xviii
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Domba Lokal
Domba Ekor Tipis DET diduga berasal dari Bangladesh atau India. Domba ini telah beradaptasi sejak ribuan tahun lalu di Jawa sehingga
dianggap sebagai ternak asli Indonesia. Di setiap daerah, DET memiliki nama berbeda-beda sesuai dengan banyaknya sub populasi yang berkembang. DET
Jawa juga disebut domba kampung, domba negeri, domba lokal, atau domba kacang Mulyono dan Sarwono, 2004. Salah satu keunggulan domba
lokal adalah sifatnya prolifik, karena mampu melahirkan anak kembar dua sampai lima ekor setiap kelahiran Sodiq dan Abidin, 2002.
Ternak domba menyebar di seluruh wilayah Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai keunggulan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan kultur masyarakat Indonesia Murtidjo,1993. Daya adaptasi yang dimiliki domba terhadap lingkungan yang cukup tinggi
dikarenakan tubuh domba yang hampir seluruhnya tertutup bulu tebal akan menahan penguapan lewat permukaan kulit sehingga membuat domba tidak
banyak memerlukan air minum Sudarmono dan Sugeng, 2003. Menurut Sumoprastowo 1993, domba dibandingkan dengan ternak lain lebih
menyenangi bermacam-macam jenis rumput dan apabila dilepas di padang rumput akan cenderung memilih tunas rumput dari jenis rumput yang
tumbuhnya pendek. Domba lokal mempunyai ciri-ciri ekornya tipis dan tidak berlemak
tubuhnya kecil dan warnanya yang bermacam-macam, kadang-kadang terdapat lebih dari satu warna pada tubuh seekor domba. Domba jantan
bertanduk kacil, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Tanduknya berpenampang segi tiga yang tumbuh melilit seperti spiral Murtidjo, 1993.
Berat domba jantan berkisar 30-40 kg, sedangkan betina berkisar 5-20 kg Sumoprastowo, 1993. Kebutuhan nutrien ternak domba dengan bobot badan
15 kg adalah TDN 67,85; protein kasar PK 8,70; kalsium Ca 0,51; dan fosfor P 0,33 Kearl,1982.
xix
B. Pakan Domba