EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA

INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE

HARD SETTING

DI RSGM UMY

Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

GILANG SATRIYA W

20120340037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Disusun Oleh GILANG SATRIYA W

20120340037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

Disusun oleh:

GILANG SATRIYA WASTUBRATA 20120340037

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 30 Juni 2016

Dosen Penguji Dosen Penguji

drg. Nia Wijayanti, Sp. KG drg. Erwin Setyawan, Sp. RKG NIK. 19841103201404173 230 NIK. 19740522201510173216

Dosen Pembimbing

drg. Erma Sofiani, Sp.KG NIK. 19741022200810173087 Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros NIK. 19841103201404173 230


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Gilang Satriya Wastubrata NIM : 20120340037 Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir proposal penelitian ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 8 Mei 2015 Yang membuat pernyataan,


(5)

MOTTO

“He is with you wherever you are.”

Qur’an (Al-Hadid : 4)

“Verily, after every difficulty there is relief.”

Qur’an (Al-Sharh : 5)

“But Allah is your protector, and he is the best of helpers.”

Qur’an (Ali-Imran : 150)

“No one besides Allah can rescue a soul from hardship”

Qur’an (An-Najm : 58)

“And it is He who causes laughter and tears”


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk : Yang Maha Besar serta Maha Pengasih Allah SWT Nabi besar Muhammad SAW

Ibunda tercinta almarhumah Hj. Iriani Kusumaningsih Ayahanda tercinta H. Ir. Djoko Rahardjo

Kakak dan adik tercinta Ir. Anjar Satriya Wastumurti, Ir. Rama Satriya Wastutama dan Maharani Kharisma Wastunika


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur penulis utarakan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Evaluasi Radiografi Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa Indirek dengan Bahan Kalsium Hidroksida Tipe Hard Setting di RSGM UMY (Kajian pada Hasil Radiografi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)” dapat diselesaikan tentunya berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 2. 2. Ibu peneliti yang selalu menjadi semangat peneliti serta Ayah peneliti

yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, materi, dan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. 3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Prost., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. 4. drg. Erma Sofiani, Sp. KG., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah berusaha sebaik mungkin menjadi pembimbing dan memberi waktu, tenaga, ilmu pengetahuan, dorongan dan inspirasi yang sangat berguna bagi peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 5. 5. drg. Sartika Puspita, MDSc. dan drg. Sherly selaku dosen penguji

Karya Tulis Ilmiah ini yang telah bersedia memberikan banyak bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(8)

6. drg. Nia Wijayanti, Sp. KG. dan drg. Erwin Setyawan, Sp. RKG. selaku dosen penguji akhir karya tulis ilmiah ini yang telah bersedia memberikan banyak bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. drg. Hartanti, Sp. Perio. Selaku dosen pembimbing akademik penulis yang bersedia membimbing penulis dalam proses akademik selama ini.

8. Seluruh dosen Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan dosen-dosen pakar yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Seluruh staf dan karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

10.Rosyida Aiunun, Fina Maulida dan Rizqi Layli sebagai partner karya tulis ilmiah peneliti yang selalu memberi semangat dan memberi kesabaran lebih terhadap peneliti.

11.Teman-teman prodi Kedokteran Gigi angkatan 2012 yang selalu meramaikan dan mewarnai kegiatan perkuliahan selama masa perkuliahan penulis.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungan selama ini.

Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapatkan balasan dan karunia yang lebih dari Allah SWT. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulisan ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu Kedokteran Gigi pada umumnya dan bermanfaat bagi pembaca khususnya.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Yogyakarta, 24 Agustus 2016 Penulis Gilang Satriya W


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

ABSTRACT ... xiii

INTISARI ... . ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Keaslian Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ...10

1. Pulpa Gigi ...10

2. 2. Kaping Pulpa ... ...12

3. 3. Kalsium Hidroksida ... ..15

4. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Endodontik ... ... ...20

B. Landasan Teori...24


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian...27

B. Tempat danWaktu Penelitian ...28

C. Sumber Data ...28

D. Populasi dan Sampel ...28

E. Kriteria Penelitian ...29

F. Variabel Penelitian ...30

G. Definisi Operasional ...31

H. Instrumen Penelitian...32

I. Jalannya Penelitian ...32

J. Pengolahan dan Analisis Data ...33

K. Alur Penelitian ...34

L. Etika Penelitian ...35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ...36

B. Pembahasan ...44

BAB VI SARAN DAN KESIMPULAN A. Saran ...52

B. Kesimpulan ...53

DAFTAR PUSTAKA ... ...55


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Gigi ... 10

Gambar 2. Gambaran gigi setelah perawatan kaping pulpa ...13

Gambar 3. Beberapa contoh bahan kalsium hidroksida...18


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah pasien kasus kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY berdasarkan kualitas hasil radiografi ... 36 Tabel 2. Jumlah pasien kasus kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium

hidroksida di RSGM UMY berdasarkan jenis kelamin ... 37 Tabel 3. Jumlah pasien kasus kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium

hidroksida di RSGM UMY ... 37 Tabel 4. Data pengamatan hasil radiografi terkait penampakan radiolusen

disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan ... 38 Tabel 5. Data pengamatan hasil radiografi terkait pelebaran ligamen periodontal

... 39 Tabel 6. Data pengelompokkan keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek

dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY ... 40 Tabel 7. Jumlah keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan

kalsium hidroksida berdasarkan jenis kelamin...41 Tabel 8. Jumlah keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Data pengamatan hasil radiografi terkait penampakan radiolusen

disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan... 38 Grafik 2. Data pengamatan hasil radiografi terkait pelebaran ligamen periodontal

...39 Grafik 3. Data pengelompokkan keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek


(14)

RADIOGRAPHIC EVALUATION OF INDIRECT PULP CAPPING WITH HARD SETTING CALCIUM HYDROXIDE

IN RSGM UMY Gilang Satriya Wastubrata

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Tooth pulp is the tissue which form dentin during tooth development. Pulp tissue will remain throughout lifetime to nourish surrounding odontoblasts. If an irritation occurs at the distal end of dentin tubules, odontoblast will form reparative dentin on the pulp surface. Indirect pulp capping is vital to dental treatment, sustaining the integrity, morphology, and function of the pulp. Indirect pulp caping is a treatment of deep carious which involve dentin, but there are still a layer of dentin found at the base of the cavity. Hard setting type of calcium hydroxide is one of the most used pulp capping materials which is considered to stimulate reparative dentin formation. Radiographs can be used as a process for evaluating the success of indirect pulp capping by observing the radiopaque and radiolucent of the periapical radiograph. This study was aimed to evaluate the success of hard setting type of calcium hydroxide as indirect pulp capping material at RSGM UMY.

Method: Descriptive observational research method was used by observing periapical radiograph result of patients since the beginning of its indication until the last control afterthe treatment.

Result: The results showed 201 cases (37.2%) were categorized successful, 240

cases (44.4%) doubtful, and 99 cases (18.3%) failed of 540 cases collected.

Conclusion: It is concluded that hard setting type of calcium hydroxite was able to demonstrate its success as an indirect pulp capping material because the percentage of cases categorized as successful were higher than those categorized as failed.


(15)

EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

Gilang Satriya Wastubrata

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Pulpa gigi merupakan jaringan yang membentuk dentin selama perkembangan gigi. Jaringan pulpa akan tetap ada sepanjang kehidupan untuk memberi nutrisi pada odontoblast yang mengelilinginya. Apabila faktor iritasi mengenai ujung distal dari tubuli dentin, maka odontoblast akan membentuk dentin reparatif pada permukaan pulpa. Kaping pulpa adalah perawatan gigi vital untuk memperthankan intergritas, morfologi dan fungsi dari pulpa. Kaping pulpa indirek adalah perawatan untuk karies dentin yang dalam tetapi masih terdapat lapisan dentin pada dasar kavitas. Salah satu bahan kaping pulpa yang paling sering digunakan adalah kalsium hidroksida tipe hard setting yang dianggap dapat merangsang terbentuknya dentin reparatif. Radiografi dapat digunakan sebagai proses pengevaluasian keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan melihat penampakan radiopak dan radiolusen pada hasil radiografi periapikal pasien.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek di RSGM UMY.

Metode: Metode penelitian observasional deskriptif dengan mengamati hasil radiografi periapikal pasien saat di indikasikan perawatan kaping pulpa indirek hingga hasil radiografi pada kontrol terakhir pasien setelah perawatan.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari 540 kasus terdapat 201 kasus (37.2%)

dikategorikan berhasil, 240 kasus (44.4%) meragukan dan 99 kasus (18.3%)

gagal.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa kalsium hidroksida tipe hard setting dianggap mampu menunjukkan keberhasilannya sebagai bahan kaping pulpa indirek karena presentase kasus yang dikategorikan berhasil lebih tinggi daripada presentase kasus yang dikategorikan gagal.


(16)

(17)

RADIOGRAPHIC EVALUATION OF INDIRECT PULP CAPPING WITH HARD SETTING CALCIUM HYDROXIDE

IN RSGM UMY Gilang Satriya Wastubrata

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Tooth pulp is the tissue which form dentin during tooth development. Pulp tissue will remain throughout lifetime to nourish surrounding odontoblasts. If an irritation occurs at the distal end of dentin tubules, odontoblast will form reparative dentin on the pulp surface. Indirect pulp capping is vital to dental treatment, sustaining the integrity, morphology, and function of the pulp. Indirect pulp caping is a treatment of deep carious which involve dentin, but there are still a layer of dentin found at the base of the cavity. Hard setting type of calcium hydroxide is one of the most used pulp capping materials which is considered to stimulate reparative dentin formation. Radiographs can be used as a process for evaluating the success of indirect pulp capping by observing the radiopaque and radiolucent of the periapical radiograph. This study was aimed to evaluate the success of hard setting type of calcium hydroxide as indirect pulp capping material at RSGM UMY.

Method: Descriptive observational research method was used by observing periapical radiograph result of patients since the beginning of its indication until the last control afterthe treatment.

Result: The results showed 201 cases (37.2%) were categorized successful, 240

cases (44.4%) doubtful, and 99 cases (18.3%) failed of 540 cases collected.

Conclusion: It is concluded that hard setting type of calcium hydroxite was able to demonstrate its success as an indirect pulp capping material because the percentage of cases categorized as successful were higher than those categorized as failed.


(18)

EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

Gilang Satriya Wastubrata

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Pulpa gigi merupakan jaringan yang membentuk dentin selama perkembangan gigi. Jaringan pulpa akan tetap ada sepanjang kehidupan untuk memberi nutrisi pada odontoblast yang mengelilinginya. Apabila faktor iritasi mengenai ujung distal dari tubuli dentin, maka odontoblast akan membentuk dentin reparatif pada permukaan pulpa. Kaping pulpa adalah perawatan gigi vital untuk memperthankan intergritas, morfologi dan fungsi dari pulpa. Kaping pulpa indirek adalah perawatan untuk karies dentin yang dalam tetapi masih terdapat lapisan dentin pada dasar kavitas. Salah satu bahan kaping pulpa yang paling sering digunakan adalah kalsium hidroksida tipe hard setting yang dianggap dapat merangsang terbentuknya dentin reparatif. Radiografi dapat digunakan sebagai proses pengevaluasian keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan melihat penampakan radiopak dan radiolusen pada hasil radiografi periapikal pasien.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek di RSGM UMY.

Metode: Metode penelitian observasional deskriptif dengan mengamati hasil radiografi periapikal pasien saat di indikasikan perawatan kaping pulpa indirek hingga hasil radiografi pada kontrol terakhir pasien setelah perawatan.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari 540 kasus terdapat 201 kasus (37.2%)

dikategorikan berhasil, 240 kasus (44.4%) meragukan dan 99 kasus (18.3%)

gagal.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa kalsium hidroksida tipe hard setting dianggap mampu menunjukkan keberhasilannya sebagai bahan kaping pulpa indirek karena presentase kasus yang dikategorikan berhasil lebih tinggi daripada presentase kasus yang dikategorikan gagal.


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1997 dilakukan pemantauan oleh Depkes RI yang menunjukkan bahwa dari 13 jenis penyakit gigi dan mulut, yang paling banyak diderita pasien yang datang berobat ke rumah sakit adalah penyakit pulpa dan jaringan periapikal (25,60%). Pada tahun 1998 dilakukan analisis lebih lanjut terkait penyakit gigi dan mulut masyarakat yang berobat ke Puskesmas, hasilnya menunjukkan bahwa penyakit gigi yang bersumber dari karies gigi yaitu penyakit pulpa dan periapikal menempati persentase tertinggi dibandingkan penyakit gigi dan mulut lainnya yakni 33%. Penyakit pulpa dianggap sebagai penyakit gigi dan mulut yang paling sering diderita oleh masyarakat, penyakit pulpa itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa (Rukmo, 2011).

Pulpa gigi terdiri dari dua bagian yaitu rongga pulpa yang terdapat di dalam mahkota gigi dan saluran akar yang terletak di dalam akar gigi. Pulpa gigi merupakan rongga tunggal dengan dimensi bentuk yang berbeda-beda sesuai bentuk mahkota dan struktur akar gigi tersebut. Rongga pulpa dikelilingi oleh struktur dentin yang berperan sebagai pembentuk jaringan mineralisasi gigi yang nanti keduanya akan membentuk kompleks dentino- pulpa (Chong, 2010).

Fungsi utama pulpa adalah formatif, yakni membentuk odontoblast yang akan membentuk dentin. Pulpa melakukan sejumlah fungsi


(20)

2

sekundernya setelah gigi terbentuk yang berkaitan dengan sensitifitas gigi, hidrasi, dan pertahanan. Cedera terhadap pulpa akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan penyakit, oleh karena itu keberadaan pulpa yang sehat merupakan pertimbangan penting dalam menentukan rencana perawatan pada gigi (Walton dan Torabinejad, 2008).

Kita harus menjaga kesehatan gigi dan mulut terutama pulpa karena pulpa merupakan salah satu struktur gigi yang sangat penting. Allah SWT menyebutkan gigi di salah satu ayat Al Quran seperti berikut:

فول ابفول ا وهيعلابهيعلا وسفىلابسفىلانأاهيفمهيلعاىتب ك وىهفهبقدصتهمف صاصق

حورجلا وهسلابهسلا ونذل ابنذل ا ونىملاللاملوف وأامبم مله وهل اافك

Artinya: Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (QS: Al-Maidah Ayat: 45).

Surah Al-Maidah ayat 45 menunjukkan bahwasanya Allah SWT menjadikan gigi sebagai sesuatu yang penting dan harus dijaga, oleh karena itu sudah seharusnya kita memelihara gigi sebagai suatu amanah yang dititipkan kepada kita. Rasulullah SAW adalah orang yang sangat


(21)

3

memperhatikan kebersihan dan kesehatan giginya, hal ini digambarkan dalam hadist, “Apabila Nabi SAW bangun dari tidurnya, beliau SAW selalu bersiwak (membersihkan gigi dengan siwak).”(HR. Bukhari Muslim).

Salah satu perawatan gigi adalah perawatan kaping pulpa. Kaping pulpa merupakan perawatan gigi vital untuk mempertahankan integritas, morfologi dan fungsi dari pulpa. Terdapat dua macam perawatan kaping pulpa yaitu perawatan kaping pulpa indirek dan perawatan kaping pulpa direk. Perawatan kaping pulpa indirek diindikasikan untuk karies dentin yang dalam tetapi masih terdapat lapisan dentin pada dasar kavitas, serta tidak ditemukan degenerasi pulpa dan penyakit periradikuler pada pemeriksaan klinis dan radiografi (Ford, 2007).

Bahan yang digunakan untuk perawatan kaping pulpa diantaranya adalah kalsium hidroksida, zink oksid eugenol dan bahan berbasis resin. Kalsium hidroksida merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan sebagai bahan kaping pulpa dibandingkan bahan kaping pulpa yang lain (Hagreaves dan Goodis, 2002). Kalsium hidroksida adalah bahan yang diaplikasikan pada bagian terdalam suatu kavitas untuk memicu terbentuknya dentin reparatif dan membantu remineralisasi pada dentin yang mengalami karies. Kalsium hidroksida tipe hard setting lebih sering digunakan karena sifatnya yang tidak mudah larut, berbeda dengan kalsium hidroksida non setting yang mudah larut secara bertahap dibawah bahan restorasi yang nantinya dapat melemahkan fungsi restorasi tersebut (Van- Noort, 2007).


(22)

4

Secara umum kalsium hidroksida dijual dalam beberapa macam bentuk yaitu dalam bentuk campuran serbuk dengan air, larutan garam, metil selulosa, gliserin dan pasta. Jenis kalsium hidroksida bentuk pasta yang sering dijumpai adalah Pulpdent, Calxyl, Dycal dan Calcium Hydroxide Plus Points

(Nirmala, 2005). Beberapa penelitian menunjukkan keberhasilan perawatan kaping pulpa menggunakan kalsium hidroksida. Penelitian lain juga mengungkapkan kekurangan kalsium hidroksida sebagai bahan kaping pulpa berupa munculnya area nekrotik pada daerah yang berkontak langsung dengan bahan (Suardita, 2008).

Pemeriksaan penunjang berupa radiografi diperlukan untuk menunjang keberhasilan perawatan kaping pulpa. Penggunaan radiografi telah lama dikenal sebagai sarana dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi. Radiografi gigi terbagi menjadi dua, yaitu radiografi intraoral dan radiografi

ekstraoral yang mempunyai kegunaan dan fungsinya masing-masing (Kanter dkk., 2014). Teknik intraoral merupakan teknik pemotretan radiografi gigi geligi dan jaringan disekitarnya dengan film rontgen diletakkan di dalam rongga mulut pasien. Macam-macam teknik intraoral adalah foto periapikal,

bitewing dan oklusal (Haring, 2000). Teknik periapikal adalah teknik radiografi yang paling sering digunakan pada perawatan endodontik (Tarigan, 2006). Gambaran yang dihasilkan foto rontgen periapikal dapat digunakan untuk melihat adanya kelainan yang tidak tampak secara klinis dan dapat diketahui secara jelas, sehingga dapat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosis serta rencana perawatan (Haring, 2000).


(23)

5

Tingkat penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RSGM UMY) sangat tinggi, baik sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang tingkat keberhasilan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa karena berhubungan dengan keberhasilan perawatan dokter gigi di RSGM UMY, apalagi selama ini data hasil radiografi pasien belum pernah digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui keberhasilannya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Sam Ratulangi Manado membuktikan bahwa minimnya penggunaan radiografi pada praktek dokter gigi terutama sebagai bahan evaluasi (Kanter dkk., 2014). Pada penelitian ini penulis mencoba melakukan penelitian terkait tingkat keberhasilan penggunaan kalsium hidroksida tipe

hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek melalui hasil radiografi pasien setelah perawatan kaping pulpa indirek di RSGM UMY. Penelitian serupa pernah dilakukan di Jordan University of Science and Technology’s Dental Teaching Centre yang hasilnya menunjukkan terdapat tingkat kesuksesan dalam perawatan pulpa kaping direk dengan pulpa yang terbuka akibat prosedur mekanis sebesar 92,2% dan 33,3% keberhasilan pada perawatan kaping pulpa direk dengan pulpa yang terbuka karena karies (Al- Hiyasat dkk., 2006). Hasil penelitian ini akan digunakan peneliti untuk mengevaluasi penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek di RSGM UMY.


(24)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu:

Bagaimanakah hasil dari evaluasi secara radiografi pada perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek di RSGM UMY dengan menganalisis hasil radiografi periapikal pasien terkait ada tidaknya radiolusen disekitar bahan dan pelebaran pada ligamen periodontal.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan terkait tingkat efektifitas bahan kalsium hidroksida hard setting sebagai bahan kaping pulpa khususnya kaping pulpa indirek dan radiografi sebagai salah satu metode evaluasi perawatan gigi.


(25)

7

2. Manfaat Bagi Dokter Gigi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi dokter gigi dalam pemilihan bahan untuk melakukan perawatan kaping pulpa khususnya kaping pulpa indirek, serta metode evaluasi terkait perawatan kaping pulpa khususnya radiografi.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu membantu peneliti untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu metodologi penelitian serta menambah ilmu pengetahuan, informasi dan pengalaman baru bagi peneliti.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kesehatan gigi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke dokter gigi baik ketika ada keluhan maupun setelah dilakukan perawatan agar dapat meningkatkan keberhasilan perawatan tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian mengenai penelitian Evaluasi Radiografi Keberhasilan Kaping Pulpa Indirek dengan Bahan Kalsium Hidroksida Tipe Hard Setting di RSGM UMY belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi ada beberapa penelitian yang menggunakan variabel berbeda, subyek berbeda, atau sebaliknya, antara lain adalah :


(26)

8

1. “Clinical, Radiographic and Histological Analysis of The Effects of Mineral Trioxide Aggregate Used in Direct Pulp Capping and Pulpotomies of Primary Teeth” dibuat oleh R. Caicedo dan kawan kawan pada tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon jaringan pulpa terhadap penggunaan mineral trioxide aggregate. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respon pulpa terhadap penggunaan

mineral trioxide aggregate sebagai bahan pulpotomi dan kaping pulpa menunjukkan respon positif, hal ini didapat dari penilaian klinis dan radiografis meskipun dari penilaian histologis tampak berbagai variasi. 2. “Clinical, Radiographic and Histologic Analysis of The Effects of Pulp

Capping Materials Used in Pulpotomies of Human Primary Teeth” dibuat oleh T. Oliveira dan kawan kawan dari European Archives of Pediatric Dentistry pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan respon klinis, radiografis dan histologis pulpa terhadap penggunaan bahan mineral trioxide aggreggate, kalsium hidroksida dan

portland semen sebagai bahan pupotomi pada gigi sulung manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan mineral trioxide aggregate dan portland semen sebagai bahan pulpotomi lebih efektif daripada kalsium hidroksida.

3. “The Radiographic Outcomes of Direct Pulp-Capping Procedures Performed by Dental Students” dibuat oleh Ahmad S. Al-Hiyasat dan kawan kawan dari American Dental Association pada tahun 2006. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi perawatan kaping pulpadirek


(27)

9

yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran gigi di Jordan University of Science and Technology’s Dental Teaching Centre dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Hasil dari penelitian ini didapatkan tingkat kesuksesan dalam perawatan pulpa kaping direk dengan pulpa yang terbuka akibat prosedur mekanis sebesar 92,2% dan 33,3% keberhasilan pada perawatan kaping pulpa direk dengan pulpa yang terbuka karena karies.


(28)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka

1. Pulpa Gigi

Pulpa gigi merupakan jaringan yang membentuk dentin selama perkembangan gigi. Pulpa dan dentin dapat dianggap sebagai jaringan ikat kompleks dentino-pulpa. Kedua jaringan tersebut biasanya terlindungi dari iritasi karena terlindungi oleh jaringan enamel yang utuh. Enamel yang rusak dikarenakan karies atau prosedur operatif dapat beresiko melukai pulpa. Pulpa pasien usia muda memiliki tubuli yang lebih lebar dan pulpa terletak lebih dekat ke permukaan, sehingga kerusakan enamel dapat berpengaruh besar terhadap pulpa. Resiko kerusakan pulpa dari kavitas yang dalam lebih besar daripada kavitas yang kecil karena semakin banyak daerah dentin yang terbuka maka makin besar efeknya pada pulpa (Ford, 2007).


(29)

11

Jaringan pulpa akan tetap ada sepanjang kehidupan untuk memberikan makanan pada odontoblast yang mengelilingi permukaannya.

Odontoblast ini mempunyai prosesus yang panjang meluas sepertiga sejauh pertemuan amelo-dentinal. Dibawah prosesus

odontoblast terdapat tubuli yang biasanya bersifat tetap dan terisi cairan jaringan, bila faktor iritasi mengenai ujung distal dari tubuli dentin maka

odontoblast akan membentuk lebih banyak dentin, jika terbentuk di dalam pulpa dikenal sebagai dentin reparatif, jika di dalam tubuli dikenal sebagai dentin peritubular dan jika diantara kontak antar tubuli melalui deposit mineralisasi dikenal sebagai tubular sklerosis (Ford, 2007).

Odontoblast dapat mendeteksi dan merespon dentin yang terluka baik karena karies maupun prosedur restorasi, setelah itu odontoblast akan mendeposisikan dentin tersier sebagai respon perbaikan pulpa. Jadi dapat dikatakan bahwa dentin tersier dibentuk oleh odontoblast sebagai respon terhadap terlukanya dentin primer dan dentin sekunder (Murray dkk., 2003).

Pulpa akan berubah sesuai dengan perjalanan usianya. Perubahan tersebut ada yang bersifat alamiah (kronologik), ada pula yang diakibatkan oleh cidera (patofisiologik). Cedera dapat pula membuat jaringan pulpa menua secara prematur, oleh karena itu jaringan pulpa yang tua bisa saja ditemukan pada gigi usia muda yang telah mengalami karies, restorasi, dan sebagainya. Pulpa yang tua atau telah terkena cedera akan bereaksi berbeda dengan pulpa yang benar benar masih muda


(30)

12

atau belum pernah terkena cedera. Pada pasien lanjut usia terjadinya reaksi pulpa yang merugikan cenderung lebih banyak dibandingkan dengan pada pasien muda, alasan perbedaan ini belum disepakati dan belum sepenuhnya dipahami, walaupun diduga hal ini disebabkan oleh cedera kumulatif sepanjang hayat (Walton dan Torabinejad, 2008).

Secara garis besar penyakit pulpa dapat dibagi menjadi tiga yaitu pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa. Pulpitis reversibel merupakan radang pulpa pada tingkat ringan sampai sedang yang disebabkan oleh suatu jejas atau rangsangan dan sistem pertahanan jaringan pulpa masih mampu untuk pulih kembali bila jejas dihilangkan. Pulpitis ireversibel merupakan radang pulpa berat yang disebabkan oleh jejas dan sistem pertahanan jaringan pulpa sudah tidak mampu mengatasinya sehingga tidak dapat pulih kembali. Nekrosis pulpa adalah kematian jaringan pulpa akibat pengaruh suatu jejas dengan atau tanpa adanya invasi kuman (Rukmo, 2011).

2. Kaping Pulpa

Kaping pulpa adalah perawatan gigi vital untuk mempertahankan integritas, morfologi dan fungsi dari pulpa. Terdapat dua macam perawatan kaping pulpa yaitu perawatan kaping pulpa indirek dan perawatan kaping pulpa direk. Perawatan kaping pulpa indirek di indikasikan untuk karies dentin yang dalam tetapi masih terdapat lapisan dentin pada dasar kavitas yang apabila dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografi tidak ditemukan degenerasi pulpa dan penyakit


(31)

13

periradikuler, sedangkan perawatan kaping pulpa direk di indikasikan untuk pulpa terbuka karena trauma atau karena prosedur operatif (Ford, 2007).

Gambar 2. Gambaran gigi setelah perawatan kaping pulpa.

Kaping pulpa indirek hanya dipertimbangkan jika tidak ada riwayat pulpalgia atau tidak ada tanda-tanda pulpitis ireversibel, setelah semua dentin lunak dibuang, diatas dentin sisa diletakan kalsium hidroksida guna menekan bakteri, setelah beberapa minggu tambalan sementara dan kalsium hidroksida dibuang lalu diganti dengan restorasi permanen. Kaping pulpa direk harus dilakukan jika pulpa terbuka secara mekanis atau karena karies, setelah dilakukan pengendalian perdarahan dan perdarahannya berhenti, bahan kaping pulpa dapat diaplikasikan pada daerah pulpa yang terbuka lalu diikuti dengan restorasi permanennya (Walton dan Torabinejad, 2008).


(32)

14

Jaringan pulpa memiliki kapasitas untuk membentuk ulang sendiri dindingnya dengan membentuk jaringan ikat yang dipicu oleh iritasi ringan yang akan menyebabkan nekrosis koagulasi superfisial, oleh karena itu bahan kaping pulpa harus memiliki efek superfisial pada jaringan pulpa sehingga memicu proses enkapsulasi biologis yang akan menghasilkan pembentukan jaringan keras, tidak memiliki efek samping baik sistemik maupun lokal, menjaga pulpa tetap vital dan melindungi pulpa dari bakteri (Van-Noort, 2007).

Material yang digunakan untuk perawatan kaping pulpa diantaranya adalah kalsium hidroksida, zink oksid eugenol dan bahan berbasis resin (Hagreaves dan Goodis, 2002). Semen zink oksid eugenol kurang baik bila diaplikasikan sebagai bahan kaping pulpa karena memiliki sifat yang dapat mengiritasi apabila konsentrasinya tinggi, namun bila bahan ini terpisah dari pulpa melalui lapisan dentin yang utuh, maka konsentrasi eugenol pada odontoblast cukup rendah dan dapat mencegah terjadinya kerusakan pulpa permanen (Ford, 2007). Preparat yang mengandung antibiotik dan steroid seperti Ledermix juga pernah diperkenalkan sebagai bahan kaping pulpa dengan dasar bahwa antibiotik akan membunuh mikroorganisme dan steroid mengurangi radang pulpa sehingga mengurangi rasa sakit. Penelitian pada tahun 1976 menunjukkan bahwa bahan antibiotik tidak memiliki kemampuan membentuk jembatan dentin tetapi justru menyebabkan pulpa mengalami nekrosis yang makin meluas. Keberhasilan perawatan kaping pulpa yang


(33)

15

lebih tinggi dapat diperoleh dengan bahan kalsium hidroksida, sedangkan preparat steroid-antibiotik lebih cocok digunakan sebagai bahan dressing palliative sebelum melakukan perawatan saluran akar pada gigi perforasi karena karies (Ford, 2007).

3. Kalsium Hidroksida

Dalam bidang kedokteran gigi kalsium hidroksida merupakan bahan perlindungan pulpa yang digunakan sejak lama dan secara luas pada perawatan endodontik karena kemampuannya dalam penyembuhan jaringan (Suardita, 2008). Kalsium hidroksida juga dapat merangsang terbentuknya jembatan dentin sehingga dapat melindungi pulpa (Kuratate dkk., 2008) . Bahan ini telah digunakan dalam bidang konservasi gigi sejak tahun 1838 di Nygren dan digunakan sebagai bahan kaping pulpa untuk pertama kalinya pada tahun 1930 namun tidak pernah terpublikasi secara umum (Nirmala, 2005).

Kalsium hidroksida adalah bahan yang diaplikasikan pada bagian terdalam suatu kavitas untuk memicu terbentuknya dentin reparatif dan membantu remineralisasi pada dentin yang mengalami karies (Van-Noort, 2007). Kelebihan kalsium hidroksida sebagai bahan liners adalah menstimulasi pembentukan new dentine formation, bacteriostatic, dan melindungi pulpa sehingga mencegah difusi zat zat berbahaya. Kalsium hidroksida juga memiliki kelemahan sebagai bahan liners diantaranya adalah memiliki sifat fisik yang buruk sehingga dapat mengakibatkan berpindahnya bahan saat penempatan restorasi, dapat larut dalam air,


(34)

16

kurangnya ketahanan termal terhadap rangsangan panas dan dingin, tidak berikatan langsung dengan dentin sehingga dapat menyebabkan terbentuknya microleakage atau celah mikro diantara permukaan bahan dan dinding kavitas, memerlukan perlindungan oleh bahan

bases diatasnya, tidak memberi dukungan terhadap bahan restorasi diatasnya, serta tidak dapat mencegah terbentuknya undercut pada kasus restorasi indirek (Mitchell, 2008).

Kalsium hidroksida tipe hard setting merupakan bahan liners yang paling sering digunakan oleh dokter gigi dalam praktik sehari-hari dibandingkan bahan liners lainnya (Mitchell, 2008). Kalsium hidroksida tipe hard setting diperkenalkan pada awal tahun 1960 sebagai bahan kalsium hidroksida yang bereaksi dengan salicylate ester chelating agentdan toluene sulfonamide plasticiser. Kalsium hidroksida tipe hard setting dibedakan menjadi two paste system dan single paste system yang merupakan kalsium hidroksida dengan bahan pengisi dimethacrylates,

serta dipolimerisasi menggunakan cahaya. Perbedaan antara bahan kalsium hidroksida tipe hard setting dan tipe non setting adalah dimana pada bahan kalsium hidroksida tipe non setting akan mudah larut secara bertahap di bawah bahan restorasi yang nantinya akan melemahkan fungsi dari restorasi tersebut, sedangkan bahan kalsium hidroksida tipe


(35)

17

Kalsium hidroksida tipe non setting biasanya digunakan sebagai bahan dressing selama proses perawatan saluran akar atau sebagai bahan pengisi akar sementara ketika menghadapi kasus pada gigi pasien dengan usia yang sangat muda (McCabe, 2009).

Bahan kaping pulpa kalsium hidroksida dijual dipasaran dalam beberapa macam bentuk diantaranya dalam bentuk suspensi atau campuran serbuk dengan air, larutan garam, metil selulosa, gliserin dan pasta (Nirmala, 2005). Bahan kalsium hidroksida bentuk suspensi biasa digunakan dengan cara pengaplikasian pada dasar kavitas yang nanti akan mengeras dan berperan sebagai layer, namun bahan ini susah dimanipulasi dan akan membentuk lapisan yang sangat lunak serta mudah retak sehingga penggunaan bahan kalsium hidroksida bentuk pasta dianggap lebih efektif (McCabe, 2009).

Beberapa nama dagang kalsium hidroksida bentuk pasta yang sering dijumpai adalah Pulpdent, Calxyl, Dycal dan Calcium Hydroxide Plus Points. Pulpdent merupakan campuran antara kalsium hidroksida dengan metil selulosa yang biasa digunakan sebagai bahan medikamen,

Calxyl adalah kalsium hidroksida serbuk yang terdapat dalam ringer solution yang biasa digunakan sebagai bahan sterilisasi kavitas, sedangkan

Dycal dikenal sebagai kalsium hidroksida campuran pasta yang biasa digunakan sebagai lapisan penutup dentin, selain itu juga terdapat kalsium hidroksida dalam bentuk tabung pasta atau pasta jarum suntik yaitu Calcium Hydroxide Plus Points (Nirmala, 2005).


(36)

18

Gambar 3. Beberapa contoh bahan kalsium hidroksida.

Salah satu bahan kalsium hidoksida tipe hard setting yang sering digunakan sebagai bahan kaping pulpa adalah Dycal yang dikeluarkan oleh Dentsply. Dycal mulai populer sebagai bahan sealer di kalangan dokter ggi pada tahun 1970-an (Desai dan Chandler, 2009).

Dycal merupakan bahan kalsium hidroksida dengan prinsip kerja two paste system yang terdiri dari base paste dan catalyst paste, penggunaannya yaitu dengan cara mencampurkan base paste dan catalyst paste dengan perbandingan jumlah yang sama (Gandolfi dkk., 2012). Beberapa peneliti mengatakan bahwa Dycal lebih mudah larut dalam air dan tidak tahan terhadap asam dibandingkan dengan bahan kalsium hdroksida lain (El- Araby dan Al-Jabab, 2004).

Komposisi khas dari bahan semen kalsium hidroksida two paste system diantaranya terdapat kandungan kalsium hidroksida murni, zinc oxide, zinc stearate dan ethyl toluene sulphonamide pada satu pasta (base paste), sedangkan pasta lainnya (catalyst paste) terdiri dari glycol salicylate, titanium dioxide, calcium sulphate dan calcium tungstate.


(37)

19

Kandungan kalsium hidroksida murni, zinc oxide dan glycol salicylate

berguna sebagai bahan aktif utama, zinc stearate sebagai akselerator,

ethyl toluene sulphonamide sebagai pembawa senyawa minyak, serta

titanium dioxide, calcium sulphate dan calcium tungstate sebagai bahan

inert fillers, pigmen dan radiopacifiers (McCabe dan Walls, 2009).

Kalsium hidroksida selain sebagai bahan kaping pulpa juga dapat digunakan sebagai bahan dressing, ketika kalsium hidroksida digunakan sebagai bahan dressing kondisi pH nya yang tinggi (pH 12) mengakibatkan terbentuknya lapisan jaringan nekrosis pada permukaan jaringan. Kenyataan lain yang sering dijumpai di klinik, dapat terjadi pula pelunakan pada permukaan kalsium hidroksida yang terkena bahan etsa asam sebelum proses restorasi adhesif, hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi oleh bahan bonding dan meningkatkan potensi terjadinya

microleakage (Lu dkk., 2008). Penampakan bahan kalsium hidroksida pada hasil foto radiografi tampak radiopak tetapi tidak lebih opak dari bahan restorasi seperti amalgam (White dan Pharoah, 2008).

Beberapa penelitian menunjukkan keberhasilan perawatan kaping pulpa menggunakan kalsium hidroksida, tetapi terdapat pula hasil studi yang menguatkan pendapat bahwa kekurangan kalsium hidroksida sebagai bahan kaping pulpa berupa munculnya area nekrotik pada daerah yang berkontak langsung dengan material (Suardita, 2008).


(38)

20

4. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Endodontik

Cara paling akurat untuk menentukan sembuh atau tidaknya suatu lesi adalah dengan melakukan pemeriksaan radiografi, pemeriksaan histologi serta dengan melihat gejala dan tanda klinis pasien. Saat ini dokter gigi hanya bisa mengevaluasi berdasarkan temuan klinik dan radiologi karena teknologi saat ini belum mampu memeriksa secara histologi tanpa melakukan pembedahan. Keberhasilan perawatan yang pasti baru akan terlihat beberapa bulan atau tahun setelah perawatan. Radiografi sangat penting bagi proses pengevaluasian perawatan endodontik dikarenakan kegagalan perawatan sering terjadi tanpa adanya tanda dan gejala. Radiografi memiliki fungsi penting dalam tiga bidang yaitu diagnosis, perawatan dan pemeriksaan ulang (Walton dan Torabinejad, 2008).

Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soketnya (Tarigan, 2006). Pada abad ke-19 sampai abad ke-20 pernah dilakukan penelitian yang membuktikan bahwa perawatan endodontik yang dilakukan tanpa menggunakan radiografi ternyata mengalami kegagalan setelah ditemukannya alat radiografi dan dilakukan evaluasi (Kanter dkk., 2014). Radiografi dapat digunakan sebagai bahan evaluasi penyembuhan setelah perawatan endodontik, lesi yang timbul sebelum perawatan seharusnya sedang dalam proses menyembuh atau sudah sembuh. Perawatan yang berhasil dan pulihnya struktur normal secara


(39)

21

umum jelas terlihat pada radiografi, selain itu radiografi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi patosis baru setelah perawatan endodontik (Walton dan Torabinejad, 2008).

Radiografi dapat menjadi dasar rencana perawatan dan mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan. Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis. Kegunaan foto rontgen gigi diantaranya untuk mendeteksi lesi, membuktikan suatu diagnosa penyakit, melihat lokasi lesi atau benda asing yang terdapat pada rongga mulut, menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan, mengevaluasi tumbuh kembang gigi, melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma serta sebagai dokumentasi data rekam medis (Haring, 2000).

Radiografi gigi terbagi menjadi dua, yaitu radiografi intraoral dan radiografi ekstraoral. Teknik foto rontgen ekstraoral adalah teknik dengan film rontgen diletakkan diluar mulut pasien, beberapa jenis teknik pemotretan ekstraoral yaitu foto panoramik, lateral foto, cephalometri, proyeksi waters, proyeksi reverse, dan lain-lain. Teknik intraoral

merupakan teknik pemotretan radiografi gigi geligi dan jaringan disekitarnya dengan film rontgen diletakkan di dalam rongga mulut pasien, contohnya adalah foto periapikal, bitewing dan oklusal (Haring, 2000). Radiografi ekstraoral dan intraoral beserta jenis-jenisnya mempunyai kegunaan dan fungsinya masing-masing. Gambaran yang dihasilkan radiografi intraoral atau ekstraoral bagi seorang dokter gigi


(40)

22

sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan kelainan yang tidak terlihat sehingga dapat diketahui secara jelas dan sangat membantu dokter gigi dalam menentukan diagnosis serta rencana perawatan (Kanter dkk., 2014).

Anatomi gigi normal pada hasil foto radiografi akan tampak gambaran email berupa radiopak berbentuk seperti topi yang menutupi permukaan mahkota gigi, gambaran dentin berupa struktur keras gigi diantara email dan pulpa, serta gambaran pulpa berupa area radiolusen di daerah tengah akar dan mahkota gigi yang menggambarkan jaringan lunak gigi berisi saraf dan pembuluh darah. Kondisi patologis yang sering terlihat pada hasil radiografi adalah karies, penyakit periodontal dan penyakit periapikal yang ditunjukan dengan rusaknya struktur normal gigi atau rahang dengan gambaran bayangan yang lebih radiolusen dari gambaran normalnya (Matteson dkk, 1998). Ketika pulpa mengalami peradangan dan peradangan tersebut menyebar ke ruang ligamen periodontal, maka pada hasil radiografi akan tampak ruang ligamen periodontal yang mengalami pelebaran dengan atau tanpa kehilangan lamina dura (Dayal dkk, 1999).

Teknik foto periapikal adalah rontgen yang paling sering digunakan dalam perawatan endodontik khususnya perawatan saluran akar, teknik tersebut merupakan teknik yang digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya, sehingga memudahkan dokter gigi untuk melihat kelainan yang ada pada bagian apikal


(41)

23

gigi. Teknik periapikal memiliki kelebihan dapat melihat gambaran secara detail walaupun daerah liputan foto tidak luas hanya terbatas beberapa gigi saja, dengan keuntungan tersebut wajar saja bila teknik intraoral periapikal lebih sering digunakan dalam perawatan endodontik terutama dalam perawatan saluran akar (Tarigan, 2006). Teknik periapikal sendiri dibedakan menjadi dua yaitu teknik paralel dan teknik biseksi keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan yang mempengaruhi interpretasi diagnostik kelainan pulpa dan periapikal gigi (Anatolis, 2014).

Gambar 4. Contoh hasil radiografi periapikal.

Evaluasi perawatan endodontik menggunakan radiograf dapat digolongkan ke dalam kategori berhasil, gagal atau meragukan. Pada kasus perawatan saluran akar dikategorikan berhasil jika lesi radiolusen di

apeks tidak ada atau dibuktikan dengan hilangnya atau tidak berkembangnya daerah radiolusensi selama minimal satu tahun. Dikategorikan gagal apabila lesi radiolusensi yang tetap tidak berubah, telah membesar atau telah berkembang dibandingkan pada awal perawatan. Dikaegorikan meragukan jika lesi radiolusensinya tidak menjadi lebih besar maupun tidak mengecil, status seperti ini dianggap


(42)

24

tidak sembuh jika setelah lebih dari satu tahun tidak ada perbaikan (Walton dan Torabinejad, 2008). Perawatan endodontik tanpa diseretai

rontgen foto merupakan pekerjaan yang tidak mungkin dilaksanakan. Hal-hal yang mempengaruhi kualitas foto rontgen diantaranya adalah teknik pengambilan, lama penyinaran, kekuatan aliran listrik yang digunakan, dan proses pencuciannya (Tarigan, 2006).

Banyak penelitian yang membuktikan minimnya penggunaan radiografi pada praktek dokter gigi terutama sebagai bahan evaluasi, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Sam Ratulangi Manado tahun 2014. Dari keseluruhan kasus yang membutuhkan radiografi gigi hanya 10% yang menggunakan, radiografi yang digunakan diantaranya 73,7% radiografi intraoral dimana seluruhnya menggunakan radiografi periapikal, dan 26,3% menggunakan jenis ekstraoral dimana semuanya menggunakan radiografi panoramik. Sebagian besar radiografi gigi digunakan untuk penegakan diagnosa dan proses perawatan namun tidak ada sama sekali yang menggunakan untuk evaluasi perawatan (Kanter dkk., 2014).

B. Landasan Teori

Kondisi jaringan pulpa gigi sangat berpengaruh pada vitalitas gigi tersebut, oleh karena itu dokter gigi sering melakukan perawatan kaping pulpa baik pada kondisi pulpa yang terbuka (kaping pulpa direk) maupun kondisi pulpa yang masih tertutup lapisan dentin (kaping pulpa


(43)

25

indirek) untuk menjaga kondisi jaringan pulpa pasien.

Perawatan kaping pulpa di RSGM UMY menggunakan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting, bahan ini dianggap salah satu bahan terbaik yang dapat digunakan untuk mempertahankan integritas, morfologi dan fungsi dari pulpa karena sifatnya yang tidak mudah larut dibawah bahan restorasi. Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi terkait penggunaan bahan kaping pulpa di RSGM UMY, oleh karena itu pada penelitian ini penulis akan melakukan evaluasi terkait penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek di RSGM UMY.

Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan melihat data hasil radiografi periapikal pasien RSGM UMY yang sudah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek menggunakan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting, dari hasil radiografi penulis akan melihat kondisi gigi tersebut dan melakukan penilaian terkait tingkat keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida hard setting.


(44)

2


(45)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara observasional deskriptif dengan cara pengamatan terhadap hasil radiografi pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY.

Skala pemeriksaan radiografi sesudah perawatan endodontik dapat dikategorikan menjadi tiga kategori menurut Walton dan Torabinejad pada tahun 2008, yaitu:

1. Dikatakan gagal jika pada hasil radiografi ditemukan bayangan radiolusen disekitar area bahan kaping dan bahan restorasi yang menandakan karies sekunder dan disertai pelebaran ruang ligamen periodontal yang menandakan penyebaran peradangan pulpa

2. Dikatakan meragukan jika pada hasil radiografi ditemukan bayangan radiolusen diantara area bahan kaping dan bahan restorasi yang menandakan karies sekunder namun tidak disertai pelebaran ruang ligamen periodontal yang menandakan belum ada penyebaran peradangan pulpa, atau ditemukan pelebaran ruang ligamen periodontal namun tidak disertai adanya bayangan radiolusen disekitar bahan kaping dan bahan restorasi


(46)

28

3. Dikatakan berhasil jika pada hasil radiografi tampak gambaran struktur gigi yang normal dan tidak terdapat bayangan radiolusen disekitar bahan kaping dan bahan restorasi yang menandakan tidak adanya karies sekunder, serta tidak disertai pelebaran ruang ligamen periodontal yang menandakan belum ada penyebaran peradangan pulpa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSGM UMY dengan alamat jln. Hos Cokroaminoto 17 Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai April 2016.

C. Sumber Data

Pengumpulan data diambil dari berkas laporan kasus endodontik yang meliputi hasil radiografi pasien dengan perawatan kaping pulpa indirek menggunakan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting yang dikerjakan oleh dokter gigi muda di RSGM UMY, yang nantinya akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien laki-laki dan perempuan usia kanak kanak berumur 5 sampai 11 tahun (berdasarkan Depkes RI 2009), usia remaja berumur 12 sampai 25 tahun (berdasarkan Depkes RI 2009) dan usia dewasa berumur 26 sampai 45 tahun (berdasarkan Depkes RI


(47)

29

2009) yang telah melakukan perawatan kaping pulpa indirek di RSGM UMY.

2. Besar Sampel

Besar Sampel menggunakan hasil radiografi pasien dengan perawatan kaping pulpa indirek menggunakan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting yang dikerjakan oleh dokter gigi muda di RSGM UMY pada periode tahun 2010 hingga tahun 2015.

E. Kriteria Penelitian

Kriteria penelitian terdiri atas kriteria inklusi dan ekslusi 1. Kriteria Inklusi

a. Hasil radiografi pasien dengan perawatan kaping pulpa indirek menggunakan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting

b. Hasil radiografi yang tertera pada berkas laporan kasus endodontik di RSGM UMY

c. Hasil radiografi dengan kondisi yang memungkinkan dilakukan pengamatan

d. Hasil radiografi meliputi foto indikasi dan kontrol terakhir 2. Kriteria Eksklusi

a. Hasil radiografi pasien dengan perawatan selain kaping pulpa indirek b. Hasil radiografi yang tidak tertera pada laporan kasus endodontik di

RSGM UMY


(48)

30

d. Hasil foto radiografi yang hanya meliputi foto indikasi saja tanpa foto kontrol terakhir

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Pengaruh a. Kaping pulpa indirek

b. Kalsium hidroksida tipe hard setting

2. Variabel Terpengaruh a. Evaluasi Radiografi 3. Variabel Terkendali

a. Hasil radiografi pasien sebelum perawatan kaping pulpa indirek b. Hasil radiografi pasien sesudah perawatan kaping pulpa indirek

c. Penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek

d. Hasil radiografi gigi yang sudah di aplikasikan bahan kaping pulpa, bahan base serta bahan restorasi

4. Variabel Tidak Terkendali

a. Kualitas hasil radiografi meliputi densitas, kontras, ketajaman dan distorsi

b. Ketebalan pengaplikasian bahan kaping dan restorasi oleh operator c. Perbedaan kemampuan tiap operator dalam pengaplikasian bahan


(49)

31

G. Definisi Operasional

1. Kaping Pulpa Indirek dengan Bahan Kalsium Hidroksida hard setting

Perawatan kaping pulpa indirek di indikasikan untuk karies dentin yang dalam tetapi masih terdapat lapisan dentin pada dasar kavitas, setelah semua dentin lunak dibuang, diatas dentin sisa diletakan kalsium hidroksida tipe hard setting guna menekan bakteri. Kalsium hidroksida tipe hard setting yang digunakan di RSGM UMY adalah Dycal (Dentsply)

dan Hydcal (Uredent), penampakannya pada hasil foto radiografi tampak radiopak tetapi tidak lebih radiopak dari bahan restorasi.

2. Evaluasi Radiografi

Dalam perawatan endodontik paling sering menggunakan rontgen

dengan teknik foto periapikal sebagai bahan evaluasi perawatan karena dapat melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya secara detail. Anatomi gigi normal pada hasil foto radiografi akan tampak gambaran email berupa radiopak, gambaran dentin diantara email dan pulpa, serta gambaran pulpa berupa area radiolusen, sedangkan karies digambarkan berupa bayangan yang lebih radiolusen dari gambaran normalnya. Terjadinya penyebaran peradangan pada pulpa digambarkan dengan pelebaran pada ruang ligamen periodontal dengan atau tanpa kehilangan lamina dura pada hasil radiografi. Evaluasi dilakukan dengan mengamati hasil radiografi pasien perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM


(50)

32

UMY terkait ada atau tidaknya radiolusen disekitar bahan dan pelebaran ligamen periodontal.

H. Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan 1. Alat

a. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan

b. Illuminator untuk membantu pengamatan data hasil radiografi c. Kaca pembesar untuk membantu pengamatan data hasil radiografi d. Kamera digital untuk mendokumentasikan penelitian

e. Komputer atau laptop sebagai alat pengolah data 2. Bahan

a. Hasil radiografi pasien b. Lembar surat ijin penelitian

c. Lembar pengisian data hasil penelitian

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap Pre-Penelitian

a. Pembuatan proposal karya tulis ilmiah

b. Melakukan survey data awal ke RSGM UMY yang menjadi lokasi penelitian

c. Mengurus surat ijin penelitian ke RSGM UMY yang menjadi lokasi penelitian


(51)

33

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyerahan surat ijin penelitian ke bagian penyimpanan hasil radiografi di RSGM UMY

b. Penyeleksian data pasien yang termasuk kriteria subjek penelitian

c. Melakukan pendataan tentang identitas pasien yang akan diteliti meliputi nama, jenis kelamin dan gigi yang dilakukan perawatan kaping pulpa indirek

d. Melaksanakan penelitian dengan mengevaluasi hasil radiografi pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY

e. Skoring penilaian keberhasilan perawatan berdasarkan hasil radiografi pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY

f. Melakukan analisis data dengan computer

J. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Data mengenai evaluiasi radiografi didapatkan melalui pengamatan terhadap hasil radiografi pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting oleh dokter gigi muda di RSGM UMY.


(52)

34

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY berdasarkan hasil radiografi pasien setelah perawatan adalah dengan metode tabel silang persentase (crosstabs).

K. Alur Penelitian

Penyerahan Surat Ijin Penelitian

Pengumpulan Hasil Radiografi

Pendataan Hasil Radiografi

Evaluasi Hasil Radiografi

Berhasil Meragukan Gagal

Pengumpulan Data Hasil Evaluasi

Analisis Data


(53)

35

L. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, pihak RSGM UMY diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini dan juga dijelaskan bahwa penelitian ini hanya bersifat observasional serta data yang dikumpulkan dapat dijaga kerahasiaannya.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida melalui hasil radiografi periapikal pasien yang diambil dari berkas laporan kasus endodontik oleh dokter gigi muda di RSGM UMY dengan memeriksa ada atau tidaknya pelebaran ligamen periodontal dan radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan.

Tabel 1. Jumlah pasien kasus kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY berdasarkan kualitas hasil radiografi.

Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent

Baik 475 88.0 88.0 88.0

Kurang Baik 65 12.0 12.0 100.0

Total 540 100.0 100.0

Tabel 1 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY tarlihat bahwa kasus dengan kualitas hasil radiografi baik lebih banyak dengan jumlah 475 kasus (88.0%) sedangkan kasus dengan hasil radiografi kurang baik hanya sebesar 65 kasus (12.0%).


(55)

37

Tabel 2. Jumlah pasien kasus kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY berdasarkan jenis kelamin.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Perempuan 314 58.1 58.1 58.1

Laki-laki 226 41.9 41.9 100.0

Total 540 100.0 100.0

Tabel 2 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terlihat bahwa pasien perempuan lebih banyak dengan jumlah 314 kasus (58.1%) sedangkan pasien laki-laki hanya sebesar 226 kasus (41.9%).

Tabel 3. Jumlah pasien kasus kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY berdasarkan jenis gigi.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Molar 322 59.6 59.6 59.6

Premolar 79 14.6 14.6 74.3

Insisivus 135 25.0 25.0 99.3

Kaninus 4 0.7 0.7 100.0

Total 540 100.0 100.0

Tabel 3 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terlihat bahwa paling banyak kasus terjadi pada gigi molar dengan jumlah 322 kasus (59.6%), diikuti gigi incisivus dengan jumlah 135 kasus (25.0%), gigi


(56)

38

premolar dengan jumlah 79 kasus (14.6%) dan gigi kaninus yang hanya 4 kasus (0.7%).

Tabel 4. Data pengamatan hasil radiografi terkait penampakan radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan.

Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent

Ada 298 55.2 55.2 55.2

Tidak Ada 242 44.8 44.8 100.0

Total 540 100.0 100.0

Grafik 1. Data pengamatan hasil radiografi terkait penampakan radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan.

Radiolusen Disekitar Bahan Kaping Pulpa Atau Bahan Tumpatan

Ada Tidak Ada

Tabel 4 dan Grafik 1 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terlihat bahwa lebih banyak kasus yang menunjukkan adanya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan dengan jumlah 298 kasus (55.2%) sedangkan kasus yang tidak menunjukkan adanya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan sebesar 242 kasus (44.8%).


(57)

39

Tabel 5. Data pengamatan hasil radiografi terkait pelebaran ligamen periodontal.

Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent

Ada 142 26.3 26.3 26.3

Tidak Ada 398 73.7 73.7 100.0

Total 540 100.0 100.0

Grafik 2. Data pengamatan hasil radiografi terkait pelebaran ligamen periodontal.

Pelebaran Ligamen Periodontal

Ada Tidak ada

Tabel 5 dan Grafik 2 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terlihat bahwa lebih banyak kasus yang tidak menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal dengan jumlah 398 kasus (73.7%) sedangkan yang menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal hanya 142 kasus (26.3%).


(58)

40

Tabel 6. Data pengelompokkan keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY.

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Berhasil 201 37.2 37.2 37.2

Meragukan 240 44.4 44.4 81.7

Gagal 99 18.3 18.3 100.0

Total 540 100.0 100.0

Grafik 3. Data pengelompokkan keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY.

Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa Indirek di RSGM UMY

Berhasil Meragukan Gagal

Tabel 6 dan Grafik 3 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY terlihat bahwa kasus yang dikategorikan meragukan paling banyak dengan jumlah 240 kasus (44.4%), diikuti kasus dengan kategori berhasil sebesar 201 kasus (37.2%) dan kasus dengan kategori gagal yang hanya 99 kasus (18.3%) .


(59)

41

Tabel 7. Jumlah keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida berdasarkan jenis kelamin.

Kategori Keberhasilan perawatan kaping pulpa

Total

Berhasil Meragukan Gagal

Jenis Perempuan 125 134 55 314

Kelamin 39.8% 42.6% 17.5% 58.1%

Laki-laki 76 106 44 226

33.6% 46.9% 19.4% 41.9%

Total 201 240 99 540

37.2% 44.4% 18.3% 100.0%

Tabel 7 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terdapat 314 kasus (58.1%) pasien perempuan dimana terlihat bahwa kasus yang dikategorikan meragukan paling tinggi dengan 134 kasus (42.6%), diikuti kategori berhasi dengan jumlah 125 kasus (39.8%) dan kategori gagal yang hanya 55 kasus (17.5%). Terdapat 226 kasus (41.9%) pasien laki-laki dimana terlihat bahwa kasus yang dikategorikan meragukan paling tinggi dengan jumlah 106 kasus (46.9%), diikuti kategori berhasil dengan 76 kasus (33.6%) dan kategori gagal yang hanya 44 kasus (19.4%).


(60)

42

Tabel 8. Jumlah keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida berdasarkan jenis gigi

Kategori Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa

Berhasil Meragukan Gagal

Total

Jenis Molar 126 135 61 322

Gigi 39.1% 41.9% 18.9% 59.6%

Premolar 25 32 22 79

31.6% 40.5% 27.8% 14.6%

Insisivus 50 69 16 135

37% 51.1% 11.8% 25.0%

Kaninus 0 4 0 4

.0% 100.0% .0% 0.7%

Total 201 240 99 540

37.2% 44.4% 18.3% 100.0%

Tabel 8 menunjukkan dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terdapat 322 kasus (59.6%) pada gigi molar dimana terlihat bahwa paling banyak kasus dengan kategori meragukan dengan jumlah 135 kasus (41.9), diikuti kategori berhasil sebesar 126 kasus (39.1%) dan kategori gagal yang hanya 61 kasus (18.9%). Terdapat 79 kasus (14.6%) pada gigi premolar dimana terlihat bahwa paling banyak kasus dengan kategori meragukan dengan jumlah 32 kasus (40.5%), diikuti kategori berhasil sebesar 25 kasus (31.6%) dan kategori gagal yang hanya 22 kasus (27.8%). Terdapat 135 kasus (25.0%) pada gigi insisivus dimana terlihat bahwa paling banyak kasus pada kategori meragukan dengan jumlah 69 kasus (51.1%), diikuti kategori berhasil sebesar


(61)

43

50 kasus (37%) dan kategori gagal yang hanya 16 kasus (11.8%). Terdapat 4 kasus (0.7%) pada gigi kaninus dimana keempat kasus tersebut (100%) dikategorikan meragukan.

B. Pembahasan

Bahan kalsium hidroksida tipe hard setting digunakan sebagai bahan kaping pulpa indirek di RSGM UMY karena bahan ini dianggap sebagai salah satu bahan terbaik. Van-Noort (2007) menjelaskan bahwa kalsium hidroksida tipe hard setting tidak mudah larut secara bertahap dibawah bahan restorasi sehingga tidak akan melemahkan fungsi dari bahan restorasi tersebut. White dan Pharoah (2008) menjelaskan bahwa pada hasil radiografi bahan kalsium hidroksida akan tampak radiopak tapi tidak lebih opak dari bahan restorasi seperti amalgam, sehingga digunakan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting agar bahan tidak mudah larut serta memaksimalkan proses evaluasi melalui hasil radiografi.

Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek oleh dokter gigi muda di RSGM UMY. Penelitian dilakukan dengan mengamati hasil radiografi periapikal pasien dari periode indikasi hingga periode kontrol terakhir pasien setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek yang diperoleh dari berkas laporan endodontik di RSGM UMY, terdapat 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek yang dapat dikategorikan sebagai objek penelitian berdasarkan penyesuaian terhadap kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.


(62)

44

Pengamatan pada penelitian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan serta ada atau tidaknya pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi periapikal dari periode indikasi hingga periode kontrol terakhir dengan bantuan alat kaca pembesar dan illuminator, setelah dilakukan pengamatan dilanjutkan dengan proses pengkategorian sesuai kategori yang sudah ditentukan yaitu berhasil, meragukan atau gagal. Dikategorikan berhasil apabila tidak terdapat radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan serta tidak terdapat pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi pasien. Dikategorikan meragukan apabila terdapat radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan namun tidak disertai dengan pelebaran ligamen periodontal atau sebaliknya. Dikategorikan gagal apabila terdapat radiolusen disekitar bahan kapung pulpa ataau bahan tumpatan disertai pelebaran ligamen periodontal.

Tabel 1 menunjukkan pengelompokkan kasus berdasarkan kualitas hasil radiografi dimana dari 540 kasus terdapat 475 kasus (88.0%) dengan kualitas hasil radiografi baik dan 65 kasus (12.0%) dengan kualitas hasil radiografi kurang baik. Dianggap baik apabila pada hasil radiografi dapat dilakukan pengamatan tanpa kendala dan tidak terdapat hal yang dapat mengganggu proses pengamatan. Dianggap kurang baik apabila terdapat beberapa hal pada hasil radiografi yang dapat mengganggu proses pengamatan namun masih memungkinkan dilakukan pengamatan seperti adanya kebiasan dan perlekatan noda yang ringan pada hasil radiografi pasien. Dianggap buruk


(1)

Tabel 2. Data pengamatan hasil radiografi terkait pelebaran ligamen periodontal.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Ada 142 26.3 26.3 26.3

Tidak Ada

398 73.7 73.7 100.0 Total 540 100.0 100.0

Grafik 2. Data pengamatan hasil radiografi terkait pelebaran ligamen periodontal.

Tabel 2 dan Grafik 2 menunjukkan bahwa dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terdapat 142 kasus (26.3%) yang menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi dan 398 kasus (73.7%) yang tidak menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi.

Tabel 3. Data pengelompokan keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY.

Grafik 3. Data pengelompokan keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY.

Tabel 3 dan Grafik 3 menunjukkan bahwa dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY terdapat 201 kasus (37.2%) yang dikategorikan berhasil, 240 kasus (44.4%) yang dikategorikan

Pelebaran Ligamen Periodontal

Ada

Tidak ada Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa Indirek di RSGM UMY

Berhasil Meragukan Gagal

Freq-uency

Percent Valid Percent

Cumulati -ve Percent

Berhasil 201 37.2 37.2 37.2

Meragu-kan

240 44.4 44.4 81.7

Gagal

99 18.3 18.3 100.0

Total


(2)

meragukan dan 99 kasus (18.3%) yang dikategorikan gagal.

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek oleh dokter gigi muda di RSGM UMY. Penelitian dilakukan dengan mengamati hasil radiografi periapikal pasien dari periode indikasi hingga periode kontrol terakhir pasien setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek yang diperoleh dari berkas laporan endodontik di RSGM UMY, terdapat 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek yang dapat dikategorikan sebagai objek penelitian berdasarkan penyesuaian terhadap kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Pengamatan pada penelitian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan serta ada atau tidaknya pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi periapikal dari periode indikasi hingga

periode kontrol terakhir dengan bantuan alat kaca pembesar dan illuminator, setelah dilakukan pengamatan dilanjutkan dengan proses pengkategorian sesuai kategori yang sudah ditentukan yaitu berhasil, meragukan atau gagal. Dikategorikan berhasil apabila tidak terdapat radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan serta tidak terdapat pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi pasien. Dikategorikan meragukan apabila terdapat radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan namun tidak disertai dengan pelebaran ligamen periodontal atau sebaliknya. Dikategorikan gagal apabila terdapat radiolusen disekitar bahan kapung pulpa ataau bahan tumpatan disertai pelebaran ligamen periodontal.

Tabel 1 dan Grafik 1 menunjukkan hasil interpretasi radiografi pasien kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY. Dari 540 kasus terdapat 298 kasus (55.2%) yang menunjukkan adanya gap disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan dan 242


(3)

kasus (44.8%) yang tidak menunjukkan adanya gap disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan, tabel dan grafik tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak kasus dengan gap disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan daripada kasus tanpa gap disekitar bahan kaping atau bahan pulpa. Pada hasil radiografi periapikal adanya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan dapat berarti adanya suatu kondisi patologis.

Matteson dan kawan kawan (1998) menyatakan bahwa kondisi patologis yang sering terlihat pada hasil radiografi seperti karies, penyakit periodontal dan penyakit periapikal akan menunjukkan gambaran yang lebih radiolusen dari gambar normalnya, hal ini menunjukkan adanya kerusakan pada struktur normal gigi atau rahang.

Tabel 2 dan Grafik 2 menunjukkan hasil pengamatan pada kasus terkait ada atau tidaknya pelebaran ligamen periodontal dimana dari 540 kasus terdapat 142 kasus (26.3%) yang menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal pada hasil

radiografi dan 398 kasus (73.7%) yang tidak menunjukkan pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi, dari tabel dan grafik tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak kasus tanpa pelebaran ligamen periodontal daripada kasus dengan pelebaran ligamen periodontal. Pelebaran ligamen periodontal menunjukkan terjadi penyebaran peradangan hingga daerah ligamen periodontal, hal ini dikarenakan pada ligamen periodontal terdapat jaringan vaskular yang apabila mengalami proses peradangan akan mengakibatkan vasodilatasi sehingga akan tampak melebar pada hasil radiografi periapikal.

Dayal dan kawan kawan (1999) menyatakan bahwa apabila pulpa mengalami peradangan dan peradangan tersebut menyebar hingga ke ruang ligamen periodontal, maka pada hasil radiografi akan tampak ruang ligamen periodontal mengalami pelebaran dengan atau tanpa kehilangan lamina dura.

Pada tabel 3 dan Grafik 3 menunjukkan hasil penelitian terkait tingkat keberhasilan


(4)

dimana dari 540 kasus terdapat 201 kasus (37.2%) dikategorikan berhasil, 240 kasus (44.4%) meragukan dan 99 kasus (18.3%) gagal. Presentase kasus dengan kategori meragukan merupakan presentase paling tinggi diikuti kategori berhasil yang sedikit lebih rendah serta kategori gagal sebagai kategori yang paling rendah, hal tersebut menggambarkan tingkat efektifitas kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa indirek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan operator dalam pemilihan bahan yang tepat.

Murray dan Godoy (2006) menyatakan bahwa selain pemilihan bahan kaping pulpa terdapat pula faktor lain yang dapat mempengaruhi penyembuhan pulpa diantaranya adalah kebocoran bakteri, aktifitas sel inflamasi pada pulpa, ada atau tidaknya jembatan dentin, tunnel deffects pada jembatan dentin serta operative debris meliputi fragmen dentin, partikel bahan kaping dan bahan adhesive.

Hasil evaluasi radiografi perawatan kaping pulpa indirek di RSGM UMY

menunjukan bahwa penggunaan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting masih pantas dipertahankan karena presentase keberhasilan bahan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan presentase kegagalannya. Kalsium hidroksida tipe hard setting dianggap mampu menunjukan bukti keberhasilannya sebagai bahan kaping pulpa indirek yang dapat diamati melalui hasil radiografi periapikal pasien dengan perawatan kaping indirek di RSGM UMY.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terdapat 298 kasus (55.2%) yang menunjukkan adanya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa atau bahan tumpatan pada hasil radiografi dan 242 kasus (44.8%) yang tidak menunjukkan adanya radiolusen disekitar bahan kaping pulpa


(5)

atau bahan tumpatan pada hasil radiografi.

2. Dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY terdapat 142 kasus (26.3%) yang menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi dan 398 kasus (73.7%) yang tidak menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontal pada hasil radiografi.

3. Dari 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida di RSGM UMY terdapat 201 kasus (37.2%) yang dikategorikan berhasil, 240 kasus (44.4%) yang dikategorikan meragukan dan 99 kasus (18.3%) yang dikategorikan gagal.

SARAN

Adapun saran terkait penelitian ini, antara lain :

1. Perlu dilakukan pengendalian variabel yang tidak terkendali pada penelitian ini seperti kualitas hasil radiografi, ketebalan

pengapikasian bahan serta kemampuan tiap operator agar dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian apabila akan dilakukan penelitian serupa.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam terkait hubungan antara keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan jenis kelamin pasien.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam terkait hubungan antara keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan jenis gigi yang dilakukan perawatan pada pasien.

4. Perlu dilakukan penelitian terkait keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida selain tipe hard setting agar dapat dilakukan perbandingan bahan yang nantinya dapat ditentukan bahan mana yang lebih baik.

5. Perlu dilakukan penelitian serupa terkait keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek menggunakan data selain hasil radiografi seperti data rekam medis atau


(6)

pemeriksaan klinis pada rongga mulut pasien.

6. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terkait pemilihan bahan kaping pulpa indirek dan peningkatan kinerja operator agar dapat meningkatkan keberhasil perawatan kaping pulpa indirek di RSGM UMY.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dayal, P.K., Subhash, M., & Bhat, A.K. (1999). Pulpo-Periapical Periodontitis: A Radiographic Study. Endodontology, 11, 60-64.

2. Ford, T.R.P. (2007). Harty’s Endodontic in Clinical Practice (5th ed.). USA: Elsevier.

3. Haring, J.L., & Jansen, L. (2000). Dental Radiography, Principles and Techniques (2nd ed.). Philadelphia: W. B. Saunders Company.

4. Matteson, Stephen R.(1998). Dental Radiology (4rd ed.). United States of America: The Univercity of North Carolina Press.

5. Murray, P.E., Godoy, F.G. (2006). The Incidence of Pulp Healing Defects With Direct Capping Materials. American Journal of Dentistry, 19(3), 171-177. 6. Van-Noort, Richard. (2007). Dental