CARA PEMILIHAN DAN SYARAT MENJADI ANGGOTA DPD

BAB II PEMBAHASAN

A. CARA PEMILIHAN DAN SYARAT MENJADI ANGGOTA DPD

Pasal 22 E UUD 1945 amandemen ke tiga menjelaskan bahwa, pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dari pasal tersebut dapat dilihat bahwa anggota DPD dipilih melalui sebuah pemilihan. Jika kita melihat pada pasal 22 C ayat 1 UUD 1945 amandemen ke tiga yang menyebutkan bahwa anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum, hal ini menjelaskan bahwa sebagai perwakilan daerah, anggota DPD merupakan perwakilan dari rakyat daerah provinsi. Anggota DPD pun dipilih langsung oleh rakyat provinsi yang bersangkutan. Hal ini berarti hanya penduduk yang berdomisili yang dapat menjadi calon dan dipilih menjadi anggota DPD. Selain itu hak memilih juga hanya berlaku dalam wilayah provinsi yang bersangkutan. Dalam hal pemilihan langsung anggota DPD sebenarnya memiliki beberapa kelemahan. 1 Salah satunya adalah dalam hal mutu kualitas orang yang nantinya akan terpilih menjadi anggota DPD. Bisa saja orang terpilih nantinya sebenarnya tidak memiliki kualitas yang cukup baik sebagai perwakilan dari rakyat. Kemungkinan yang terpilih hanyalah mereka yang memiliki tingkat popularitas yang tinggi, oleh karena itu ia bias terpilih menjadi anggota DPD. Jika calon anggota DPD hanya dipilih karena popularitasnya dan bukan kualitasnya, hal ini akan berakibat pada penampilan dan kemampuan orang tersebut dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebangai anggota DPD. Kelemahan ini dapat diatasi melalui system seleksi calon dan berbagai persyaratan hukum yang harus dipenuhi kompetensi dan integritas. 2 Diharapkan dengan adanya seleksi terhadap calon anggota 1 Bagir Manan, DPR,DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru, Yogyakarta: FH UII PRESS, 2003, hlm. 57 2 Ibid. DPD, nantinya anggota DPD yang terpilih memang telah memiliki kualitas yang matang sebagai perwakilan rakyat. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, BAB VII, Bagian Kesatu tentang Persyaratan Bakal Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota. Pasal 51 menulis syarat bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota adalah Warga Negara Indonesia WNI yang memenuhi persyaratan, sebagai berikut: 1. Telah berumur 21 dua puluh satu tahun atau lebih. 2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. 5. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau pendidikan lain yang sederajat. 6. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945. 7. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih. 8. Sehat jasmani dan rohani. 9. Terdaftar sebagai pemilih. 10. Bersedia bekerja penuh waktu. 11. Mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara danatau badan usaha milik daerah atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali. 12. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokatpengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah PPAT, atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara danatau badan usaha milik daerah serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara. 14. Menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu. 15. Dicalonkan hanya di 1 satu lembaga perwakilan; dan 16. Dicalonkan hanya di 1 satu daerah pemilihan. Banyaknya jumlah anggota DPD turut diatur oleh undang-undang. Hal ini tercantum dalam pasal 22 C ayat 2 UUD 1945 yang telah diamandemen. Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari sepertiga anggota DPR. B. FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG DPD  FUNGSI DPD: 3 a pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR; b ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; 3 Pasal 248 ayat 1 Undang-Undang nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah c pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,pendidikan, dan agama; d pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.  Tugas dan Wewenang DPD: 4 a mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR; b ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan undang- undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a; d memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; e dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama; f menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya 4 Pasal 249 ayat 1 Undang-Undang nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti; g menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN; h memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan i menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

C. HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA DPD