MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015

(1)

i

MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun Guna Mememenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata

Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : MURNIYATI YANUR

20130520199

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul:

“MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015”

Oleh:

MURNIYATI YANUR 20130520199

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Desember 2016 Tempat : Ruang IGOV Lama 1 Pukul : 08.00-09.00 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

DR. Inu Kencana Syafie, M.Si PENGUJI 1

Dian Eka Rahmawati, S.IP., M.Si.

PENGUJI 2

Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si

Mengetahui

KETUA PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan dan diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi dan ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensinya.

Yogyakarta, 28 November 2016 Yang membuat pernyataan

Murniyati Yanur NIM 20130520199


(4)

iv

MOTTO

“Apabila suatu jabatan tidak diisi oleh ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang sangat berarti didalam hidup:

Yang pertama, untuk mama tercinta yang darahnya menetes karena kelahiranku, yang merawatku dari kecil hingga saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, yang selalu terus berusaha untuk mendoakan dan memberikan apapun yang diinginkan oleh anaknya, selalu memberikan nasehat, semangat, dukungan dan mendengar segala keluh kesahku, yang selalu berharap yang terbaik untuk anak-anaknya.

Yang kedua untuk Bapak sosok yang ku anggap telah berjuang dengan luar biasa, hebat, gigih, ikhlas dan tangguh dalam bekerja demi anak-anaknya, selalu mendoakan dan terus berusaha memenuhi segala kebutuhan anaknya dan semoga engkau selalu menjadi panutan untuk anak-anakmu dan keluarga.

Selanjutnya buat abang saya yang telah memberikan nasehat dan semangat dan buat adik saya yang selalu memberikan dukungan, semangat dan perhatian. Merekalah yang selalu menjadi kebanggaan saya dan selalu memotivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.


(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rizki, rahmat, hidayah serta karunianya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita jadi zaman kegelapan hingga terang benderang.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi ini berjudul “MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015”.

Penulis mengakui bahwa dalam penlisan skripsi yang sederhana ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa semangat, arahan, bimbingan, dan dukungan maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

2. Bapak Ali Muhammad, MA, Phd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

3. Ibu Titin Purwaningsih, S.IP, M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:

4. Bapak Awang Darumurti, S.IP, M.si selaku sekertaris Program Studi ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

5. Bapak Dr. Inu Kencana, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbinga, dan masukan sehingga skripsi ini dapatdiselesaikam;


(7)

vii

6. Ibu Dian Eka Rahmawati, M. Si selaku dosen penguji 1 dan bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. selaku dosen penguji 2, terima kasih pak, bu, telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya, memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk perbaikan yang lebih baik dalam menulis laporan penelitian;

7. Para bapak ibu dosen dan dosen muda (mas Sakir dan Mas Eko) mapun para staf Program Studi Ilmu Pemerintahan;

8. Bapak Ciptadi selaku Kepala Desa Ngeposari yang telah bersedia narasumber yang telah banyak memberikan informasi yang dibutuhkan penulis guna untuk menyelesaikan skripsi;

9. Para narasumber dan para responden yang telah bersedia mengisi kuesioner yang diberikan oleh penulis;

10.Terkhusus untuk kedua orang tua yang tidak pernah lelah mendidik, selalu memberikan semangat, saran, dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini bisa memberikan kebahagian;

11.Untuk abang dan adikku tercinta yang telah menjadi penyemangat dan kebanggaan;

12.Semua teman-teman Ilmu pemerintahan angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah menjadi rekan kuliah, jalan-jalan dan lain-lain selama menempuh pendidikan dan sama-sama berjuang meraih gelar S1;

13.Keluarga Besar Korps Mahasiswa IlmuPemerintahan (KOMAP) yang menjadi tempat saya mendapatkan ilmu berorganisasi;

14.Teman-teman Divisi Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (DPPSDM) yang juga telah memberikan semangat dan dukungannya dan yang tak bisa disebutkan satu persatu; 15.Terimakasih kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

almamater penulis yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama menempuh pendidikan Strata 1 (S1).


(8)

viii

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, tentu hal itu semua karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam mengumpulkan, mengelola dan menyajikan data. Untuk itu penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Demikianlah kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, sekali lagi terima kasih kepada semua pihak maupun teman teman yang telah membantu dan mendo’akan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kurang dan lebihnya mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 28 November 2016 Penulis

Murniyati Yanur NIM 20130520199


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN……….…… ii

PERNYATAAN KEASLIAN …………… iii

HALAMAN MOTTO………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI……….………. ix

DAFTAR TABEL……….……… xii

DAFTAR GAMBAR……….……… xiv

SINOPSIS ……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian……….. 8

E. Kerangka Dasar Teori……….. 8

1. Modal Politik………. 8

2. Kepala Desa ………. 13

3. Modal Politik Kepala Desa……… 20

F. Definisi Konsepsional ……… 29

1. Modal Politik ……… 30

2. Modal Politik Kepala Desa ..………. 30


(10)

x

4. Pemilihan Kepala Desa ……… 30

G. Definisi Operasional ………... 31

H. Metode Penelitian ……….. 32

1. Jenis Penelitian……….. 33

2. Lokasi Penelitian……… 33

3. Jenis Data ……….. 33

a. Data Primer……….. 33

b. Data Sekunder………. 34

4. Teknik Pengumpulan Data……… 35

a. Kuesioner……… 35

b. Wawancara……….. 35

c. Dokumentasi……… 36

d. Observasi………..36

5. Teknik Analisis Data………. 36

BAB II DESKRIPSI WILAYAH A. Profil Desa Ngeposari……….. 38

a. Batas Desa………... 42

b. Kependudukan………. 44

c. Profesi……….. 45

B. Data Pemerintah Desa Dan Lembaga Desa………. 46

BAB III HASIL PENELITIAN 1. Modal Politik yang Digunakan Calon Kepala Desa pada Pemilihan Kepala Desa………... 51

A. Analisis Kewibawaan…..……….. 51

B. Analisis Kekuasaan ….………. 58

2. Strategi Kepala Desa Mempengaruhi Masyarakat Untuk Megerjakan Perintah-Perintahnya……….. 71

a. Pembahasan ……… 71


(11)

xi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 80

B. Saran……… 80

DAFTAR PUSTAKA


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perolehan Suara Calon Kepala Desa di Desa Ngeposari……… 6

Tabel 1.2 Definisi Konsepsional dan Operasional……… 31

Tabel 1.3 Data Responden……… 34

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan………. 38

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Status Tanah……… 39

Tabel 2.3 Luas Wilayah per Padukuhan………... 40

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk per Padukuhan………. 44

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Profesi………... 45

Tabel 2.6 Jumlah Perangkat Desa………. 47

Tabel 2.7 Lembaga Desa………... 48

Tabel 2.8 Data Keuangan……….. 48

Tabel 3.1 Pentingnya SK dalam Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015…….. 52

Tabel 3.2 Pentingnya Pemilihan pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 52

Tabel 3.3 Pentingnya Memperlihatkan Marah Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 53

Tabel 3.4 Pentingnya Marah Mental pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 54

Tabel 3.5 Pentingnya Memiliki Ilmu pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 54

Tabel 3.6 Pentingnya Memiliki Budi Pekerti Agama pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 55


(13)

xiii

Tabel 3.7 Pentingnya Memiliki Uang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun

2015……….. 56

Tabel 3.8 Pentingnya Memiliki Barang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun

2015……….. 57

Tabel 3.9 Pentingnya Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015…….. 57 Tabel 3.10 Pentingnya Pangkat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun

2015……….. 58

Tabel 3.11 Pentingnya Memiliki Suara Keras pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015………... 59

Tabel 3.12 Pentingnya Lokasi Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 59

Tabel 3.13 Pentingnya Memiliki Sifat Lemah Lembut pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015………. 60

Tabel 3.14 Pentingnya Tegas dengan Prinsip Kebenaran pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015………. 61 Tabel 3.15 Pentingnya Memiliki Kerapihan Surat Menyurat pada Pilkades di

Desa Ngeposari Tahun 2015……..………... 62 Tabel 3.16 Pentingnya Memiliki Ruang Kantor yang Harum dan Rapi di Desa

Ngeposari Tahun 2015……….. 62 Tabel 3.17 Pentingnya Menjanjikan Kenaikan Pangkat pada Staf di Desa

Ngeposari Tahun 2015……….. 63 Tabel 3.18 Pentingnya Pujian pada Staf di Desa Ngeposari Tahun 2015………. 64 Tabel 3.19 Pentingnya Memberikan Penghargaan pada Staf di Desa Ngeposari


(14)

xiv

Tabel 3.20 Pentingnya Memberikan Janji pada Staf di Desa Ngeposari Tahun

2015………... 65

Tabel 3.21 Observasi Penelitian……… 76

DAFTAR GAMBAR


(15)

xv

SINOPSIS

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui modal politik apa yang digunakan oleh calon kepala desa pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari Tahun 2015. Berdasarkan latar belakang masing-masing calon yang salah satunya Bapak Ciptadi merupakan asli masyarakat Desa Ngeposari dan lahir disana tetapi semenjak SMP sudah merantau di Yogyakarta dan baru kembali ke Desa Ngeposari pada Tahun 1999. Sedangkan calon yang satu lagi Bapak Aziz Istiyanto yang berasal asli Cilacap tetapi mulai tinggal di Desa Ngeposari sejak tahun 1994 hingga ia mencalonkan diri. Dan menurut berita acara hasil rekapitulasi suara terjadi perbedaan perolehan suara yang sangat signifikan yaiu sekitar 2.410 suara.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu melukiskan keberadaan objek, subjek, lokasi dan penyelesaian persoalan di tempat penulis melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa kuesioner, wawancara, dokumentasi dan observasi.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa modal politik yang paling dominan digunakan oleh calon Bapak Ciptadi pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari yaitu modal sosial. Karena jika hanya mengandalkan pendekatan dengan modal ekonomi tidak mungkin. Karena, beliau mengakui secara ekonomi keluarganya tergolong ekonomi yang tidak mampu.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah modal politik yang paling penting baik sebelum pemilihan maupun sesudah menjadi kepala desa termasuk di desa Ngeposari tahun 2015 adalah adanya keabsahan, adanya kemampuan untuk merubah, adanya keahlian pemerintahan, adanya kemampuan memberikan Reward dan Punishment.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semenjak Indonesia memasuki era reformasi, maka semenjak itu dalam proses yang berkelanjutan lahirlah otonomi daerah di Indonesia, dengan berbagai perkembangannya seperti yang dirasakan saat ini. Salah satu yang paling menonjol adalah dilaksanakannya Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, sebagai wujud kedaulatan rakyat sampai ketingkat lokal.

Demokrasi merupakan suatu tahapan atau proses yang digunakan dalam suatu negara seperti Indonesia. Sesungguhnya nilai-nilai demokrasi bukanlah suatu nilai yang asing dalam budaya Indonesia, sejak masa lampau nilai-nilai ini telah ada dalam sejarah bangsa kita. Demokrasi berlandaskan pada nilai kebebasan manusia. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya pada kedaulatan rakyat. Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum nilai demokrasi merupakan landasan utama dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Dalam momen Pemilihan Umum masyarakat tidak hanya mempunyai hak memilih, namun juga mempunyai hak untuk dipilih, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, untuk menjadi yang dipilih dalam pemerintahan, terbuka luas bagi seluruh masyarakat yang memenuhi syarat yang telah diatur oleh aturan yang berlaku.


(17)

2

Pemilihan umum kepala daerah saat ini merupakan agenda penting yang ditunggu-tunggu oleh setiap warga negara. Pasca reformasi 1998 merupakan suatu momentum dalam merubah tatanan kehidupan kebangsaan, dengan membuka kebebasan pada setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Dengan adanya reformasi tersebut berdampak pada perubahan mekanisme pemilihan umum kepala daerah dari sistem perwakilan ke sistem langsung yang diperjelas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan mekanisme pemilu membuka kesempatan kepada seluruh warga negara untuk berpartisipasi dalam politik. Partisipasi politik tersebut tidak hanya berjalan dalam bentuk pemberian hak suara, melainkan adanya antusiasme warga yang mendaftarkan diri sebagai calon di pemilukada.

Begitu juga pemilihan kepala desa, ini merupakan hal penting dan juga merupakan momen yang ditunggu oleh masyarakat. Sebagai calon pada pemilihan kepala desa kandidat haruslah memiliki kombinasi modalitas yang kuat sehingga dapat menang di dalam pemilihan.

Maka keberadaan kepala desa sangatlah penting di dalam suatu desa untuk membangun desanya. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan di desa, kepala desa memiliki peranan yang sangat penting karena kepala desa ini merupakan pemimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa. Di dalam melaksanakan tugasnya pemerintah desa dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari Sekretaris


(18)

3

Desa, Kepala Urusan dan Kepala Dusun. Kepala desa sebagai orang pertama mengemban tugas dan kewajiban yang berat, karena kepala desa adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketenteraman dan ketertiban.

Selain itu, kepala desa juga mengemban tugas membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan dan mengembangkan semangat dan kekeluargaan. Dengan beratnya beban tugas Kepala Desa itu, maka dalam menjalankan tugas dan kewajibannya kepala desa sebagai penanggung jawab utama di bidang pembangunan dibantu oleh lembaga sosial desa. Dengan pembantu-pembantu seperti tersebut di atas, diharapkan kepala desa dapat menyelenggarakan pimpinan pemerintahan desa dengan baik sesuai dengan lajunya perputaran roda pemerintahan dari atas sampai bawah.

Menurut Redaksi Lombok Post pada 27 Agustus 2016 “Modal Politik Pertarungan Pemilu” Oleh: Agus, M.Si (Dosen IAIN Mataram), Pierre Bourdieu yang merupakan tokoh terkemuka sosiologi kultural berkebangsaan Prancis. Di antara pikiran-pikiran Bourdieu yang melegenda adalah medan, pasar dan kapital, habitus, dan kekerasan simbolik. Ketika berbicara tentang modal, Bourdieu membagi modal menjadi empat macam, yakni; modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, dan modal simbolik. Keempat modal ini cukup membantu kita untuk memahami realitas pertarungan politik pemilu di era kekinian.


(19)

4

1. Modal yang pertama merupakan sumber daya yang bisa menjadi sarana produksi dan sarana finansial. Modal ekonomi mencakup alat-alat produksi (mesin, tanah, buruh), materi (pendapatan dan benda-benda), dan uang. Maka semua jenis modal ini sangat mudah digunakan untuk segala tujuan, termasuk tujuan memenangkan pemilu. 2. Modal budaya, merupakan keseluruhan kualifikasi intelektual yang

bisa diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga, seperti kemampuan menampilkan diri di depan publik, pengetahuan dan keahlian tertentu hasil pendidikan formal, seperti gelar kesarjanaan.

3. Modal sosial merupakan jaringan hubungan sebagai sumber daya untuk penentuan kedudukan sosial. Adapun modal simbolik, yaitu modal yang menghasilkan kekuasaan simbolik.

4. Modal simbolik adalah pimpinan tertinggi pada organisasi masyarakat, kendaraan mewah, foto dengan pakaian muslim yang taat, keturunan langsung dari pemimpin besar yang pernah memiliki pengaruh. Dalam pertarungan politik, biasanya simbol memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas, yang pada akhirnya mampu menggiring orang untuk memilih kandidat tertentu.

Ini dapat mempengaruhi seorang kandidat dalam memperoleh dukungan dari masyarakat. Semakin besar akumulasi modal yang dimiliki oleh seorang kandidat maka semakin besar pula dukungan yang diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal politik yang digunakan


(20)

5

oleh Bapak Ciptadi dalam kemenangan pemilihan kepala desa Ngeposari tahun 2015. Menurut perkiraan penulis akumulasi modal yang dimiliki oleh Ciptadi yaitu modal sosial, modal ekonomi dan modal politik, sangat perperan dalam keberhasilan kontestan pada kemenangan pemilihan kepala desa Ngeposari tahun 2015.

Menurut berita Semanu, (Sorotgunungkidul.com) Camat Semanu, Wastana memaparkan hasil perolehan suara Pilkades 3 desa di wilayahnya. Tujuh orang mencalonkan diri, sebanyak tiga orang terpilih yaitu Ciptadi, Rukamto dan Suhadi. Desa Ngeposari dimenangkan oleh Ciptadi, calon nomor urut 1 dengan perolehan 4.096 suara. Desa Dadapayu dimenangkan oleh Rukamto calon nomor urut 1 dengan 1.726 suara. Kemudian Desa Pacarejo dimenangkan Suhadi, calon nomor urut 2 dengan 5.573 suara.

“Kita mengucapkan terima kasih kepada warga yang sudah dewasa dalam menyikapi hasil Pilkades sehingga dapat berjalan lancar dan tidak terjadi gesekan antar pendukung," kata Wastana, Sabtu sore (24/10/2015).

Berikut ini merupakan perolehan suara calon kepala desa di Desa Ngeposari:


(21)

6

Tabel 1.1

Perolehan Suara Calon Kepala Desa pada Pemilihan kepala Desa di Desa Ngeposari

Nomor Urut Calon

Nama CalonKepala Desa Perolehan Suara

1. Ciptadi 4.096

2. Aziz Istiyanto 1.686

Jumlah Surat Suara Sah 5.782 Jumlah Surat Suara Tidak Sah 130 Jumlah Daftar Pemilih Tetap 5.912

Sumber : Berita cara rekapitulasi hasil penghitungan suara Desa Ngeposari Tahun 2015

Dari penjelasan tabel di atas dapat dilihat telah terjadi perbandingan perbedaan hasil perhitungan suara yang sangat signifikan sebesar 2.410 suara. Dibalik hal ini pasti terdapat beberapa hal yang mempengaruhi. Dan didalam pemilihan kepala desa beberapa modal juga harus dimiliki untuk memenangkan pemilihan, menurut perkiraan penulis, modal sosial merupakan modal yang dominan yang dimiliki oleh Ciptadi sebagai salah satu calon. Di mana hubungan, interaksi dan kepercayaan yang dibangun dengan masyarakat sejak lama membuat figure, ketokohan dan popularitas Ciptadi yang semakin kuat dan menjadi modal awal dalam proses pencalonan sehingga akumulasi modal politik dan modal ekonomi pun menjadi lebih bertambah.


(22)

7

Sebagai calon yang menang dalam Pemilihan kepala desa tersebut, menarik untuk dilihat modal politik bapak Ciptadi diantara calon yang lain. Untuk itu penulis menetapkan judul Modal Politik Calon Kepala Desa Pada Pemilihan Kepala Desa Di Desa Ngeposari Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diambil peneliti adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah modal politik yang digunakan calon kepala desa pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari tahun 2015?

2. Bagaimana strategi Kepala Desa mempengaruhi masyarakat untuk mengerjakan perintah-perintahnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian tetapkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui modal politik yang digunakan calon kepala desa pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari tahun 2015.

2. Untuk mengetahui strategi Kepala Desa mempengaruhi masyarakat untuk mengerjakan perintah-perintahnya.


(23)

8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan diperoleh antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat serta kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pemerintahan khususnya, juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi bagi mahasiswa atau mahasiswi ilmu pemerintahan kedepannya serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi studi politik di Indonesia pada umumnya dan politik lokal pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini menjadi masukan bagi para aktivis, para pemangku kepentingan dan juga masyarakat luas umumnya dan sebagai inspirasi sehingga memahami bahwa kemenangan yang diraih oleh kandidat dalam pemilihan kepala desa, tidak bisa diperoleh begitu saja perlu modalitas yang kuat jika ingin menempati posisi penting.

E. Kerangka Dasar Teori 1. Modal Politik

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata “polis” yang berarti “Negara Kota” dengan politik berarti ada hubungan khusus


(24)

9

antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan dan akhirnya kekuasaan (Robert Dahl). Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik pada umumnya adalah membicarakan Negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga yang mempengaruhi hidup masyarakat. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis (Miriam Budiardjho, 2008:15).

Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari kita acapkali berhadapan dengan banyak kegiatan yang tak terpuji, atau seperti dirumuskan oleh Peter Merkl sebagai berikut: “ Politik, dalam bentuk yang paling buruk, adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri(Politics at its worst is a selfish grab for power, glory and riches) (Miriam Budiardjho, 2008:16). Singkatnya, politik adalah prebutan kuasa, takhta, dan harta.

Berikut juga merupakan pengertian politik menurut para ahli : 1) Miriam Budiardjo (2008: 16)

Menurut Rod Hague at al.: “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di


(25)

10

antar anggota-anggotanya (Politics is the activity by which groups reach binding collective decision through attempting to reconcile differences among their members)”.

2) Miriam Budiardjo (2008: 16)

Menurut Andrew Heywood: “Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama ( politics is the activity through which a people make, preserve and amend the general rules under which they live and as such is inextricably linked to the phenomen of conflict an cooperation)”.

Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong unsure-unsur lain. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep pokok itu adalah:

1. Negara (state). 2. Kekuasaan (power).

3. Pengambilan keputusan (decision making). 4. Kebijakan (policy,beleid).


(26)

11

Casey sebagaimana dikutip Sudirman Nasir (2009) mendefinisikan modal politik sebagai pendayagunaan keseluruhan jenis modal yang dimiliki seorang pelaku politik atau sebuah lembaga politik untuk menghasilkan tindakan politik yang menguntungkan dan memperkuat posisi pelaku politik atau lembaga politik bersangkutan. Casey lebih lanjut memerinci adanya empat pasar politik yang berpengaruh pada besaran modal politik yang dimiliki oleh seorang pelaku politik atau sebuah lembaga politik.

Pasar politik pertama adalah pemilu karena pemilu adalah instumen dasar untuk pemilihan pemimpin dalam sistem demokrasi, pasar politik kedua adalah perumusan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik. Pasar politik ketiga adalah dinamika hubungan dan konflik antara pelaku politik dan lembaga politik dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik. Pasar politik keempat adalah pendapat atau pandangan umum (public opinion) mengenai pelaku politik atau lembaga politik itu.

Sementara itu modal simbolik atau dalam hubungannya dengan dinamika politik bisa dipahami sebagai besaran legitimasi, reputasi, dan tingkat penghormatan (respect) yang diperoleh oleh pelaku-pelaku politik ataupun lembaga-lembaga politik akibat tindakan-tindakan politik yang dilakukan atau tidak dilakukannya.


(27)

12

Ahli politik J.A. Booth dan P.B. Richard mengartikan modal politik sebagai aktifitas warga negara untuk mencapai kekuasaan dan demokrasi. A.Hick dan J.Misra (1993) mengatakan modal politik adalah berbagai fokus pemberian kekuasaan/sumber daya untuk merealisasikan hal-hal yang dapat mewujudkan kepentingan meraih kekuasaan. Intinya, modal politik adalah kekuasaan yang dimiliki seseorang, yang kemudian bisa dioperasikan atau berkontribusi terhadap keberhasilan kontestasinya dalam proses politik seperti pemilihan umum.

Sementara itu Hermawan Sulistiyo (2000:20) mengatakan bahwa uang salah satu modal politik dan uang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menghasilkan kekuasaan politik, ini terjadi di Indonesia, sehingga perputaran untuk mendapatkan suara terbanyak maka uang sebagai kebutuhan dasar masyarakat dijadikan alat untuk mendapatkan keuntungan dalam mendapatkan kekuasaan. Yang dimaksud dengan modal politik kepala desa adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kepala desa yang diperhitungkan akan membuat diri yang bersangkutan berpengaruh dan berwibawa sehingga dengan demikian yang bersangkutan sebagai calon nantinya mampu memenangkan pertandingan pemilihan kepala desa, sedangkan sebagai pemimpin pemerintahan setelah memenangkan pemilihan kepala desa mampu memberikan perintah atau melakukan larangan terhadap masyarakat desa.


(28)

13

2. Kepala Desa

Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut H.A.W. Widjaja (2008: 9) Desa adalah: “Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak untuk menyelenggarakan rumah tangganya dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Desa memiliki wewenang yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa pada BAB III Kewenangan Desa yakni:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan Perundang-undangan diserahkan kepada Desa.


(29)

14

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa, yakni :

a. Faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 Kepala Keluarga.

b. Faktor luas, yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat.

c. Faktor letak, yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun.

d. Faktor sarana dan prasarana, tersedianya sarana perhubungan , pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa.

e. Faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat.

f. Faktor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.


(30)

15

Sedangkan berikut ini merupakan pengertian desa menurut Undang-undang :

1. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten

2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1979

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(31)

16

Pengertian desa menurut para ahli sebagai berikut : 1. Bambang Utoyo

Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidak pertanian dan menghasilkan bahan makanan.

2. R. Bintaro

Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi politik, cultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.

3. Sutarjo Kartohadikusumo

Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.

4. Paul H Landis

Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kuraang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebgai berikut:


(32)

17

a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.

b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan.

c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Menurut Unang Sunardjo (2004:197) kepala desa adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban. Disamping itu kepala desa juga mengemban tugas membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan semangat membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama dan kekeluargaan.

Sedangkan menurut Ramlan Subakti (2005:81) kepala desa adalah penguasa tunggal dalam pemerintahan desa dalam melaksanakan dan menyelenggarakan urusan rumah tangga desa dan disamping itu ia menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah, meskipun demikian di dalam melaksanakan tugasnya ia mempunyai batas-batas tertentu, ia tidak dapat menuruti keinginannya sendiri.


(33)

18

Lebih lanjut Taliziduhu Ndraha (2001: 92) mengatakan bahwa kepala desa merupakan seorang Presiden desa yang memimpin pemerintahan desa dan membimbing dan mengawasi segala usaha dan kegiatan masyarakat dan organisasi-organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di desa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala desa adalah orang yang bergerak lebih awal, mempelopori, mengarahkan, membimbing, menuntun dan menggerakkan masyarakatnya melalui pengaruhnya dan sekaligus melakukan pengawasan terhadap tingkah laku masyarakat desa yang dipimpinnya.

Pemilihan kepala desa bertujuan untuk memilih calon kepala desa yang bersaing dalam pemilihan kepala desa untuk dapat memimpin desa. Pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung oleh masyarakat desa yang terdaftar dengan memilih langsung calon kepala desa yang dianggap oleh masyarakat mampu membawa aspirasi masyarakat dan pembangunan desanya. Pemilihan kepala desa diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa yang diatur dalam pasal 46 ayat 1 dan 2, yakni:

1) Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat.

2) Pemilihan kepala desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.


(34)

19

Menurut Dede Mariana (2008:62) Kepala Desa dipilih berdasarkan asas langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk desa warga Negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 17 tahun atau telah/pernah kawin. Dalam rangka pemilihan Kepala Desa yang dimaksud dengan asas langsung, umum, bebas dan rahasia adalah sebagai berikut :

1) Asas Langsung berarti pemilih mempunyai hak suara langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya tanpa perantara dan tanpa tingkatan.

2) Asas Umum berarti pada dasarnya semua penduduk desa WNI yang memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya telah berusia 17 tahun ataupun telah/pernah kawin berhak memilih dalam pemilihan Kepala Desa. Jadi, pemilihan bersifat umum berarti pemilihan yang berlaku menyeluruh bagi semua penduduk desa warga Negara Indonesia menurut persyaratan tertentu tersebut di atas.

3) Asas Bebas berarti pemilih dalam menggunakan haknya dijamin keamanannya untuk menetapkan pilihannya sendiri tanpa adanya pengaruh tekanan dari siapapun dan dengan apapun.

4) Asas Rahasia berarti pemilih dijamin oleh peraturan perundang-undangan bahwa suara yang diberikan dalam pemilihan tidak akan diketahui oleh siapapun dan dengan jalan apapun.


(35)

20

Urusan pemerintahan umum pemerintah desa disamping menyelenggarakan rumah tangga sendiri harus pula melaksanakan tugas-tugas pemerintahan umum. Tugas tersebut melekat kepada kepala desa, karena kepala desa merupakan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat.

Dalam hubungan ini tugas-tugas pemerintahan umum yang harus dilakukan oleh kepala desa adalah:

a. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

b. Pembinaan politik dalam negeri di desanya c. Pembinaan ketentraman dan ketertiban d. Pengawasan jalannya pemerintahan

e. Tugas-tugas lain yang tidak termasuk urusan rumah tangga, dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan.

3. Modal Politik Kepala Desa

Pengertian modal politik dalam ilmu sosial memang masih terus dipertajam dan publikasi mengenai modal politik ini jauh lebih sedikit dibanding publikasi mengenai modal simbolik (symbolic capital), modal sosial (social capital), modal budaya (cultural capital) maupun modal ekonomi (economic capital). Sosiolog Prancis, Pierre


(36)

21

Bourdieu (1930: 2002), adalah sosok pelopor dalam mengkaji berbagai bentuk modal itu (multiple forms of capital). Namun Bourdieu sering dikritik karena cenderung deterministik dan kurang berpijak pada hal-hal empirik dalam membangun teorinya. Kecenderungan kurang berpijaknya Bourdieu pada kenyataan empirik yang kemungkinan membuatnya tidak sempat menajamkan uraiannya mengenai modal politik padahal dinamika akumulasi dan penggunaan modal politik memiliki lingkar pengaruh sangat besar bagi kehidupan sehari-hari.

Otonomi desa adalah murni berasal dari rakyat karena otonomi tersebut bukan dari pemerintah pusat oleh karena itu, diharapkan kepala desa mampu mengelola kekayaan desa. Selain daripada itu diperlukan kepala desa yang memiliki budi luhur dalam keagamaan. Artinya, yang bersangkutan mampu menganjurkan kebaikan (Ammar Ma’ruf) sekaligus melarang dekadensi moral (Nahi Munkar). Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkan terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan golongan tertentu.

Kekuasaan senantiasa ada dalam setiap masyarakat baik yang masih sederhana maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Akan tetapi, walaupun ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat justru karena pembagian yang tidak merata itulah timbul makna yang pokok dari kekuasaan yaitu kemampuan


(37)

22

untuk mempengaruhi pihak lain untuk kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

Jadi kekuasaan dapat didefinisikan sebagai hasil pengaruh yang dinginkan seseorang atau sekelompok orang, sehingga dengan begitu dapat merupakan sesuatu konsep kuantitatif karena dapat dihitung hasilnya. Misalnya berapa luas wilayah jajahan seseorang, berapa banyak orang yang berasil dipengaruhinya, berapa lama yang bersangkutan berkuasa, berapa banyak uang, barang dan jasa yang dikuasainya.

Dari uraian tersebut di muka berarti secara filsafati kekuasaan meliputi ruang, waktu, barang dan manusia. Tetapi pada umumnya kekuasaan itu ditujukan pada diri manusia terutama kekuaasaan dalam pemerintahan negara. Akan halnya kekuasaan negara dalam menguasai masyarakat, memiliki otoritas dan kewenangan, yaitu otoritas dalam arti hak untuk memiliki legitimasi yaitu berupa keabsahan untuk berkuasa, sedangkan kewenangan adalah hak untuk ditaati oleh orang lain.

Sebagai kekuasaan yang dilembagakan maka pemerintahan suatu negara tidak hanya tampak sebagai kenyataan memiliki kekuasaan tetapi juga mempunyai hak untuk menguasai, termasuk menguasai hidup orang lain (dalam hal menghukum mati), hak untuk


(38)

23

merebut kekayaan (dalam arti memungut pajak) dan menahan kebebasan orang lain (dalam arti memenjarakan seseorang).

Seluruhnya ini bermula dari keinginan sekelompok orang untuk mencapai organisasi kemasyarakatan lalu mereka bersedia bila ada seseorang atau sekelompok orang yang akan melaksanakan kewibawaan memelihara mereka, disebut pemimpin pemerintahan. pemimpin pemerintahan tersebut sudah barang tentu tidak dapat begitu saja berasal dari pihak luar, sehingga dengan sendirinya lahirlah pemimpin pemerintahan dari salah seorang di antara mereka (ulil amri minkum) yaitu mereka yang dapat memimpin masyarakat lain, mempunyai kekuatan, memiliki wibawa yang melebihi pihak lainnya, inilah kekuasaan.

Wewenang yang dimiliki sesuatu pemerintahan negara, dapat saja dipertanyakan, apakah memiliki keabsahan atau tidak, misalnya bila ada kabinet domesioner, pada suatu sistem pemerintahan negara, lalu berdiri kabinet tandingan sebagai kabinet bayangan, apakah masyarakat mempercayai dan mengakuinya.

Mempertanyakan keabsahan wewenang dari seseorang atau sekelompok orang, berarti membicarakan norma, nilai dan budaya. Apakah sekelompok orang yang berkuasa itu lalu dengan begitu saja pada akhirnya dianggap bangsawan yang berdarah biru. Kasta-kasta


(39)

24

dan derajat keningratan adalah salah satu contoh akibat yang dihasilkan kekuasaan turun temurun yang muncul dalam masyarakat.

Dalam moral agama Islam diperlukan kekuasaan pemerintahan untuk mengantisipasi dekadensi moral seperti perjudian, pelacuran, perampokan, agar masyarakat menjadi aman, Pemerintah tidak boleh memihak kepada kejahatan tersebut. Dan kalau tidak ada kekuasaan maka pihak yang sedang melakukan dekadensi moral akan sulit diantisipasi. Inilah yang melahirkan kata-kata Plato bahwa sebaiknya negarawan itu filosof dan atau filosof itu negarawan, sayang orang besar ini masa hidupnya tidak bersentuhan dengan Islam.

Dengan begitu para nabi dan pelanjutnya (khalifah dan imamah) adalah ulama yang memegang otoritas kekuasaan yaitu pemimpin pemerintahan. Jadi kekuasaan dilakukan dalam rangka nahi mungkar (mengantisipasi dekadensi moral) sedang untuk masyarakat yang baik dan benar dilakukan amar makruf disebut dengan pelayanan.

Ketika kita akan melarang para pelaku dekadensi moral seperti perjudian, perampokan, film cabul, narkoba, mabuk mabukan, pelacuran dan lain lain maka akan akan ada perlawanan dari para pelaku tindak kriminal tersebut oleh karena itu perlu kekuasaan untuk mengantisipasinya, walaupun kekuasaan itu negatif karena tidak menghormati orang lain tetapi kalau negatif itu dikalikan dengan negatif akan menghasilkan positif, itulah sebabnya pada


(40)

masing-25

masing negara maka pemerintahannya membentuk kejaksaan dan polisi.

Maksudnya bila kekuasaan ditujukan untuk melarang tindak kriminal misalnya kewibawaan polisi, kejaksaan dan aparat hukum pemerintahan lainnya maka akan aman dan tertiblah suatu daerah atau suatu negara. Kekuasaan itu sendiri adalah kekuatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauannya sendiri, dengan begitu kekuasaan adalah pengaruh seseorang atau sekelompok orang tersebut yang dapat dihitung hasilnya misalnya berapa luas kekuasaan itu sendiri berpengaruh, berapa luas wilayahnya atau berapa jumlah orang yang tunduk dan patuh.

Kekuasan dapat diperoleh lewat kemarahan dan kekerasan, atau lewat wibawa dan penampilan tetapi juga dapat lewat kemampuan memberi sesuatu dan janji, selain karena kewibawaan kecerdasan. legitimasi seseorang dan hubungan kekerabatan seseorang dengan yang akan dikuasai juga dapat berpengaruh.

Tetapi terkadang kekuasaan ini berakhir apabila hilangnya kekuatan itu sendiri oleh karena itu kekuasaan harus dipelajari melalui berbagai ilmu seperti kejiwaan manusia, strategi pendekatan karena kekuasaan itu sangat diperlukan untuk mengatur dan mengantisipasi agar tidak muncul kejahatan bagi kelompok moralis.


(41)

26

Kekuasaan juga diperlukan dalam memungut pajak karena akan dipergunakan pemerintah untuk memperoleh dana bagi keberadaan biaya negara, itulah sebabnya negara diperbolehkan memaksa, bahkan untuk tingkat kejahatan dibuat penjara dan hukuman mati.

Menurut JRP French dan Beatram Raven kekuasaan dapat muncul bersumber dari coercive power, legitimate power, expert power, reward power, dan reverent power, tetapi berbagai pengarang lainnya menambahkannya dengan connection power dan information power, berbagai sebab sumber kekuasaan tersebut diuraikan antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Coercive Power

Coercive Power adalah kekuasan yang diperoleh karena sering menunjukkan kekerasan baik dalam kepemimpinannya maupun dalam berbagai kepengurusan, unsur-unsur yang harus dipenuhi adalah sering membentak, menggunakan senjata, sering marah, oleh karena itu diperlukan suara yang keras, badan yang tegap dan besar, tetapi beresiko ketika seseorang yang sedang berkuasa itu suatu ketika sakit dan melemah kekuasaannya.

2. Legitimate Power

Legitimate Power adalah kekuasan yang diperoleh karena mendapat surat keputusan, mendapat ijazah, mendapat pengangkatan sehingga absah untuk memimpin, dan absah untuk memerintah dan menundukkan orang lain, resikonya adalah tidak


(42)

27

menutup kemungkinan setelah memegang surat keputusan, ijazah dan pengangkatan malahan tidak mampu memanfaatkan kekuasaan itu.

3. Expert Power

Expert Power adalah kekuasan yang diperoleh karena seseorang tersebut memiliki keahlian tertentu sehingga orang lain membutuhkan keahliannya, kecerdasan, keterampilan, baik dalam mengajar, ataupun tempat bertanya, bahkan tidak menutup kemungkinan orang lain membayarnya, dengan demikian yang bersangkutan menjadi mampu memerintah, dan menyuruh sebagai awal kekuasaan.

4. Reward Power

Reward Power adalah kekuasan yang diperoleh karena seseorang tersebut sering memberi kepada pihak lain sehingga resikonya orang yang diberi berhutang budi dan bersedia diatur dan disuruh oleh orang yang membayar, jadi bukan berarti kekuasaan yang diberikan dari seseorang kepada seseorang tetapi kekuasaan yang diperoleh dengan sendirinya karena banyaknya pemberian dari sang penguasa.

5. Reverent Power

Reverent Power adalah kekuasan yang diperoleh karena seseorang mempunyai daya tarik tertentu misalnya seorang yang cantik, seorang yang tampan, seorang besar dan tinggi besar


(43)

28

badannya dan oleh karena itu tidak sedikit seorang pemimpin agar berkuasa lalu memakai pangkat, pakaian dinas, bintang kehormatan agar terlihat gagah dan menarik, bahkan pemerintah terkadang memakai bintang film dalam menambah daya tarik kampanyenya.

Selain dari pada itu ketika kekuasaan sudah direbut tidak menutup kemungkinan pemerintah tidak berkuasa karena kekuasan tetap berada di tangan pedagang, di tangan militer, di tangan partai politik, di tangan keluarga istana, di tangan cendekiawan bahkan mungkin juga di tangan para ulama dan rohaniawan, maka oleh karena itu menurut Strauss kekuasaan dapat ditumbuh-kembangkan melalui :

1. Be Good Approach

Be Good Approach adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara berlaku baik dengan semua orang, yaitu bermanis muka, membagi uang, ramah serta santun dan pura pura melayani.

2. Be Strong Approach

Be Strong Approach adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara kekerasan, yaitu marah dengan mengandalkan pangkat, kekuasaan, kekerasan, kalau perlu bentakan dan pukulan oleh karena itu pergunakan pakaian dinas seragam yang menyeramkan.


(44)

29

3. Be Competitian

Be Competitian adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara melombakan staf ataupun anak buah, dengan begitu staf dan anak buah akan bertanding mengerjakan pekerjaan seperti pemerintah memberikan hadiah pada kota besih dalam bentuk adi pura serta bintang penghargaan.

4. Implicite Bargaining

Implicite Bargaining adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara membuat perjanjian sebelumnya dengan bawahan dengan demikian bawahan akan terikat pada perjanjian tersebut walaupun tidak tertulis tetapi apalagi akan lebih kuat pengaruhnya bila tertulis.

5. Internalized Motivation

Internalized Motivation adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara menanamkan kesadaran kepada bawahan tentang arti kerjasama dan tujuan bersama organisasi yang telah direncanakan semula untuk dicapai sesegera mungkin.

F. Definisi Konsepsional

Adapun definisi Konsepsional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(45)

30

1. Modal Politik

Modal politik sebagai pendayagunaan keseluruhan jenis modal yang dimiliki oleh seorang pelaku politik atau sebuah lembaga politik untuk menghasilkan tindakan politik yang menguntungkan atau memperkuat posisi pelaku politik atau lembagai politik bersangkutan. 2. Modal Politik Kepala Desa

Yang dimaksud dengan modal politik kepala desa adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kepala desa yang diperhitungkan akan membuat diri yang bersangkutan berpengaruh dan berwibawa sehingga dengan demikian yang bersangkutan sebagai calon nantinya mampu memenangkan pertandingan pemilihan kepala desa, sedangkan sebagai pemimpin pemerintahan setelah memenangkan pemilihan kepala desa mampu memberikan perintah atau melakukan larangan terhadap masyarakat desa.

3. Kepala Desa

Kepala desa adalah pemimpin dari pemerintah desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

4. Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan Kepala Desa bertujuan untuk memilih calon kepala desa yang bersaing dalam pemilihan kepala desa untuk dapat memimpin desa. Pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung oleh


(46)

31

masyarakat desa yang terdaftar dengan memilih langsung calon kepala desa yang dianggap oleh masyarakat mampu membawa aspirasi masyarakat dan pembangunan desanya.

G. Definisi Operasional

Untuk menguraikan definisi konsepsional dan definisi operasional penulis akan menuliskan dalam bentuk tabel yang pada akhirnya nanti dapat menemukan instrumen sehingga dapat melahirkan pertanyaan penulis kepada responden atau informan.

Tabel 1.2

Definisi Konsepsional dan Operasional

No Definisi Konsepsional

Definisi

Operasional Instrumen Pertanyaan 1. Wibawa

(JRP French dan Beatram Raven) Legitimate Power 1. SK 2. Pemilihan K 1 K 2 W 1 W 2

Coersif Power 1. Marah Fisik 2. Marah Mental K 3 K 4 W 3 W 4

Expert Power 1. Ilmu 2. Agama

K 5 K 6

W 5 W 6 Reward Power 1. Uang

2. Barang

K 7 K 8

W 7 W 8 Reverent Power 1. Fisik K 9 W 9


(47)

32

2. Pangkat K 10 W 10 2. Kuasa

(Strauss) Be Stroong Approach 1. Suara 2. Fisik K 11 K 12 W 11 W 12 Be Good Approach 1. Baik 2. Benar K13 K14 W 13 W 14 Competition 1. Surat

Menyurat 2. Fisik K 15 K16 W 15 W 16 Internalized Motivation 1. Pangkat 2. Karya K 17 K 18 W 17 W 18 Implicit Bargaining 1. Janji 2. Fisik K 19 K 20 W 19 W 20

H. Metodologi Penelitian

“Metodologi penelitian” berasal dari kata “ Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu: Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan (Cholid Nabuko & Abu Achmadi, 2015:1).

Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mncari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya (Cholid Nabuko & Abu Achmadi, 2015:1). Jadi Metodologi Penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman (Cholid Nabuko & Abu Achmadi, 2015:3).


(48)

33

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian berkembang menjadi ide, teori dan konsep (Bahdin Nur Tanjung & Ardial, 2005:3).

Jenis penelitian yang penulis pakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian analisis kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-konstektual melalui pengumpulan data dan latar alami dengan memanfaatkan penelitian sebagai instrument kunci (Bahdin Nur Tanjung & Ardial, 2005:3). Sedangkan deskriptif Kualitatif, yaitu melukiskan keberadaan objek, subjek, lokasi dan penyelesaian persoalan di tempat penulis melakukan penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang saya ambil untuk penelitian ini adalah di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, kabupaten Gunung Kidul.

3. Jenis Data a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari pihak pertama yang sifatnya sangat subjektif, karena


(49)

34

belum diolah. Untuk memperoleh data primer penulis menentukan responden secara “Purposive Sampling”.

Cholid Nabuko & Abu Achmadi (2015: 116) menarik kesimpulan sebagai berikut :

Teknik Purposive Sampling ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.

Tabel 1.3 Data Responden

No Jenis Responden

Kuesioner Jumlah

Disebar Tidak Kembali Kembali

1 Staf Desa 5 - 5

2 Tokoh Masyarakat 5 - 5

3 Guru 5 1 4

4 Pemuda & Pemudi 5 - 5

5 Ibu Rumah Tangga 5 1 4

6 Pedagang 5 2 3

JUMLAH 30 4 26

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diterima oleh peneliti dari pihak ketiga yang sifatnya lebih objektif karena sudah diolah,


(50)

35

umumnya dikumpulkan dari hasil penelitian, jurnal, karangan ilmiah, dan monografi setempat.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caramemberi seperangkat pertanyaan atau pernyataaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 199). Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Cholid Nabuko & Abu Achmadi, 2015: 76).

Jawaban kuesioner penulis buat bertingkat tanpa memberikan bobot pada setiap jawaban tetapi hanya menghitung jumlah responden yang memilih tingkat jawaban tersebut.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalamdan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2015:194).


(51)

36

Wawancara penulis susun berdasarkan kuesioner yang sudah dibuat dengan demikian. Kuesioner yang sifatnya kaku dapat menjadi tanya jawab yang lebih intensive antara penulis dengan responden. Jadi setiap pertanyaan kuesioner dapat diuraikan di dalam wawancara.

c. Dokumentasi

Untuk mendokumentasikan kegiatan kepala desa baik sebelum pemilihan kepala desa maupun sesudahnya berkenaan dengan kemampuan memepengaruhi orang lain penulis akan menyuguhkan nanti gerak fisik yang bersangkutan.

d. Observasi

Dalam observasi ini penulis akan mencatat setiap gerak-gerik kepala desa apakah yang bersangkutan mempunyai kuasa dan atau wibawa. Untuk itu penulis bertanya kepada responden dan mencatat setiap jawabannya sesuai dengan jam, hari tanggal, bulan dan tahun.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses menguraikan dan menyusun secara sistematis dan data yang diproleh dari hasil kuesioner, dokumentasi, observasi dan sumber data lainnya sehingga mudah dipahami dan kemudian dapat diinformasikan kepada publik. Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan teknik dekriptif kualitatif yang dilakukan berdasarkan kemampuan penalaran


(52)

37

peneliti dalam menghubungkan fakta-fakta dan informasi yang didapat dengan memahami masalah dan problematika yang muncul di masyarakat.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu, penelitian kualitatif tidak menekankan generalisasi, tetapi lebih menekankan makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda (Saebani, 2008: 123).


(53)

38

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

C. Profil Desa Ngeposari

Desa Ngeposari adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak pada 7.9927778° Lintang Selatan dan 110.6713889° Bujur Timur. Desa ini terdiri dari 19 Dusun, 19 Rukun Warga, dan 81 Rukun Tetangga. Tipologi desa yaitu persawahan, Perladangan, Perkebunan, Peternakan, Nelayan, Pertambangan/galian, kerajinan dan industri kecil, Industri sedang dan besar, Jasa dan perdagangan. Tingkat Perkembangan Desa adalah Swasembada/Swadaya/Swakarya. Berikut ini merupakan peruntukan wilayah yang terdiri dari:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Ket.

1 Pemukiman 309.8325

2 Pekarangan 104.7789

3 Persawahan

4 Tegal / Ladang 844.3430

5 Perkebunan

6 Perhutanan 156.0000

7 Prasarana Umum


(54)

39

b. Pembuangan Sampah (TPS)

c. Perkantoran 0.7650

d. Sekolahan 1.8750

e. Pasar 0.2500

f. Taman

g. Lain-lain 9.8071

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2015

Menurut tabel 2.1 di atas sebesar 309.8325 Ha digunakan sebagai daerah pemukiman. Lahan di desa Ngeposari kebanyakan digunakan untuk tegal/ladang yaitu seluas 844.3430 Ha karena sebagian besar masarakat di Desa Ngeposari bekerja sebagai buruh tani.

Tabel 2.2

Luas Wilayah Menurut Status Tanah

No Status Tanah Luas (Ha) Ket. 1 Tanah Kas Desa

a. Lungguh perangkat desa b. Fasilitas umum (sekolah,

perkantoran, gedung

pertemuan/balai padukuhan, telaga, dll)

9.7291

c. Disewakan (kios desa/ digarap warga masyarakat)

0.2500

d. Lain-lain

2 Tanah OO, SG, AB

a. OO (oro-oro) 2.0565

b. Sultan Ground (SG) / Pakualam Ground (PG)


(55)

40

c. Perhutani / AB 156.0000

d. Pemda (PD)

e. Pangonan 4.8620

f. Wedikengser g. Lain-lain

3 Tanah Adat/Hak Milik 1250.1750

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Jika dilihat dari luas wilayah menurut statusnya seperti tabel 2.2 maka rata-rata tanah didesa Ngeposari merupakan tanah adat/hak milik yaitu sebesar 1250.1750 Ha.

Tabel 2.3

Luas Wilayah per Padukuhan

No Padukuhan Luas (Ha) Ket.

1 Tunggaknongko 51.7232

2 Kalangbangi Lor A 79.9032

3 Kalangbangi Lor B 70.8732

4 Kalangbangi Wetan 51.2732

5 Kalangbangi Kulon 35.6732

6 Kangkung A 60.7786

7 Kangkung B 57.4286

8 Ngepos 60.5286

9 Keblak 132.5572

10 Munggur 62.1732

11 Kranggan 72.4732


(56)

41

13 Mojo 85.2232

14 Semuluh Lor 66.3732

15 Semuluh Kidul 75.0839

16 Ngaglik 58.6625

17 Jragum 71.0732

18 Wediutah 189.3625

19 Gemulung 54.1679

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Menurut tabel 2.3 mnerupakan tabel yang menunjukkan luas wilayah per padukuhan. Padukuhan yang terluas terletak di padukuhan Wediutah yaitu seluas 189.3625 Ha. Dan yang paling terkecil yaitu padukuhan Kalangbangi Kulon yaitu seluas 35.6732 Ha.

Tabel tersebut di atas menunjukkan bagaimana luasnya wilayah desa Ngeposari yang harus diurus oleh pemerintahan desa. Di dalam wilayah tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya berbagai masalah dan berbagai sengketa yang harus diselesaikan oleh Kepala Desa.

Penulis menyampaikan batas-batas desa untuk memperlihatkan sebegitu luasnya wilayah yang harus dipimpin oleh kepala desa. Sebagaimana judul penulis yang diuraikan dalam bentuk perumusan masalah maka modal politik kepala desa yang paling utama adalah bagaimana yang bersangkutan memanfaatkan kekuasaannya, dalam arti mengantisipasi dekadensi moral di wilayahnya.


(57)

42

Selain kekuasaan meliputi orang juga meliputi wilayah yang dalam hal ini batas-batasnya sebagai berikut.

d. Batas Desa

Batas-batas wilayah desa Ngeposari Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul secara geografis adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Desa Ngipak Kecamatan Karangmojo

b. Sebelah Selatan : Desa Candirejo Kecamatan Semanu c. Sebelah Barat : Desa Semanu Kecamatan Semanu

d. Sebelah Timur : Desa Sidorejo Kecamatan Ponjong

Sedangkan Orbitrasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan) adalah sebagai berikut :

a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 2 Km. b. Jarak dari kota/Ibukota Kabupaten : 9.5 Km. c. Jarak dari Ibukota Provinsi : 52 Km


(58)

43

Gambar 2.1 Peta Desa Ngeposari


(59)

44

e. Kependudukan

Selanjutnya, berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan berbagai tingkat kependuduk yang di ambil dari masing-masing padukuhan baik laki-laki maupun perempuan.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk per Padukuhan

No Padukuhan Jumlah KK

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tunggaknongko 127 213 184 397

2 Kalangbangi Lor B 150 279 290 569

3 Kalangbangi Lor A 155 253 236 489

4 Kalangbangi Wetan 93 134 146 280

5 Kalangbangi Kulon 111 175 191 366

6 Kangkung A 100 149 144 293

7 Kangkung B 193 310 304 614

8 Ngepos 131 187 202 389

9 Keblak 198 353 325 678

10 Munggur 126 186 196 382

11 Kranggan 212 341 337 678

12 Gunungsari 181 306 269 575

13 Mojo 257 473 471 944

14 Semuluh Lor 70 89 109 198

15 Semuluh Kidul 263 410 423 833


(60)

45

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah KK secara keseluruhan sebesar 3.155 KK. Jumlah penduduk berdasarkan dusun yang tertinggi pada Desa Ngeposari adalah Padukuhan Wediutah dengan jumlah 1.193 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki 608 jiwa dan perempuan 585 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan dusun yang paling rendah adalah penduduk pada Padukuhan Gemulung dengan jumlah penduduk 138 jiwa, dengan rincian laki-laki 68 jiwa dan perempuan 70 jiwa.

f. Profesi

Dibawah ini akan dijelaskan berbagai macam profesi sehari-hari masyarakat di Desa Ngeposari

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Menurut Profesi

No Uraian Jumlah (Orang)

1 a. Karyawan 101

2 1) Pegawai Negeri Sipil 17

3 2) TNI/Polri 18

4 3) Swasta 372

17 Jragum 226 448 444 892

18 Wediutah 389 608 585 1193

19 Gemulung 50 68 70 138


(61)

46

5 b. Wiraswasta/pedagang 60

6 c. Petani 69

7 d. Tukang 545

8 e. Buruh Tani 3023

9 f. Pensiunan -

10 g. Nelayan -

11 h. Peternak -

12 i. J a s a 143

13 j. Pengrajin 35

14 k. Pekerja seni -

15 l. Lainnya -

16 m.Tidak bekerja/penganggur -

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Desa Ngeposari yang mendominasi paling besar mata pencaharian atau profesi penduduk setempat adalah Buruh Tani dengan jumlah 3.023 orang dan yang paling rendah adalah Pegawai Negri Sipil (PNS) dengan jumlah 17 orang. Ini membuktikan bahwa Desa Ngeposari merupakan daerah agraris sehingga kegiatan utama sebagian besar penduduknya bercocok tanam, dimana penduduk desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani baik petani pemilik tanah, petani penggarap, maupun buruh tani.

D. Data Pemerintah Desa Dan Lembaga Desa

Berikut ini merupakan penjelasan tentang jabatan apa saja yang ada di desa Ngeposari beserta tingkat pendidikan para staf.


(62)

47

Tabel 2.6 Jumlah Perangkat Desa N

O

JABATAN JUMLAH PERSONIL

TINGKAT PENDIDIKAN (orang)

KET.

SD SMP SMA D1 D2 D3 D4/S1 S2 1 Kepala

Desa

1 1

2 Sekretaris Desa

1 1

3 Kepala Bagian

3 1 2

4 Kepala Urusan

3 3

5 Staf 3 3

6 Dukuh 16

JUMLAH 25 - - 7 - - 1 3 -

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel di atas dapat kita amati bahwa jumlah perangkat desa yang dimiliki Desa Ngeposari yaitu sebanyak 25 orang. Dan tingkat pendidikan terakhi tertinggi adalah SLTA/SMA yaitu sebanyak 7 orang sedangkan yang D3 sebanyak 1 orang dan yang S1 sebanyak 4 orang.

Selain itu, desa Ngeposari juga memiliki beberapa lembaga desa yaitu sebagai berikut :


(63)

48

Tabel 2.7

Lembaga Desa

NO Jenis Lembaga Desa Jumlah pengur us Jumlah anggota Jumlah kegiatan per bulan Jumlah dana yang dikelola 1 LPM (lembaga Pemberdayaan Masyarakat ) atau sebutan lain

3 20 - -

2 Lembaga Adat - - - -

3 TPPKK 10 38 1 Rp. 1.625.000,00

4 BumDes - - - -

5 Karang Taruna 6 76 - -

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016 Tabel 2.8

Data Keuangan

NO JENIS JUMLAH

1 Pendapatan Asli Desa Rp 52.991.910,00 a. Pungutan/ Retribusi Rp 3.685.000,00 b. Hasil Kekayaan Desa Rp 8.627.000,00 c. Hasil Usaha Desa (BUMDes) Rp -

d. Omzet BUMDes per tahun Rp -

e. Pendapatan lainnya Rp 12.305.000,00 f. Hibah/swadaya/partisipasi/gotong royong Rp -

2 Besaran ADD yang dikelola per tahun Rp790.003.700,00 3 Bantuan yang diterima desa Rp -

a. Pemerintah Rp762.666.400,00 b. Provinsi Rp -


(64)

49

4 Sumbangan/bantuan lain tidak mengikat Rp -

5 Belanja Desa Rp 505.827.961,00 6 SILPA / SIKPA Rp 49.600.313,00 7 Dana Cadangan Rp -

8 Penghasilan dan Tunjangan

a. Kades

Penghasilan Tetap Rp 12.900.000,00

Sumber Penghasilan Tetap ADD

Tunjangan Rp -

Sumber Tunjangan Rp -

b. Sekdes

Penghasilan Tetap Rp -

Sumber Penghasilan Tetap Rp -

Tunjangan Rp -

Sumber Tunjangan Rp -

c. Perangkat Desa

Penghasilan Tetap Rp 190.008.000,00

Sumber Penghasilan Tetap ADD

Tunjangan Rp -

Sumber Tunjangan Rp -

d. B P D

Tunjangan Rp 9.510.000,00

Sumber Tunjangan ADD

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel 2.7 tentang data keuangan di atas dapat dilihat bahwa pendapatan asli daerah yaitu sebesar Rp 52.991.910,00. Pendapatan tersebut bersumber dari Pungutan/ Retribusi, Hasil Kekayaan Desa,


(65)

50

Pendapatan lainnya dan Hibah/swadaya/partisipasi/gotong royong. Selain itu pemerintah desa juga mengola dana ADD per tahunnya sebesar Rp790.003.700,00.


(66)

51

BAB III

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan narasumber guna mendapatkan keterangan secara langsung.

1. Modal Politik Yang Digunakan Calon Kepala Desa Pada Pemilihan Kepala Desa

a. Analisis Kewibawaan

Untuk menganalisa kewibawaan kepala desa dalam hasil penelitian ini maka penulis menyampaikan sebagai berikut:

1. Legitimate Power

Legitimate berarti pengangkatan, jadi LegitimatePower adalah perolehan kekuasaan melalui pengangkatan. Sebagai contoh menurut UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kepala Wilayah tidak dipilih tetapi diangkat kecuali kepala wilayah dalam jabatan Bupati dan Gubernur yang masing-masing merangkap sebagai Kepala Daerah Tingat II dan I, masing-masing dipilih oleh DPRD tigkat II dan I. jadi bagaimanapun lemahnya pribadi seorang Camat, apabila Surat Keputusan (SK) telah diterbitkan untuk pengangkatan dirinya maka yang bersangkutan memiliki kekuasaan di wilayah kecamatannya.


(67)

52

Legitimate power adalah tingkat keabsahan jadi pentingnya, kepala desa memiliki keabsahan dari hasil penelitian penulis peroleh sebagai berikut :

Tabel 3.1

Pentingnya SK dalam Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 9 35%

2 Perlu 16 62%

3 Biasa Saja 1 4%

4 Kurang Perlu - -

5 Tidak Perlu Sama Sekali - -

Jumlah 26 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel 3.1 tersebut di atas menunjukkan bahwa respon masyarakat yang tertinggi adalah perlu yaitu sebesar 62% karena kepala desa perlu mulai berwibawa setelah adanya surat keputusan.

Tabel 3.2

Pentingnya Pemilihan pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 8 31%

2 Perlu 9 35%

3 Biasa Saja 2 8%


(68)

53

5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4%

Jumlah 26 100 % Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016

Tabel 3.2 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam memilih kepala desa ada responden yang mengatakan kurang perlu yaitu 6 orang (23%).

2. Coersive Power

Coercive berarti kekerasan, jadi Coersive power adalah perolehan melalui cara kekerasan bahkan mungkin bersifat perebutan atau perampasan bersenjata, yang sudah menjadi barang tentu di luar jalur konstitusional.

Tabel 3.3

Pentingnya Memperlihatkan Marah Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 1 4%

2 Perlu 4 15%

3 Biasa Saja 2 8%

4 Kurang Perlu 11 42%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 8 31%

Jumlah 26 100%


(69)

54

Tabel 3.3 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam menentukan kewibawaan sangat perlu keberadaan surat keputusan sebagai legitimasi yaitu 42% yang mengatakan kurang perlu.

Tabel 3.4

Pentingnya Marah Mental pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu - 0%

2 Perlu - 0%

3 Biasa Saja 5 19%

4 Kurang Perlu 12 46%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 9 35%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel 3.4 tersebut di atas menunjukkan bahwa 35% tidak perlu sama sekali untuk menunjukkan marah mental di dalam proses pemilihan kepala desa.

3. Expert Power

Expert Power adalah perolehan kekuasaan melalui keahlian seseorang, maksudnya pihak yang mengambil kekuasaan memang memiliki kekuasaan seperti ini berlaku di negara demokrasi karena sistem personalianya dalam memilih karyawan memakai merit sistem.


(70)

55

Tabel 3.5

Pentingnya Memiliki Ilmu pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 6 23%

2 Perlu 14 54%

3 Biasa Saja 3 12%

4 Kurang Perlu 3 12%

5 Tidak Perlu Sama Sekali - 0%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Tabel 3.5 berikut ini menunjukkan bahwa ada 12% responden menganggap bahwa kurang perlu, padahal kita tahu bahwa agama sekalipun tanpa ilmu berakibat lumpuh.

Tabel 3.6

Pentingnya Memiliki Budi Pekerti Agama pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 9 35%

2 Perlu 14 54%

3 Biasa Saja - 0%

4 Kurang Perlu 3 12%

5 Tidak Perlu Sama Sekali - 0%

Jumlah 26 100%


(1)

78

Modal politik yang paling kuat digunakan oleh Ciptadi adalah modal sosial. Karena Ciptadi merasa dengan biaya politik yang terbatas beliau tidak merasa terhambat dan pantang menyerah karena financial yang dimiliki. Sedangkan di dalam melakukan manajemen kampanye politik untuk mengorganisir massa, financial sangat dibutuhkan dilapangan. Modal sosial yang dimiliki menjadi kekuataan Ciptadi untuk memenangkan pemilihan kepala desa. Karena ia merasa ternyata calon itu harus betul-betul dikenal masyarakat dan msyarakat harus mengetahui program-program, visi dan misi disampaikan seperti apa saja. Calon itu harus membuka baju supaya masyarakat mengetahui persis siapa nanti calon yang akan dipilih. Dan akhirnya ketika penentuan hasil rekpitulasi suara Bapak Ciptadi ini diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin desa Ngeposari.

2. Kita telah mengetahui bahwa di era sekarang ini untuk merebutkan jabatan baik dimulai dari yang terendah maupun yang tertinggi itu memerlukan biaya politiknya sangatlah mahal. Karena jika kita hanya mengandalkan modal ekonomi untuk mengukur tingkat kepecayaan masyarakat itu sangatlah sulit. Maka dari itu kita harus memperkuat modal sosial agar masyarakat mengetahui siapa calon yang akan mereka pilih nantinya. Contohnya didalam pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari ini bapak Ciptadi yang merupakan salah satu calon terpilih itu mengandalkan modal sosial sebagai kekuatannya dalam berpolitik. Karena dia menyadari jika hanya mengandalkan financial


(2)

79

yang dimilikinya tidaklah mungkin. Maka seharusnya demokrasi seperti inilah yang harus ditiru oleh para elit-elit politik di kalangan manapun. Dapat di buktikan oleh bapak Ciptadi untuk menduduki posisi jabatan sekecil apapun tanpa harus dengan biaya yang mahal itu bisa, yang terpenting dalam hal ini adalah masyarakat itu percaya kemudian ketika sudah terpilih tidak akan menghiatanati kepercayaan yang sudah diberikan oleh masyarakat.


(3)

80 BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai penutup penulis sampaikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Modal politik yang paling penting baik sebelum pemilihan maupun

sudah menjadi kepala desa termasuk di desa Ngeposari tahun 2015 adalah adanya keabsahan, adanya kemampuan untuk merubah, adanya keahlian pemerintahan, adanya kemampuan memberikan Reward dan Punishment. Kemudian diperlukan juga kekuatan untuk merubah ketika bawahan dan masyarakat bersalah (Nahi Munkar) dan kemampuan melayani (Amar Ma’ruf).

2. Selama ini kemampuan kepala desa hanya karena memiliki naluri kepemimpinan dalam strateginya membawa desa dan oleh sebab itu di masa yang akan datang diperlukan peningkatan keilmuan melalui berbagai kursus yang dilakukan oleh pihak kecamatan dan kabupaten. B. Saran

Akhirnya penulis ingin memberikan saran tindak antara lain sebagai berikut :

1. Hendaknya para kepala desa di seluruh wilayah Tanah Air Negara Kesatuan Republik Indonesia termasuk dalam hal ini Desa Ngeposari yang menjadi wilayah penelitian penulis. Hendaknya menjadi ujung tombak pemerintahan karena merupakan wilayah tingkat terendah pemerintahan tetapi menjadi potensi awal bangsa dan negara. Kepala


(4)

81

desa harus diberikan ilmu pemerintahan, administrasi negara, politik dan hukum tata negara sehingga mereka tidak hanya bekerja dengan nalurinya.

2. Dalam kepemimpinan kepala desa mereka tidak hanya berbicara benar dan salah logika pemerintahan, begitu juga baik dan buruk etika pemerintahan tetapi juga harus berbicara tentang indah dan jelek seni pemerintahan sehingga lahir estetika pemerintahan dalam pendekatan pada masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan kepatutan serta kepantasan seorang pemimpin dengan warganya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Firmanzah. 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tanjung, Bahdin Nur & Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : (Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Saebani. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hermawanti, Mefi. 2002. Penguatan dan Pengembangan Modal Sosial

Masyarakat Adat: Laporan Need Assesment Pemberdayaan Masyarakat Adat di Nusa Tenggara timur. Yogyakarta: IRE.

Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu. 2015. Metodologi Penelitian: memberikan bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sayafiie, Inu Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Bandung: Mandar Maju Suwignjo. 1986. Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-sumber

Pendapatan Desa. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Wijaya, H.A.M. 2008. Otonomi Desa. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Subakti, Ramlan. 2005. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Kencana Prenada.

Ndraha, Taliziduhu. 2001. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta: Bina Aksara

Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta CV

Data Monografi Desa Ngeposari Kecamatan Semanu Tahun : 2016 Semester :I, Disusun Oleh :Desa Ngeposari Kecamatan Semanu


(6)

B. Skripsi, Tesis, Disertasi dan eJurnal

Yovaldri Riki Putra. 2012. Optimalisasi Modal Politik Pasangan Ismet Amzis-Harma Zaldi Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Bukit Tinggi Tahun 2010. Padang: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Andalas Padang.

Stella Maria Ignasia Pantouw. 2012. Modalitas Dalam Kontestasi Politik (Studi tentang Modalitas dalam Kemenangan Pasangan Hanny Sondakh dan Maximiliaan Lomban pada Pemilukada di Kota Bitung Sulawesi Utara tahun 2010). Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro Semarang.

Rezky Brilianto. 2016. Strategi Pasangan Dr. Yunni Satia Rahayu dan Danang Wicaksono dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Sleman Tahun 2015. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kurnia Rifqi Febrian. 2016. Peran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dalam Mewujudkan Program Bela Beli Kulon Progo. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Muhammad Ramadhan Iqbal. 2016. Akuntabilitas Keuangan Desa(Studi kasus Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa baru Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Produk Hukum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa D. Jurnal

Janwandri. 2013. PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA Di Desa Tanjung Nanga Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau. eJournal IlmuPemerintahan, (Online), Volume 1, Nomor 1. (ejournal.ip.fisip-unmul.org., di akses 10 Oktober 2016)

Irawan, Dedi. 2015. Politik Uang ( Money Politics) dalam pemilu legislatif tahun 2014 (studikasus di kelurahan Sempaja Selatan). eJournal IlmuPemerintahan, Volume 3, Nomor 4.