65
keluarga. Hal-hal tersebut juga berpengaruh pada berlangsungnya alur informasi kesehatan yang mereka terima. Kehidupan jalanan menjadikan anak jalanan
rentan akan kurangnya informasi kesehatan yang seharusnya mereka dapatkan maupun sebaliknya, anak jalanan sangat terbuka bergesekan dengan informasi
menyimpang yang tidak seharusnya mereka terima tanpa adanya sisi yang memantau dan mengarahkan seperti halnya anak pada umumnya dengan situasi
kondisi normal Badan Kesejahteraan Sosial Nasional, 2000.
5.1.2 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan subjek tentang kesehatan reproduksi dibangun sesuai dengan kemampuan berpikir mereka atas apa yang mereka lihat, yang mereka alami dan
temukan di sekitar mereka. Sesuai yang dikemukakan Notoatmodjo 2002, bahwa pengetahuan merupakan hasil seseorang melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi.
Pengertian mengenai kesehatan reproduksi bagi anak jalanan sesungguhnya sangatlah penting, akan tetapi sebagian besar subjek penelitian
menyatakan tidak mengetahui dan sebagian kecil dari subjek mencoba menjelaskan tetapi hanya mampu menjelaskan bahwa kesehatan reproduksi adalah
kesehatan tentang alat kelamin. Sebagian besar anak jalanan tersebut menurut pengakuan mereka sendiri menginginkan informasi pengetahuan selayaknya anak
seusia mereka, akan tetapi layanan sosial kesehatan yang bisa diakses sangat sedikit sehingga semakin menjadi kendala masuknya informasi kepada anak
jalanan. Hal ini sesuai dengan penelitian dari RPSA Gratama 2009, bahwa anak
66
jalanan biasanya tidak memiliki data diri yang jelas dan tercatat dalam data pemerintah, seperti akte kelahiran atau kartu tanda penduduk. Hal ini menyulitkan
pihak pemerintah untuk membantu secara penuh untuk memberian informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak jalanan. Biasanya pemerintah dengan
pihak LSM, namun LSM tersebut juga seringkali terkendala oleh dana atau tenaga relawan yang berjumlah sedikit dibandingkan jumalah anak jalanan yang ada.
Pengetahuan subjek tentang organ-organ reproduksi juga tergolong rendah, seluruh subjek menyebutkan organ reproduksi adalah penis dan vagina,
akan tetapi seluruh subjek kesulitan ketika menjelaskan secara detail bagian- bagian dari penis dan vagina. Ketika subjek diminta menjelaskan fungsi dari
organ reproduksi tersebut, empat subjek menjelaskan bahwa penis dan vagina adalah saluran kencing, penis mengeluarkan sperma dan untuk berhubungan
seksual dengan vagina, satu subjek saja yang menjelaskan selain bahwa penis saluran untuk mengeluarkan sperma, juga menjelaskan vagina saluran untuk
menstruasi dan melahirkan. Akibat dari pengetahuan yang rendah pada anak jalanan tersebut menyebabkan kurangnya kesadaran mereka untuk lebih
memperhatikan kesehatan reproduksi mereka sendiri. Mereka merasa kesehatan reproduksi mereka akan selalu baik-baik saja atau tidak akan ada masalah tanpa
mereka perlu mengetahui hal-hal lebih lanjut tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang rendah akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan
reproduksi mereka. Terlihat dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa sikap dan perilaku mereka yang masih belum baik tentang perawatan dan pemahaman
tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang rendah ini mengandung risiko
67
berbahaya bagi mereka, karena informasi negatif tentang kesehatan reproduksi menjadi lebih mudah masuk ke dalam lingkungan pergaulan mereka dan
memudahkan mereka melakukan hal-hal negatif tersebut, seperti perilaku pacaran yang melebihi batas yang bisa berakhir dengan seks bebas dan beresiko terhadap
penyebaran peyakit kelamin. Kontak sosial anak jalanan cenderung terbatas pada lingkungan jalanan dan
memiliki sedikit sekali waktu untuk kontak dengan lingkungan keluarga dan sekolah. Dalam penelitian didapatkan bahwa sebagian besar waktu mereka sehari-
hari lebih banyak dihabiskan dengan aktivitas mereka di jalanan bersama teman- teman anak jalanan yang lain. Menurut penuturan mereka, orang-orang yang paling
banyak menghabiskan watu bersama mereka sehari-hari adalah teman-teman mereka sesama anak jalanan. Mereka jarang mempunyai teman akrab sehari-hari
yang berada diluar kelompok anak jalanan. Hal ini tentunya berdampak negatif bagi mereka, tidak terkecuali dalam hal kesehatan WHO, 2003.
Kondisi ekonomi anak jalanan menyebabkan terbatasnya hak-hak mereka, tempat tinggal menjadi salah satu kendala yang begitu mencolok menjadi ciri
kehidupan mereka, sekaligus terkadang sarana air bersih menjadi bukan salah satu prioritas yang bisa selalu mereka dapatkan Lokakarya Nasional Anak Jalanan
Depsos, 2002. Pengetahuan subjek tentang cara merawat organ reproduksi masih cukup baik. Subjek menuturkan, mereka merawat organ reproduksi mereka
dengan mengganti celana dalam, membersihkan dengan air setelah selesai kencing, dan membersihkan dengan sabun ketika mandi. Akan tetapi kebersihan
air yang mereka gunakan dan keteraturan mereka mandi juga patut diperhatikan,
68
karena dari penuturan beberapa anak jalanan yang diteliti menyatakan bahwa mereka tidak selalu mandi dengan teratur.
Anak jalanan yang diteliti seluruhnya mengetahui sebagai penyebab kehamilan adalah adanya hubungan seksual antara laki-laki dengan perempuan
dan sperma yang memasuki vagina. Akan tetapi sebagian besar subjek tersebut tidak mengetahui tentang tanda-tanda kehamilan, hanya menyebutkan tanda-tanda
fisik yang terlihat yaitu perut yang membesar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan subjek tentang kehamilan masih sangat kurang. Begitu juga
pengetahuan tentang persalinan, subjek menyatakan persalinan adalah proses melahirkan seorang bayi, akan tetapi sebagian besar subjek tidak dapat
menjelaskan tanda-tanda dari persalinan. Mereka hanya menjelaskan bahwa perempuan hamil karena adanya hubungan suami istri, ciri-ciri kehamilan adalah
perut yang membesar. Pengetahuan yang rendah tentang hal ini berisiko anak jalanan tidak siap dalam menghadapi kehamilan dan persalinan suatu saat nanti.
Kurangnya pengetahuan tersebut menjadikan risiko tersebut berlanjut kepada kesehatan dan keselamatan dari ibu juga bayi.
Masalah anak jalanan memang merupakan masalah yang sangat komplek. Masyarakat umum sering melihat anak jalanan sebagai pelaku tindak kriminal,
pengganggu ketertiban umum dan keamanan. Kehidupan anak jalanan juga sangat berisiko dan penuh kekerasan. Situasi yang dialami anak jalanan dapat
menimbulkan penderitaan fisik dan psikis dalam diri anak. Berbagai intervensi yang bertujuan untuk mencegah anak ke jalanan sudah banyak dilakukan oleh
pihak pemerintah maupun LSM, namun usaha tersebut belum menunjukkan hasil
69
yang optimal. Intervensi yang tepat harus juga memperhatikan faktor-faktor penyebab anak turun ke jalan. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan faktor penyebab anak ke jalanan sangat beragam, salah satunya adalah faktor keluarga anak itu sendiri Maria, 2001.
Pengetahuan subjek tentang pengertian aborsi cukup baik. Subjek mengetahui bahwa aborsi merupakan tindakan menggugurkan kandungan,
berbahaya, dan berisiko tinggi bagi keselamatan. Namun pengetahuan subjek tentang aborsi diketahui dari kabar atau berita yang mereka dengar tentang teman
mereka yang diduga melakukan aborsi. Hal tersebut tentu bukan informasi yang bersifat positif bagi mereka.
Pengetahuan subjek tentang definisi penyakit menular seksual sesuai penjelasan mereka adalah HIV AIDS, sifilis, dan hepatitis, yang sebenarnya itu
adalah nama-nama dari jenis penyakitnya. Akan tetapi subjek cukup dapat menjelaskan penyebab penyakit menular seksual, yaitu karena berhubungan seks
berganti-ganti pasangan seksual dan tidak memakai kondom, berhubungan seksual dengan pengidap penyakit menular seksual, pemakaian jarum suntik secara
bergantian untuk pemakaian narkoba, dan penularan ibu hamil kepada janinnya. Berbeda dengan penjelasan subjek tentang gejala-gejala penyakit menular seksual,
80 subjek tidak mengetahui gejala-gejala penyakit menular seksual tersebut. Hanya 20 dari subjek menjelaskan bahwa gejala penyakit menular adalah saat kencing
terasa sakit dan mengeluarkan nanah. Seluruh subjek penelitian mengetahui pentingnya pemakaian alat kontrasepsi. Mereka menyebutkan bahwa alat kontrasepsi
adalah alat untuk mencegah kehamilan dan mencegah penyakit menular seksual.
70
Akan tetapi mereka hanya sekedar tahu, karena sebagian besar subjek menjelaskan bahwa alat kontrasepsi hanya kondom. Hanya sebagian kecil subjek yang mampu
menjelaskan lebih bahwa macam-macam alat kontrasepsi adalah kondom, pil, spiral, dan suntik. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit menular tentunya berakibat
semakin besarnya risiko untuk kurang menjaga diri dari hal tersebut. Hal ini terjadi karena situasi lingkungan anak jalanan yang juga mendukung mereka untuk berbuat
sesuka mereka. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemahaman yang ada di
sekitarnya melalui alat indera. Dalam kehidupan anak jalanan, pengetahuan bersumber dari informasi yang diperoleh di jalanan. Kehidupan tersebut
menyebabkan anak jalanan membentuk pengetahuan mereka sesuai dengan apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan Wahyu Nurhar Jadmo, 2000.
Pengetahuan kesehatan reproduksi yang rendah memudahkan terjadinya perilaku kesehatan reproduksi yang keliru. Secara keseluruhan, anak jalanan hanya sekedar
tahu. Oleh Notoatmdjo 2002, tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan, tingkatan mengingat kembali
kepada sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Di
sini peran para pendamping anak jalanan sangat diperlukan untuk meningkatan edukasi kesehatan terutama kesehatan reproduksi anak jalanan. Sesuai dengan
penelitian RR. Murni Indahwijayanti 2004, penanganan anak jalanan akan lebih tepat menggunakan metode pendampingan terutama dalam memberikan layanan
informasi kesehatan reproduksi, seperti yang dilakukan oleh para pekerja sosial maupun pemerintah.
71
Sesungguhnya dalam hal ini pemerintah merupakan pihak yang sangat berkewajiban untuk melindungi anak jalanan, sesuai aturan, Negara dalam Pasal 1
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
5.1.3 Sikap Anak Jalanan Tentang Kesehatan Reproduksi