Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

10. Teori keagenan

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976:6) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi.Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan


(2)

kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Oleh karena itu prinsipal perlu merancang sistem pengendalian yang memonitor perilaku agen sehingga menghalangi tindakan yang meningkatkan kekayaan agen dengan cara mengorbankan kepentingan prinsipal. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.

Pengawasan merupakan salah satu komponen dalam GCG. Kualitas pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manajer. Dalam membentuk suatu pengawasan yang baik ialah dengan adanya komite-komite yang mengawasi aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan integritas laporan keuangan( Femiarti,2012:13)

11. Sarbanes Oxley

Sarbanes-Oxley Act adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau Sarbox. SOX mensyaratkan perusahaan-perusahaanyang tercatat di bursa saham Amerika untuk mentaati sejumlah aturan untuk menjamin adanya


(3)

kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah laporankeuangan(Femiarti,2014:14).

Sejak ditetapkannya SOX terdapat perubahan besar dalam tata kelola perusahaan, khususnya Section 404 yang berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pengendalian internal pelaporan keuangan itu sendiri. Menurut Compliance Week, kebanyakan pengungkapan kelemahan pengendalian internal dibawah SOX 302 dan 404 berkaitan dengan sistem dan prosedur keuangan, Yan Zhang, et al. (2007:6).

Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan keuangan. Pada Section 302, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan efektivitas dan perubahan yang signifikan terkait dengan pengendalian internal. Sedangkan Section 404, mewajibkan perusahaan untuk melakukan penilaian mengenai struktur dan prosedur pengendalian internal serta menyertakan review dan atestasi oleh KAP.

12. Pengendalian Internal

1.3.2 Pengertian Pengendalian Internal

SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang efektif. Selain itu, pengendalian internal yang efektif dapat membantu perusahaan mengarahkan kegiatan operasi mereka dan mencegah pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.

Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319 paragraf 2 pengendalian didefinisikan sebagai berikut :


(4)

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen ,dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan,(b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

COSO (COSO:1) mendefinisikan pengendalian internal dengan: "Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi oleh seorang dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”

Kerangka kerja yang dikembangkan Komite Pendukung Organisasi( Comitee of Sponsoring Organizations- COSO), yang dibentuk oleh lima asosiasi bisnis utama. Aturan yang dibuat komite ini diterbitkan dalam Pengendalian Internal- Kerangka Kerja Terintegrasi(Internal Control-Integrated Framework). Kerangka kerja ini, telah menjadi standar dalam merancang, menganalisis, dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan.

Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal menurut kerangka COSO (Committeeof Sponsoring Organization)(2006:10):

4. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan fondasi bagi komponen COSO yang lain. Manajemen harus paham pentingnya pengendalian internal, member contoh, dan memberikan dukungan, serta menyampaikannya kepada seluruh karyawan. 5. Penilaian Resiko

Merupakan proses identifikasi dan analisis resiko yang dapat menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan serta menentukan cara bagaimana resiko tersebut ditangani.


(5)

6. Aktivitas Pengendalian

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan bahwa resiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai apa yang direncanakan.

7. Informasi dan Komunikasi

Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi.Informasi bisa didapatkan dari eksternal maupun dari pengolahan internal merupakan potensi strategis.

8. Pengawasan

Komponen pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk memastikan kehandalan sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu.Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah.

1.3.3 Kelemahan Material(Material Weakness) Pengendalian Internal

Masalah terkait pengendalian internal dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: kelemahan material (material weakness), kekurangan yang signifikan (significant deficiency), dan kekurangan pengendalian (control deficiency) (Yan Zhang et. al, 2007: 5).

Menurut SOX 302 dan SOX 404, masalah pengendalian internal yang harus diungkapkan kepada publik adalah kelemahan material. Karena itu, dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada kelemahan material (material weakness) pengendalian internal.

Menurut Auditing Standard No. 2 (dalam Yan Zhang et. al, 2007:6) kelemahan material adalah kekurangan yang signifikan atau


(6)

kombinasi dari kekurangan yang signifikan yang menyebabkan salah saji material pada laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim tidak dapat dicegah atau dideteksi.

1.3.4 Pengungkapan Kelemahan Material Pengendalian Internal

Berdasarkan elemen dari pengendalian internal menurut kerangka COSO (Committee of Sponsoring Organization) pengungkapan kelemahan pengendalian terdiri dari lima elemen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

Cara mengukur Material weakness dalam pengendalian internal adalah sebagai berikut(Femiarti,2012:19):

1. Lingkungan pengendalian dilihat dari bagaimana sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Pada annual report dapat dilihat dari :

a. Integritas dan Etika

b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit

d. Filosofi manajemen dan jenis operasi

e. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia

2. Penilaian risiko pada suatu perusahaan bertujuan mengidentifikasi masalah yang terdeteksi sehingga masalah tersebut dapat dianalisis dan dievaluasi serta dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. Pada perusahaan penilaian risiko ini yaitu dengan adanya pengungkapan identifikasi dan analisis resiko.

3. Salah satu elemen dalam aktivitas pengendalian adalah terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen.Aktivitas pengendalian meliputi revisi terhadap sistim pengendalian,pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistem informasi. Dengan adanya


(7)

pelatihan maka karyawan bisa mengetahui apa saja yang harus dikerjakan.

4. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Dalam menginformasikan dan mengkomunikasikan yang berhubungan pengendalian internal perusahaan maka diperlukan adanya sekretaris perusahaan.Sekertaris perusahaan juga memiliki fungsi yaitu pengawasan. Karena dia orang yang pertama mengetahui apa saja yang terjadi di perusahaan.

2.1.3.3.1 Manajemen resiko (Risk Management)

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996:2).

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).


(8)

Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi. Menurut Darmawi (2005,p.11) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

1 Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

2 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

3 Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

4 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu.

5 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki.Menurut Amran et al (2009:12) manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

1.1.3.3.2. Etika Bisnis

Menurut Velasquez (2005:10), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana


(9)

diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Etika bisnis adalah penerapan etika dalam menjalankan kegiatan suatu bisnis.Pada dasarnya tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, tetapi harus berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku.Norma hukum bisnis mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.Sopiah (2008) menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang. Dengan budaya, lingkungan perusahaan dan kemampuan Komite Audit dengan anggota yang ahli di bidang akuntansi dan/atau keuangan diharapkan akan menjadikan tata kelola perusahaan yang baik. Dengan adanya kondisi ini diharapkan dapat


(10)

meminimalkan kelemahan pengendalian internal di perusahaan tersebut.

2.1.3.3.3Training

Pelatihan (training) adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas.Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang (Mathis,2002:5). Karyawan yang ada di perusahaan membutuhkan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan.

Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan perusahaan dapat tercapai.Dengan meningkatnya efisiensi dan efektivitas karyawan dapat membatu dalam meminimalkan kesalahan dalam


(11)

aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya diterapkan perusahaan di Indonesia.

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal

2.1.4.1. Rapat Komite Audit

Komite audit mempunyai fungsi utama yaitu, membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lainnya, menilai sistem pengendalian internal, serta proses audit internal.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004,tertanggal 24 September 2004 pada peraturan No. IX I.5 tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit didefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakantugas dan fungsinya. Salah satu unsur penting dalam menerapkan prinsip GCG(Good Corporate Governance) yaitu dengan adanya komite audit yang efektif. Komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian dalam menilai pelaksanaan GCG yang baik.

Artikel FCGI (2002) dalam Femiarti(2012:29) menyebutkan bahwa komite audit biasanya perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang


(12)

menyangkut sistem pelaporan keuangan. Adanya kemungkinan bahwa rapat komite audit dengan frekuensi yang lebih dapat mendiskusikan isu-isu tentang pengendalian internal, ketika ada masalah yang signifikan behubungan dengan masalah pengendalian internal, Yan Zhang, et al. (2007:11).

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-29/PM/2004 hal 3 pasal 3e, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

2.1.4.2. Independensi Dewan Komisaris

Di Indonesia saat ini, keberadaandewan komisaris yang independen sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat bilamana diperlukan. Namun terkadang dewan komisaris di suatu perusahaan belum bisa melaksanakan fungsi kontrol terhadap direksi dengan baik(Yudiati, 2011: 23).

Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti frekuensi menadakan rapat dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan rapat, seperti kehadiran dalam rapat, persiapan sebelum rapat, dan partisipasi anggota dalam rapat (Yatim, 2009)dalam Femiarti(2012:32).


(13)

Keuntungan sering diadakan rapat oleh dewan komisaris yaitu anggota dewan dapat mempunyai tambahan waktu untuk membicarakan, menentukan strategi apa yang akan diambil oleh perusahaan, dan memonitor manajemen. Conger et al.(1998)(dalam Yan Zhang et al., 2007:12) menyatakan bahwa rapat yang dilakukan dengan frekuensi tertentu dapat meningkatkan efektivitas dewan komisaris.

2.1.4.3. Rapat Dewan Komisaris

Rapat dewan komisaris merupakan suatu proses yang dilalui oleh dewan komisaris dalam pengambilan suatu keputusan mengenai kebijakan perusahaan. Rapat yang diselenggarakan oleh dewan komisaris dilakukan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh dewan direksi dan implementasinya(Yudiati,2011:25).

Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti frekuensi meeting dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan meeting, seperti kehadiran dalam meeting, persiapan sebelum meeting, dan partisipasi anggota dalam meeting. Keuntungan sering diadakannya meeting oleh dewan komisaris yaitu anggota dewan dapatmempunyai tambahan waktu untuk membicarakan, menentukan strategi apa yangakan diambil oleh perusahaan, dan memonitor manajemen(Yudiati,2011:26).


(14)

14. Reputasi Auditor

Auditor merupakan kunci mekanisme pengawasan eksternal.Auditor dengan reputasi baik seperti The Big Four cenderung untuk memilih perusahaan dengan klien yang memiliki nilai baik dalam komunitas bisnis.

Auditor merupakan profesi yang diperlukan untuk memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan. Informasi tersebut berguna bagi para stakeholdersuntuk melakukan keputusan yang terkait dengan perusahaan. Penyediaan kualitas audit yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan yang terdaftar di bursa efek (Wulandari, 2012:29).

Auditor Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan Non-Big Four.

2.1.4.5 Ukuran Perusahaan

Ada beberapa macam variabel yang secara umum digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan yaitu jumlah aset, jumlah penjualan, dan jumlah karyawan. Dalam hal ini, ukuran perusahaan yang dipakai yaitu jumlah aset. Jumlah aset menggambarkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan,semakin besar sumber daya yang dimiliki perusahaan maka semakin besar skala/ukuran perusahaan. Sebaliknya jika semakin kecil sumber daya yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil pula ukuran perusahaan(Yudiati,2011:28).


(15)

Peningkatan ukuran perusahaan cenderung membuat pemantauan menjadi lebih luas dan meningkatkan kebutuhan mekanisme pengendalian perusahaan (Tao dan Hutchinson, 2011 dalam Wiradharma,2013:40). Doyle, et al (2007:12) menyatakan bahwa rendah dan tingginya pertumbuhan perusahaan memiliki masalah pengendalian internal. Wallace dan Kreutsfeldt (1991) dalam Femiarti (2009:30) mengidentifikasi ukuran perusahaan sebagai salah satu dari karakteristik perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan untuk membentuk suatu mekanisme pengendalian internal.

2.1.4.6 Pertumbuhan Penjualan

Menurut Kesuma (2009:41), pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan


(16)

penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga semakin kecil. Pertumbuhan yang cepat menghasilkan persediaan yang besar yangmenyikapi tambahan risiko pengendalian internal untuk mengukur dan mengawasi perluasan aktiva lancar.Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan yang tinggi berpotensi menyebabkan tingginya kelemahan pengendalian internal.

2.2. Review Penelitian terdahulu

Ge dan McVay (2005) menemukan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan positif terkait dengan kompleksitas usaha (misalnya, beberapa segmen dan mata uang asing), berhubungan negatif dengan ukuran perusahaan (misalnya, pasar modal), dan negatif terkait dengan profitabilitas perusahaan (misalnya, return on asset).

Hollis Ashbaugh-Skaife, et al (2005) yang melakukan penelitian dengan judul The Discovery and Reporting of internal control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits, dari penelitian tersebut telah diambil kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan yang laporan ICDs memiliki operasi yang lebih kompleks sebagai proksi dengan jumlah segmen bisnis dan penjualan asing, lebih sering terlibat dalam merger dan akuisisi dan restrukturisasi, mengadakan persediaan lebih dan relatif lebih cepat tumbuh terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan kelemahan pengendalian internal.


(17)

Jeffrey Doyle, et al (2006) yang melakukan penelitian dengan judul Determinant of weakness in internal control over financial reporting. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan menunjukkan bahwa materi kelemahan dalam pengendalian internal lebih mungkin untuk perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, kurang menguntungkan, lebih kompleks, berkembang pesat, atau mengalami restrukturisasi.

Yan Zhang, et al. (2007) yang melakukan penelitian dengan judul Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa ada relasi antara kualitas komite audit, independensi auditor, dan kelemahan pengendalian internal. Perusahaan teridentifikasi memiliki kelemahan pengendalian internal jika anggota komite audit sedikit memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan.

Lin et al. (2011) melakukan penelitian judul penelitian “The Role of The Internal Audit in the Disclosure of Material Weakness”. Diambil kesimpulan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan negatif terkait dengantingkat pendidikan IAF dan sejauh mana IAF menggabungkan teknik kualitasjaminan ke lapangan, kegiatan audit terkait dengan pelaporan keuangan. Selain itu ditemukan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan positif dengan praktek IAF terkait perikatan audit dan koordinasi auditor eksternal-internal, menunjukkan bahwa kegiatan ini meningkatkan efektivitas proses kepatuhan Bagian 404. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dapat diringkas seperti yang terdapat dalam tabel 2.1.


(18)

Tabel 2.1

REVIEW PENELITIAN TERDAHULU Nama

peneliti Judul Variabel Teknik Indikator Pembahasan

dan tahun Penelitian Analisis

Doyle, Determinants Independen: Regresi SEC materi kelemahan dalam Ge dan of weaknesses Pertumbuhan Logistik (Account pengendalian internal lebih McVay in control penjualan: spesific, mungkin untuk perusahaan (2005) internal Penjualan Company perusahaan yang lebih over financial tahun ini Level kecil kurang

reporting dikurang tahun ,staffing, menguntungkan lebih

sebelumnya compelexity, kompleks

dibagi tahun general) berkembang pesat atau

sebelumnya, mengalami restrukturisasi

transaksi luar

negri: bila ada,1

.Bila tidak, 0,

segmen: log

dari berapa

segmen yang

digunakan,dll

Dependen:

Account

spesific,

company level

,staffing,

compelexity,

General

Zhang, Audit Independen : Regresi SEC Ada relasi antara kualitas Zhou, Comitee Kualitas Logistik (Account komite audit, independensi dan Quality, Auditor Komite Audit: spesific, auditor, dan kelemahan Zhou Independence, menggunakan company pengendalian internal. (2007) and Internal ACFE level,staffing, Perusahaan teridentifikasi Control Independensi compelexity, memiliki kelemahan internal Weakness Auditor:∑ general) kontrol jika anggota komite


(19)

Lanjutan tabel 2.1

dependen:

Lanjutantabel 2.1

Independen Keahlian akuntansi dan/

dibagi dengan atau keuangan.

∑ anggota Dewan dependen: Material weakness sudah dilaporkan di Compliance week

Ashbaugh- The Discovery Independen: regresi SEC Perusahaan-perusahaan Skaife,Collins and Reporting Perlengkapan: Logistik (Account yang laporan ICDs

dan Kinney of Internal Jumlah spesific, memiliki operasi yang lebih (2005) Control perlengkapan , company kompleks

Deficiencies Pertumbuhan level,staffing, sebagai proxy dengan Prior to SOX- penjualan: compelexity, jumlah segmen bisnis dan

Mandated Penjualan general) penjualan

Audits tahun ini asing, lebih sering terlibat

dikurang tahun dalam merger dan akuisisi

Sebelumnya dan restrukturisasi,

dibagi tahun mengadakan persediaan

sebelumnya, lebih

Persentase mengungkapkan kelemahan

kerugian: pengendalian internal.

kerugian dibagi

penjualan pada

tahun ini ,

Pergantian auditor:1 bila Perusahaan Mengganti auditor dan Juga Sebaliknya


(20)

Material Weakness sudah dilaporkan di Compliance Week

Lin, The Role of I n d e p e n d e n : regresi SEC Menemukan tidak ada Pizzini, Internal Audit Atribut IAF : Logistik (Account hubungan antara

Vargus Function in the b e r a p a t a h u n spesific, pengungkapan MW dan dan Disclosure of P e n g a l a m a n company atribut kualitas IAF Bardhan Material s t a f f a u d i t , level,staffing, kompetensi, objektivitas,

(2011) Weaknesses e d u k a s i , compelexity, dan investasi IAF.

s e r t i f i k a t , general)

S e b e r a p a

sering training

, d l l

A k t i v i t a s

I A F :

P e r i n g k a t

internal audit,

fokus keuangan

,koordinasi,dll

D e p e n d e n :

M a t e r i a l

Weakness

sudah

dilaporkan di

C o m p l i a n c e

Week

Femiarti Audit Independen: Regresi COSO keahlianakuntansidan/atau Dan Committee, Keahlian Logistik keuangan komite audit atau Dewayanto Financial Expert akuntansi: audit committee financial (2012) dan Internal ∑ahli keuangan experts dan internal audit

Audit dibagi dengan perusahaan manufaktur tak

Pengungkapan anggota komite berpengaruh

Kelemahan audit, signifikan terhadap

Lanjutan tabel 2.1

Pengendalian internal audit: pengungkapan kelemahan Internal ada chief audit pengendalian internal


(21)

Tidak dependen: Lingkungan Pengendalian ,penilaian resiko, Aktivitas Pengendalian informasi dan komunikasi & Pemantauan Krishnan Audit

committee Independen: Regresi SEC Adanya indikasi bahwa (2005) quality and Komite Audit: Logistik (Account

komite audit independen dan

internal

control: Menggunakan spesific,

komite audit dengan keahlian

An empirical ACFE(financial company keuangan cenderung Analysis expert dibagi level, dikaitkan dengan kejadian

Anggota staffing, masalah pengendalian

komite audit) compelexity, internal

dependen: general)

Material Weakness sudah dilaporkan di Compliance Week

Sumber: Berbagai jurnal penelitian,2014


(22)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang terjadi antara kelemahan material(material weakness)pengendalian internal. Kerangka konseptual pada gambar 2.2 terdiri dari 3 model penelitian sebagai berikut:

15. Model I dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi Risk Management.

16. Model II dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi etika bisnis.

17. Model III dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi Training.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan review penelitian terdahulu maka dibangun kerangka konseptual pada gambar 2.2


(23)

H1

H2 H2

H3

Gambar 2.2 KerangkaKonseptual

Gambar 2.2 mengindikasikan bahwa rapat komite audit(X1),independensi dewan komisaris(X2), rapat dewan komisaris(X3), reputasi auditor(X4),ukuran perusahaan(X5) ,dan pertumbuhan penjualan(X6) mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal dengan proksi risk management(Y1),etika bisnis(Y2) dan training(Y3).Penjelasan detail mengenai pengaruh rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal diuraikan berikut ini:

1. Rapat Komite Audit.

Sesuai dengan teori keagenan, untuk dapat menurunkan asimetri informasi dan menjembatani kepentingan pemilik dan manajemen, komite audit harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan untuk meningkatkan efektivitasnya dalam melaksanakan peran pengawasan atas

FAKTOR-FAKTOR Kelemahan material

(material weakness) pengendalian internal: RapatKomiteAudit(X1

)

IndependensiDewanKo misaris(X2) RapatDewanKomisaris

(X3)

Reputasi Auditor(X4) Ukuran Perusahaan(X5) PertumbuhanPenjualan

(X6)

Risk Management(Y1)

EtikaBisnis(Y2)


(24)

proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Pengetahuan dan pemahaman itu bisa didapatkan dengan adanya pertemuan dan pertukaran pendapat dengan anggota yang lain. Peningkatan frekuensi pertemuan antar anggota akan meningkatkan pula pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan. Oleh karena itu, Komite Audit perlu mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun (FCGI,2002)(dalam Femiarti,2012:29).

Mcmullen dan Raghunan (1996:14) menemukan bahwa hasil audit berbagai firma komite dengan tindakan penegakan SEC atau penghasilan restatements yang kurang, cenderung memiliki rapat yang sering daripada yang tidak sama sekali. Namun, hal ini juga mungkin bahwa komite audit memenuhi lebih sering untuk membahas isu-isu pengendalian internal, ketika ada masalah penting yang terkait dengan perusahaan pengendalian internal.Oleh karena itu, hubungan antara jumlah rapat-rapat komite audit dan kualitas kontrol internal berpengaruh negatif.

2. Independensi Dewan Komisaris

Pada independensi dewan komisaris, diukur sebagai persentase dewan komisaris yang kompeten dengan jumlah dewan komisaris, karena penelitian menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris adalah negatif terkait dengan kemungkinan penipuan keuangan dan tindakan penegakan SEC ( Beasley, tahun 1996; Dechow et al. , 1996 dalamFemiarti 2012:29 ).


(25)

Conger et al. (1998) dalam Yan Zhang, et al. (2007:12) menyarankan bahwa frekuensi rapat dewan sangat penting untuk meningkatkan efektivitas Dewan. Dewan independensi, ukuran, dan pertemuan frekuensi semua mempengaruhi papan efektivitas. Semuanya itu sangat berhubungan dengan kualitas internal kontrol.

4. Reputasi Auditor

Perusahaan audit yang tergabung dalam The Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal kliennya dibanding kan dengan auditor non Big Four (Cohen et al., 2009 dalam Yudiati,2011:26). Tuntutan seperti itu mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk menjaga kualitas audit dan untuk melindungi reputasi mereka. Oleh karena itu, tekanan yang lebih besar akan terdapat pada perusahaan yang menggunakan jasa audit non Big Four dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa audit Big Four (Yudiati,2011:26).

5. Ukuran Perusahaan

Perusahaan berukuran besar memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pengendalian internal perusahaan. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya untuk menyewa auditor eksternal yang dapat membantu mendesain pengendalian internal

yang kuat.Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki kesulitan dalam mengevaluasi pengendalian internal dikarenakan belum mempunyai struktur yang formal atau


(26)

struktur yang baik dalam pengendalian internal mereka. Perusahaan kecil cenderung mempunyai sumber daya yang terbatas, termasuk sumber daya yang dikhususkan untuk mendesain dan menerapkan pengendalian internal yang efektif dan masuk akal.Komponen pengendalian internal, seperti pemisahan tugas, relative lebih sulit untuk diterapkan di perusahaan kecil(Swatia Nirmala,Daljono,2013:2).

6. PertumbuhanPenjualan

Tingkat pertumbuhan yang cepat dari entitas berpotensi memerlukan prosedur baru, teknologi, personel, atau mengatur mode.Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kelemahan pengendalian internal. Doyle, et al. (2007:14) dan Ashbaugh-Skaife, et al. (2006:15) menegaskan bahwa personel baru, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk menyeimbangkan kebutuhan pengendalian internal dan pertumbuhan.

Pertumbuhan yang lebih cepat membuat internal control dapat mengantisipasi perubahan secara tiba-tiba. Akibatnya, pertumbuhan cepat berpotensi meningkatkan risiko kelemahan pengendalian internal.(J.Doyle, 2006:2)

1.3.1. HipotesisPenelitian

Menurut Erlina(2008:41) “Hipotesis menyatakan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan


(27)

kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internaldiproksikan risk management.

H2:Rapat komite audit, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis..

H3:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan training.


(1)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang terjadi antara kelemahan material(material weakness)pengendalian internal. Kerangka konseptual pada gambar 2.2 terdiri dari 3 model penelitian sebagai berikut:

15.Model I dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi Risk Management.

16.Model II dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi etika bisnis.

17.Model III dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan pengendalian internal dengan proksi Training.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan review penelitian terdahulu maka dibangun kerangka konseptual pada gambar 2.2


(2)

H1

H2 H2

H3

Gambar 2.2 KerangkaKonseptual

Gambar 2.2 mengindikasikan bahwa rapat komite audit(X1),independensi dewan komisaris(X2), rapat dewan komisaris(X3), reputasi auditor(X4),ukuran perusahaan(X5) ,dan pertumbuhan penjualan(X6) mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal dengan proksi risk management(Y1),etika bisnis(Y2) dan training(Y3).Penjelasan detail mengenai pengaruh rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal diuraikan berikut ini:

1. Rapat Komite Audit.

Sesuai dengan teori keagenan, untuk dapat menurunkan asimetri informasi dan menjembatani kepentingan pemilik dan manajemen, komite audit harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan untuk meningkatkan efektivitasnya dalam melaksanakan peran pengawasan atas

FAKTOR-FAKTOR Kelemahan material

(material weakness) pengendalian internal: RapatKomiteAudit(X1 ) IndependensiDewanKo misaris(X2) RapatDewanKomisaris (X3) Reputasi Auditor(X4) Ukuran Perusahaan(X5) PertumbuhanPenjualan (X6) Risk Management(Y1) EtikaBisnis(Y2) Training(Y3)


(3)

proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Pengetahuan dan pemahaman itu bisa didapatkan dengan adanya pertemuan dan pertukaran pendapat dengan anggota yang lain. Peningkatan frekuensi pertemuan antar anggota akan meningkatkan pula pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan. Oleh karena itu, Komite Audit perlu mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun (FCGI,2002)(dalam Femiarti,2012:29).

Mcmullen dan Raghunan (1996:14) menemukan bahwa hasil audit berbagai firma komite dengan tindakan penegakan SEC atau penghasilan restatements yang kurang, cenderung memiliki rapat yang sering daripada yang tidak sama sekali. Namun, hal ini juga mungkin bahwa komite audit memenuhi lebih sering untuk membahas isu-isu pengendalian internal, ketika ada masalah penting yang terkait dengan perusahaan pengendalian internal.Oleh karena itu, hubungan antara jumlah rapat-rapat komite audit dan kualitas kontrol internal berpengaruh negatif.

2. Independensi Dewan Komisaris

Pada independensi dewan komisaris, diukur sebagai persentase dewan komisaris yang kompeten dengan jumlah dewan komisaris, karena penelitian menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris adalah negatif terkait dengan kemungkinan penipuan keuangan dan tindakan penegakan SEC ( Beasley, tahun 1996; Dechow et al. , 1996 dalamFemiarti 2012:29 ).


(4)

Conger et al. (1998) dalam Yan Zhang, et al. (2007:12) menyarankan bahwa frekuensi rapat dewan sangat penting untuk meningkatkan efektivitas Dewan. Dewan independensi, ukuran, dan pertemuan frekuensi semua mempengaruhi papan efektivitas. Semuanya itu sangat berhubungan dengan kualitas internal kontrol.

4. Reputasi Auditor

Perusahaan audit yang tergabung dalam The Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal kliennya dibanding kan dengan auditor non Big Four (Cohen et al., 2009 dalam Yudiati,2011:26). Tuntutan seperti itu mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk menjaga kualitas audit dan untuk melindungi reputasi mereka. Oleh karena itu, tekanan yang lebih besar akan terdapat pada perusahaan yang menggunakan jasa audit non Big Four dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa audit Big Four (Yudiati,2011:26).

5. Ukuran Perusahaan

Perusahaan berukuran besar memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pengendalian internal perusahaan. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya untuk menyewa auditor eksternal yang dapat membantu mendesain pengendalian internal

yang kuat.Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki kesulitan dalam mengevaluasi pengendalian internal dikarenakan belum mempunyai struktur yang formal atau


(5)

struktur yang baik dalam pengendalian internal mereka. Perusahaan kecil cenderung mempunyai sumber daya yang terbatas, termasuk sumber daya yang dikhususkan untuk mendesain dan menerapkan pengendalian internal yang efektif dan masuk akal.Komponen pengendalian internal, seperti pemisahan tugas, relative lebih sulit untuk diterapkan di perusahaan kecil(Swatia Nirmala,Daljono,2013:2).

6. PertumbuhanPenjualan

Tingkat pertumbuhan yang cepat dari entitas berpotensi memerlukan prosedur baru, teknologi, personel, atau mengatur mode.Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kelemahan pengendalian internal. Doyle, et al. (2007:14) dan Ashbaugh-Skaife, et al. (2006:15) menegaskan bahwa personel baru, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk menyeimbangkan kebutuhan pengendalian internal dan pertumbuhan.

Pertumbuhan yang lebih cepat membuat internal control dapat mengantisipasi perubahan secara tiba-tiba. Akibatnya, pertumbuhan cepat berpotensi meningkatkan risiko kelemahan pengendalian internal.(J.Doyle, 2006:2)

1.3.1. HipotesisPenelitian

Menurut Erlina(2008:41) “Hipotesis menyatakan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan


(6)

kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internaldiproksikan risk management.

H2:Rapat komite audit, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis..

H3:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan training.