Konsumsi Bahan Kering HASIL DAN PEMBAHASAN

xxxvi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsumsi Bahan Kering

Rata-rata konsumsi bahan kering KBK domba lokal jantan yang mendapat ransum perlakuan tercantum pada tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Bahan Kering KBK Domba Lokal Jantan gramekorhari Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 1 601,49 525,86 491,39 368,11 2 557,28 555,86 474,34 346,09 3 637,58 421,24 527,84 473,24 Rata-rata 598,78 a 500,99 ab 497,86 ab 395,81 b Keterangan: Rerata yang diikuti superskip huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata P0,05. Rata-rata konsumsi bahan kering pakan masing-masing perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 598,78; 500,99; 497,86 dan 395,81 gekorhari memperlihatkan adanya penurunan konsumsi bahan kering pakan masing-masing perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggantian konsentrat dengan tepung sampah organik pada ransum domba lokal jantan memberikan pengaruh yang nyata P0,05 terhadap konsumsi bahan kering. Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test DMRT menunjukkan bahwa P0 berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2. P1 berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3, sedangkan P0 berbeda nyata dengan P3. Hasil diatas membuktikan bahwa penggantian konsentrat dengan TSO sampai 37,5 yang diberikan pada P3 ternyata menurunkan konsumsi bahan kering pakan secara nyata, seperti diagram batang pada gambar 1. xxxvii Gambar 1. Rata-rata Konsumsi Bahan Kering KBK Domba Lokal Jantan gramekorhari Hal ini menunjukan adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi penggantian konsentrat dengan tepung sampah organik akan semakin rendah konsumsi bahan kering pakan. Hasil tersebut diduga karena perbedaan palatabilitas antar ransum perlakuan yang diujikan. Dari ke-empat pakan perlakuan yang di berikan, semakin tinggi level penggantian konsentrat dengan TSO diduga memberikan kontribusi warna coklat dan rasa yang semakin pahit. Rasa pahit dikarenakan dari proses pembuatan tepung sampah organik yang dilakukan pemanasan atau penjemuran. Pemanasan yang lama akan mengakibatkan kadar air yang rendah berwarna gosong sehingga timbul rasa pahit yang akan menurunkan palatabilitas dan kualitas Anonimus, 2006 b . Proses pengeringan terjadi perubahan zat warna klorofil dan karoten serta kehilangan aroma pada bahan yang di keringkan Praptiningsih, 1999 Menurut Kartadisastra 1997, palatabililtas merupakan sifat performansi bahan – bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisis pakan dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa dan teksturnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Soebarinoto et al., 1991 bahwa palatabilitas adalah segi kepuasan atau kesenangan dari suatu pakan, sehingga mempengaruhi seleksi dan konsumsi pakan. 598.7833 a 500.9867 ab 497.8567 ab 395.8133 b 100 200 300 400 500 600 K on s um s i B K g 0P0 12,5P1 25P2 37,5P3 Penggantian konsentrat dengan TSO dalam ransum xxxviii Lebih lanjut dinyatakan bahwa bahan pakan ternak dikeringkan biasanya akan berubah menjadi warna coklat, yang merupakan reaksi Browning yang dapat menurunkan nilai gizi Anonimus, 2006 c . Rasa pahit tidak disukai oleh ternak sehingga selera ternak untuk mengkonsumsi menjadi turun, menurut pendapat Kartadisastra 1997 bahwa ternak ruminansia lebih menyukai pakan yang memiliki rasa manis dan asin dari pada rasa hambar atau pahit. Faktor lain yang mengakibatkan penurunan konsumsi pakan yaitu kandungan bahan anorganik atau mineral dalam bahan pakan. Kandungan bahan anorganik pada TSO yang tinggi 36,8 diduga menyebabkan terkonsumsinya mineral secara berlebih seiring naiknya level penggantian konsentrat, yang mengakibatkan penurunan nafsu makan, aktivitas karena gangguan metabolisme sehingga konsumsi bahan kering menurun. Menurut Soebarinoto et all 1991 Konsumsi mineral yang berlebih akan mengakibatkan tampaknya gejala sub klinis penurunan bobot badan hingga gejala berat, dapat pula menyebabkan keracunan.

B. Konsumsi Bahan Organik