LKP : Penjelasan Modul I/O IMDSI02, IMDSO04, IMASO01, dan IMRIO02 Pada PLC Bailey INFI 90 di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban.

(1)

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2014

PENJELASAN MODUL I/O IMDSI02, IMDSO04, IMASO01, DAN IMRIO02 PADA PLC BAILEY INFI 90 DI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK PABRIK TUBAN

KERJA PRAKTEK

Program Studi S1 Sistem Komputer

Oleh :

JOSEPH MASARANI TANDIALLO 11.41020.0005


(2)

x

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN MOTTO...ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN ...v

ABSTRAKSI ...vi

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Tujuan Kerja Praktek...2

1.3 Perumusan Masalah...3

1.4 Batasan Masalah...4

1.5 Waktu Dan Lama Kerja Praktek...4

1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktek...4

1.7 Metodologi...5

1.8 Sistematika Penulisan...6


(3)

xi

2.2 Produk...13

2.3 Lokasi Pabrik ...18

2.4 Visi...20

2.5 Misi...20

BAB III LANDAS..AN TEORI...21

3.1 PLC ...21

3.1.1 Pengertian PLC...21

3.1.2 Pembagian PLC...22

3.1.3 Kegunaan Umum PLC...24

3.1.4 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan PLC...25

3.1.5 Perangkat Keras Pada PLC ...26

3.1.6 Dasar-dasar Pemrograman Pada PLC...34

3.2 Modul Input Output (I/O)...38

3.2.1 Pengertian...38

3.2.2 Fungsi Modul I/O...40

3.2.3 Struktur Modul I/O ...41

3.2.4 Beberapa Perintah Pada Modul I/O...42

BAB IV PEMBAHASAN...44

4.1 Modul – Modul I/O Pada PLC Bailey INFI 90...44

4.1.1. Digital Slave Input Module (IMDSI02)...44

4.1.2. Digital Slave Output Module (IMDSO04) ...49

4.1.3. Analog Slave Output Module (IMASO01)...55


(4)

xii

5.2 Saran ...68 DAFTAR PUSTAKA...69 Biodata Penulis...76


(5)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya merupakan salah satu lembaga pendidikan yang melahirkan lulusan-lulusan muda yang berpola pikir akademik bertindak profesional dan berakhlak. Dengan mengikuti Kerja Praktek ini diharapkan mahasiswa bisa mendapat nilai tambahan terhadap meteri kuliah yang telah diberikan serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang dunia kerja sekaligus mendapat pengalaman kerja secara nyata di perusahaan/indistri dan bekerja sama dengan orang lain dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda.

Indonesia merupakan negara berkembang dalam bidang industri. Hal ini menyebabkan banyak pabrik-pabrik bermunculan guna memenuhi kebutuhan akan satu produk. Perindustrian di Indonesia sebagian besar menggunakan mesin yang dapat diprogram dalam proses produksinya, walaupun masih melibatkan tenaga manusia untuk menunjang kerja mesin tersebut. Suatu modul yang dapat diberi program logic dengan tujuan untuk mengontrol suatu alat disebut PLC (Programmable Logic Controller).

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik (Persero) Tbk) adalah produsen semen yang terbesar di Indonesia. PT Semen Indonesia mempunyai empat lokasi pabrik untuk memproduksi


(6)

berbagai jenis semen, salah satunya berada di Pulau Jawa yaitu Semen Gresik. Untuk Semen Gresik, produksi semen dilakukan di pabrik Kota Tuban. Pabrik Tuban mempunyai area dan mesin produksi semen yang lengkap yaitu Crusher, Raw Mill, Kiln, Finish Mill, dan Packing sehingga dapat melakukan produksi semen mulai dari proses pengambilan bahan baku kapur hingga proses pengemasan.

Sebagian besar mesin PLC terdapat di pabrik Tuban. PLC yang digunakan pun bermacam-macam salah satunya adalah PLC jenis lama yaitu Bailey INFI 90. PLC ini berada di area pabrik Tuban I dan Tuban II dan digunakan untuk menjalankan mesin Raw Mill dan Kiln. Agar pengguna bisa memrogram PLC tersebut diperlukan modul input-output (I/O) agar dapat menjembatani antara pengguna dengan PLC dalam melakukan komunikasi. Modul I/O untuk PLC Bailey INFI 90 sudah terpasang pada PLC dan pemrograman PLC dilakukan secara terpusat melalui Central Control Room atau CCR.

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Dalam melaksanakan Kerja Praktek di suatu perusahaan maupun industri, maka mahasiswa sebagai seorang yang mejalankan syarat pendidikan tinggi tentunya memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan kegiatan praktek ini. Beberapa tujuan Kerja Praktek yang dimaksud adalah sebgai berikut :

1. Dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang dunia kerja yang sebenarnya khususnya di bidang PLC (Programmable Logic Controller).


(7)

2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang penerapan berbagain pengetahuan baik teori maupun praktek yang diperoleh pada perkuliahan dan diterapkan pada lapangan pekerjaan yang sesungguhnya di tempat praktek terutama dalam bidang PLC (Programmable Logic Controller).

3. Memberikan pengetahuan tambahan tentang hal-hal yang belum didapat di bangku perkuliahan mengenai PLC dan modul I/O.

4. Mahasiswa dapat melihat dan merasakan secara langsung teori yang telah didapat di bangku perkuliahan pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dalam hal PLC dan modul I/O.

5. Mahasiswa dapat menerapkan dan mempraktekkan secara langsung teori yang telah didapat dibangku perkuliahan pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dalam hal PLC dan modul I/O.

6. Mendidik dan melatih mahasiswa untuk dapat menyelesaikan dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi di lapangan dalam melaksanakan praktek.

7. Dapat membantu memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis sebagai seorang mahasiswa terhadap disiplin ilmu yang telah diperoleh pada saat belajar di bangku perkuliahan.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:


(8)

1. Bagaimana cara kerja PLC Bailey INFI 90 pada mesin Raw Mill dan Kiln dalam proses produksi semen.

2. Bagaimana mendeskripsikan modul-modul I/O yang umumnya digunakan pada PLC Bailey INFI 90.

1.4. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak mesin di pabrik Semen Gresik Kota Tuban yang menggunakan PLC, penulis membatasi pembahasan hanya pada deskripsi modul I/O pada PLC Bailey INFI 90 yang digunakan di area pabrik Tuban I dan Tuban II.

1.5. Waktu dan Lama Kerja Praktek

Adapun waktu dan lama Kerja Praktek di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah selama 4 minggu yang dimulai pada tanggal 1 Juli sampai 31 Juli 2014.

1.6. Ruang Lingkup Kerja Praktek

Sasaran kerja praktek adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar melalui pengamatan di bidang PLC:

a. Mengamati alur kerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam proses pembuatan semen.

b. Mengamati cara kerja PLC Bailey INFI 90 dalam menjalankan mesin produksi semen.

c. Mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan PLC Bailey INFI 90 beseta modul I/O yang telah diimplementasikan pada mesin produksi semen.


(9)

1.7. Metodologi

Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh penulis maka penulis mendapatkan bimbingan langsung dari karyawan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam proses produksi semen. Dari pengamatan tersebut dilakukan analisa mengenai pengerjaan proses produksi tersebut. Pengamatan itu meliputi proses produksi semen secara keseluruhan, setelah itu pengamatan pada cara kerja mesin produksi semen. Penulis lebih berfokus pada analisis modul I/O yang terpasang pada PLC Bailey INFI 90 yang digunakan di mesin produksi semen pada area pabrik Tuban I dan Tuban II. Adapun teknik atau metode yang penulis lakukan adalah berikut:

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap proses produksi semen secara keseluruhan dan cara PLC pada mesin produksi semen.

2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab terhadap karyawan dan pekerja lapangan pada pabrik Semen Gresik mengenai proses produksi semen secara keseluruhan dan cara kerja mesin produksi semen. Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Setyo Andi Kurniawan, S.T., beberapa pekerja lapangan di pabrik Semen Gresik, dan beberapa karyawan pabrik Semen Gresik di Central Control Room. Beliau-beliau menjelaskan mengenai proses produksi semen, cara kerja mesin produksi semen, dan peranan PLC dalam mesin produksi semen.

3. Studi literatur atau kepustakaan, yaitu dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan proyek yang dikerjakan.


(10)

4. Penulisan dan penyusunan laporan dari pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan sebagai pertanggung jawaban kepada perusahaan dan STIKOM.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan hasil praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan, Kontribusi serta Sistematika Penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini membahas tentang gambaran PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, visi, misi, sejarah perusahaan, dan jenis-jenis semen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas teori yang behubungan dengan teori penunjang, dimana dalam teori penunjang ini meliputi bagian-bagian mengenai praktek kerja lapangan oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai deskripsi beberapa modul I/O yang digunakan di PLC Bailey INFI 90 pada pabrik Semen Gresik Kota Tuban.


(11)

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan serta saran sehubungan dengan adanya kemungkinan pengembangan sistem pada masa yang akan datang.


(12)

8

PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Profil

Gambar 2.1. Logo PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik (Persero) Tbk) adalah produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2012, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi berganti nama dari sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat Komposisi pemegang saham pada saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%.


(13)

Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.

Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen global yang berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah menjadi: Pemerintah Republik Indonesia 51,0%, masyarakat 23,4% dan Cemex 25,5%.

Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,0%, Blue Valley Holdings PTE Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,0%. Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd. menjual seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,0% dan publik 48,9%.


(14)

Gambar 2.2. Kondisi saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2006 dan tahun 2010

Tanggal 18 Desember 2012 adalah momentum bersejarah ketika Perseroan melakukan penandatanganan transaksi final akuisisi 70 persen saham Thang Long Cement, perusahaan semen terkemuka Vietnam yang memiliki kapasitas produksi 2,3 juta ton/tahun. Akuisisi Thang Long Cement Company ini sekaligus menjadikan Perseroan sebagai BUMN pertama yang berstatus multi-national corporation. Sekaligus mengukuhkan posisi Perseroan sebagai perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas sampai tahun 2013 sebesar 30 juta ton per tahun

 Menyelesaikan pembangunan unit pabrik semen

 Akuisisi Thang Long Cement Joint stock Company (TLCC), di Vietnam.


(15)

 Menjadi Strategic Holding Company dan merubah nama menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Penggantian nama tersebut, sekaligus merupakan langkah awal dari upaya merealisasikan terbentuknya Strategic Holding Group yang ditargetkan dan diyakini mampu mensinergikan seluruh kegiatan operasional dan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menjamin dicapainya kinerja operasional maupun keuangan yang optimal.

Setelah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, pada tanggal 7 Januari 2013 ditetapkan sebagai hari lahir PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perseroan menggunakan nama Semen Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang krusial, mencakup:

1. Nama tersebut bisa merefleksikan ambisi dari grup.

2. Merangkul karakteristik nasional dari perusahaan yang mencakup ketiga OpCo

3. Melalui nama tersebut sejarah dan tradisi tetap dihormati 4. Melalui nama Semen Indonesia, seluruh Opco tetap dapat

menggunakan keberadaan merek eksisting secara optimal,

mengingat pengenalan merek baru akan sangat menyita waktu dan biaya. Perseroan juga telah mempertimbangkan bahwa nama Semen Indonesia sangat sejalan dengan sasaran pembentukan Holding dari berbagai aspek, mencakup:


(16)

1. Kemampuan untuk meningkatkan Sinergi:

 Sesuai dengan positioning anak-anak perusahaan yang bergerak dalam bidang persemenan.

 Merefleksikan Holding yang lebih besar dan melambangkan ke- Indonesiaan.

 Dapat memayungi anak-anak perusahaan persemenan yang berada di lokasi geografis yang berbeda (Gresik, Tonasa, dan Padang)

 Dapat diterima dengan mudah di lingkup Internasional ataupun dalam negeri

2. Kemudahan Implementasi:

 Tidak menimbulkan perubahan berarti yang mungkin mempengaruhi tahapan- tahapan pembentukan strategic holding.

 Mencerminkan gerakan perubahan ke arah strategic holding sebagai gerakan nasional / Indonesia.

3. Meningkatkan potensi pemasaran dan pertumbuhan

 Masing-masing merk eksiting (Semen Gresik, Semen Tonasa dan Semen Padang) tetap tumbuh dan eksis sebagai merk yang kuat di Indonesia.  Pada masa mendatang, nama Semen Indonesia

dapat menciptakan kebanggaan nasionalis; menghilangkan asosiasi dengan spesifik daerah.


(17)

 Kemungkinan lebih bisa diterima oleh potensial target merger dan akusisi (perusahaan Semen BUMN lainnya).

 Komplemen dari struktur strategic holding.

 Menambah keberadaan di pasar regional dan internasional

 Selaras dengan aspirasi menjadi pemain regional kelas atas Pembentukan Semen Indonesia sebagai Strategic Holding, akan memberikan keleluasaan dalam merealisasikan berbagai aksi korporasi, menyangkut: akuisisi, financing, pengembangan bisnis terintegrasi dengan industri semen, akuisisi lahan dalam rangka persiapan pembangunan pabrik baru dan sebagainya.

2.2. Produk

1. Semen Portland Tipe I. Dikenal pula sebagai Ordinary Portland Cement (OPC), merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya. 2. Semen Portland Tipe II. Dikenal sebagai semen yang mempunyai


(18)

bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton massa dan bendungan.

Gambar 2.3. Semen Portland Tipe I (OPC) dan Semen Portland Tipe II

3. Semen Portland Tipe III. Semua jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandara udara.

4. Semen Portland Tipe V. Semen jenis ini dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbang pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.


(19)

5. Special Blended Cement (SBC). Semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalam bentuk curah.

6. Super Masonry Cement (SMC). Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K225, dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow brick, paing block dan tegel.

Gambar 2.5. Super Masonry Cement (SMC)

7. Portland Pozzolan Cement (PPC). Semen Hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya, jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan pondasi pelat penuh.

8. Portland Composite Cement (PCC). Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum, dan satu atau lebih bahan anorganic. Kegunaan semen jenis ini sesuai untuk konstruksi


(20)

beton umum, pasangan batu bata, plesetan bangunan khusus seperti beton para-cetak, beton para-tekan dan paving block.

Gambar 2.6. Portland Pozzolan Cement (PPC) dan Portland Composite Cement (PCC)

9. Oil Well Cement (OWC) Class G HSR. Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistant (HSR) disebut juga sebagai “Basic OWC”. Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.

10. Semen Thang Long PCB40 / Portland Cement Blender (PCB40) sesuai dengan TCVN 6260:19979. Semen Thang Long PCB40 dapat

meningkatkan daya kerja concrete, meningkatkan daya tahan terhadap penyerapan air, erosi lingkungan dan bertahan lama, dan sangat cocok untuk iklim di Vietnam. Selain sifat-sifat yang unggul tersebut, semen Thang Long memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sangat Halus.


(21)

3. Setting Time: Initial Time: sekitar 120-170 menit. Final Time: setelah 3 – 4 jam. Cocok untuk pekerjaan konstruksi. 4. Mutu yang stabil. Cement Strength selalu melampaui standar

untuk menghemat jumlah pemakaian semen.

5. Daya tahan tinggi terhadap sulfat untuk konstruksi bawah tanah dan bawa air. Emisi panas yang rendah saat setting time, bermanfaat untuk konstruksi yang luas yang menggunakan bata ringan (concrete blocks).

Gambar 2.7. Oil Well Cement (OWC) dan Portland Cement Blender (PCB40)

11. Semen Thang Long PC50. Semen jenis ini sesuai untuk bangunan berspesifikasi tinggi atau beton khusus yang digunakan untuk proyek-proyek besar, sesuai dengan standar negara-negara pengimpor semen di Asia, Eropa dan Amerika. Produk ini cocok diaplikasikan pada jenis proyek konstruksi dengan persyaratan rumit, misalnya: jembatan, jalan, proyek pembangkit listrik tenaga air, konstruksi beton bertulang, maupun konstruksi beton dengan kuat tekan tinggi. Produk ini memiliki toleransi penyimpanan yang lebih panjang, sehingga mendukung proyek yang jauh lokasinya meski dalam bentuk ready mix concreate.


(22)

PC50 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap sulfat sehingga tepat jika diaplikasikan dalam bangunan yang ada di bawah tanah atau air. Kadar kapur dan suhu panas rendah sehingga mampu mengurangi kemungkinan retak atau pecah pada blok beton besar atau konstruksi beton.

Semen Portland Tipe I dan PPC tersedia di pasar retail, sementara jenis lainnya hanya diproduksi berdasarkan pesanan dalam jumlah tertentu. Produk-produk tersebut dipasarkan terutama untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan sebagian lainnya diekspor. Sebagian besar produk dipasarkan dalam bentuk kemasan zak, sedangkan selebihnya dalam bentuk curah. Perseroan merupakan produsen semen yang memiliki berbagai jenis produk semen berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.

2.3. Lokasi Pabrik

Lokasi pabrik sangat strategis di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Vietnam menjadikan Semen Indonesia mampu memasok kebutuhan semen di seluruh tanah air yang didukung ribuan distributor, sub distributor dan toko-toko. Selain penjualan di dalam negeri, Semen Indonesia juga mengekspor ke beberapa negara antara lain: Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Bangladesh, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik, Gambia, Benin dan Madagaskar.


(23)

Gambar 2.8. Logo Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa

1. Semen Padang. Semen Padang memiliki 4 (empat) pabrik semen, kapasitas terpasang 6 juta ton semen pertahun berlokasi di Indarung, Sumatera Barat. Semen padang memiliki 5 pengantongan semen, yaitu : Teluk Bayur, Belawan, Batam, Tanjung Priok dan Ciwandan.

2. Semen Gresik. Semen Gresik memiliki 4 pabrik dengan kapasitas terpasang 8,5 juta ton semen per tahun yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur. Semen Gresik memiliki 2 pelabuhan, yaitu : Pelabuhan khusus Semen Gresik di Tuban dan Gresik. Semen Gresik pabrik Tuban berada di Desa Sumberarum, Kec Kerek.

3. Semen Tonasa. Semen Tonasa memiliki 4 pabrik semen, kapasitas terpasang 6,5 juta ton semen per tahun, berlokasi di Pangkep, Sulawesi Selatan. Semen Tonasa memiliki 9 (sembilan) pengantongan semen, yaitu : Biringkasi, Makassar, Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Bitung, Palu, Ambon, Bali.

4. Thang Long Cement Company. Thang Long Cement Company memiliki kapasitas terpasang 2,3 juta ton semen per tahun, berlokasi


(24)

di Quang Ninh, Vietnam, Thang Long Cement Company memiliki 3 (tiga) pengantongan semen.

2.4. Visi

Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara

2.5. Misi

1. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.

2. Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan menjunjung tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan dan inovatif.

3. Meningkatkan keunggulan bersaing di domestik dan internasional. 4. Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki untuk

meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.

5. Memberikan kontribusi dalam peningkatan para pemangku kepentingan (stakeholders).


(25)

21

LANDASAN TEORI

3.1. PLC

3.1.1.Pengertian PLC

Programmable Logic Controller (PLC) pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Proses yang dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu seperti pada sistem-sistem servo atau hanya melibatkan kontrol dua keadaan (On/Off) saja tapi dilakukan secara berulang-ulang seperti yang biasa dijumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya (Iwan Setiawan, 2006).

PLC merupakan suatu piranti basis kontrol yang dapat diprogram bersifat logik, yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati:


(26)

 Programmable : Menunjukkan kemampuannya yang dapat dengan leluasa mengubah program yang dibuat dan kemampuannya dalam hal memori program yang telah dibuat.

 Logic : Menunjukkan kemampuannya dalam memproses input secara aritmatik atau dikenal dengan istilah Arithmetic Logic Unit (ALU), yaitu melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, dan negasi.

 Controller : Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

3.1.2.Pembagian PLC

Dari ukuran dan kemampuannya, PLC dapat dibagi menjadi jenis - jenis berikut :

1. Tipe compact.

Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :

 Seluruh komponen (power supply, CPU, modul input – output, modul komunikasi) menjadi satu.  Umumnya berukuran kecil (compact).

 Mempunyai jumlah input/output relatif sedikit dan tidak dapat ditambahkan.


(27)

Gambar 3.1. PLC Compact Micro Logix dari Allen Bradley

2. Tipe modular

Ciri-ciri PLC jenis ini adalah:

 Komponen-komponennya terpisah kedalam modul-modul.

 Berukuran besar.

 Memungkinkan untuk ekspansi jumlah input/output.  Memungkinkan penambahan modul-modul khusus.


(28)

Gambar 3.3. PLC Modular Bailey INFI 90

3.1.3.Kegunaan Umum PLC: a. Kontrol Sekuensial

PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC mengontrol agar setiap langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.

b. Bagian Monitoring

PLC secara kontinyu memonitor status sistem dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol, serta menampilkan pesan tersebut pada operator sistem.


(29)

3.1.4.Hal-hal Yang Dapat Dilakukan PLC: 1. Untuk kontrol bertipe sekuensial:

a. Pengganti relay kontrol logic konvensional termasuk timer/counter.

b. Pengganti pengontrol Printed Circuit Board (PCB). c. Sebagai mesin kontrol auto/semi auto/manual dan

proses-proses. 2. Untuk tipe kontrol canggih:

a. Operasi aritmatika (+,-,×,÷) b. Penanganan informasi.

c. Kontrol analog (suhu, tekanan, dll).

d. Kontrol Proporsional-Integral-Derivatif (PID). e. Kontrol motor servo.

f. Kontrol motor stepper. 3. Untuk tipe kontrol pengawasan:

a. Proses monitor dan alarm. b. Monitor dan diagnosa kesalahan.

c. Antarmuka dengan komputer (RS232C/RS422). d. Antarmuka printer/ASCII.

e. Jaringan kerja otomasi pada pabrik. f. Local Area Network (LAN). g. Wide Area Network (WAN).


(30)

h. Factory Automation (FA), Factory Management System (FMS), Computer Integration Management (CIM).

3.1.5.Perangkat Peras Pada PLC

Gambar 3.4. Hubungan PLC dan peralatan lain

Pada dasarnya, PLC mempunyai beberapa perangkat keras yang digunakan untuk menghubungkan modul PLC dengan peralatan masukan (input) dan peralatan keluaran (output), yaitu:

1. Catu daya (power supply).

Power supply merupakan penyedia daya bagi PLC. Range tegangan yang dimilikinya bisa berupa tegangan AC (misal: 120/240 VAC) maupun tegangan DC (misal: 24 V DC). PLC juga memiliki power supply (24V DC) internal yang bisa digunakan untuk menyediakan daya bagi input/output devices PLC (Handy Wicaksono, 2004).


(31)

2. Prosesor.

Processor ialah bagian PLC yang bertugas membaca dan mengeksekusi instruksi program. Prosesor mempunyai elemen kontrol yang disebut Arithmetic and Logic Unit (ALU), sehingga mampu mengerjakan operasi logika dan aritmetika (Handy Wicaksono, 2004).

3. Memori.

Memory ialah tempat penyimpanan data dalam PLC. Memori ini umumnya menjadi satu modul dengan prosesor/CPU. Jika berbentuk memori eksternal maka itu merupakan memori tambahan. Berikut ini contoh data yang tersimpan di memori:

Operating System PLC.

 Status input – output, data memory.  Program yang dibuat pengguna.


(32)

Dari gambar di atas, masing – masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Operating System Memory.

Berfungsi untuk menyimpan operating system PLC. Memori ini berupa ROM (Read Only Memory) sehingga tidak dapat dirubah oleh user.

Data (Status) Memory.

Berfungsi untuk menyimpan status input-output tiap saat. Memori ini berupa RAM (Random Access Memory) sehingga dapat berubah sesuai kondisi input/output. Status akan kembali ke kondisi awal jika PLC mati.

Program Memory

Berfungsi untuk menyimpan program pengguna. Jenis memori ini berupa RAM yang dapat menggunakan battery backup untuk menyimpan program selama jangka waktu tertentu. Selain itu memori dapat berupa EEPROM (Electrically Erasable Programmble Read Only Memory), yaitu jenis ROM yang dapat diprogram dan dihapus oleh user (Handy Wicaksono, 2004).

Sedangkan untuk kebutuhan pemrograman oleh pengguna, area memori PLC dapat digambarkan dalam bagan berikut:


(33)

Gambar 3.6. Bagan area memori PLC

Berikut ini penjelasan masing – masing bagian tersebut:  Register

Register berfungsi untuk menyimpan sekumpulan bit data, baik berupa : nibble (4 bit), byte (8 bit), maupun word (16 bit).

Flag register

Flag register berfungsi untuk mengindikasikan perubahan kondisi (state) input/output fisik. Flag register berupa satu bit data. CPU umumnya mempunyai internal flag untuk berbagai keperluan internal PLC.

Auxiliary relays

Auxiliary relays ialah elemen memori 1 bit dalam RAM yang digunakan untuk manipulasi data dalam program. Auxiliary relays disebut juga relay yang


(34)

imajiner, karena dapat menggantikan fungsi relay namun berbentuk program.

Timer

Timer adalah pemberi penundaan waktu dalam suatu proses. Timer berasal dari built in clock oscillator dalam CPU. Timer umumnya memiliki alamat khusus.

Counter

Counter adalah komponen penghitung input pulsa yang diberikan input device. CPU memiliki counter internal. Counter ini umumnya memiliki alamat khusus (Handy Wicaksono, 2004).

4. Modul masukan dan keluaran (Modul I/O)

Modul I/O adalah perantara PLC dengan unit masukan atau unit keluaran. Secara umum modul I/O pada plc dibagi menjadi dua:

Digital Input Module.

Digital Input Module berfungsi untuk menghubungkan input diskrit fisik (switch, sensor) dengan PLC. Modul ini tersedia dalam tegangan DC dan AC (umumnya : 240 VAC, 120 VAC, 24 VDC, dan 5 VDC). Di dalamnya terdapat “optoisolator” untuk mencegah lonjakan tegangan tinggi masuk PLC (sebagai pengaman). Berikut ini skema di


(35)

dalam digital input module untuk tegangan DC dan AC. Sebagai catatan, modul input yang dapat menerima tegangan AC memiliki rangkaian penyearah di dalamnya (Handy Wicaksono, 2004).

Gambar 3.7. Modul input digital untuk tegangan DC


(36)

Digital Output Module

Digital Output Module menghubungkan output diskrit fisik (lampu, relay, solenoid, motor) dengan PLC. Jenis – jenis Digital Output Module ialah :

o Triac output (output tegangan AC).

o Transistor output (output tegangan DC).

o Relay output (output tegangan AC/DC).

Gambar di bawah menunjukkan konfigurasi masing– masing jenis Digital Output Module.

Gambar 3.9. Jenis-jenis output diskrit  Analog input/output module

Selain modul input/output diskrit, terdapat juga modul input/output analog. Modul input analog dapat menerima tegangan dan arus dengan level tertentu (misal 0 – 10 V, 4 – 20 mA) dari


(37)

input device analog (misal: sensor analog, potensiometer). Sedang modul output analog dapat memberikan tegangn dan arus dengan level tertentu (misal 0 – 10 V, 4 – 20 mA) pada output device analog (misal: motor DC, motor AC, control valve) (Handy Wicaksono, 2004).

Gambar 3.10. Modul input/output analog

5. Alat pemrograman (Programming Device)

Programming Device ialah alat untuk membuat atau mengedit program PLC. Pada mulanya berupa hand held programmer seperti gambar di bawah. Keuntungannya ialah dapat dibawa ke mana saja karena bentuknya kecil, namun alat ini sulit untuk melihat program secara keseluruhan karena yang ditampilkan ialah program per baris saja.


(38)

Gambar 3.11. Hand held programmer dari PLC Allen Bradley

Dengan perkembangan komputer yang cepat, dan disertai ukurannya yang semakin mengecil, maka PC atau laptop jauh lebih sering digunakan sekarang ini. PC terhubung dengan PLC melalui programming port (umumnya RS 232) (Handy Wicaksono, 2004).

3.1.6.Dasar-dasar Pemrograman Pada PLC.

Pandangan umum tentang cara PLC mengeksekusi program adalah PLC bekerja secara berurutan atau dikenal dengan istilah first rung first. Yang terjadi sebenarnya adalah PLC bekerja secara simultan (scanning), kemudian PLC memperbaharui status input/output lalu mengeksekusi progam yang ada.


(39)

Gambar 3.12. Eksekusi program pada PLC

Terdapat PLC scan time, yaitu waktu Waktu yang dibutuhkan PLC untuk memperbaharui status input /output ketika mengeksekusi program dimana PLC scan time = I/O scan + Program Scan. Program scan adalah lama pembacaan instruksi dikurangi instruksi LD.

Sesuai dengan standar IEC 61131-3 (International Electrotechnical Commision), badan standarisasi dunia dalam bidang teknik elektro, IEC 61131-3 memberikan standard (keseragaman) untuk memprogram berbagai macam merk PLC. Salah satunya adalah ladder diagram.

Ladder diagram merupakan metode pemprograman PLC yang paling popular. Hal tersebut dikarenakan PLC merupakan kelanjutan dari relay logic control, yang sebelumnya juga mengunakan relay ladder logic. Istilah ladder digunakan karena bentuk bahasa ini mirip dengan tangga (ladder). Ladder diagram terdiri dari power rail, neutral rail, dan anak tangga (rung).


(40)

Pembacaannya dimulai dai kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Suatu rung tidak boleh diakhiri dengan lebih dari satu output. Sementara output (coil) dan input (contact) ditampilkan dalam kondisi dienergized. Input atau output tersebut diidentifikasikan melalui alamatnya.

Gambar 3.13. Contoh Ladder Diagram Komponen-komponen dasar dari ladder diagram adalah:

1. Contact/input

Normal Contact

o Normally Open Contact.

o Normally Close Contact.

 Transition contact

o Positive transition contact.

o Negative transition contact.

2. Coil/output


(41)

Latching Coil 3. Timer.

4. Counter.

Gambar 3.14. Contoh contact dan coil pada ladder diagram

Berikut adalah logika logika umum yang dihasilkan oleh ladder diagram.


(42)

Gambar 3.15. Logika umum pada ladder diagram

3.2. Modul Input-Output (I/O) 3.2.1.Pengertian

Bervariasinya metode operasi piranti peripheral, sehingga tidak praktis apabila sistem komputer harus menangani berbagai macam sistem operasi piranti peripheral tersebut. Kecepatan transfer data piranti peripheral umumnya lebih lambat dari pada laju transfer data pada CPU maupun memori. Format data dan panjang data pada piranti peripheral seringkali berbeda dengan CPU, sehingga perlu modul untuk menselaraskannya.


(43)

Gambar 3.16. Contoh modul-modul I/O pada PLC Bailey INFI 90

Modul I/O merupakan peralatan antarmuka (interface) bagi sistem bus atau switch sentral dan mengontrol satu atau lebih perangkat peripheral. Tidak hanya sekedar modul penghubung, tetapi sebuah piranti yang berisi logika dalam melakukan fungsi komunikasi antara peripheral dan bus komputer (Riyanto Sigit, 2008).

Dua fungsi utama modul I/O adalah:

1. Sebagai piranti antarmuka ke CPU dan memori melalui bus sistem.


(44)

2. Sebagai piranti antarmuka dengan peralatan peripheral lainnya dengan menggunakan link data tertentu.

Gambar 3.17. Model umum dari Modul I/O

3.2.2.Fungsi Modul I/O

1. Kontrol dan pewaktuan.

Fungsi kontrol dan pewaktuan (control & timing) merupakan hal yang penting untuk mensinkronkan kerja masing – masing komponen penyusun komputer. Dalam sekali waktu CPU berkomunikasi dengan satu atau lebih perangkat dengan pola tidak menentu dan kecepatan transfer komunikasi data yang beragam, baik dengan perangkat internal seperti register – register, memori utama, memori sekunder, perangkat peripheral.


(45)

Proses tersebut bisa berjalan apabila ada fungsi kontrol dan pewaktuan yang mengatur sistem secara keseluruhan. Transfer data tidak akan lepas dari penggunaan sistem bus, maka interaksi CPU dan modul I/O akan melibatkan kontrol dan pewaktuan sebuah arbitrasi bus atau lebih.

2. Untuk buffering data

Tujuan utama adalah mendapatkan penyesuaian data sehubungan perbedaan laju transfer data dari perangkat peripheral dengan kecepatan pengolahan pada CPU. Laju transfer data dari perangkat peripheral lebih lambat dari kecepatan CPU maupun media penyimpan.

3. Pendeteksi kesalahan

Bila perangkat peripheral terdapat masalah sehingga proses tidak dapat dijalankan, maka modul I/O akan melaporkan kesalahan tersebut. Misal informasi kesalahan pada peripheral printer seperti: kertas tergulung, pinta habis, kertas habis. Teknik yang umum untuk deteksi kesalahan adalah penggunaan bit paritas.

3.2.3.Struktur Modul I/O

Berbagai macam modul I/O muncul seiring perkembangan komputer, tetapi bagaimanapun kompleksitas suatu modul I/O, terdapat kemiripan struktur.


(46)

Gambar 3.18. Blok diagram struktur modul I/O

Terdapat tiga saluran antarmuka modul I/O ke CPU melalui bus sistem komputer:

1. Saluran data. 2. Saluran alamat. 3. Saluran kontrol.

Bagian terpenting adalah blok logika I/O yang berhubungan dengan semua peralatan antarmuka peripheral, terdapat fungsi pengaturan dan switching pada blok ini.

3.2.4. Beberapa Perintah Pada Modul I/O 1. Perintah kontrol.

Perintah ini digunakan untuk mengaktivasi perangkat peripheral dan memberitahukan tugas yang diperintahkan padanya.


(47)

2. Perintah test

Perintah ini digunakan CPU untuk menguji berbagai kondisi status modul I/O dan peripheral-nya. CPU perlu mengetahui perangkat peripheral-nya dalam keadaan aktif dan siap digunakan, juga untuk mengetahui operasi-opeasi I/O yang dijalankan serta mendeteksi kelemahannya.

3. Perintah read

Perintah pada modul I/O untuk mengambil suatu paket data kemudian menaruh dalam buffer internal. Proses selanjutnya paket data dikirim melalui bus data setelah terjadi sinkronisasi data maupun kecepatan transfernya. 4. Perintah write

Perintah ini kebalikan dari perintah read. CPU memerintahkan modul I/O untuk mengambil data dari bus data untuk diberikan pada perangkat peripheral tujuan data tersebut.


(48)

44

PEMBAHASAN

4.1. Modul – Modul I/O pada PLC BAILEY INFI 90 4.1.1.Digital Slave Input Module (IMDSI02)

1. Pengenalan

Digital slave input (DSI) modul (IMDSI02) membawa 16 sinyal digital yang berbeda ke sistem INFI 90 untuk pemrosesan dan pemantauan. Master module menyediakan fungsi kontrol dan slave module menyediakan input-output (I/O)

Gambar 4.1. Modul IMDSI02

2. Deskripsi modul

Modul Digital Slave Input (DSI) terdiri dari sebuah printed circuit board (PCB) yang mempunyai sebuah slot


(49)

di Module Mounting Unit (MMU). Dan memantau dua grup yang berbeda dari 8 input digital; 12 input terpisah dari yang lainnya; dan 2 pasang yang lainnya saling berbagi jalur input positif.

Gambar 4.2. Level komunikasi INFI 90

Desain dari modul DSI memungkinkan fleksibilitas dalam strategi manajemen proses. Yang menghadirkan 16 sinyal digital yang terpisah (24 VDC, 125 VDC, dan 120 VAC) kepada sistem.

Panel muka indikasi status LED memberikan sebuah indikasi visual dari kondisi input untuk melakukan pengujian dan diagnosa sistem. Sebuah modul DSI dapat dihapus ataupun diinstal tanpa membuat sistem mati


(50)

Gambar 4.3. Tampak depan modul IMDSI02

Beberapa modul dan peralatan yang dapat digunakan pada modul DSI adalah:

Tata Nama Hardware

IMMFP01/02 Multi-Function Processor (MFP) Module

IMLMM02 Logic Master Module NIDI01 Termination Module, Digital

Inputs

NTDI01 Termination Unit, Digital Inputs NKTM01 Cable, Termination Module NKTU01 Cable, Termination Unit NKTU02 Cable, Termination Module


(51)

3. Spesifikasi

DAYA LOGIKA Tegangan +5 VDC (±5%)

Penggunaan Arus 55 mA +5 VDC (umum) 79 mA (maksimal) INPUT DIGITAL

Tegangan

24 VDC (±10%) 125 VDC (±10%) 120 VAC (±10%)

Arus (umum)

4.5 mA @ 24 VDC 5.0 mA @ 125 VDC

7.0 mA @ 120 VAC rms @ 60 Hz Tegangan Aktif (minimum) 24 VDC 125 VDC 120 VAC 21.4 VDC 95.0 VDC 85.0 VAC Tegangan Non-aktif (maksimum) 24 VDC 125 VDC 120 VAC 12 VDC 60 VDC 42 VAC Arus masukan

maksimal saat Non-aktif (minimal)

24 VDC 125 VDC 120 VAC

3 mA @ 21.4 VDC 3 mA @ 95.0 VDC 5 mA @ 85.0 VAC 60 Hz Toleransi Arus (maksimum) 24 VDC 125 VDC 120 VAC

10 uA (@ Vin ≤ 12 VDC)

10 uA (@ Vin ≤ 60 VDC)

1.6 mA (@ Vin ≤ 42 VAC 60 Hz)

Waktu Respon DC DC “Fast” –DC “Slow” – 1.5 ms 17 ms LINGKUNGAN

Temperatur ruangan 0o– 70oC (32o– 158oF)

Kelembaban

0 – 95% saat mencapai 55oC (131oF) (tidak berembun)

0 – 45% saat 70oC (158oF) (tidak berembun)

Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)

Kualitas Udara Tidak Korosif


(52)

4. Blok Diagram DSI

Gambar 4.4 menunjukkan blok diagram DSI. Bagian input isolation terdiri dari pembatas arus dan optocouplers untuk memisahkan 16 input dari rangkaian modul. Rangkaian input ini memberikan tegangan 300 volt kepada rangkaian input dan rangkaian logika, dengan menggunakan jalur PCB.

Bagian threshold detection menguji tegangan masukan untuk menentukan apakah dalam kondisi tegangan yang diinginkan untuk mengindikasikan aktif atau non-aktif. Keluaran dari komparator ini dikirim pada read buffer dalam bagian control logic. Jika input mendapatkan tegangan, maka akan memberikan status pada panel LED untuk menyala.

Bagian control logic terdiri dari buffer yang menahan input dan nilai status byte. Bagian slave expander bus interface mengijinkan master module untuk membaca byte-byte tersebut.


(53)

5. Rangkaian Input

Saat sinyal input masukan sesuai dengan level tegangan, sebuah diode zener aktif untuk mengalirkan arus melalui optocoupler. Keluaran dari optocoupler menyebabkan output komparator menjadi low. Keluaran ini menyalakan panel LED untuk memberikan indikasi adanya masukan; slave expander bus mentransmisikan logika 1 kepada master module. Saat tidak ada sinyal masukan, tidak ada arus yang melalui optocoupler, panel LED tidak menyala dan DSI mentransmisikan logika 0. Gambar 4.5 menunjukkan rangkaian input digital

Gambar 4.5. Rangkaian input digital IMDSI02

4.1.2.Digital Slave Output Module (IMDSO04) 1. Pengenalan

Digital Slave Output module (IMDSO04) mengeluarkan 16 sinyal digital dari INFI 90 untuk mengontrol sebuah proses. Ini adalah antar muka


(54)

(interface) antara proses-proses dan sistem manajemen proses dari INFI 90. Sinyal ini menghasilkan saklar digital (On atau Off) untuk peralatan lapangan. Master module menjalankan fungsi kontrol, slave module menyediakan input-output

Gambar 4.6. Modul IMDSO04

2. Deskripsi modul

Modul Digital Slave Output (DSO) terdiri dari sebuah printed circuit board (PCB) yang mempunyai sebuah slot di Module Mounting Unit (MMU). Dan memantau dua grup yang berbeda dari 8 input digital; 12 input terpisah dari yang lainnya; dan 2 pasang yang lainnya saling berbagi jalur input positif.


(55)

Gambar 4.7. Level komunikasi INFI 90

Desain dari modul DSO memungkinkan fleksibilitas dalam strategi manajemen proses. Yang mengeluarkan 16 sinyal digital yang terpisah kepada proses. Transistor open collector pada rangkaian keluaran dapat menyerap 250 mA kepada tegangan bawaan 24 VDC.

Panel muka indikasi status LED memberikan sebuah indikasi visual dari kondisi input untuk melakukan pengujian dan diagnosa sistem. Sebuah modul DSO dapat dihapus ataupun diinstal tanpa membuat sistem mati


(56)

Gambar 4.8. Tampak depan Modul IMDSO04

Beberapa modul dan peralatan yang dapat digunakan pada modul DSO adalah:

Tata Nama Hardware

IMMFP01/02 Multi-Function Processor (MFP) Module

IMLMM02 Logic Master Module

NIDI01 Termination Module, Digital Inputs NTDI01 Termination Unit, Digital Inputs NKTM01 Cable, Termination Module NKTU01 Cable, Termination Unit NKTU02 Cable, Termination Module

Tabel 4.3. Modul dan peralatan pada DSO

3. Spesifikasi

KEBUTUHAN DAYA Tegangan +5 VDC (±5%)


(57)

Arus 135 mA (umum) 200 mA (maksimal) Pemborosan Daya 750 mW (umum)

1.2 W (maksimal) OUTPUT

Tegangan Bawaan 24 VDC Arus Bawaan

(maksimal) 250 mA Toleransi Arus

(maksimum) 10 µA @ 70

o

C (158oF) Toleransi Tegangan

Aktif turun (Maksimum)

2.4 V @ 70oC (158oF)

Penggunaan Arus 150 mA (umum), 250 mA (maksimal)

LINGKUNGAN

Temperatur ruangan 0o– 70oC (32o– 158oF)

Kelembaban

0 – 95% saat mencapai 55oC (131oF) (tidak berembun)

0 – 45% saat 70oC (158oF) (tidak berembun)

Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)

Kualitas Udara Tidak Korosif

Tabel 4.4. Spesifikasi Modul DSO

4. Blok Diagram DSO

Modul DSO terdiri dari register, buffer dan rangkaian interface (antar muka). Bagian-bagian ini mengontrol perpindahan output digital dan mentransmiskikan status operasi slave kembali ke master module. Transistor open collector menghasilkan fungsi


(58)

perpindahan. Optocouplers berfungsi memisahkan rangkaian modul dari proses.

Modul DSO mempunyai 2 set rangkaian untuk mengontrol 16 output. Sebuah rangkaian untuk mengontrol output dari grup A; sedangkan yang lainnya mengontrol output dari grup B. Keduanya menerima data dari sebuah slave expander bus interface. Gambar 4.9 menunjukkan blok diagram dari modul DSO.

Gambar 4.9. Blok Diagram modul DSO

5. Rangkaian Output Digital

Enam belas transistor open collector pada bagian digital output berfungsi sebagai saklar digital. Optocouplers pada setiap keluaran berguna untuk memisahkan antara rangkaian modul dan peralatan di lapangan. Semua output pada awalnya terkondisi mati


(59)

(OFF) sampai menerima sinyal dari bagian data selector yang menyebabkan aktif.

Gambar 4.10. Rangkaian Output Digital

Bagian data selector menyalurkan output dari rangkaian dan menyalakan panel LED dengan menggunakan data dari output register atau default register. Saat pengoperasian normal, yang digunakan adalah data dari output register

4.1.3 Analog Slave Output Module (IMASO01) 1. Pengenalan

Analog Slave Output Module (IMASO01) mengeluarkan 14 sinyal analog terpisah yang digunakan INFI 90 untuk mengontrol sebuah proses. Ini adala sebuah interface antara proses dan Sistem Manajemen Proses INFI 90. Master module menjalankan fungsi kontrol, slave module menyediakan input-output.


(60)

Gambar 4.11. Modul IMASO01 2. Deskripsi Modul

Modul Analog Slave Output (ASO) terdiri dari sebuah printed circuit board (PCB) yang mempunyai sebuah slot di Module Mounting Unit (MMU). Dipswitch pada PCB mengatur setiap output analog. Panel LED mengindikasikan status dari modul.


(61)

Desain dari modul ASO memungkinkan fleksibilitas dalam membuat strategi manajemen proses. Yang mengeluarkan 14 sinyal analog yang akan digunakan Multi-Function Processor untuk mengontrol proses

Output analog ASO adalah sinyal dari 1 – 5 VDC atau 4 – 20 mA. Setiap saklar mengatur mode (tegangan atau arus) untuk setiap output. Kemampuan ini memungkinkan INFI 90 untuk menyamakan kebutuhan proses.

Panel muka indikasi status LED memberikan sebuah indikasi visual dari kondisi input untuk melakukan pengujian dan diagnosa sistem. Sebuah modul ASO dapat dihapus ataupun diinstal tanpa membuat sistem mati.


(62)

Beberapa modul dan peralatan yang dapat digunakan pada modul ASO adalah:

Tata Nama Hardware

IMMFP01/02 Multi-Function Processor Module NIDI01 Termination Module

NTDI01 Termination Unit

NKTM01 Cable, Termination Module NKTU01 Cable, Termination Unit NKTU02 Cable, Termination Module

Tabel 4.5. Modul dan peralatan pada ASO 3. Spesifikasi

KEPERLUAN DAYA

Tegangan

+5 VDC (±5%) +15 VDC (±5%) -15 VDC (±5%) +24 VDC (±10%) (dari termination unit/termination module)

Arus

480 mA (+5 VDC) 200 mA (+15 VDC) 195 mA (-15 VDC) 310 mA (+24 VDC)

Pemborosan Daya

3.75 W @ +5 VDC 5.25 W @ +15 VDC 3.75 W @ -15 VDC OUTPUT

Resolusi D/A 10 bit untuk output analog Akurasi Output ≤ 0.15% (mode tegangan)≤ 0.25% (mode arus)

Tahanan Bawaan

750 ohms maksimal (mode arus) 22k ohms minimal (mode tegangan)


(63)

Pembatasan Arus

(Proteksi Arus pendek) 50 mA LINGKUNGAN

Temperatur ruangan 0o– 70oC (32o– 158oF)

Kelembaban

0 – 95% saat mencapai 55oC (131oF) (tidak berembun)

0 – 45% saat 70oC (158oF) (tidak berembun)

Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)

Kualitas Udara Tidak Korosif

Tabel 4.6. Spesifikasi modul ASO

4. Blok Diagram ASO

Rangkaian ASO mengontrol 14 output analog dan mentransmisikan status operasi slave kembali kepada modul MFP. Gambar 4.14 menjelaskan blok diagram dari modul ASO.


(64)

5. Rangkaian Output Analog

Bagian output analog terdiri dari 14 rangkaian keluaran yang terpisah dan membuat output analog. Bagian ini adalah loop tertutup arus/tegangan dari rangkaian keluaran yang memantau dan menyesuaikan keluaran untuk dibandingkan pada output permintaan.

Gambar 4.15. Rangkaian output analog

Rangkaian ini mengimbangi suplai tegangan yang bervariasi dan tahanan yang tak menentu. Semua output secara otomatis akan menjadi 0 persen (1 VDC atau 4 mA) saat dijalankan. Mode output dapat dipilih oleh setiap chanel output: arus (4 – 20 mA) maupun tegangan (1 – 5 VDC). Pembatas arus pada setiap output berguna untuk proteksi arus pendek. Untuk kondisi arus pendek, arus akan dibatasi sampai 50 mA.


(65)

4.1.4 Remote I/O Slave Module (IMRIO02) 1. Pengenalan

Remote I/O Module (IMRIO02) beropeasi dengan Bailey Multi-Function Processor (IMMFP01/02/03) untuk memberikan kemampuan kontrol yang kuat dalam plant skala besar. Modul Remote I/O didesain untuk berkomunikasi antara MFP dan modul slave yang terletak di tempat yang jauh.

Gambar 4.16. Modul IMRIO02

2. Deskripsi Modul

Remote I/O (RIO) menempati satu tempat (slot) Module Mounting Unit (MMU). Dipswitches dalam RIO mengatur pilihan user dan alamat modul. LED yang terletak di depan panel memberikan status operasi. Dua Captive Screw dalam modul faceplate mengamankannya pada MMU. User menghubungkan kabel komunikasi kepada termination unit/module dimana unit ini terhubung ke RIO.


(66)

Gambar 4.17. Tampak depan modul IMRIO02

Modul RIO beroperasi pada beberapa perangkat keras Bailey berikut:

Tata Nama Hardware

NIRL03 Termination Module Remote Link NTCS02 Termination Unit, Controller Station NTRL02 Termination Unit, Fiber Optic

Remote Link

NTRL03 Termination Unit, Remote Link Tabel 4.7. Modul dan peralatan pada RIO


(67)

Gambar 4.18. Skema Komunikasi untuk modul Remote I/O

3. Spesifikasi

KEPERLUAN DAYA

Operasi

+ 5 VDC, 1.45 A typ., 1.80 A max + 15 VDC, 17.5 mA typ., 20 mA max

- 15 VDC, 80.0 mA typ., 90 mA max

Konsumsi

+ 5 VDC, 7.25 watts typ., 9.0 watts max. + 15 VDC, 0.26 watts typ., 0.30 watts max. - 15 VDC, 1.20 watts typ., 1.35 watts max.

DATA RATE Serial link 1 Mbit/s

KAPASITAS MEMORI Static RAM 8 kbytes


(68)

Static RAM (with shared MFP)

8 kbytes

ROM 32 kbytes

PEMASANGAN

Menggunakan satu slot di INFI 90 Mounting Unit LINGKUNGAN

Temperatur ruangan 0o– 70oC (32o– 158oF)

Kelembaban

5% – 90% RH (± 5%) saat mencapai 55oC (131oF) (tidak berembun)

5% – 40% (± 5%) saat 70oC (158oF) (tidak berembun)

Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)

Kualitas Udara Tidak Korosif

Tabel 4.8 Spesifikasi Modul RIO

4. Fungsi Operasional

Fungsi utama dari RIO adalah untuk memungkinkan MFP berinteraksi dengan remote slave module. Fungsi kedua adalah untuk menyediakan Digital Indicator Station (DIS) atau Stasiun Indikator Digital tambahan. RIO juga mendukung Analog Control Station (ACS). MFP berkomunikasi dengan Remote Master Processor (RMP) melalui Expander Bus. RMP kemudian berkomunikasi dengan Remote Slave Processors (RSPs) melalui serial link dengan kecepatan 1Mbit/s dan menggunkanan pengecekan error Cyclic Redundancy Check (CRC).


(69)

IMRIO02 juga mendukung Network 90 Multi-Function Controller (MFC).

5. Penjaluran RIO

Penjaluran modul RIO terbagi menjadi tujuh blok 1. Expander Bus Slave Interface

Interface ini mempunyai jalur penting untuk menyediakan komunikasi antara MFP dan RIO. Sebuah jalur yang terintegrasi memungkinkan interface untuk mengenali pesan yang dikirim dari MFP kepada RIO melalui Expander Bus.

2. Expander Bus Master Interface

Interface ini memungkinkan RIO untuk menjadi modul master pada remote Expander Bus. 3. Shared RAM

Blok ini memiliki 8 kbytes RAM dan logika penting untuk mengijinkan MFP dan CPU untuk mengaksesnya. Shared RAM adalah sebuah buffer yang menyimpan informasi dari slave sampai MFP mengaksesnya. Ini juga memungkinkan MFP untuk menulis data pada modul slave.

4. Memori

Modul RIO juga memiliki beberapa memori berikut untuk keperluan umum:


(70)

• 32 Kbytes ROM. 5. Dukungan CPU

Modul RIO mempunyai dua jalur yang terintegrasi untuk menyediakan dukungan untuk CPU. Sirkut yang terintegrasi ini menyediakan clock, pendekodean alamat, fungsi timer, dan membantu prosesor juga sistem memori.

6. Serial – CPU Interface

Blok ini mempunyai jalur untuk hubungan komunikasi, bersama dengan FIFO (First In, First Out) buffers. CPU menerima dan mentransmit pesan melalui FIFO buffer. CPU mentransmit data kemudian menunggu balasan. CPU dapat membaca informasi dari Serial Link buffer untuk informasi sumber interupsi dan status terkini dari jalur tersebut.

7. Serial Link Interface

Blok ini mempunyai driver dan jalur penerima untuk interface serial link. Jalur penerima mengkondisikan dan memperkuat gelombang input, dan sebuah jalur yang terintegrasi mengubah sinyal ini menjadi sinyal data digital. Data digital ini kemudian di Receive FIFO buffer.


(71)

67

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Perusahaan yang bergerak di bidang produksi harus memiliki alat kontrol yang dapat diandalkan demi mengoptimalkan produktivitas pabrik. Salah satu alat kontrol yang sangat berperan dalam proses produksi Programmable Logic Controller (PLC). PLC berperan dalam pengoperasian mesin produksi dan menjalankan mesin produksi sesuai dengan keinginan pengguna karena sifat PLC yang dapat diprogram (programmable). Contoh penggunaan PLC adalah dapat mengontrol putaran motor dari mesin pengaduk semen.

Pada laporan kerja praktek ini, melakukan penjelasan atau deskripsi mengenai modul input-output (I/O) pada PLC Bailey INFI 90 untuk mengendalikan mesin Raw Mill dan Kiln. Data yang diperoleh dari pihak penyelia adalah penjelasan singkat dan spesifikasi mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI 90.

Data dan penjelasan singkat dari pihak pabrik nantinya akan dibuat suatu penjelasan mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI 90. Penjelasan ini didokumentasikan agar para pekerja dapat memahami modul I/O PLC Bailey INFI 90


(72)

5.2. Saran

Pada pelaporan keja praktek ini, penelitian yang dilakukan masih sebatas pengenalan singkat mengenai PLC dan modul I/O. Mengingat bahwa perusahaan tempat kerja praktek penulis memiliki deadline target produksi dan pengerjaan proyek, serta masa kerja praktek relatif singkat maka penulis hanya melakukan penjelasan mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI, tidak sampai pada pemrograman dan pengoperasiannya. Maka dari itu, untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat menjangkau ke tahap simulasi pemrograman dan pengoperasian PLC Bailey INFI 90. Tentunya hal ini dapat terwujud dengan ijin dari pihak pabrik dan penyelia.


(73)

69

DAFTAR PUSTAKA

Sujatmoko, MN. 2000. Dasar-Dasar Control Component Dan Sysmac. PT. OMRON Manufacturing of Indonesia.

Wicaksono, Handy. 2009. Programmable Logic Controller – Teori, Pemrograman dan Aplikasinya dalam Otomasi Sistem. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wicaksono, Handy. 2004. Catatan Kuliah ”Automasi 1” Bab 3 PLC’s Hardware. Teknik Elektro Universitas Kristen Petra (http://learnautomation.files.wordpress.com/2009/08/modul-keseluruhan-automasi-1-1-bab-3.pdf (diakses pada 24 November 2014)).

Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol. ISBN 979-763-099-4. Yogyakarta: Andi.

Heru, Totok. PLC TEORI.pdf. Universitas Negeri Yogyakarta. (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Totok%20Heru%20Tri% 20Maryadi,%20Drs.%20M.Pd./PLC%20TEORI.pdf (diakses pada 18 November 2014))

Sigit, Riyanto dkk. 2008. Presentasi Pertemuan ke – 12 Unit Masukan dan Keluaran. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. (http://lecturer.eepis-its.edu/~setia/Modul/Orkom/P12.pdf (diakses pada 5 Desember 2014))


(74)

http://www.semenindonesia.com/page/get/profil-perusahaan-9 (diakses pada 18 November 2014).

http://www.semenindonesia.com/page/get/visi-dan-misi-10 (diakses pada 18 November 2014).

http://www.semenindonesia.com/page/get/jenis-produk-23 (diakses pada 23 November 14)


(1)

IMRIO02 juga mendukung Network 90 Multi-Function Controller (MFC).

5. Penjaluran RIO

Penjaluran modul RIO terbagi menjadi tujuh blok

1. Expander Bus Slave Interface

Interface ini mempunyai jalur penting untuk menyediakan komunikasi antara MFP dan RIO. Sebuah jalur yang terintegrasi memungkinkan interface untuk mengenali pesan yang dikirim dari MFP kepada RIO melalui Expander Bus.

2. Expander Bus Master Interface

Interface ini memungkinkan RIO untuk menjadi modul master pada remote Expander Bus.

3. Shared RAM

Blok ini memiliki 8 kbytes RAM dan logika penting untuk mengijinkan MFP dan CPU untuk mengaksesnya. Shared RAM adalah sebuah buffer

yang menyimpan informasi dari slave sampai MFP mengaksesnya. Ini juga memungkinkan MFP untuk menulis data pada modul slave.

4. Memori

Modul RIO juga memiliki beberapa memori berikut untuk keperluan umum:


(2)

66

• 32 Kbytes ROM. 5. Dukungan CPU

Modul RIO mempunyai dua jalur yang terintegrasi untuk menyediakan dukungan untuk CPU. Sirkut yang terintegrasi ini menyediakan

clock, pendekodean alamat, fungsi timer, dan membantu prosesor juga sistem memori.

6. Serial – CPU Interface

Blok ini mempunyai jalur untuk hubungan komunikasi, bersama dengan FIFO (First In, First Out) buffers. CPU menerima dan mentransmit pesan melalui FIFO buffer. CPU mentransmit data kemudian menunggu balasan. CPU dapat membaca informasi dari Serial Link buffer untuk informasi sumber interupsi dan status terkini dari jalur tersebut.

7. Serial Link Interface

Blok ini mempunyai driver dan jalur penerima untuk interface serial link. Jalur penerima mengkondisikan dan memperkuat gelombang input, dan sebuah jalur yang terintegrasi mengubah sinyal ini menjadi sinyal data digital. Data digital ini kemudian di Receive FIFO buffer.


(3)

67

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Perusahaan yang bergerak di bidang produksi harus memiliki alat kontrol yang dapat diandalkan demi mengoptimalkan produktivitas pabrik. Salah satu alat kontrol yang sangat berperan dalam proses produksi

Programmable Logic Controller (PLC). PLC berperan dalam pengoperasian mesin produksi dan menjalankan mesin produksi sesuai dengan keinginan pengguna karena sifat PLC yang dapat diprogram (programmable). Contoh penggunaan PLC adalah dapat mengontrol putaran motor dari mesin pengaduk semen.

Pada laporan kerja praktek ini, melakukan penjelasan atau deskripsi mengenai modul input-output (I/O) pada PLC Bailey INFI 90 untuk mengendalikan mesin Raw Mill dan Kiln. Data yang diperoleh dari pihak penyelia adalah penjelasan singkat dan spesifikasi mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI 90.

Data dan penjelasan singkat dari pihak pabrik nantinya akan dibuat suatu penjelasan mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI 90. Penjelasan ini didokumentasikan agar para pekerja dapat memahami modul I/O PLC Bailey INFI 90


(4)

68

5.2. Saran

Pada pelaporan keja praktek ini, penelitian yang dilakukan masih sebatas pengenalan singkat mengenai PLC dan modul I/O. Mengingat bahwa perusahaan tempat kerja praktek penulis memiliki deadline target produksi dan pengerjaan proyek, serta masa kerja praktek relatif singkat maka penulis hanya melakukan penjelasan mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI, tidak sampai pada pemrograman dan pengoperasiannya. Maka dari itu, untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat menjangkau ke tahap simulasi pemrograman dan pengoperasian PLC Bailey INFI 90. Tentunya hal ini dapat terwujud dengan ijin dari pihak pabrik dan penyelia.


(5)

69

DAFTAR PUSTAKA

Sujatmoko, MN. 2000. Dasar-Dasar Control Component Dan Sysmac. PT. OMRON Manufacturing of Indonesia.

Wicaksono, Handy. 2009. Programmable Logic Controller – Teori, Pemrograman dan Aplikasinya dalam Otomasi Sistem. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wicaksono, Handy. 2004. Catatan Kuliah ”Automasi 1” Bab 3 PLC’s Hardware.

Teknik Elektro Universitas Kristen Petra

(http://learnautomation.files.wordpress.com/2009/08/modul-keseluruhan-automasi-1-1-bab-3.pdf (diakses pada 24 November 2014)).

Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol. ISBN 979-763-099-4. Yogyakarta: Andi.

Heru, Totok. PLC TEORI.pdf. Universitas Negeri Yogyakarta. (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Totok%20Heru%20Tri% 20Maryadi,%20Drs.%20M.Pd./PLC%20TEORI.pdf (diakses pada 18 November 2014))

Sigit, Riyanto dkk. 2008. Presentasi Pertemuan ke – 12 Unit Masukan dan Keluaran. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. (http://lecturer.eepis-its.edu/~setia/Modul/Orkom/P12.pdf (diakses pada 5 Desember 2014))


(6)

70

http://www.semenindonesia.com/page/get/profil-perusahaan-9 (diakses pada 18 November 2014).

http://www.semenindonesia.com/page/get/visi-dan-misi-10 (diakses pada 18 November 2014).

http://www.semenindonesia.com/page/get/jenis-produk-23 (diakses pada 23 November 14)