EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING

PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh : Fina Maulida Haniy

20120340033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

HALAMAN PENGESAHAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Fina Maulida Haniy

NIM : 20120340033

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmuah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,

Fina Maulida Haniy NIM: 20120340033


(3)

iv

MOTTO

The greatest Jihad is to battle your own soul, to fight the evil within your

self”

Prophet Muhammad (PBUH)

“My biggest investation is my children””

My Mother

“Born with deficiency doesn’t mean as failed person because God never fails

Ella

"Happiness can be found, even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light

Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore

“Books and cleverness! There are more important things : friendship and

bravery”

Hermione Granger

“Twenty years from now you will be more disappointed by the things you

didn’t do than by the ones you did do”


(4)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Evaluasi Klinis Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa Direk dengan Bahan Kalsium Hidroksida Tipe Hard Setting di RSGM UMY (Kajian pada Rekam Medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajad sarjana kedokteran gigi di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada yang saya hormati:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY.

3. drg. Erma Sofiani, Sp.KG selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, dukungan, saran, motivasi, inspirasi, serta penuh kesabaran dan perhatian selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Dokter akan selalu menjadi inspirasi kami.

4. Kedua orang tua, Ibnu Darmawan, S.Pd., M.Pd dan Nur Afiyati Syurfa, S.Pd yang selalu menjadi alasan utama, memberikan doa-doa terbaik, dukungan moril, serta materiil tiada henti.

5. Kakak pertama, Almh. Aniswatika Laila Rizqi yang semangat selama hidupnya selalu menginspirasi hingga sekarang.


(5)

vi

6. Kakak kedua dan adik, Hafidz Nufi Hartanto, S.T dan Nainingsih Indar Zakiyati, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan penuh, dan doa yang terus mengalir.

7. Teman-teman seperjuangan yang tangguh dan hebat Rosy, Kiki, dan Gilang. 8. Mbak Tati, Mbak Rizky, Mbak Wika, Mbak Husna, Mbak Vera, Mbak Elok

yang selalu membantu selama proses penelitian di ruang rekam medis RSGM UMY.

9. Hafida, yang selalu mengajari bagaimana pengetikan yang benar selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

10.Rosita, yang dengan sabar meminjamkan laptop selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

11.Ismi, terima kasih telah membantu dalam pengartian jurnal internasional. 12.Sany, Azka, Mega, Tia, Rani, Sofia, yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis.

13.Semua teman-teman angkatan 2012 yang selalu menginspirasi dan mendorong agar segera terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

14.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih memerlukan perbaikan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi peningkatan kualitas karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis mengharapkan penelitian ini dapat berjalan lancar dan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Juni 2016


(6)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Keaslian Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Telaah Pustaka ... Error! Bookmark not defined. B. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Jenis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. C. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. D. Kriteria Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

viii

E. Variabel ... Error! Bookmark not defined. F. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. G. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. H. Jalannya Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Cara Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. J. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. K. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. Daftar Pustaka ... Error! Bookmark not defined. Lampiran ... Error! Bookmark not defined.


(8)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Gigi ... 11 Gambar 2. Dentin ... 14 Gambar 3. Kaping Pulpa Indirek ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. Kaping Pulpa Direk ...20 Gambar 5. Kerangka Konsep ... 27 Gambar 6. Alur Penelitian ... 35


(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa ... 16 Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

direk RSGM UMY berdasarkan usia. ... 37 Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

direk RSGM UMY bersadarkan jenis kelamin. ... 38 Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi. ... 38 Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa


(10)

(11)

ix INTISARI

Pulpa merupakan pusat saraf dan pembuluh darah pada gigi yang sangat berperan penting dalam kesehatan gigi. Tindakan pembersihan karies maupun trauma dapat menyebabkan terbukanya pulpa, maka dari itu dilakukan tindakan perlindungan terhadap pulpa yaitu kaping pulpa. Kaping pulpa direk adalah tindakan perlindungan pulpa yang telah terjadi sedikit perforasi pulpa yang kemudian bahan kaping diaplikasikan langsung pada bagian perforasi tersebut. Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida hard setting, yang terkenal sebagai bahan kaping pulpa konvensional dan telah banyak digunakan. Keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dapat dilihat melalui evaluasi klinis, histologis, dan radiografis. Evaluasi klinis bertujuan mengetahui kondisi pulpa yang telah dilakukan perawatan melalui pemeriksaan objektif dan subjektif. Penggunaan kalsium hidroksida hard setting sebagai bahan kaping direk di RSGM UMY termasuk dalam kategori tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi secara klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard

setting di RSGM UMY.

Metode penelitian evaluasi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY ini menggunakan data sekunder, yaitu data rekam medis pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk selama tahun 2011-2015 di RSGM UMY.

Hasil evalusi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY didapatkan bahwa keberhasilan dengan kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan kategori kurang sebesar 5,30%. Perbedaan usia, jenis kelamin tidak terdapat pengaruh berarti dalam keberhasilan.


(12)

x

ABSTRACT

The pulp is the center of nerves and blood vessels in the tooth has important role in dental health. The cleaning action of caries or trauma can lead to pulp exposure, and therefore the treatment of protection the pulp is pulp capping. Direct pulp capping is pulp protection measures which has been a slight perforation of the pulp which is then capping material applied directly on the perforated section. One material pulp capping is hard setting calcium hydroxide, which is renowned as a capping material conventional pulp and has been widely used. Direct pulp capping successful treatment can be seen through evaluation of clinical, histological and radiographic. Clinical evaluation aims to determine the condition of the pulp that has been taken care through objective and subjective examination. The use of hard setting calcium hydroxide as a material direct pulp capping at the Dental Hospital UMY in the high category.

The purpose of this study was to determine the clinical evaluation of success direct pulp capping with calcium hydroxide material type of hard setting at the Dental Hospital UMY.

Methods clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY using secondary data, the medical records of patients who had taken care direct pulp capping during the years 2011-2015 at the Dental Hospital UMY.

The results of the clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY found that success with a good category as 89.40%, enough category of 5.30% and 5.30% less category. Differences in age, sex there is no consideratrion means in success.

Keywords: direct pulp capping, calcium hydroxide hard setting, clinical evaluation


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang komposisinya sama dengan jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan saraf (Hargreaves & Goodis, 2002). Empat fungsi utama pulpa antara lain dentinogenik (berperan dalam pembentukan dentin), sistem pertahanan (sebagai respon inflamasi jika terjadi paparan bakteri), fungsi sensori (kemampuan menyampaikan nyeri jika terjadi luka), dan nutritif (menutrisi metabolisme dentin) (Pansecchi et al., 2009).

Pulpa akan kehilangan fungsinya jika mengalami peradangan. Salah satu jenis peradangan pulpa adalah pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa dalam gigi yang dapat terjadi ketika melakukan preparasi, pengambilan cetakan, tindakan restorasi, maupun faktor lain seperti penyakit periodontal (Pansecchi et al., 2009). Salah satu gejala pulpitis reversibel adalah dentin hipersensitif, yang ditandai dengan ketika adanya sensitifitas jika terkena stimuli yang berlangsung cepat, namun hilang jika stimuli dihentikan. Gejala lainnya sulit terlokalisir, secara radiografik periradikuler terlihat normal, secara klinis perkusi negatif kecuali terdapat trauma oklusal (Heasman, 2006). Pulpitis reversibel juga berpotensi menyebabkan pulpa terbuka, pulpa terbuka dapat disebabkan karies maupun perforasi selama preparasi. Perawatan untuk pulpitis reversibel adalah kaping pulpa (San Chong, 2010).


(14)

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk mencegah penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Penyakit yang tidak dirawat akan menimbulkan efek yang lebih buruk, seperti halnya pada pulpa gigi. Pulpa gigi yang tidak sehat perlu dilakukan perawatan, berdasarkan hadist riwayat Bukhari bahwa setiap penyakit telah diturunkan pula obatnya.

ً ءاَفِشً هَلًَلًَزْنَأ ًَِّإاَدً لًَلًَزْنَأ اَم

Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

Perawatan pulpitis reversibel adalah kaping pulpa. Kaping pulpa merupakan teknik perawatan pulpa vital yang bertujuan untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa untuk melindungi dari bakteri dengan menambah kemampuan reparasi. Terdapat dua jenis perawatan kaping pulpa indirek dan kaping pulpa direk.

Kaping pulpa indirek merupakan perawatan yang bertujuan untuk melindungi pulpa karena jika pembersihan karies dilakukan preparasi penuh maka akan menyebabkan terbukanya pulpa (Straffon, 2000). Kaping pulpa direk merupakan prosedur perawatan pulpa yang terbuka dengan cara melapisi pulpa dengan bahan yang biokompatibel untuk merangsang terbentuknya jembatan dentin (Swarup, 2014). Pulpa yang terbuka dapat disebabkan oleh karies, faktor mekanik dan trauma. Terbukanya pulpa menyebabkan


(15)

3

mudahnya infeksi bakteri sehingga dapat menyebabkan pulpa inflamasi (Komabayashi, 2015)

Karakteristik penyembuhan pulpa terbuka meliputi pembentukan kembali jaringan yang rusak, diferensiasi sel odontoblas dari sel subodontoblas dan memperbaiki jaringan dentin yang terbuka dengan pembentukan jembatan dentin reparatif (Tzifas et al., 2000). Dentin reparatif juga terbentuk karena trauma fisik atau kimia, odontoblas berperan penting dalam pembentukan tersebut dan bertanggung jawab dalam menutrisi dentin. Proses tersebut berlangsung hingga secara biologis pulpa aktif dan merangsang reaksi defens, dilatasi, permeabilitas dan sel-sel inflamasi. Stimulus yang berlangsung menyebabkan terjadinya modifikasi dan reparasi dentin-pulpa (Pashley, 1996)

Indikasi perawatan kaping pulpa ditujukan pada gigi permanen dengan pulpa normal setelah mengalami trauma mekanis seperti preparasi kavitas, serta memungkinkan terjadi kontak langsung bahan kaping dengan jaringan pulpa. Lesi jaringan pulpa harus bebas dari jaringan karies dan lebih kecil atau mendekati 1mm (Babick et al., 2013). Bahan kaping pulpa antara lain kalsium hidroksida, Glass Ionomer / Resin-Modifed Glass Ionomer, Adhesive system, dan Mineral Trioxide Aggregate (MTA).

Bahan kaping pulpa yang ideal harus menunjukkan kemampuan kontrol infeksi yang baik, daya rekat terhadap dentin sehingga mengurangi kebocoran mikro, mudah diaplikasikan dan dapat merangsang pembentukan jembatan dentin tersier (Tzifas et al., 2000). Kalsium hidroksida dikenal dalam dunia


(16)

kedokteran gigi sejak tahun 1921 dan telah menjadi “gold standart” dalam perawatan kaping pulpa dan sukses digunakan selama lebih dari 10 tahun. Keuntungan kalsium hidroksida yaitu mempunyai kemampuan antibakteri yang baik. Penelitian menunjukan bahwa bakteri berkurang pada pulpa yang terinfeksi setelah satu jam diaplikasikan kalsium hidroksida. Salah satu kerugian dari kalsium hidroksida adalah tunnel defects, yaitu dentin reparatif yang terbentuk menipis dengan ditandai adanya fibroblas dan kapiler. Mekanisme kalsium hidroksida dalam kaping pulpa belum sepenuhnya dimengerti tetapi beberapa pendapat menyatakan dikarenakan pH kalsium hidroksida yang tinggi sehingga mengiritasi pulpa, yang mana merangsang terjadinya perbaikan melalui protein yaitu Bone Morphogenic Protein (BMP) dan Transforming Growth Factor-Beta One (TGF-β1) (Graham et al., 2006). Sejak terbukanya pulpa, proses reparasi terjadi dan mensintesis kolagen. Kolagen dalam jaringan pulpa meningkatkan aksi sitokin. Sintesis kolagen akan ditingkatkan dengan transforming growth factor (TGF-β1) , (TGF-β2), interleukin (IL)-1β5,11 sehinng terjadi sintesis fibroblast yang merupakan kunci proses sembuhnya pulpa (Chan, 2005).

Kalsium hidroksida tersedia dalam berbagai bentuk sediaan bubuk yang dicampur dengan air, salin, metil selulosa, gliserin, dan bentuk pasta dengan metil selulosa (Pulpadent). Kalsium hidroksida bubuk dan pasta yang banyak ditemui pada toko kedokteran gigi (Nirmala, 2005).

Hal yang mempengaruhi keberhasilan kaping pulpa direk antara lain diagnosa, derajat trauma, kontrol perdarahan, isolasi dari bakteri, dan aktivitas


(17)

5

saliva sekitar area (Cox et al., 2001). Keberhasilan berdasarkan pemerikaan klinis yang meliputi tes perkusi, untuk mengetahui terjadinya inflamasi di ligamen periodontal, parsial atau total nekrosis pulpa, dan penyakit periodontal. Tes palpasi yang positif dapat mengindikasikan terjadi inflamasi di sekitar periapikal yang akhirnya menyebar hingga mukoperiosteum. Tes termal, respon positif menunjukkan vitalitas pulpa (Murray & Garcia Godoy, 2006).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hana M Jamjoom pada tahun 2008 yang membandingkan dua material yaitu glass ionomer dengan kalsium hidroksida. Pasien melakukan kontrol pada waktu 3 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan setelah dilakukan perawatan. Hasil menunjukkan bahwa pasien kaping pulpa menggunakan glass ionomer memiliki keberhasilan lebih tinggi dibandingkan kalsium hidroksida. Keberhasilan yang lebih tinggi pada penggunaan glass ionomer dapat disebabkan karena glaas ionomer mempunyai kemampuan ikatan kimia yang kuat pada struktur gigi, sehingga mencegah terjadinya kebocoran dan mempunya biokompatibel yang bagus ketika digunakan pada struktur gigi yang mendekati pulpa (Murray et al., 2002)

Penggunaan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY sangat tinggi sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Hal ini menimbulkan keinginan penulis untuk melakukan klinis pada perawatan pulpa kaping menggunakan kalsium hidroksida di RSGM UMY. Penelitian ini dapat


(18)

menjadi bahan evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk di RSGM UMY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu :

Bagaimanakah evaluasi klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi secara klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard

setting di RSGM UMY.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan terkait tingkat efektifitas bahan kalsium hidroksida tipe hard setting sebagai bahan kaping pulpa khususnya kaping pulpa direk. 2. Manfaat bagi dokter gigi

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi dokter gigi dalam pemilihan bahan untuk melakukan perawatan kaping pulpa khususnya kaping pulpa direk.

b. Sebagai bahan evaluasi dalam tindakan perawatan kaping pulpa direk.


(19)

7

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu membantu peneliti untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu metodologi penelitian serta menambah ilmu pengetahuan dan informasi baru bagi peneliti.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian evaluasi hasil kaping pulpa direk yang pernah dilakukan antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hana M. Jamjoom tahun 2008 yang berjudul “Clinical Evaluation of Directly Pulp Capped Permanent Teeth With Glass Ionomer Cement Materials”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif observasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keefektifan resin modified glass ionomer cement ketika digunakan sebagai bahan kaping pulpa direk pada gigi permanen dibandingkan dengan kalsium hidroksida. Aplikasi bahan kaping pulpa dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografis. Pasien mendapat perlakuan dengan bahan yang berbeda secara acak, lalu dilakukan recall untuk evaluasi secara klinis dan radiografis selama 3 minggu, 3 bulan dan 6 bulan. Hasil penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa kalsium hidroksida mempunyai kegagalan lebih besar dibanding resin modified glass ionomer cement. Dapat dibuktikan dalam hasil penelitian di periode 3 minggu kegagalan kalsium hidroksida 10%, di bulan ketiga 22,2% dan di bulan ke enam 25%


(20)

sementara resin modified glass ionomer cement tidak mengalami kegagalan sama sekali.

Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitiannya , penelitian ini menggunakan data primer sementara penelitian yang akan dilakukan menggunakan data sekunder. Penelitian ini membandingkan dua jenis material kaping pulpa direk kemudian dievaluasi secara klinis sebelum perawatan maupun sesudah perawatan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya mengevaluasi klinis kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida. 2. Penelitian yang dilakuan oleh Peter E. Murray, Ph.D dan Franklin

Garcia-Godoy, DDS, MS tahun 2006 yang berjudul “The incidence of pulp healing with direct capping materials”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti luka dan proses penyembuhan pulpa menggunakan kalsium hidroksida, resin komposit, dan resin modified glass ionomer sebagai bahan kaping pulpa direk serta membandingkan kelemahan tiap-tiap material kaping. Hasil dari penelitian didapat kelemahan dari masing-masing material yaitu tunnel defect sebesar 82% menggunakan kalsium hidroksida, 42% menggunakan RMGI, dan 0% menggunakan resin komposit. Operative debris terluas adalah menggunakan bahan kaping kalsium hidroksida (77%), lalu RMGI (57%) dan resin komposit (29%). Pulp inflamation terjadi di material kaping kalsium hidroksida(68%), RMGI (22%), resin komposit (26%).


(21)

9

Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian, penelitian yang akan dilakukan menggunakan data sekunder tanpa hewan coba, selain itu evaluasi dari perawatan kaping pulpa direk. Penelitian yang akan dilakukan mengevaluasi dari segi klinis sementara penelitian ini mengevaluasi dari segi histologi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Brita Willershausen, DDS, PhD dkk tahun 2010 yang berjudul “Retrospective study on direct pulp capping with calcium hydroxide”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai rata-rata kesuksesan kaping pulpa direk menggunakan kalsium hidroksida-based pada gigi permanen. Analisa statistik menggunakan teknik SPSS 15.0 dan SAS 9.2. Hasil dari penelitian dari total 2.164 kaping pulpa direk, hanya 1.075 (49,7%) gigi yang ter-kaping dengan rinciain 533 laki-laki dan 542 perempuan dengan rata-rata usia 37.1 ± 15.3. Setelah satu tahun, 80,1 % semua gigi menunjukkan gejala normal, lalu berfungsi pada akhir tahun kedua sebanyak 75,2% dan menurun setelah tiga tahun ke angka 72,0%, tahun kelima 68,0%, menurun pada tahun kedelapan 58,7%. Tercatat 172 kasus kegagalan yang berakhir dengan nekrosis.

Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian, penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif karena menggunakan data sekunder berupa rekam medis. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ekperimental, karena peneliti menggunakan data primer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


(22)

mengevaluasi penggunaan kalsium hidroksida sebagai bahan kaping dengan cara membandingkan dengan bahan kaping pulpa lainnya, sementara penelitian yang akan dilakukan evaluasi kalsium hidroksida sebagai bahan kaping pulpa tanpa membandingkan dengan bahan kaping pulpa lainnya.


(23)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka

1. Pulpa

Menurut kamus besar Kedokteran Gigi Mosby (2008), pulpa merupakan bagian pusat dari gigi, terdiri dari pembuluh darah, saraf, dan bagian selular, termasuk odontoblas yang membentuk dentin. Anatomi pulpa dibagi menjadi dua bagian yaitu mahkota pulpa dan akar pulpa. Mahkota pulpa terletak di kamar pulpa yang menjadi bagian dari mahkota gigi, termasuk tanduk pulpa yang mulai dari incisal ridges mengarah ke ujung tonjol. Akar pulpa terletak di kanal pulpa yang merupakan akar gigi. Akar pulpa meneruskan jaringan periapikal dengan menghubungkan foramen apikal, kanal asesori meneruskan kanal pulpa dari dentin menuju jaringan periodontal (Roberson, 2006).

Gigi dengan kondisi pulpa normal tidak menunjukkan gejala-gejala spontan jika terluka. Pulpa akan merespon tes dan gejala-gejala timbul dari tes sedang (Cohen & Hargreaves, 2011).


(24)

2. Dentin

Pembentukan dentin atau dentinogenesis diawali dari sel yang disebut odontoblas. Odontoblas merupakan bagian dari pulpa, namun karena proses sitoplasmik sel panjang odontoblas (100-200 µm) dapat mencapai tubulus dentin. Dentin merupakan bagian terluas gigi, secara anatomi dentin dilindungi oleh email, mahkota gigi dan sementum. Pembentukan dentin terjadi lebih awal dari pembentukan email. Odontoblas memproduksi matriks kolagen sebagai tahap awal, pembentukan pertama yaitu dentin yang dekat dengan permukaan pulpa. Secara garis besar pembentukan dimulai dari tonjol atau area insisal gigi menuju ke akar gigi. Area yang tidak termineralisasi pada badan odontoblas disebut predentin. Dentin akan terus terbentuk hingga 3 tahun setelah gigi tumbuh atau disebut dentin primer. (Roberson, 2006)

a. Dentin Sekunder

Dentin sekunder merupakan dentin yang terbentuk secara kontinu setelah mahkota terbentuk secara penuh. Mulai terbentuknya dentin sekunder berawal dari reaksi pulpa ketika terjadi kontak dengan gigi antagonis selama mastikasi. Kandungan mineral dalam dentin sekunder lebih kecil 6-10% dibandingkan dengan dentin primer (Bhakhar, 2013) .


(25)

13

Menurut Rajendra (2012) dentin sekunder ada dua, yaitu : 1. Dentin Sekunder Fisiologis

Bentuk dentin sekunder fisiologis adalah regular, hanya selapis pada kamar pulpa yang terus terbentuk seiring umur gigi. Dentin sekunder merupakan hasil faktor fisiologi yaitu umur dan erupi gigi, juga terbentuk lebih lambat dibandingkan dengan dentin primer.

2. Dentin Sekunder Reparatif

Merupakan dentin yang terbentuk pada sekitar kamar pulpa hasil iritasi atau atrisi seperti bruxism dan kontak oklusi pada gigi antagonis. Trauma tersebut menstimulasi protekssi alami seperti dentin sekunder. b. Dentin Tersier

Dentin tersier adalah jaringan yang terbentuk sebagai hasil respon rangsangan eksternal yang kuat pada gigi, misalnya peradangan yang berat. Pembentukan dentin tersier terjadi oleh peran odontoblas sekunder yang terdiferensiasi dari sel dalam pulpa yang tidak terdiferensiasi. Dentin tersier memiliki struktur yang ireguler dan terlokalisir pada tubulus dentinalis. Pembentukan pertama dentin tersier melalui proses diferensiasi odontoblas sekunder yang selanjutnya pembentukan menghasilkan jaringan dengan tubulus yang mirip dengan struktur dentin primer dan sekunder (Mjor, 2009).


(26)

Dentin tersier disubklasifikasikan menjadi dentin reaksioner dan reparatif. Dentin reaksioner merupakan matriks dentin tersier yang merespon terhadap stimulus ringan sehingga menimbulkan kenaikan aktivitas sel odontoblas yang berperan dalam pembentukan dentin. Dentin reparatif merupakan matriks dentin tersier yang disekresikan oleh dentin baru setelah terjadi rangsang yang berat sehingga meyebabkan kematian sel odontoblas yang berperan dalam pembentukan dentin primer dan sekunder (Smith, 2002).

Gambar 2. Dentin 3. Penyakit Pulpa

a. Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa yang tidak parah, jika penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali sehat. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel antara lain erosi, karies, atrisi, kesalahan prosedur operator, fraktur email sehingga menyebabkan dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008). Ketika diberi stimuli dingin atau manis akan ngilu namun hilang jika stimuli


(27)

15

dihentikan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler terlihat normal, perkusi negatif kecuali terdapat trauma oklusal (Heasman, 2006).

c. Pulpitis Irreversibel

Pulpitis irreversibel merupakan peradangan pulpa hingga menyebabkan kemampuan pertahanan pulpa tidak dapat memperbaiki pulpa normal kembali (Rukmo, 2011). Gejala pulpitis irreversibel adalah nyeri spontan, jika diberi stimulus menimbulkan nyeri tajam dan nyeri berlanjut hingga 30 detik atau lebih setelah stimulus dihilangkan, nyeri tidak terlokalisir jelas, nyeri semakin terasa dengan posisi berbaring (Babick et al., 2013).

d. Pulpitis Hiperplastik

Pulpitis hiperplastik ditandai dengan adanya polip yang berasal dari inflamasi kronik pulpa muda hingga ke permukaaan oklusal. Histologisnya inflamasi terjadi pada sel epitel permukaan, sel epitel tersebut tumbuh ke permukaan membentuk polip (Walton & Torabinejad, 2008). Pulpitis hiperplastik biasanya terjadi pada gigi permanen muda ditandai dengan adanya jaringan polip kemerahan dan terasa sakit selama mastikasi (Ingle, 2002)

e. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa merupakan kategori diagnosis klinis kematian pulpa gigi. Pulpa tidak merespon tes vitalitas dan asimtomatik. Kematian pulpa disebabkan terinfeksinya kamar pulpa sehingga


(28)

menyebabkan saraf pulpa tidak berfungsi kembali. Pulpa yang sudah nekrosis jika tidak dirawat akan menyebabkan penyakit ke dalam jaringan periradikuler (Cohen & Hargreaves, 2011).

Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa

Pulpa dengan kondisi normal tidak akan menunjukkan hasil positif pada tes perkusi dan tes palpasi, akan tetapi akan menunjukkan tes positif pada tes elektrik dan termal karena gigi masih vital. Pada pulpitis reversibel akan menunjukkan respon ngilu pada tes suhu dingin, sedangkan pulpitis irreversibel durasi ngilu lebih lama dan terkadang disertai nyeri spontan. Pulpa yang nekrosis akan menunjukkan hasil negatif pada tes vitalitas namun masih kemungkinan menunjukkan hasil positif pada tes perkusi karena Diagnosis

Pulpa

Keluhan Utama Riwayat Elektrik Termal Perkusi Palpasi Pulpa Normal Tidak ada Tidak

ada

  -

Pulpitis Reversibel

Sensitif

terhadap dingin dan panas Tidak ada   - - Pulpitis Irreversibel

Sensitif durasi lama terhadap dingin dan panas Nyeri spontan -  - - Nekrosis Pulpa

Tidak ada Bervaria si

- -  -


(29)

17

jaringan periodontal disekitar gigi terganggu. Dapat dilihat pada tabel 1 Terminologi Diagnosis Pulpa.

2. Pupitis Reversibel

Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa yang tidak parah, jika penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali sehat. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel antara lain erosi, karies, atrisi, kesalahan prosedur operator, fraktur email sehingga menyebabkan dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008).

a. Karies

Karies adalah multifaktorial, menyebar, penyakit infeksi yang awalnya disebabkan oleh interaksi kariogenik oral flora dengan karbohidrat pada permukaan gigi yang lama. Karies ditandai dengan demineralisasi dan hilangnya struktur permukaan gigi (Roberson, 2006).

b. Erosi

Erosi gigi adalah hilangnya jaringan gigi akibar proses kimia tanpa pengaruh bakteri, merupakan penyakit multifaktoral dan seringkali dipengaruhi oleh gaya hidup. Erosi dapat pula dipengaruhi karena respon asam yang didapat dari faktor instriksik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik asam dapat berasal dari diet seseorang, air kolam renang, dan obat. Faktor intrinsik berasal dari asam lambung (Lussi, 2006).


(30)

c. Atrisi dan Abrasi

Atrisi dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan email, dentin, atau restrasi karena kontak antar gigi. Atrisi dipengaruhi oleh kebiasaan atau dikarenakan adanya kelainan aktivitas mastikasi. Abrasi terjadi karena adanya proses biomekanik seperti menggosok gigi (Lopez-Frias et al., 2012).

3. Perawatan Kaping Pulpa

Kaping pulpa merupakan prosedur alternatif perawatan endodontik dengan cara medikamen diaplikasikan secara langsung pada pulpa terbuka atau pada dentin yang tersisa untuk menjaga vitalitas pulpa dan mengurangi iritasi yang meluas. (Hilton, 2010).

Ada dua teknik perawatan kaping pulpa yaitu :

a. Kaping Pulpa Indirek

Kaping pulpa indirek dapat dilakukan jika terdapat karies yang cukup dalam mendekati pulpa tetapi gigi tidak mempunyai riwayat sakit spontan dan respon normal terhadap tes vitalitas. Pulpa terbuka harus dihindari, karena jika terjadi akan lebih baik dilakukan perawatan kaping pulpa direk. Indikasi pulpa kaping indirek antara lain tidak ada riwayat nyeri spontan, pulpa dalam kondisi vital, tidak ada riwayat nyeri berlanjut setelah diberi stimuli suhu dan radiograf menunjukkan tidak adanya lesi periradikuler (Summit et al., 2006). Kontraindikasi pulpa kaping indirek yaitu jika sudah terjadi perforasi pulpa, diindikasikan ke pulpa kaping direk, pulpa nekrosis, terjadi


(31)

19

luksasi berlebihan, nyeri spontan yang tajam dan tidak hilang selama 30 detik atau lebih, pada radiograf terdapat radiolusen pada periapikal (Ingle, 2002).

Teknik kaping pulpa indirek mula-mula gigi dianastesi terlebih dahulu, lalu isolasi gigi menggunakan rubber dam. Preparasi gigi menggunakan excavator atau bur bulat besar low speed-handpiece dengan menyisakan dentin yang sehat. Aplikasi kalsium hidroksida sebagai liner menyeluruh pada permukaan dentin yang sehat, ditumpat menggunakan amalgam, glass ionomer cement, komposit (Summit et al., 2006).

Gambar 3. Kaping Pulpa Indirek

b. Kaping Pulpa Direk

Kaping pulpa direk didefinisikan sebagai pelapis luka pada pulpa normal terbuka secara klinik tanpa adanya tanda dan gejala penyakit pulpa yang parah. Prosedur ini noninvasif, termasuk perawatan sederhana dalam melindungi jaringan sehat pulpa (Willershauen et al., 2011). Indikasi pulpa kaping direk adalah ketika


(32)

terjadi perforasi pulpa karena mekanis atau karena karies (Walton & Torabinejad, 2008). Kontraindikasi kaping pulpa direk dengan pulpa terbuka dikarenakan karies. Bakteri karies yang dapat masuk ke dalam pulpa akan sulit mempertahankan pulpa sehat kembali (van-Noort, 2008).

Teknik kaping pulpa direk mula-mula gigi di bersihkan menggunakan 0,2% larutan chlorhexidine, lalu gunakan rubber dam untuk mengisolasi gigi. Kavitas oklusal dipreparasi menggunakan bur bulat diamond dengan high-speed handpiece. Kavitas oklusal sedalam 3.0-3.5 mm, 4.0-4.5 mm lebar mesiodistal dan 3.0-3.5mm lebar fasiolingual. Dimensi kavitas dicek menggunakan digital caliper untuk menyesuaikan dengan standar ukuran kavitas. Haemostasis tercapai dengan mengaplikasikan cotton pellet yang lembab dengan larutan saline kemudian dikeringkan menggunakan cotton pellet. Bagian pulpa yang terbuka diaplikasikan menggunakan bahan kaping pulpa secara langsung, setelah itu ditumpat menggunakan bahan tumpatan seperti resin komposit atau GIC sebagai liner (Parolia et al., 2010).


(33)

21

Gambar 4. Kaping Pulpa Direk 4. Bahan Kaping Pulpa

Beberapa bahan kaping pulpa yang dikenal adalah :

a. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)

Zinc Oxide Eugenol (ZOE) sudah bertahun-tahun digunakan dalam kedokteran gigi sebagai material base, liners, semen dan tumpatan sementara. ZOE kurang efektif sebagai bahan kaping pulpa karena eugenol yang dilepaskan bersifat toksik. Penelitian gigi yang dikaping menggunakan ZOE menunjukkan inflamasi kronik, pulpa tidak sembuh dan tidak terbentuknya dentin reparaitf setelah 12 minggu dirawat (Hilton, 2010).

b. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

MTA telah terbukti tidak hanya menjadi salah satu material yang sangat bagus untuk jaringan ikat tetapi juga berkontribusi mencegah terjadinya kebocoran bakteri. Keberhasilan MTA sebagai bahan kaping pulpa cukup bagus tanpa adanya kebocoran bakteri. Beberapa penelitian menunjukkan MTA efektif sebagai bahan kaping pulpa dan terbukti MTA memperbaiki jaringan tanpa adanya efek samping (Miles et al., 2010).


(34)

c. Resin Modified-Glass Ionomer Cement (RM-GIC)

RM-GIC merupakan modifikasi GIC. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa RM-GIC mengurangi terjadinya kebocoran mikro. Keberhasilan RM-GIC sebagai bahan kaping pulpa cukup bagus seperti kalsium hidroksida, serta RM-GIC terbukti membentuk jembatan dentin setelah 21 hari pada jaringan pulpa kera. Efek samping RM-GIC sebagai bahan kaping belum teruji secara klinis (Huang & Chang, 2002).

d. Kalsium Hidroksida

Penggunaan kalsium hidroksida Ca(OH)2 pertama bentuk sediaan seperti bubur, terdiri dari campuran kalsium hidroksida dan air yang selanjutnya berubah menjadi pasta menggunakan metil selulosa yang lebih mudah digunakan. Tahun 1960 kalsium hidroksida hard-setting semen diperkenalkan, kalsium hidroksida bereaksi dengan agen salisilat ester. Kalsium hidroksida tipe hard setting terdiri dari two-paste system atau single paste-system yang terdiri dari kalsium-hidroksida-terisi-dimetakrilat dan terpolimer menggunakan cahaya (van- Noort, 2008).

Perbedaan kalsium hidroksida tipe hard setting dengan non setting adalah mudah larut dan menghilang di bawah restorasi secara bertahap yang dapat mengurangi fungsi restorasi, sementara tipe hard setting lebih rendah daya larutnya. Kendala pembuatan adalah mencapai keseimbangan antar material yang cukup larut menjadi


(35)

23

terapeutik dan tidak mudah larut begitu saja. Pasta kalsium hidroksida dengan ketebalan 1.0-1.5 mm yang bersentuhan dengan pulpa dapat menyebabkan nekrosis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pembentukan jembatan bukan berasal dari semen yang diaplikasikan, melainkan dari tingginya pH sebesar 12,5 yang menyebabkan pulpa merespon (van-Noort, 2008)

5. Mekanisme terbentuknya dentin tersier

Pembentukan dentin tersier terjadi pada hari ke 60 dan terus berlanjut di hari berikutnya (Hargreaves & Goodis, 2002). Jembatan dentin merupakan dentin tersier yang dibentuk oleh sel odontoblas ketika pulpa terbuka. Proses pembentukan dentin reparatif tergantung pada sel pulpa untuk mendeteksi adanya luka sehingga menginisiasi respon perbaikan (Murray et al., 2006). Proses terbentuknya dentin tersier merupakan dentin pengganti, tergantung dari seberapa mampu dalam merespon dan berapa banyaknya jumlah matriks dentin baru terbentuk. Secara keseluruhan, dentin pengganti dibentuk oleh pre-existing odontoblas, lalu dentin reparatif dibentuk oleh diferensiasi sel odontoblas yang baru (Smith et al., 1995).

Pembentukan dentin jika disederhanakan dimulai dari terbukanya pulpa yang menyisakan kurang dari 0,01mm jaringan dentin sehingga melukai sel odontoblas, selanjutnya terjadi reduksi odontoblas hingga 100% sehingga tidak terjadi pembentukan dentin pengganti.


(36)

Odontoblasoid digantikan oleh terbentuknya jembatan dentin (Murray et al., 2006).

6. Evaluasi klinis

Evaluasi klinis merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya suatu perawatan yang dapat dilakukan pada selang waktu tertentu setelah perawatan dilakukan. Evaluasi klinis subjektif dapat diketahui berdasarkan keluhan pasien. Tes klinis objektif dapat dilakukan melalui tes suhu dilakukan untuk mengetahui vitalitas pulpa, dapat menggunakan Endo-Ice frozen gas, Chlor Etil yang diaplikasikan di atas permukaan bukal gigi selama 5 detik. Tes Perkusi untuk memprediksi keterlibatan jaringan periradikuler yang mengindikasikan perubahan menuju pulpitis irreversibel, hal itu ditandai timbul rasa nyeri saat perkusi. Tes palpasi untuk memprediksi perluasan tulang periradikuler, tes ini menggunakan dau jari tangan pada sulkus bukal. Sakit yang timbul pada tes palpasi mengindikasikan infeksi yang meluas hingga endoseam (M. Jamjoom, 2008).

B. Landasan Teori

Pulpa yang terluka dapat disebabkan oleh karies dentin, preparasi kavitas, abrasi, erosi, atrisi, perosedur tumpatan yang dapat menyebabkan peradangan pulpa atau disebut dengan pulpitis. Pulpitis yang memungkinkan pulpa kembali normal disebut pulpitis reversibel.

Perawatan pulpitis reversibel adalah perawatan kaping pulpa. Tujuan perawatan adalah untuk membentuk jembatan dentin pada lapisan dentin


(37)

25

yang tersisa. Pulpitis reversibel yang perforasi hingga terbukanya pulpa dilakukan perawatan kaping pulpa direk. Teknik kaping pulpa direk adalah meletakkan bahan material langsung pada titik perforasi, sehingga diharapkan dapat terbentuk jembatan dentin untuk melindungi pulpa.

Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida yang sudah dikenal dengan “gold standard” karena selalu berhasil dalam perawatan kaping pulpa. Kalsium hidroksida dikenal sebagai antibakteri yang baik, dibuktikan dengan hilangnya bakteri pada permukaan pulpa setelah satu jam diaplikasikan kalsium hidroksida. Kemampuan kalsium hidroksida didukung oleh konsentrasi pH yang tinggi yaitu 12,5 sehingga merespon pulpa untuk membentuk dentin reparatif. Kalsium hidroksida berdasarkan sediaannya terdapat kalsium hidroksida tipe hard setting yang memiliki keuntungan tidak mudah larut dan paling sering digunakan untuk perawatan kaping pulpa.

Keberhasilan kaping pulpa direk tidak selamanya baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah dilakukan perawatan. Perawatan yang tidak tepat dapat menyebabkan kebocoran mikro dan tunnel defect, hal tersebut menyebabkan infeksi meluas hingga terjadi pulpitis irreversibel bahkan nekrosis pulpa. Keberhasilan kaping pulpa direk dapat dilihat dari evaluasi klinis melalui sondasi, palpasi, perkusi, tes suhu. Tes suhu menggunakan chlor etil dan yang terespon adalah saraf A-delta pada pulpa, normal jika pasien terasa beberapa saat dan menghilang 10-30 detik setelah stimulus dihilangkan. Respon dingin yang terasa sakit mengindikasikan bahwa biasanya pasien mengalamai pulpitis irreversibel, sedangkan tidak ada


(38)

respon mengindikasikan nekrosis pulpa. Perkusi merupakan tes untuk mengetahui adanya inflamasi atau tidak pada jaringan periapikal. Palpasi merupakan tes untuk mengetahui ada tidaknya inflamasi di bawah tulang, tes tersebut menggunakan jari menelusuri tulang dan deteksi adanya tenderness atau tidak, jika ditemukan adanya tenderness maka terindikasi terjadi inflamasi.


(39)

27

C. Kerangka Konsep

Pulpa Penyakit Pulpa

Pulpitis

Irreversibel Pulpitis Reversibel Pulpitis Hiperplastik Nekrosis Pulpa Penyebab: 1. Karies 2. Erosi 3. Atrisi dan Abrasi Perawatan Kaping Pulpa Indirek Kaping Pulpa Direk

Bahan Kaping Pulpa

ZOE

RM-GIC MTA

Ca(OH)2

Hard Setting Non Setting

Mekanisme Dentin Reparatif

Evaluasi

Gambar 5. Kerangka Konsep

Klinis

Histologis


(40)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian desain penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan cara mengevaluasi secara klinis hasil perawatan kaping pulpa direk menggunakan data sekunder rekam medis pasien.

1. Status Keberhasilan

Baik : Bila anamnesis dan hasil pemeriksaan objektif tidak menunjukkan keluhan dan gejala.

Cukup : Bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan, namun pada pemeriksaan objektif terdapat satu pemeriksaan menunjukkan kepekaan (+).

Kurang : Bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan, namun pada pemeriksaan objektif terdapat dua pemeriksaan menunjukkan kepekaan (+).

Buruk : Bila pada pemeriksaan subjektif menunjukkan hasil positif dan pemeriksaan objektif menunjukkan kepekaan (+).

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. HOS Cokroaminoto No.17, Yogyakarta dimulai pada bulan Januari 2016-April 2016.


(41)

29

B. Sumber Data

Data penelitian bersumber dari data sekunder, data sekunder merupakan data rekam medis pasien perawatan kaping pupa direk di RSGM UMY tahun 2011-2015.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien laki-laki dan perempuan semua usia yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk dengan kalsium hidroksida oleh mahasiswa tingkat profesi RSGM UMY pada 5 tahun terakhir (2011-2015).

2. Sampel

Besarnya sampel yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan jumlah data rekam medis pasien perawatan kaping pulpa direk dalam waktu 5 tahun terakhir.

D. Kriteria Penelitian

Kriteria penelitian terdiri atas kriteria inklusi dan ekslusi: 1. Kriteria Inklusi

a. Pasien RSGM UMY dengan perawatan kaping pulpa direk b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan segala usia

c. Rekam medis 5 tahun terakhir pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk dengan diagnosa pulpitis reversibel

2. Kriteria Eksklusi


(42)

b. Perawatan kaping pulpa direk yang gagal dan menjadi pulpitis irreversibel

E. Variabel

1. Variabel Pengaruh

a. Kalsium hidroksida tipe hard setting 2. Variabel Terpengaruh

a. Evaluasi klinis perawatan kaping pulpa direk 3. Variabel Terkendali

a. Pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk b. Pasien dengan perforasi kurang atau mendekati 1mm 4. Variabel Tidak Terkendali

a. Kebiasaan pasien

b. Sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi c. Kontaminasi bakteri pada pulpa

d. Terjadi kebocoran mikro e. Jenis tumpatan permanen f. Ketebalan kalsium hidroksida F. Definisi Operasional

1. Kaping pulpa direk

Kaping pulpa direk adalah perawatan preventif yang ditujukan untuk melindungi pulpa yang telah terjadi perforasi dari kontaminasi bakteri, sehingga pulpa dapat membentukan jaringan dentin baru. Syarat perawatan kaping pulpa direk adalah besar perforasi ke pulpa


(43)

31

tidak lebih dari 1mm, tidak terjadi perdarahan, dan kondisi pulpa masih sehat.

2. Kalsium hidroksida tipe hard setting

Dycal merupakan salah satu merk dagang kalsium hidroksida tipe hard setting. Dycal terdiri dari dua komponen yaitu based dan katalis, based terdiri dari disacylate ester, butylene glycol, calcium phosphate, calcium tungsate, zinc oxide, iron oxide. Katalis terdiri dari calcium hydroxide, ethyl toluenesulfona mide, zinc stearate, titanium dioxide, zinc oxide, iron oxide. Cara penggunaannya adalah dengan perbandingan based dan katalis 1:1 diaduk menggunakan spatula agat diatas paper pad selama kurang lebih 10 detik hingga homogen. Kalsium hidroksida diaplikasikan menggunakan ball aplicator ke dalam cavitas paling dalam.

3. Evaluasi klinis

Evaluasi klinis adalah evaluasi keberhasilan suatu perawatan yang dilakukan secara klinis berupa pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan subjektif merupakan apa yang dirasakan pasien sehingga diperlukan pemeriksaan menunjang lainnya yaitu pemeriksaan subjektif berupa sondasi, perkusi, palpasi dan tes vitalitas. Keberhasilan kaping pulpa direk secara klinis adalah tidak adanya pulpa inflamasi yang dapat diketahui melalui pemeriksaan perkusi, palpasi, tidak adanya pembengkakan, tes vitalitas positif menandakan gigi masih vital dan perawatan masih berlanjut.


(44)

G. Instrumen Penelitian Alat dan Bahan 1. Alat

a. Kertas

Untuk menyalin data rekam medis b. Bolpoin

Untuk menulis data rekam medis c. Buku logbook

Untuk mencatat perjalanan penelitian d. Laptop

Untuk mengetik dan menyimpan data yang terkumpul 2. Bahan

a. Rekam Medis (data sekunder pasien) H. Jalannya Penelitian

1. Tahap pre-penelitian

a. Pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah

b. Melakukan survei data awal penelitian ke RSGM UMY yang menjadi lokasi penelitian

c. Mengurus surat perizinan penelitian ke RSGM UMY yang menjadi lokasi penelitian

d. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Tahap pelaksanaan


(45)

33

a. Membuat surat perizinan menggunakan rekam medis sebagai bahan penelitian.

b. Melakukan pendataan tentang identitas responden yang meliputi nama, umur, dan jenis kelamin

c. Melaksanakan penelitian dengan mengevaluasi pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk secara klinis dan melihat data sekunder (Rekam Medis)

d. Skoring penilaian keadaan kondisi gigi responden sebelum dan sesudah perawatan

e. Melakukan analisis data dengan komputer. I. Cara Pengumpulan Data

Data mengenai evaluasi secara klinis didapatkan dan disalin melalui rekam medis pasien dengan langsung melihat rekam medis pasien RSGM UMY.

J. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan hasil klinis pasien setelah perawatan ialah dengan analisa deskriptif.


(46)

K. Alur Penelitian

Subjek penelitian: rekam medis pasien

Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Subjektif

Sebelum perawatan kaping pulpa indirek

Setelah perawatan kaping pulpa direk

Hasil

Analisis Data

Kesimpulan

Surat perijinan rekam medis


(47)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting berdasarkan analisis pemeriksaan klinis objektif dan pemeriksaan klinis subjektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melihat dari rekam medis yang telah disimpan antara tahun 2011 sampai 2016. Sampel yang diperolah sejumlah 41 sampel dengan jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi 38 sampel, 3 sampel yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dikarenakan pasien tidak pernah datang untuk kontrol. Responden dibagi dalam empat karakteristik yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel ditribusi karakteristik responden :

Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan usia.

Usia Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

10-20 Tahun 12 0 2 14 36,84%

21-30 Tahun 17 2 0 19 50,00%

41-50 Tahun 4 0 0 4 10,53%

>50 Tahun 1 0 0 1 2,63%

Tabel 2 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan usia, dari 38 pasien terdapat 14 pasien berusia 10-20 tahun, 19 pasien berusia 21-30 tahun, 4 pasien berusia 41-50 tahun, dan satu pasien berusia diatas 50


(48)

tahun. Kategori pasien berusia 10-20 tahun terdapat 12 pasien dengan kategori baik, dan 2 pasien dengan kategori kurang. Kategori pasien berusia 21-30 tahun pada pemeriksaan klinis terdapat 17 pasien kategori baik dan 2 pasien kategori cukup. Kategori pasien berusia 41-50 tahun pada pemeriksaan klinis. Pasien berusia diatas 50 tahun berada pada kategori baik.

Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY bersadarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

Laki-laki 10 1 1 12 31,57%

Perempuan 24 1 1 26 68,43%

Tabel 3 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan jenis kelamin, dari 38 pasien terdapat 12 pasien laki-laki dan 26 perempuan. Pada kategori jenis kelamin laki-laki hasil pemeriksaan klinis terdapat 10 pasien dengan hasil kategori baik, dan terdapat satu pasien dengan kategori cukup, dan satu pasien dengan kategori kurang. Jenis kelamin perempuan terdapat 24 pasien dengan kategori baik, terdapat satu pasien dengan kategori cukup, dan satu pasien dengan kategori kurang.

Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi.

Elemen Gigi Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

Anterior 13 2 0 15 39,47%


(49)

39

Tabel 4 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi, dari 38 elemen terdapat 15 elemen gigi anterior, dan 23 elemen gigi posterior. Kategori lemen gigi anterior pada pemeriksaan klinis terdapat 13 kategori baik, dan terdapat dua elemen dengan kategori cukup. Kategori elemen gigi posterior pada pemeriksaan klinis terdapat 21 elemen dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen gigi dengan kategori kurang.

Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan posisi gigi.

Tabel 5 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan posisi gigi, dari 38 gigi terdapat 23 gigi pada maksila, dan 15 gigi pada mandibula. Kategori gigi pada maksila hasil pemeriksaan klinis terdapat 21 gigi dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen dengan kategori cukup. Kategori gigi pada mandibula hasil pemeriksaan klinis terdapat 13 gigi dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen gigi dengan kategori kurang.

Posisi Gigi Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

Maksila 21 2 0 23 60,53%


(50)

B.Pembahasan

Penelitian untuk mengetahui keberhasilan perawatan kaping pulpa direk berdasarkan pemeriksaan klinis dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2016 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Asri Medical Center, jalan Hos Cokroaminoto, Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan mencari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk berdasarkan diagnosa pasien yaitu pulpitis reversibel. Pasien dirawat oleh mahasiswa klinik Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan telah melakukan beberapa kali kunjungan kontrol. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap beberapa mahasiswa klinik karena banyaknya data yang sulit terdeteksi melalui sistem. Penelitian dilakukan oleh 2 mahasiswa dan dibantu oleh admin sistem rekam medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Asri Medical Center.

Data yang diperoleh terdapat dua kategori yaitu pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan klinis subjektif dan objektif diperoleh berdasarkan penilaian pemeriksaan klinis Rukmo Mandojo dengan kriteria baik, cukup dan kurang. Kriteria baik bila pemeriksan subjektif tidak menunjukkan ada keluhan dan gejala, kriteria cukup bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan, namun pada pemeriksaan objektif terdapat satu pemeriksaan menunjukkan kepekaan (+), kriteria kurang bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan, namun pada pemeriksaan objektif terdapat dua


(51)

41

pemeriksaan menunjukkan kepekaan. Buruk adalah ketika pemeriksaan subjektif menunjukkan hasil positif dan pemeriksaan objektif menunjukkan kepekaan (+).

Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan kaping pulpa direk menunjukkan bahwa dari 38 pasien yang telah dirawat, 34 pasien menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang cukup banyak tersebut sesuai dengan peran kalisum hidroksida yang secara klinis dan histologis sangat baik sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Kalsium hidroksida mampu merangsang terbentuknya dentin tersier oleh pulpa, dan secara klinis dibuktikan bahwa kesuksesan kalsium hidroksida dalam perawatan kaping pulpa direk sebesar 80% (Duda, 2008). Pada kriteria cukup dan kurang didapatkan sebanyak 2 pasien, hal tersebut kemungkinan terjadi dikarenakan prosedur klinis. Prosedur klinis yang sangat penting pada saat perawatan kaping pulpa adalah isolasi. Dilaporkan bahwa prosedur tanpa isolasi rubber dam kemungkinan 60% terjadi spesimen abses dan 40% menunjukkan adanya inflamasi kronis. Perawatan kaping pulpa direk tanpa menggunakan rubber dam meningkatkan terjadinya bakteri invasi (Kitasako, 1999). Faktor lain penyebab terbukanya pulpa adalah faktor mekanik dan karies, keberhasilan yang disebabkan oleh kesalahan mekanik lebih besar yaitu 7,8% dari pada disebabkan karies sebesar 66,7% (Horsted, 2010).

Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan kaping pulpa direk berdasarkan usia menunjukkan bahwa hasil kategori


(52)

baik paling banyak ditunjukkan pada usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 19 orang. Menurut penelitian Monica dkk (2015) pasien dengan usia 20-30 mempunyai keberhasilan yang tinggi karena sel di dalam pulpa yang banyak sehingga memungkinkan proses penyembuhan berjalan dengan baik. Pasien usia diatas 50 tahun yaitu sebanyak satu pasien menunjukkan kategori baik, hal tersebut dapat saja terjadi dikarenakan hasil pemeriksaan klinis yang kurang tepat. Tidak terdapat efek yang berarti pada pulp testing usia lanjut, hal tersebut dikarenakan secara histologi ditemukannya kalsifikasi saraf pulpa sehingga menurunkan densitas saraf seiring berjalannya usia (Harkins,1997).

Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan kaping pulpa direk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien paling banyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24. Dalam penelitian perempuan lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ambarwati (2012) bahwa perempuan lebih mengutamakan estetik dibanding laki-laki, sehingga perempuan lebih memperhatikan kesehatan giginya. Dalam tabel 3 juga menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan klinis yang menunjukkan kategori baik terbanyak dialami oleh pasien wanita. Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu faktor yaitu faktor hormon. Hormon yang berperan estrogen dan progesteron dapat memicu meningkatkan sekresi saliva. Sekresi saliva yang meningkat akan meningkatkan zat-zat organik maupun anorganik seperti kalium, fosfat,


(53)

43

HCO3, florida dan lain-lain yang dapat mencegah bakteri berkembang biak di dalam rongga mulut sehingga dapat membantu keberhasilan perawatan kaping pulpa direk (Pardede, 2004).

Berdasarkan tabel 4 distribusi hasil klinis perawatan kaping pulpa direk berdasarkan elemen gigi anterior dan posterior menunjukkan bahwa gigi yang berada pada posisi posterior lebih banyak dilakukan perawatan kaping pulpa dibandingkan gigi anterior. Menurut literatur, gigi posterior terdapat fisura-fisura yang merupakan bagian yang sangat rentan sebagai tempat bakteri berkumpul, hal lain yang mendukung adalah fisura-fisura ini lebih sulit dibersihkan saat menggosok gigi (Wang, 2012). Presentase elemen gigi anterior lebih rendah dibandingkan dengan gigi posterior, hal tersebut terjadi kemungkinan dikarenakan posisi gigi anterior yang sangat mudah dijangkau saat menggosok gigi, dan letak gigi anterior rahang bawah terletak dekat dengan duktus kelenjar saliva submandibularis dan sublingualis sehingga sekresi kelenjar saliva melindungi dan membersihkan plak bakteri pada gigi anterior rahang bawah (Chukwu, 2004)

Berdasarkan tabel 5 distribusi hasil klinis perawatan kaping pulpa direk berdasarkan posisi gigi menunjukkan bahwa gigi yang berada pada posisi mandibula berada pada kategori kurang sebanyak 2. Hal ini kemungkinan terjadi karena lokasi sisa-sisa makanan mudah tersangkut pada gigi-geligi rahang bawah sehingga menyebabkan bakteri banyak berkumpul di rahang bawah (Kaur, 2009). Bakteri merupakan


(54)

faktor yang sangat mempengaruhi terjadi kegagalan perawatan kaping pulpa, yaitu dapat terjadi bacterial leakage. Bacterial leakage selama preparasi sangat berpengaruh pada ketahanan restorasi, jika hal tersebut terjadi maka tidak dapat dihindari hal-hal seperti inflamasi, diskolorisasi margin, sensitifitas, karies sekunder bahkan berakhir perawatan saluran akar (Murray, 2002).


(55)

(56)

46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian keberhasilan klinis perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY tinggi tahun 2011-2015 dapat ditarik kesimpulan:

1. Terdapat keberhasilan perawatan dilihat dari evaluasi klinis sebelum dan sesudah perawatan

2. Keberhasilan kaping pulpa direk berdasarkan evaluasi klinis yang masuk kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan kategori kurang sebesar 5,30%.

3. Usia, jenis kelamin tidak memberikan pengaruh berarti pada keberhasilan perawatan kaping pulpa direk.

B. Saran

1. Beberapa perawatan kaping pulpa direk yang dilakukan mahasiswa profesi tidak melakukan kontrol setelahnya. Saran untuk hal tersebut adalah operator benar-benar melakukan re-call kepada pasien agar pasien datang kembali untuk kontrol sehingga tidak ada perawatan yang sia-sia.

2. Mahasiswa tingkat profesi sebaiknya mengisi data rekam medis secara detail dan lengkap.

3. Prosedur perawatan hendaknya menggunakan rubber dam, karena penggunaan rubber dam sebagai isolasi terbukti mengurasi penetrasi bakteri sehingga keberhasilan perawatan semakin tinggi.


(57)

47

4. Penambahan keterangan perawatan pada sistem rekam medis. Dalam penilitian ditemukan bahwa dalam sistem online rekam medis hanya menuliskan kasus berdasarkan diagnosa, lebih baik jika rincian perawatan ikut dalam keterangan sistem rekam medis.

5. Melakukan penelitian keberhasilan menggunakan bahan kaping pulpa selain kalsium hidroksida.


(58)

47

Daftar Pustaka

Ambarwati, F. E. (2012). Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Naskah Skripsi. Babick et al. (2013). Endodontic Diagnosis. Endodontics Colleagues for

Excellence. Chicago: American Association of Endodontic.

Babbush, C. A., Fehrenbach, M. J., Emmons, M., & Nunez, D. W. (2008). Dental Dictionary (2nd ed). USA: Mosby Elsevier. 97.

Chan C, l. W. (2005). Effects of TGF-beta on the growth, collagen synthesis and collagen lattice contraction of human dental pulpa fibroblast in vitro. Arch Oral Bio, 50(5), 469-479.

Chukwu GA, O. A. (2014). Dental caries and extractions of permanent teeth in Jos, Nigeria. African Journal of Oral Health, 1(1), 31-36.

Cohen, S., & Hargreaves, K. M. (2011). Pathways of The Pulp (Vol. 9). Texas: Mosby Elsevier.

Cox CF, Tarim B, Kopel H, Gurel G & Hafez A. (2001). Technique sensitivity; Biological factors contributing to clinical success with various restorative materials. Adv Dent, 15(1), 85-89.

Duda S, Dammaschke T. (2008). Alternative Calcium Hidroxide for Pulp Capping. Quintessence, 59, 1327-1334.

Goodell, G., Patricia, A., Commander., Moss., Dwight. (2005). Pulpal and periradicular diagnosis. Nav Dent School Journal, 27(9), 15-18.

Graham L, Cooper P, Cassidy N, Nor J, Sloan A, Smith A. (2006). The effect of calcium hydroxide on solubilisation of bio-active dentine matrix components. Journal of Biomaterials, 27(14), 2875-2873.

Hargreaves, K., & Goodis, H. (2002). Pulp As a Connective Tissue. Dalam S. a. Bender's, Dental Pulp (hal. 95-98). China: Quintessence Publishing Co, Inc.

Harkins, SW C. C. (1997). The perception of induced dental pain in young and elderly women. J Gerontol, 32(4), 428-435.

Heasman, P. (2006). Master Dentistry Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry, and Orthodontics. China: Churchill Livingstone.


(59)

48 Hilton, T. J. (2010). Keys to Clinical Success with Pulp Capping: A Review of

The Literature. NHS Public Access, 34(5), 615-625.

Horsted-Bindslev P., Bergenholtz, G. (2010). Treatment of vital pulp conditions.Textbook of Endodontolgy. 2nd ed. Wiley-Blackwell, 52-56. Huang, F. M., & Chang, Y. C. (2002, September). Cytotoxicity of resin-based

restorative materials on human pulp cell cultures. Oral Surgery Oral Medicine Oral Patholpgy Oral Radiology and Endodontic, 94(3), 361-365.

Ingle,JI J. S. (2002). Pulpal Pathology: its ethiology and prevention. In : Ingle JI,

Bakland LK. London: BC Decker.

Kaur, J. (2009). Dental education and oral health problem in India. Indian J Dent Educ, 2, 167.

Kitasako, Y., Shibata, S., Pereira, PNR., Tagami, J. (2000). Short Term dentin bridging of mechanically-exposed pulps capped with adhesive resin systems, Oper J Dent, 25(3), 155-162

Komabayashi Takashi., Ebihara, Arata., Aoki, Akira. (2015). The use of lasers for direct pulp capping. Journal of Oral Science, 57(4), 277-286.

Lopez-Frias, Francisco Javier; Cosano, Lizett Castellanos; Gonzales, Jenifer Martin; Llamas-Carreras, Jose Maria; Segura-Egea, Juan Jose;. (2012). Clincal measurement of tooth wear: Tooth Wear Indices. J Clin Exp Dent, 4(1), 48-53.

Lussi, A. (2006). Erosive tooth wear - a multifactorial condition of growing concern and increasing knowledge. Dental Erosion. Monographs on Oral Science, 24(2), 1-8.

M. Jamjoom, H. (2008, May). Clinical evaluation of directly pulp capped permanent teeth with Glass Ionomer materials. Kairo Dental Journal, 24, 177-185.

Miles et al . (2010). Pulp Capping with Mineral Trioxide Aggregate (MTA): A retrospective Analysis of Carious Pulp Exposures Treated by Undergraduate Dental Students. Operative Dentistry, 35(1), 20-28.

Mjor, I. A. (2009). Dentin Permeability: The Basis for Understanding Pulp Reactions and Adhesive Technology. Braz Dent J,20(1), 3-16.


(1)

CLINICAL EVALUATION THE SUCCESS OF DIRECT PULP CAPPING USING HARD SETTING CALCIUM HIDROXIDE AT DENTAL HOSPITAL

UMY

Fina Maulida Haniy1, Erma Sofiani2

1Student of Dental School of Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2Lecture of Conservative Department of Dental School of Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background : The pulp is the center of nerves and blood vessels in the tooth has important role in dental health. The cleaning action of caries or trauma can lead to pulp exposure, and therefore the treatment of protection the pulp is pulp capping. There are two types of actions direct pulp capping and direct pulp. Indirect pulp capping is a pulp protection measures where there is thin dentin tissue then capping material applied thereon. Direct pulp capping is pulp protection measures which has been a slight perforation of the pulp which is then capping material applied directly on the perforated section. One material pulp capping is hard setting calcium hydroxide, which is renowned as a capping material conventional pulp and has been widely used. Direct pulp capping successful treatment can be seen through evaluation of clinical, histological and radiographic. Clinical evaluation aims to determine the condition of the pulp that has been taken care through objective and subjective examination. The use of hard setting calcium hydroxide as a material direct pulp capping at the Dental Hospital UMY in the high category.

Aim : How to determine the clinical evaluation of success direct pulp capping with calcium hydroxide material type of hard setting at the Dental Hospital UMY.

Methods : clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY using secondary data, the medical records of patients who had taken care direct pulp capping during the years 2011-2015 at the Dental Hospital UMY.

Results : the clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY found that success with a good category as 89.40%, enough category of 5.30% and 5.30% less category. Differences in age, sex there is no consideratrion means in success.

Comclusion :

Keywords: direct pulp capping, calcium hydroxide hard setting, clinical evaluation


(2)

EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING

PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE

HARD SETTING

DI RSGM UMY

Fina Maulida Haniy1, Erma Sofiani2

1Mahasiswa Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Konservasi Pendidikan Dokter Gigi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Pulpa merupakan pusat saraf dan pembuluh darah pada gigi yang sangat berperan penting dalam kesehatan gigi. Tindakan pembersihan karies maupun trauma dapat menyebabkan terbukanya pulpa, maka dari itu dilakukan tindakan perlindungan terhadap pulpa yaitu kaping pulpa. Terdapat dua jenis tindakan kaping pulpa yaitu indirek dan direk. Kaping pulpa indirek merupakan tindakan perlindungan pulpa dimana masih tersisanya jaringan dentin yang tipis kemudian bahan kaping diaplikasikan diatasnya. Kaping pulpa direk adalah tindakan perlindungan pulpa yang telah terjadi sedikit perforasi pulpa yang kemudian bahan kaping diaplikasikan langsung pada bagian perforasi tersebut. Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida hard setting, yang terkenal sebagai bahan kaping pulpa konvensional dan telah banyak digunakan. Keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dapat dilihat melalui evaluasi klinis, histologis dan radiografis. Evaluasi klinis bertujuan mengetahui kondisi pulpa yang telah dilakukan perawatan melalui pemeriksaan objektif dan subjektif. Penggunaan kalsium hidroksida hard setting sebagai bahan kaping direk di RSGM UMY termasuk dalam kategori tinggi.

Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi secara klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting b di RSGM UMY.

Metode penelitian : Metode penelitian evaluasi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY ini menggunakan data sekunder, yaitu data rekam medis pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk selama tahun 2011-2015 di RSGM UMY.

Hasil : Hasil evalusi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY didapatkan bahwa keberhasilan dengan kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan kategori kurang sebesar 5,30%. Perbedaan usia, jenis kelamin tidak terdapat pengaruh berarti dalam keberhasilan.


(3)

Pendahuluan

Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang komposisinya sama dengan jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan saraf1. Empat fungsi utama pulpa antara lain dentinogenik (berperan dalam pembentukan dentin), sistem pertahanan (sebagai respon inflamasi jika terjadi paparan bakteri), fungsi sensori (kemampuan menyampaikan nyeri jika terjadi luka), dan nutritif (menutrisi metabolisme dentin)2. Pulpa akan kehilangan fungsinya jika mengalami peradangan. Salah satu jenis peradangan pulpa adalah pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa dalam gigi yang dapat terjadi ketika melakukan preparasi, pengambilan cetakan, tindakan restorasi, maupun faktor lain seperti penyakit periodontal2.

Kaping pulpa direk merupakan prosedur dimana pulpa yang terbuka dilapisi oleh bahan yang biokompatibel untuk merangsang terbentuknya jembatan dentin8. Teknik kaping pulpa direk mula-mula gigi di bersihkan menggunakan 0,2% larutan chlorhexidine, lalu gunakan rubber dam untuk mengisolasi gigi. Kavitas oklusal dipreparasi menggunakan bur bulat diamond dengan high-speed handpiece. Kavitas oklusal sedalam 3.0-3.5 mm, 4.0-4.5 mm lebar mesiodistal dan 3.0-3.5mm lebar fasiolingual. Dimensi kavitas dicek menggunakan digital caliper untuk menyesuaikan dengan standar ukuran kavitas. Haemostasis tercapai dengan mengaplikasikan cotton pellet yang lembab dengan larutan saline kemudian dikeringkan menggunakan cotton pellet. Bagian pulpa yang terbuka diaplikasikan menggunakan bahan kaping pulpa secara langsung3.

Kalsium hidroksida dikenal dalam dunia kedokteran gigi sejak tahun 1921

dan telah menjadi “gold standart” dalam perawatan kaping pulpa dan sukses digunakan selama lebih dari 10 tahun. Keuntungan kalsium hidroksida yaitu mempunyai kemampuan antibakteri yang baik. Penelitian menunjukan bahwa bakteri berkurang pada pulpa yang terinfeksi setelah satu jam diaplikasikan kalsium hidroksida. Salah satu kerugian dari kalsium hidroksida adalah tunnel defects dimana dentin reparatif yang terbentuk menipis dengan ditandai adanya fibroblas dan kapiler. Mekanisme kalsium hidroksida dalam kaping pulpa belum sepenuhnya dimengerti tetapi beberapa pendapat menyatakan dikarenakan pH kalsium hidroksida yang tinggi sehingga mengiritasi pulpa, yang mana merangsang terjadinya perbaikan melalui protein yaitu Bone Morphogenic Protein (BMP) dan Transforming Growth Factor-Beta One (TGF-β1)4.

Evaluasi klinis merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya suatu perawatan yang dapat dilakukan pada selang waktu tertentu setelah perawatan dilakukan. Evaluasi klinis subjektif dapat diketahui berdasarkan keluhan pasien. Tes klinis objektif dapat dilakukan melalui tes suhu dilakukan untuk mengetahui vitalitas pulpa, dapat menggunakan Endo-Ice frozen gas, Chlor Etil yang diaplikasikan di atas permukaan bukal gigi selama 5 detik. Tes Perkusi untuk memprediksi keterlibatan jaringan periradikuler yang mengindikasikan perubahan menuju pulpitis irreversibel, hal itu ditandai timbul rasa nyeri saat perkusi. Tes palpasi untuk memprediksi perluasan tulang periradikuler, tes ini menggunakan dau jari tangan pada sulkus bukal. Sakit yang timbul pada tes palpasi mengindikasikan infeksi yang meluas hingga endoseam5.


(4)

Jenis penelitian ini adalah observational deskriptif untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk di RSGM UMY. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data rekam media pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk di RSGM UMY selama tahun 2011-2015. Dari data sekunder tersebut didapatkan 38 sampel. Sampel tersebut di skor menggunakan indikasi skoring dari Rukmo Mandojo.

Penelitian ini memiliki beberapa kriteria inklusi dalam pemilihan sampel penelitian yaitu pasien RSGM UMY dengan perawatan kaping pulpa direk , jenis kelamin laki-laki dan perempuan segala usia, rekam medis 5 tahun terakhir pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk dengan diagnosa pulpitis reversibel. Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah data rekam medis yang tidak lengkap, perawatan kaping pulpa direk yang gagal dan menjadi pulpitis irreversibel.

Varibael pengaruhnya adalah kalsium hidroksida tipe hard setting, sedangkan variabel terpengaruhnya yaitu Variabel terkendali untuk penelitian ini yaitu evaluasi klinis perawatan kaping pulpa direk. Variabel terkendali pada penelitian ini adalah pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk, pasien dengan perforasi kurang atau mendakti 1mm, sedangkan variabel tidak terkendalinya yaitu kebiasaan pasien, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi, kontaminasi bakteri pada pulpa, kebocoran mikro, jenis tumpatan permanen serta ketebalan kalsium hidroksida.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien. Alat yang digunakan adalah kertas, bolpoin, buku logbook, dan laptop.

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan hasil klinis pasien setelah perawatan ialah dengan analisa deskriptif.

Hasil

Tabel 1. Hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk di RSGM AMC.

Baik Cukup Kurang Total

Jumlah Pasien 34 2 2 38

Presentase Hasil 89,40% 5,30% 5,30% 100%

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total 38 pasien perawatan kaping pulpa direk (100%) terdapat 2 pasien dengan hasil perawatan yang kurang (5,30%), 2 pasien dengan kategori cukup (5,30%) dan terdapat 34 pasien dengan kategori baik (89,40).


(5)

Pembahasan

Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan kaping pulpa direk menunjukkan bahwa dari 38 pasien yang telah dirawat, 34 pasien menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang cukup banyak tersebut sesuai dengan peran kalisum hidroksida yang secara klinis dan histologis sangat baik sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Kalsium hidroksida mampu merangsang terbentuknya dentin tersier oleh pulpa, dan secara klinis dibuktikan bahwa kesuksesan kalsium hidroksida dalam perawatan kaping pulpa direk sebesar 80%6. Pada kriteria cukup dan kurang didapatkan sebanyak 2 pasien, hal tersebut kemungkinan terjadi dikarenakan prosedur klinis. Prosedur klinis yang sangat penting pada saat perawatan kaping pulpa adalah isolasi. Dilaporkan bahwa prosedur tanpa isolasi rubber dam kemungkinan 60% terjadi spesimen abses dan 40% menunjukkan adanya inflamasi kronis. Perawatan kaping pulpa direk tanpa menggunakan rubber dam meningkatkan terjadinya bakteri invasi9. Faktor lain penyebab terbukanya pulpa adalah factor mekanik dan karies dimana keberhasilan yang disebabkan oleh kesalahan mekanik lebih besar yaitu 7,8% dari pada disebabkan karies sebesar 66,7%7.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian keberhasilan klinis perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY tinggi tahun 2011-2015 dapat ditarik kesimpulan:

1. Terdapat keberhasilan perawatan dilihat dari evaluasi klinis sebelum dan sesudah.

2. Keberhasilan kaping pulpa direk berdasarkan evaluasi klinis yang masuk kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan kategori kurang sebesar 5,30%.

3. Usia, jenis kelamin tidak memberikan pengaruh berari pada keberhasilan perawatan kaping pulpa direk.

Saran

1. Beberapa perawatan kaping pulpa direk yang dilakukan mahasiswa klinik tidak melakukan kontrol setelahnya. Saran untuk hal tersebut adalah operator benar-benar melakukan re-call kepada pasien agar pasien datang kembali untuk kontrol sehingga tidak ada perawatan yang sia-sia.

2. Mahasiswa tingkat profesi sebaiknya mengisi data rekam medis secara detail dan lengkap.

3. Prosedur perawatan hendaknya menggunakan rubber dam, karena penggunaan rubber dam sebagai isolasi terbukti mengurasi penetrasi bakteri sehingga keberhasilan perawatan semakin tinggi.

4. Penambahan keterangan perawatan pada sistem rekam medis. Dalam penilitian ditemukan bahwa dalam sistem online rekam medis hanya menuliskan kasus berdasarkan diagnosa, lebih baik jika rincian perawatan


(6)

5. Mencoba penggunaan bahan kaping pulpa lain, seperti Glass Ionomer Cement, dimana biokompatibilitasnya lebih bagus dibandingkan kalsium hidroksida dan memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi.

Daftar Pustaka

1. Hargreaves, K., & Goodis, H. (2002). Pulp As a Connective Tissue. Dalam S. a. Bender's, Dental Pulp (hal. 95-98). China: Quintessence Publishing Co, Inc.

2. D. Pansecchi Corporation. (2009). Protection of The Pulp. Dalam F. Brenna, Restorative Dentistry (hal. 137-158). China: Elsevier Mosby.

3. Parolia, A., Kundabala, M., Rao, N., Acharya, S., Agrawal, P., Mohan, M., et al. (2010). A comparative histological analysis of human pulp following direct pulp capping with Propolis, mineral trioxide aggregate and Dycal. Australian Dental Jurnal, 55, 59-64.

4. Graham L, Cooper P, Cassidy N, Nor J, Sloan A, Smith A. (2006). The effect of calcium hydroxide on solubilisation of bio-active dentine matrix components. Journal of Biomaterials, 2875-2873 5. M. Jamjoom, H. (2008, May). Clinical evaluation of directly pulp capped permanent teeth with

Glass Ionomer materials. Kairo Dental Journal, 24, 177-185.

6. Duda,S T. D. (2008). Alternative Calcium Hidroxide for Pulp Capping. Quintessenz, 1327-1334. 7. Horsted-Bindslev P, G. B. (2010). Treatment of vital pulp conditions.

8. Swarup SJ, R. A. (2014). Pulpal response to nano hydroxiapatite, mineral trioxide aggregate and calcium hidroxide when used as a direct pulp capping agent: an in vivo study. J Clin Pediatr Dent, 201-206.

9. Kitasako, Y, Shibata S, pereira, PNR, Tagami, J. (2000). Short Term dentin bridging of mechanically-exposed pulps capped with adhesive resin systems, Oper J Dent, 155-162