2.7 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 2 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite
audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan
materialmaterial weakness pengendalian internal diproksikan risk management.
3 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi
auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material material weakness pengendalian internal diproksikan
resiko etika bisnis. 4 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite
audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan
materialmaterial weakness pengendalian internal diproksikan training.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:
7. Penelitian ini akan memberikan kontribusi bahan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan kelemahan
Universitas Sumatera Utara
material pengendalian internal di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
8. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan kepada peneliti berikutnya yang akan mengkaji
mengenai pengungkapan kelemahan material pengendalian internal.
9. Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah selaku regulator pasar modal. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk memberikan kontribusi terhadap regulasi dari Bapepam tentang Komite Audit. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Bapepam- LK merancang peraturan serta menunggu masukan dari pelaku pasar terkait akan direvisinya peraturan IX.I.5
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bapepam-LK ke depannya akan mempersiapkan kriteria dan
fungsi pengawasan komite audit dalam meminimalisir risiko perusahaan tercatat emiten. Terkait dengan direvisinya peraturan
itu diharapkan komite audit dapat lebih berperan aktif dalam melakukan fungsi monitoring, dibandingkan hanya sebatas
mengkaji review laporan keuangan yang ada. Selama ini, peranan komite audit di setiap emiten dinilai belum memuaskan, sehingga
memunculkan banyak penyimpangan, yang pada akhirnya merugikan perusahaan dan para pemegang saham publik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
10. Teori keagenan
Teori keagenan Agency theory merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut
berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang prinsipal yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang agensi yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja
sama. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling 1976:6 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham principal. Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara
manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan
diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi.Akibat yang
terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas
investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan
Universitas Sumatera Utara
kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Oleh karena itu prinsipal perlu merancang sistem pengendalian yang memonitor perilaku agen sehingga menghalangi tindakan yang
meningkatkan kekayaan agen dengan cara mengorbankan kepentingan prinsipal. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring
agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.
Pengawasan merupakan salah satu komponen dalam GCG. Kualitas pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang
dilakukan oleh manajer. Dalam membentuk suatu pengawasan yang baik ialah dengan adanya komite-komite yang mengawasi aktivitas perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan integritas laporan keuangan Femiarti,2012:13
11. Sarbanes Oxley
Sarbanes-Oxley Act adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini
dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan
pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau Sarbox. SOX mensyaratkan perusahaan-perusahaanyang tercatat di bursa
saham Amerika untuk mentaati sejumlah aturan untuk menjamin adanya
Universitas Sumatera Utara
kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah laporankeuanganFemiarti,2014:14.
Sejak ditetapkannya SOX terdapat perubahan besar dalam tata kelola perusahaan, khususnya Section 404 yang berhubungan langsung
dengan efektivitas sistem pengendalian internal pelaporan keuangan itu sendiri. Menurut Compliance Week, kebanyakan pengungkapan kelemahan
pengendalian internal dibawah SOX 302 dan 404 berkaitan dengan sistem dan prosedur keuangan, Yan Zhang, et al. 2007:6.
Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan
keuangan. Pada Section 302, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan efektivitas dan perubahan yang signifikan terkait dengan
pengendalian internal. Sedangkan Section 404, mewajibkan perusahaan untuk melakukan penilaian mengenai struktur dan prosedur pengendalian
internal serta menyertakan review dan atestasi oleh KAP.
12. Pengendalian Internal
1.3.2 Pengertian Pengendalian Internal
SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang efektif. Selain itu, pengendalian internal yang efektif dapat membantu
perusahaan mengarahkan kegiatan operasi mereka dan mencegah pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.
Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319 paragraf 2 pengendalian didefinisikan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen ,dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut
ini: a keandalan pelaporan keuangan,b efektivitas dan efisiensi operasi dan c kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
COSO COSO:1 mendefinisikan pengendalian internal dengan: Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi
oleh seorang dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”
Kerangka kerja yang dikembangkan Komite Pendukung Organisasi Comitee of Sponsoring Organizations- COSO, yang
dibentuk oleh lima asosiasi bisnis utama. Aturan yang dibuat komite ini diterbitkan dalam Pengendalian Internal- Kerangka Kerja
TerintegrasiInternal Control-Integrated Framework. Kerangka kerja ini, telah menjadi standar dalam merancang, menganalisis, dan
mengevaluasi pengendalian internal perusahaan. Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal
menurut kerangka COSO Committeeof Sponsoring Organization2006:10:
4. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan fondasi bagi komponen
COSO yang lain. Manajemen harus paham pentingnya pengendalian internal, member contoh, dan memberikan
dukungan, serta menyampaikannya kepada seluruh karyawan.
5. Penilaian Resiko Merupakan proses identifikasi dan analisis resiko yang dapat
menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan serta menentukan cara bagaimana resiko tersebut
ditangani.
Universitas Sumatera Utara
6. Aktivitas Pengendalian Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan bahwa resiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga
membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai apa yang
direncanakan.
7. Informasi dan Komunikasi Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat
penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi.Informasi bisa didapatkan dari eksternal maupun
dari pengolahan internal merupakan potensi strategis.
8. Pengawasan Komponen pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk
memastikan kehandalan sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu.Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas
dari kinerja sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan
melakukan evaluasi secara terpisah.
1.3.3 Kelemahan MaterialMaterial Weakness Pengendalian