Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill)

PENAPISAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN (Glycine max (L.) Merril)
TERHADAP CEKAMAN SALINITAS

SKRIPSI

OLEH :
ANDRIANUS BANGUN
050307019/BDP-PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

PENAPISAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN (Glycine max (L.) Merril)
TERHADAP CEKAMAN SALINITAS

SKRIPSI


OLEH :
ANDRIANUS BANGUN
05007019/BDP- PEMULIAAN TANAMAN

Proposal sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara,
Medan

Disetujui oleh :
Dosen Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS)
NIP. 131 415 963


(Ir. Yusuf Husni)
NIP. 131 639 807

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Andrianus Bangun :
Penapisan Varietas Kedelai Toleran
(Glycine max (L) Merill) dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayanti, MS dan
Ir. Yusuf Husni.
Penapisan varietas kedelai kedelai toleran pada tanah salin belum banyak

banyak diketahui di daerah ini, untuk itu suatu penelitian dilakukan di Desa
Tanjung Rejo (± 3 mdpl). Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang,
Provinsi Sumatera Utara, pada Januari – April 2010 menggunakan rancangan acak
kelompok non factorial dengan tiga ulangan dan 20 varietas ( Detam 1, Detam 2,
Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang,
Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan,
Seulewah dan Kawi). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, luas Daun,
jumlah Stomata, Tebal Kutikula, bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot
Kering !0 Biji, Produksi Pertanaman dan jumlah Klorofil.
Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
Tinggi Tanaman, Luas Daun, Tebal Kutikula, Bobot Kering Akar, Bobot Kering
Tajuk, Bobot Kering 10 Biji, Produksi Pertanaman dan Jumlah Klorofil
Kata kunci : kedelai, Penapisan, Varietas, Salinitas

ABSTRACT
Andrianus
Bangun
:
Filtering
of

Soybean
varieties
(Glycine max (L) Merill). Supervised by Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS and
Ir. Yusuf Husni.
Filtering of Soybean varieties in Salinity Soil have been researched in this
region, therefore, the research has been conducted at desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, North Sumatera, at January April 2010 using non random factorial black design using three raplications, and
20 varieties (Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba,
Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung,
Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). The measured parameters
were plant heigh, leaf area, total of stomata, cuticle thickness, root dry weight,
crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
The result showed that varieties significantly effected on plant height, leaf
area,total of stomata, cuticle thickness, foot day weight, crown dry weight, 10
seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
Key words : soybean, filtering, varieties, salinity.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Andrianus Bangun dilahirkan di desa Petumbukan pada tanggal 22 oktober
1987. Anak ke dua dari empat bersaudara, putra pasangan ayah handa H Bangun
dan Ibunda N Tarigan.
Pendidikan Formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah : tahun 1999
penulis yamat dari SD 101972 Kotangan, tahun 2002 tamat dari SMP N 1
Jaharun, pada tahun 2005 tamat dari YP Raksana Medan.
Penulis terdaftar Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan tahun 2005, pada jurusan Budidaya Pertanian dengan
Program study Pemuliaan Tanaman melalui jalur SPMB.
Pengalaman dibidang kemasarakatan, penulis peroleh saat mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Karet Sei Putih Galang
kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada bbulan Juli sampai Agustus 2008.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGHANTAR

Puji dan sukur bagi Tuhan yang Maha Esa ataas berkatn-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah “Penapisan Varietas Kedelai Toleran
(Glycine max (L.) Merril) terhadap cekaman salinitas”, yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir.Yusuf Husni selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi
masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada ibuk
Ninik Rahmawati SP. MP yang telah memberi banyak masukan dan saran dalam
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Ungkapan syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahhanda
H. Bangun dan Ibunda N. Tarigan yang telah menyayangi, mendidik dan
mengasuh penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
BDP-05 yang memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dan terkusus
kepada Valentina Br Ginting yang banyak memberikan motivasi kepada penulis.
Akhir kata penulis juga mengharapkan saran dan keritik dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Semoga ini bermanfaat bagi
pembaca, terima kasih.
Medan, 19 Februari 2011
Penulis


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Hal

1. Rataan luas daun terhadap penapisan beberapa varietas kedelai di lahan salin
. ........................................................................................................................... 17
2. Rataan produksi pertanaman terhadap penapisan bebrapa varietas tanaman kedelai
di lahan salin............................................................................................................18
3. Rataan tinggi tanaman pada 2MST – 6 MST terhadap penapisan beberapa varietas
tanaman kedelai di lahan salin............................................................................... 19
4. Rataan bobot 10 biji terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di

lahan salin ...............................................................................................................20
5. Rataan bobot kering tajuk terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai
di lahan salin.....................................................................................................................21
6. Rataan bobot kering akar terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di

lahan salin.........................................................................................................................22
7. Rataan jumlah klorofil terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di
lahan salin.........................................................................................................................23
8. Rataan jumlah stomata terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di
lahan salin.........................................................................................................................24
9. Rataan tebal kutikula terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di
lahan salin.........................................................................................................................25

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Hal

1. Bagan lahan penelitian ........................................................................... 33
2. Foto dokumentasi penelitian ................................................................... 34
3. Data tinggi tanaman 2 MST (cm)............................................................ 36
4. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 2 MST .............................................. 36
5. Data tinggi tanaman 3 MST (cm)............................................................ 37

6. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 3 MST .............................................. 37
7. Data tinggi tanaman 4 MST (cm)............................................................ 38
8. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ............................................... 38
9. Data tinggi tanaman 5 MST (cm)............................................................ 39
10. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ............................................... 39
11. Data tinggi tanaman 6 MST (cm)............................................................ 40
12. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ............................................... 40
13. Produksi pertanaman (gr)...........................................................................41
14. Data luas daun (cm2) ............................................................................. 41
15. Tabel sidik ragam luas daun .................................................................. 42
16. Data bobot kering tajuk 3 MST (gr)...........................................................42
17. Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 3 MST (gr)......................................43
18. Data bobot kering tajuk 4 MST (gr)...........................................................43
19. Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 4 MST (gr)......................................44
20. Data bobot kering tajuk 5 MST (gr)...........................................................45
21. Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 5 MST (gr)......................................45
22. Data bobot kering tajuk 6 MST (gr)...........................................................46

Universitas Sumatera Utara


23. Tabel sidik ragam bobot kering tajuk 6 MST (gr).....................................46
24. Data bobot kering akar 3 MST (gr)............................................................47
25. Tabel sidik ragam bobot kering akar 3 MST (gr)......................................47
26. Data bobot kering akar 4 MST (gr)............................................................48
27. Tabel sidik ragam bobot kering akar 4 MST (gr)......................................48
28. Data bobot kering akar 5 MST (gr)............................................................49
29. Tabel sidik ragam bobot kering akar 5 MST (gr)......................................49
30. Data bobot kering akar 6 MST (gr)...........................................................50
31. Tabel sidik ragam bobot kering akar 6 MST (gr)......................................50
32. Data jumlah klorofil ............................................................................. 51
33. Tabel sidik ragam jumlah klorofil daun .................................................. 51
34. Data jumlah stomata..................................................................................52
35. Tabel sidik ragam jumlah stomata.............................................................52
36. Data tebal kutikua .....................................................................................52
37. Tabel sidik ragam tebal kutikula ...............................................................52
38. Deskripsi Kedelai Varietas Cikurai………………………………………53
39. Deskripsi Kedelai Varietas Bromo……………………………………….54
40. Deskripsi Kedelai Varietas Agromulyo.…………………………………55
41. Deskripsi Kedelai Varietas Ijen …………………………………………56
42. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro ………………………………….57

43. Deskripsi Kedelai Varietas Bromo ………………………………………58
44. Deskripsi Kedelai Varietas Burangrang …………………………………59
45. Deskripsi Kedelai Varietas Detam 2 ……………………………………60
46. Deskripsi Kedelai Varietas Grobongan …………………………….……61

Universitas Sumatera Utara

47. Deskripsi Kedelai Varietas Wilis …………………………………….….62
48. Deskripsi Kedelai Varietas Kawi………………………………………...63
49. Deskripsi Kedelai Varietas Kaba ….…………………………………….64
50. Deskripsi Kedelai Varietas Sibayak …………………………………….65
51. Deskripsi Kedelai Varietas Tanggamus …………………………………66
52. Deskripsi Kedelai Varietas Sinabung ….……………………………….67
53. Deskripsi Kedelai Varietas Ratai …………….………………………….68
54. Deskripsi Kedelai Varietas Gumitir …..…………………………………69
55. Deskripsi Kedelai Varietas Panderman ………………………………….70
56. Deskripsi Kedelai Varietas Sulewah …………………………………….71
57. Deskripsi Kedelai Varietas Malabar……………………………………..72

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan penelitian ................................................................................................. 3
Hipotesis penelitian.............................................................................................. 3
Kegunaan penelitian............................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani tanaman .................................................................................................... 4
Syarat tumbuh ...................................................................................................... 6
Iklim ............................................................................................................. 6
Tanah ............................................................................................................ 7
Tanah salin .................................................................................................... 8
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian ............................................................................. 10
Bahan dan alat ................................................................................................... 10
Metode penelitian .............................................................................................. 10
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................... 12
Persiapan lahan .......................................................................................... 12
Pemupukan dasar ....................................................................................... 11
Penanaman ................................................................................................. 12
Penjarangan tanaman.................................................................................. 12
Pemeliharaan Tanaman .............................................................................. 12
Penyiraman ................................................................................................ 12
Penyulaman ............................................................................................... 12
Penyiangan................................................................................................. 12
Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................................... 13
Panen ........................................................................................................ 13
Pengamatan Parameter ....................................................................................... 14
Tinggi tanaman (cm) ................................................................................... 14
Luas daun (cm2) .......................................................................................... 14
Jumlah stomata ........................................................................................... 14
Tebal kutikula ............................................................................................ 15
Bobot kering akar (gr) ................................................................................ 15
Bobot kering tajuk (gr) ................................................................................ 15
Bobot kering 10 biji (g) ............................................................................... 15
Produksi biji per tanaman (g) ..................................................................... 16

Universitas Sumatera Utara

Jullah klorofil ............................................................................................ 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................................. 17
Luas daun (cm2) ........................................................................................ 17
Produksi pertanaman (gr) ......................................................................... 18
Tinggi tanaman ......................................................................................... 19
Bobot 10 biji (gr) ...................................................................................... 20
Bobot kering tajuk (gr) ............................................................................. 21
Bobot kering akar (gr) .............................................................................. 22
Jumlah klorofil daun ................................................................................. 23
Jumlah stomata ......................................................................................... 24
Tebal kutikula .......................................................................................... 24
Pembahasan ....................................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................................................ 29
Saran ................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31
LAMPIRAN ...................................................................................................... 30

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Andrianus Bangun :
Penapisan Varietas Kedelai Toleran
(Glycine max (L) Merill) dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayanti, MS dan
Ir. Yusuf Husni.
Penapisan varietas kedelai kedelai toleran pada tanah salin belum banyak
banyak diketahui di daerah ini, untuk itu suatu penelitian dilakukan di Desa
Tanjung Rejo (± 3 mdpl). Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang,
Provinsi Sumatera Utara, pada Januari – April 2010 menggunakan rancangan acak
kelompok non factorial dengan tiga ulangan dan 20 varietas ( Detam 1, Detam 2,
Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang,
Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan,
Seulewah dan Kawi). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, luas Daun,
jumlah Stomata, Tebal Kutikula, bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot
Kering !0 Biji, Produksi Pertanaman dan jumlah Klorofil.
Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
Tinggi Tanaman, Luas Daun, Tebal Kutikula, Bobot Kering Akar, Bobot Kering
Tajuk, Bobot Kering 10 Biji, Produksi Pertanaman dan Jumlah Klorofil
Kata kunci : kedelai, Penapisan, Varietas, Salinitas

ABSTRACT
Andrianus
Bangun
:
Filtering
of
Soybean
varieties
(Glycine max (L) Merill). Supervised by Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS and
Ir. Yusuf Husni.
Filtering of Soybean varieties in Salinity Soil have been researched in this
region, therefore, the research has been conducted at desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, North Sumatera, at January April 2010 using non random factorial black design using three raplications, and
20 varieties (Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba,
Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung,
Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). The measured parameters
were plant heigh, leaf area, total of stomata, cuticle thickness, root dry weight,
crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
The result showed that varieties significantly effected on plant height, leaf
area,total of stomata, cuticle thickness, foot day weight, crown dry weight, 10
seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
Key words : soybean, filtering, varieties, salinity.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) adalah tanaman yang sangat potensial
untuk dibudidayakan, mengingat kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama
yang diperlukan sebagai pangan murah dan bergizi, pakan ternak serta bahan baku
industri. Kebutuhan akan komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun
sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Kedelai merupakan sumber bahan
makanan yang mengandung protein tinggi, rendah kolesterol dan harga
terjangkau. Kedelai merupakan sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia,
sehingga pemerintah mengharapkan dapat tercapai swasembada kedelai
(Deptan, 1996).
Produksi kedelai nasional hingga saat ini belum dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri sehingga masih harus mengimpor. Menurut Badan Pusat
Statistik (2002), produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2001 adalah 1 juta ton
dengan luas panen 827 ribu hektar. Kebutuhan kedelai dalam negeri pada tahun
2001 tersebut adalah 3,2 juta ton. Impor kedelai terus meningkat setiap tahun
karena kebutuhan kedelai untuk konsumsi per kapita per tahun penduduk
Indonesia yaitu 52 kg di perkotaan dan 104 kg di pedesaan Salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi kedelai Indonesia adalah perluasan areal penanaman
kedelai. Perluasan penanaman kedelai mengalami kendala, di mana tanah-tanah
produktif banyak digunakan untuk areal industri dan perumahan. Di sisi lain
masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik
budidaya. Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara

Universitas Sumatera Utara

luas untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan
peningkatan

tekanan

osmotik

akar

yang

mengakibatkan

terganggunya

pertumbuhan tanaman (Slinger and Tenison, 2005).
Luas lahan rawa di Sumatera Utara 317.675 hektar dengan luas lahan
pasang surut sebesar 247.293 hektar dan lahan lebak seluas 70.382 hektar. Luas
areal yang sudah direklamasi 147.500 hektar dengan areal persawahan seluas
93.990 hektar. Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki areal pasang surut potensial
seluas 2.100 hektar yang digunakan untuk lahan pertanian dan pertambakan
dengan irigasi sepanjang 41.931 meter baru. Diakses 13 November 2009). Di
Kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang terdapat lahan yang potensial
untuk pertanaman pangan, namun banyak dialihfungsikan sebagai tambak yang
dianggap lebih menguntungkan, karena tanah kurang subur akibat salinisasi

(www.pu.go.id/satminkal/.../pprofilebalai%20sumatera%20II)
Kadar garam pada jumlah tertentu mempunyai dampak bagi pertumbuhan
tanaman. Kadar garam tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam 3
cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah tanaman
dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan keracunan
pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air irigasi dapat
menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air ke daun, dan
efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena
degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga proses yang
menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan itu
(Slinger and Tenison, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.
Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam
Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas
tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin
tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m
tergolong tanah salin (www.Suara-merdeka.com, 2004).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan
penggunaan varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas unggul dapat dilakukan
melalui program pemuliaan tanaman (sumarno, 1985). Di bengkulu upaya untuk
meningkatkan produksi kedelai dilakukan dengan merakit varietas kedelai
sehingga dihasilkan galur-galur harapan yang berpotensi tinggi dan toleran
erhadap P (Slinger and Tenison, 2005).
Penanaman galur kedelai yang toleran di lahan salin dengan konsentrasi
NaCl tinggi merupakan suatu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan
budidaya dan pertanaman tanaman kedelai (Slinger and Tenison, 2005).

Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan tanaman yang mampu hidup pada tanah salin dengan
kadar DHL 5,6.
.Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh pertumbuhan dan perkembangan beberapa varietas kedelai
(Glycine max (L.) Merril) di lahan salin.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
-

Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum
yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemak bebas (N2) dari udara yang
kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian yang terpenting dari poros
janin ialah : hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros
hipokotil akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan
perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo
pertama dari batang utama tergantung pada reaksi genotipe terhadap panjangnya
hari dan dari tipe tumbuh, determinan atau indeterminan(Hidayat, 1985 dalam
Somaatmadja, dkk).
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga (Adisarwanto, 2005).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai
daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas

Universitas Sumatera Utara

masa perkecambahan. Umumnya, bentuk dan daun kedelai ada dua, yaitu bulat
(oval) dan lancip (lanceolate). Kedelai bentuk tersebut dipengaruhi oleh faktor
genetik (Adisarwanto, 2005).
Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat
menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan
iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan
semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Polong kedelai muda berwarna hijau warna polong matang beragam antara
kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan
ukuran biji ditentukan secara genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran
nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian
biji (Hidayat dalam Somaatmadja, dkk, 1985).
Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji. Rata-rata berisi
2 biji. Polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecokelatan atau
abu-abu. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah
menjadi kehitaman, keputihan atau kecokelatan. Bila polong telah kuning mudah
pecah dan biji-bijinya melenting keluar (Suprapto, 1999).
Biji kedelai terbagi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio).
Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna cokelat,
hitam atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang
terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai
dari kuning, hijau cokelat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna
tersebut (Adisarwanto, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh

Iklim
Melihat kondisi iklim di negara kita maka kedelai umumnya ditanam pada
musim kemarau, yakni setelah panen padi musim hujan. Banyaknya musim hujan
sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen namun
ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30-40 hari suhu di dalam dan di
permukaan pada musim panas sekitar 350-390 C, dengan kelembaban sekitar
60-70 % (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanaman kedelai yang ditanam pada suhu dibawah 210C dan diatas 320C
dapat mengurangi munculnya bunga dan terbentuknya polong. Suhu ekstrem
diatas 400C akan merusak produksi biji. Jika air tersedia, kedelai dapat ditanam
sepanjang tahun didaerah tropik dan subtropik (Maesen dan Somaatmadja, 1993).
Penyerapan air oleh kedelai mencapai 7,6 mm/hari, untuk panen yang baik
diperlukan curah hujan 500 mm/tahun. Gangguan kekeringan selama masa
pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi pengurangan produksi
lebih terasa pada tahap pengisian polong daripada tahap pembungaan
(Maesen dan Somaatmadja, 1993).
Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya,
terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya
kedelai adalah 100-200 mm / bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh
baik didaerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm / bulan
(Deptan, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman dapat tumbuh dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu
udara 230C – 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian
kurang dari 600 m dpl (Prabowo, 2007).
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila
lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas
mempunyai penjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis,
maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua
varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umumnya
berbunga beragam dari 20 hingga 60 hari setelah tanam. Apabila lama penyinaran
melebihi periode kritis, tanaman tersebut akan meneruskan pertumbuhan
vegetatifnya tanpa berbunga (Baharsjah, dan Las dalam Somaatmadja dkk, 1985).

Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah. Namun
demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktvitas yang optimal,
kedelai harus ditanam pada jenis yang bertekstur lempung berpasir atau liat
berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung
pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain
(Adisarwanto, 2005).
Tanaman kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak asam akan tetapi pada
pH yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH tanah
yang cocok berkisar antara 5,8-7,0. Pada pH dibawah 5,0 pertumbuhan bakteri
bintil dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Suprapto, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm),
menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini umumnya
dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang
bertekstur ringan hingga sedang, dan berdraenasi baik. Tanah ini peka terhadap
kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase
dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan
tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,
grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara)
dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan
pengapuran (www.wikipedia.com, 2009).

Tanah Salin

Tanah salin adalah tanah garam (salty soils) biasanya bertekstur halus,
berdrainase jelek karena dipengaruhi pasang surutnya air laut, serta bahan liat
marin termasuk di dalamnya. Tanah salin berkembang baik di sepanjang pantai
dan Teluk Bintuni (www.Suara-merdeka.com, 2004).
Pada tanah salin, tanaman tidak bisa mengambil air yang banyak dari
tanah. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi garam yang
menyebabkan aliran alami air dari tanah masuk ke perakaran tanaman, air menjadi
berkurang dan berkurang pula air yang masuk ke akar. Kenyataannya ketika
tingkat salinitas cukup tinggi air dalam akar akan tertarik ke luar tanah.
(Provin dan Pitt, 1980).

Universitas Sumatera Utara

Kadar garam pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak bagi
pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dalam 3 cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah
tanaman dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air
irigasi dapat menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air
ke daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
oleh karena degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga
proses yang menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan
itu (Slinger and Tenison, 2005).
Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.
Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam
Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas
tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin
tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m
tergolong tanah salin (www.Suara-merdeka.com, 2004).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang,
dengan ketinggian tempat 3 m dpl, yang dilaksanakan mulai Januari 2010 hingga
Maret 2010.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 varietas kedelai,
fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur, insektisida Decis 25 EC
untuk mengendalikan hama, pupuk Urea, KCL dan TSP sebagai pupuk dasar dan
bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
meteran, digunakan untuk pengolahan tanah dan pembukaan lahan, gembor untuk
menyiram tanaman, handspryer digunakan untuk mengendalikan hama, timbangan
untuk menimbang kebutuhan pupuk dan produksi tanaman, buku tulis, pulpen,
dan penggaris sebagai alat untuk mengambil data serta alat alat lain yang
mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non
faktorial yang terdiri dari 20 varietas :
V1
V2
V3

: Daetam 1
: Detam 2
: Anjasmoro

V11
V12
V13

: Burangrang
: Tanggamus
: Gumitir

Universitas Sumatera Utara

V4
V5
V6
V7
V8
V9
V10

: Cikuray
: Sibayak
: Ratani
: Ijen
: Kaba
: Wilis
: Bromo

Jumlah ulangan (Blok)
Jarak tanam
Jumlah 1 varietas per blok
Jumlah sampel per varietas
Jumlah seluruh sampel
Jarak antara ulangan
Luas lahan seluruhnya

V14
V15
V16
V17
V18
V19
V20

: Argomulyo
: Sinabung
: Panderman
: Malabar
: Grobongan
: Seulawah
: Kawi

: 3 ulangan
: 20cm x 30cm
: 50 tanaman
: 10 tanaman
: 300 tanaman
: 50 cm
: 34 m x 14 m

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
aditif sebagai berikut :
Yij =μ +άi + βj + εij
I = 1,2,3
j = 1,2,3...20
Dinama :
Yij
: Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
μ
: Nilai rata-rata
ά
: Efek ulangan ke-i
β
: Efek perlakuan ke-j
ε
: Galat dari blok ke-i, varietas ke-j
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok
(RAK) non faktorial. Jika efek perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji
beda nyata jujur (BNJ) pada taraf ά = 5% (Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal
Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur
dan dilakukan pembuatan blok dengan ukuran 10 x 8,4 cm dengan jarak antar
blok 50 cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam.

Pemupukan Dasar
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, kebutuhan pupuk
kedelai yaitu 100 kg urea/ha (0,3 gr/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (0,6 g/lubang
tanam), dan 100 kg KCl/ha (0,3 gr/lubang tanam). Pemupukan dilakuakan sehari
sebelum benih ditanam dan hanya sekali dilakukan.
Penanaman
Penanaman dilakukan langsung ke tanah dengan melubangi tanah sedalam
± 3 cm, kemudian memasukkan 2benih/lobang tanam dan ditutup dengan tanah,
kemudian diberi jarak antara antara tanaman 20 cm x 40 cm. Dilakukan pada
minggu ke 3.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan satu tanaman yang
pertumbuhannya paling baik diantara benih yang tumbuh. Dilakukan 1 minggu
setelah tanam (MST).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh
dengan tanaman cadangan yang masih hidup pada umur yang sama. Dilakukan
pada saat tanaman berumur 2 MST.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada
dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berada pada plot.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis 2
EC dengan dosis 0,5-2 cc/liter air, disemprotkan pada saat tanaman menunjukkan
gejala

serangan.

Sedangkan

pengendalian

penyakit

dilakukan

dengan

menyemprotkan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air pada saat tanaman berumur
2 MST. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Panen
Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan kriteria panen yaitu
ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran
tetapi bukan karena adanya serangan hama atau penyakit. Panen dilakukan dengan
cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan atau membongkar seluruh
tanaman . Panen dilakukan pada 12 MST.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter

Luas Daun (cm2)
Total luas daun dihitung dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari ukuran pasak sampel hingga titik
tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 6 MST. Pengukuran tinggi
tanaman dihitung 1 minggu sekali.

Tebal Kutikula (μm)
Untuk mengukur tebal kutikula diambil dari daun yang segar dengan
mengiris tipis secara melintang dibagian atas dan bawah epidermis lalu diletakkan
diatas objek glass kemudian ditetesi dengan etanol dan sodium hipoklorit. Setelah
itu diwarnai dengan larutan sudan IOV dan ditutup dengan kaca penutup lalu
diamati dengan mikroskop cahaya. Pengamatan dilakukan untuk tanaman sampel
pada mg ke 6 dan 10 mst.

Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Kemudian diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu ditimbang.

Universitas Sumatera Utara

Produksi Biji per Tanaman (g)
Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji
seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji
yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dsan
dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu
ditimbang.
Bobot Kering 10 biji (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 10 biji kedelai yang telah
dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan.
Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.
Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)
Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat
chloropyll meter. Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling
tengah. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun lalu
diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga.

Jumlah Stomata (mm2)
Jumlah stomata diamati dengan cara sebagai berikut : Daun difiksasi
dalam alkohol 75%, kemudian larutan fiksatif dibuang diganti dengan aquadest.
Selanjutnya direndam dalam larutan HNO3 25% selama15 – 30 menit untuk

Universitas Sumatera Utara

menghancurkan jaringan mesofil. Sebelum disayat menggunakan silet, daun
tersebut terlebih dahulu dicuci dengan aquadest.
Untuk menghilangkan klorofil dan mesofil yang terikat, sayatan epidermis
direndam dalam larutan bayclin selama 1 – 5 menit kemudian dicuci
menggunakan aquadest. Sayatan epidermis yang telah didapatkan kemudian
diwarnai dengan pewarna safrain selama satu menit kemudian dicuci
menggunakan aquadest. Objek berupa lapisan epidermis dilletakkan di atas objek
kemudian ditetesi gliserin 10% dan ditutup dengan gelas penutup. Paremeter yang
diamati adalah jumlah stomata tiap bidang pandang pada tanaman sampel pada
umur 6 dan 10 mst :
Kerapatan stomata =

jumlah stomata
Satu luas bidang pandang

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil pengamatan sidik ragam menunjukan bahwa, varietas berpengaruh
nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman pada 2 MST – 6
MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada umur 3
MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST dan produksi
pertanaman, bobot 10 biji.
Luas daun
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 41) menunjukan bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan luas
daun. Luas daun tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas daun kedelai
Varietas

Luas Daun

V1 = Detam 1
73.50 bcd
V2 = Detam 2
71.01 cd
V3 = Anjasmoro
65.53 d
V4 = Cikuray
77.31 bcd
V5 = Sibayak
87.26 abc
V6 = Ratai
81.82 abcd
V7 = Ijen
90.12 abc
V8 = Kaba
91.94 abc
V9 = Wilis
89.78 abc
V10 = Bromo
71.26 cd
V11 = Burangrang
93.91 ab
V12 = Tanggamus
96.63 a
V13 = Gumitir
83.86 abcd
V14 = Argomulyo
83.45 abcd
V15 = Sinabung
91.98 abcd
V16 = Panderman
78.59 bcd
V17 = Malabar
74.42 bcd
V18 = Grobogan
65.39 d
V19 = Seulawah
82.86 abcd
V20 = Kawi
79.71 bcd
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Universitas Sumatera Utara

Luas. Dari table 2 dapat kita lihat bawwa rataan luas daun terluas terdapat
pada varietas Tanggamus 96,63 terendah terdapat pada varietas Grobongan 65,39.
Tinggi tanaman
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 35 - 39) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
tinggi tanaman. Tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada table 1.
table 1. Tinggi tanaman
Varietas
V1 = Detam 1
V2 = Detam 2
V3 = Anjasmoro
V4 = Cikuray
V5 = Sibayak
V6 = Ratai
V7 = Ijen
V8 = Kaba
V9 = Wilis
V10 = Bromo
V11 = Burangrang
V12 = Tanggamus
V13 = Gumitir
V14 = Argomulyo
V15 = Sinabung
V16 = Panderman
V17 = Malabar
V18 = Grobogan
V19 = Seulawah
V20 = Kawi

2
7.74b
7.85abc
8.20 a
7.84abc
7.28 fgh
7.35 efg
7.48 def
7.21 hi
7.30 fgh
7.86 abc
7.24 gh
7.66cd
7.45 def
7.29 fgh
7.65 cd
7.24 gh
7.30 fgh
8.03ab
7.15 i
7.13 i

Minggu Setelah Tanam (MST)
3
4
5
9.82 bc
21.81fgh
33.56def
10.02 ab
23.48 bcd 35.89 abc
10.60 a
25.86 ab
37.89 ab
9.66 bcd
23.71 bcd 35.41 bcd
8.42 i
22.93cde 34.71 cde
8.92 efg
21.95fgh
30.82 i
8.90 efg
21.46 gh
33.52 def
9.07 cde
21.85 fgh 32.44 efg
8.84 fgh
22.26 def 30.73 i
10.04 abc
24.30 bc
36.47 abc
9.45 cd
22.62 cde 30.79 i
9.07 cde
22.34 def 32.41efg
9.00 de
22.05 efg 31.09 hi
9.00 de
22.28 def 31.42 gh
8.72 gh
22.27 def 31.48 gh
8.67hi
22.35 def 32.61 fgh
9.04 cde
22.75 cde 31.74 fgh
10.44ab
26.39 a
38.28 a
8.98 def
22.13 efg 31.08 hi
8.97 def
22.16 efg 31.20 ghi

6
41.72 cde
43.13 abc
45.96 ab
42.40 bcd
41.76 cde
40.18 gh
41.33 def
41.12 fgh
41.58 def
43.09 abc
39.58 i
41.35 def
40.22 efg
41.27 efg
41.09 ghi
41.84 cde
40.69 hi
47.08 a
40.40 hi
40.02hij

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Pada umur 2 MST rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V3 Anjasmoro
yaitu 8,20 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu
7,13. Pada 3 MST varietas tertinggi terdapat pada varietas V3 Anjasmoro yaitu
10,60 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V5 Sibayak yaitu 8,42.
Pada 4 MST rata-rata varietas teringgi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 26,39
dan rata-rata varietas terendah terdapat pada V7 Ijen yaitu 21,46. Pada 5 MST

Universitas Sumatera Utara

rata-rata varietas tertinggi terdapat pada varietas V18 Grobongan yaitu 38,28 dan
yang rata-rata yang terendah terdapat pada V9 Wilis yaitu 30,73. Pada 6 MST
rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 47,08 dan rata-rata
yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu 40.02.

Tebal kutikula
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 52) menunjukan bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan tebal
kutikula. Tebal \kutikula dapat dilihat pada Table 4.
Table 4. tebal kutikula
Varietas
Tebal Kutikula
V1 = Detam 1
2.73 bc
V2 = Detam 2
2.90 abc
V3 = Anjasmoro
2.99 ab
V4 = Cikuray
2.96 abc
V5 = Sibayak
2.34 d
V6 = Ratai
2.25 d
V7 = Ijen
2.27 d
V8 = Kaba
2.24 d
V9 = Wilis
2.32 d
V10 = Bromo
2.97 ab
V11 = Burangrang
2.00 d
V12 =Tanggamus
2.31 d
V13 = Gumitir
2.65 c
V14 = Argomulyo
2.31 d
V15 = Sinabung
2.30 d
V16 = Panderman
2.28 d
V17 = Malabar
2.24 d
V18 = Grobogan
3.18 a
V19 = Seulawah
2.30 d
V20 = Kawi
2.20 d
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 4 dapat dilihat bahwa kutikula yang tebal terdapat pada varietas
grobongan 3,18 dan tertipis terdapat pada varietas Burangrang 2,00.

Universitas Sumatera Utara

Bobot kering tajuk
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 42 - 45) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST
dan 5 MST tidak berpengaruh nyata. Bobot kering tajuk dapat dilihat pada Table
5.
Table 5. bobot kering tajuk
Varietas

Minggu Setelah Tanam (MST)
3
4
5
6
V1=Detam 1
0.18 abc
0.24
0.28
0.37 abc
V2=Detam 2
0.24 ab
0.30
0.34
0.39 ab
V3=Anjasmoro
0.26 a
0.32
0.37
0.42 a
V4=Cikuray
0.24 ab
0.29
0.33
0.37 abc
V5=Sibayak
0.20 abc
0.27
0.32
0.36 abc
V6=Ratai
0.17 bc
0.21
0.21
0.27 cd
V7=Ijen
0.21 abc
0.27
0.32
0.34 abcd
V8=Kaba
0.20 abc
0.25
0.31
0.31 bcd
V9=Wilis
0.18 abc
0.24
0.29
0.31 bcd
V10=Bromo
0.24 ab
0.31
0.36
0.38 abc
V11=Burangrang
0.14 c
0.16
0.20
0.25 d
V12=Tanggamus
0.20 abc
0.26
0.31
0.33 abcd
V13=Gumitir
0.17 bc
0.22
0.25
0.28 cd
V14=Argomulyo
0.15 c
0.22
0.25
0.30 bcd
V15=Sinabung
0.14 c
0.20
0.23
0.27 cd
V16=Panderman
0.20 abc
0.24
0.30
0.33 cd
V17=Malabar
0.20 abc
0.25
0.30
0.30 abcd
V18=Grobogan
0.25 a
0.32
0.35
0.43 a
V19=Seulawah
0.18 abc
0.22
0.26
0.26 d
V20=Kawi
0.17 b
0.22
0.27
0.27 cd
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tajuk pada umur 3MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST dan 5
MST tidak berpengaruh nyata. Pada umur 3 MST berat kering tajuk tertinggi
terdapat pada varietas anjasmoro yaitu 0,26 dan yang terendah terdapat pada
varietas burangrang dan sinubung yaitu 0,14. Pada umur 4 MST berat kering
tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro dan gerobongan yaitu 3,32
terendah terdapat pada varietas Burangrang yaitu 0,16. Pada umur 5 MST berat

Universitas Sumatera Utara

kering tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,37terendah terdapat pada
varietas burangrang 0,20. Pada umur 6 MST berat kering tajuk tertinggi terdapat
pada varietas grobongan 0,43 dan terendah terdapat pada varietas burangrang
0,25.

Produksi pertanaman
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 40) menunjukan
bahwa, varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan produksi pertanaman. Rataan produksi pertanaman dapat dilihat pada table
Table 7. produksi pertanaman
Varietas
Produksi/tanaman
V1=Detam 1
0c
V2=Detam 2
0c
V3=Anjasmoro
1.21 b
V4=Cikuray
0c
V5=Sibayak
0c
V6=Ratai
0c
V7=Ijen
0c
V8=Kaba
0c
V9=Wilis
0c
V10=Bromo
1.18 b
V11=Burangrang
0c
V12=Tanggamus
0c
V13=Gumitir
0c
V14=Argomulyo
0c
V15=Sinabung
0c
V16=Panderman
0c
V17=Malabar
0
V18=Grobogan
1.98 a
V19=Seulawah
0c
V20=Kawi
0c
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 7 dapat di lihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada varietas
grobongan yaitu 1,98 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo yaitu 1,18.

Bobot kering akar
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 46 - 49) menunjukan bahwa,
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman sa