Van de Vinne, Directueur Lands Middelen en Nomein. Oleh karenanya, ia juga turut berhasa dalam kodifikasi tersebut.
3. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA DALAM KUH PERDATA BW
Kitab Undang-undang Hukum Perdata BW Indonesia terdiri dari empat buku sebagai berikut :
1. Buku I, yang berjudul ”perihal orang”
van persoonen, memuat hukum perorangan dan hukum kekeluargaan.
2. Buku II, yang berjudul ”perihal benda”
van zaken, memuat hukum benda dan hukum waris.
3. Buku III, yang berjudul ”perihal perikatan”
van verbintennisen, memuat hukum harta kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban yang
berlaku bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu. 4.
Buku IV, yang berjudul ”perihal pembuktian dan kadaluarsa” van bewijs en verjaring, memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat
waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.
4. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT ILMU PENGETAHUAN
Menurut ilmu pengetahuan, hukum perdata sekarang ini lazim dibagi dalam empat bagian, yaitu :
1. Hukum tentang orang atau hukum perorangan
persoonenrecht yang antara lain mengatur tentang :
a. Orang sebagai subjek hukum.
b. Orang dalam kecakapannya untuk memiliki hak-hak dan bertindak sendiri untuk
melaksanakan hak-haknya itu. 2.
Hukum kekeluargaan atau hukum keluarga familierecht yang memuat antara
lain : a.
Perkawinan, perceraian beserta hubungan hukum yang timbul didalamnya seperti hukum harta kekayaan suami dan istri.
b. Hubungan hukum antara orangtua dan anak-anaknya atau kekuasaan orang tua
ouderlijke macht. c.
Perwalian voogdij.
d. Pengampunan
curatele. 3.
Hukum kekayaan atau hukum harta kekayaan vermogensrecht yang
mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum harta kekayaan ini meliputi :
a. Hak mutlak ialah hak-hak yang berlaku terhadap setiap orang.
b. Hak perorangan adalah hak-hak yang hanya berlaku terhadap seorang atau
suatu pihak tertentu saja. 4.
Hukum waris erfrecht mengatur tentang benda atau kakayaan seseorang jika
ia meninggal dunia mengatur akibat-akibat hukum dari hubungan keluarga terhadap harta warisan yang ditinggalkan seseorang.
Buku kansil Buku A. djamali
C.B Gelio
hukum ketanagakerjaan dan hukum agraria
HUKUM KETANAGAKERJAAN A. sejarah
Asal muala adanaya Hk. Ketanagakerjaan di Indonesia terdiri dari beberapa fase jika kita lihat pada abad 120 sm . ketika bangsa Indonesia ini
mulai ada sudah dikenal adanya system gotong royong , antara anggota masyarakat . dimana gotong royong merupakan suatu system pengerahan
tenaga kerja tambahan dari luar kalangan keluarga yang dimaksudkan untuk mengisi kekurangan tenaga, pada masa sibuk dengan tidak mengenal suatu
balas jasa dalam bentuk materi . sifat gotong royong ini memiliki nilai luhur dan diyakini membawa kemaslahatan karena berintikan kebaikan , kebijakan,
dan hikmah bagi semua orang gotong royong ini nantinya menjadi sumber terbentuknya hokum ketanaga kerjaan adat . dimana walaupun peraturannya
tidak secara tertulis , namun hokum ketenagakerjaan adat ini merupakan identitas bangsa yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia dan
merupakan penjelmaan dari jiwa bantgsa Indonesia dari abad kea bad
Setelah memasuki abad masehi , ketika sudah mulai berdiri suatu kerajaan diIndonesia hubungan kerja berdasarkan perbudakan , seperi saat
jaman kerajaan hindia belanda pada zaman ini terdapat suatu system pengkastaan . antara lain : brahmana, ksatria, waisya, sudra, dan paria ,
dimana kasta sudra merupakan kasta paling rendah golongan sudra paria ini menjadi budakdari kasta brahmana , ksatria ,dan waisya mereka hanya
menjalankan kewajiban sedangkan hak-haknya dikuasai oleh para majikan Sama halnya dengan islam walaupun tidak secara tegas adanya system
pengangkatan namun sebenarnya sama saja . pada masa ini kaum bangsawan raden memiliki hak penuh atas para tukang nya . nilai-nilai keislaman tidak
dapat dilaksanakan sepenuhnya karena terhalang oleh didnding budaya bangsa yang sudah berlaku 6 abad –abad sebelumnya
Pada saat masa pendudukan hindia belanda di Indonesia kasus perbudakan semakin meningkat perlakuan terhadap budak sangat keji
tidak berprikemanusiaan . satu-satunya penyelsaiannya adalah mendudukan para budak pada kedudukan manusia merdeka. Baik sosiologis maupun
yuridis dan ekonomis
Tindakan belanda dalam mengatasi kasus perbudakan ini dengan mengeluarkan staatblad 1817 no. 42 yang berisikan larangan untuk
memasukan budak-budak ke pulau jawa . kemudian thn. 1818 di tetapkan pada suatu UUD HB regeling reglement 1818 berdasarkan pasal 115 RR
menetapkan bahwa paling lambat pada tanggal 1-06-1960 perbudakan dihapuskan
Selain kasus hindia belanda mengenai perbudakan yang keji dikenal juga istilah rodi yang pada dasarnya sama saja . rodi adalah kerja paksa
mula-mula merupakan gotong royong oleh semua penduduk suatu desa-desa suku tertentu . namun hal tersebut di manfaatkan oleh penjajah menjadi
suatu kerja paksa untuk kepentingan pemerintah hindia belanda dan pembesar-pembesarnya.
B. azas hokum ketanagakerjaan
Pembangunan ketanagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan
daerah artinya asas pembangunan ketanagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional khususnya asas demokrasi pancasila
serta asas adil dan merata. C. ruang lingkup
Ruang lingkup ketenagakerjaan meliputi : pra kerja, masa dalam hubungan kerja, masa purna kerja post employment
Jangkauan hokum ketenagakerjaan lebih luas bila dibandingkan dengan hokum perdata sebagaimana di atur dalam buku III title 7A yang
lebih menitik beratkan pada aktivitas tenaga kerja dalam hubungan kerja D. pelaksanaan hubungan kerja di Indonesia
Pasal 1 angka 15 UU no.13 th. 2003 disebutkan bahwa :
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja
atau buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsure- unsur pekerjaan , upah dan perintah
Hubungan kerja adalah suatu hubungan pengusaha dan pekerja yang
timbul dari perjanjian kerja yang diadakan untuk waktu tertentu namun waktu yangtidak tertentu
Perjanjian Kerja
Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih lainnya.” Pengertian luas dan lemah
Sudikno Mertokusumo , “ perjanjian adalah subjek hokum antara dua
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hokum .”
Definisi pejanjian klasik , “ perjanjian adalah perbuatan hokum bukan
hubungan hokum sesuai dengan pasal 1313 perjanjian adalah perbuatan .”
1. pengertian perjanjian kerja
dalam KUHPerdata , pasal 1601 titel VII A buku III tentang perjanjian untuk melakuakn pekerjaan yang menyatakan bahwa :
“selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa yang diatur oleh ketentuan yang khusus untuk itu dan untuk syarat-syarat yang di
perjanjikan dan jika itu tidak ada , oleh karena kebiasaan , maka ada dua macam perjanjian dengan mana pihak yang lain dengan menerima upah,
perjanjian perburuhan dan pemborong pekerjaan.”
2. unsure-unsur dalam perjanjian kerja :
KUHPerdata pasal 1320 menurut pasal 1338 1 menyatakan sahnya perjanjian :
Mereka sepakat untuk mengakibatkan diri
Cakap untuk membuat suatu perikatan
Suatu hal tertentu
Suatu sebab yang hallal
Syarat subjektif : mengenai subjek perjanjian dan akibat hokum M.G Rood pakar hokum perburuhan dari belanda , 4 unsur syarat perjanjian
kerja :
Adanya unsure work pekerjaan
Dalam suatau perjanjian kerja haruslah ada pekerjaan yang jelas yang dilakukan oleh pekerja dan sesuai denagan yang tercantum dalam perjanjian
yang telah disepakati dengan ketentuan –ketentuan yang tercantum dalam UU no.13 thn. 2003
Adanya unsure service pelayanan
Adanya unsure time waktu
Adanya unsure pay upah
3. Bentuk Perjanjian Kerja
Dalam praktik di kenal 2 bentuk perjanjian ·
Tertulis Di peruntuk perjanjian-perjanjian yang sifatnya tertentu atau adanya
kesepakatan para pihak, bahwa perjanjian yang dibuatnya itu menginginkan dibuat secara tertulis , agar adanya kepastian hokum
· Tidak tertulis
bahwa perjnjian yang oleh undang-undahng tidak disyaratkan dalam bentuk tertulis
4.
Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dlam Perjanjian Kerja
Subjek dari perjanjian kerja adalah orang-orang yang terikat oleh perjanjian yang di buatnya
Hak dan kewajiban subjek kerja , diman hak merupakan suatu tuntutan keinginan yang di peroleh oleh subjek kerja pengusaha dan pekerja .
sedangkan kewajiban adalah para pihak , disebut prestasi
5. Berakhirnya Perjanjian Kerja
Alas an berakhirnya perjanjian kerja adalah :
Pekerja meninggal dunia
Berakhir karena jangka waktu dalam perjanjian
Adanya putusan pengadilan dan atau putusan atau penetapan lembaga penyelsaian perselisihan hubungan industrial
Adanya keadaan atau kejadian yang di cantumkan dalam
perjanjian kerja
Pemutusan hubungan kerja
1.
istilah dan pengertian hubungan kerja
A. Deter mination , putusan hubungan kerja karena selesai atau
berakhirnya kontrak kerja
B. Dissmisal, putusan hubungan kerja karena tindakan indisipliner
C. Redudancy, pemutusan hubungan kerja yang berkaitan dengan
perkembangan tekhnologi
D. Retrechtment, pemutusan hubungan kerja yang berkaitan dengan
masalah ekonomi
F.X. Djumialdji Pemutusan hubungan kerja adalah suatu langkah pengakhiran hubungan
kerja antara buruh dan majikan karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU no.13 thn. 2003
PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena sesuatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara perkara buruh dan
pengusaha
2. macam –macam pemutusan hubungan kerja
A. pemutusan hubungan kerja demi hokum
hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja berhenti dengan sendirinya yang mana kedua belah pihak hanya pasif saja , tanpa suatu
tindakan atau perbuatan salah satu pihak
pemutusan hubungan kerja ini terjadi pada saat
A. perjanjian kerja pada waktu tertentu, pasal 1.1 Kep. Men tenaga
kerja transmigrasi no: Kep.100Men V2004 tentang keterangan pelaksanaan perjanjian kerja , waktu tertentu
B. pekerja meninggal dunia
pasal 61 ayat 1 huruf a UU no.13 thn. 2003 ditegaskan bahwa perjanjian kerja berakhir apabila pekerja meninggal dunia namun hak-hak nya bisa di
berikan pada ahli waris 61.a5
pemutusan hubungan kerja oleh pekerja
dapat terjadi karena : a.
masa percobaan b.
meninggalnya pengusaha c.
perjanjian kerja untuk waktu tidak tentu d.
pekerja dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu
pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha
pemutusan hubungan kerja dilakuakan oleh pengusaha dengan membayarkan uang pesangon, sebagai upah akhir.
· Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan
Keputusan yang di tetapkan oleh pengadilan tentang pemutusan hubungan kerja dalam pengadilan perdata yang biasa berdasarkan surat permohonan
oleh pihak yang bersangkutan.karena alas an – alas an penting.
· Penyelsaian hubungan kerja
Dibedakan atas dan bagian : 1.
menurut sifatnya a.
perselisihan kolektif
b. perselisihan perseorangan
2. menurut jenisnya
a. peselisihan jenisnya
b. perselisihan kepentingan
· system pengupahan
Di pandang dari sudut nilainya upah dibedakan antara upah nominal dengan upah riil
a. upah nominal adalah jumlah yang berupa uang
b. upah riil adalah banyaknya barang yang dapat dibeli oleh jumlah uang itu
menurut cara menetapkan upah dibagi kedalam system-sistem pengupahan ,sebagai berikut :
a. system upah jangka waktu
b. upah yang ditetapkan menurut jangka waktu pekerja . melakukan
pekerjaan
c. system upah potongan
HUKUM AGRARIA A.
sejarah
sebelum UUPA berlaku p0ada tahun1960 hukum agrarian yang berlaku adalah hokum agrarian colonial dan adapt ini berlaku sampai dengan
tahun 1960 namun dengan beberapa perubahan sejak tahun 1945 ,yang menyangkut hal-hal yang tidak sesuai dengan jiwa kemerdekaan bangsa
Indonesia pada masa berlakunya hokum agraria colonial di berlakukan suatu asas yang
disebut asas
domain verklaring . Asas ini memberi wewenang kepada Negara untuk memiliki BARA , untuk tanah yang tidak dapat di buktikan secara
tertulis pada saat itu juga dikenal hak-hak atas tanah yang bersumber dari hokum barat ,seperti hak eigendom hak milik, hak postal hak mendirikan
bangunan , hak effacht hak untuk mengusahakan tanah
B. landasan yuridis
hokum agrarian nasional diatur dalam UU no. 5 thn. 1960 tentang peraturan dasar pokok agraria UUPA
undang-undang ini lahir pada tanggal 24 september 1960 . bumi, air, ruang, udara, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan
karunia tuhan kepada bangsaIndonesia menurut pasal 333 UUD1945 , bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemamuran rakyat . hak demikian disebut hak menguasai Negara
C.
pengertian
hokum agrarian adalah kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antara orang dengan bumi , air, ruang udara , dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya
D.
tujuan hokum agrarian UUPA
untuk membawa kemamuran , kebahagian , dan keadilan bagi
Negara-negara dan rakyat
untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hokum
pertanahan
untuk memberi kepastian hokum mengenai hak-hak atas tanah
bagi rakyatIndonesia
E. asas hokum agrarian
1. asas hak menguasai Negara
asas ini mengatakan bahwa sebagai organisasi kekuasaan tertinggi Negara di beri wewenang untuk mengatur peruntukan tanah atau
berkewajiban untuk mengatur tanah serta pemberian tanah . dalam hal ini Negara bukan sebagai pemilik tanah
2. asas nasionalitas
adalah asas yang menghendakai bahwa hanya bangsa Indonesia saja yang dapat mempunyai hubungan hokum sepenuhnya dengan bumi, air ,
ruang angkasa , dan kekayaan yang terkandung di dalamnya
3. asas hak atas tanah mempunyai fungsi social
fungsi social hak atas tanah adalah fungsi – fungsi kepentingan orang banyak atau kepentingan nasioanl . sehingga sebidang tanah dapat dicabut
dari kepemilikan seseorang bila kepentingan orang banyak atau nasioanl memerlukannya , dengan kompensasi berupa suatu ganti rugi
4. asas persamaan
persamaan dalam penguasaan atas barang yang tidak membeda- bedakan jenis kelamin , golongan , bahkan tidak membedakan suku bangsa
5. asas mengerjakan sendiri tanah pertaniannya secara aktif
asas ini menuntut pemiliknya harus tinggal tidak jauh dari letak tanah pertaniannya agar efektif mengerjakannya
F.
macam – macam hak atas tanah menurut pasal 16 UUPA
· hak milik
· hak guna usaha
· hak guna bangunan
· hak pakai
· hak sewa
· hak memungut hasil
· hak tanggungan
HUKUM AGRARIA
Macam –macam hak dalam hokum agrarian di bedakan atas subjek,objek,cara memperoleh dan jangka waktu berakhirnya
Macam-macam hak atas tanah menurut pasal 16 UUPA :
1. hak milik
merupakan hak atas tanah yag terkuat , terpenuh dan bersifat turun temurun serta merupakan induk dari hak-hak lain dengan jangka waktu yang tidak
terbatas
2. hak guna usaha
merupakan hak untuk mengusahakan suatu bidang tanah bagi usaha-usaha pertanian atas tanah negara yang di peroleh melalui permohonan hak.
Hak guna usaha ini memiliki jangka waktu tertentu , yaitu selama 36 tahun dan dapat diperpanjang serta di perbaharui hak guna usaha ini bisa dialihkan
, dijaminkan ,dan dapat diwariskan
3. hak guna bangunan
hak untuk membuat bangunan di atas sebidang tanah milik Negara yang diperoleh melalui permohonan hak . hak ini memiliki jangka waktu tertentu
yaitu selama 30 tahun , tetapi dapat diperpanjang dan di perbaharui
4. hak pakai
merupakan hak untuk memakai atau menggunakan suatu bidang tanah sesuai dengan sifat kemampuan tanahnya
5. hak sewa
merupakan hak untuk menggunakan suatu bangunan dengan jangka waktu tertentu , dengan suatu jangka waktu tertentu yang disepakatti .
6. hak memungut hasil
hak untuk mengambil manfaat dari suatu bidang tanah tertentu berdasarkan suatu perjanjian
7. hak tangguangan
merupakan hak atas tanah yang di peroleh berdasarkan suatu perjanjian otrentik atas suatu bidang tanah yang disebut sebagai perjanjian
pertangguangan , ini merupakan perjanjian tambahan atau perjanjian accesoir
HUKUM LINGKUNGAN A.
sejarah
pemikiran untuk mengkaji dan mengembangkan masalah lingkungan hidup di Indonesiauntuk pertama kali di mulai pada tahun 1972 . ketika prof.
Dr. mochtar atmadja . SH.LLM menyampaikan beberapa pikiran dan saranya tentang bagaimana peratuaran hokum lingkungan tersebut . setelah
berlakunya UU lingkungan hidup pada tgl 11-03-1982 , terciptanya suatu system yang memayungi semua peraturan P’UU-an
B. pengertian
keseluruhan poeratuaran yang mengatur tingkah laku manusia tentang apa seharusnya di lakukan atau tidak terhadap lingkungan hidup
C. asas, tujuan sasaran hokum lingkungan
1. terciptanya keselarasan hubungan sntar manusia dengan lingkungan
hidup
2. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secvara bijaksana
3. terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup
4. terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk
kepentingan generasi sekarang mendatang
5. terlindungnya Negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah
Negara yang menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan
HUKUM ADAT A.
sejarah
peraturan adat istiadat kita ini , pada hakikatnya sudah terdapat pada zaman kuno ,pra-hindu
adat istiadat yang sudah hidup dalam masyarakat pra-hindu tersebut menurut ahli hokum merupakan adapt melayu – polensia , lambat laun dating
dikepulauan kita ini kultur hindu , kemudian kultur islam Kristen yng mempengaruhi kultur asli
B. istilah dan pengertian
pada awal sebelum abad ke-19 , hokum adat di identikan dengan hokum agama yang dalam bahasa belanda
godsdiens tigeweten selaras dengan pendapat Van Den Breg yang memperkenalkan teori receptia in complexto ,
yang menyatakan bahwa hokum adat golongan hokum masyarakat merupakan receptie seluruh agama yang dianut masyarakat
C.
system
tiap hokum merupakan suatu system , artinya kompleks normanya itu merupakan suatu kebulatan sebagai wujud kesatuan pikiran yang hidup di
masyarakat system hokum adapt bersendi atas dasar alam pikiran
bangsa Indonesia yang sudah barang tentu berlainan dengan alam pikiran yang menguasai hokum bharat
antara system hokum adat system hokum barat terdapat beberapa perbedaan ynag fundamental , misalnya :
1. hokum barat mengenal zakelijke rechten personal ijke rechten
2. hokum adattidak mengenal pembagian hak
D. kedudukan hokum adat dalam tata hokum Indonesia
hokum adat di pakai sebagai sinonim dari hukun=m yang tidak tertullis di dalam peraturan legislative unstatutory law hokum yang hidup sebagai
konvesi pada bahan-bahan hokum Negara parlemen dewan-dewan
profinsi , hokum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang di pertahankan di dalam pergaulan hidup
E.
tata susunan hokum masyarakat adat
1. persekutuan hokum
2. struktur persekutuan hokum
3. lingkaran hokum adat
4. sifat pimpinan kepala – kepala rakyat
5. susunan tradisional masyarakat desa
6. perubahan –perubahan di dalam suasana desa
7.
System hokum adat
System hokum adat adalah istem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-
negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan
tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis
H U K U M A D A T D I I N D O N E S I A
Dari 19 daerah lingkungan hukum rechtskring di Indonesia,
sistem hukum adat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1.
Hukum Adat mengenai tata negara 2.
Hukum Adat mengenai warga hukum pertalian sanak, hukum tanah, hukum perhutangan.
3. Hukum Adat menganai delik hukum pidana.
Istilah Hukum Adat pertama kali diperkenalkan secara ilmiah oleh Prof. Dr. C Snouck Hurgronje, Kemudian pada tahun 1893, Prof.
Dr. C. Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul De Atjehers menyebutkan istilah hukum adat sebagai adat recht bahasa
Belanda yaitu untuk memberi nama pada satu sistem pengendalian sosial
social control yang hidup dalam Masyarakat Indonesia. Istilah ini kemudian dikembangkan secara ilmiah oleh Cornelis
van Vollenhoven yang dikenal sebagai pakar Hukum Adat di Hindia Belanda sebelum menjadi Indonesia.
Wilayah hukum adat di Indonesia
Menurut hukum adat, wilayah
yang dikenal
sebagai Indonesia sekarang ini dapat dibagi menjadi beberapa lingkungan atau lingkaran adat
Adatrechtkringen. Seorang pakar Belanda, Cornelis van Vollenhoven adalah yang
pertama mencanangkan gagasan seperti ini. Menurutnya daerah di Nusantara menurut hukum adat bisa dibagi menjadi 23 lingkungan
adat berikut:
1. Aceh
2. Gayo dan Batak
3. Nias dan sekitarnya
4. Minangkabau
5. Mentawai
6. Sumatra Selatan
7. Enggano
8. Melayu
9. Bangka dan Belitung
10. Kalimantan Dayak
11. Sangihe-Talaud
12. Gorontalo
13. Toraja
14. Sulawesi Selatan BugisMakassar
15. Maluku Utara
16. Maluku Ambon
17. Maluku Tenggara
18. Papua
19. Nusa Tenggara dan Timor
20. Bali dan Lombok
21. Jawa dan Madura Jawa Pesisiran
22. Jawa Mataraman
23. Jawa Barat Sunda
Penegak hukum adat
Penegak hukum adat adalah pemuka adat sebagai pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan
masyarakat adat untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera.
Aneka Hukum Adat
Hukum Adat berbeda di tiap daerah karena pengaruh 1.
Agama : Hindu, Budha, Islam, Kristen dan sebagainya. Misalnya : di Pulau Jawa dan Bali dipengaruhi agama Hindu, Di Aceh
dipengaruhi Agama Islam, Di Ambon dan Maluku dipengaruhi agama Kristen.
2. Kerajaan seperti antara lain: Sriwijaya, Airlangga, Majapahit.
3. Masuknya bangsa-bangsa Arab, China, Eropa.
Pengakuan Adat oleh Hukum Formal
berbicara persoalan penegak hukum adat Indonesia, ini memang sangat prinsipil karena adat merupakan sala satu cermin
bagi bangsa, adat merupkan identitas bagi bangsa, dan identitas bagi tiap daerah. Dalam kasus sala satu adat suku Nuaulu yang terletak di
daerah Maluku Tengah, ini butuh kajian adat yang sangat mendetail lagi, persoalan kemudian adalah pada saat ritual adat suku tersebut,
dimana proses adat itu membutuhkan kepala manusia sebagai alat atau prangkat proses ritual adat suku Nuaulu tersebut.. Dalam
penjatuhan pidana oleh sala satu Hakim pada Perngadilan Negeri Masohi di Maluku Tengah, ini pada penjatuhan hukuman mati,
sementara dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 tahun 2004. dalam Pasal 28. hakim harus melihat atau mempeeljari
kebiasaan atau adat setempat dalam menjatuhan putusan pida terhadap kasus yang berkaitan dengan adat stempat.
Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan tuntutan masyarakat adat maka pada tanggal 24
Juni 1999, telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Peraturan ini dimaksudkan untuk menyediakan pedoman dalam pengaturan dan pengambilan kebijaksanaan operasional bidang
pertanahan serta langkah-langkah penyelesaian masalah yang menyangkut tanah ulayat.
Peraturan ini memuat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip pengakuan terhadap hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari
masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 UUPA. Kebijaksanaan tersebut meliputi :
1. Penyamaan persepsi mengenai hak ulayat Pasal 1
2. Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak
yang serupa dari masyarakat hukum adat Pasal 2 dan 5. 3.
Kewenangan masyarakat hukum adat terhadap tanah ulayatnya Pasal 3 dan 4
System hokum islam Syariat Islam adalah ajaran Islam yang membicarakan amal manusia
baik sebagaimakluk ciptaan Allah maupun hamba Allah. Terkait dengan susunan tertib Syariat, Al Quran Surat Al Ahzab ayat
36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan
mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan
RasulNyabelum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini
didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah
dimaafkan Allah. Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani
hidupberibadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk
dalam kategori Asas Syara dan perkara yang masuk dalam kategori Furu Syara.
8. Asas Syara
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadits.Kedudukannya sebagai Pokok Syariat Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara. Sifatnya, pada
dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak
kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan
yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati syariat Islam, ialah
keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak
diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera
kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.
Furu Syara
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan
Al Hadist.Kedudukannya sebaga Cabang
Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya
tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan
perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu syara ini juga disebut sebagai
perkaraijtihadiyah.
S U M B E R H U K U M I S L A M
Al-Quran
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia hingga akhir zaman Saba QS 34:28. Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut sumber pertama atau Asas Pertama Syara.
Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia
Dalam upaya memahami isi Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al-Quran namun tidak ada yang saling
bertentangan.
Hadits
Hadits adalah seluruh perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad yang kemudian dijadikan sumber hukum. Fungsi hadits antara
lain
Mempertegas hukum dalam Al-Quran
Memperjelas hukum dalam Al-Quran
Menetapkan hukum yang belum ada di Al-Quran
Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al- Quran dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat
sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara
lain
Ijma, kesepakatan para ulama
Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
Urf, kebiasaan
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA NEGARA INDONESIA
A. MPR
Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat 2 dan ayat 3 UUD Tahun 1945 adalah:
1. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;
2. melantik Presiden danatau Wakil Presiden;
3. memberhentikan Presiden danatau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-Undang Dasar; 4.
memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya; 5.
memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua pasangan calon
Presiden dan calon Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan calon
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
B. DPR
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, untuk optimalisasi lembaga perwakilan serta memperkukuh pelaksanaan saling mengawasi dan
saling mengimbangi oleh DPR, DPR memiliki fungsi yang diatur secara eksplisit dalam UUD.
Pada Pasal 20A dipertegas fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR
sebagai lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk undang- undang. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR untuk membahas
termasuk mengubah Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
RAPBN dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR dalam hal APBN
ini lebih menonjol dibandingkan dengan kedudukan Presiden karena apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, Pemerintah
menjalankan APBN tahun yang lalu [Pasal 23 ayat 3]. Fungsi pengawasan adalah fungsi DPR dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan oleh Presiden pemerintah. Penegasan fungsi DPR dalam UUD 1945 itu akan sangat mendukung
pelaksanaan tugas DPR sehingga DPR makin berfungsi sesuai dengan harapan dan tuntutan rakyat Selanjutnya, dalam kerangka checks and
balances system dan penerapan negara hukum, dalam pelaksanaan tugas DPR, setiap anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya. Dalam masa
jabatannya mungkin saja terjadi hal atau kejadian atau kondisi yang menyebabkan anggota DPR dapat diberhentikan sebagai anggota DPR. Agar
pemberhentian anggota DPR tersebut mempunyai dasar hukum yang baku dan jelas, pemberhentian perlu diatur dalam undang-undang.
Ketentuan ini merupakan mekanisme controlterhadapanggotaDPR. Adanya pengaturan pemberhentian anggota DPR dalam masa jabatannya
dalam undang-undang akan menghindarkan adanya pertimbangan lain yang tidak berdasarkan undang-undang. Ketentuan itu juga sekaligus
menunjukkan konsistensi dalam menerapkan paham supremasi hukum, yaitu bahwa setiap orang sama di depan hukum, sehingga setiap warga negara
harus tunduk pada hukum. Namun, dalam menegakkan hukum itu harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan hukum.
C. DPD
DPD memiliki fungsi yang terbatas di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan erat dengan sistem
saling mengawasi dan saling mengimbangi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Kewenangan legislatif yang dimiliki DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR dan ikut membahas rancangan undang-undang yang terkait
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan pengabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah. Selain itu, DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama. Dalam bidang pengawasan, DPD mengawasi pelaksanaan berbagai
undang-undang yang ikut dibahas dan diberikan pertimbangan oleh DPD. Namun, kewenangan pengawasan menjadi sangat terbatas karena hasil
pengawasan itu hanya untuk disampaikan kepada DPR guna bahan pertimbangan dan ditindaklanjuti. Akan tetapi, pada sisi lain anggota DPD ini
memiliki kedudukan dan kewenangan yang sama dengan DPR ketika bersidang dalam kedudukan sebagai anggota MPR, baik dalam perubahan
UUD, pemberhentian Presiden, maupun Wakil Presiden. UUD NRI Tahun 1945 menentukan jumlah anggota DPD dari setiap
provinsi adalah sama dan jumlah seluruh anggotanya tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Penetapan jumlah wakil daerah yang sama
dari setiap provinsi pada keanggotaan DPD menunjukan kesamaan status provinsi- provinsi itu sebagai bagian integral dari negaraIndonesia. Tidak
membedakan provinsi yang banyak atau sedikit penduduknya maupun yang besar atau yang kecil wilayahnya.
D. Presiden
Perubahan UUD 1945 yang cukup siknifikan dan mendasar bagi penyelenggaraan demokrasi yaitu pemilihan presiden secara langsung.
Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui mekanisme pemilu. Pemilihan secara langsung presiden dan wakil presiden
akan memperkuat legitimasi seorang presiden sehingga presiden diharapkan tidak mudah untuk diberhentikan di tengah jalan tanpa dasar memadai, yang
bisa mempengaruhi stabilitas politik dan pemerintahaan secara aktual. Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
dibidang eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden diteguhkan hanya sebatas pada bidang kekuasaan
dibidang pelaksanaan pemerintahan negara. Namun demikian, dalam UUD
1945 juga diatur mengenai ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan bidang legislatif maupun bidang yudikatif.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar, Presiden haruslah warga negaraIndonesia yang sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain. Perubahan ketentuan mengenai persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden dimaksudkan untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tuntutan zaman serta agar sesuai dengan perkembangan masyarakat yang makin demokratis, egaliter, dan
berdasarkan rule of law yang salah satu cirinya adalah pengakuan kesederajatan di depan hukum bagi setiap warga negara. Hal ini juga
konsisten dengan paham kebangsaan Indonesia yang berdasarkan kebersamaan dengan tidak membedakan warga negara atas dasar keturunan,
ras, dan agama. Kecuali itu, dalam perubahan ini juga terkandung kemauan politik untuk lebih memantapkan ikatan kebangsaan Indonesia.
Selanjutnya, sebagai perwujudan negara hukum dan checks and balances system, dalam UUD diatur mengenai ketentuan tentang periode
masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden serta adanya ketentuan tentang tata cara pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya. Ketentuan tersebut menunjukan bahwa jabatan Presiden dapat dikontrol oleh lembaga negara lainnya, dengan demikian akan terhindar dari
kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan. Berkaitan dengan pelaksanaan prinsip checks and balances system
serta hubungan kewenangan antara Presiden dengan lembaga negara lainnya, antara lain mengenai pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan
rehabilitasi yang semula menjadi hak prerogatif Presiden sebagai kepala negara, saat ini dalam menggunakan kewenangannya tersebut harus dengan
memperhatikan pertimbangan lembaga negara lain yang memegang kekuasaan sesuai dengan wewenangnya. MahkamahAgung memberikan
pertimbangan dalam hal pemberian grasi dan rehabilitasi dari pelaksana fungsi yudikatif. DPR memberikan pertimbangan dalam hal pemberian
amnesti dan abolisi karena didasarkan pada pertimbangan politik. Oleh karena itu DPR sebagai lembaga perwakilanlembaga politik kenegaraan
adalah lembaga negara paling tepat memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai hal itu.
Adanya pertimbangan MA dan DPR lembaga di bidang yudikatif dan legislatif juga dimaksudkan agar terjalin saling mengawasi dan saling
mengimbangi antara Presiden dan kedua lembaga negara tersebut dalam hal pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan.
E. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial
Kekuasaan kehakiman
dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan yang merdeka, bebas dari intervensi pihak mana pun, guna menegakkan
hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
mahkamah konstitusi. Perubahan ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman dalam UUD
1945 dimaksudkan untuk mempertegas bahwa tugas kekuasaan kehakiman dalam sistem ketatanegaraan Indonesia adalah untuk menyelenggarakan
peradilan yang merdeka, bebas dari intervensi pihak mana pun, guna menegakkan hukum dan keadilan. Ketentuan ini merupakan perwujudan
prinsipIndonesia sebagai negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat 3.
Dalam UUD 1945 Pasal 24 ayat 3 dikatakan bahwa “badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang”. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum keberadaan berbagai badan lain yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, antara
lain lembaga penyidik dan lembaga penuntut. Pengaturan dalam undang-undang mengenai badan lain yang
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman membuka partisipasi rakyat melalui wakil- wakilnya di DPR untuk memperjuangkan agar aspirasi dan
kepentingannya diakomodasi dalam pembentukan undang-undang tersebut. Adanya ketentuan pengaturan dalam undang-undang tersebut
merupakan salah satu wujud saling mengawasi dan saling mengimbangi
antara kekuasaan yudikatif MA dan badan peradilan di bawahnya serta MK dengan kekuasaan legislatif DPR dan dengan kekuasaan eksekutif lembaga
penyidik dan lembaga penuntut. Selain itu, ketentuan itu dimaksudkan untuk mewujudkan sistem peradilan terpadu integrated judiciary system
di Indonesia. Pencantuman Pasal 24 ayat 3 di atas juga untuk mengantisipasi
perkembangan yang terjadi pada masa yang akan datang, misalnya, kalau ada perkembangan badan-badan peradilan lain yang tidak termasuk dalam
kategori keempat lingkungan peradilan yang sudah ada itu diatur dalam undang-undang.
1. MahkamahAgung
Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang Mahkamah Agung dalam Undang-Undang Dasar dilakukan atas
pertimbangan untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A
ayat 1, MA mempunyai wewenang: 1 mengadili pada tingkat kasasi; 2 menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang; 3 wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2. Mahkamah Konstitusi
Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara baru di bidang kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi dengan wewenang
sebagai berikut: 1 menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
2 memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
3 memutus pembubaran partai politik; 4 memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip
negara hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagaimana yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah
sejalan dengan dianutnya paham negara hukum dalam UUD
1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.Artinya, tidak boleh ada undang-undang dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Hal itu sesuai dengan penegasan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai puncak dalam tata urutan peraturan perundang-undangan
di Indonesia. Pengujian undang-undang terhadap UUD 1945 membutuhkan sebuah mahkamah dalam rangka menjaga prinsip konstitusionalitas hukum.
3. KomisiYudisial