Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN MATERIAL PENGENDALIAN INTERNAL PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH : TULUS MAULANA

080503199

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis sayasendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik padaFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,9 Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan

Tulus Maulana NIM: 080503199


(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN MATERIAL PENGENDALIAN INTERNAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, rapat komite audit, dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal dengan menggunakan proksi manejemen resiko ,etika bisnis, dan training. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

Populasi penelitian ini sebanyak 140 perusahaan manufaktur.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling,

sehinggadiperoleh 69 perusahaan sampel untuk 4 tahunpengamatan (2010 - 2013) dengan 276 unit analisis. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan

sampel yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia

yaituwww.idx.co.id.Teknik

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, rapat komite audit, dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan manajemen resiko. Ukuran perusahaan, rapatdewankomisaris, pertumbuhanpenjualan, danreputasi auditor tidak berpengaruh, sedangkan rapat komite audit dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis. Ukuranperusahaan, rapatdewankomisaris, rapatkomite audit, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh, tetapi reputasi auditor dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan training.

analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistic inferensial dengan metode regresi logistik.

Katakunci: Kelemahan material pengendalian internal,manajemen resiko, etika bisnis, training


(4)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING THE WEAKNESS OF MATERIAL ON INTERNAL CONTROL MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI

This study aims to determine the effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses by using proxy the management of risk, business ethics, and training. This study uses the research object manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2010-2013.

The study population of 140 manufacturing companies. The sampling method used is purposive sampling method, so that the company obtained 69 samples for 4 years of observation (2010-2013) with 276 units of analysis. Data were obtained from audited financial statements, the independent auditor's report, and the annual report of the company samples downloaded from the website Indonesian stock exchange ,www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis with logistic regression method.

The results showed that the absence of effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses proxied risk management. The size of the company, its board meetings, sales growth, and does not affect the auditor's reputation, while meeting the independence of the audit committee and board of directors affect the internal control material weaknesses proxied business ethics. The size of the company, its board meetings, meetings of the audit committee, and do not affect sales growth, while the auditor's reputation and independence of the board of commissioners affect the internal control material weaknesses proxied training

Keywords : Material weakness internal control , risk management , business ethics , training


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak A. Simanjuntak dan Ibu Magdalena Tio yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.,CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. CA dosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, CPA selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.

6. KepadaGunawan, danteman-temanlainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kehadiran mereka semua membuat penulis mampu menghadapi semua proses selama masa perkuliahan maupun selama masa pembuatan skripsi ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akandatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 9 Maret 2015 Penulis,

Tulus Maulana NIM : 080503199


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT……… iii

KATA PENGANTAR……… ... iv

DAFTAR ISI……… ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan ManfaatPenelitian ... 7

1.3.1Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1TinjauanTeoritis ... 10

2.1.1 Teori Keagenan ... 10

2.1.2 Sarbanes Oxley... 11

2.1.3 Pengendalian Internal ... 12

2.1.3.1 PengertianPengendalian Internal ... 12

2.1.3.2 Kelemahan Material(material weakness) Pengendalian Internal ... 14

2.1.3.3 PengungkapanKelemahan Material Pengendalian Internal ... 15

2.1.3.3.1 Manajemen Resiko ... 16

2.1.3.3.2 EtikaBisnis ... 17

2.1.3.3.3 Training ... 19

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal ... 20

2.1.4.1RapatKomite Audit ... 20

2.1.4.2Independensi Dewan Komisaris ... 21

2.1.4.3Rapat Dewan Komisaris ... 22

2.1.4.4Reputasi Auditor ... 23

2.1.4.5Ukuran Perusahaan ... 23

2.1.4.6Pertumbuhan Penjualan ... 24

2.2Review Penelitian terdahulu ... 25

2.3Kerangka Konseptual ... 31


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.6 Definisi Operasional danTeknik Pengukuran Variabel ... … 40

3.6.1 VariabelTerikat(variable dependen) ... 40

3.6.1.1 Kelemahan Material(material weakness) Pengendalian Internal……...…... 40

3.6.1.1.1 Risk Management(Y1) ... 41

3.6.1.1.2 EtikaBisnis(Y2) ... 41

3.6.1.1.3 Training(Y3) ... 42

3.6.2 Variabel Bebas(variabel independen) ... 42

3.6.2.1 Rapat Komite Audit(X1) ... 43

3.6.2.2 Independensi Dewan Komisaris(X2) ... 43

3.6.2.3 Rapat Dewan Komisaris(X3) ... 44

3.6.2.4 Reputasi Auditor(X4) ... 44

3.6.2.5 Ukuran Perusahaan.(X5) ... 45

3.6.2.6 Pertumbuhan Penjualan(X6) ... 46

3.7 Metode Analisis Data ... 48

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 49

3.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49

3.7.2.1 AnalisisUnivariat ... 49

3.7.2.1.1 Uji Kolmogorov Smirnov ... 50

3.7.2.1.2Uji Korelasi Spearman ... 51

3.7.2.2Analisis Multivariat ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Sampel Penelitian ... 55

4.2 Statistik Deskriptif ... 55

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 58

4.3.1 Analisis Univariat ... 58

4.3.1.1 One-Sampel Kolongmorov Smirnov ... 59

4.3.1.2 Uji Korelasi Spearman’s Rho ... 60

4.3.2 Analisis Multivariat ... 61

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Keterbatasan ... 78

5.3 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Jadwal Penelitian ... 38

3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria………... 39

3.3 Definisi Operasional Variabel dan teknik pengukuran variabel ... 47

4.1 Descriptive Statistic ... 56

4.2 One-Sample Kolongmorov Smirnov Test ... 59

4.3 Spearman’s Correlations ... 60

4.4 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 61

4.5 Variabel in the Equation ... 62

4.6 Hosmer and Lemeshow Test ... 63

4.7 Model Summary ... 64

4.8 Classification Table ... 64

4.9 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 65

4.10 Variabel in the Equation ... 65

4.11 Model Summary ... 67

4.12 Hosmer and Lemeshow Test ... 67

4.13 Classification Table ... 68

4.14 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 68

4.15 Variabel in the Equation ... 69

4.16 Model Summary ... 70

4.17 Hosmer and Lemeshow Test ... 71


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur

tahun 2010-2013 ... 81

2 Data-data Variabel Dependen ... 86

3 Data-data Variabel Independen ... 93

4 Statistik Deskriptif ... 114

5 AnalisisUnivariat ... 115


(12)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING THE WEAKNESS OF MATERIAL ON INTERNAL CONTROL MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI

This study aims to determine the effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses by using proxy the management of risk, business ethics, and training. This study uses the research object manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2010-2013.

The study population of 140 manufacturing companies. The sampling method used is purposive sampling method, so that the company obtained 69 samples for 4 years of observation (2010-2013) with 276 units of analysis. Data were obtained from audited financial statements, the independent auditor's report, and the annual report of the company samples downloaded from the website Indonesian stock exchange ,www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis with logistic regression method.

The results showed that the absence of effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses proxied risk management. The size of the company, its board meetings, sales growth, and does not affect the auditor's reputation, while meeting the independence of the audit committee and board of directors affect the internal control material weaknesses proxied business ethics. The size of the company, its board meetings, meetings of the audit committee, and do not affect sales growth, while the auditor's reputation and independence of the board of commissioners affect the internal control material weaknesses proxied training

Keywords : Material weakness internal control , risk management , business ethics , training


(13)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak A. Simanjuntak dan Ibu Magdalena Tio yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.,CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. CA dosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, CPA selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.

6. KepadaGunawan, danteman-temanlainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kehadiran mereka semua membuat penulis mampu menghadapi semua proses selama masa perkuliahan maupun selama masa pembuatan skripsi ini.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

2.5 Latar Belakang

Banyak artikel dan berita mengenai skandal keuangan yang terjadi di Enron, World.Com, dan beberapa perusahaan lainnya. Namun salah satu yang paling banyak menyita perhatian adalah kasus KAP Arthur Andersen dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap pasar keuangan global, ini dilihat dari turunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di dunia, mulai dari Amerika, Eropa ,sampai ke Asia. Hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan investor terhadap integritas laporan keuangan khususnya bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal. Banyak pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan membahayakan kelangsungan ekonomi di Amerika Serikat. Oleh karenanya upaya yang dilakukan untuk memulihkan kepercayaan publik yaitu melalui Kongres Amerika sehingga kejadian yang terjadi di tahun 1929 tidak terjadi lagi. Selanjutnya kongres ini menetapkan undang-undang keuangan yang kemudian dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002.

Sarbanes-Oxley Act of 2002 bertujuan untuk mengatasi kecemasan yang meningkat dari investor tentang integritas pelaporan keuangan perusahaan. Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan


(15)

mengungkapkan semua kelemahan material dalam pengendalian internal, pada saat mereka mengesahkan laporan keuangan baik secara periodik, tahunan dan triwulanan. Menurut Section 404, perusahaan diwajibkan untuk menilai efektivitas struktur pengendalian internal dan prosedur dalam pelaporan keuangan dan mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan tahunannya. Lebih jauh lagi, perusahaan tidak hanya mengharuskan manajemen untuk memberikan penilaian pengendalian internal, tetapi juga mengharuskan auditor untuk memberikan pendapat atas penilaian manajemen (Yan Zhang, et al. 2007:5).

Dalam SOX 302 pengungkapan yang diwajibkan adalah sebagian besar terkait dengan pengendalian internal. Oleh karena itu pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengungkapan kelemahan pengendalian internal. Secara khusus berdasarkan

Section 302 (dalam Yan Zhang et al., 2007:6) manajemen bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, mengevaluasi pengendalian internal dalam waktu sembilan puluh hari sebelum tanggal pelaporan dan dilaporkan tentang: (1) daftar semua kekurangan dalam pengendalian internal dan informasi pada setiap penipuan yang dilakukan karyawan serta yang terlibat dengan kegiatan pengendalian internal, (2) perubahan signifikan dalam pengendalian internal atau faktor-faktor terkait dengan dampak negatif pada pengendalian internal.


(16)

Fitur yang signifikan dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley (selanjutnya SOX) (US Congress 2002) adalah pasal 404 yang membutuhkan penilaian manajemen pengendalian internal perusahaan atas pelaporan keuangan dan pendapat auditor di assessment. Manajemen pelaksana pada pasal 404 telah menjadi fokus atas anggota komite audit dan biaya besar implementasi telah mengundang kritik (Solomon dan Peecher,2004:16)

Di bawah Securities Exchange Commission (SEC) Pers No. 33-8238 (5 Juni 2003), Section 404 (a) mensyaratkan emiten untuk mengungkapkan informasi mengenai ruang lingkup dan kecukupan struktur pengendalian internal dan prosedur untuk pelaporan keuangan dalam laporan tahunan mereka. Pernyataan ini juga harus menilai keefektifan prosedur dan pengendalian internal.Section 404 (b) mengharuskan perusahaan audit terdaftar (KAP) dalam laporan yang sama, untuk membuktikan dan melaporkan efektivitas dari struktur pengendalian internal dan prosedur dalam pelaporan keuangan.

Ge dan McVay serta Doyle et al.(2006:32) menemukan bahwa semua kelemahan yang bersifat material dalam pengendalian internal lebih banyak terjadi pada perusahaan yang ukurannya relatif kecil, profit yang relatif lebih sedikit, sistem operasi yang lebih kompleks, sedang mengalami pertumbuhan, dan dalam proses restrukturisasi. Sedangkan menurut Ashbaugh-Skaife et al. (2007:9), perusahaan yang operasinya lebih kompleks, mengalami pergantian dalam struktur perusahaan, pengunduran diri auditor pada tahun sebelumnya,


(17)

pembukaan risiko akuntansi, dan investasi yang lebih sedikit pada sistem pengendalian internal memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengungkapkan kekurangan pengendalian internalnya.

Pengungkapan informasi perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu

mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Mandatory disclosure

merupakan pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan oleh perusahaan sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan informasi di luar pengungkapan wajib yang diberikan perusahaan. Voluntary disclosure secara sukarela diberikan oleh perusahaan kepada para pemakai laporan. Namun, di Indonesia pengungkapan informasi perusahaan terkait dengan pengungkapakan kelemahan pengendalian internal dan melibatkan peran komite audit di dalamnya masih jarang, walapun setelah munculnya Undang-Undang Sarbanes Oxley tahun 2002. Hal ini disebabkan karena peraturan yang ada tentang pengungkapan kelemahan pengendalian internal belum tersedia secara mandatory, yaitu belum ada kewajiban bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia(Rani Femiarti, 2012:7).

Terkait dengan bentuk dewan komisaris dalam sebah perusahaan, Indonesia menganut Two Tiers Systems untuk struktur dewan dalam perusahaan. Perusahaan mempunyai dua badan terpisah Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi pihak ke tiga (FCGI, 2002:21).


(18)

Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan

Good Corporate Governance dalam hal menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam pengelolaan perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Untuk membantu efektivitas tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris terutama dalam masalah pengawasan internal maka Dewan Komisaris didukung oleh Komite Audit. Komite audit sendiri memiliki tanggung jawab dalam mengawasi hal-hal yang berpotensi mengandung resiko pada sistem pengendalian internal serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh internal audit (FCGI, 2002:17).

Berdasarkan penelitian yang ada maka penelitian ini mengacu pada penelitian Jeffrey Doyle, Weili Ge, dan Sarah Mcvay(2006:11) yang menganalisis tentang hubungan antara kelemahan material pengendalian internal yang diambil kriterianya pada SEC dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rani Femiarti(2012:36) yang menganalisis tentang kelemahan pengendalian internal yang dibagi menjadi tiga yaitu, RMC, etika bisnis, dan pelatihan sumber daya manusia dengan keahlian akuntansi dan/atau keuangan komite audit dan internal audit. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena bursa efek yang ada di Amerika Serikat (NYSE) mewajibkan setiap perusahaan untuk menghitung kelemahan pengendalian internal di perusahaannya sendiri. Sedangkan di Indonesia masih bersifat sukarela saja.


(19)

Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur karena penelitian ini memiliki syarat harus dilakukan pada industri yang mewajibkan adanya komite audit, tetapi tidak mewajibkan adanya kelemahan material pengendalian internal.

Pemilihan tahun 2010 sampai dengan 2013 itu didasari karena ingin mengetahui pengungkapan kelemahan material pengendalian internal setelah ditetapkannya SOX 2002. Selain itu tahun tersebut dipilih karena dianggap relevan dengan tahun dilakukannya penelitian karena menggambarkan profil perusahaan terkini. Variabel dependen yang diteliti adalah pengungkapan kelemahan material pengendalian internal yang diproksikan dengan risk management, etika bisnis dan training. Variabel independen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah rapat komite audit, independensi dewan komisris, rapat dewan komisaris, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan reputasi auditor.

Disamping uraian latar belakang di atas peneliti termotivasi untuk meneliti karena masih banyak perusahaan publik yang tidak memberitahukan kelemahan material pengendalian internal kepada publik.Ini disebabkan Bapepam.LK memberikan peraturan hanya bersifat sukarela saja tentang kelemahan material pengendalian internal tersebut. Padahal kelemahan material pengendalian internal itu sangat penting bagi investor-investor dalam menganalisis perusahaan publik yang akan diinvestasikan agar mendapat keuntungan maksimal dan aman. Atas dasar tersebut, maka


(20)

penelitian dilakukan dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

2.6 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diketahui bahwa informasi kelemahan pengendalian sangat penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan risk management?

2. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan etika bisnis?

3. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan training?


(21)

2.7 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

2 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material(material weakness) pengendalian internal diproksikan risk management.

3 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan resiko etika bisnis.

4 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material(material weakness) pengendalian internal diproksikan training.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:

7. Penelitian ini akan memberikan kontribusi bahan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan kelemahan


(22)

material pengendalian internal di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

8. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan kepada peneliti berikutnya yang akan mengkaji mengenai pengungkapan kelemahan material pengendalian internal.

9. Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah selaku regulator pasar modal. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap regulasi dari Bapepam tentang Komite Audit. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam- LK) merancang peraturan serta menunggu masukan dari pelaku pasar terkait akan direvisinya peraturan IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bapepam-LK ke depannya akan mempersiapkan kriteria dan fungsi pengawasan komite audit dalam meminimalisir risiko perusahaan tercatat (emiten). Terkait dengan direvisinya peraturan itu diharapkan komite audit dapat lebih berperan aktif dalam melakukan fungsi monitoring, dibandingkan hanya sebatas mengkaji (review) laporan keuangan yang ada. Selama ini, peranan komite audit di setiap emiten dinilai belum memuaskan, sehingga memunculkan banyak penyimpangan, yang pada akhirnya merugikan perusahaan dan para pemegang saham publik.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

10. Teori keagenan

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976:6) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi.Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan


(24)

kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Oleh karena itu prinsipal perlu merancang sistem pengendalian yang memonitor perilaku agen sehingga menghalangi tindakan yang meningkatkan kekayaan agen dengan cara mengorbankan kepentingan prinsipal. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.

Pengawasan merupakan salah satu komponen dalam GCG. Kualitas pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manajer. Dalam membentuk suatu pengawasan yang baik ialah dengan adanya komite-komite yang mengawasi aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan integritas laporan keuangan( Femiarti,2012:13)

11. Sarbanes Oxley

Sarbanes-Oxley Act adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau

Sarbox. SOX mensyaratkan perusahaan-perusahaanyang tercatat di bursa saham Amerika untuk mentaati sejumlah aturan untuk menjamin adanya


(25)

kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah laporankeuangan(Femiarti,2014:14).

Sejak ditetapkannya SOX terdapat perubahan besar dalam tata kelola perusahaan, khususnya Section 404 yang berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pengendalian internal pelaporan keuangan itu sendiri. Menurut Compliance Week, kebanyakan pengungkapan kelemahan pengendalian internal dibawah SOX 302 dan 404 berkaitan dengan sistem dan prosedur keuangan, Yan Zhang, et al. (2007:6).

Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan keuangan. Pada Section 302, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan efektivitas dan perubahan yang signifikan terkait dengan pengendalian internal. Sedangkan Section 404, mewajibkan perusahaan untuk melakukan penilaian mengenai struktur dan prosedur pengendalian internal serta menyertakan review dan atestasi oleh KAP.

12. Pengendalian Internal

1.3.2 Pengertian Pengendalian Internal

SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang efektif. Selain itu, pengendalian internal yang efektif dapat membantu perusahaan mengarahkan kegiatan operasi mereka dan mencegah pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.

Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319 paragraf 2 pengendalian didefinisikan sebagai berikut :


(26)

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen ,dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan,(b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

COSO (COSO:1) mendefinisikan pengendalian internal dengan: "Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi oleh seorang dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”

Kerangka kerja yang dikembangkan Komite Pendukung Organisasi( Comitee of Sponsoring Organizations- COSO), yang dibentuk oleh lima asosiasi bisnis utama. Aturan yang dibuat komite ini diterbitkan dalam Pengendalian Internal- Kerangka Kerja Terintegrasi(Internal Control-Integrated Framework). Kerangka kerja ini, telah menjadi standar dalam merancang, menganalisis, dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan.

Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal

menurut kerangka COSO (Committeeof Sponsoring

Organization)(2006:10): 4. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan fondasi bagi komponen COSO yang lain. Manajemen harus paham pentingnya pengendalian internal, member contoh, dan memberikan dukungan, serta menyampaikannya kepada seluruh karyawan. 5. Penilaian Resiko

Merupakan proses identifikasi dan analisis resiko yang dapat menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan serta menentukan cara bagaimana resiko tersebut ditangani.


(27)

6. Aktivitas Pengendalian

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan bahwa resiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai apa yang direncanakan.

7. Informasi dan Komunikasi

Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi.Informasi bisa didapatkan dari eksternal maupun dari pengolahan internal merupakan potensi strategis.

8. Pengawasan

Komponen pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk memastikan kehandalan sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu.Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah.

1.3.3 Kelemahan Material(Material Weakness) Pengendalian Internal

Masalah terkait pengendalian internal dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: kelemahan material (material weakness), kekurangan yang signifikan (significant deficiency), dan kekurangan pengendalian

(control deficiency) (Yan Zhang et. al, 2007: 5).

Menurut SOX 302 dan SOX 404, masalah pengendalian internal yang harus diungkapkan kepada publik adalah kelemahan material. Karena itu, dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada kelemahan material (material weakness) pengendalian internal.

Menurut Auditing Standard No. 2 (dalam Yan Zhang et. al, 2007:6) kelemahan material adalah kekurangan yang signifikan atau


(28)

kombinasi dari kekurangan yang signifikan yang menyebabkan salah saji material pada laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim tidak dapat dicegah atau dideteksi.

1.3.4 Pengungkapan Kelemahan Material Pengendalian Internal

Berdasarkan elemen dari pengendalian internal menurut kerangka COSO (Committee of Sponsoring Organization) pengungkapan kelemahan pengendalian terdiri dari lima elemen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

Cara mengukur Material weakness dalam pengendalian internal adalah sebagai berikut(Femiarti,2012:19):

1. Lingkungan pengendalian dilihat dari bagaimana sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Pada annual report dapat dilihat dari :

a. Integritas dan Etika

b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit

d. Filosofi manajemen dan jenis operasi

e. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia

2. Penilaian risiko pada suatu perusahaan bertujuan

mengidentifikasi masalah yang terdeteksi sehingga masalah tersebut dapat dianalisis dan dievaluasi serta dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. Pada perusahaan penilaian risiko ini yaitu dengan adanya pengungkapan identifikasi dan analisis resiko.

3. Salah satu elemen dalam aktivitas pengendalian adalah terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen.Aktivitas pengendalian meliputi revisi terhadap sistim pengendalian,pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistem informasi. Dengan adanya


(29)

pelatihan maka karyawan bisa mengetahui apa saja yang harus dikerjakan.

4. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Dalam menginformasikan dan mengkomunikasikan yang berhubungan pengendalian internal perusahaan maka diperlukan adanya sekretaris perusahaan.Sekertaris perusahaan juga memiliki fungsi yaitu pengawasan. Karena dia orang yang pertama mengetahui apa saja yang terjadi di perusahaan.

2.1.3.3.1 Manajemen resiko (Risk Management)

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996:2).

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).


(30)

Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi. Menurut Darmawi (2005,p.11) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

1 Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

2 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

3 Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

4 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu.

5 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki.Menurut Amran et al (2009:12) manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

1.1.3.3.2. Etika Bisnis

Menurut Velasquez (2005:10), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana


(31)

diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Etika bisnis adalah penerapan etika dalam menjalankan kegiatan suatu bisnis.Pada dasarnya tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, tetapi harus berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku.Norma hukum bisnis mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.Sopiah (2008) menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang. Dengan budaya, lingkungan perusahaan dan kemampuan Komite Audit dengan anggota yang ahli di bidang akuntansi dan/atau keuangan diharapkan akan menjadikan tata kelola perusahaan yang baik. Dengan adanya kondisi ini diharapkan dapat


(32)

meminimalkan kelemahan pengendalian internal di perusahaan tersebut.

2.1.3.3.3Training

Pelatihan (training) adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas.Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang (Mathis,2002:5). Karyawan yang ada di perusahaan membutuhkan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan.

Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan perusahaan dapat tercapai.Dengan meningkatnya efisiensi dan efektivitas karyawan dapat membatu dalam meminimalkan kesalahan dalam


(33)

aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya diterapkan perusahaan di Indonesia.

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal

2.1.4.1. Rapat Komite Audit

Komite audit mempunyai fungsi utama yaitu, membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lainnya, menilai sistem pengendalian internal, serta proses audit internal.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004,tertanggal 24 September 2004 pada peraturan No. IX I.5 tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit didefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakantugas dan fungsinya. Salah satu unsur penting dalam menerapkan prinsip GCG(Good Corporate Governance) yaitu dengan adanya komite audit yang efektif. Komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian dalam menilai pelaksanaan GCG yang baik.

Artikel FCGI (2002) dalam Femiarti(2012:29) menyebutkan bahwa komite audit biasanya perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang


(34)

menyangkut sistem pelaporan keuangan. Adanya kemungkinan bahwa rapat komite audit dengan frekuensi yang lebih dapat mendiskusikan isu-isu tentang pengendalian internal, ketika ada masalah yang signifikan behubungan dengan masalah pengendalian internal, Yan Zhang, et al. (2007:11).

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-29/PM/2004 hal 3 pasal 3e, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

2.1.4.2. Independensi Dewan Komisaris

Di Indonesia saat ini, keberadaandewan komisaris yang independen sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat bilamana diperlukan. Namun terkadang dewan komisaris di suatu perusahaan belum bisa melaksanakan fungsi kontrol terhadap direksi dengan baik(Yudiati, 2011: 23).

Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti frekuensi menadakan rapat dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan rapat, seperti kehadiran dalam rapat, persiapan sebelum rapat, dan partisipasi anggota dalam rapat (Yatim, 2009)dalam Femiarti(2012:32).


(35)

Keuntungan sering diadakan rapat oleh dewan komisaris yaitu anggota dewan dapat mempunyai tambahan waktu untuk membicarakan, menentukan strategi apa yang akan diambil oleh perusahaan, dan memonitor manajemen. Conger et al.(1998)(dalam Yan Zhang et al., 2007:12) menyatakan bahwa rapat yang dilakukan dengan frekuensi tertentu dapat meningkatkan efektivitas dewan komisaris.

2.1.4.3. Rapat Dewan Komisaris

Rapat dewan komisaris merupakan suatu proses yang dilalui oleh dewan komisaris dalam pengambilan suatu keputusan mengenai kebijakan perusahaan. Rapat yang diselenggarakan oleh dewan komisaris dilakukan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh dewan direksi dan implementasinya(Yudiati,2011:25).

Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti frekuensi meeting dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan meeting, seperti kehadiran dalam meeting, persiapan sebelum meeting, dan partisipasi anggota dalam

meeting. Keuntungan sering diadakannya meeting oleh dewan komisaris

yaitu anggota dewan dapatmempunyai tambahan waktu untuk

membicarakan, menentukan strategi apa yangakan diambil oleh perusahaan, dan memonitor manajemen(Yudiati,2011:26).


(36)

14. Reputasi Auditor

Auditor merupakan kunci mekanisme pengawasan eksternal.Auditor dengan reputasi baik seperti The Big Four cenderung untuk memilih perusahaan dengan klien yang memiliki nilai baik dalam komunitas bisnis.

Auditor merupakan profesi yang diperlukan untuk memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan. Informasi tersebut berguna bagi para stakeholdersuntuk melakukan keputusan yang terkait dengan perusahaan. Penyediaan kualitas audit yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan yang terdaftar di bursa efek (Wulandari, 2012:29).

Auditor Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan Non-Big Four.

2.1.4.5 Ukuran Perusahaan

Ada beberapa macam variabel yang secara umum digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan yaitu jumlah aset, jumlah penjualan, dan jumlah karyawan. Dalam hal ini, ukuran perusahaan yang dipakai yaitu jumlah aset. Jumlah aset menggambarkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan,semakin besar sumber daya yang dimiliki perusahaan maka semakin besar skala/ukuran perusahaan. Sebaliknya jika semakin kecil sumber daya yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil pula ukuran perusahaan(Yudiati,2011:28).


(37)

Peningkatan ukuran perusahaan cenderung membuat pemantauan menjadi lebih luas dan meningkatkan kebutuhan mekanisme pengendalian perusahaan (Tao dan Hutchinson, 2011 dalam Wiradharma,2013:40). Doyle, et al (2007:12) menyatakan bahwa rendah dan tingginya pertumbuhan perusahaan memiliki masalah pengendalian internal. Wallace dan Kreutsfeldt (1991) dalam Femiarti (2009:30) mengidentifikasi ukuran perusahaan sebagai salah satu dari karakteristik perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan untuk membentuk suatu mekanisme pengendalian internal.

2.1.4.6 Pertumbuhan Penjualan

Menurut Kesuma (2009:41), pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan


(38)

penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga semakin kecil. Pertumbuhan yang cepat menghasilkan persediaan yang besar yangmenyikapi tambahan risiko pengendalian internal untuk mengukur dan mengawasi perluasan aktiva lancar.Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan yang tinggi berpotensi menyebabkan tingginya kelemahan pengendalian internal.

2.2. Review Penelitian terdahulu

Ge dan McVay (2005) menemukan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan positif terkait dengan kompleksitas usaha (misalnya, beberapa segmen dan mata uang asing), berhubungan negatif dengan ukuran perusahaan (misalnya, pasar modal), dan negatif terkait dengan profitabilitas perusahaan (misalnya, return on asset).

Hollis Ashbaugh-Skaife, et al (2005) yang melakukan penelitian dengan judul The Discovery and Reporting of internal control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits, dari penelitian tersebut telah diambil kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan yang laporan ICDs memiliki operasi yang lebih kompleks sebagai proksi dengan jumlah segmen bisnis dan penjualan asing, lebih sering terlibat dalam merger dan akuisisi dan restrukturisasi, mengadakan persediaan lebih dan relatif lebih cepat tumbuh terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan kelemahan pengendalian internal.


(39)

Jeffrey Doyle, et al (2006) yang melakukan penelitian dengan judul

Determinant of weakness in internal control over financial reporting. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan menunjukkan bahwa materi kelemahan dalam pengendalian internal lebih mungkin untuk perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, kurang menguntungkan, lebih kompleks, berkembang pesat, atau mengalami restrukturisasi.

Yan Zhang, et al. (2007) yang melakukan penelitian dengan judul Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa ada relasi antara kualitas komite audit, independensi auditor, dan kelemahan pengendalian internal. Perusahaan teridentifikasi memiliki kelemahan pengendalian internal jika anggota komite audit sedikit memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan.

Lin et al. (2011) melakukan penelitian judul penelitian “The Role of The Internal Audit in the Disclosure of Material Weakness”. Diambil kesimpulan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan negatif terkait dengantingkat pendidikan IAF dan sejauh mana IAF menggabungkan teknik kualitasjaminan ke lapangan, kegiatan audit terkait dengan pelaporan keuangan. Selain itu ditemukan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan positif dengan praktek IAF terkait perikatan audit dan koordinasi auditor eksternal-internal, menunjukkan bahwa kegiatan ini meningkatkan efektivitas proses kepatuhan Bagian 404. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dapat diringkas seperti yang terdapat dalam tabel 2.1.


(40)

Tabel 2.1

REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

Nama

peneliti Judul Variabel Teknik Indikator Pembahasan

dan tahun Penelitian Analisis

Doyle, Determinants Independen: Regresi SEC materi kelemahan dalam

Ge dan of weaknesses Pertumbuhan Logistik (Account pengendalian internal lebih

McVay in control penjualan: spesific, mungkin untuk perusahaan

(2005) internal Penjualan Company perusahaan yang lebih

over financial tahun ini Level kecil kurang

reporting dikurang tahun ,staffing, menguntungkan lebih

sebelumnya compelexity, kompleks

dibagi tahun general) berkembang pesat atau

sebelumnya, mengalami restrukturisasi

transaksi luar

negri: bila ada,1

.Bila tidak, 0,

segmen: log

dari berapa

segmen yang

digunakan,dll

Dependen:

Account

spesific,

company level

,staffing,

compelexity,

General

Zhang, Audit Independen : Regresi SEC Ada relasi antara kualitas

Zhou, Comitee Kualitas Logistik (Account komite audit, independensi

dan Quality, Auditor Komite Audit: spesific, auditor, dan kelemahan

Zhou Independence, menggunakan company pengendalian internal.

(2007) and Internal ACFE level,staffing, Perusahaan teridentifikasi

Control Independensi compelexity, memiliki kelemahan internal

Weakness Auditor:∑ general) kontrol jika anggota komite


(41)

Lanjutan tabel 2.1

dependen:

Lanjutantabel 2.1

Independen Keahlian akuntansi dan/

dibagi dengan atau keuangan.

∑ anggota Dewan dependen: Material weakness sudah dilaporkan di Compliance week

Ashbaugh- The Discovery Independen: regresi SEC Perusahaan-perusahaan

Skaife,Collins and Reporting Perlengkapan: Logistik (Account yang laporan ICDs

dan Kinney of Internal Jumlah spesific, memiliki operasi yang lebih

(2005) Control perlengkapan , company kompleks

Deficiencies Pertumbuhan level,staffing, sebagai proxy dengan

Prior to SOX- penjualan: compelexity, jumlah segmen bisnis dan

Mandated Penjualan general) penjualan

Audits tahun ini asing, lebih sering terlibat

dikurang tahun dalam merger dan akuisisi

Sebelumnya dan restrukturisasi,

dibagi tahun mengadakan persediaan

sebelumnya, lebih

Persentase mengungkapkan kelemahan

kerugian: pengendalian internal.

kerugian dibagi

penjualan pada

tahun ini ,

Pergantian auditor:1 bila Perusahaan Mengganti auditor dan Juga Sebaliknya


(42)

Material Weakness sudah dilaporkan di Compliance Week

Lin, The Role of I n d e p e n d e n : regresi SEC Menemukan tidak ada

Pizzini, Internal Audit Atribut IAF : Logistik (Account hubungan antara

Vargus Function in the b e r a p a t a h u n spesific, pengungkapan MW dan dan Disclosure of P e n g a l a m a n company atribut kualitas IAF Bardhan Material s t a f f a u d i t , level,staffing, kompetensi, objektivitas,

(2011) Weaknesses e d u k a s i , compelexity, dan investasi IAF.

s e r t i f i k a t , general)

S e b e r a p a

sering training

, d l l

A k t i v i t a s

I A F :

P e r i n g k a t

internal audit,

fokus keuangan

,koordinasi,dll

D e p e n d e n :

M a t e r i a l

Weakness

sudah

dilaporkan di

C o m p l i a n c e

Week

Femiarti Audit Independen: Regresi COSO keahlianakuntansidan/atau

Dan Committee, Keahlian Logistik keuangan komite audit atau

Dewayanto Financial Expert akuntansi: audit committee financial

(2012) dan Internal ∑ahli keuangan experts dan internal audit

Audit dibagi dengan perusahaan manufaktur tak

Pengungkapan anggota komite berpengaruh

Kelemahan audit, signifikan terhadap

Lanjutan tabel 2.1

Pengendalian internal audit: pengungkapan kelemahan

Internal ada chief audit pengendalian internal


(43)

Tidak dependen: Lingkungan Pengendalian ,penilaian resiko, Aktivitas Pengendalian informasi dan komunikasi & Pemantauan Krishnan Audit

committee Independen: Regresi SEC Adanya indikasi bahwa

(2005) quality and Komite Audit: Logistik (Account

komite audit independen dan

internal

control: Menggunakan spesific,

komite audit dengan keahlian

An empirical ACFE(financial company keuangan cenderung

Analysis expert dibagi level, dikaitkan dengan kejadian

Anggota staffing, masalah pengendalian

komite audit) compelexity, internal

dependen: general)

Material Weakness sudah dilaporkan di Compliance Week

Sumber: Berbagai jurnal penelitian,2014


(44)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang terjadi antara kelemahan material(material weakness)pengendalian internal. Kerangka konseptual pada gambar 2.2 terdiri dari 3 model penelitian sebagai berikut:

15.Model I dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan

pengendalian internal dengan proksi Risk Management.

16.Model II dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan

pengendalian internal dengan proksi etika bisnis.

17.Model III dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi Training.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan review penelitian terdahulu maka dibangun kerangka konseptual pada gambar 2.2


(45)

H1

H2 H2

H3

Gambar 2.2 KerangkaKonseptual

Gambar 2.2 mengindikasikan bahwa rapat komite audit(X1),independensi dewan komisaris(X2), rapat dewan komisaris(X3), reputasi auditor(X4),ukuran perusahaan(X5) ,dan pertumbuhan penjualan(X6) mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal dengan proksi risk management(Y1),etika bisnis(Y2) dan training(Y3).Penjelasan detail mengenai pengaruh rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal diuraikan berikut ini:

1. Rapat Komite Audit.

Sesuai dengan teori keagenan, untuk dapat menurunkan asimetri informasi dan menjembatani kepentingan pemilik dan manajemen, komite audit harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan untuk meningkatkan efektivitasnya dalam melaksanakan peran pengawasan atas

FAKTOR-FAKTOR Kelemahan material

(material weakness) pengendalian internal:

RapatKomiteAudit(X1 )

IndependensiDewanKo misaris(X2) RapatDewanKomisaris

(X3)

Reputasi Auditor(X4) Ukuran Perusahaan(X5)

PertumbuhanPenjualan (X6)

Risk Management(Y1)

EtikaBisnis(Y2)


(46)

proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Pengetahuan dan pemahaman itu bisa didapatkan dengan adanya pertemuan dan pertukaran pendapat dengan anggota yang lain. Peningkatan frekuensi pertemuan antar anggota akan meningkatkan pula pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan. Oleh karena itu, Komite Audit perlu mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun (FCGI,2002)(dalam Femiarti,2012:29).

Mcmullen dan Raghunan (1996:14) menemukan bahwa hasil audit berbagai firma komite dengan tindakan penegakan SEC atau penghasilan restatements yang kurang, cenderung memiliki rapat yang sering daripada yang tidak sama sekali. Namun, hal ini juga mungkin bahwa komite audit memenuhi lebih sering untuk membahas isu-isu pengendalian internal, ketika ada masalah penting yang terkait dengan perusahaan pengendalian internal.Oleh karena itu, hubungan antara jumlah rapat-rapat komite audit dan kualitas kontrol internal berpengaruh negatif.

2. Independensi Dewan Komisaris

Pada independensi dewan komisaris, diukur sebagai persentase dewan komisaris yang kompeten dengan jumlah dewan komisaris, karena penelitian menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris adalah negatif terkait dengan kemungkinan penipuan keuangan dan tindakan penegakan SEC ( Beasley, tahun 1996; Dechow et al. , 1996 dalamFemiarti 2012:29 ).


(47)

Conger et al. (1998) dalam Yan Zhang, et al. (2007:12) menyarankan bahwa frekuensi rapat dewan sangat penting untuk meningkatkan efektivitas Dewan. Dewan independensi, ukuran, dan pertemuan frekuensi semua mempengaruhi papan efektivitas. Semuanya itu sangat berhubungan dengan kualitas internal kontrol.

4. Reputasi Auditor

Perusahaan audit yang tergabung dalam The Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal kliennya dibanding kan dengan auditor non Big Four (Cohen et al., 2009 dalam Yudiati,2011:26). Tuntutan seperti itu mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk menjaga kualitas audit dan untuk melindungi reputasi mereka. Oleh karena itu, tekanan yang lebih besar akan terdapat pada perusahaan yang menggunakan jasa audit non Big Four dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa audit Big Four (Yudiati,2011:26).

5. Ukuran Perusahaan

Perusahaan berukuran besar memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pengendalian internal perusahaan. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya untuk menyewa auditor eksternal yang dapat membantu mendesain pengendalian internal

yang kuat.Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki kesulitan dalam mengevaluasi pengendalian internal dikarenakan belum mempunyai struktur yang formal atau


(48)

struktur yang baik dalam pengendalian internal mereka. Perusahaan kecil cenderung mempunyai sumber daya yang terbatas, termasuk sumber daya yang dikhususkan untuk mendesain dan menerapkan pengendalian internal yang efektif dan masuk akal.Komponen pengendalian internal, seperti pemisahan tugas, relative lebih sulit untuk diterapkan di perusahaan kecil(Swatia Nirmala,Daljono,2013:2).

6. PertumbuhanPenjualan

Tingkat pertumbuhan yang cepat dari entitas berpotensi memerlukan prosedur baru, teknologi, personel, atau mengatur mode.Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kelemahan pengendalian internal. Doyle, et al. (2007:14) dan Ashbaugh-Skaife, et al. (2006:15) menegaskan bahwa personel baru, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk menyeimbangkan kebutuhan pengendalian internal dan pertumbuhan.

Pertumbuhan yang lebih cepat membuat internal control dapat mengantisipasi perubahan secara tiba-tiba. Akibatnya, pertumbuhan cepat berpotensi meningkatkan risiko kelemahan pengendalian internal.(J.Doyle, 2006:2)

1.3.1. HipotesisPenelitian

Menurut Erlina(2008:41) “Hipotesis menyatakan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan


(49)

kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internaldiproksikan risk management.

H2:Rapat komite audit, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis..

H3:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan training.


(50)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada umumnya penelitian di bagi menjadi tiga klasifikasi yaitu (1)Penelitian eksplorasi (Exploratory research) (2) Penelitian Deskriptif(Descriptive research)

(3) Penelitian sebab-akibat (Causal research). Klasifikasi penelitian ini didasarkan pada pendekatan penelitian sebab-akibat yaitu proses pengambilan kesimpulan dengan menggunakan fakta atau data empiris (empiricist) untuk menguji hipotesis yang telah dibangun dengan menggunakan struktur teori. Penelitian ini menggunakan pendekatan sebab–akibat, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara berbagai variabel (Erlina, 2008:20).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengakses situs Bursa Efek

Indonesia(www.idx.com), www.ssrn.com, dan

untuk mengukur indeks pengungkapan perusahaan didapatkan dengan jadwal penelitian tercantum dalam tabel 3.1.


(51)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian

Des Jan Feb Sept November Desember Jan

2012 2013 2014 2014 2014 2014 2015

Pengajuan dan Persetujuan Judul

Penyelesaian Proposal

Bimbingan Proposal

Pengumpulan dan

Pengolahan Data

Bimbingan dan Penyelesaian Skipsi

Ujian

Komprehensif

sumber: diolah penulis(2015)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Syamsul Hadi (2006:45) “Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur. Menurut Erlina (2011:81) “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang


(52)

ditetapkan terdapat perusahaan manufaktur dengan tahun pengamatan yang berarti sampel.

Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejumlah 72 perusahaan. Sedangkan untuk sampel yang digunakan adalah perusahaan Indonesia yang termasuk dalam bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013.

Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan manufaktur periode 2010-2013

2. Mempunyai Laporan tahunan dan Laporan Keuangan pada periode 2010-2013

3.4 Jenis dan Sumber data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti (Syamsul Hadi, 2006: 42) data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari situs Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013.Selain laporan tahunan, Penelitian ini juga menggunakan laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(53)

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan datayang diperlukan dalam penelitian ini. Data yang dimaksud adalah data sekunder berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BursaEfek Indonesia pada tahun 2010 dan 2013.

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.6.1 Variabel terikat (variabel dependen)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang terikat dan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis terhadap variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu masalah (Sekaran, 2006 dalam Femiarti,2012:47). Variabel dependen merupakan variabel penelitian yang memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi/ dipilih oleh seorang peneliti untuk menetapkan/menentukan hubungan antara fenomena yang sedang diamati. Variabel-variabel tersebut adalah:

3.6.1.1 Kelemahan Material (Material Weakness) Pengendalian Internal

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Kelemahan Pengendalian Internal (Internal Control Material Weakness).Proksi yang digunakan dalam mengukur adalah Risk Management, etika bisnis, dan pelatihan Sumber Daya Manusia.


(54)

3.6.1.1.1 Risk Management(Y1)

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996 dalam Femiarti 2012:47).

Dalam penelitian ini Risk Management dalam perusahaan diukur menggunakan variabel dummy. Kategori 1 diberikan kepada perusahaan memiliki Risk Management yang tercantum dalam annual report , sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak.

3.6.1.1.2 Etika Bisnis(Y2)

Etika bisnis belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia.Oleh karena itu, dalam penelitian ini etika bisnis dalam perusahaan diukur menggunakan variabel dummy. Kategori 1 diberikan kepada perusahaan memiliki etika bisnis yang tercantum dalam annual report , sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak


(55)

.

3.6.1.1.3 Training(Y3)

Pelatihan-pelatihan dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan meningkatnya efisiensi dan efektivitas karyawan dapat membatu dalam meminimalkan kesalahan dalam aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya diterapkan perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini training yang dilakukan perusahaan diukur menggunakan variabel dummy.

Kategori 1 diberikan kepada perusahaan melakukan

training yang tercantum dalam annual report, sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang melakukan training yang tidak tercantum dalam annual report.

3.6.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat secara positif atau negatif (Sekaran, 2006, dalam Femiarti, 2012:46). Variable Independen akan memberi peluang


(56)

kepada perubahan variabel terkait/ dependen yaitu sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen.

3.6.2.1 Rapat Komite Audit(X1)

Artikel FCGI (2002:12) menyebutkan bahwa Komite Audit biasanya perlu untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang menyangkut sistem pelaporan keuangan. Treadway Commission (1987) dalam Sori, et al., (2007:12) juga menyatakan Komite Audit sebaiknya bertemu minimal empat kali dalam satu tahun. Adanya kemungkinan bahwa rapat komite audit dengan frekuensi yang lebih dapat mendiskusikan isu-isu tentang pengendalian internal, ketika ada masalah yang signifikan behubungan dengan masalah pengendalian internal, Y. Zang, et al. (2007:12).

3.6.2.2 Independensi Dewan Komisaris (X2)

Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk menjaga “fairness”serta mampu memberikan keseimbanganantara kepentingan pemegang saham mayoritas dan pelindunganterhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para


(57)

Komposisi dewan dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris (Haniffa and Cooke, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Beasley (1996) dan Dechow, et al (1996) dalam Femiarti (2012:30) menyatakan bahwa independensi Dewan Komisaris berhubungan negatif dengan kemungkinan terjadinya

financial fraud.Dengan demikian dapat dirumuskan:

BDIND = ∑ komisaris independen

∑anggota dewan komisaris

3.6.2.3Rapat Dewan Komisaris (X3)

Keefektifan dari dewan dapat dipengaruhi oleh frekuensi

meeting, frekuensi rapat yang tinggi dapat menghasilkan monitoring yang lebih baik. Dalam penelitian ini, frekuensi rapat dewan komisaris diukur dengan jumlah meeting yang diselenggarakan selama satu tahun .(Yatim,2009 dalam Yudiati 2011:42)

Diukur dari jumlah pertemuan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Conger et al. (1998:12) menyatakan bahwa pertemuan dewan yang lebih banyak dapat meningkatkan efektivitas dari dewan komisaris.


(58)

Untuk mengukur reputasi auditor dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy (BIG4). Angka 1 apabila auditor perusahaan tersebut memiliki afiliasi dengan Big 4 dan 0 apabila tidak berafiliasi. Menurut Doyle, et al. (2006:32) perusahaan yang ukurannya kecil dan profit yang relatif kecil memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami masalah pengendalian internal dibandingkan perusahaan besar dan profitnya banyak.

Di satu sisi, perusahaan yang mengalami masalah pengendalian internal memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menggunakan BIG4 karena keterbatasan sumber daya keuangan. Kemungkinan yang lain adalah perusahaan tersebut dihindari oleh auditor BIG 4 karena dinilai terlalu berisiko dan akan menimbulkan risiko litigasi bagi auditor.

Reputasi auditor ditunjukkan dengan apakah suatu perusahaan menggunakan Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor eksternalnya yang tergabung dalam KAP Big Four yang merupakan suatu kelompok KAP internasional. Dalam penelitian ini, reputasi auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang menggunakan auditor eksternal yang tergabung dalam Big Four diberi nilai satu (1), dan sebaliknya diberikan nilai nol (0) (Subramaniam, et al., 2009 dalam Yudiati 2011:47).


(59)

Peningkatan ukuran perusahaan cenderung membuat pemantauan menjadi lebih luas dan meningkatkan kebutuhan mekanisme pengendalian perusahaan (Tao dan Hutchinson, 2011dalam Wiradharma,2013:40). Doyle, et al (2006:26) menyatakan bahwa rendah dan tingginya pertumbuhan perusahaan kemungkinan memiliki masalah pengendalian internal.

Wallace dan Kreutsfeldt (1991) dalam Femiarti(2012:30) mengidentifikasi ukuran perusahaan sebagai salah satu dari karakteristik perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan untuk membentuk suatu mekanisme pengendalian internal. Oleh karena itu, perusahaan akan membentuk komite khusus untuk menangani masalah pengendalian internal.

Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ukuranperusahaan = Ln Total Asset

3.6.2.6Pertumbuhan Penjualan(X6)

Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami kelemahan pengendalian internal(Waharini, 2011:54). Diukur dari pertumbuhan penjualan dalam pada suatu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya. Apabila jumlah persentase hasil dari growth tersebut jumlahnya besar maka perusahaan tersebut meningkat penjualannya.


(60)

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya.

Pertumbuhan Penjualan = St−(St−1)

(��−1) x 100%

Ket: St = penjualan pada tahun ke t St-1 = penjualan pada periode sebelumnya

Tabel 3.2

DefinisiOperasional dan Teknik Pengukuran Variabel Variabel Definisi operasional Indikator

Skala

Pengukuran

(x dan y)

Kelemahan Risk management, Training, Dengan mengukur Ordinal

Pengendalian dan etika bisnis apakah terdapat ( menggunakan

Internal (Y) manajemen resiko Variabel dummy)

pelatihan dan etika bisnis

Rapat Perusahaan dengan pertemuan Jumlah pertemuan Nominal

komite audit anggota komite audit yang komite audit selama (mengklasifikasi


(61)

kemungkinan yang lebih kecil Objek)

mengalami kelemahan

pengendalian internal

Independensi Perusahaan dengan anggota ∑komisi independen Nominal

Dewan BoD yang independen Dibagi dengan ∑ (mengklasifikasi

Komisaris memiliki kemungkinan yang Anggota dewan -kan sebuah

(X2) lebih kecil mengalami Komisaris Objek)

kelemahan pengendalian

Internal

Rapat Dewan Perusahaan dengan pertemuan Pertemuan yang Nominal

Komisaris BoD yang lebih sering dilakukan oleh Board (mengklasifikasi

(X3) memiliki kemungkinan yang of Director (BoD) -kan sebuah

lebih kecil mengalami selama satu tahun. Objek)

kelemahan pengendalian

Lanjutan Tabel 3.2

Internal

Reputasi

auditor Perusahaan yang menggunakan Perusahaan tersebut Ordinal

(X4) auditor darithe BIG 4 menggunakan auditor (merupakan

memiliki kemungkinan yang dari the BIG4.Apabila

Variabel dummy)

lebih kecil mengalami Ya=1 begitu

kelemahan pengendalian

Sebaliknya bila

tidak=0

Internal

Ukuran Perusahaan dengan ukuran Ln Total Asset Nominal

perusahaan yang kecil memiliki (mengklasifikasi

(X5) kemungkinan yang lebih tinggi -kan sebuah

untuk mengalami kelemahan Objek)

pengendalian internal

Pertumbuhan Perusahaan dengan x 100% Rasio


(1)

Valid N (listwise)

276

lampiran 5

Univariat

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

Unstandardized Residual

Unstandardized Residual

N 276 276 276

Normal Parametersa,b Mean .0000000 .0000000 .0000000 Std. Deviation .41708332 .31256927 .40725588

Most Extreme Differences

Absolute .307 .388 .194

Positive .141 .388 .112

Negative -.307 -.246 -.194

Kolmogorov-Smirnov Z 5.096 6.449 3.219

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Unstandardized Residual

Unstandardized Residual

Unstandardized Residual

Spearman's rho

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient 1.000 .013 .271**

Sig. (2-tailed) . .834 .000

N 276 276 276

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient .013 1.000 .129*

Sig. (2-tailed) .834 . .032

N 276 276 276

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient .271** .129* 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .032 .

N 276 276 276

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 6

Multivariat

Risk Management

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 9.009 6 .173

Block 9.009 6 .173

Model 9.009 6 .173

Hosmer and Lemeshow Test Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 299.184a .032 .048

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

Step Chi-square df Sig.

1 22.941 8 .003

Classification Tablea

Observed Predicted

risk management Percentage Correct tidak terdapat

risk manajemen

terdapat risk management

Step 1 risk management

tidak terdapat risk manajemen 0 68 .0

terdapat risk management 0 208 100.0

Overall Percentage 75.4

a. The cut value is .500

Etika Bisnis

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 9.009 6 .173

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a

rapatKomiteAudit .017 .021 .696 1 .404 1.017

IndependensiDewanKomisaris 1.686 1.394 1.462 1 .227 5.395

rapatDewanKomisaris .013 .017 .596 1 .440 1.013

reputasiAuditor .657 .346 3.607 1 .058 1.928

ukuranPerusahaan -.013 .104 .015 1 .904 .988

PertumbuhanPenjualan -.037 .344 .011 1 .915 .964

Constant .144 .867 .027 1 .869 1.154

a. Variable(s) entered on step 1: rapatKomiteAudit, IndependensiDewanKomisaris, rapatDewanKomisaris, reputasiAuditor, ln_ukuranPerusahaan, PertumbuhanPenjualan.


(4)

Block 9.009 6 .173

Model 9.009 6 .173

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 299.184a .032 .048

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 22.941 8 .003

Classification Tablea

Observed Predicted

risk management Percentage Correct tidak terdapat

risk manajemen

terdapat risk management

Step 1 risk management

tidak terdapat risk manajemen 0 68 .0

terdapat risk management 0 208 100.0

Overall Percentage 75.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

rapatKomiteAudit .081 .022 13.941 1 .000 1.085

IndependensiDewanKomisaris 6.876 1.512 20.690 1 .000 968.675

rapatDewanKomisaris -.092 .048 3.615 1 .057 .913


(5)

Trainning

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1

Step 9.009 6 .173

Block 9.009 6 .173

Model 9.009 6 .173

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 299.184a .032 .048

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 22.941 8 .003

Classification Tablea

Observed Predicted

risk management Percentage Correct tidak terdapat

risk manajemen

terdapat risk management

Step 1

risk management tidak terdapat risk manajemen 0 68 .0

terdapat risk management 0 208 100.0

Overall Percentage 75.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

ukuranPerusahaan .050 .154 .104 1 .747 1.051

PertumbuhanPenjualan -.146 .325 .203 1 .652 .864

Constant -5.234 1.247 17.626 1 .000 .005

a. Variable(s) entered on step 1: rapatKomiteAudit, IndependensiDewanKomisaris, rapatDewanKomisaris, reputasiAuditor, ln_ukuranPerusahaan, PertumbuhanPenjualan.


(6)

Step 1a

rapatKomiteAudit .016 .020 .665 1 .415 1.016

IndependensiDewanKomisaris -3.070 1.108 7.679 1 .006 .046

rapatDewanKomisaris -.012 .015 .681 1 .409 .988

reputasiAuditor 1.224 .377 10.537 1 .001 3.400

ukuranPerusahaan .132 .110 1.457 1 .227 1.141

PertumbuhanPenjualan .103 .331 .096 1 .756 1.108

Constant .921 .846 1.183 1 .277 2.511

a. Variable(s) entered on step 1: rapatKomiteAudit, IndependensiDewanKomisaris, rapatDewanKomisaris, reputasiAuditor, ln_ukuranPerusahaan, PertumbuhanPenjualan.