Efisiensi pada komisi pemberantasan korupsi (KPK) di Indonesia dengan metode data envelopment analysis (DEA)

EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI INDONESIA
DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

DisusunOleh :
MUHAMMAD YUSUF
NIM :1111084000058

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap


: Muhammad Yusuf

2. Tempat Tanggal Lahir

: Jakarta, 10 Juni 1993

3. Alamat

: Jl. Bangka IV No.50, RT 020 RW 03,
Pela Mampang, Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta

II.

4. Telepon

: 08561046515

5. E-mail


: yusuf3163sbc@yahoo.co.id

PENDIDIKAN
1. SDN 02 Petang Jakarta

Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 141 Jakarta

Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 60 Jakarta

Tahun 2008-2011

4. S1 Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Tahun 2011-2015

UIN Syarif Hidayatullah


III.

PENGALAMAN ORGANISASI

IV.

SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional “How to Get International Scholarships?”,
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 Oktober 2012.
2. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat
dengan Jurusan Sendiri”, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ilmu Ekonimi dan Studi Pembangunan (HMJ IESP) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3 Oktober
2013.

i

3. Bedah Buku “ Satanic Finance”, diselenggarakan oleh LDK KOMDA

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7 Mei
2014,
4. Seminar Nasional IAEI “Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi
Syariah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA 2015”,
diselenggarakan

oleh

Ikatan

Ahli

Ekonomi

Islam

Indonesia

bekerjasama dengan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), 11
Oktober 2014.

5. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro yang
Berdaya Saing Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) 2015”, diselenggarakan oleh Social Trust Fund UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 13 Oktober 2014.
6. Seminar Nasional “Prospek Dan Peluang Bekerja Di Perbankan
Syariah” diselenggarakan oleh Yayasan Panca Sakti Luhur Jakarta
bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, 11 April
2015.

V.

PENGALAMAN KERJA
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai divisi perlengkapan, 2014.
2. Litbang KOMPAS Gramedia sebagai surveyor dalam Survei Pemilu,
2014.
3. Transpararency International Indonesia sebagai Rapporteur dalam
Forum Gratifikasi Nasional, 2014.
4. Litbang KOMPAS Gramedia sebagai surveyor dalam Survei Indeks
Kota Kerdas Indonesia, 2015.


ii

VI.

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Sugiyo Futopo

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Comal, 27 Mei 1963

3. Ibu

: Almh. Muharyati

4. Tempat, Tanggal Lahir

: Brebes, 12 Juni 1964


5. Alamat

: Jl. Bangka IV No.50, RT 20 RW 03,
Pela Mampang, Mampang Prapatan,
Jakarta-Selatan, DKI Jakarta

6. Anak ke

: 2 dari 3 bersaudara

iii

ABSTRACT
If the talk and focus on Indonesia, to which Indonesia is a country with a
Muslim majority in the world, if seen from the facts and existing rasuah case, still
worth if Indonesia becomes a haven for corruptors to commit criminal acts of
corruption, this is due to the weakness and not maximal governing law. Rasuah
potential is still very large in Indonesia, therefore the government established the
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). The purpose of this study was to determine

the level of efficiency of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). The data used in
this research is secondary data obtained from the annual report published by Komisi
Pemberantasan Korupsi. Measurement of efficiency in this study using Data
Envelopment Analysis (DEA). Input variables used in this study is the budget for the
KPK and the number of deputies prosecution, while the variable output is and
religiosity (religious activities) and cases handled.
Results from this study indicate that the KPK is always achieve the level of
efficiency of 100 percent in the period 2010, 2012 and 2014, in other side the KPK
experienced inefficiency in 2011 and 2013. On average achievement of efficiencies
KPK from 2010 to 2014 amounted to 96.71 percent.
Keyword: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Komisi Pemberantasan Korupsi

iv

ABSTRAK
Jika bicara dan fokus pada Indonesia, yang mana Indonesia merupakan
Negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, jika dilihat dari fakta dan
kasus rasuah yang ada, masih pantaslah jika Indonesia menjadi surga para
koruptor untuk melakukan tindak pidana korupsi, hal ini dikarenakan masih
lemahnya dan belum maksimalnya hukum yang mengatur. Potensi rasuah masih

sangat besar di Indonesia, maka dari itu pemerintahan mendirikan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan
tahunan yang diterbitkan oleh KPK. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang
digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran untuk KPK dan jumlah deputi
penindakan, sedangkan variabel outputnya adalah religiusitas (kegiatan
keagamaan) dan kasus yang ditangani.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KPK yang selalu mencapai
tingkat efisiensi 100 persen pada periode 2010, 2012 dan 2014, di sisi lain KPK
mengalami inefisiensi pada tahun 2011 dan 2013. Rata-rata pencapaian efisiensi
KPK dari tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 96.71 persen.

Kata kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Komisi Pemberantasan Korupsi.

v

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Al - Wahhab Yang Maha Penganugrah, yang telah
memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan
kebenaran. Penulisan skripsi yang berjudul “Efisiensi Pada Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)” ini
disusun dalam rangka memenuhi syarat - syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Keluarga yang terbaik dan tersayang, Almarhum Ibunda Muharyati yang selama
hidupnya tidak pernah bosan mencurahkan doa di setiap sujudnya untuk
mengiringi langkah hidup penulis, dan selalu memberikan motivasi terbaik serta
perhatiannya selama ini kepada penulis. Ayahanda Sugiyo Futopo yang telah
bekerja keras demi anak - anak dan keluarga. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih untuk segala curahan kasih sayang yang tulus, perhatian, motivasi
baik moril maupun materil, serta doa - doanya yang selalu mengiringi langkah
penulis untuk meraih cita - cita yang penulis impikan.
2. Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang baru semoga dapat memajukan dan mengembangkan
FEB lebih baik lagi.
3. Bapak Arief Fitrijanto M, Si, selaku Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
yang baru semoga dapat memajukan dan mengembangkan IESP lebih baik lagi.

vi

4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M. Sc dan Bapak Zainail Mutaqqin M.Pp selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris IESP sebelumnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jakarta yang telah meluangkan waktu dan arah – arahan yang baik selama saya
berkonsultasi.
5. Bapak DR. IR. H. Roikhan Mochamad Aziz MM, selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I dan penemu rumus tuhan hahslm, yang dengan kerendahan hatinya
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu yang berharga,
serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih
atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
6. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan pengetahuan guna
melancarkan penulisan skripsi ini sehingga sampai pada sidang skripsi.
7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan karyawanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Kakak penulis yaitu Gaga Angga Saputra yang selalu memberi semangat dan
menghibur dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Adik penulis yaitu Lulu Fauziah yang selalu menghibur dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat yang terbaik dan tersayang sejak SMP yaitu Andri Riyadi, Bobby
Hamonangan Simanjuntak, Jefry Wahyu Saputra, Raden Mohammad Denny
Saputra, dan Umar Muchtar. Terima kasih atas doa kalian dan semangat serta
dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
persahabatan ini selalu erat dan saling mendukung serta mendoakan satu sama
lain dalam menggapai impian masing - masing.
11. Sahabat yang terbaik dan tersayang sejak SMA yaitu Basori Ahmad, Langgeng
Setyo Utomo dan Rosyaleh Zakhiri. Terima kasih atas doa kalian dan semangat
serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

vii

persahabatan ini selalu erat dan saling mendukung serta mendoakan satu sama
lain dalam menggapai impian masing - masing.
12. Kepada Rahma Chairunisa yang selalu mendukung dan mendoakan saya serta
memberikan semangat dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas perhatiannya selama ini.
13. Sahabat yang terbaik dan seperjuangan IESP 2011, Feristi Irza Rolis, Dita Nur
Amanda, Refi Kurniasari, Aldila Hapsari, Mirna Fitri, Vina Refriana, Dimas
Brianto, Dwi Nuni, Ario Wicaksono, Ziko Medri Saputra, Geo Fikri Muhammad,
Ahmad Misbahul Munir dan Risdiansyah. Terima kasih atas dukungan, semangat,
doa, serta seluruh masa indah yang kita pupuk saat senang dan sedih selama
empat tahun kuliah ini.
14. Teman - teman IESP angkatan 2011 yang penulis cintai dan tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk empat tahun kebersamaan dengan
kalian yang penuh warna, tanpa kalian penulis bukanlah siapa - siapa, serta tiada
kesan tanpa adanya kalian selama empat tahun ini. Semoga Allah selalu
melindungi setiap langkah kalian dalam menggapai kesuksesan dan membalas
kebaikan - kebaikan kalian.
15. Kakak jurusan IESP yaitu Virgin Ariana Pramono yang dengan kerendahan hati
telah berbagi ilmu dan memberikan bantuannya, serta dukungannya untuk penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
16. Kelompok KKN “Teropong” yaitu Abdil Izzat Malanovic, Indras Pian, Eko
Prayitno, Ridho Ihsani, Maryanti Wahyuningsih, Siti Noer Rahma Cahyani,
Nevisia Nindya Pradani, Uswatun Hasanah, Nurmahalia, Fahrul Ramadhan, dan
Ade Badru Tamam, terima kasih atas kerjasamanya dalam menyukseskan praktek
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Situdaun, Bogor. Semoga Allah Swt
melindungi setiap langkah kalian dalam menggapai impian masing-masing.

viii

Penulis

menyadari

sepenuhnya

bahwa

skripsi

ini

masih

jauh

dari

sempurnadikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis.Olehkarena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkankritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamua’alaikumWr. Wb.
Jakarta, 5 Juli 2015

Muhammad Yusuf

ix

DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup………………………………………………….

i

Abstract…………………………………………………………………..

iv

Abstrak………………………………………………………………….

v

Kata Pengantar…………………………………………………………

vi

Daftar Isi……………………………………………… …………………

x

Daftar Tabel……………………………………………………………..

xiii

Daftar Grafik…………………………………………………………….

xiv

Daftar Lampiran………………………………………………………..

xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….

1

A. Latar Belakang…….……………………………………………......
B. Perumusan Masalah…………………………………………………
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………..

1
7
7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….
A. Landasan Teori……………………………………………………...
1. Rasuah.……………………………………………………………
2. Korupsi…………………………………………………………....
a. Pengertian Korupsi………….……………………..………….

x

9
9
9
10
10

b. Korupsi Dalam Hukum Islam…………………………………
11
3. Komisi Pemberantasan Korupsi……………………………………
15
a. Pengertian Komisi Pemberantasan Korupsi……………………
15
b. Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi…………...…….……...
16
c. Struktur Komisi Pemberantasan Korupsi …….………………..
17
d. Visi dan Misi Komisi Pemberantasan Korupsi……….……….
18
4. Teori Efisiensi……………………...……………………………...
19
a. Pengertian Efisiensi…………………………………………….
19
b. Efisien Dalam Hukum Islam……………………………………
26
5. Konsep CRS dan VRS…………………………………………….
29
6. Orientasi Pengukuran Data Dengan Menggunakan Data Envelopment
Analisys……………………………………………………………….
32
7. Konsep Input dan Output Dalam Pengukuran Efisiensi……………
33
8. Data Envelopment Analysis (DEA)……………………………….
34
B. Penelitian Terdahulu………………………………………………......
37
1. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007)…………………………
38
2. Lela Dina Pertiwi (2007)..…………...……………………..…….
38
3. Nasher Akbar (2009) ……………………...………………...........
39
4. Rakhmat Purwanto (2011) …..…………………………………....
40
5. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2012)….
40
6. Sandi Kusuma Wardana (2013)……………………………….……
41
7. Dian Merini (2013)…………………………………………………
42
8. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2013)…. 43
C. Kerangka Berpikir……………………………………………………...
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….
A.
B.
C.
D.

Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………
Sumber Data…………….………………………………………………
Metode Pengumpulan Data……..………………………………………
Metode analisis Data…….……………..……………………………….
1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA)………………………..
2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik………………………………..
E. Variabel Operasional Penelitian…………………………………………

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………………………..
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………..
1. Perkembangan Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia……….
xi

51
51
51
51
53
53
60
64
66
66
66

2. Perkembangan Badan Amaliah Islam KPK (BAIK)………………...
3. Uraian Data…………………………………………………………..
B. Analisis dan Pembahasan…………………………………………
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi KPK………
a. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2010………………
b. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2011………………
c. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2012………………
d. Analisis Teknis Efisiensi KKP Tahun 2013……………..
e. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2014……………
2. Analisis dan Interpretasi……………………………………...

72
73
80
82
83
84
85
86
87
88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….

93

A. Kesimpulan……………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………

93
94

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..

xii

96

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi……………………….

2

Tabel 1.2 Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi……………………….

3

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu…………………………………

44

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir……………………………………………..

50

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian……………………………….

65

Tabel 4.1 Input Anggaran untuk KPK………………………………...

74

Tabel 4.2 Input Jumlah Deputi Penindakan…………………………….

76

Tabel 4.3 Output Religiusitas (kegiatan keagamaan)…………………….

77

Tabel 4.4 Output Kasus yang Ditangani………...……………………….

78

Tabel 4.5 Tingkat Efisiensi KPK………………………………………...

81

Tabel 4.6 Tingkat Efisiensi KPK…………………………………………

83

Tabel 4.7 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2010 ………………...……………

83

Tabel 4.8 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2011 ……………….……………

84

Tabel 4.9 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2012…………………………….

85

Tabel 4.10 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2013…………………………….

86

Tabel 4.13 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2014 ….…………...…………….

88

xiii

DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Input Anggaran Untuk KPK………………………………….

75

Grafik 4.2 Input Jumlah Deputi Penindakan .……………………………

76

Grafik 4.3 Output Religiusitas (kegiatan keagamaan)…………………….

78

Grafik 4.5 Output Kasus yang Ditangani………….…….……………….

79

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Input – Output KPK Tahun 2010 – 2014 ……………..

99

Lampiran 2 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2010 dengan DEAWIN .………

100

Lampiran 3 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2011 dengan DEAWIN……….

101

Lampiran 4 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2012 dengan DEAWIN……….

102

Lampiran 5 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2013 dengan DEAWIN……......

103

Lampiran 6 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2014 dengan DEAWIN……….

104

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dari berbagai Negara yang berada di belahan dunia, rasuah atau yang
dikenal dengan korupsi dianggap sebagai musuh terbesar di dalam Negara
tersebut, karena korupsi sangat bisa menghancurkan suatu sistem ataupun tujuan
yang telah dibuat dan direncanakan dengan bagus oleh suatu Negara tersebut dan
korupsi semestinya harus dilawan dan diperangi secara bersama – sama oleh
masyarakat serta pemerintahan di dalam suatu Negara, agar keadaan suatu Negara
dapat lebih baik dan dapat memenuhi dan mencapai tujuan yang ingin dicapai
oleh suatu Negara tersebut.
Jika bicara mengenai rasuah, sesungguhnya rasuah memang sudah ada
dari zaman dahulu dan perkembangannya serta prakteknya sampai

sekarang

masih saja ada, hal ini dikarenakan dengan adanya budaya dan kebiasaan yang
terus - menerus diterapkan oleh masyarakat di suatu Negara dan ditambah dengan
peraturan serta hukum yang belum memberikan efek jerah bagi para pelaku
praktek rasuah di berbagai Negara, maka dari itu sekiranya hal - hal yang
menyebabkan prektek rasuah ini masih saja ada pada zaman sekarang ini.
Dewasa ini para pelaku dari praktek rasuah itu bisa dari semua kalangan,
baik yang berasal dari kalangan bawah sampai dengan kalangan atas, bahkan
melibatkan pejabat publik ataupun aparat Negara. Tentunya praktek rasuah yang

1

dilakukan itu berbeda – beda, dari yang mempunyai skala kecil, sampai dengan
skala yang besar, yang mana dari melakukan suap sampai dengan mengambil
uang milik Negara demi kepentingan dan memperkaya diri sendiri. Hal ini
tentunya membuat masyarakat sangat khawatir akan hal ini, maka dari itu di
berbagai Negara, rasuah dinyatakan sebagai kejahatan yang sangat luar biasa dan
hukumannya sangat berat bagi pelakunya.
Tabel 1.1
Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi
Peringkat
Negara
Skor
107
Indonesia
34
126
Pakistan
29
136
Iran
27
159
Syria
20
166
Libya
18
172
Afganistan
12
173
Sudan
11
Sumber : Laporan Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2014, Transparancy
International Indonesia, Diolah
Jika merujuk dari laporan yang dikeluarkan oleh Transparency
International di tahun 2014, yang menunjukkan bahwa yang termasuk ke dalam
Negara yang paling rasuah ialah bukan saja Negara muslim yang tipologi nya
sekuler, tetapi juga ada Negara muslim yang merupakan neo Islam seperti
Afganistan, Iran, Libya, Pakistan dan juga Sudan. Sementara Negara muslim yang
tipologinya sekuler yang dinilai termasuk dalam Negara yang tinggi praktek
rasuahnya yaitu Indonesia, dan Syiria. Tentunya hal ini membuat para Negara
muslim sudah sepatutnya malu akan fakta dari laporan tersebut.

2

Tabel 1.2
Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi
Peringkat
Negara
Skor
1
Denmark
92
2
New Zealand
91
3
Finlandia
89
4
Sweden
87
5
Norway
86
Sumber : Laporan Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2014, Transparancy
International Indonesia, Diolah
Jika melihat pada tabel diatas pada laporan yang dikeluarkan oleh
Transparency International di tahun 2014, yang menjadi Negara yang paling
bersih dan menjauhi dari praktek rasuah merupakan Negara non muslim, yaitu
Denmark, New Zealand, Finlandia, Swedia, dan Norwegia. Sedangkan Negara
muslim jauh tertinggal di belakang, jika sudah begini berarti bisa dikatakan bahwa
Negara non muslim lebih pandai dan lebih mampu dalam menerapkan nilai – nilai
terhadap anti rasuah jika dibandingkan dengan Negara muslim sendiri.
Melihat fakta tersebut sesungguhnya sangat disayangkan sekali oleh
semua pihak yang mana, seharusnya Negara muslimlah yang mempunyai akhlak
yang bagus dan bersih dan mampu serta lebih baik dalam menerapkan nilai – nilai
anti rasuah dibandingkan Negara non muslim, namun jika merujuk pada fakta
tersebut Negara muslim sudah sepatutnya segera membenahi diri, mulai dari
membuat peraturan yang tegas sampai dengan pembekalan diri agar akhlak
indivdu di Negara muslim bisa sempurna dan agar nantinya selalu amanah dalam
menjalankan semua pekerjaan.

3

Jika melihat Indonesia, rasuah memang sudah ada dan mendarah daging
sejak zaman pemerintahan terdahulu sampai dengan zaman pemerintahan
sekarang, hal inilah yang membuat rasuah harus diberantas secara keseluruhan,
karena pelaku praktek rasuah sangatlah cerdas dalam menyembunyikan berbagai
praktek rasuahnya tersebut, dari rasuah yang kerugiannya tidak diraasakan
langsung maupun yang dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat.
Jika bicara dan fokus pada Indonesia saja, yang mana Indonesia
merupakan Negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, jika dilihat dari
fakta dan kasus rasuah yang ada, masih pantaslah jika Indonesia menjadi surga
para koruptor untuk melakukan tindak pidana korupsi, hal ini dikarenakan masih
lemahnya dan belum maksimalnya hukum yang mengatur, bahkan di Indonesia
masih terdapat beberapa praktek rasuah yang dilakukan oleh aparat hukum.
Kemudian hal inilah yang dengan sendirinya akhirnya membentuk opini publik
terhadap pemerintahan dan aparat Negara menjadi buruk dan cenderung tidak
percaya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintahan dan aparat Negara
tersebut.
Dari berbagai kasus rasuah yang terjadi di Indonesia kasus suap
merupakan kasus yang paling banyak ditemui dan sering terjadi di Indonesia,
mulai dari suap untuk mendapatkan sebuah jabatan maupun melakukan suap demi
kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok tertentu, tentunya hal ini
perlu disikapi secara tegas dan bersama - sama untuk menghentikan
perkembangan dari praktek rasuah yang telah meyebar ke seluruh daerah yang
ada di Indonesia ini. Suap bukanlah satu – satunya penyebab terjadinya rasuah di
4

Indonesia, rasuah juga bisa terjadi dari sifat individu itu sendiri yang akhlaknya
buruk dan juga mempunyai sifat tamak atau rakus akan harta.
Sifat tamak atau rakus ini merupakan sifat yang buruk, sifat ini memang
lumrah dimiliki oleh manusia, yang mana manusia merupakan makhluk yang
tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah dimiliki, dan apa yang telah
dikaruniakan oleh Allah SWT, biasanya sifat inilah yang dominan terhadap
terjadinya rasuah di Indonesia, mereka yang mempunyai sifat tamak ini hanya
memandang bahwa kesenangan dan kepuasan terletak pada melimpahnya harta
kekayaan yang dimiliki, tanpa memperdulikan dari mana asal harta kekayaan
tersebut dan juga rasuah merupakan cara yang cepat dan cara yang mudah untuk
memperoleh kekayaan.
Rasuah yang dilakukan oleh pejabat Negara dan pegawai pemerintahan
tentunya akan merugikan keuangan Negara dan juga dapat menghambat
berkembangnya suatu daerah ataupun suatu Negara karena yang seharusnya uang
yang awalnya untuk membangun ataupun untuk memperbaiki sarana prasarana,
namun banyak sekali yang diselewengkan dan digunakan untuk kepentingan
pribadi, dari tindakan segelintir orang inilah, masyarakat di suatu daerah ataupun
suatu Negara banyak yang terkena dampaknya, akibat dari perilaku tidak terpuji
yang dilakukan oleh pejabat Negara yang melakukan praktek rasuah.
Atas dasar itulah kemudian pemerintah berinisiatif untuk mendirikan
lembaga independen yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tentunya dengan adanya KPK Pemerintah berharap agar praktek rasuah dapat
5

ditekan dan bahkan bisa menghilangkan praktek rasuah di Indonesia, serta juga
dapat mengembalikan dan menciptakan pemerintahan yang amanah, karena uang
yang sudah dianggarkan dapat digunakan sebaik – baiknya oleh pihak terkait dan
tidak disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Di dalam lembaga KPK tentunya terdapat kinerja atau laporan yang mana
KPK biasa mengeluarkannya dalam bentuk laporan tahunan yang diterbitkan
hampir di setiap tahun, sekiranya bagi masyarakat perlu mengetahui bahwa
sesungguhnya telah efisien atau belum kinerja pada KPK. Jika telah diketahui
bahwa kinerja KPK telah efisien, maka KPK dapat dikatakan juga sebagai
lembaga yang amanah di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
efisiensi kinerja pada komisi pemberantasan korupsi (KPK), penulis bermaksud
mengadakan penelitian ilmiah yang dituangkan ke dalam skripsi dengan judul
“EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI
INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
(DEA)”.

6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka perumusan masalah
yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi?
2. Seberapa besar input serta output yang dapat diperbaiki guna mencapai kondisi
efisien melalaui potential improvement variable input output pada Komisi
Pemberantasan Korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi.
b. Untuk mengetahui seberapa besar input serta output yang dapat diperbaiki
guna mencapai kondisi efisien melalaui potential improvement variable input
output pada Komisi Pemberantasan Korupsi.
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini penulis mengharapkan dapat
memberikan manfaat untuk berbagai pihak, Adapun manfaat yang ingin diperoleh
dari penilitian ini antara lain :
a.

Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan wawasan dan
menambah

khasanah

ilmu

pengetahuan

bagi

penulis

dalam

7

meningkatkan pengetahuan mengenai tingkat efisiensi pada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
b.

Bagi Lembaga
Penelitian

ini

diharapkan

berguna

sebagai

bahan

untuk

meningkatkan kualitas dan senantiasa memperbaiki perannya dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Komisi Pemberantasan
Korupsi.
c.

Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan berguna untuk kalangan akademis yang
dijadikan sebagai pedoman, bahan referensi atau juga untuk kajian pustaka
untuk menambah informasi bagi penelitian selanjutnya atau penelitian
lainnya yang terkait.

d.

Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
gambaran spesifik kepada masyarakat tentang tingkat efisiensi pada
Komisi Pemberantasan korupsi .

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Rasuah
Dalam kamus dewan edisi keempat (2010) terbitan dewan bahasa dan
pustaka, malaysia, kata “rasuah” dimaknai sebagai “pemberian untuk menumbuk
rusuk (menyuap, menyogok), (wang) tumbuh rusuk (sogok suap). (Kamus Dewan
Edisi keempat Malaysia 2010:1292).
Sedangkan menurut KBBI, istilah “rasywah” yang tergolong nomina (kata
benda)

berarti

“pemberian

untuk

menyogok

(menyuap),

uang

sogok

(suap)”(KBBI; 933).
Rasuah adalah penerimaan atau pemberian suapan sebagai upah atau
dorongan untuk seseorang individu karena melakukan atau tidak melakukan
sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan tugas rasmi.Suapan terdiri daripada
wang, hadiah, bonus, undi, perkhidmatan, jawatan upah, diskaun. (Akta
Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia 2009 (ASPRM 2009) :Akta 694).
Terdapat empat kesalahan rasuah yang utama iaitu :
1) Meminta/menerima rasuah (seksyen16 & 17(a) ASPRM 2009)
2) Menawar/memberi suapan (seksyen17(b) ASPRM 2009)
3) Mengemukakan tuntunan palsu (seksyen 18 ASPRM 2009)
9
9

4) Menggunakan jawatan/kedudukan untuk suapan pegawai badan awaw
(seksyen 23 ASPRM 2009)
2. Korupsi
a. Pengertiaan Korupsi
Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latincorruptus, yakni berubah
dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar,
2003:28). Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang
mempunyai arti yaitu busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik dan
menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi
(Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk
merujuk kepada serangkaian tindakan - tindakan terlarang atau melawan hukum
dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang
paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan
pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah
dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 UU No. 20 Tahun
2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat dikelompokkan: kerugian keuangan
negara, suap - menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan
curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-pasal tersebut

10

menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana
penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,
atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap,
illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi,
nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
b. Korupsi Dalam Hukum Islam
Tindak pidana korupsi sejatinya adalah salah satu tindak pidana yang
cukup tua usianya. Hal ini dapat ditelusuri melalui sejarah klasik Islam yaitu pada
masa Rasulullah sebelum turunnya surat Ali Imran ayat 161. Saat itu, kaum
muslimin kehilangan sehelai kain wol berwarna merah pasca perang.Kain wol
yang sebagai harta rampasan perang itu pun diduga telah diambil sendiri oleh
Rasulullah Saw. Untuk menghindari keresahan kalangan muslim saat itu, Allah
pun menurunkan surat Al Imran ayat 161 yang berbunyi :
                   

   

11

Artinya: “tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta

rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang
itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya
itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”.(QS al – Imran
(3):161)
Tindak pidana korupsi sangat identik dengan penyalahgunaan jabatan yang
didefinisikan sebagai perbuatan khianat dalam perspektif Islam. Karena jabatan
yang telah disandang oleh seseorang adalah sebuah kepercayaan dari rakyat yang
telah terlanjur menaruh harapan padanya atau jabatan yang langsung dibebankan
atas nama negara yang tentunya bertujuan untuk menjalankan berbagai program
yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat.
Terlebih lagi jika amanat itu menyentuh pada ranah hukum seperti pegawai
pada bidang kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dll yang berbasis kepada keadilan
yang diinginkan oleh semua pihak.Amanat yang telah diemban itulah yang
tentunya wajib untuk dilaksanakan sebaik-baiknya.
Allah swt berfirman dalam beberapa ayat mengenai kewajiban
menjalankan amanat, di antaranya di dalam Al – Qur’an Surat al – Anfal yang
berbunyi:
 

12

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanatamanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al-Anfal
(8) : 27)
Amanat tentunya adalah sebuah kepercayaan yang wajib untuk dipelihara dan
disampaikan kepada

yang berhak menerimanya.

Allah swt berfirman:

                

           

Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. an-Nisa (4) : 58)
Ayat - ayat tersebut menunjukkan adanya kewajiban menyampaikan
amanat dan memelihara amanat yang telah dibebankan kepada orang yang
dipercayanya. Sehingga apabila kewajiban yang tidak ditunaikan, tentunya
terdapat keharaman dan hukuman yang mengiringinya.
Seperti beberapa jenis, tipologi atau etimologi mengenai korupsi yang
telah disebutkan di atas, maka salah satu dari tipologi itu adalah suap menyuap,
yaitu perbuatan dengan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada orang yang
13

memiliki kekuasaan agar dapat memengaruhinya atau memenuhi keinginannya.
Al-Qur’an menjelaskan mengenai keharaman melakukan suap atau korupsi dan
juga sabda Rasulullah saw mengenai pelaku suap menyuap, yaitu:
            
 

    

Artinya :“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui.” (QS. al-Baqarah (2) : 188)
Menurut Zaenal Abidin bin Syamsudin (2008:18) dalam bahasa agama,
korupsi, suap, sogok, uang pelican, money politics, pungli dan kelompok
turunannya digolongkan sebagai risywah, yakni tindakan atau perbuatan
seseorang yang memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada orang lain dengan
tujuan memengaruhi keputusan pihak penerima agar menguntungkan pihak
pemberi secara melawan hukum.
Umumnya risywah terjadi melalui kesepakatan antara dua pihak, pemberi
(risywah) dan penerima (murtasyii) suap. Namun, kadang ia juga melibatkan
pihak ketiga sebagai perantara.
Praktek risywah yang semula berakar dan tumbuh di dalam ruang
pengadilan, dalam perkembangannya menjalar dan merasuk hampir ke semua lini
14

kehidupan masyarakat. Tak hanya subur di Negara kita, praktik ini juga terjadi di
Negara maju sekalipun. Padahal Nabi Muhammad SAW menegaskan, risywah
merupakan tindakan yang sangat tercela, dibenci agama dan dilaknat Allah SWT.

3. Komisi Pemberantasan Korupsi
a. Pengertian Komisi Pemberantasan Korupsi
Menurut Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menjelaskan Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan
manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara
profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara
yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bebas dari kekuasaan manapun.
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi
dari lembaga - lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang - undang
menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong

15

atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga - lembaga
yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.
b. Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
Adapun tugas KPK adalah koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK), supervisi terhadap
instansi

yang

berwenang

melakukan

pemberantasan

TPK,

melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK, melakukan tindakan tindakan pencegahan TPK dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Dalam pelaksanaannya tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas,
yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proposionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden, DPR, dan BPK.
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1.

Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.

2.

Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.

3.

Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.

16

4.

Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan

5.

Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi

berwenang :
1.

Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi.

2.

Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi.

3.

Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi yang terkait.

4.

Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan

5.

Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.
Selengkapnya mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi

Pemberantasan Korupsi, dapat dilihat pada Undang - Undang No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
c. Struktur Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang
ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota.
17

Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari
unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan
selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa
jabatan.Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.
Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang
Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan
Pengaduan Masyarakat. Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang
deputi. KPK juga dibantu Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris
Jenderal

yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia,

namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.
Ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam
aktivitas dan langkah - langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan
operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi
yang diperlukan.
d. Visi dan Misi Komisi Pemberantasan Korupsi
Visi KPK di tahun 2011 - 2015 yaitu menjadi lembaga penggerak
pemberantasan korupsi yang berintegritas, efektif, dan efisien.
Misi KPK adalah sebagai berikut:
1.

Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
18

2.

Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3.

Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
Tindak Pidana Korupsi.

4.

Melakukan tindakan - tindakan pencegahan Tindak Pidana
Korupsi.

5.

Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan
negara.

4. Teori Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi
Hendri Tanjung dan Abrista Devi (2013:320) menyatakan bahwa dalam
teori manajemen konvensional, kinerja organisasi dinilai dari seberapa bagus
suatu organisasi mampu meminimalkan biaya dan menciptakan kekayaan.
Kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dengan
biaya serendah mungkin dan menghasilkan output kekayaan sebanyak-banyaknya
melahirkan konsep efisiensi. Berdasarkan sudut pandang perusahaan dikenal tiga
macam efisiensi, yaitu (Prasetyo, 2007):
1. Technical efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk
mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu.
Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output
tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu
19

proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang
tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.
2. Allocative efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologinya.
Terminology efisiensi Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk
menghormati ekonom Italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep
efficiency in exchange. Efisiensi pareto mengatakan bahwa input produksi
digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan
untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak - tidaknya keadaan
suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input
dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak
diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien.
3. Economic efficiency, yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan
efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomis secara implicit merupakan konsep least cost
production. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya
dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan biaya di
mana biaya per unit dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain,
untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi diakatakan efisien secara
ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi
tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.

20

Menurut Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011:101), secara umum
terdapat 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial, termasuk
industri perbankan yaitu :
a. Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank
dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice
bank’s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama.
b. Standard Profit Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat efisiensi
suatu bank didasarkan pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit
maksimal pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan tingkat
keuntungan bank yang beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel.
Model ini sering kali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan sempurna
didalam harga input dan output ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak
satupun bank yang menentukan harga input maupun harga output sehingga bank
tidak sebagai price taking agent.
c. Alternative Profit Efficinecy seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi
pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition) dimana bank
diasumsikan memiliki market power dalam menentukan harga output namun tidak
pada harga input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut maka perbedaan yang
paling menonjol antara kedua model ini (standard profit efficiency dan alternative
profit efficiency) adalah pada penentuan variabel eksogen di dalam pencapaian
keuntungan maksimum yaitu tingkat output.

21

Menurut Abidin dan Endri (2009:22) efisiensi merupakan salah satu
parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi
dengan mengacu pada filosofi “kemampuan menghasilkan output yang optimal
dengan inputnya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan”.
Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan secara lebih baik dari setiap sumber
daya yang telah diberikan, maka hal tersebut merupakan konsep yang sangat dasar
mengenai efisiensi (Shahid, Dkk, 2010:25).
Menurut Muharram dan Pusvitasari (2007) pengukuran efisiensi dilakukan
melalui tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Rasio: mengukur efisiensi dengan cara menghitung
perbandingan output dan dengan inout yang digunakan. Pendekatan rasio akan
dinilai efisien yang tinggi jika produksi ouput yang maksimal dengan input yang
minimal. Efisiensi = input output. Menurut Chu-Fen Li (2007) melihat
pendekatan rasio sebagai “the most critical limitation of the financial ratio is that
they fail to consider the multiple input-output”. Oleh karena itu pendekatan ini
belum mampu menilai kinerja lembaga keuangan secara menyeluruh.
2. Pendekatan Regresi: pendekatan ini dalam mengukur efisiensi
menggunakan sebuh model dari tngkat output tertentu sebagai fungsi dari
berbagai tingkat input tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :
Y=f (X1. X2, X3, X4……….Xn)
Dimana : Y= output, X=input

22

Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output karena
hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuh persamaan
regresi.
3. Pendekatan frontier: pendekatan frontier

dalam mengukur efisiensi

dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier non perametrik dapat
diukur dengan tes non parametric yaitu dengan menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA) dan Pendekatan frontier parametric dapat diukur dengan tes
parametric yaitu Stockhastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free
Analysis (DFA). Persamaan perhitungan menggunakan metode non parametric
dan metode parametric yaitu sama - sama menggunakan input dan output sebagai
variabel. Dalam penelitian ini digunakan metode parametric Data Envelopment
Analysis (DEA).
Menurut Adisasmita R. (2006), Efisiensi adalah input yang digunakan,
dialokasikan secara optimal dan baik untuk mencapai output yang menggunakan
biaya terendah. Efisiensi berarti pemanfaatan sumber daya ekonomi dengan cara cara paling efektif. Efektif berarti bahwa output yang dihasilkan benar - benar
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efisien dapat diartikan pula bahwa
segala input dialokasikan sedemikian rupa, hingga output dapat diproduksi dengan
biaya termurah.
Seringkali efisiensi diartikan dalam kaitannya dengan kegiatan pemerintah
yang dilaksanakan tanpa pemborosan atau dengan kehematan yang sebesar besarnya, atau dapat dilaksanakan secara optimal. Dilihat dari kepentingan
23

masyarakat, efisiensi berarti menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
kebijakan pemerintah seh