27
5.2 Pembahasan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu Notoatmodjo, 2007. Pada
penelitian ini, gambaran pengetahuan dokter muda tentang syok hipovolemik diukur melalui kuesioner yang berisi 14 pertanyaan yang berhubungan dengan
syok hipovolemik. Selanjutnya, gambaran pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori berdasarkan persentase jawaban benar yang diperoleh yaitu baik, cukup,
dan kurang. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa pengetahuan
responden adalah baik sebanyak 23 orang 25,6, cukup sebanyak 54 orang 60, dan kurang sebanyak 13 orang 14,4. Gambaran pengetahuan ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya media dan pengalaman. Pada orang yang lebih banyak mengakses informasi melalui media, baik media cetak maupun
elektronik, akan didapati pengetahuan yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak. Selain itu, semakin banyak pengalaman yang diperoleh seseorang, misalnya
mengikuti seminar atau organisasi, maka semakin banyak pula informasi yang didapatnya sehingga pengetahuannya juga akan bertambah Notoatmodjo, 2007.
Pada analisa gambaran pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin seperti pada tabel 5.5, didapatkan bahwa pengetahun baik dimiliki 52,2
responden perempuan dan 47,8 responden laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa responden perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-
laki. Menurut Awwaliyah 2011, perempuan secara psikologi lebih termotivasi
dan lebih rajin dalam hal belajar dan bekerja daripada laki-laki. Hal ini yang membuat prestasi akademik perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki.
Penelitian lain yang dilakukan di Universitas Hertfordshire didapatkan hasil tingkat konsentrasi perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Menurut
Rahman 2009, tingkat konsentrasi yang lebih baik akan membuat informasi yang didapatkan oleh seseorang lebih mudah diingat dan dipahami oleh seseorang.
Hal ini yang menyebabkan tingkat pengetahuan pada perempuan lebih baik dari laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
28
Pada analisa gambaran pengetahuan berdasarkan stase seperti pada tabel 5.6, didapatkan bahwa mayoritas pengetahuan responden pada setiap stase adalah
cukup. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Pada dasarnya setiap sampel yang merupakan dokter muda telah diberikan teori yang berhubungan
dengan syok hipovolemik, baik selama masa perkuliahan maupun selama menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter P3D, sehingga diharapkan
pengetahuan dokter muda adalah baik. Pada analisa jawaban responden terhadap setiap pertanyaan seperti pada
tabel 5.7, dapat dilihat bahawa untuk pertanyaan yang berhubungan dengan patofisiologi, 95,6 responden menjawab dengan benar yang berarti hampir
seluruh responden memahami patofisiologi syok hipovolemik. Untuk pertanyaan yang berhubungan dengan tanda dan gejala, lebih dari
60 responden menjawab dengan benar pertanyaan tentang gejala-gejala yang mungkin terjadi pada keadaan syok hipovolemik. Namun, untuk pertanyaan
tentang persentase perdarahan dan EBV, kurang dari 35 responden yang menjawab dengan benar. Dari hal ini, dapat kita lihat bahwa pada umumnya
responden memahami gejala klinis syok hipovolemik, namun tidak dapat memperkirakan jumlah kehilangan darah yang terjadi.
Untuk pertanyaan yang berhubungan dengan tatalaksana syok
hipovolemik, 88,9 responden menjawab dengan benar tindakan yang harus dilakukan, namun hanya 44,4 respon yang menjawab dengan benar pilihan
cairan yang sesuai untuk resusitasi. Dari hal ini, dapat dilihat bahwa responden memahami apa yang harus dilakukukan jika dihadapkan pada kasus syok
hipovolemik namun tidak bisa memilih dengan tepat cairan apa yang akan diberikan.
Pada penelitian sebelumnya, didapatkan bahwa penelitian Nur 2013 menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan.
Begitu juga pada penelitian Herwindasari 2013, didapatkan hasil yang sama.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan