ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2007-2014)

(1)

2007-2014)

THE ANALYSIS INFLUENCE OF LOCAL TAX, THE NUMBER OF TOURISTS AND GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT TO THE

LOCAL REVENUE OF REGENCIES/CITY IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Case Study in Regencies/City of Daerah Istimewa Yogyakarta, Period 2007-2014)

Oleh:

Ayu Widya Putri Pratama 20110430047

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i 2007-2014)

THE ANALYSIS INFLUENCE OF LOCAL TAX, THE NUMBER OF TOURISTS AND GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT TO THE

LOCAL REVENUE OF REGENCIES/CITY IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Case Study in Regencies/City of Daerah Istimewa Yogyakarta, Period 2007-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Studi Ilmu Ekonomi

Universitasitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Ayu Widya Putri Pratama 20110430047

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

Nama : Ayu Widya Putri Pratama Nomor Mahasiswa : 20110430047

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus di Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2007-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oranglain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 02 Agustus 2016

Ayu Widya Putri Pratama 20110430047


(4)

iii

kepada yang menciptakan kita Allah SWT. Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri cina, sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim”

( Hadits).

“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat ; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”.

( HR. Dailani dari Anas r.a )

“Setiap Orang Mempunyai Jatah Gagal, Habiskan Jatah Gagalmu Saat Muda (Dahlan Iskan)

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)

"Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah."

(Abu Bakar Sibli)


(5)

iv

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah hirabbil’alamin saya ucapkan rasa syukur yang sebsar-besarnya atas rahmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan kepada saya, yang mana saya dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah saya dengan sebaik-baiknya, Skripsiku ini kupersembahkan kepada :

 Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sampai akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini.

 Terimakasih untuk dosen pembimbing ku yang sabar dalam membimbing ku sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

 Terimakasih untuk kedua Orangtua ku Ayah dan Mama yang selalu mendoakan ku sampai akhirnya aku menyelesaikan kuliah ku di jogja meskipun mundur selama setahun.

 Terimakasih untuk adikku Bagas yang selalu memberikan support tapi kadang suka bikin emosi.

 Terimakasih untuk teman spesial ku mas Kholid Khoirul Anam selalu memberikan support, selalu mau menjadi pendengar yang baik buat adk dan sabar menemani ku sampai detik ini.

 Terimakasih untuk sahabat ku Betania Pramesti dari awal kuliah sampai aku selesai kuliah masih menemani perjuangan ku, mendengarkan keluh kesah ku.

 Terimakasih untuk asdos ku mas Mahrus Lutfi yang sabar membantu ku menyelesaikan hasil regresi data ku.

 Terimakasih untuk temen-temen ku seperjuangan Ilmu Ekonomi 2011 Risqi, Anis, Inggit, Nita.

 Terimakasih untu teman-teman kos ku Anak Kos Harimau melly, uli, indah, mba neng, aghis, indri, iymah, sevi dan dwi yang suka minta makanan tiap malam klo lagi kelaperan.


(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING . ... ii

HALAMAN PENGESAHAN . ... iii

HALAMAN PERNYATAAN . ... iv

HALAMAN MOTTO . ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN . ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR . ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Pendapatan Asli Daerah ... 12

2. Pajak ... 16

3. Kepariwisataan ... 31

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 38

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 40


(7)

vi

D. Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Objek Penelitian ... 45

B. Jenis Data ... 45

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 47

E. Uji Kaulitas Data ... 48

1. Uji Multikolinearitas ... 48

2. Uji Heterokedastisitas ... 49

3. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 50

1) Uji Chow ... 53

2) Uji Hausman ... 54

4. Pengujian Parameter Model ... 55

1) Koefisien Determinasi (R2) ... 55

2) Uji Simultan (Uji F) ... 56

3) Uji Parsial (Uji T) ... 57

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 58

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58

1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta ... 58

2. Profil Kabupaten/Kota DIY ... 59

3. Peranan PAD dalam Perekonomian Daerah ... 65

4. Perkembangan Variabel yang Mempengaruhi ... 66

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Uji Kaulitas Data ... 70

1. Uji Heterokedastisitas ... 70

2. Uji Multikolinearitas ... 72

B. Pemilihan Metode ... 73

1. Uji Chow ... 73


(8)

vii

C. Analisis Model Terbaik ... 75

D. Hasil Estimasi Model ... 76

E. Uji Statistik ... 78

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 78

2. Uji F ... 79

3. Uji T ... 79

F. Pembahasan ... 80

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 89

C. Keterbatasan Penelitian ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(9)

viii

DAFTAR TABEL

1.1 Kondisi Geografis DIY ... 2

1.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota DIY ... 4

1.3 Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten/Kota DIY ... 5

1.5 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 8

4.1. Peta Administratif DIY ... 58

4.2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota DIY ... 65

4.3. Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten/Kota DIY ... 67

4.4. Perkembangan Jumlah Wisatawan Kabupaten/Kota DIY ... 68

4.5. Perkembangan PDRB Atas Dasar Hara Konstan 2000 ... 69

5.1 Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park ... 70

5.2 Uji Heterokedastisitas Perbandingan RESID dengan LOGPAD ... 71

5.3 Uji Multikolinearitas ... 73

5.4 Uji Chow ... 74

5.5 Uji Hausman ... 74

5.6 Hasil Estimasi Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah ... 75

5.7 Hasil Estimasi Model ... 76

5.8 Uji T ... 80

5.9 Perbandingan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta ... 83

5.10 Persentase Perbandingan antara Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta ... 83


(10)

ix

5.11 Perbandingan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman ... 83 5.12 Persentase Perbandingan antara Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan

Pendapatan Asli Daerah Kabuapten Sleman ... 84 5.13 Perbandingan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bantul ... 84 5.14 Persentase Perbandingan antara Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul ... 84 5.15 Perbandingan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Kulonprogo ... 85 5.16 Persentase Perbandingan antara Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kuloprogo ... 85 5.17 Perbandingan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Gunungkidul ... 86 5.18 Persentase Perbandingan antara Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

1.1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara DIY ... 7 2.1 Kerangka Pemikiran Teori ... 43


(12)

vii

Asli Kabupaten/Kota di Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2007-2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel dengan analisis Model Random Effect. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan berpengaruh postif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif dan signifikan. Nilai R-squared sebesar 0.9550 yang berarti sebesar 95,50% Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen. Sedangkan sisanya yaitu 4,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB, Random Effect Model


(13)

viii

Number of Tourists and the Gross Domestic Regional Product towards the Local Revenue of Regencies/City in Daerah Istimewa Yogyakarta of the period 2007-2014. The types of collecting data use the secondary data obtained from BPS and DPPKA in Yogyakarta Special Region. This research use a model of panel data regression analysis with Random Effect Model analysis. The results of this analysis is the Local Tax, the number of Tourists positively and significant on the Local Revenue, while the GDP negatively and significant on the Local Revenue. R-squared value of 0.9550 which means that 95.50% of the original income can be explained by the three independent variables. While the remaining 4.5% is explained by other causes beyond the model.

Keywords: Local Revenue, Local Tax, the number of Tourists and the GDP, Random Effect Model


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan daerahnya dan menyeimbangkan dengan laju pertumbuhan daerah sesuai dengan prioritas dan meningkatkan kemampuan potensi daerah masing-masing. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru yang merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincolin Arsyad,1997).

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki agar dapat memberikan hasil yang optimal. Setiap pemerintah daerah berupaya keras meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Disamping pengelolaan terhadap sumber PAD yang sudah ada perlu ditingkatkan dan daerah juga harus selalu kreatif dan inovatif dalam mencari dan mengembangkan potensi sumber-sumber PAD sehingga semakin


(15)

banyak memiliki sumber pendapatan yang akan dipergunakan dalam pembangunan daerahnya (Nasrul Qadarrochman,2010).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber penerimaan daerah terdiri dari : (a) Pendapatan Asli Daerah (b) Dana Perimbangan (c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan PAD suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Sebaliknya, semakin rendah penerimaan PAD suatu daerah maka semakin tinggi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Ini dikarenakan PAD merupakan sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah itu sendiri.

Secara geografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2. Secara administratif terdiri dari 1 Kota dan 4 Kabupaten, 78 Kecamatan dan 438 Kelurahan/Desa, yaitu :

Tabel 1.1

Kondisi Geografis DIY

Kabupaten/Kota Luas area Kecamatan Kelurahan/Desa Kota Yogyakarta 32,50 km3 14 kecamatan 45 kel Kab. Bantul 506,85 km3 17 kecamatan 75 desa Kab. Kulonprogo 586,27 km3 12 kecamatan 88 desa Kab. Gunungkidul 1.485,36 km3 18 kecamatan 144 desa Kab. Sleman 574,82 km3 17 kecamatan 86 desa DIY 3.185,80 km3 78 kecamatan 438 kelurahan/desa


(16)

Dalam pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dan dapat menjadi tolak ukur untuk meningkatkat pembangunan sektor-sektor yang lain secara bertahap. Hal ini dapat dilihat dari dampak positif yang diberikan industri pariwisata dalam perekonomian nasional. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah sub sektor pariwisata di DIY tahun 2014 menunjukkan Kota Yogyakarta pada tahun 2014 sebesar 49,0%, Kabupaten Sleman sebesar 35,8%, Kabupaten Bantul sebesar 6,8%, Kabupaten Kulonprogo sebesar 1,1% dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 7,3%, sehingga total sebesar 100% PAD di DIY berasal dari sektor pariwisata (Statistik Kepariwisataan,2014). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata menjadi peranan penting bagi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Dengan adanya pariwisata dan banyaknya obyek-obyek wisata akan berdampak baik untuk nasional maupun daerah yaitu dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah baik dari segi lingkungan,sosial, budaya dan ekonomi. Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota perjuangan, kota pendidikan, pusat kebudayaan dan menjadi salah satu tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara yang memiliki potensi alam yang melimpah. Dari beberapa sektor-sektor yang dikembangkan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa digali dan terus dikembangkan. Dalam tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(17)

Tabel 1.2

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah per Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2011-2014 dalam jutaan

Kabupaten/Kota Tahun

2011 2012 2013 2014

Kota Yogyakarta 202.260.820 241.190.745 304.797.499 470.634.760 Kab. Sleman 203.416.683 220.367.231 298.406.947 573.337.599 Kab. Bantul 106.885.124 121.593.862 170.006.171 224.197.864 Kab. Kulonprogo 49.588.455 54.293.141 64.750.332 158.800.563 Kab. Gunungkidul 41.985.405 55.600.362 66.710.860 159.304.338 Sumber: BPS D.I Yogyakarta

Dilihat dari tabel 1.2 diatas perkembangan Jumlah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Yogyakarta dari tahun 2011-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kota Yogyakarta pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 202.260.820 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 470.634.760 juta. Kabupaten Sleman pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 203.416.683 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 573.337.599 juta. Kabupaten Bantul pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 106.885.124 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 224.197.864 juta. Kemudian disusul dengan 2 Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten kulonprogo memberikan sumbangan PAD pada tahun 2011 sebesar 49.588.455 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 158.800.563 juta. Dan terakhir Kabupaten Gunungkidul memberikan sumbangan PAD pada tahun 2011 sebesar 41.985.405 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 159.304.338 juta.

Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil


(18)

perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai pendapatan utama dan sebagai alat pengukur keuangan daerah. Pajak sebegai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan dan membiayai pengeluran pemerintah daerah dalam menyelidiki kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta yang berupa barang-barang publik. Pada tabel 1.3 dibawah ini merupakan perkembangan pajak daerah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel 1.3

Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2011-2014 dalam jutaan

Tahun Kabupaten/Kota

Kota Sleman Bantul Kulonprogo Gunungkidul 2011 120.457.515 142.698.407 35.068.591 5.853.809 8.129.852 2012 208.812.089 177.835.870 51.768.352 8.448.298 10.728.490 2013 230.465.805 281.385.141 83.232.017 8.701.734 12.350.676 2014 253.996.307 326.033.995 99.558.470 21.171.577 28.477.674 Sumber: DPPKA Kabupaten/Kota

Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota yang terdiri dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Perkembangan pajak daerah Kabupaten/Kota setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dilihat pada tahun 2011 di Kota Yogyakarta penerimaan pajak daerah sebesar 120.457.515 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 253.996.307 juta. Kabupaten Sleman tahun 2011 penerimaan pajak daerah sebesar 142.698.407 juta dan meningkat


(19)

di tahun 2014 sebesar 326.033.995 juta. Kabupaten Bantul 35.068.591 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 99.558.470 juta. Kabupaten Kulonprogo tahun 2011 penerimaan pajak daerah sebesar 5.853.809 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 21.171.577 juta. Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 penerimaan pajak daerah sebesar 8.129.852 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 28.477.674 juta. Dari 4 Kabupaten yang berada di Yogyakarta, Kabupaten Sleman yang memberikan penerimaan pajak daerah terbesar dan terendah di Kabupaten Kulonprogo. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintah dan pembangunan daerah karena pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penerimaan PAD dan juga mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah.

Dari segi perkembangannya, Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam yang melimpah ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian disektor pariwisata. Dengan berkembangnya sektor pariwisata ini dapat meningkatkan PAD. Salah satunya jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara dapat meningkat setiap tahunnya. Perkembangan yang diberikan pada sektor pariwisata dengan adanya kunjungan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2014.


(20)

Sumber: Statistik Kepariwisataan

Gambar 1.4

Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara di D.I Yogyakarta Tahun 2011-2014

Dari gambar 1.4 diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2014 mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2011 wisatawan mancanegara dan nusantara sebesar 1.607.694 orang dan pertumbuhan sebesar 10,34%, tahun 2012 sebesar 2.360.173 orang dan pertumbuhan sebesar 46,80%, tahun 2013 sebesar 2.837.967 dan pertumbuhan sebesar 20,24%, tahun 2014 sebesar 3.346.180 dan pertumbuhan sebesar 17,91%. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah, semakin banyak wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke obyek-obyek wisata maka akan meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah.

1.607.694

2.360.173

2.837.967

3.346.180

1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000

2011 2012 2013 2014


(21)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah pada suatu periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan disuatu daerah pada suatu periode tertentu (BPS,2014). Pada tabel di bawah ini merupakan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000 di Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012-2014.

Tabel 1.5

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2012-2014 per Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten/Kota 2012 2013 2014

Kota Yogyakarta 6.151.679 6.486.790 6.830.589

Sleman 7.069.229 7.471.898 7.876.124

Bantul 4.400.313 4.645.476 4.920.952

Kulonprogo 1.963.078 2.062.182 2.132.296 Gunungkidul 3.642.562 3.830.400 4.004.300 Sumber: BPS D.I Yogyakarta (diolah)

Dari tabel 1.5 perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan. Penerima sumbangan PDRB terbesar berada di Kabupaten Sleman tahun 2014 sebesar 7.876.124, sedangkan Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 memiliki nilai terendah sebesar 2.132.296. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari luas wilayah, sumberdaya alam serta potensi disetiap daerahnya masing-masing. Simanjuntak dalam Halim (2001), mengemukakan jika suatu daerah dapat mengelola sumber daya alam yang dimiliki dan perekonomiannya berkembang


(22)

dengan baik maka PDRB akan meningkat yang memperkuat PAD suatu daerah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan antara pajak daerah, jumlah wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2014.

B. Batasan Masalah

Salah satu indikator untuk mengukur Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh suatu daerah yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan, PDRB. Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti dalam menyelesaikan peneliti ini diantaranya :

1. Obyek yang diteliti adalah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen, sedangkan Pajak, Jumlah Wisatawan dan PDRB sebagai variabel independen.


(23)

C. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta dari berbagai obyek yang akan diketahui. Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan menjadi: 1. Seberapa besar pengaruh Pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.

2. Seberapa besar pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. 3. Seberapa besar pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah


(24)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil kajian penelitian ini dimasa yang akan datang di Kabupaten/Kota Yogyakarta khususnya di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul dan di Indonesia pada umumnya sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Sebagai tolak ukur seberapa jauh pengetahuan dari penulis dalam melakukan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan yang tepat guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber penerimaan daerah perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan (Nurlan Darise, 2006:43).

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan (UU No 33 Tahun 2004 pasal 1, ayat 18) sumber pendapatan asli daerah diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah. Sumber-sumber penerimaan PAD harus dicari terus untu digunakan sebagai pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan daerah dalam era otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah memiliki tujuan untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah adalah


(26)

penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Mardiasmo, 2002:132).

Pemerintah daerah secara umum masih menghadapi permasalahan dalam pengelolaan penerimaan daerah terutama yang bersumber dari pendapatan asli daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia dalam mengelola penerimaan didaerah. Menurut Mardiasmo (2002:146) masalah-masalah yang disebutkan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak sesuai dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiskal.

2) Kualitas layanan public yang masih memperihatinkan menyebabkan produk layanan public yang sebenernya dapat dijual kepada masyarakat direspon secara negatif, sehingga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah.

3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.

4) Berkurangnya dan bantuan dari pusat (DAU dari pusat yang tidak memcukupi).


(27)

2. Sumber-Sumber Pendapatan Asli daerah

Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain : a) Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau badan kepala tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Sedangkan menurut Mangkusubroto (1994) pajak merupakan suatu pungutan yang merupakan hak prerogratif pemerintah, pungutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung ditunjukkan penggunaannya.

b)Retribusi Daerah

Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000, Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi menerut Haritz (1995:84) adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan bersifat ekonomis.

b. Ada imbalan langsung kepada membayar

c. Iuran memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternatif untuk membayar.


(28)

d. Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetingnya tidak menonjol.

e. Dalam hal-hal tersebut retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengambilan biaya yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Koho (2001:154) mengatakan bahwa retribusi yang diserahkan cukup memadai, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Namun hasil riil yang dapat disumbangkan sektor ini bagi keuangan daerah masih sangat terbatas karena tidak semua jenis retribusi yang dipungut Kabupaten/Kota memiliki prospek yang cerah. Lebih lanjut Koho memberikan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagai berikut :

a. Retribusi dipungut daerah.

b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat di tunjuk.

c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa yang disediakan daerah.

c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah.


(29)

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengklasifikasikan yang termasuk pendapatan asli daerah yang sah meliputi :

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro.

c. Pendapatan bunga.

d. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan, pengadaan barang ataupun jasa oleh pemerintah.

3. Pajak A.Pengertian

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat di paksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. (Waluyo,2008:2)

Pajak juga dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak juga sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Dari aspek hukum, pajak merupakan masalah keuangan negara, sehingga diperlukan peraturan-peraturan yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara tersebut. Dari aspek keuangan, pajak dipandang bagian yang sangat


(30)

penting dalam penerimaan negara. Dari aspek sosiologi, pajak ditinjau dari segi masyarakat atas pungutan dan hasilapakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat. (Waluyo,2008:3)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah terdiri atas :

a. Pajak Provinsi terdiri atas : 1) Pajak Kendaraan Bermotor

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3) Pajak Bakar Kendaraan Bermotor 4) Pajak Air Permukaan

5) Pajak Rokok

b. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas : 1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan


(31)

7) Pajak Parkir 8) Pajak Air Tanah

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah, Kota Yogyakarta berpedoman pada peraturan perundang-undangan, peraturan daerah dan peraturan walikota. Menurut Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah, menyebutkan jenis-jenis pajak yang diatur terdiri atas :

a) Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Subjek pajak hotel adalah orang pribadiatau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Besarnya tariff pajak hotel ditetapkan sebesar 10%.

b) Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli


(32)

makanan atau minuman dari restoran. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi pelayanan penjualan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain. Besarnya tariff yang ditetapkan sebesar 10%.

c) Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut biaya. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

d) Pajak Rekalame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang dan jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan atau dinikmati oleh umum. Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Objek pajak reklame adalah semua penyelenggara reklame. Tarif pajak ini ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame.


(33)

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari sumber lain. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik dari sumber lain.

f) Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tariff pajak parkir ditetapkan sebesar 20%.

g) Pajak Air Tanah

Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah. Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Tariff pajak tanah ditetapkan sebesar 20%.


(34)

h) Pajak Sarang Burung Walet

Pajak sarang burung wallet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung wallet. Subjek pajak sarang burung wallet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung wallet. Tariff pajak sarang burung wallet ditetapkan sebesar 10%.

B. Fungsi Pajak

Menurut Prof. Dr. Mardiasmo (2011:2) fungsi pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :

1. Fungsi Budgetair (Fungsi Penerimaan)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Regulerrend (Fungsi Mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh : pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3. Asas-Asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dikutip oleh Waluyo dalam buku perpajakan Indonesia (2008:13) adalah sebagai berikut :


(35)

a) Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.

b) Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c) Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak sebagai contoh : pada saat Wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut

Pay as You Earn.

d) Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

C.Prinsip Pengenaan Pajak

Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut (Mangkoesoebroto,2010: 214) :


(36)

a) Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar

sesuai dengan “bagaimana yang wajar”. Prinsip keadilan sistem pajak

yaitu prinsip manfaat (benefit principle) dan prinsip kemampuan membayar (ability to pay).

b) Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi, apabila keputusan-keputusan ekonomi tersebut telah memungkinkan tercapainya sistem pasar yang efisien,

c) Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi disektor swasta, apabila instrument pajak dapat melakukannya.

d) Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiscal untuk tujuan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

e) Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.

f) Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sedikit mungkin. g) Kepastian.

h) Dapat dilaksanakan. i) Dapat diterima.

D.Teori Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak atau teori pajak yang digunakan sebagai dasar konseptual bagi negara untuk memungut pajak. Adanya teori pajak juga digunakan untuk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya. Beberapa teori tersebut antara lain : a) Teori Asuransi


(37)

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat membayar pajak yang diibaratkan sebagai premi asuransi karena memperoleh perlindungan tersebut. b) Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-masing orang. Semakin tinggi kepentingan seorang terhadap Negara, semakin tinggi kepentingan pajak yang harus dibayar.

c) Teori Daya Pikul

Beban untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak yang harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dilakukan dua pendekatan yaitu :

1. Objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan seseorang.

2. Subjektif yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

d) Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban. e) Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak, maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.


(38)

E. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008:17), sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Official Assesment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri sebagai berikut :

1. Wewenang menentukan besarnya biaya pajak terutang berada pada fiskus.

2. Wajib pajak bersifat pasif.

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b) Self Assesment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang member wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c) Witholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Besarnya sistem pajak diatas dapat diterapkan negara dalam memungut pajak. Sistem pajak yang baik akan mampu menjalankan fungsinya


(39)

mencapai tujuan tertentu. Sistem pajak yang memiliki kenerja yang baik harus memenuhi:

i) Penerimaan dari pajak diharaokan cukup untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

tax ratio yaitu rasio antara penerimaan pajak dengan pendapatan nasional (GDP).

ii)Pajak harus bersifat elastic, artinya peka terhadap perubahan tax base. iii)Pajak harus memiliki kemampuan untuk dapat diprediksi dengan baik

(predictable). iv)Pajak harus efisien. v) Pajak harus efektif.

vi)Pajak harus memiliki dipersion index yang tinggi, artinya jika penerimaan negara berasal dari berbagai tax base, harus ada tax base

yang dominan atau diandalkan. Pajak harus memiliki low collection lay, artinya penerimaan pajak yang lebih baik memiliki tingkat kelambanan yang rendah, tidak memiliki tunggakan panjang.

F. Syarat Pemungutan pajak

Pemungutan pajak pada dasarnya adalah pengurangan hak rakyat oleh pemerintah. Oleh karena itu, dalam pemungutannya tidak boleh adanya diskriminasi dan harus diupayakan bersifat adil. Untuk dapat mencapai kondisi ideal tersebut maka pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat sebagi berikut :


(40)

a) Syarat keadilan, pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan.

b) Syarat yuridis, pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang untuk memberi jaminan hukum.

c) Syarat ekonomis, pemungutan pajak tidak sampai mengganggu perekonomian khususnya pada kegiatan perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi.

d) Syarat financial, pemungutan pajak harus efisien dan harus didasarkan pada fungsi budgeter dalam artian bahwa biaya pemungutan pajak harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pungutannya.

Sistem pemungutan pajak harus sederhana, yang akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

G.Tariff Pajak

Tarif pajak merupakan alat ukur untuk menilai tingkat besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tarif pajak juga merupakan manifestasi bentuk operasional untuk menciptakan pemungutan pajak yang adil. Ada 4 macam tarif pajak (Mardiasmo,2011) :

a) Tarif Proposional/Sebanding

Tarif dalam bentuk persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.


(41)

b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. c) Tarif Progresif

Persentase tariff yang digunakan semakin besar jika jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d) Pajak Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil jika jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

H.Cara Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008:16) dan Resmi (2005:8), cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu antara lain :

a) Stelsel Nyata (riil stelsel)

Penggenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata atau yang sesungguhnya terjadi, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui) sehingga Wajib Pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak tinggi pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas yang memadai dan semua Wajib Pajak akan membayar pajak


(42)

pada akhir tahun sehingga jumlah uang beredar secara makro akan terpengaruh.

b) Stelsel Anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, misalnya : penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun. Kelemahnnya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya. c) Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya. Dengan pula sebalinya, apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diterima kembali.

I. Jenis Pajak

Menurut Waluyo (2008:12) dan Resmi (2005:6), jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut :


(43)

Menurut golongannya pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.

i. Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan. ii. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

b) Menurut Sifat

Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif.

i. Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan sebenarnya. Contoh Pajak penghasilan. ii. Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(44)

Menurut pemungut dan pengelolaannya pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.

i. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak-Kementerian Keuangan. Pajak-pajak pusat meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai.

ii. Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak-pajak daerah meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan lain-lain.

4. Kepariwisataan

A.Pengertian Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi :

a) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung merapi danau dan pantai.


(45)

c) Pengusahaan jasa dan sara pariwisata yaitu usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata, sarana pariwisata teridiri dari akomodasi, rumah makan, bar dan angkutan wisata.

Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara dan dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu (Spillane,1987).

Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperluka yaitu :

a) Harus bersifat sementara.

b) Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi paksaan. c) Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam rangka meningkatkan PAD, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bagi pembangunan ekonomi di daerah tersebut.


(46)

B. Jenis Pariwisata

Jenis wisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan menurut James J, Spillane (1987: 28-31) dapat dibedakan adanya beberapa jenis pariwisata khusus sebagai berikut :

1. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan mendapatkan kedamaian.

2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata untuk dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan.

3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Pariwisata untuk kebudayaan ditandai serangkaian motivasi seperti keinginan belajar dipusat riset, mempelajari adat istiadat, mengunjungi monument bersejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni musik.

4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)

Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games dan SEA Games serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting dan memancing.


(47)

5. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)

Pariwisata untuk urusan usaha dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau industrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.

6. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata untuk berkonvensi berhungan dengan konferensi, symposium, siding dan simar internasional.

C.Hubungan Kepariwisataan dan Pendapatan Asli Daerah

Disadari bahwa setiap potensi kepariwisataan berada didaerah, potensi kepariwisataan ini dapat menjadi obyek wisata andalan yang mampu berkembang dan bertahan terus terpelihara dengan baik, tentu saja semua ini sangat ditentukan oleh berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah sesuai dengan otonomi yang dimilikinya.

Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata seperti usaha perhotelan, restoran dan penyelengaraan paket wisata, banyak kegiatan ekonomi lainnya yang berhubugan dengan pariwisata, sebagai transportasi, telekomunikasi dan bisnis eceran.

Dampak positif pariwisata terhadap perekonomian diantaranya adalah sebagai berikut (Leiper,1990) :

a) Pendapatan dari penukara valuta asing.

b) Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri. c) Pendapatan dari usaha atau bisnis wisata.


(48)

d) Pendapatan pemerintah. e) Penyerapan tenaga kerja.

f) Multiplier Effect (efek ekonomi yang ditimbulkan atas kegiatan ekonomi pariwisata).

g) Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal.

Pariwisata juga membawa implikasi negatif terhadap negara tujuan wisata dan komunitas daerahnya. Pengaruh negatif tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

a) Terjadinya leakages impor dan ekspor, penurunan pendapatan pekerja dan penerimaan bisnis lokal. Leakage impor meliputi pengeluaran impor untuk peralatan, makanan dan minuman, serta produk-produk lain yang tidak bisa dipenuhi oleh negara tujuan wisata yang sesuai dengan standar pariwisata internasional. Leakage ekspor adalah aliran keluar keuntungan yang diraih oleh investor asing yang menandai resorts dan hotel. Para investor asing mentransfer penerimaan atau keuntungan pariwisata keluar dari negara tujuan wisata (host country). b) Adanya batasan manfaat bagi masyarakat daerah yang terjadi karena pelayanan kepada turis yang serba inklusif. Keberadaan paket wisata yang serba inklusif dalam industri pariwisata, dimana segala sesuatu tersedia, termasuk semua pengeluaran yang didefinisikan menurut ukuran turis internasional dan memberikan lebih sedikit peluang bagi masyarakat daerah untuk memperoleh keuntungan dari pariwisata.


(49)

Industri pariwisata telah diakui sebagai industri yang terpenting dan menguntungkan terutama di tinjau dari sudut pandang perekonomian yang banyak meghasilkan devisa bagi negara. Banyak negara didunia yang menjadikan pariwisata sebagai sumber pemasukan keuangan yang utama seperti Spanyol, Monaco, dan lain-lain. Di Indonesia sendiri pariwisata telah tercantum didalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata mampu menunjang pembangunan negara karena :

a) Membantu menciptakan sekaligus menambah lapangan pekerjaan diberbagai sektor.

b) Membantu mengambangkan industri-industri lainnya didaerah tujuan wisata seperti kerajinan, pertokoan, restoran dan lain-lain.

c) Pariwisata memungkinkan terjaganya kelestarian alam serta kebudayaan.

d) Menumbuhkan rasa salaing mengenal dan menghargai antar bangsa sehingga dapat mempeerat hubungan antar manusia yang cinta damai. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan merupakan sumber murni penerimaan daerah yang selalu diharapakan dapat meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan Roerkaerts dan Savat menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor pariwisata adalah :


(50)

a) Menambah pemasukan dan pendapatan, baik untuk pemerintah daerah maupun masyarakatnya. Penambahan ini bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat, berupa penginapan, restoran dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan penyediaan cinderamata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan potensi dalam menggali PAD, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan.

b) Membuka kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah tersebut.

c) Menambah devisa negara, semakin banyaknya wisatawan yang datang maka makin banyak devisa yang akan diperoleh.

d) Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli, serta menunjang gerak pembangunan daerah.

5. Jumlah Wistawan

Semakin lama wisatawan tinggal disuatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut (Ida Austriana,2006).

Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan nusantara maupun mancanegara, maka akan memperbesar


(51)

pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus wisatawan di D.I Yogyakarta maka pendapatan sektor pariwisata D.I Yogyakarta juga semakin meningkat.

6. PDRB

Hubungan antara PDRB dengan PAD merupakan hubungan secara fungsional, karena pajak daerah merupakan fungsi dari PDRB, yaitu dengan meningkatnya PDRB akan menambah penerimaan pemerintah dari pajak daerah. Selanjutnya dengan bertambahnya penerimaan pemerintah akan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kembali. Begitu juga sebaliknya dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat, maka akan mendorong kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan pungutan lainnya.

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar (ability to pay) berbagai pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan logika yang sama, pada tingkat distribusi pendapatan tertentu yang tetap, semakin tinggi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu daerah, semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintahnya. Ini berarti PDRB merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui potensi daerah sebagai upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).


(52)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun. Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara perhitungan. Tiga cara penghitungan tersebut adalah sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2011) :

1) Cara Produksi (Produk Neto)

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. Penggunaan cara ini mempunyai dua tujuan, yaitu (a) untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi didalam mewujudkan pendapatan nasional, (b) sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali yaitu dengan mengitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.

2) Cara Pengeluaran

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran / perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksi didalam negara tersebut. Penghitungan dengan pengeluaran akan dapat memberikan gambaran tentang (a) sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati, dan (b) memberikan informasi dan data yang dibutuhkan


(53)

dalam analisis makroekonomi sehingga dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.

3) Cara Pendapatan

Dalam perhitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Dari perhitungan PDRB dengan salah satu dari tiga cara diatas akan diperoleh nilai PDRB. Semakin besar PDRB maka pertumbuhan ekonomi suatu daerah semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa pertumbuhan adalah proses dimana terjadi kenaikan PDRB. Semakin tinggi nilai kenaikan PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau referensi, bahkan sebagai bahan untuk membantu penunlis dalam proses penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang berguna untuk membantu proses penyusunan penelitian ini adalah :


(54)

No

Penulis dan Tahun

Judul Tujuan Metode

Penelitian Hasil 1. Triani dan

Yeni, 2010 Pengaruh Variabel Makro Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Periode 2003-2007 di Kabupaten Karanganyar. Untuk mengetahui besar dan pengaruh PDRB, jumlah penduduk dan tingkat inflasi terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Karanganyar.

Analisis regresi linier berganda, dengan model analisis : Y = β0 + β1X1+ β2X2 +β3X3+ ε dimana : Y= pendapatan asli daerah β0 = konstanta β1,β2,β3 = koefisien regresi X1 = PDRB X2 = jumlah penduduk X3 = inflasi ε = error

Variabel PDRB dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli Daerah

2. Betania Pramesti, 2014 Analisis Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata, Pendapatan Perkapita dan Investasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus di Kabupaten/ Kota Daerah Istimewa Yogyakarta, Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, jumlah obyek wisata, pendapatan perkapita dan investasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis regresi data panel, dengan model analisis : Y = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + ε

dimana : Y = pendapatan asli daerah β0 = konstanta β1, β2, β3, β4 = Koefisien variabel X1 = jumlah wisatawan X2 = jumlah obyek wisata X3 = pendapatan perkapita X4 = investasi i = kabupaten

Variabel jumlah wisatawan, jumlah obyek wisata, pendapatan perkapita dan investasi berpengaruh positif dan signifikan.


(55)

Periode tahun 2006-2012).

t = periode waktu ke-t ε = error term 3. Md.

Krisna Arta Anggara dan Ni Gst. Putu Wirawati, 2013 Analisis Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/ Kota di Provinsi Bali. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah dan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah Sekabuapaten/ kota di Provinsi Bali Analisis regresi linier berganda, dengan model analisis : Y = α + β1X1+ β2X2 + ε

dimana : Y = PAD α = konstanta β = koefisien regresi

X1 = penerimaan pajak daerah X2 = penerimaan retribusi daerah ε = error

Variabel pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan. Kontribusi pajak daerah lebih dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah sebesar 84,9% dan kontribusi retribusi daerah sebesar 16,6%. 4. I Gusti

Agung Satrya Wijaya dan I Ketut Djayastra, 2014 Pengaruh Kunjungan Jumlah Wisatawan, Jumlah Tingkat Hunian Kamar Hotel dan Jumlah Kamar Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar Tahun 2001-2010. Untuk mengetahui pengaruh kunjungan wisatawan, jumlah tingkat hunian kamar hotel dan jumlah kamar hotel terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupten Badung, Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar tahun 2001-2010. Analisis regresi linier berganda, dengan model analisis : Y = β0 + β1X1+ β2X2 + β3X3+ ε

dimana : Y = pendapatan asli daerah X1 = jumlah kunjungan wisatawan X2 = tingkat hunian kamar hotel

X3 = jumlah kamar hotel β0 = konstanta β1, β2, β3 = koefisien regresi dari variabel X1, X2, X3

ε = error

Variabel kunjungan wisatawan dan jumlah kamar hotel berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan jumlah tingkat hunian kamar hotel tidak signifikan terhadap PAD di Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar tahun 2001-2010.


(56)

5. Adi Nugroho, 2014 Analisis Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2012 . Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Analisis regresi linier berganda, dengan model analisis : Y = α + β1∆X1 + β2∆X2 + ε dimana : Y = PAD α = konstanta X1 = pajak daerah X2 = retribusi daerah β1, β2 =

koefisien regresi dari variabel X1, X2

ε = error

Variabel pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah.

C. Kerangka Teori

Dari penjelasan beberapa teori dan penelitian terdahulu mengenai berbagai hubungan antar variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhi PAD di Daerah Istimewa Yogyakarta digambarkan model kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teori Pajak Daerah PDRB Jumlah Wisatawan Pendapatan Asli Daerah (+) (+) (+)


(57)

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah, penulis mengajukan hipotesis bahwa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :

1. Diduga Pajak Daerah memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Diduga Jumlah Wisatawan memiliki hubungan positif dan signifikan

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Diduga PDRB memiliki hubungan postif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian

Daerah penelitian yang digunakan adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 1 Kota Madya dan 4 Kabupaten yaitu :

1. Kota Yogyakarta 2. Kabupaten Sleman 3. Kabupaten Bantul 4. Kabupaten Kulonprogo 5. Kabupaten Gunungkidul

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode tahun 2007-2014. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten/Kota DIY serta sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Secara rinci data yang dipergunakan :

1. Pendapatan Asli Daerah : menggunakan data tentang PAD Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, data yang digunakan adalah data tahun 2007-2014.


(59)

2. Variabel Pajak Daerah : menggunakan data Pajak Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, data yang digunakan adalah data tahun 2007-2014.

3. Variabel Jumlah Wisatawan : menggunakan data Jumlah Wisatawan (Domestik dan Mancanegara) yang berkunjung di Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, data yang digunakan adalah data tahun 2007-2014.

4. Variabel PDRB : menggunakan data PDRB berdasarkan Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, data yang digunakan adalah data tahun 2007-2014.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini data berupa data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Studi Pustaka, digunakan sebagai landasan teori yang akan digunakan dalam menganalisis kasus. Dasar-dasar ini diperoleh dari buku-buku, literature-literatur maupun tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Studi Dokumen, metode yang digunakan dengan mengambil data dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik DIY dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah per Kabupaten/Kota DIY.


(60)

4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah suatu definisi dari setiap variabel atau konstruk dengan memberikan arti dan penjelasan atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang menunjukkan suatu kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan atau dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya. Diukur menggunakan satuan juta.

2. Variabel Pajak Daerah menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriana adalah iuran masyarakat kepada masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Diukur menggunakan milliard rupiah.


(61)

3. Variabel Jumlah Wisatawan MENURUT Internasional Union of Official Travel Organization (IUOTO), pengunjung menrupakan setiap orang yang datang kesuatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang meneriman upah. Diukur menggunakan satuan orang.

4. Variabel PDRB merupakan nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam periode tertentu. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000. Diukur menggunakan satuaan jutaan rupiah.

5. Uji Kaulitas Data 1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear antara variabel independen. Salah satu asummsi model regresi klasik adalah tidak terdapat diantara variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan diantara dua lebih variabel independen dalam model regresi. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas ini dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi antar variabel. Beberapa kaidah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam sauatu model empiris yaitu sebagai berikut : a) Nilai R2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat

tinggi, tetapi tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t statistik sangat sedikit.


(62)

b) Tolerance and Variance Inflation Factor (VIF), VIF mencoba melihat bagaimana varian dari suatu penaksiran mengikuti seandainya ada multikolinearitas dalam suatu model empiris. Misalkan R2 dari hasil estimasi regresi secara parsial mendekati satu, maka nilai VIF akan mempunyai nilai tak hingga. Dengan demikian nilai kolinearitas meningkat makan varian dari penaksir akan meningkat dalam limit yang tak terhingga. Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model, salah satunya ada

dengan melihat koefisien korelasi yang lebih besar │0,9│maka

terdapat gelaja multikolinearitas. 2. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah variasi residual tidak sama untuk semua pengamat. Salah satu uji penting dalam regresi linear klasik adalah bahwa gangguan yang muncul dalam regresi populasi adalah homoskedastisitas yaitu semua gangguan memiliki varian yang sama atau varian setiap gangguan yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai pada variabel-variabel independen berbentuk nilai konstan yang sama

dengan σ2. Dan jika suatu populasi yang dianalisis memiliki gangguan

varian yang tidak sama maka mengindikasi terjadi gangguan heterokedastisitas. Untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas dalam model, pemulis menggunakan uji Park yang sering digunakan dalam beberapa referensi. Dalam modelnya Park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan :


(63)

σ = aX

Persamaan diatas dijadikan linier dalamm bentuk persamaan log sehingga menjadi :

Ln e = α + β Ln Xi + vi

Menurut Park dalam Sumodiningrat (2010), apabila koefisien

parameter β dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik,

berarti didalam data terdapat masalah heterokedastisitas. Sebaliknya,

jika β tidak signifikan maka asumsi homokedastisitas pada data dapat

diterima.

6. Analisis Data

Berdasarkan studi empiris maka model regresi dalam penelitian ini sebagai berikut :

Yti= β0+ β1PJKit+ β2JMLWSTit+β3PDRBit+ ε Keterangan :

Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

β0 = Konstanta

β1,2,3 = Koefisien variabel 1,2,3 PJK = Pajak Daerah

JMLWST = Jumlah Wisatawan

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto i = Kabupaten

t = Periode waktu ke-t


(64)

Alat analisis untuk menjawab permasalahan/hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi Data Panel. Model regresi dengan data panel secara umum mengakibatkan kesulitan dalam spesifikasi modelnya. Residualnya akan mempunyai tiga kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun gabungan keduanya. Maka terdapat tiga pendekatan dalam menggunakan data panel yaitu :

1) Pooled Least Square (PLS)

Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Pada metode ini model mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukkan kondisi sesungguhnya dimana nilai intersept dari masing-masing variabel adala sama dan slope koefisien dari variabel-variabel yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section. Kelemahan dalam model PLS ini yaitu adanya ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya dimana kondisi setiap obyek saling berbeda bahkan satu obyek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi obyek tersebut pada waktu yang lain.,

2) Fixed Effect Model (FEM)

Fixed Effect (efek tetap) dalam hal ini maksudnya adalah bahwa satu objek memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu, demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang memiliki besaran yang tetap dari waktu ke waktu. Dalam model FEM ini menggunakan pengubah untuk memungkinkan


(65)

perubahan-perubahan dalam intersept-intersept kerat lintang dan runtut waktu akibat adanya perubahan-perubahan yang dihilangkan. Model ini mengasumsikan perbedaan antara unit dapat diketahui dari perbedaan nilai konstannya. Pendekatan model ini menggunakan variabel boneka atau dummy yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (Fixed Effect) atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covariance Model. Pada metode Fixed Effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati,2012 : 241).

3) Random Effect Model (REM)

Dalam menganalisis regresi data panel selain menggunakan model (FEM), analisis regresi dapat pula menggunakan pendekatan efek random (Random Effect). Pendekatan efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan fixed effect model (FEM) yang menggunakan variabel semu, sehingga akibatnya model mengalami ketidakpastian. Berbeda dengan FEM yang menggunakan variabel semu, motode efek random menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu atau antar objek.


(66)

1. Pemilihan Metode Data Panel

Dalam pengolahan data panel mekanisme untuk menentukan metode pemilihan data panel yang tepat dengan cara membandingkan metode pendekatan PLS dengan metode FEM terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan model pendekatan PLS yang diterima, maka model pendekatan PLS yang akan dianalisis, namun juka model pendekatan FEM yang diterima maka melakukan perbandingan lagi dengan model pendekatan FEM. Untuk menguji spesifikasi model, penulis menggunakan beberapa metode pengujian diantaranya :

a) Uji Chow Test

Yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restricted F-test atau Uji Chow Test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Model PLS (Restricted)

H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut :

CH W= − / −


(1)

UJI CHOW

Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 1.425705 (4,32) 0.2480

Cross-section Chi-square 6.559961 4 0.1611

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOGPAD?

Method: Panel Least Squares Date: 05/25/16 Time: 19:31 Sample: 2007 2014

Included observations: 8 Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.688599 0.494341 9.484549 0.0000

LOGPJK? 0.579825 0.056003 10.35352 0.0000

LOGJMLWST? 0.262958 0.080330 3.273473 0.0024 LOGPDRB? -0.660923 0.132345 -4.993951 0.0000 R-squared 0.960053 Mean dependent var 8.015501 Adjusted R-squared 0.956724 S.D. dependent var 0.335644 S.E. of regression 0.069823 Akaike info criterion -2.391055 Sum squared resid 0.175511 Schwarz criterion -2.222167 Log likelihood 51.82111 Hannan-Quinn criter. -2.329991 F-statistic 288.4001 Durbin-Watson stat 1.335958 Prob(F-statistic) 0.000000

MULTIKOLINEARITAS

_KOTA _SLEMAN _BANTUL _KULONPROGO _GUNUNGKIDUL

_KOTA 1.000000 0.557782 0.255894 0.737050 0.711058 _SLEMAN 0.557782 1.000000 0.300546 0.860770 0.669770 _BANTUL 0.255894 0.300546 1.000000 0.421036 0.387531 _KULONPROG

O 0.737050 0.860770 0.421036 1.000000 0.854603

_GUNUNGKID


(2)

HETEROSKEDASTISITAS

Dependent Variable: RESID?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/25/16 Time: 19:39

Sample: 2007 2014 Included observations: 8 Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 40

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.118929 0.290464 0.409445 0.6846

LOGPJK? 0.046423 0.032906 1.410764 0.1669

LOGJMLWST? 0.036637 0.047200 0.776207 0.4427 LOGPDRB? -0.118315 0.077763 -1.521486 0.1369 Random Effects (Cross)

_KOTA--C 0.000000

_SLEMAN--C 0.000000 _BANTUL--C 0.000000 _KULONPROGO--C 0.000000 _GUNUNGKIDUL--C 0.000000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.041027 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.242229 Mean dependent var 0.049935 Adjusted R-squared 0.179081 S.D. dependent var 0.044095 S.E. of regression 0.039952 Sum squared resid 0.057462 F-statistic 3.835913 Durbin-Watson stat 1.739777 Prob(F-statistic) 0.017578

Unweighted Statistics

R-squared 0.242229 Mean dependent var 0.049935 Sum squared resid 0.057462 Durbin-Watson stat 1.739777


(3)

Tahun PAD PJK JMLWST PDRB KOTA 2007 114.098.351 49.274.000 1.175.161 4.776.401

132.431.572 62.452.770 2.467.383 5.021.149 161.482.657 71.870.359 3.428.324 5.244.851 178.761.030 78.254.579 3.538.139 5.505.942 202.260.820 120.457.515 3.197.312 5.816.568 241.190.745 208.812.089 4.083.605 6.151.679 304.797.499 230.465.805 4.641.005 6.486.790 2014 470.634.760 253.996.307 5.251.352 6.830.589 SLEMAN 2007 120.565.549 50.287.665 2.135.438 5.553.580 140.631.359 61.020.899 1.413.839 5.838.246 157.231.268 71.044.731 2.068.893 6.099.557 147.072.535 80.611.542 2.499.877 6.373.200 203.416.683 142.698.407 2.490.063 6.704.100 220.367.231 177.835.870 3.042.232 7.069.229 298.406.947 281.385.141 3.654.145 7.471.898 2014 573.337.599 326.033.995 4.223.031 7.876.127 BANTUL 2007 57.229.727 10.191.535 1.073.941 3.448.949 69.800.762 12.070.898 1.417.253 3.618.060 88.691.363 14.108.451 1.447.546 3.779.948 90.238.880 16.541.249 1.300.042 3.967.928 106.885.124 35.068.591 2.378.209 4.177.204 121.593.862 51.768.352 2.378.209 4.400.313 170.006.171 83.232.017 2.037.874 4.645.476 2014 224.197.864 99.558.470 2.708.816 4.920.952 KULONPROGO 2007 38.882.765 3.366.877 530.329 1.587.630 42.286.238 3.709.445 543.821 1.662.370 39.358.628 3.549.894 410.131 1.728.304 44.416.717 4.310.294 444.125 1.781.227 49.588.455 5.853.809 546.797 1.869.338 54.293.141 8.448.298 596.529 1.963.078 64.750.332 8.701.734 603.878 2.062.182 2014 158.800.563 21.171.477 907.709 2.132.296 GUNUNGKIDUL 2007 28.878.356 5.105.382 309.662 2.941.288 32.907.615 5.489.806 427.071 3.070.298 38.455.406 6.875.766 592.319 3.197.365 39.756.345 6.176.567 488.805 3.330.079 41.985.405 8.129.852 688.405 3.474.288 55.600.362 10.728.490 1.279.065 3.642.562 66.710.860 12.350.676 1.822.251 3.830.400 2014 159.304.338 28.477.674 3.685.137 4.004.300


(4)

Tahun LOGPAD LOGPJK LOGJMLWST LOGPDRB KOTA 2007 8.057279 10.69262 6.07009737 6.679101

8.121992 10.79555 6.392236568 6.700803 8.208126 10.85655 6.535081859 6.719733 8.252273 10.89351 6.548774891 6.740832 8.305912 11.08083 6.504785018 6.764667 8.382361 11.31976 6.611043727 6.788994 8.484011 11.36261 6.666612036 6.81203 2014 8.672684 11.40483 6.72027113 6.834458 SLEMAN 2007 8.081223 10.70146 6.329486967 6.744573 8.148082 10.78548 6.150399957 6.766282 8.196539 10.85153 6.31573803 6.785298 8.167532 10.9064 6.397918641 6.804358 8.308387 11.15442 6.396210335 6.82634 8.343147 11.25002 6.48319233 6.849372 8.474809 11.4493 6.562785777 6.873431 2014 8.75841 11.51326 6.625624269 6.896313 BANTUL 2007 7.757622 10.00824 6.030980423 6.537687 7.84386 10.08174 6.151447385 6.558476 7.947881 10.14948 6.160632374 6.577486 7.955394 10.21857 6.113957383 6.598564 8.028917 10.54492 6.376250018 6.620886 8.084912 10.71406 6.376250018 6.643484 8.230465 10.92029 6.309177328 6.66703 2014 8.350631 10.99808 6.432779506 6.692049 KULONPROGO 2007 7.589757 9.527227 5.724545376 6.200749


(5)

7.626199 9.569309 5.735455974 6.220728 7.59504 9.550215 5.612922597 6.23762 7.647546 9.634507 5.64750522 6.250719 7.695381 9.767439 5.737826123 6.271688 7.734745 9.926769 5.775631562 6.292938 7.811242 9.939606 5.780949208 6.314327 2014 8.200852 10.32575 5.957946642 6.328847 GUNUNGKIDUL 2007 7.460572 9.708028 5.490887914 6.468538 7.517296 9.739557 5.630500082 6.487181 7.584957 9.837321 5.772555664 6.504792 7.599406 9.790747 5.68913564 6.522455 7.623098 9.910083 5.837844016 6.540866 7.745078 10.03054 6.106892615 6.561407 7.824197 10.09169 6.260608197 6.583244 2014 8.202228 10.4545 6.566453638 6.602527


(6)