1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang
lalu. Sejak tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang. Dalam mempercepat
pembangunan nasional di segala bidang pemerintah memerlukan modal yang besar. Akan tetapi kemampuan pemerintah dalam menyediakan modal untuk
keperluan mempercepat pembangunan terbatas. Oleh karena itu sebagai salah satu aspek dalam kebijakan pemerintah perlu melakukan usaha - usaha agar
memperoleh lebih
banyak dana
modal untuk
pembangunan Amirudin,2003:1.
Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan investasi, baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan
investor dalam negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengurangi tingkat pengangguran yang
setelah krisis ekonomi melanda negeri ini yang semakin parah. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka tingkat kemiskinanpun semakin tinggi, hal ini
mengakibatkan pendapatan masyarakat semakin rendah dan akhirnya mengurangi pendapatan nasional Lubis,2008:2.
Usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan dalam pengerahan modal dalam negeri yakni bagian dari kekayaan masyarakat
indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia
untuk diabdikan kepada pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam undang-undang no. 25 tahun 2007 UU No. 25 2007 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Dengan adanya pembentukan modal investasi, maka membuat
pembangunan menjadi mungkin lebih baik, kendati dengan jumlah penduduk yang meningkat. Karena dengan laju pembentukan modal yang cepat dan
besar,lambat laun akan mampu mengurangi kebutuhan akan modal asing. Namun demikian, di Negara berkembang bahkan terbelakang dengan tingkat
penduduk yang besar, umumnya rasio investasi dengan jumlah penduduk masih sangat kecil. Dampaknya, sekalipun tabungan meningkat dengan pesat,
tetap saja tidak cukup untuk investasi. Akibatnya adalah Negara ini tetap harus mengundang investasi asing yang belum tentu menguntungkan negaranya
Prasetyo,2009:99. Pada dasarnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, akumulasi
uang luar negeri merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini dikarenakan kondisi tabungan dalam negeri yang masih rendah sehingga tidak
memungkinkan untuk dilakukannya investasi secara memadai dan negara yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk membiayai
pembangunan tersebut, pada umumnya menutup kesenjangan tersebut dengan
mencari sumber dari luar negeri. Sehingga tidak mengherankan apabila begitu besarnya arus modal dari negara maju mengalir ke negara yang sedang
berkembang termasuk diantaranya Indonesia. Untuk itu pemerintah harus berusaha untuk mencari dana pinjaman dari pada donatur yang berasal dari
luar negeri Lubis,2008:2. Berikut data realisasi PMDN dan PMA di Jawa Tengah tahun 2005-2010:
Tabel 1.1 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN dan PMA di Jawa Tengah Tahun 2005-2010
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011 Berdasarkan tabel 1.1. Perkembangan penanaman modal dalam negeri di
Jawa Tengah selama periode tahun 2005 –2010 cenderung mengalami
penurunan,hal ini yang menjadikan peneliti ingin meneliti tentang penanaman
Tahun PMDN
PMA Proyek
Unit Investasi
Juta Rupiah Proyek
Unit Investasi
Ribu US
2005 78
5.756.775,87 127
550.512,44 2006
16 5.067.314,48
53 381.668,71
2007 15
1.191.875,23 82
317.165,10 2008
15 1.336.340,57
36 39.448,86
2009 5
2.570.249,47 31
34.649,56 2010
13 2.825.395,17
33 793.846,68
Total 142
18.747.950,79 362
2.117.291,35
modal dalam negeri di Jawa Tengah. Realisasi penanaman modal dalam negeri PMDN dibanding penanaman modal asing PMA di Jawa Tengah
juga lebih kecil jumlahnya, bisa dilihat pada tabel 1.1 dimana pada tahun 2005-2010 jumlah realisasi PMDN di Jawa Tengah lebih kecil di bandingkan
realisasi PMA-nya. Selain faktor-faktor diatas juga faktor lain yang sangat mempengaruhi
kegiatan investasi yang berasal dari dalam negeri dan kegiatan investasi yaitu suku bunga. Suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai
sekarang present value aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan- kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Suku bunga yang
tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus di tanggung perusahaan. Disamping itu suku bunga yang tinggi juga akan menyebabkan
return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Rendahnya suku bunga, akan meningkatkan investor karena kredit yang
diberikan bank masih menguntungkan untuk melakukan investasi. Ketika suku bunga rendah, investasi akan meningkat Lubis,2008:3.
Terdapat pula hubungan antara investasi dengan pendapatan nasional. Investasi yang merupakan fungsi pendapatan nasional semakin besar tingkat
pendapatan nasional semakin besar pula pengeluaran investasi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan nasional,
seperti tercermin dalam PDB untuk tingkat nasional dan PDRB tingkat regional maka terdapat kecenderungan peningkatan pula dalam pembentukan
modal domestik bruto Arsyad,1999. Pada kurun waktu lima tahun terakhir
ini pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah cenderung naik.kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah atas harga dasar konstan 2000 Tahun 2005-2010 Juta rupiah
No. Tahun
PDRB atas harga konstan
Pertumbuhan Ekonomi
1 2005
143.051.213,9 5,35
2 2006
150.682.654,7 5,33
3 2007
159.110.253,8 5,59
4 2008
167.790.369,9 5,46
5 2009
175.685.267,6 4,71
6 2010
186.995.500,0 6,0
Rata-rata 159.872.161,744
5,37 Sumber : BPS Jawa tengah dalam angka beberapa edisi diolah
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2005-2010 cenderung naik. Pada
tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,35. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah mengalami penurunan mencapai
5,33,namun pada tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi di Jawa tengah mampu naik menjadi 5,59. Pada dua tahun berikutnya pertumbuhan
ekonomi di Jawa tengah mengalami penurunan kembali bahkan pada tahun 2009 pertumbuhannya hanya sebesar 4,71. Hal itu merupakan efek dari
krisis moneter tahun 2008 yang melanda Indonesia. Namun pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mampu naik kembali menjadi 6. Hal ini
menjadi cermin membaiknya keadaan perekonomian di provinsi Jawa Tengah setelah krisis 2008.
Inflasi juga dapat mempengaruhi kegiatan investasi, hal ini dapat dilihat dari pengaruh inflasi terhadap kenaikan produksi. Alasannya, dalam keadaan
inflasi terjadi kenaikan harga barang, sehingga keuntungan perusahaan naik. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mempunyai akibat
sebaliknya, yaitu penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil turun dengan drastis, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi
barang. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output , tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. Tetapi dalam keadaan yang pernah terjadi
biasanya nilai inflasi lebih besar akan menaikkan output. Dan itu akan membuat pengusaha atau perusahaan untuk berinvestasi atau menanamkan
modal mereka. Hal ini dilakukan dengan harapan investor tersebut akan mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga tersebut.
Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini menga
mbil judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN di Jawa Tengah Periode 1985-2010.
1.2 Perumusan Masalah