TINJAUAN PUSTAKA A. PENGOLAHAN TANAH

17

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENGOLAHAN TANAH

Pengolahan tanah merupakan salah satu cara untuk menyediakan tempat perakaran bagi tanaman Gill dan Van den Berg, 1968. Pengolahan tanah adalah sebuah rangkaian proses budidaya yang mencakup penyiapan lahan serta mempertahankan kondisi terbaik dari lahan tersebut. Secara umum tahapan pengolahan tanah terbagi menjadi tiga tahapan yaitu: pengolahan tanah primer, pengolahan tanah sekunder, pengolahan tanah tersier. Pengolahan tanah primer adalah pengolahan tanah yang paling awal, yang bertujuan menurunkan kekuatan tanah, menutup sisa-sisa tanaman dan menyusun kembali agregat tanah. Kegiatan pengolahan tanah primer misalnya, pembajakan dan subsoiling. Pengolahan tanah sekuder merupakan kelanjutan dari pengolahan tanah primer yang bertujuan untuk mempersiapkan kondisi lahan sampai siap tanam. Kegiatan tanah sekunder misalnya penggemburan, penggaruan, pelumpuran dan sebagainya. Sedangkan pengolahan tanah tersier adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi terbaik dari tanah yang telah diolah, contohnya pembuatan kairan. B. BAJAK SUBSOIL Bajak subsoil terdiri dari satu atau lebih bilah bajak yang akan menghancurkan lapisan kedap air. Tenaga tarik yang diperlukan oleh alat ini sangat besar sehingga untuk mengurangi tahanan tarik atau untuk meningkatkan efisiensi maka dibuat modifikasi pada alat yang ada. Ilustrasi dari bajak subsoil dapat dilihat pada gambar 3; 1. Top link attachment point merupakan titik gandeng bagian atas untuk digandengkan pada traktor, 2. Attachment point merupakan titik gandeng bagian bawah yaitu kiri dan kanan, 3. Beam, 4. Subsoiler leg, 5. Steel blade merupakan bagian subsoiler leg yang akan memotong tanah, 6. Renewable steel point merupakan komponen yang dapat diganti –ganti dan merupakan titik pertama yang akan menembus dan membelah tanah. 18 Gambar 3. Ilustrasi bajak subsoil Shippen et al.,1980. 1. Bilah Bajak Parabolik Penelitian tentang bentuk bajak subsoiler telah dilakukan di laboratorium mesin pengolahan tanah nasional pada tahun 1950 Nicholes dan Reaves, 1958. Penurunan draft 7 – 20 lebih kecil pada bilah bajak parabolik daripada bilah bajak yang lurus sehingga penggunaan bilah bajak parabolik dapat meningkatkan kapasitas lapang, membutuhkan daya traktor yang lebih kecil dan mengurangi slip roda Tupper, 1997. 2. Draft Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya daya traktor pada waktu beroperasi adalah draft. Penentuan alat dan mesin pertanian secara tepat yang dioperasikan pada tanah dengan jenis tanah serta kondisi tanah tertentu merupakan syarat untuk berhasilnya usaha mekanisasi pertanian, terutama dalam penggunaan tenaga yang optimal. Faktor bentuk dari bajak yang mempengaruhi besarnya draft yaitu lebar bajak, panjang bajak, kelengkungan, ketajaman bajak dan gesekan tanah dengan alat. Cara gerak alat yang berpengaruh terhadap draft adalah kedalaman, lebar pengolahan, sudut angkat dan kecepatan maju Gill dan Vanden Berg, 1968. 19 3. Penggunaan Getaran pada Alat Pengolahan Tanah Jack dan Tramontini 1955 melakukan percobaan dengan mendesain bajak yang digoyangkan pada arah depan dan belakang melalui putaran poros engkols dengan putaran dari sebuah motor. Sulastri 2000 melakukan penelitian tentang rancang bangun dan uji unjuk kerja mekanisme penggetar dalam usaha menurunkan draft pengolahan tanah pada bajak chisel. Parameter untuk mengoperasikan alat pengolah tanah yang menggunakan getaran meliputi kecepatan maju, frekuensi getar, amplitudo getar, bentuk pisau, sudut angkat dan karakteristik fisik tanah. Penelitian menunjukkan bahwa efek dari alat pengolah tanah yang menggunakan getaran dengan kombinasi yang sesuai dengan parameter diatas, maka tahanan tarik yang diperlukan dapat diturunkan menjadi 50 –70 jika dibandingkan dari alat yang sama tanpa getaran. Efek penggunaaan parameter diatas tidak tetap, tetapi secara umum telah ditemukan bahwa penurunan tahanan tarik akan meningkat jika terjadi peningkatan kecepatan getar atau frekuensi getar, dan akan menurun jika terjadi peningkatan kecepatan maju Verma, 1969 dalam Kepner et al., 1972. Gambar 4. Ilustrasi bajak getar Kawamura et al., 1986 20 Menurut Gill dan Vanden Berg, 1968 gaya tarik yang dibutuhkan untuk menarik taji berosilasi, lebih rendah daripada taji yang kaku. Hal tersebut disebabkan: 1. Getaran mempengaruhi keseimbangan gaya-gaya pada suatu volume tanah. Gaya-gaya gesekan berubah arahnya dan gaya normal menurun. 2. Getaran mengurangi sudut gesekan tanah dengan logam. 3. Getaran mengurangi kekerasan tanah. C. SIFAT-SIFAT TANAH 1. Kadar Air Das 1993, menyatakan bahwa kadar air tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara berat cair dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki. Kadar air sangat berkaitan dengan kelas drainase tanah, yaitu mudah tidaknya air hilang dari dalam tanah. Air terdapat di dalam tanah karena ditahan diserap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau keadaan drainase yang kurang baik Hardjowigeno 1987. 2. Kerapatan Isi Tanah Metode pengukuran kerapatan isi tanah tergantung dari massa suatu tanah yang sudah diketahui volumenya terlebih dahulu Davies et al. 1993. Kerapatan isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Kerapatan isi tanah menunjukkan kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah maka semakin tinggi kerapatan isinya, yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman Hardjowigeno 1987. 3. Struktur Tanah Menurut Hardjowigeno 1995, struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butiran-butiran tanah. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemampuan ketahanan yang berbeda-beda. Faktor- faktor yang mempengaruhi struktur tanah diantaranya adalah bentuk, ukuran, dan komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat fisik dan komposisi air tanah Das, 1993. Tanah yang berstruktur baik granuler atau remah mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah Hardjowigeno 1987. 21 4. Tahanan Penetrasi Tanah Kekuatan tanah adalah kemampuan dari suatu tanah untuk melawan gaya yang bekerja, atau dikatakan juga sebagai kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi atau regangan Mandang dan Nishimura, 1991. Tahanan penetrasi dapat dijadikan ukuran untuk menggambarkan besarnya kemampuan tanah yang diperlukan oleh peralatan pertanian untuk bekerja atau akar tanaman untuk menembus tanah. Nilai tahanan penetrasi diukur dengan menggunakan penetrometer dengan parameter cone index indeks kerucut, yaitu suatu indeks untuk menyatakan kemampuan tanah melawan atau menahan gaya penetrasi dari suatu kerucut. Indeks kerucut tanah menunjukkan tingkat kekerasan tanah dan untuk mengetahui ada tidaknya lapisan kedap pada kedalaman tertentu. Faktor yang mempengaruhi nilai cone index adalah kerapatan isi, kadar air dan jenis tanah. Devies et al 1993, menyatakan bahwa tahanan penetrasi tanah sangat tergantung pada kadar air tanah dan biasanya digunakan sebagai pembanding antara tempat-tempat yang berbeda pada areal lahan yang sama pada hari yang sama. D. DESAIN Menurut Harsokoesoemo 1999 perancangan adalah kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat untuk meringankan hidupnya. Perancangan itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan, oleh karena itu perancangan kemudian disebut sebagai proses perancangan yang mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan tersebut. 22

III. ANALISA RANCANGAN A.