PENGARUH INVESTASI PERMANEN DAN ASET TETAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era reformasi telah memberikan dampak yang besar terhadap perubahan di seluruh aspek pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan daerah pada tahun 2001 telah mengubah konsep dan kewenangan daerah yang ada selama ini.
Undang-undang ini memiliki makna yang substansial dalam pemberian kewenangan yang semula ditujukan atas dasar porsi kebijakan pusat yang menonjol dalam pembagian kewenangan pusat-daerah selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian daerah dalam mengelola kawasannya termasuk kebijakan-kebijakan pembangunan di daerah.
Sampai dengan tahun 2008, telah terjadi beberapa perubahan mendasar dalam pelaksanaan pemerintahan daerah dan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang merupakan aspirasi yang muncul baik di tingkat pusat maupun daerah yang tujuan agar pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal semakin baik. Untuk merespon aspirasi tersebut maka diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004 sebagai pengganti kedua undang-undang otonomi daerah di atas.
(2)
jawab pemerintah pusat. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengelola kawasannya termasuk kebijakan-kebijakan pembangunan di daerah. Salah satunya yaitu dalam hal melakukan investasi permanen dan pembangunan aset tetap. Investasi
permanen dan aset tetap yang dibangun pemerintah daerah diharapkan dapat
meningkatkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat. Konsekuensi logis dari hal tersebut adalah berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya terciptanya peningkatan pendapatan daerah melalui peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah.
Todaro (1997 : 18) menyebutkan bahwa sektor publik (pemerintah) harus diakui dan dipercaya untuk memikul peranan yang lebih besar dan yang lebih menentukan di dalam upaya pengelolaan perekonomian nasional/daerah. Pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan di daerah selanjutnya akan lebih memilih mengadopsi kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu sendiri, tentunya tuntutan pengenalan potensi daerah dapat dijadikan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan daerahnya.
Menurut Kim (1997 : 167) yang telah melakukan penelitian di Korea selama periode 1970 sampai dengan 1991 menyimpulkan bahwa peranan sektor-sektor publik lokal di kawasan pertumbuhan ekonomi regional di negara korea adalah pertama peranan
pemerintah daerah pada pertumbuhan ekonomi regional telah menjadi sangat signifikan, pungutan pajak lokal dan pendapatan daerah tidak kena pajak memiliki efek negatif pada tingkat pertumbuhan ekonomi, konsumsi pemerintah daerah secara khusus cenderung berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Dampak
(3)
secara netto sektor umum daerah memberi tingkat pertumbuhan ekonomi regional sebesar 14,4%. Kedua peranan pemerintah dalam faktor pendorong berdampak ganda (multiplier effect), di mana investasi pemerintah daerah jauh lebih besar daripada konsumsi
pemerintah daerah.
Ramirez (1998) dalam Lasmiyanto (2004) melakukan penelitian investasi publik di Mexico mengenai efek pengeluaran investasi publik terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi
pemerintah di bidang infrastruktur dan investasi swasta berpengaruh positif terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya pengurangan konsumsi pemerintah dapat menekan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Giri (2000) mengadakan penelitian dengan judul “Peran Sektor Publik di Kabupaten
Badung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Provinsi Bali”. Sektor publik yang
dimaksud adalah investasi pemerintah, pengeluaran konsumsi pemerintah, dan pendapatan daerah. Hasil analisisnya menyimpulkan bahwa investasi pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Bali.
Sejalan dengan tugas yang diemban oleh pemerintah daerah (pemda), dalam jangka panjang peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diharapkan mampu memberikan stimulan terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Dengan berkembangnya perekonomian daerah, maka dampak positif juga akan dinikmati oleh pemda dalam bentuk meningkatnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
(4)
Meningkatnya penerimaan PAD sebenarnya merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi (Saragih, 2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Sektor-sektor industri, khususnya jasa, perlu dioptimalisasi. Pajak dan retribusi (sebagai komponen terbesar PAD) sangat terkait dengan kegiatan sektor industri. Pajak dan retribusi sebenarnya merupakan ekses/nilai tambah dari lebih optimalnya sektor industri ini (Sidik, 2002). Dengan kata lain pertumbuhan domestik dari sektor ini dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya PAD (pajak dan restribusi) yang akan diterima. Penerimaan PAD seharusnya sensitif terhadap pertumbuhan PDRB. Analisis elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas (2003) menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan PDRB akan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap penerimaan PAD.
Semakin tinggi tingkat investasi dan penambahan aset tetap diharapkan mampu
meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari penerimaan PAD-nya. Tingginya aktivitas investasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya memberikan pemasukan yang signifikan bagi pemerintah daerah setempat (Saragih, 2003).
Kemampuan dan kesanggupan daerah dalam melaksanakan otonomi sangat tergantung atau ditentukan dari sumber-sumber pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah berkewajiban secara sungguh-sungguh untuk selalu meningkatkan kemampuan keuangannya guna membiayai pembangunan.
(5)
Perkembangan dan pertumbuhan Kota Bandar Lampung yang sangat cepat, menuntut pemerintah kota untuk dapat memikul tanggung jawab untuk meningkatkan
pembangunan. Sebagai konsekuensi langsung pemerintah kota harus dapat menyediakan infrastruktur yang cukup untuk kelancaran kegiatan pembangunan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian pengaruh investasi dan penambahan aset pemerintah kota Bandar Lampung terhadap pendapatan asli daerah dengan produk domestik regional bruto sebagai variabel interviening. Namun demikian mengacu kepada penelitian tersebut dalam penulisan ini terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada daerah di mana penelitian ini dilakukan yaitu Pemerintah Kota Bandar Lampung, variabel penelitian, periode waktu penelitian yang dilaksanakan, dan alat analisis yang digunakan.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, kemandirian daerah seharusnya dapat mendorong pemerintah daerah untuk dapat lebih berwenang dalam
mengelola keuangan daerah. Investasi yang dilakukan pemerintah dan aset tetap yang dibangun tentunya diharapkan mempunyai dampak yang lebih baik terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Semakin baik infrastruktur yang disediakan pemerintah, diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut di
(6)
1. Apakah investasi permanen tahun 2002 sampai 2006 berpengaruh terhadap PDRB tahun 2003 sampai 2007
2. Apakah aset tetap tahun 2002 sampai 2006 berpengaruh terhadap PDRB tahun 2003 sampai 2007
3. Apakah investasi permanen tahun 2002 sampai 2006 berpengaruh terhadap PAD tahun 2003 sampai 2007
4. Apakah aset tetap tahun 2002 sampai 2006 berpengaruh terhadap PAD tahun 2003 sampai 2007
5. Apakah investasi permanen dan aset tetap berpengaruh terhadap PAD melalui PDRB selama tahun 2002 sampai 2006
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menguji secara empiris bahwa investasi permanen berpengaruh terhadap PDRB 2. Menguji secara empiris bahwa aset tetap berpengaruh terhadap PDRB
3. Menguji secara empiris bahwa investasi permanen berpengaruh terhadap PAD 4. Menguji secara empiris bahwa aset tetap berpengaruh terhadap PAD
5. Menguji secara empiris bahwa investasi permanen dan aset tetap berpengaruh terhadap PAD melalui PDRB
(7)
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah
1. Bahan masukan bagi pemerintah kota Bandar Lampung dalam mengalokasikan investasi dan aset tetap
2. Menambah wawasan pengkajian mengenai pengaruh investasi permanen dan aset tetap terhadap PAD
(8)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek dan Subyek Penelitian
Pengambilan data dilakukan di kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung. Data yang digunakan dalam dalam penulisan tesis ini adalah data keuangan Pemerintah Kota Bandar Lampung tahun 2002 sampai 2007. Data keuangan tersebut adalah investasi permanen, aset tetap, dan PAD. Data mengenai Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung diambil dari Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari arsip atau catatan yang sudah ada. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder.
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel
Ada empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu investasi permanen, aset tetap, PDRB, dan PAD. Keempat variabel tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok variabel sebagai berikut :
3.3.1 Variabel Independen
Variabel dependen adalah variabel yang tidak terpengaruh dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini ada dua variabel independen, yaitu:
(9)
1. InvestasiPermanen adalah investasi jangka panjang yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi atau manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi permanen terdiri dari : penyertaan modal pemerintah daerah, pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, investasi permanen lainnya. Investasi permanen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai investasi permanen yang berasal dari realisasi neraca daerah kota Bandar Lampung yang dihitung secara tahunan.
2. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun anggaran) yang digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari : tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, konstruksi dalam pengerjaan. Aset tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai aset tetap yang berasal dari realisasi neraca daerah kota Bandar Lampung yang dihitung secara tahunan.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang terpengaruh dengan variabel yang lain. Pendapatan Asli Daerah merupakan variabel dependen di dalam penelitian ini. PAD adalah pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan asli daerah yang digunakan dalam penelitian ini
(10)
adalah pendapatan asli daerah yang berasal dari realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota Bandar Lampung yang dihitung secara tahunan. 3.3.3 Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. PDRB merupakan variabel intervening dalam penelitian ini. Investasi permanen dan aset tetap dapat berpengaruh langsung terhadap PAD, tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu lewat PDRB terlebih dahulu baru ke PAD. Logikanya semakin tinggi investasi permanen dan aset tetap akan meningkatkan PDRB, dengan tingginya PDRB akan berpengaruh terhadap PAD.
Produk Domestik Regional Bruto adalah keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk kota dalam jangka waktu satu tahun. PDRB yang digunakan dalam penelitian adalah perkembangan PDRB secara tahunan atas dasar harga berlaku yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
3.4 Model Analisis dan Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat lima hipotesis yang akan diuji. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur. Analisis jalur, salah satu teknik analisis
kuantitatif, merupakan pengembangan dari regresi linier berganda
(Sarwono.2007). Teknik ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan regresi linier karena model analisi jalur dapat menemukan pengaruh tidak langsung dalam hubungan antar variabel melalui variabel perantara. Pengujian hipotesis
menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis (α) 5%. Analisis ini menggunakan program LISREL versi 8.30.
(11)
Pada dasarnya analisis jalur digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita analisis mendukung teori yang secara apriori dihipotesiskan, yang mencakup kaitan struktural antar variabel. Analisis jalur untuk pertama kali oleh biolog yang bernama Sewall Wrigth (1921) yang bersifat exploratory dan selanjutnya
dikembangkan ke dalam ilmu-ilmu sosial oleh sosiolog O.D Duncan (1960). Sedangkan analisis jalur yang bersifat confirmatory memerlukan analisis LISREL (Linear Structural Relation).
Model diagram jalur berdasarkan paradigma hubungan variabel adalah sebagai berikut
X1 = Investasi Permanen
X2 = Aset Tetap
Y1 = PDRB
Y2 = PAD
PY2Y1
PY2X2
PY2X1
PY1X1
PY1X2
X1
X2
Y1
Y2
ε1
(12)
PDRB dan PAD diasumsikan hanya dipengaruhi oleh investasi permanen dan aset tetap, faktor-faktor lain ceteris paribus.
Diagram jalur di atas terdiri atas dua persamaan struktural, dimana X1 dan X2
adalah variabel eksogen sedangkan Y1 dan Y2 adalah variabel endogen.
Persamaan strukturalnya dapat dilihat sebagai berikut: 1. Y1 = PY1X1 + PY1X2 +
ε
12. Y2 = PY2X1 + PY2Y1 + PY2X2 +
ε
2Koefisien Jalur
Besarnya pengaruh dari suatu variabel penyebab ke variabel akibat disebut dengan koefisien jalur dan diberi simbol dengan pxixj.
Pada model di atas, anak panah yang digunakan menunjukkan satu arah dari variabel penyebab ke variabel akibat. Hal ini mengisyaratkan bahwa hubungan antara X1 dengan Y1, X2 dengan Y1, dan Y2 dengan Y1 merupakan hubungan
sebab akibat.
Besarnya pengaruh dari X1 terhadap Y1 dinyatakan oleh besarnya nilai numerik
koefisien jalur yaitu pY1X1, pengaruh dari X2 terhadap Y1 dinyatakan dengan
pY1X2, pengaruh variabel-variabel lain diluar variabel X1dan X2 terhadap Y1
adalah pY1 . Besarnya pengaruh dari X1 terhadap Y2 dinyatakan dengan pY2X1,
pengaruh dari X2 terhadap Y2 dinyatakan dengan pY2X2, pengaruh dari Y1
terhadap Y2 dinyatakan dengan pY2Y1, pengaruh variabel-variabel lain diluar
(13)
Koefisien jalur adalah koefisien yang tidak punyai satuan, oleh karena itu secara relatif sekaligus mengambil kesimpulan bahwa makin besar koefisien jalur maka secara relatif makin besar pengaruh yang diberikan variabel itu.
Pengujian dalam Analisis Jalur A. Uji Signifikansi Koefesien Jalur
Data yang digunakan untuk menguji hipotesis konseptual yang dikemukakan dalam suatu penelitian merupakan data yang berasal dari sebuah sampel tertentu. Sebelum mengambil kesimpulan mengenai hubungan kausal yang telah
digambarkan dalam diagram jalur, terlebih dahulu harus diuji keberartian untuk setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Uji signifikansi untuk koefisien jalur sama dengan uji signifikansi koefisien regresi klasik dengan menggunakan t-test. Hipotesis:
H0 : pyx=0, (koefisien jalur x terhadap y tidak berarti secara nyata)
H1 :pyx≠0, (koefisien jalur x terhadap y berarti secara nyata)
% 5
(standar penetapan taraf signifikan) Statistik uji :
2 1 2 n p p t yx yx
(14)
Kriteria Uji:
Ho terima
Ho tolak Ho tolak
Tolak Ho bila, nilai t-stat lebih besar dari t1/2 atau lebih kecil dari -t1/2
(berada pada daerah arsiran). Sebaliknya Ho tidak ditolak bila nilai t-stat ada diantara -t1/2 dan t1/2 (berada pada daerah tanpa arsiran). Pengujian ini
dilakukan untuk semua koefisien jalur yang ada pada diagram.
B. Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit Test)
Tujuan model persamaan structural seperti analisis jalur adalah untuk menguji apakah model yang diusulkan dalam diagram jalur (model teoritis) sesuai, cocok, pas (fit) atau tidak dengan data. Evaluasi terhadap kinerja model tersebut
dilakukan secara menyeluruh (overall test).
Ukuran-ukuran kesesuaian dalam model persamaan struktural bisa dilakukan secara inferensial atau deskriptif. Statistik Chi-Square dapat digunakan untuk menguji kesesuaian model secara inferensial, sedangkan ukuran kesesuaian model secara deskriptif dinyatakan dalam dalam suatu indeks, misalnya yang sering digunakan adalah Goodness of Fit Indices (GFI), dan Adjusted Goodness of Fit Indices (AGFI).
t1/2α
(15)
Suatu persamaan struktural dikatakan sesuai atau fit, memiliki pengertian : a. Cocok secara absolut dengan data
b. Lebih baik relative terhadap model-model lain (misalnya membandingkan model yang diusulkan dengan hipotesis awal) c. Lebih sederhana relatif terhadap model-model alternatif.
(16)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aset
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan poin 60, aset adalah sumber daya ekonomi, yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat dikukur dalam satuan uang, termasuk sumberdaya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan non lancar (SAP:62), aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar meliputi (SAP:63):
1. kas dan setara kas 2. investasi jangka pendek 3. piutang
4. persediaan
Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum (SAP:64). Aset non lancar meliputi:
(17)
1. investasi jangka panjang a. investasi non permanen b. investasi permanen 2. aset tetap
3. dana cadangan 4. aset lainnya
2.1.1 Investasi Permanen
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan (PSAP No. 06). Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
Investasi permanen yang dilakukan pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang
signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen ini dapat berupa
1. Penyertaan modal pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara.
Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.
(18)
2. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti.
Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria (PSAP No 06:20)
1. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat soaial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah 2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
Pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
Pengukuran Investasi
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
(19)
Pengakuan Hasil Investasi
Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah akan dicatat mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk dividen dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Lampung nomor 3 tahun 2008 tentang
penyertaan modal pemerintah propinsi lampung pada bab II pasal 2 disebutkan bahwa maksud dan tujuan penyertaan modal Pemda adalah:
(1) Penyertaan modal daerah pada Perseroan dimaksudkan sebagai upaya dalam rangka penggalian sumber-sumber penerimaan daerah guna menunjang penyelenggaraan fungsi pemerintahan Daerah.
(2) Penyertaan Modal Daerah pada Perseroan bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan perekonomian daerah dan menambah Pendapatan Asli Daerah serta meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat.
(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) penyertaan modal daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan (profit oriented) dan pelayanan kepada masyarakat (social oriented).
(20)
2.1.2 Aset Tetap
Aset Tetap adalah adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum (PSAP No 07:5).
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang digunakan:
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional peerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
(21)
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap pakai
5. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan kegiatan operasional peerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Pengakuan aset Tetap
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria 1. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
3. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas 4. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan
(22)
Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : biaya persiapan tempat, biaya pengiriman awal dan biaya simpan dan bongkar muat, biaya pemasangan, biaya profesional, biaya konstruksi.
2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara kontinyu dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang telah diambil pada masa-masa yang lalu perlu dilihat dan dianalisis tentang hasil-hasilnya serta implikasinya pada masa sekarang.
(23)
Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitatif mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
Kestabilan perekonomian yang diciptakan melalui kesejahteraan sosial, plitik, dan sebagainya diharapkan mampu menciptakan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Angla-angka pendapatan regional juga dapat dipakai sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan pemerintah dan swasta.
2.2.1Definisi Pendapatan regional
Pengertian pendapatan regional atau sering disebut produk domestik regional bruto (PDRB) adalah seluruh nilai netto barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada waktu tertentu, atau dari segi arus uangnya adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor produksi. Dengan kata lain PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi
dengaan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
PDRB dapat dihitung dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu : pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Secara konsep hasil penghitungan dari ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung PDRB Kota Bandar Lampung adalah
(24)
2.2.2Tujuan dan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional
Statistik pendapatan regional merupakan indikator makro ekonomi yang disusun berdasarkan data statistik lintas sektoral, merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian daerah setiap tahunnya. Selain dihitung berdasarkan harga konstan juga dihitung berdasarkan harga berlaku.
Pendapatan regional yang dihitung berdasarkan harga konstan dapat memberikan
gambaran besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara riil. Artinya pertumbuhan ekonomi tersebut belum terpengaruh oleh masa perubahan harga (inflasi) yang terjadi atas barang dan kasa yang diproduksi. Selain itu, pendapatan regional atas harga konstan dapat pula digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan di suatu daerah, dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi dengan daerah-daerah lain. Dengan membandingkan pertumbuhan masing-masing sektor antar daerah akan dapat pula mengukur kemajuan yang telah dicapai oleh setiap daerah, sehingga dapat diketahui prioritas pelaksanaan pembangunan masing-masing daerah.
Pendapatan regional menurut harga berlaku akan memberikan gambaran besarnya kontribusi atau pangsa masing-masing sektor dalam struktur perekonomian daerah. Dengan mengetahui besarnya kontribusi masing-masing sektor akan dapat dijadikan dasar untuk menyusun prioritas kebijaksanaan pembangunan suatu daerah. Indikator yang sangat populer yang dapat diturunkan dari pendapatan regional atas harga berlaku adalah pendapatan perkapita. Pendapatn per kapita merupakan rata-rata pendapatan yang
(25)
diterima oleh masing-masing penduduk, yang akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Menurut Todaro (2000:115) ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal (capital acccumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar ouput dan pendapatan di kemudian hari. Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, modal atau sumber daya manusia. Investasi produktif bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi
penunjang ekonomi dan sosial berupa pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi.
Ekonomi nasional dan ekonomi daerah berhubungan secara timbal balik, ekonomi
nasional merupakan penjumlahan dari ekonomi daerah sedangkan ekonomi daerah adalah pemecahan ekonomi nasional menjadi ekonomi-ekonomi daerah. Pemerintah daerah tidak akan membiarkan dinamika pertumbuhan ekonomi pasar terlalu bebas bekerja diwilayahnya. Pemerintah daerah akan terus bertindak secara aktif untuk meraih dan menarik dinamika pertumbuhan ekonomi dan modal ke wilayahnya dengan menyediakan infrastruktur yang lengkap.
(26)
sumber daya munusia (human resources) baik jumlah maupun tingkat kualitas
penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja (Todaro, 2000, 37).
Munnell, dengan fungsi produksi Cobb Douglas, mendukung dampak yang kuat dan signifikan dari infrastruktur publik pada pertumbuhan produktivitas di 48 negara bagian USA selama tahun 1970 – 1986. Variabel yang digunakan meliputi jalan, sekolah, rumah sakit, fasilitas air minum, gas, listrik dan infrastruktur non militer lainnya serta mesin – mesin. Kesimpulannya modal publik mempunyai dampak positif pada produktivitas output dengan elastisitas sebesar 0,15 sedangkan modal swasta 0,31 atau elastisitas modal publik setengah dari modal swasta (Munnell, 1990).
McGuire menunjukkan bahwa modal publik mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap produk bruto negara – negara di Amerika Serikat. Variabel jalan memberikan pengaruh yang paling besar sedangkan air dan saluran pembuangan memberikan dampak yang kecil sementara modal publik lainnya tidak signifikan secara statistik.
2.3 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh bendahara umum negara/bendahara umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang manambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah (Abdul Halim:2007).
(27)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah
Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Menurut UU No 34 tahun 2000 tetntang pajak dan retribusi daerah, jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas:
1. pajak hotel 2. pajak restoran 3. pajak hiburan 4. pajak reklame
5. pajak penerangan jalan
6. pajak pengambilan bahan galian golongan C 7. pajak parkir
Retribusi Daerah
(28)
1. Retribusi pelayanan kesehatan
2. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan 3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP
4. Retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil 5. Retribusi pelayanan pemakaman
6. Retribusi pelayanan pengabuan mayat
7. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum 8. Retribusi pelayanan pasar
9. Retribusi pengujian kendaraan bermotot
10.Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran 11.Retribusi penggantian biaya cetak peta
12.Retribusi pengujian kapal perikanan 13.Retribusi pemakaian kekayaan daerah
14.Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan 15.Retribusi jasa usaha tempat pelelangan
16.Retribusi jasa usaha terminal
17.Retribusi jasa usaha tempat khusu parkir
18.Retribusi jasa usaha tempat penginapan / pesanggrahan / villa 19.Retribusi jasa usaha penyedotan kakus
20.Retribusi jasa usaha rumah potong hewan 21.Retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal 22.Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga 23.Retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air
(29)
24.Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair
25.Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah 26.Retribusi izin mendirikan bangunan
27.Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 28.Retribusi izin gangguan
29.Retribusi izin trayek
Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik daerah yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahan milik daerah/BUMD 2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahan milik negara/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat
Lain-lain PAD yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
(30)
3. Pendapatan bunga
4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
5. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah
6. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanan pekerjaan
8. Pendapatan denda pajak 9. Pendapatan denda retribusi
10.Pendaptan hasil eksekusi atas jaminan 11.Pendapatan dari pengembalian
12.Fasilitas sosial dan umum
13.Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan 14.Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan
Optimalisasi penerimaan PAD hendaknya didukung dengan upaya pemda meningkatkan kualitas layanan publik. Ekploitasi PAD yang berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat, menjadi disinsentif bagi daerah dan mengancam perekonomian secara makro (Mardiasmo, 2002). Tidak efektifnya berbagai perda baru (terkait dengan retribusi dan pajak) selama tahun 2001 bisa jadi menunjukkan tidak adanya relasi positif antara berbagai pungutan baru itu dengan kesungguhan pemda dalam meningkatkan mutu layanan publik.
PAD idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber pendapatan lain relatif fluktuatif dan cenderung diluar kontrol (kewenangan) pemerintah daerah (Sidik, 2002;
(31)
Bappenas 2003). Data menunjukkan bahwa kontribusi PAD meningkat dari tahun 2000 ke tahun 2001 (Biro Pusat Statistik, 2002).
Upaya pembangunan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, dan meratakan hasil hasil pembangunan.
Meningkatnya penerimaan PAD sebenarnya merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi (Saragih, 2003). Dengan kata lain pertumbuhan domestik dari sektor ini dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya PAD (pajak dan restribusi) yang akan diterima. Penerimaan PAD seharusnya sensitif terhadap pertumbuhan PDRB. Analisis elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas (2003) menunjukkan bahwa setiap terjadi
perubahan PDRB akan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap penerimaan PAD.
2.4 Kerangka Pemikiran
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi atau manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Dengan adanya investasi pemerintah diharapkan dapt memacu pembangunan di daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Atmaja (2001) menganalisis pengaruh investasi swasta, investasi sektor publik, dan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
(32)
sektor publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbujan ekonomi kabupaten/kota di propinsi Bali.
Giri (2000) mengadakan penelitian dengan judul ”Peran Sektor Publik di Kabupaten
Badung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Propinsi Bali”. Sektor publik yang
dimaksud adalah investasi pemerintah, [engeluaran konsumsi pemerintah, dan pendapatan daerah. Hasil analisisnya menyimpulkan bahwa investasi pemerintah berpengaruh positif rterhadap pettumbuhan ekonomi regional propinsi Bali.
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lenih dari satu periode akuntansi (satu tahun anggaran) yang digunakan dalam kegiatan poemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Penambhaan aset tetap pemerintah diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Munnell, dngan fungsi Cobb Douglas mendukung dampak yang kuat dan signifikan dari infrastruktur publik pada pertumbuhan produktivitas di 48 negara bagian USA selama tahun 1970 – 1986. variabel yang digunakan me;iputi jalan, sekolah, rumah sakit, fasilitas air minum, gas, listrik dan infrastruktur non militer lainnya serta mesin-mesin.
Kesimpulannya modal publik mempunyai dampak piositif pada produktivitas output dengan elastisitas sebesar 0,15 sedangkan modal swasta 0,1 atau elastisitas modal publik setengah dari modal swasta (Munneell, 1990).
McGuire menunjukkan bahwa modal publik mempunyai mdampak positif dan signifikan terhadap produk bruto negara-negara di Amerika Serikat. Variabel jalan memberikan
(33)
pengaruh yang paling besar sedangkan air dan saluran pembuangan memberikan dampak yang kecil smentara modal publik lainnya tidak signifikan secara statistik.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, kemandirian daerah seharusnya dapat
mendorong pemerintan daerah untuk dapat lebih berwenang dalam mengelola keuangan daerah dan tentunya mempunyai dampak yang lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Tingkat kesejahteraan rakyat pada suatu daerah dapat dilihat dengan menggunakan indikator Produk domestik Regional Bruto (PDRB).semakin tinggi PDRB pada suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan rakyat pada daerah itu, begitu juga sebaliknya jika PDRB pada suatu daerah rendah, maka tingkat
kesejaghteraan pada daerah itu akan rendah pula.
Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Sektor-sektor industri, khususnya jasa, perlu dioptimalisasi. Pajak dan retribusi (segabai komponen terbesar PAD) sangat terkait dengan kegiatan sektor industri. Pakak dan retribusi sebenarnya merupakan ekses/nilai tambah dari lebih
optimalnya sektor industri ini (Sidik,2002). Dengan kata lain pertumbuhan domestik dari sektor ini dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya PAD (pajak dan retribusi) yang akan diterima. Penerimaan PAD seharusnya sensitif terhadap pertumbuhan PDRB. Analisis elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas (2003) menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan PDRB akan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap penerimaan PAD.
(34)
Gambar 1. Model Kerangka Pemikiran 2.5 Pengembangan Hipotesis
Investasipermanen adalah investasi jangka panjang yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi atau manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi pemerintah diharapkan akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah
H1 : investasi permanen berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun anggaran) yang digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Penambahan aset tetap pemerintah diharapkan akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah
ASET TETAP (X2)
PDRB (X3)
PAD (Y) INVESTASI
PERMANEN (X1)
(35)
H2 : aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB
Investasi permanen diharapkan juga dapat meningkatkan PAD kota Bandar Lampung. Penyertaan modal pemerintah kota Bandar lampung ke BUMD diharapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah
H3 : investasi permanen berpengaruh secara signifikan terhadap PAD
Aset tetap diharapkan juga dapat meningkatkan penerimaan PAD. Dengan banyaknya aset tetap yang disediakan pemerintah kota Bandar lampung diharapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah melalui berbagai pendapatan dari pajak dan retribusi. Hipotesis yang diajukan adalah
H4 : aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap PAD
Investasi permanen dan penambahan aset tetap diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota Bandar lampung. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diharapkan dapat meningkatkan PAD kota Bandar Lampung. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah
H5 : Investasi permanen dan aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap
(36)
V. SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis jalur yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Investasi permanen berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB dan investasi permanen dapat menjelaskan data PDRB pemerintah kota Bandar Lampung sebesar 82%. Hal ini membuktikan bahwa penyertaan modal pemerintah kota telah berhasil menumbuhkan perekonomian. Ini sesuai dengan maksud dan tujuan penyertaan modal pemda berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Lampung nomor 3 tahun 2008 yang antara lain adalah untuk untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. 2. Aset tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB dan aset tetap dapat
menjelaskan data PDRB pemerintah kota Bandar Lampung hanya sebesar 30%. 3. Investasi permanen berpengaruh secara signifikan terhadap PAD dan investasi
permanen dapat menjelaskan data PAD pemerintah kota Bandar Lampung sebesar 62%. Ini sesuai dengan maksud dan tujuan penyertaan modal pemda berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Lampung nomor 3 tahun 2008 yang antara lain adalah untuk untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
4. Aset tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PAD dan aset tetap dapat menjelaskan data PAD pemerintah kota Bandar Lampung hanya sebesar 35%.
5. Pengaruh langsung investasi permanen terhadap PAD adalah sebesar 0.2025, Pengaruh tidak langsung investasi permanen terhadap PAD adalah sebesar 1.1152. Pengaruh
(37)
langsung aset tetap terhadap PAD adalah sebesar 0.6724, Pengaruh tidak langsung aset tetap terhadap PAD adalah sebesar 0.3264. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hanya investasi permanen yang menghasilkan pengaruh tidak langsung yang lebih besar dari pengaruh langsungnya terhadap PAD. PDRB merupakan variabel intervening antara investasi permanen dan PAD.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dalam penulisan tesis ini antara sebagai berikut:
1. Investasi permanen yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung masih terbatas investasi di perusahaan daerah. Untuk lebih memacu PDRB dan PAD sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung juga melakukan investasi di badan usaha lainnya yang bukan milik negara.
2. Pemerintah Kota Bandar Lampung sebaiknya menambah aset tetapnya. Aset tetap yang ditambah sebaiknya yang benar-benar dapat memacu perekonomian.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, aset tetap signifikan terhadap PDRB antara lain jalan, sekolah, rumah sakit, fasilitas air minum, gas, listrik dan mesin-mesin.
5.3 Keterbatasan
Seperti penelitian-penelitian lainnya, penelitian dalam tesis ini memiliki keterbatasan. Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan untuk memperbaiki keterbatasan yang ada,
(38)
1. Penelitian ini menggunakan sampel kecil yaitu studi kasus pada Pemerintah Kota Bandar Lampung saja. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dari penelian ini mempunyai daya generalisasi yang masih rendah. Untuk mendapatkan tingkat generalisasi yang lebih tinggi, studi ini dapat diperluas dengan menggunakan sampel yang lebih luas misalnya penelitian yang sama pada obyek pemerintahaan daerah di seluruh Provinsi Lampung.
2. Tahun dasar yang dipakai dalam penelitian untuk perhitungan adalah 2002-2007. Data tersebut dinilai belum cukup, sehingga diperlukan penelitian selanjutnya yang menggunakan data dengan rentang waktu yang lebih lama.
3. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: investasi permanen, aset tetap, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan asli daerah. Untuk penelitian selanjutnya dapat ditambah variabel lain seperti investasi sektor swasta..
(39)
PENGARUH INVESTASI PERMANEN DAN ASET TETAP
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandar Lampung)
(Tesis)Diajukan oleh Maryani 0720003078
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Magister Manajemen
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAN KEUANGAN DAERAH
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG
(40)
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Daftar Isi ... iv
Kata Pengantar ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... viii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... x
Daftar Lampiran ... xi
Bab I. Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penulisan ... 7
Bab II. Tinjauan Pustaka ... 8
2.1. Aset ... 8
2.1.1. Investasi Permanen ... 9
2.1.2. Aset Tetap ... 12
2.2. Produk Domestik Regional Bruto ... 14
2.2.1. Definisi Pendapatan Regional ... 15
2.2.2. Tujuan dan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional ... 16
2.3 Pendapatan Asli daerah ... 18
2.4 Kerangka Pemikiran ... 23
(41)
Bab III. Metodologi Penelitian ... 28
3.1 Obyek dan Subyek Penelitian ... 28
3.2 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel ... 28
3.3.1 Variabel Dependen ... 28
3.3.2 Variabel Independen ... 29
3.3.3 Variabel Intervening ... 30
3.4 Model Analisis dan Teknik Analisis Data ... 30
Bab !V. Pembahasan ... 36
4.1 Analisis Data ... 36
4.2 Pengaruh Investasi Permanen Terhadap PDRB ... 38
4.3 Pengaruh Aset Tetap Terhadap PDRB ... 41
4.4 Pengaruh Investasi Permanen Terhadap PAD ... 45
4.5 Pengaruh Aset Tetap terhadap PAD ... 48
4.6 Pengaruh Investasi Permanen dan Aset Tetap terhadap PAD melalui PDRB ... 52
Bab V. Simpulan, Saran, dan keterbatasan ... 59
5.1 Simpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
(42)
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Soni, 2001. Pengaruh Investasi Swasta, Investasi Sektor Publik, dan
Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali. Tesis. FE Udayana.
Badan Pusat Statistik, PDRB. 2006. Bandar Lampung
BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Propinsi Dalam Era Otonomi Daerah : Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya yang dilakukan Daerah. Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Giri, 2000. Peran Sektor Publik di Kabupaten Badung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Propinsi Bali. Skripsi. FE Udayana.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi keuangan Daerah. Salemba Empat. Yogyakarta.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman. BPFE Yogyakarta.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2005. PP nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta
Kim,Sung Tai.1997. “ The Role of Local Public Sectors in Regional Growth in Korea”,
Asian Economic Journal, Vol.11 No.21, 155-168
Lasmiyanto, 2004. Analisis Sektor Publik dan Sektor Swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi regional di Jawa Tengah. Skripsi. FE UMS
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Munnell, Empirical Lingkages Between Democracy and Economic Growth. NBER Working Paper No. 4066, 1990.
McGuire, Modelling Government Investment and Economic Growth on A Macro Level: A Review. CCSO Series No. 29.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
(44)
2
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Wisuda Angkatan XXI STIA LAN Tahun Akademik 2001-2002. Orasi Ilmiah.
Sitepu, Nirwana SK.1994. Analisis Jalur (Path Anlysis). Bandung: Jurusan Statistika
FMIPA-UNPAD.
Todaro,M.P, 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Cetakan Keempat, Jakarta
Tobing, Harapan L dan Achmad Bacrudin. 2003. Analisis Data untuk Penelitian Survey dengan Menggunakan LISREL 8. Bandung:Jurusan Statistika FMIPA-UNPAD
(45)
(46)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Maryani
2. Tempat/tanggal lahir : Palembang, 14 januari 1974 3. Agama : Islam
4. Alamat : Jalan Zainal Abidin Pagar Alam No.57, Gedung Meneng, Bandar Lampung
5. Pendidikan : a. Sekolah Dasar Negeri 167, Palembang, 1986
b. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3, Palembang, 1989 c. Sekolah Menengah Atas Negeri 3, Palembang, 1992 d. S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, 1998 6. Pekerjaan : PNS di Politeknik Negeri Lampung, 2002 - sekarang
(47)
KATA PENGANTAR
Bismillahir rohmanir rohim
Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Investasi
Permanen dan Aset Tetap terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Produk Domestik
Regional Bruto sebagai Variabel Intervening”.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Toto Gunarto, S.E., MSi selaku dekan fakultas ekonomi Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Irham lihan, S.E., Msi selaku ketua Program Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
3. Bapak H. Asep Unik, S.E., Msi selaku sekretaris program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., MSi, Akt selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Saring Suhendro, S.E., MSi, Akt selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., MBA selaku ketua tim pembahas yang telah memberikan masukan atas tesis ini.
7. Seluruh dosen pada program magister manajemen yang telah memberikan ilmu bagi peningkatan pengetahuan penulis.
(48)
10.Seluruh tenaga administrasi yang telah melayani keperluan penulis selama menjalani studi.
11.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 8 yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan tesis.
Dengan iringan doa semoga Allah SWT memberikan pahala atas segala kebaikan dan ketulusan yang telah mereka berikan. Semoga tesis ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Maret 2010
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Soni, 2001. Pengaruh Investasi Swasta, Investasi Sektor Publik, dan
Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali. Tesis. FE Udayana.
Badan Pusat Statistik, PDRB. 2006. Bandar Lampung
BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Propinsi Dalam Era Otonomi Daerah : Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya yang dilakukan Daerah. Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Giri, 2000. Peran Sektor Publik di Kabupaten Badung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Propinsi Bali. Skripsi. FE Udayana.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi keuangan Daerah. Salemba Empat. Yogyakarta.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman. BPFE Yogyakarta.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2005. PP nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta
Kim,Sung Tai.1997. “ The Role of Local Public Sectors in Regional Growth in Korea”,
Asian Economic Journal, Vol.11 No.21, 155-168
Lasmiyanto, 2004. Analisis Sektor Publik dan Sektor Swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi regional di Jawa Tengah. Skripsi. FE UMS
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Munnell, Empirical Lingkages Between Democracy and Economic Growth. NBER Working Paper No. 4066, 1990.
McGuire, Modelling Government Investment and Economic Growth on A Macro Level: A Review. CCSO Series No. 29.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta
(2)
2
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Wisuda Angkatan XXI STIA LAN Tahun Akademik 2001-2002. Orasi Ilmiah.
Sitepu, Nirwana SK.1994. Analisis Jalur (Path Anlysis). Bandung: Jurusan Statistika FMIPA-UNPAD.
Todaro,M.P, 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Cetakan Keempat, Jakarta Tobing, Harapan L dan Achmad Bacrudin. 2003. Analisis Data untuk Penelitian Survey
(3)
(4)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Maryani
2. Tempat/tanggal lahir : Palembang, 14 januari 1974 3. Agama : Islam
4. Alamat : Jalan Zainal Abidin Pagar Alam No.57, Gedung Meneng, Bandar Lampung
5. Pendidikan : a. Sekolah Dasar Negeri 167, Palembang, 1986
b. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3, Palembang, 1989 c. Sekolah Menengah Atas Negeri 3, Palembang, 1992 d. S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, 1998 6. Pekerjaan : PNS di Politeknik Negeri Lampung, 2002 - sekarang
(5)
KATA PENGANTAR
Bismillahir rohmanir rohim
Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Investasi Permanen dan Aset Tetap terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Produk Domestik
Regional Bruto sebagai Variabel Intervening”.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Toto Gunarto, S.E., MSi selaku dekan fakultas ekonomi Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Irham lihan, S.E., Msi selaku ketua Program Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
3. Bapak H. Asep Unik, S.E., Msi selaku sekretaris program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., MSi, Akt selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Saring Suhendro, S.E., MSi, Akt selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., MBA selaku ketua tim pembahas yang telah memberikan masukan atas tesis ini.
7. Seluruh dosen pada program magister manajemen yang telah memberikan ilmu bagi peningkatan pengetahuan penulis.
8. Orangtua dan saudara tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya. 9. Suami dan anak-anakku tercinta yang tiada hentinya memberikan doa, dorongan, dan
(6)
10.Seluruh tenaga administrasi yang telah melayani keperluan penulis selama menjalani studi.
11.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 8 yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan tesis.
Dengan iringan doa semoga Allah SWT memberikan pahala atas segala kebaikan dan ketulusan yang telah mereka berikan. Semoga tesis ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Maret 2010