Determinan Efisiensi BUMD RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

(1)

i SKRIPSI

DETERMINAN EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI, DAN BANK SUMUT

OLEH

Tri Agustina 110501041

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Tri Agustina

NIM : 110501041

Program Studi : S-1 Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perbankan

Judul : Determinan Efisiensi BUMD Regional

Sumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

Tanggal: ... Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 IrsyadLubis, SE, M.Soc.Sc, PhD

Tanggal: ... Ketua Departemen

NIP. 19730408 199802 1 001 WahyuArioPratomo, SE, M.Ec


(3)

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Tri Agustina

NIM : 110501041

Program Studi : S-1 Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perbankan

Judul :Determinan Efisiensi BUMD

RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

Tanggal: ... DosenPembimbing

NIP. 19750920 200501 1 002 Paidi Hidayat, SE, M.Si

Penguji I Penguji II

Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec

NIP.19730408 199802 1 001 NIP. 19630907 198803 2 002 Dra. Raina Linda Sari, M.Si


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul“Determinan Efisiensi BUMD Regional Sumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut” adalahbenarhasilkaryatulissayasendiri yang

disusunsebagaitugasakademikgunamenyelesaikanbebanakademikpadaFakultasEk onomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara.

Bagianatau data tertentu yang sayaperolehdariperusahaanataulembaga, dan/atausayakutipdarihasilkarya orang lain telahmendapatizin, dan/ataudituliskansumbernyasecarajelassesuaidengannorma,

kaidahdanetikapenulisanilmiah.

Apabiladikemudianhariditemukanadanyakecuranganatauplagiatdalamskri psiini, sayamenerimasanksisesuaidenganperaturan yang berlaku.

Medan, April 2015

NIM. 110501041 Tri Agustina


(5)

(6)

i ABSTRAK

DETERMINAN EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA UTARA

BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI, DAN BANK SUMUT

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan menganalisa perbandingan efisiensi antara bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut selama periode 2011-2013. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing bank dan bank Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan mengambil 3 sampel bank BUMD Regional Sumatera Utara yaitu bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis

(DEA) dengan pendekatan intermediasi, variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan, aset, serta biaya tenaga kerja sedangkan variabel

output yang digunakan total kredit dan pendapatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bank Aceh dan bank Nagari telah mencapai efisiensi 100 persen selama periode 2011-2013. Sedangkan pada bank Sumut pencapaian efisiensi 100 persen terjadi pada tahun 2011 dan 2013 dan untuk tahun 2012 pencapaian efisiensi sebesar 99,7 persen.

Kata kunci: Efisiensi, bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut, Data Analysis Envelopment (DEA).


(7)

ii ABSTRACT

Determinant Efficiency Of The Regional Bank Enterprises In North Sumatera Based On Data Envelopment Analysis (DEA) Case Study: Bank Aceh, Bank

Nagari, And Bank Sumut

Purpose of this study is to measure and to analyze the efficiency ratio of Bank Aceh, Bank Nagari, and Bank Sumut during 2011-2013. This study uses secondary data from financial statements that issued by each Bank and Bank Indonesia. Sampling technique in this research is purposive sampling with 3 regional enterprises from North Sumatera, Bank Aceh, Bank Nagari, and Bank Sumut. Measurement of efficiency in this study is using DEA method and intermediation approach. The input variables used in this study are deposits, assets, and labor costs, and output variables are total credit and income.

The result of this study indicate that Bank Aceh and Bank Nagari has achieved an efficiency of 100% during 2011-2013. Bank Sumut efficiency is 100% in 2011 and 2013, in 2012 Bank Sumut efficiency achieuement 99.7%.

Keywords:Efficiency, Bank Aceh, Bank Nagari, and Bank Sumut, Data Envelopment Analyze (DEA).


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, PujisyukurPenulispanjatkankehadirat ALLAH SWT karenaberkatrahmatdankarunia-Nya

sehinggaPenulisdapatmenyelesaikanpenulisan skripsi yang berjudul “Determinan Efisiensi BUMD Regional Sumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis

(DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut”. Skripsi ini dibuatuntukmemenuhisalahsatusyaratuntuk meraih gelar Sarjana di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalampenulisanskirpsiinitentunyapenulistidakbekerjasecarasendiriandanm

endapatbantuandariberbagaipihak yang berupasemangat, doronganjugaberupasumbanganpemikiran. Secara khusus skripsi ini penulis

persembahkan kepada kedua orang tua tersayang, Ayahanda Amat Murdi dan Ibunda Poniem dan saudara-saudari yang sangat disayangi Sri Rahayu, Rudi Yanto dan Satria Mulia. Terima kasih atas segalanya baik itu perhatian, bimbingan dan doanya selama ini.

Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penulis sripsi ini baik itu berupa dukungan, motivasi, bimbingan serta do’a, dan dana yang saya peroleh dalam masa pengerjaan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. AzharMakzum,SE, M.Ec, Ac, Ak,


(9)

iv

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.EcselakuKetuadanBapak Drs. Syahrir

Hakim Nasution, M.SiselakuSekretarisDepartemenEkonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc, PhD selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selakudosenPembimbing yang

telahmemberikanwaktudankesempatannyahinggapenyelesaianskripsiini. 5. BapakWahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Ibu Dra. Raina Linda Sari,

M.Si selakudosenpembanding yang telahmemberikanbanyak saran danmasukandalamrangkapenyempurnaanpenyusunan skripsi ini.

6. SeluruhDosen/staf pengajar dan pegawai terkhusus FakultasEkonomi dan BisnisDepartemenEkonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telahmendidikmahasiswadenganpenuh loyalitas dan profesionalitas selama mengikuti perkuliahan.

7. Buat teman – teman seperjuangan didalam masa pengerjaan skripsi serta teman- teman Ekonomi Pembangunan 2011. Serta buat teman-teman EP DepartemenEkonomi Pembangunan danpihak yang turutserta yang tidak bias disebutkansatupersatu.

Penulis berharap agar skripsiinidapatbermanfaatbagisemua pihak yang

membutuhkannya dan penulismenyadaribahwasepenuhnyapenulisanskripsiinimasihjauhdarisempurna.


(10)

v

Olehkarenaitupenulismenerima saran danmengharapkankritikan yang bersifatmembangun demi lebihsempurnakedepannya.

Penulis berharap semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitilainnya. Terimakasih.

Medan, April 201 Penulis

NIM. 110501041 Tri Agustina


(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank ... 8

2.2 Berdirinya Bank Pembangunan Daerah ... 10

2.2.1 Sejarah Berdirinya Bank Aceh ... 10

2.2.2 Sejarah Berdirinya Bank Nagari ... 11

2.2.3 Sejarah Berdirinya Bank Sumut ... 13

2.3 Konsep Efisiensi ... 14

2.4 Konsep Pengukuran Efisiensi ... 16

2.5 Pengukuran Efisiensi ... 17

2.6 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi ... 18

2.7 Pengaruh Ukuran Bank terhadap Efisiensi Teknis ... 21

2.8 Penelitian Terdahulu ... 23

2.9 Kerangka Konseptual ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.2 Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 27

3.2.1 Variabel Input ... 27

3.2.2 Variabel Output ... 28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... . 29

3.5 Model Analisis Data ... . 30


(12)

vii

3.5.2 Keunggulan dan Kelemahan Data Envelopment

Analysis (DEA) ... 32

3.5.3 Model Pengukuran Efisiensi Teknis ... 33

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Perbankan di Indonesia ... 34

4.2 Perkembangan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia ... 36

4.3 Hasil dan Pembahasan ... 41

4.3.1 AnalisisDeskriptif ... 41

4.3.2 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Dan Inefisiensi 3 BPD studi Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut Tahun 2011-2013 ... 46

4.4 Bank Acuan Bagi Bank yang Inefisien Selama Periode 2011-2013 ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(13)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Data Keuangan Bank Aceh ... 4

1.2 Perkembangan Data Keuangan Bank Nagari ... 5

1.3 Perkembangan Data Keuangan Bank Sumut ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 23

3.1 Variabel Input dan Output ... 27

3.2 Sampel Penelitian ... 29

4.1 Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank (Growth Of Commercial Banks Asset Based Group Bank) ... 36

4.2 Total Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Total Of Third Funds Of Commercial Banks) ... 36

4.3 Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 37

4.4 Perkembangan Aset Perbankan di Indonesia per Desember 2012 ... 39

4.5 Total Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah (Total Of Third Party Funds Of Regional Development Banks) ... 40

4.6 Perkembangan Jumlah Variabel Input Simpanan Tahun 2011-2013 ... 42

4.7 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset Tahun 2011-2013 ... 43

4.8 Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja Tahun 2011-2013 ... 44

4.9 Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit Tahun 2011-2013 ... 44

4.10 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan Tahun 2011-2013 ... 45

4.11 Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 3 Bank Pembangunan Daerah Tahun 2011-2013 ... 46

4.12 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input- OutputBPD studi Bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut yang Efisiensi dan Inefisiensi Tahun 2011 ... 47

4.13 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input- OutputBPD studi Bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut yang Efisiensi dan Inefisiensi Tahun 2012 ... 48


(14)

ix

4.14 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input- OutputBPD studi Bank Aceh, bank Nagari, dan bank

Sumut yang Efisiensi dan Inefisiensi Tahun 2013 ... 49

4.15 Bank Acuan Bagi Bank yang Inefisiensi Tahun 2011 ... 51

4.16 Bank Acuan Bagi Bank yang Inefisiensi Tahun 2012 ... 51


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Input-Output Bank Pembangunan Daerah Studi

Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut ... 58 2 Output MaxDEA ... 59


(17)

i ABSTRAK

DETERMINAN EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA UTARA

BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI, DAN BANK SUMUT

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan menganalisa perbandingan efisiensi antara bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut selama periode 2011-2013. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing bank dan bank Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan mengambil 3 sampel bank BUMD Regional Sumatera Utara yaitu bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis

(DEA) dengan pendekatan intermediasi, variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan, aset, serta biaya tenaga kerja sedangkan variabel

output yang digunakan total kredit dan pendapatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bank Aceh dan bank Nagari telah mencapai efisiensi 100 persen selama periode 2011-2013. Sedangkan pada bank Sumut pencapaian efisiensi 100 persen terjadi pada tahun 2011 dan 2013 dan untuk tahun 2012 pencapaian efisiensi sebesar 99,7 persen.

Kata kunci: Efisiensi, bank Aceh, bank Nagari, dan bank Sumut, Data Analysis Envelopment (DEA).


(18)

ii ABSTRACT

Determinant Efficiency Of The Regional Bank Enterprises In North Sumatera Based On Data Envelopment Analysis (DEA) Case Study: Bank Aceh, Bank

Nagari, And Bank Sumut

Purpose of this study is to measure and to analyze the efficiency ratio of Bank Aceh, Bank Nagari, and Bank Sumut during 2011-2013. This study uses secondary data from financial statements that issued by each Bank and Bank Indonesia. Sampling technique in this research is purposive sampling with 3 regional enterprises from North Sumatera, Bank Aceh, Bank Nagari, and Bank Sumut. Measurement of efficiency in this study is using DEA method and intermediation approach. The input variables used in this study are deposits, assets, and labor costs, and output variables are total credit and income.

The result of this study indicate that Bank Aceh and Bank Nagari has achieved an efficiency of 100% during 2011-2013. Bank Sumut efficiency is 100% in 2011 and 2013, in 2012 Bank Sumut efficiency achieuement 99.7%.

Keywords:Efficiency, Bank Aceh, Bank Nagari, and Bank Sumut, Data Envelopment Analyze (DEA).


(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Efisiensi merupakan indikator penting dalam penilaian kinerja perusahaan/industri, tak terkecuali pada perbankan. Kompetisi yang terus meningkat dari tahun ketahun menuntut industri perbankan untuk lebih efisien.

Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro (Berger and Mester, 1997 dalam Abidin dan Endri, 2009:22). Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus efisien dalam kegiatan operasinya. Karena bank-bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan keluar (exit) dari pasar karena tidak mampu bersaing baik dari segi harga maupun pelayanan. Sementara dari perspektif makro, industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan. Hal ini disebabkan peran yang sangat strategi dari industri perbankan sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill 2003 dalam Abidin dan Endri, 2009:21).

Perkembangan industri perbankan di Indonesia pada saat ini masih menunjukkan perkembangan yang sangat baik dalam beberapa tahun terakhir, walaupun terkadang juga mengalami pasang surut disetiap tahunnya. Namun industri perbankan ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Dan


(20)

2

saat ini juga bank disetiap masing-masing wilayah memilki flekbilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang dibayarkan untuk simpanan deposan.

Berdasarkan laporan tahunan PWC perekonomian Indonesia tahun 2012, sektor perbankan Indonesia masih menarik, sebab memiliki net interest margin

tertinggi dibandingkan perbankan di Negara ASEAN lainnya sehingga masih menarik bagi investor asing. Kondisi tersebut dibuktikan dengan semakin tingginya kepemilikan asing pada sektor perbankan Indonesia. Faktanya ini juga menunjukkan industri perbankan Indonesia masih mampu bersaing pada komunitas ekonomi ASEAN (Supatmi, Adi Budi Kristanto, 2012:531).

Dalam dunia perbankan Indonesia memiliki peran yang sangat penting untuk perekonomian Indonesia. Karna kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan perekonomian masih sangat dominan. Mengingat, pentingnya peranan industri perbankanmaka industri perbankan yang kuat dan sehat sangat dibutuhkan dalam kelangsungan pembangunan ekonomi di Indonesia. Untuk menjadi perbankan yang sehat dan kuat industri perbankan harus efisien.

Salah satu Industri/perusahaan yang didominasi pemerintah adalah Bank Pembangunan Daerah(BPD).Yang dimana BPD nerupakan salah satu perusahaan daerah (BUMD) milik pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota se-Indonesia, yang memberikan layanan jasa perbankan yang sebagaimana dilakukan bank umum pemerintah milik Negara atau bank umum pemerintah milik swasta nasional lainnya sebagai pendapatan bagi daerah masing-masing disetiap BPD yang didirikan.


(21)

3

Tingkat efisiensi Bank Pembangunan Daerah (BPD) masih tergolong baik pada 5 periode terakhir ini, jika dibandingkan dengan jenis bank lainnya yang ada di Indonesia. Dengan meningkatnya tingkat efisiensi BPD maka diharapkan akan meningkatkan kredit disektor rill dan sektor-sektor dibidang ekonomi lainnya sehingga akan meningkatkan kesejahteraan di masing-masing daerah. Peranan BPD sangat penting disuatu masing-masing daerah karena keberadaan BPD didirikan untuk mendorong pembangunan daerah terutama untuk pembangunan infrastruktur, UMKM, pertanian, dan lain-lain dalam kegiatan pembangunan ekonomi suatu daerah tersebut. Namun seiring dengan perkembangan yang kita lihat peran tersebut semakin berkurang yang terlihatpada struktur pendanaan (danapihak ketiga) dan pembiayaan yang dimiliki BPD.

Sampai saat ini (2014) BPD yang ada di Indonesia masih sebanyak 26 BPD. Dalam beberapa tahun terakhir pelaksanaan fungsi intermediasi terus mengalami peningkatan, dengan peningkatan tersebut berharap BPD disetiap masing-masing daerah banyak berperan dalam mempercepat pembangunan dan pergerakan perekonomian Indonesia.

Bank Aceh, bank Nagari dan bankSumut merupakan BPD Indonesia, yang dimana dimasing-masing BPD memiliki visi dan misi masing-masing untukmensejahterakan perekonomian dan kemajuan daerah. Bank Aceh merupakan bank milik pemerintah yang dimana pemegang saham pada bank aceh terdiri dari pemerintah provinsi Aceh, pemerintah kabupaten Aceh, pemrintah kota beserta koperasi karyawan bank Aceh. Di tahun 2013 berdasarkan laporan tahunan, bank Aceh mampu menunjukkan posisinya sebagai bank ke-sepuluh


(22)

4

terbesar diantara 26 BPD Nasional dalam hal total Asset, dan penghimpunan dana pihak ketiga. Sementara dalam hal penyaluran kredit berada pada urutan ke-sebelas, terkait laba dan modal inti bank Aceh berada pada urutan ke-enam dan ke-sembilan BPD Nasional. Terlihat pada tabel dibawah ini penguasaan bank Aceh Tahun 2011-2013:

Tabel 1.1

Perkembangan Data Keuangan Bank Aceh

Sumber:Lapotan Keuangan 2013 Bank Aceh

PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat belum tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten saham, namun bank telah menerbitkan obligasi untuk menunjang berbagai pengembangan kegiatan serta penyediaan sumber dana berjangka waktu panjang. Dimana, selama tahun 2013, PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat tidak menerbitkan obligasi, namun selama 2 (dua) periode tahun buku (tahun 2010 dan 2011), bank telah menerbitkan obligasi.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2013 yang dipublikasikan oleh bank Nagari kita dapat melihat perkembangan ikhtisar data keuangan tahun 2011-2013 sbb:

Keterangan

2011 (Rp.Jutaan) (Rp. Million)

2012 (Rp.Jutaan) (Rp.Mi l l i on)

2013 (Rp.Jutaan) (Rp.Mi l l i on) Total Aset 13,055,398 13,487,270 15,250,212 Kredi t 9,198,872 9,593,463 10,198,088 DPK 10,061,835 10,672,335 11,749,480


(23)

5 Tabel 1.2

Perkembangan Data Keuangan Bank Nagari

Keterangan 2011 2012 2013

Total Aset 12,895,244,348 14,376,239,112 16,244,113,095 Kredit 9,211,945,382 10,887,750,715 12,210,716,326 DPK 10,046,714,423 10,818,554,791 12,287,024,290 Sumber: Laporan Keuangan Bank Nagari 2013

Total aset yang dimiliki pada akhir tahun 2013 berjumlah Rp 16,24triliun meningkat sebesar Rp 1,87 triliun dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 14,38 triliun, jumlah kredit akhir tahun 2013 berjumlah RP 12,21 triliun meningkat Rp 1,32 triliun dari posisi akhir tahun 2012 berjumlah 10,89 triliun, dan DPK/Dana Pihak Ketiga pada akhir tahun 2013 berjumlah Rp 12,29 triliun meningkat Rp 1,47 triliun dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 10,82 triliun.

PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara belum terdaftar di Bursa Efek manapun, namun bank sumut memiliki obligasi dalam jangka waktu panjang. PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utaramerupakan BPD yang didirikan di daerah Sumatera Utara, yang dimana pemilik saham adalah pemerintah provinsi Sumatera Utara dan pemerintah kota/kabupaten se-Sumatera Utara. Berdasarkan Laporan KeuanganTahun 2013yang dipublikasikan oleh PT. Bank Sumut kita dapat melihat ikhtisar laporan keuangan pada periode tahun 2011-2013 sbb:


(24)

6 Tabel 1.3

Perkembangan Data Keuangan Bank Sumut

Sumber: Laporan Keuangan 2013 Bank Sumut

Dari tabel diatas terlihat PT. Bank Sumut memiliki total asset berjumlah Rp 21,49 miliar meningkat sebesar Rp 1,53 miliardari posisi akhir tahun 2012 berjumlah Rp 19,965 miliar. Total kredit yang diberikan pada akhir tahun 2013 berjumlah Rp 17,109 miliardan pada akhir tahun 2012 berjumlah Rp 15,325 miliar. Sedangkan DPK/Dana Pihak Ketiga yang dimiliki PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara pada tahun 2013 adalah Rp 15,943 miliar meningkat Rp 0,93 dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 15,040 miliar.

Disamping bank Aceh, bank Nagari(sumbar),dan bank Sumut kepemilikan saham oleh pemerintah. Abidin dan Endri (2009:27) menemukan bahwa secara rata-rata, bank BPD beraset lebih besar lebih efisien daripada BPD beraset menengah dan kecil.

Berdasarkan uraian-uaraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“Determinan Efisiensi Bank BUMD Regional Sumatera Berdasarkan Data Employment Analyis (DEA) studi kasus: Bank Aceh, Bank Nagari(sumbar), dan Bank Sumut”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

Keterangan (Dalam

miliar Rupiah) 2011 2012 2013

Total Aset 18,951 19,965 21,495

Kredit 11,885 15,325 17,109


(25)

7

1. Bagaimana tingkat efisiensi bank Aceh selama periode 2011-2013 ? 2. Bagaimana tingkat efisiensi bank Nagari selama periode 2011-2013 ? 3. Bagaimana tingkat efisiensi bank Sumut selama periode 2011-2013 ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank Acehselama periode 2011-2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank Nagari selama periode 2011-2013.

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank Sumut selama periode 2011-2013.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai tingkat efisiensi bank Aceh, bank Nagari(Sumbar), dan bank Sumut

2. Dapat memberikan tambahan wawasan kepada penulis

3. Sebagai informasi dan tambahan referensi untuk lembaga akademis dan mahasiswa/i serta peneliti yang tertarik untuk menganalisis pada penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini


(26)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenagan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang sering disebut banknote.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 Novemper 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pasal 1 Ayat 1 No 14 / 24 / PBI /2012 Bank adalah Bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaiman telah diubah dengan Undang-ndang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Undang-undang No 10 Tahun yang dijelaskan bahwa: “ Bank Umum adalah bank yang menjelaskan kegiatan-kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan demikian dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan bank dalam masyarakat adalah:

a. Menghimpun dana dari masyarakat (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bahi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang adalah untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lain dari masyarakat untuk


(27)

9

menyimpan uang adalah untuk memudahkan melakukan transaksi uang. Untuk memenuhi tujuan diatas, baik untuk mengamankan uang maupun untuk investasi bank menyediakan sarana yang disebut simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Yang dimana secara umum jenis simpanan yang ada dibank adalah terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan

(save deposit), dan simpanan deposit (time deposit).

b. Menyalurkan dana dalam bentuk kredit, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Tentu saja sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. Penilaian ini dilakukan agar bank terhindar dari kerugian akibat tidak dapat dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan berbagai sebab. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit permodalan. c. Memberikan jasa-jasa keuangan lainnya, seperti pengiriman uang

(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota

(clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso, letter of credit/LC, save deposit box, bank garansi,


(28)

10

merupakan jasa pendukung dari kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.

2.2 Berdirinya Bank Pembangunan Daerah

Bank Pembangunan Daerah didirikan di daerah‐daerahtingkat I, dasar hukumnya adalah UU No 13 Tahun 1962 yang berbunyi “Ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah”, Yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan dimasing daerah-daerah baik secara mikro dan makro.

2.2.1 Sejarah Berdirinya Bank Aceh

Awal berdirinya Bank milik Pemerintah Daerah di Aceh tercetus atas prakarsa Dewan Pemerintah Daerah Peralihan Provinsi Atjeh (sekarang disebut Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam). Setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah peralihan Provinsi Aceh di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dengan Surat Keputusan Nomor 7/DPRD/5 tanggal 7 September 1957, beberapa orang mewakili Pemerintah Daerah menghadap Mula Pangihutan Tamboenan, wakil Notaris di Kutaraja, untuk mendirikan suatu Bank dalam bentuk Perseroan Terbatas yang bernama “PT Bank Kesejahteraan Atjeh, NV”. Bank Aceh beberapa kali mengalami perubahan nama, akte dan badan hukum, yang dimana perubahan-perubahan tersebut dilakukan pada :

1. 19 Nopember 1958: bernama NV. Bank Kesejahteraan Atjeh (BKA), 2. 6 Agustus 1973: Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh (BPD IA), 3. 7 Februari 1993 : PD. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh (PD.


(29)

11

4. 7 Mei 1999 : PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, disingkat menjadi PT. Bank BPD Aceh,

5. 29 September 2010 : PT. Bank Aceh

Perubahan nama Perseroan menjadi PT. Bank Aceh. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-44411.AH.01.02 Tahun 2009 pada tanggal 9 September 2009. Perubahan nama menjadi PT. Bank Aceh telah disahkan oleh Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/61/KEP.GBI/2010 tanggal 29 September 2010. Dalam menjalankan peran dan fungsi bank, bank Aceh memiliki Visi “Mewujudkan Bank Aceh menjadi bank yang terus sehat, tangguh, handal dan terpercaya serta dapat memberikan nilai tambah yang tinggi kepada mitra dan masyarakat” dan Misi “Membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan dunia usaha dan pemberdayaan dunia usaha dan pemberdayaan ekonomi rakyat, serta memberi nilai tambah kepada pemilik dan kesejahteraan kepada Karyawan” serta motto “Kepercayaan dan Kemitraan”.

2.2.2 Berdirinya Bank Nagari

Bank Pembangungan Daerah Sumatera Barat secara resmi berdiri pada tanggal 12 Maret 1962 dengan nama“PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat” Yang disahkan melalui akta notaris Hasan Qalbi di Padang. Disahkan melalui Surat Keputusan Wakil Menteri Pertama Bidang Keuangan Republik Indonesia No. BUM/9-44/II tentang izin usaha PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, dan dimulailah operasional PT. Bank Pembangunan Daerah


(30)

12

Sumatera Barat dengan kedudukan di Padang.Berdasarkan Undang-Undang No.13 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, maka dasar hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat diganti dengan Peraturan Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Barat No. 4. Sehingga PT. Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Barat dirubah menjadi“BANK

PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT”. Dalam perjalanan-nya tahun 1996 melalui Perda No. 2 / 1996 disahkan penyebutan nama (Call Name) sebagai ”Bank Nagari” dengan maksud untuk lebih dikenal, membangun brand image sekaligus mengimpresikan tatanan sistem pemerintahan di Sumatera Barat. Sesuai dengan perkembangan dan untuk lebih leluasa dalam menjalankan bisnis, tanggal 16 Agustus 2006 berdasrkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera barat No. 3 Tahun 2006, bentuk badan hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat berubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas, yang didirikan berdasarkan akta Pendirian Perseroan Nomor 1 Tanggal 1 Februari 2007 dihadapan Notaris H. Hendri Final, S.H. dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik Indonesia dengan Keputusan Nomor W3-00074 HT.01.01-TH.2007 tanggal 4 April 2007 Saat ini Bank Nagari telah berstatus sebagai Bank Devisa serta telah memiliki Unit Usaha Syariah. PT. Bank Nagari memiliki Visi “Menjadi Bank Pembangunan Daerah terkemuka dan terpercaya di Indonesia” serta memiliki Misi “Memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, mencerminkan dasar atau latar belakang didirikannya bank, sesuai yang diamanahkan dalam Akta Pendirian yang merupakan cita-cita dan tujuan yang akan diperankan, yaitu turut


(31)

13

membangun kegiatan ekonomi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan memenuhi dan menjaga kepentingan stakeholder secara konsisten dan seimbang serta bank akan senantiasa dijalankan dengan prinsip untuk memenuhi tanggung jawab kepada pemilik, nasabah, karyawan dan masyarakat.

2.2.3 Berdirinya Bank Sumut

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan sebutan BPSU. Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan modal dasar pada saat itu sebesar Rp.100 Juta dengan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.Pada tahun 1999, bentuk hukum BPDSU dirubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau disingkat PT. Bank Sumut yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan, JL. Imam Bonjol No. 18 Medan. Modal dasar pada saat itu menjadi Rp. 400 Milyar yang selanjutnya dengan pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan Bank, di tahun yang sama modal dasar kembali ditingkatkan menjadi Rp. 500 Milyar.

Laju pertumbuhan Bank Sumut kian menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan diliat dari kinerja dan prestasi yang di peroleh dari tahun ke tahun, tercatat total asset Bank Sumut mencapai 10,75 Trilyun pada taun 2009 dan menjadi 12,76 Trilyun pada tahun 2010. Didukung semangat menjadi Bank Profesional dan tangguh menghadapi persaingan dengan digalakkanya program to


(32)

14

be the best yang sejalan dengan road map BPD Regional Champion 2014, tentunya dengan konsekuensi harus memperkuat permodalan yang tidak lagi mengandalkan peryertaan saham dari pemerintah daerah, melainkan juga membuka akses permodalan lai seperti penerbitan obligasi, untuk itu modal dasar Bank Sumut kembali ditingkatkan dari Rp. 1 Trilyun pada tahun 2008 menjadi Rp. 2 Trilyun pada tahun 2011 dengan total asset meningkat menjadi 18,95 Trilyun. Bank sumut memiliki Visi “Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat” dan Misi “Mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance”.

2.3 Konsep Efisiensi

Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi juga biasanya dibandingkan dengan suatu ukuran tertentu misalnya antara pertanggungjawaban yang satu dibandingkan dengan pertanggungjawaban dibandingkan dengan standar atau anggarannya, atau prestasi suatu pusat pertanggungjawaban masa kini dan masa sebelumnya.

Sedangkan menurut Mulyadi dan Setyawan (2001:378) : Efisiensi adalah rasio antara keluaran dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukannya.

Mulyadi dan Setyawan (2001:377) : Efisiensi pernah menjadi ukuran kinerja yang terkenal dalam manajemen tradisional. Pada waktu manajemen lebih


(33)

15

memfokuskan perhatiannya ke masalah-masalah intern perusahaan, efisiensi merupakan kinerja yang pas dengan prinsip-prinsip manajemen pada waktu itu. Suatu perusahaan dipandang sukses jika mampu mengkonsumsi masukan secara efisien atau menghasilkan keluaran secara produktif. Prinsip manajemen demikian pas diterapkan di lingkungan bisnis yang didalamnya produsen memegang kendali bisnis.

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoretis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi dengan mengacu pada filosofi “kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan input-nya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan” (Abidin dan Endri, 2009:22). Efisiensi juga dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara keluaran (Output) dengan masukan (input) atau jumlah yang dipergunakan.

Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan Koopmans (1951) (Abidin dan Endri, 2009:22). Farrel (1957) membagi efisiensi menjadi 2 komponen yaitu technical efficiency dan price efficiency. Efisiensi teknis (technical efficiency) mengukur keberhasilan perusahaan dalam memproduksi output semaksimal mungkin dengan input tertentu, sedangkan price efficiencyatau disebut juga dengan allocative efficiency mengukur keberhasilan perusahaan dalam menetukan suatu set input yang optimal dengan tingkat harga yang telah ditentukan (Gracia Masita, 2012).

Abidin dan Endri (2009) juga mengatakan bahwa efisiensi teknis merupakan salah satu dari komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan.


(34)

16

Tetapi, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaaan harus efisien secara teknis. Untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu (efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan kombinasi yang tepat pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).

2.4 Konsep Pengukuran Efisiensi

Perhitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh Farrel (1957) berdasarkan paper dan Tim Coelli (1996) yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksinya.

Farrel mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu: technical efficiency

yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan, allocative efficiency

yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi yang optimal, dimana masing-masing inputnya sudah ditentukan tingkat harga dan teknologi produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency.

Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farrel dimana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented measure).


(35)

17 2.5 Pengukuran Efisiensi

Muharam dan Pusvitasari (2007) mengatakan, ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan, yaitu:

1. Pendekatan Rasio

Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin.

Efficiency = Output/Input ... (2.9) Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan banyak output yang akan dihitung, karena jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas ( Silkman, 1986; Ario, 2005 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007).

2. Pendekatan Regresi

Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut:

Y=f (X1,X2,X3,X4,...Xn)... (2.10) Dimana:

Y=Output X=Input


(36)

18

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi (Silkman, 1986 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007).

3. Pendekatan Frontier

Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier parametik dan nonparametik. Tes parametik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes nonparametik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekata frontier parametik dapat diukur dengan tes statistik parametik seperti menggunakan metode Stochhastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan frontier non parametik dapat diukur dengan tes statistik non parametik dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Silkman, 1986 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007).

2.6 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi

Menurut Haddad, dkk (2003) terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametik Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan


(37)

19

Analysis (DEA) untuk mendefenisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu:

1. Pendekatan Aset (The asset Approach)

Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loan). Dalam pendekatan ini, output didefenisikan ke dalam bentuk aset.

2. Pendekatam Produksi (The Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit accounts) lalu mendefenisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya.

3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik didefenisikan sebagai input (Sufian, 2006).

Di lihat dari ketiga pendekatan yang diuraikan diatas maka pendekatan yang akan digunakan oleh penulis adalah pendekatan intermediasi. Variabel input

yang dipilih berdasarkan pendekatan intermediasi dalam penelitian ini meliputi: a. Simpanan, merupakan titipan murni dari nasabah kepada bank, yang untuk

kemudian dipergunakan oleh bank dalam aktivitas kegiatan ekonomi tertentu dengan cara bank menjamin akan mengembalikannya secara utuh kepada nasabah (Antonio,2003).Simpanan adalah dana yang dipercayakan


(38)

20

oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, yang merupakan kewajiban bank kepada masyarakat dimana dana/simpanan tersebut dapat ditarik/dicairkan oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI/2000).

b. Aset, menurut Hanafi dan Halim (2003), aset adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang atau akan dikuasai oleh bank sebagai hasil dari transaksi atau kejadian. Semakin tinggi nilai total aset yang dimiliki oleh bank, semakin tinggi pula kredit/pembiayaan yang bisa diberikan.

c. Biaya tenaga kerja, menurut Mulyadi (2000), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia tersebut. Tingginya biaya tenaga kerja menyebabkan meningkatnya beban operasional, sehingga menurunkan laba operasional yang diperoleh bank. Dengan berkurangnya laba operasional bank, maka alokasi dari laba yang disetorkan untuk modal tambahan yang kemudian disalurkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan menjadi berkurang.

Sedangkan variabel output dalam penelitian ini adalah:

a. Total kredit/pembiayaan, merupakan produk penyaluran dana perbankan kepada masyarakat, baik individu maupun badan hukum yang digunakan


(39)

21

untuk investasi, perdagangan atau konsumsi, yang dapat memberikan keuntungan bagi bank dengan adanya bunga ataupun bagi hasil.

b. Pendapatan, yaitu seluruh pendapatan bank yang diterima baik pendapatan operasional, dan pendapatan non-operasional sebelum dikurangi pajak.

2.7Pengaruh Ukuran Bank terhadap Efisiensi Teknis

Ukuran bank merupakan salah satu karakteristik spesifik bank yang umumnya menjadi determinan dari efisiensi perbankan. Perusahaan besar mempunyai sumber daya yang lebih baik, biaya transaksi yang lebih rendah, dan lebih bisa bertahan dalam menghadapi persaingan dan goncangan perekonomian (Surifah, 2011).

Bank berukuran besar umumnya memiliki keunggulan daripada bank berukuran sedang atau kecil, seperti jumlah modal yang lebih besar, jumlah tenaga kerja dan reputasi yang lebih baik, dan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan non-bunga dari sumber lain seperti jasa investasi perbankan, jasa transfer uang, jasa penukaran mata uang asing dan jasa asuransi. Hal ini akan memudahkan bank berukuran besar untuk memperoleh pinjaman daripada bank berukuran sedang dan kecil, sehingga bank besar menjadi lebih efisien (Ajlouni, Hmedat, & Hmedat, 2011 dalam Gracia masita, 2012).

Selain itu penelitian dari (Micco et al, 2004), (Bonin et al, 2004), (Perera et al, 2007), dan (Suwandri, 2008) menemukan bahwa semakin besar bank, khususnya bank yang dimiliki oleh pemerintah, akan makin tidak efisien dan memiliki resiko kesulitan keuangan yang makin tinggi. Disisi lain penelitian (Abidin dan Endri, 2009:28) yang menemukan bahwa secara rata-rata bank BPD


(40)

22

beraset lebih besar lebih efisien daripada BPD beraset menengah dan kecil. Sedangkan penelitian (Pungkaswara dan Supatmi, 2011) menemukan bahwa makin besar ukuran bank maka makin tinggi rasio BOPO namun makin rendah rasio CAR dan NPM. Dan penelitian (Ismail, Rahim, & Majid, 2010) menemukan Semakin besar ukuran bank maka bank tersebut memiliki lebih banyak modal yang dapat digunakan untuk mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan laba dan meminimalkan biaya. Salah satu bentuk penggunaan teknologi pada bank adalah membangun jaringan ATM (Automated Teller Machine) dan menggunakan sistem komputer online sehingga memudahkan bank besar untuk berkembang lebih cepat dan pada biaya yang lebih rendah (Berger & Mester, 1997b; Ajlouni et al., 20011 dalam Gracia masita, 2012).

Hauner, (2004) juga mengungkapkan bahwa ukuran bank berpengaruh pada efisiensi melalui 2 yaitu:

1. Apabila ukuran bank berpengaruh positif dengan kekuatan pasar, maka bank yang berukuran lebih besar biaya inputnya akan lebih rendah.

2. Kemungkinan terjadi increasing return to scale dapat berasal dari biaya tetap (misalnya biaya untuk penelitian atau manajemen risiko) atau dari tenaga kerja yang terspesialisasi.

Maka dilihat dari penelitian-penelitian yang telah diuraikan diatas dapat disimpulakan bahwa ukuran bank berpengaruh terhadap efisiensi.


(41)

23 2.8 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Zaenal Abidin

dan Endri, 2009

Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan

Data Envelopment Analysis (DEA)

26 BPD seluruh Indonesia selama periode 2006-2007 dari hasil perhitungan kinerja efisiensi teknis menunjukan bahwa BPD mengalami peningkatan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya, tapi nilai efisiensinya masih dibawah angka yang maksimal yaitu 100%. Secara rata-rata, bank BPD beraset lebih besar lebih efisien daripada bank BPD beraset menengah dan kecil.

2 Gracia Masita,

2012

Determinan Efisiensi Perbankan Di

Indonesia

Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA)

Hasil analisis dengan menggunakan DEA menunjukan bahwa secara rata-rata bank di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2012 masih belum efisien. Faktor kepemilikan saham oleh asing dan tingkat kesehatan bank tidak berpengaruh terhadap efisien teknis. Non-Performing Loan

berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis. Sedangkan variabel ukuran bank berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis. Selain itu, manajemen terhadap kredit macet (NPL) merupakan faktor penting


(42)

24

untuk meningkatkan efisiensi.

3 Supatmi, Ari

Budi Kristanto, 2012

Determinan Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

Kinerja keuangan BPD secara simultan dipengaruhi struktur kepemilikan, umur dan ukuran perusahaan. Jumlah dewan komisaris dan direksi, serta auditor. Penelitian ini juga

menemukan bahwa makin panjang umur BPD

ditemukan makin rendah rasio CAR, dan NPL namun makin tinggi rasio LDR. Ukuran perusahaan ditemukan berpengaruh negatif terhadap rasio NPL, NPM, dan LDR. Jumlah dewan komisaris tidak terpengaruh terhadap kinerja keuangan BPD. Jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap LDR, namun berpengaruh negatif terhadap CAR. BPD yang diaudit oleh BPKB memiliki kinerja ROA makin tinggi, namun LDR bank makin rendah.

4 Sandi Kusuma

Wardana, 2011

Analisis Tingkat Perbankan Dengan Pendekatan Non Parametik Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2005-2011)

Berdasarkan hasil analisis efisiensi menggunakan DEA, bank umum di Indonesia menunjukkan nilai rata-rata yang tidak efisien (kurang dari 1 atau 100%), pencapaian efisiensi oleh bank umum hanya terjadi pada tahun 2011 dimana semua bank umum memperoleh nilai efisiensi


(43)

25

sebesar 100%. Dari delapan variabel input dan output

yang digunakan sebagai komponen penentu efisiensi pada kelompok bank yang menjadi sampel penelitian dapat diketahui bahwa secara umum variabel input salary expense dan interest expense, serta variabel

output interest income

merupakan determinan efisiensi terbesar bagi kedua kelompok bank selama periode penelitian. Sumber: Jurnal-jurnal Penelitian Terdahulu


(44)

26 2.9Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Laporan Tahunan Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut Tahun 2011-2013

Data Keuangan Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut Tahun 2011-2013

Pengukran Efisiensi dengan Metode Data Envelopment Analysis dengan Pendekatan Intermediasi

Tingkat Efisiensi Bank

Aceh 2011-2013

Tingkat Efisiensi Bank

Nagari 2011-2013

Tingkat Efisiensi Bank

Sumut 2011-2013 Simpanan

Aset

Biaya Tenaga Kerja

Total Kredit

Pendapatan

Output Input


(45)

27 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengetahui tingkat efisiensi Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang beroperasi didaerah/provinsi Aceh, Sumatera Baratdan Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam jangka waktu tiga tahun dari periode 2011-2013. Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengambil sampel dari laporan keuangan bank Aceh, Nagari (Sumbar), dan Sumatera Utara.

3.2 Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian

Adapun pendekatan variabel-variabel input dan output dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1

Variabel Input dan Output

Pendekatan Input Output

Intermediasi

Simpanan Aset

Biaya Tenaga Kerja

Total Kredit Pendapatan

Sumber: Data diolah

Dalam penelitian ini terdapat defenisi dari operasional variabel yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.2.1 Variabel Input

Variabel input adalah variabel yang mempengaruhi variabel output.

Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 3 variabel yaitu: a. Total simpanan, merupakan simpanan murni dari nasabah kepada


(46)

28

kegiatan ekonomi tertentu dengan catatan bank menjamin akan mengembalikannya secara utuh kepada nasabah.

b. Total Aset, menurut Hanafi dan Halim (2003), aset adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang atau akan dikuasai oleh bank sebagai hasil dari transaksi atau kejadian.

c. Biaya Tenaga Kerja, menurut Mulyadi (2000), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia.

3.2.2 Variabel Output

Variabel Output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian, dalam penelitian ini variabel output yang digunakan adalah:

a. Total Kredit/Pembiayaan, merupakan produk utama bank sebagai intermediasi yang menghubungkan antara surplus unit dan defisit unit.

Total kredit/pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan produk utama berupa kredit/pembiayaan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan keuntungan (laba operasional).

b. Pendapatan, yaitu seluruh pendapatan bank diterima baik pendapatan bunga, pendapatan operasional, dan pendapatan non-operasional.


(47)

29

Populasi dalam penelitian ini adalah bank pemerintah yang telah beroperasi di daerah/provinsi Aceh, Sumbar, dan Sumut pada periode 2011 hingga 2013. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan sampel bersasaran (purposive sampling).

Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:85). Beberapa pertimbangan pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Bank yang berstatus bank pemerintah daerah dan telah beroperasi di provinsi/daerah Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara pada periode 2011 hingga 2013.

2. Bank menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) untuk periode 2011-2013.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 3 bank yaitu:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Sumber: Data diolah

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:

Bank Pembangunan Daerah (BPD)

PT. Bank Aceh PT. Bank Nagari PT. Bank Sumut


(48)

30

a. Total simpanan, yang diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank Aceh, Nagari, dan Sumut periode 2011-2013.

b. Total aset, yang diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank Aceh, Nagari, dan Sumut periode 2011-2013.

c. Biaya tenaga kerja atau biaya personalia, yang diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan bank Aceh, Nagari, dan bank Sumut periode 2011-2013. d. Total kredit, yang diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan bank

Aceh, Nagari, dan Sumut periode 2011-2013.

e. Pendapatan, yang diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan bank Aceh, Nagari, dan Sumut periode 2011-2013.

3.5 Model Analisis Data

Untuk memperoleh tingkat efisiensi bank pemerintahan daerah (BPD) Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat diperoleh dari analisis yang menggunakan software MaxDEA 6.3.

3.5.1 Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Metodologi DEA (Data Envelopment Analyis) merupakan pendekatan pemograman matematika yang digunakan untuk mengembangkan suatu frontier yang efisien, yang selanjutnya digunakan untuk menghasilkan pengukuran efisiensi relatif (garcia 2011 dalam Gracia masita, 2012). Cara pengukuran yang digunakan dalam metode DEA adalah membandingkan output yang dihasilkan

dan input yang ada, yaitu: Efisiensi=������ �����

Metode Data Envelopment Analyis (DEA) merupakan sebuah metode non parametic yang menggunakan model program linier untuk menghitung


(49)

31

perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan. Metode ini diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978. Metode ini tidak memerlukan fungsi produksi, dan hasil perhitungannya disebut nilai efisiensi relatif (Abidin dan Endri, 2009:25). Perhitungan DEA ini akan dibantu paket-paket software efisiensi secara teknik, seperti Banxia Frontier Analysis (BFA), Warwick for Data Envelopment Analysis (WDEA), dan MaxDEA. Penelitian ini akan menggunakan bantuan software MaxDEA. Yang pada intinya software-software tersebut akan menunjukkan pada hasil yang sama.

Metode DEA merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank. Dengan menggunakan metode DEA maka pengukuran tingkat efisiensi relatif suatu bank dapat diperoleh. Dalam mengukur efisiensi DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan jalur keluar dari ketidak efisienan yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial (Haddad et. al., 2003 dalam Abidin dan Endri, 2009:24).

Dimana DEA dapat mengukur efisiensi relatif suatu UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) dengan menggunakan input dan output lebih dari satu. Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio dari total ouput tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau timbangan untuk setiap input dan

output UKE. Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan (Samsubar Saleh, 2000). Adapun kedua kondisi yang


(50)

32

disyaratkan yaitu, (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri dan Susilowati, 2004):

a. Bobot tidak boleh negatif

b. Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak lebih dari 1 (total weighted output/total weighted input ≤ 1) (Muharam dan Pusvitasari, 2007).

3.5.2 Keunggulan dan Kelemahan Data Envelopment Analysis (DEA)

Namun dalam perkembangannya, metode Data Envelopment Analysis

(DEA) tentu terdapat keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan yang dimiliki metode Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai berikut:

1. Keunggulan

a. Bisa menangani banyak input dan output.

b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output. c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingakan secara langsung dengan

sesamanya.

d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-output dari setiap sampelnya.


(51)

33

2. Kelemahan

a. Bersifat simple specific

b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal.

c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan produktivitas absolut.

d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

3.5.3 Model Pengukuran Efisiensi Teknik

Model dasar dari DEA adalah model CCR (Charnes, Cooper dan Rhodes). Asumsi yang digunakan pada model CCR adalah Constant Return to Scalem

(CRS), yang berarti adanya kenaikan pada input menghasilkan peningkatan pada output secara proporsional (Martic, Novakovic, & Baggia, 2009 dalam Gracia masita, 2012). Asumsi CRS ini hanya sesuai ketika semua bank beroperasi pada skala yang optimal.

Model DEA kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Banker, Charnes, dan Cooper yang dikenal dengan model BCC. Pada model BCC diasumsikan bahwa adanya peningkatan input tidak menghasilkan perubahan pada output yang proporsional sehingga asumsinya disebut Variable Return to Scale (VRS). Efisiensi teknis yang diukur dengan model BCC merefleksikan kinerja manajeman untuk mengorganisir input dalam proses produksi (Kumar & Gulati, 2008 dalam Gracia masita, 2012).


(52)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Perbankan di Indonesia

Perbankan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran dan pengaruh pihak penjajah Belanda, karena Belanda yang pertama mendirikan bank di Indonesia. Dari sekian banyak bank-bank yang didiirikan di Indonesia pada zaman itu namun pemerintah hanya mengendalikan tiga aktivitas perbankan saja sementara pada bank-bank lainnya bebas dari campur tangan pemerintah, ketiga bank tersebut adalah:

1. De Javasche NV. Bank ini berdiri pada tanggal 10 Oktober 1827 dan pada tanggal 6 Desember 1951 dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 De Javasche NV dijadikan sebagai Bank Sentral Indonesia sampai sekarang.

2. De Postpaarbank. Berdiri pada tahun 1989 dan berdasarkan Undang-Undang Darurat Tahun 1950 nama bank ini diganti dengan Bank Tabungan Pos. Selanjutnya pada tahun 1968 bank ini berubah menjadi Bank Tabungan Negara dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1968. 3. De Algemene Volkscredietbank. Berdiri pada tahun 1934 di Batavia

(Jakarta) dan pada masa sekarang bank ini dikenal sebagai Bank Rakyat Indonesia. Pada masa penguasaan Jepang bank ini dikenal dengan Syomin Ginko yang dikendalikan oleh lembaga kredit Jepang.


(53)

35

Pada saat menjelang kemerdekaan pemerintah Indonesia mulai mendirikan bank-bank pemerintah, yang dimana secara keseluruhan perbankan sebagai lembaga intermediasi sektor keuangan memiliki peranpenting dalam perekonomian suatu negara. Secara mikro, bank berfungsi menyalurkan dana dari nasabah yangmemiliki kelebihan dana kepada pelaku usaha dan perorangan yang membutuhkan dana dalam rangkamemperlancar usaha dari pihak-pihak yang berkepentingan. Secara makro, industri perbankan berperan sebagaisumber pembiayaan bagi perkembangan perekonomian dan sebagai sarana dalam pelaksanaan kebijakanmoneter. Perkembangan industri perbankan Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, baik darisudut pertumbuhan aset, jenis produk yang ditawarkan antara lain sebagai akibat berkembangnya bank sebagaikonglomerasi, maupun teknologi informasi yang digunakan. Perkembangan aset yang dipublikasikan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada Desember 2014 yang dimana perkembangan aset yang dimiliki bank-bank yang ada di Indonesia mengalami kemajuan dan total keseluruhan total aset bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Non Devisa, BPD, Campuran, dan bank Asing mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2013 aset bank umum berdasarkan kelompok bank berjumlah Rp 4.954.467 meningkat Rp 691.880 atau 16,23 persen dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 4.262.587. dan pada tahun 2014 berjumlah Rp 5.615.150 meningkat Rp 660.682 atau 13,33 persen dari posisi akhir tahun 2013. Terlihat pada tabel 4.1 dibawah ini:


(54)

36 Tabel 4.1

Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank (Growth OfCommercial Banks Asset Based Group Bank)

Miliar Rp. (Billion Rp.)

Kelompok Bank Tahun

2012 2013 2014

Bank Persero 1.535.343 1.758.873 2.076.605

BUSN Devisa 1.705.408 1.962.539 2.200.142

BUSN Non Devisa 135.472 162.457 186.817

BPD 366.685 389.964 440.691

Bank Campuran 217.713 290.219 278.312

Bank Asing 301.966 390.415 432.582

Total 4.262.587 4.954.467 5.615.150

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (Data diolah)

Perkembangan tersebut telah mengakibatkanpersaingan antar bank menjadi semakin ketat.Sedangkan total Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum pada Desember 2013 berjumlah Rp 3.663.968 meningkat Rp 438.788 atau 13,60 persen. Dan pada tahun 2014 berjumlah Rp 4.114.420 meningkat Rp 450.452 atau 12,30 persen. Perkembangan total DPK terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2

Total Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Total Of Third Party Funds Of Comercial Banks)

Miliar Rp. (Billion Rp.)

Keterangan Nominal

2011 2012 2013 2014

Giro 652.708 767.070 846.781 889.586

Tabungan 898.245 1.076.830 1.212.707 1.284.458

Simpanan Berjangka 1.234.072 1.381.298 1.604.480 1.940.376

Total DPK 2.785.024 3.225.198 3.663.986 4.114.420

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (Data diolah)

4.2 Perkembangan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia

Perkembangan industri perbankan Indonesia yang semakin menunjukkan kemajuan mengakibatkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat, salah satu indikator sebuah bank yang dapat bersaing dapat dilihatdari ukuran tingkat kesehatan bank tersebut, antara lain dilakukan perubahan kriteria kesehatanbank


(55)

37

sehingga didalamnya termasuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik

(Good Corporate Governance).Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) adalah struktur dan proses yang digunakan danditerapkan Organ Perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilaiperusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan.PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ada di Indonesia berkomitmen penuh menerapkan tata kelola perusahaan denganstandar-standar tertinggi dalam menjaga kesinambungan perusahaan. Kebijakan dan praktik tata kelola dilaksanakan mengacu pada Pedoman Tata Kelola Perusahaan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum serta perubahannya dalam peraturan bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 serta penjelasannya dalam surat edaran bank Indonesia No 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013, serta aturan perundang-undangan berlaku lainnya.

Dan masing-masing bank pembangunan daerah (BPD) menunjukkan kinerja efisiensi yang optimal dalam rangka mencapai dan mendukung sepenuhnya pembiayaan pembangunan daerah. Sampai saat ini bank pembangunan daerah (BPD) yang ada di Indonesia adalah 26 BPD yaitu:

Tabel 4.3

Bank Pembangunan Daerah di Indonesia No Bank Pembangunan Daerah 1

2 3 4 5 6 7

Bank Aceh BPD Bali Bank DKI BPD Jambi BPD Jawa Tengah BPD Jawa Tengah


(56)

38 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

BPD Jawa Timur BPD Kalimantan Timur BPD Kalimantan Tengah BPD Kalimantan Barat BPD Kalimantan Selatan BPD Lampung

BPD Maluku

BPD Nusa Tenggara Barat BPD Nusa Tenggara Timur BPD Papua

BPD Riau Kepri

BPD Sulawesi Tenggara

BPD Sulawesi Selatan dan Sulwesi Barat BPD Sulawesi Tengah

BPD Sulawesi Utara BPD Sumatera Barat

BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung BPD Sumatera Utara

BPD Yogyakarta

Sumber: Data diolah (Bank Indonesia)

Hingga Desember 2012 bank pembangunan daerah (BPD) seluruh Indonesia mencatat aset sebesar Rp 368,80 triliun atau naik 17,01 persen dibandingkan posisi Desember 2011 yang mencapai Rp 305,62 triliun. Selama lima tahun terakhir aset tersebut melonjak 100.35 persen dibandingkan posisi Desemser 2008 yang mencapai Rp 183,80 triliun. Secara konsolidasi aset bank pembangunan daerah (BPD) seluruh Indonesia per Desember 2012 berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) menduduki peringkat keempat dengan total aset Rp 368,24 triliun terlihat pada tabel dibawah ini:


(57)

39

Perkembangan Aset Perbankan di Indonesia Per Desember 2012

No Nama Bank Total Aset

1 Mandiri Rp 561,20 triliun

2 BRI Rp 547,60 triliun

3 BCA Rp 436,70 triliun

4 BPD Rp 368,24 triliun

5 BNI Rp 324,80 triliun

Sumber: Data diolah (Statistik Perbankan Indonesia)

Terlihat pada tabel 4.4 bahwa perkembangan perbankan yang ada di Indonesia cukup baik, dimana total aset per Desember 2012 yang dimiliki bank Mandiri sebesar Rp 561,20 triliun, BRI sebesar Rp 547,60 triliun, BCA Rp 436,70 triliun, BPD sebesar Rp 368,24 triliun, dan BNI sebesar Rp 324,80 triliun. Asosiasi bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) menyatakan kekuatan aset bank pembangunan daerah (BPD) menunjukkan bahwa BPD seluruh Indonesia bersinergi akan menjadi potensi kekuatan yang solid dalam kancah persaiangan industri perbankan nasional serta dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal bagi perekonomian nasional khususnya di daerah. Sementara itu, kinerja kredit dalam 5 tahun terakhir juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Pada Desember 2012, kredit BPD mencapai Rp 219 triliun atau meningkat 127,08 persen dibandingkan posisi Desember 2008 yang mencapai Rp 96,44 triliun. Pertumbuhan kredit year on year pada Desember 2012 mencapai 28,08 persen. Sedangkan total dana pihak tiga (DPK) BPD pada Desember 2013berjumlah Rp 287.709 meningkat Rp 11.174 atau naik 4 persen dari posisi Desember 2012 yang berjumlah Rp 278.535 dan pada tahun 2014 berjumlah Rp 335.957 meningkat Rp 48.248 atau 16,7 persen perkembangan total DPK pada tabel 4.5 dibawah:


(58)

40 Tabel 4.5

Total Dana Pihak Ketiga BPD

(Total Of Third Party Funds Of Regional Development Banks) Miliar Rp. (Billion Rp.)

Keterangan Nominal

2012 2013 2014

Giro 112.953 107.070 120.899

Tabungan 79.968 95.827 100.949

Simpanan Berjangka 89.614 84.812 114.109

Total DPK 278.535 287.709 335.957

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia ( Data diolah)

PT. Bank Aceh diusianya yang genap 40 tahun, bank Aceh terus tumbuh untuk menjadi motor penggerak dan pilar penting ekonomi Aceh. Dan di tahun 2013 bank Aceh mampu menunjukkan posisinya sebagai bank ke se-puluh terbesar diantara 26 BPD nasional dalam hal total aset, dan penghimpun dana pihak ketiga. Sementara dalam hal penyaluran kredit berada pada urutan kesebelas terkait laba dan modal inti bank Aceh berada pada urut keenam dan kesembilan BPD Nasional. Yang dimana pada tahun buku 2013 total aset bank Aceh mencapai Rp 15,25 triliun tumbuh 13,07 persen dari Rp 13,49 triliun tahun 2012 merupakan indikasi yang baik dan bukti keberhasilan bank Aceh dalam mengimplementasikan kebijakan dan strategi bisnis tahun 2013.Sedangkan pada total kredit yang dicapai pada tahun 2013 sebesar Rp 10,20 triliun meningkat 6,30 persen dari tahun 2012 sebesar Rp 9,59 triliun.

PT. Bank Nagari pada tahun 2011 menjadi market share di Sumatera Barat, Bank Kewirausahaan terbaik pada 2011, Banking Efficiency Awards 2011 serta menjadi The Best BUMD Of the Year 2010. Dan pada tahun 2013 bank Nagari menjadi peringkat ketiga kategori BUMD Listed Report Award 2012.Perkembangan total aset bank Nagari pada akhir tahun 2013 berjumlah Rp


(59)

41

16,24 triliun meningkat menjadi Rp 1,87 triliun atau 12,99 persen dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 14,38 triliun. Sedangkan pada total kredit pada akhir tahun 2013 berjumlah Rp 12,21 triliun meningkat Rp 1,32 triliun atau 12,15 persen dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 10,89 triliun dan pada

dana pihak ketiga (DPK) pada akhir tahun 2013 berjumlah Rp 12,29 triliun meningkat Rp 1,47 triliun atau 13,57 persen dari posisi akhir tahun 2012 yang berjumlah Rp 10,82 triliun.

Sedangkan PT. Bank Sumut pada tahun buku 2012 total aset yang dimiliki naik sebesar 5,35 persen, yang dimana total aset bank Sumut pada tahun 2012 mencapai Rp 19,96 triliun sedangkan pada tahun 2011 mencapai Rp 18,95 triliun. Komponen yang mengalami perubahan cukup signifikan terhadap perubahan total aset secara keseluruhan adalah giro pada bank lain yang naik sebesar 471,87 persen, yang kedua adalah kredit yang diberikan yang tumbuh sebesar 28,20 persen.

4.3Hasil dan Pembahasan 4.3.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan uraian-uraian diatas, objek penelitian yang akan digunakan adalah 3 bank pembangunan daerah (BPD), yaitu bank aceh, bank nagari, dan bank sumut. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan

microsoft excel windows 2013 dan MaxDEA 6.3, untuk dapat mengelolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti yakni bank aceh, bank nagari, dan bank sumut dengan menggunakan tiga variabel Input, yaitu: Simpanan


(60)

42

atau dana pihak ketiga (DPK), Aset, dan Biaya Tenaga Kerja sedangkan Variabel

Output, yaitu: Total Kredit, dan Total Pendapatan.

Variabel pertama adalah Simpanan, dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (kasmir, 2003). Simpanan juga dapat diartikan simpanan murni dari nasabah kepada bank, yang untuk kemudian dipergunakan oleh bank dalam aktivitas kegiatan ekonomi tertentu dengan catatan bank menjamin akan mengembalikannya secara utuh kepada nasabah.

Tabel 4.6

Perkembangan jumlah variabel Input Simpanan (Studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut)

Tahun 2011-2013 (Jutaan Rupiah)

Nama Bank 2011 2012 2013

Bank Aceh 10.061.834 10.672.335 11.749.481 Bank Nagari 19.812.637 10.541.008 11.885.754 Bank Sumut 15.129.513 15.040.766 15.943.043

Jumlah Simpanan 45.003.984 36.254.109 39.578.278

Pertumbuhan - -19,44% 9,17%

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2011-2013

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah simpanan 3 bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut dalam penelitian ini pada bank aceh dan bank sumut mengalami kenaikan dari tahun 2011-2013 namun pada bank nagari mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 dan pada tahun 2012 ke 2013 mengalami kenaikan, namun persentase pertumbuhannya mengalami kenaikan. Kenaikan simpanan pada bank tersebut menggambarkan bahwa adanya upaya-upaya yang telah dilakukan setiap masing-masing bank tersebut dalam peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat.


(61)

43

Upaya-upaya tersebut seperti perbaikan strategi marketing masing-masing bank. Perbaikan tersebut dilakukan dengan target nasabah yang tidak hanya dari kalangan nasabah loyal, tetapi juga pada nasabah mengambang.

Pada penelitian ini variabel input yang kedua adalah total aset, yaitu jumlah aset yang dimiliki bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut. Berdasarkan pada tabel 4.7 persentase pertumbuhan aset pada 3 bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut mengalami kenaikan setiap tahunnya dari tahun 2011-2013 meskipun persentase kenaikannya berfluktuasi. Meningkatnya jumlah aset tersebut menunjukkan bahwa 3 bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut yang telah diteliti memiliki kinerja yang baik, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah aset yang terjadi pada tahun 2011-2013.

Tabel 4.7

Perkembangan jumlah variabel Input Aset (Studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut)

Tahun 2011-2013 (Jutaan Rupiah)

Nama Bank 2011 2012 2013

Bank Aceh 13.055.398 13.487.270 15.250.212 Bank Nagari 12.895.244 14.370.423 16.244.113 Bank Sumut 18.950.693 19.965.238 21.494.699

Jumlah Aset 44.901.335 47.822.931 52.989.024

Pertumbuhan - 6,51% 10,80%

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2011-2013

Tabel 4.8 menunjukan bahwa biaya tenaga kerja pada 3 sampel bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut yang diteliti terus mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Hal ini disebabkan kebutuhan akan tenaga kerja semakin meningkat dan penyesuaian gaji yang telah


(62)

44

diatur oleh pemerintah seperti UMR (Upah Minimum Regional). Meskipun persentase pertumbuhan mengalami penurunan.

Tabel 4.8

Perkembangan jumlah variabel Input Tenaga Kerja (Studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut)

Tahun 2011-2013 (jutaan rupiah)

Nama Bank 2011 2012 2013

Bank Aceh 284.124 344.665 318.610

Bank Nagari 306.515 352.788 398.805

Bank Sumut 399.613 460.217 517.947

Jumlah Biaya TK 990.252 1.157.670 1.235.362

Pertumbuhan - 16,91% 6,71%

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2011-2013

Sedangkan pada Variabel outputnya adalah Total Kredit/pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan produk utama berupa kredit/pembiayaan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan keuntungan (laba operasional).

Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa jumlah pendapatan 3 bank pembangunan daerah (BPD) yang diteliti periode 2011-2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun persentase pertumbuhannya mengalami fluktuasi.

Tabel 4.9

Perkembangan jumlah variabel Output Kredit (Studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut)

Tahun 2011-2013 (jutaan rupiah)

Nama Bank 2011 2012 2013

Bank Aceh 9.198.872 9.593.463 10.198.088 Bank Nagari 9.211.945 10.887.750 12.210.716 Bank Sumut 11.001.262 13.798.262 15.347.592

Jumlah Kredit 29.412.079 34.279.475 37.756.396

Pertumbuhan - 16,55% 10,14%


(63)

45

Variabel Output yang kedua adalah Total pendapatan, yaitu seluruh pendapatan bank yang diterima baik pendapatan bunga, pendapatan operasional, dan pendapatan non-operasional sebelum dikurangi pajak. Terlihat pada tabel 4.10 yang menunjukkan bahwa jumlah pendapatan 3 bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut yang diteliti. Namun pada bank aceh total pendapatan mengalami penurnan pada tahun 2012 ke tahun 2013, dan pada bank nagari dan bank sumut disetiap tahunnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun persentase pertumbuhan mengalami penurunan.

Tabel 4.10

Perkembangan jumlah variabel Output Pendapatan (Studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut)

Tahun 2011-2013 (Jutaan rupiah)

Nama Bank 2011 2012 2013

Bank Aceh 1.362.905 2.172.964 1.631.801 Bank Nagari 1.551.238 1.669.007 1.949.245 Bank Sumut 2.397.330 2.788.156 2.840.046

Jumlah Pendapatan 5.311.473 6.630.127 6.421.092

Pertumbuhan - 24,83% -3,15%

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2011-2013

Peningkatan jumlah pendapatan yang disetiap tahunnya ini dikaitkan dengan semakin banyak dan bervariasinya jasa dan produk yang ditawarkan oleh masing-masing bank pembangunan daerah (BPD) studi bank aceh, bank nagari, dan bank sumut kepada masyarakat sehingga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan bank itu sendiri. Jasa dan produk bank tersebut meliputi sms banking,


(1)

54

tersebut dalam mengelolah input secara optimal dan menghasilkan output dengan maksinmal. Diharapkan pihak-pihak yang terkait dengan perbankan terus meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing dalam dunia perbankan nasional yang berkembang semakin pesat.

2. Ketidakefisienan input (simpanan dan aset) terjadi karena penggunaan simpanan dan aset yang melebihi target yang dibutuhkan. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan yang berlebih kebagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif. Sedangkan solusi yang dapat dilakukan input aset adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total.

3. Ketidakefisienan output (total kredit dan pendapatan) terjadi karena output yang dihasilkan masih belum maksimal dan belum mencapai target yang telah ditentukan. Upaya yang bisa dilakukan untuk output total kredit adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit produktif. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk output pendapatan dapat dilakukan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa.

4. Bagi peneliti yang hendak mengadakan penelitian sejenis, hendaknya mencoba menggunakan analisis efisiensi DEA dengan dengan asumsi VRS (Variable Return to Scale) sehingga seluruh unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output, bahwa suatu teknologi dan skala produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Selain itu, menggunakan variabel input biaya-biaya lainnya selain biaya tenaga


(2)

55

kerja, sehingga dapat diketahui biaya lain selain biaya tenaga kerja yang mempengaruhi efisiensi suatu bank. Disarankan jugamenggunakan sampel lebih banyak dan tahun pengamatan lebih panjang, sehingga diharapkan mendapat hasil yang lebih komprehensif.

5. Prestasi-prestasi yang sudah didapat bank Aceh, dan bank Nagari agar bisa dipertahankan kedepannya dan dapat memotivasi bank pembangunan daerah (BPD) lainnya untuk memberikan kualitas servis yang terbaik kepada nasabahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal dan Endri. 2009. “Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.11, No.1, Mei 2009:21-29. Diakses (24 September 2014).

Bank Indonesia. 2000. Peraturan Bank Indonesia No. 2/19/PBI/2000.

http://www.bi.go.id. Diakses (15 November 2014).

Hasibuan SP. 2008. “Dasar-Dasar Perbankan”. Cetakan Ketiga, Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta.

Hauner, D. 2004. “Explaining Efficiency Differences among Large German Bank And Austrian Bank IMF Working Paper, 1-23.


(3)

56

Ismail, F., Rahim, R.A., & Majit, M.S. 2010. “Deteminant Of Efficiency in Malay- sian Banking Sector”. Retrieved October 1, 2003.

Masita,Gracia. 2012. “Determinan Efisiensi Perbankan Di Indonesia Berdasarkan

Data Envelopment Analyis (DEA)”. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Diakses ( 24 September 2014).

Muharram, H & Pusvitasari, R. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopmet Analysis (PeriodeTahun 2005)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islami, Vol II, No. 3. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. (12 Oktober 2014).

Mulyadi, dan Johny, Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan dan PengendalianManajemen Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

. 2000. Akuntansi Biaya Edisi lima, Cetakan Kedelapan, Penerbit: Aditya Media: Yogyakarta.

Sugiono. 2011. “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D”. Bandung: ALFABETA, cv.

Supatmi dan Ari Kristanto. 2012. “Determinan Kinerja Keuangan Bank Pembang- Unan Daerah Di Indonesia:. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana. Proceding For Call PAPER PEKAN ILMIAH DOSEN FEB-UKSW 14 DESEMBER 2012. Diakses (12 Oktober 2014). Surifah, 2011. “Kepemilikan Ultimat, Tingkat Resiko, Efisiensi dan Kinerja Indu-

tri Perbankan di Indonesia”. Jurnal Siasat Bisnis, 15, 37-53. Diakses (13 Desember 2014).

Wardana,Sandi Kusuma. 2011. “Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan DenganPendakatan Non Parametik Data Envelopment Analysis (DEA) (studi: pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2005-2011)”. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.


(4)

57

LAMPIRAN 1

INPUT-OUTPUT BANK PEMBANGUNAN DAERAH STUDI BANK ACEH, BANK NAGARI, DAN BANK SUMUT

1. Tahun 2011

DMU I1 I2 I3 O1 O2

Aceh 10.061.834 13.055.398 284.124 9.198.872 1.362.905 Nagari 19.812.637 12.895.244 352.788 9.211.945 1.551.238 Sumut 15.129.513 18.950.693 399.613 11.001.262 2.397.330

2. Tahun 2012

DMU I1 I2 I3 O1 O2

Aceh 10.672.335 13.487.270 344.665 9.593.463 2.172.964 Nagari 10.541.008 14.370.423 306.516 10.887.750 1.669.007 Sumut 15.040.766 19.965.238 460.217 13.798.262 2.778.156

3. Tahun 2013

DMU I1 I2 I3 O1 O2

Aceh 11.749.481 15.250.212 318.610 10.198.088 1.631.801 Nagari 11.885.754 16.244.113 398.805 12.210.716 1.949.245 Sumut 15.943.043 21.494.699 517.947 15.347.592 2.840.046


(5)

58

LAMPIRAN 2 OUTPUT MaxDEA 6.3

1. Tahun 2011

Tbl_Results of Envelopment Model

NO DMU Score RM

(I1) SM (I1) Projection (I1) RM (I2) SM (I2) Projection (I2) RM (I3) SM (I3) Projection (I3) RM (O1) SM (O1) P

1 Aceh 1 0 0 10061834 0 0 13055398 0 0 284124 0 0

2 Nagari 1 0 0 19812637 0 0 12895244 0 0 352788 0 0

3 Sumut 1 0 0 15129513 0 0 18950693 0 0 399613 0 0 1100

Tbl_Results of Envelopment Model

NO DMU Score Benchmark(Lambda) Ref

1 Aceh 1 Aceh(1,000000) 0

2 Nagari 1 Nagari(1,000000) 0

3 Sumut 1 Sumut(1,000000) 0

2. Tahun 2012

Tbl_Results of Envelopment Model

NO DMU Score RM

(I1) SM (I1)

Projection (I1)

RM

(I2) SM (I2)

Projection (I2) RM (I3) SM (I3) Projection

(I3) RM(O1) S (O1

1 Aceh 1 0 0 10672335 0 0 13487270 0 0 344665 0 0

2 Nagari 1 0 0 10541008 0 0 14370423 0 0 306516 0 0

3 Sumut 0,99705 0 -331745,74 14709020 0 -918232,05 19047006 0 0 460217 40831,939 0

Tbl_Results of Envelopment Model

NO DMU Score Benchmark(Lambda) Ref


(6)

59

2 Nagari 1 Nagari(1,000000) 1

3 Sumut 0,99705 Aceh(0,946738); Nagari(0,436876) 0

3. Tahun 2013

Tbl_Results of Envelopment Model

NO DMU Score RM

(I1) SM (I1)

Projection (I1)

RM (I2)

SM (I2)

Projection (I2)

RM (I3)

SM (I3)

Projection (I3)

RM (O1)

SM (O1)

Proj

1 Aceh 1 0 0 11749481 0 0 15250212 0 0 318610 0 0 1019

2 Nagari 1 0 0 11885754 0 0 16244113 0 0 398805 0 0 1221

3 Sumut 1 0 0 15943043 0 0 21494699 0 0 517947 0 0 1534

Tbl_Results of Envelopment Model

NO DMU Score Benchmark(Lambda) Ref

1 Aceh 1 Aceh(1,000000) 0

2 Nagari 1 Nagari(1,000000) 0