memproduksi spray yang terlalu halus sehingga tidak dapat masuk lebih jauh kedalam silinder pembakaran, menyebabkan pembentukan jelaga dan kebocoran
pada pompa. Viskositas yang terlalu tinggi akan menyebabkan asap yang kotor karena bahan
bakar lambat mengalir dan lebih sulit teratominasi. Atomisasi bahan bakar yang memiliki viskositas tinggi akan membentuk tetesan besar dengan momentum tinggi
dan memiliki kecenderungan untuk bertumbukkan dengan dinding silinder yang relatif lebih dingin, hal ini menyebabkan pemadaman flame sehingga mesin sulit di
starting dan peningkatan emisi Prihandana, 2006.
c. Pour Point Titik Tuang
Pour point adalah temperatur terendah yang masih memungkinkan terjadinya aliran bahan bakar. Pour point yang terlalu tinggi mengakibatkan bahan bakar tidak
bisa mengalir karena terbentuk kristal atau gel yang menyumbat aliran bahan bakar. Pada umumnya permasalahan pada aliran bahan bakar terjadi pada saat keberadaan
kristal mulai mengganggu proses filtrasi bahan bakar. Pada umumnya, pour point biodiesel lebih tinggi dibandingkan dengan solar.
Hal ini bisa menimbulkan masalah pada penggunaan biodiesel, terutama di negara- negara yang mengalami musim dingin. Untuk mengatasi hal ini, biasanya
ditambahkan aditif tertentu pada biodiesel untuk mencegah penggumpalan kristal- kristal yang terbentuk dalam biodiesel pada temperatur rendah. Selain
menggunakan aditif, bisa juga dilakukan pencampuran antara biodiesel dan solar. Pencampuran blending antara biodiesel dan solar terbukti dapat menurunkan pour
point bahan bakar Kovouras, 2006.
13
d. Flash Point Titik Nyala
Flash point adalah temperatur terendah yang menyebabkan bahan bakar dapat menyala atau terbakar oleh udara sekelilingnya yang disertai kilatan cahaya.
Penentuan titik nyala ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan. Jika nilai flash point rendah akan menyebabkan timbulnya denotasi yaitu ledakan-ledakan
kecil yang terjadi sebelum bahan bakar masuk ruang bakar. Hal ini juga dapat meningkatkan resiko bahaya pada saat penyimpanan. Flash point yang tinggi
mengakibatkan keterlambatan penyalaan sehingga bahan bakar sukar terbakar dan mesin menjadi sulit dinyalakan Prihandana, 2006.
e. Indeks Setana
Indeks setana berkorelasi dengan kecepatan bahan bakar mesin diesel yang diinjeksikan ke ruang bakar dapat terbakar secara spontan. Semakin cepat suatu
bahan bakar mesin diesel terbakar setelah diinjeksikan ke dalam ruang bakar maka semakin tinggi indeks setana bahan bakar tersebut
Skala untuk indeks setana menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana C
16
H
34
dan
α
- methyl naphtalene C
10
H
7
CH
3
. Indeks setana suatu bahan bakar didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana
dalam campuran tersebut. Indeks setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah. Penggunaan bahan bakar
mesin diesel yang mempunyai indeks setana tinggi dapat mencegah terjadinya detonasi dan knocking karena ketika bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder
pembakaran, bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak terakumulasi. Jika
14
indeks setana terlalu rendah akan mengakibatkan mesin sukar dinyalakan dan operasi mesin menjadi kasar dan bising.
f. Nilai Kalor