7
Selain itu masih terdapat alat kepras tebu hasil dari penelitian Feri 2008 dimana alat kepras ini bertipe piringan bercoak. Alat dapat dilihat di Gambar 7. Tenaga yang digunakan
untuk alat kepras ini berasal dari traktor empat roda dengan tenaga putar PTO. Hasil yang diperoleh adalah kapasitas lapang yang diperoleh pada pengujian ini berturut-turut adalah
0.12 Hajam pengeprasan baris tebu1, tebu2, tebu3 dengan kecepatan maju 0.277ms dan 0.10 Hajam pengeprasan rumpun tebu1 dan rumpun tebu2 dengan kecepatan maju 0.227
ms dan slip roda 0.0 .
E. Kecepatan Potong Pisau
Berge 1951 dalam Lisyanto 2007 menemukan bahwa energi pemotongan meningkat secara linier pada selang kecepatan potong pisau antara 20 dan 50 m s-1.
Penelitian yang dilakukan Chancellor 1957 dalam Lisyanto 2007 menunjukkan bahwa pemotongan timothy pada kadar air 54 menggunakan mower dengan kecepatan potong
normal yang umum digunakan 1.75-5.2 m s-1 memiliki efek yang relatif kecil terhadap energi pemotongan. Blevins dan Hansen 1956 dalam Lisyanto 2007 menemukan bahwa
pada kecepatan potong pisau yang rendah hampir tidak ada efek terhadap energi pemotongan.
F. Sudut Mata Pisau dan Ketajaman Pisau
Menurut Feri 2008, ketajaman sharpness dan keruncingan fineness merupakan dua sifat yang berbeda pada sebuah mata pisau. Pisau dikatakan tajam sharp Gambar 8 a
apabila pisau tersebut memiliki radius dan ketebalan mata pisau yang kecil, sedangkan dikatakan runcing fine Gambar 8 b apabila pisau tersebut memiliki sudut mata pisau
yang kecil. Kebalikan dari ketajaman adalah ketumpulan dullness, sedangkan kebalikan dari keruncingan disebut tidak runcing bluntness .
Gambar 7. Alat kepras tebu tipe piringan bercoak Feri 2008
8
Sudut mata pisau memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan maksimum. Pisau yang memiliki sudut mata pisau yang kecil fine membutuhkan gaya
pemotongan maksimum yang relatif rendah. Penelitian yang dilakukan Chancellor 1957 dalm Lisyanto 2007 pada pemotongan timothy dengan kadar air 20, lebar pemotongan
7.9 mm, dan mata pisau yang digunakan bersifat tajam sedangkan pisau penahan countershear tidak runcing blunt menunjukkan bahwa pada sudut mata pisau dari 20
o
sampai 30
o
membutuhkan gaya pemotongan maksimum yang relatif rendah Gambar 9. Diduga hal tersebut disebabkan oleh faktor sudut mata pisau yang berpengaruh terhadap luas
permukaan kontak antara penampang mata pisau dan material yang dipotong. Sudut mata pisau yang kecil fine menghasilkan penampang mata pisau yang kecil sehingga gaya yang
diperlukan untuk penetrasi pisau ke material yang dipotong juga relatif rendah. Gambar 8. Bentuk mata pisau. a Tajam, b runcing
MAAE = bobot material per unit luas countershear
mg mm
-2
LTS = ketebalan lapisan solid material yang terletak
antara pisau dan countershear mm
Gambar 9. Efek sudut mata pisau ANE terhadap gaya pemotongan spesifik maksimum FOCSMX pada dua ketebalan potong yang berbeda Chancellor 1957, diacu
dalam Lisyanto 2007
9
Ketajaman pisau merupakan salah satu faktor penting dalam pemotongan material. Ketajaman memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan, semakin tajam pisau
yang digunakan maka gaya pemotongan yang diperlukan juga semakin rendah. Penelitian yang dilakukan Chancellor 1957 dalam Lisyanto 2007 mengenai efek ketebalan mata
pisau ketajaman terhadap gaya pemotongan spesifik maksimum untuk pemotongan timothy pada kadar air 54 menggunakan mower dengan kecepatan potong normal yang umum
1.75-5.2 m s-1 menunjukkan bahwa gaya pemotongan spesifik maksimum FOCSMX terendah terjadi pada ketebalan mata pisau LTE mencapai 0.15 mm, sedangkan pada LTE
yang melebihi 0.15 mm gaya pemotongan terus meningkat Gambar 10.
G. Pemotongan dan Torsi