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat masih sangat tinggi, dan yang ingin ditonjolkan pertama kepada kelompok Negara- negara Barat adalah “kebesaran bangsa” dalam bentuk kekuatan militer dan pembangunan proyek-proyek mercusuar. 2. Stabilitas politik dan ekonomi. Pemerintah orde baru berhasil dengan baik menekan infalsi dari sekitar 500 pada tahun 1966 menjadi hanya sekitar 5 hingga pada awal decade 1970-an. Pemerintah orde baru juga berhasil menyatukan bangsa dan kelompok-kelompok masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa pembangunan ekonomi dan sosial adalah jalan satu-satunya agar kesejahteraan masyarakat di Indonesia dapat meningkat. 3. Sumber daya manusia yang lebih baik. Dengan SDM yang semakin baik pemerintahan orde baru memiliki kemampuan untuk menyusun program dan strategi pembangunan dengan kebijakan-kebijakan yang terkait serta mampu mengatur ekonomi makro secara baik. 4. Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Pemerintahan orde baru menerapkan sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Hal ini sangat membantu, khususnya dalam mendapatkan pinjaman luar negeri, penanaman modal asing, dan transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. 5. Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik. Selain oil boom, juga kondisi ekonomi dan politik dunia pada era orde baru, khususnya setelah perang Vietnam berakhir atau lebih lagi setelah perang dingin berakhir, jauh lebih baik daripada semasa orde lama. Kebijakan-kebijakan ekonomi selama masa orde baru memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal terakhir ini dapat dilihat antara lain buruknya kondisi sector perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal asing, termasuk pinjaman dan impor. Ini semua membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pertengahan tahun 1997.

C. MASA PEMERINTAHAN TRANSISI