Implementasi Kebijakan Pembuatan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Dinas perindustrian, Perdagangan, Pertambangan Dan Energi (DISPERINDAGTAMBEN) Kabupaten Karawang

(1)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Pemerintahan Daerah. Penerapan otonomi daerah telah membuka peluang

bagi daerah provinsi, daerah kabupaten/kota untuk mengembangkan

kreativitas dan inovasinya membangun daerah guna mengimplementasikan

makna otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah

diberlakukan pada setiap daerah. Otonomi tersebut memberi daerah

kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Agar Otonomi daerah

dapat terlaksana sesuai dengan tujuan, maka daerah perlu diberikan

wewenang-wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan

sebagai urusan rumah tangganya

Implikasi dari otonomi daerah menurut Undang-undang 12 Tahun

2008 ini terhadap perkembangan daerah adalah terjadinya pergeseran

kewenangan dalam kebijakan perencanaan dan pembangunan daerah.

Melalui desentralisasi kebijakan, daerah mempunyai kewenangan dalam

menetapkan kebijakan untuk perencanaan dan pelaksanaan daerah.

Dalam

rangka

meningkatkan

dan

mempertahankan

kinerja

pembangunan menghadapi perkembangan perubahan lingkungan strategis

yang sangat dinamis serta faktor-faktor berpengaruh yang berubah dengan


(2)

cepat dan sering tidak terduga, maka Kabupaten Karawang telah

mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun

2008, tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. Salah satunya dengan

pembentukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi

Kabupaten Karawang dan dijabarkan dalam Peraturan Bupati Karawang

Nomor : 38 tahun 2008 tentang Struktur organisasi dan tata kerja Dinas

Perindustrian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang. Berdasarkan

Peraturan dimaksud Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan

Energi Kabupaten Karawang mempunyai Tugas Pokok : Membantu Bupati

Karawang dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah Bidang

Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi dan tugas

pembantuan yang ditugaskan dari Pemerintah kepada Daerah.

Untuk merealisasikan persoalan tersebut diperlukan adanya kerjasama

yang solid antara pemerintah dengan para pengusaha swasta lokal maupun

swasta non lokal. Pemerintah dengan para pengusaha tersebut harus saling

mendukung, kondisi ini akan sangat mendukung terwujudnya pembangunan

perekonomian khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.

Bentuk perhatian ataupun dukungan dari pemerintah selaku pemberi dan

pembuat kebijakan adalah pemberian kemudahan mendirikan perusahaan,

memberikan keringanan dalam penetapan besarnya pajak, memberikan

keamanan dan kenyamanan dalam kegiatan usaha dan sebagainya. Dengan


(3)

demikian maka akan memberikan peluang terhadap para pengusaha untuk

mendirikan suatu perusahaan. Sehingga kebutuhan pokok, sekunder dan

tersier warga masyarakat akan tercukupi dan tersedia dengan mudah dan

lengkap, serta jumlah pengangguran dapat diminimalisir karena kesempatan

lapangan kerja menjadi terbuka.

Keuntungan dari kerjasama yang baik antara pemerintah dengan

pengusaha juga dapat dirasakan oleh pemerintah, yaitu dapat meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena pemerintah akan mendapatkan

penerimaan pajak serta restribusi dari para pengusaha yang mendirikan

usaha. Selain pemerintah, keuntungan juga dirasakan oleh para pengusaha,

yaitu para pengusaha bisa melakukan kegiatan usaha secara aman karena

sudah dilindungi oleh hukum dan pemerintah, selain itu pengusaha juga

mendapatkan laba dari usahanya tersebut. Dengan demikian, apabila

kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha bisa terselenggara

dengan baik, maka kebutuhan masyarakat akan tercukupi dengan baik dan

mudah didapatkan, tingkat konsumsi masyarakat akan meningkat,

memberikan peluang usaha bagi masyarakat, membuka kesempatan kerja

yang luas dan akhirnya akan memberikan dampak positif pula bagi

pembangunan yaitu meningkatkan devisa negara. Sehingga dengan

demikian tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.

Sistem pemerintahan yang baik akan menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi aktifitas pasar dan pengusaha swasta untuk menciptakan


(4)

produksi barang dan jasa. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan

terpenuhi dengan baik, sebaliknya sistem pemerintahan yang buruk akan

menghambat kinerja aktivitas pasar dan pengusaha swasta yang berdampak

pada kehancuran ekonomi, terbengkalainya kebutuhan dan pelayanan publik

ditambah dengan meningkatnya pengangguran.

Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang tinggi dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan daerahnya, begitu juga di dalam

sektor perdagangan. Salah satu bentuk campur tangan pemerintah daerah

sebagai alat administrasi negara adalah membentuk ketetapan atau

keputusan. Bentuk ketetapan atau keputusan yang berkaitan dengan

perdagangan adalah berupa perijinan. Di dalam suatu perusahaan dagang,

salah satu kewajiban para pelaku usaha adalah harus mempunyai SIUP

(Surat Ijin Usaha Perdagangan). Surat Ijin Usaha Perdagangan wajib dimiliki

oleh para pelaku usaha perdagangan karena sebagai bukti legalitas atas

perusahaannya dalam melakukan segala kegiatan usahanya. Dengan

adanya SIUP ini para pengusaha akan lebih leluasa dan tenang dalam

menjalankan usahanya karena sudah dilindungi oleh hukum dan sudah diakui

oleh pemerintah. SIUP dimaksudkan sebagai sumber informasi resmi dari

suatu perusahaan perdagangan baik mengenai identitas pendirinya, jenis

usahanya, ruang lingkup kegiatannya dan tempat pendirian perusahaannya.

Dengan adanya SIUP tersebut akan dapat didata dan dinilai oleh pemerintah

mengenai pertumbuhan perekonomian daerahnya serta mempermudah


(5)

pemerintah dalam mengawasi, memberi pengarahan, bimbingan dan

lain-lain.

Dalam Pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan

kebebasan untuk mengelola dan mengolah potensi daerahnya

masing-masing dengan tujuan memajukan daerah dan mengembangkan daerah baik

dari sektor perdagangan, budaya, pariwisata, pendidikan, ekonomi dan

lain-lain agar warga masyarakat dapat hidup lebih sejahtera. Pengusaha swasta

dalam hal ini yang bergerak dalam bidang industri dan perdagangan sangat

besar peranannya dalam memajukan perekonomian daerah.

Demikian pula Kabupaten Karawang yang juga merupakan daerah

otonom. Kabupaten Karawang memiliki visi dan misi : Terwujudnya

masyarakat Karawang yang sejahtera melalui pembangunan di bidang

pertanian dan industri yang selaras dan seimabang berdasarkan iman dan

takwa ”.

(Perda No. 10 Tahun 2008). Pemerintah daerah Kabupaten

Karawang dalam meningkatkan perekonomian salah satunya dioptimalkan

pada sektor perdagangan, dengan demikian salah satu usaha pemerintah

dalam meningkatkan perdagangan adalah memberikan fasilitas kemudahan

dalam penerbitan ijin kegiatan usaha perdagangan (SIUP) serta

meningkatkan fasilitas-fasilitas lainnya yang mendukung bagi para

pengusaha dagang.


(6)

Kebijakan tentang kewajiban suatu perusahaan untuk memiliki SIUP

merupakan implementasi dari kewenangan pemerintah daerah Kabupaten

Karawang. Kewajiban suatu perusahaan untuk mendapatkan SIUP

didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No.

3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan Surat Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 289/MPP/Kep/2001 tentang

Ketentuan Standar Pemberian SIUP. Pemerintah daerah Kabupaten

Karawang juga memiliki peraturan daerah sendiri yaitu Perda Nomor 10

Tahun 2001 mengenai Retribusi Izin Usaha Perdagangan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, diharapkan pemerintah

Kabupaten Karawang mampu menciptakan akuntabilitas publik dalam bidang

pelayanan pembuatan SIUP, serta memberikan sistem informasi yang dapat

memudahkan masyarakat dalam memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP) di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi

(Desperindagtamben) Kabupaten Karawang.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik dan berinisiatif untuk

mengambil judul :

“Implementasi Kebijakan Pembuatan Surat Izin Usaha

Perdagangan

(SIUP)

di

Dinas

Perindustrian,

Perdagangan,

Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kabupaten Karawang”.


(7)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka untuk mempermudah arah

dan pembahasan, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana

komunikasi

dalam

kebijakan

pembuatan

SIUP

di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?

2. Bagaimana sumber daya dalam kebijakan pembuatan SIUP

di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?

3. Bagaimana

disposisi

dalam

kebijakan

pembuatan

SIUP

di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?

4. Bagaimana struktur birokrasi dalam kebijakan pembuatan SIUP

di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?

1.3 Maksud dan Tujuan KKL

Maksud dari KKL ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan

pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.

Sedangkan Tujuan KKL adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komunikasi para implementor yang dapat

menentukan

keberhasilan

kebijakan

pembuatan

SIUP

di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.

2. Untuk mengetahui sumber daya dalam mengimplementasikan

kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten

Karawang.


(8)

3. Untuk mengetahui disposisi antar organisasi terkait dengan

kegiatan-kegiatan pelaksanaan

dalam menentukan keberhasilan implementasi

kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten

Karawang.

4. Untuk mengetahui struktur birokrasi dalam menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben

Kabupaten Karawang.

1.4 Kegunaan KKL

Kegunaan dari penulisan ini adalah :

1. Guna teoritis, dalam rangka mengembangkan teori yang telah

diperoleh dibangku kuliah dengan praktek dilapangan mengenai

implementasi kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben

Kabupaten Karawang.

2. Guna praktis, untuk memberikan masukan kepada pemerintah

setempat mengenai implementasi kebijakan pembuatan pembuatan

SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.


(9)

1.5 Kerangka Pemikiran

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan.

Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun

pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus

mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Kebijakan pada dasarnya adalah suatu tindakan berpola yang mengarah

pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk melakukan

sesuatu. Kebijakan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan

tindakan-tindakan yang terarah (Islamy, 1997:14). Apabila dikaitkan dengan

dengan kebijakan publik, maka kata pelaksanaan kebijakan publik dapat

diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik

yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk

mencapai tujuan kebijakan.

Pengertian implementasi menurut Edward III adalah:

“Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan diantara

pembentukan sebuah kebijakan semacam klausa dari sebuah

undang-undang legislatif, pengeluaran sebuah peraturan eksekutif, mewariskan

keputusan pengadilan, atau pemberlakuan standar peraturan dan

konsekuensi kebijakan bagi masyarakat sebagai kelompok sasaran”

(Edward III, 1980:8).

Berdasarkan pengertian diatas, implementasi kebijakan merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan

yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi

pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu


(10)

apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak

bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak

bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Berdasarkan pengertian implementasi menurut George C. Edward III,

dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan

suatu pelaksanaan, yaitu:

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Keberhasilan suatu pelaksanaan menurut Edward III yang dikutip

Agustino dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor diatas, yaitu :

Kesatu

menurut Edward III adalah komunikasi, bahwa komunikasi sangat

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan

yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa

yang akan dikerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat

berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan

dan peraturan pelaksanaan harus ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada

bagian personalia yang tepat.

Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, komunikasi kebijakan

memiliki beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau

penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi (Edward

III dalam agustino, 2006:150-151). Semakin baik koordinasi komunikasi


(11)

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka

terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu

pula sebaliknya.

Kedua menurut Edward III bahwa sumber-sumber yang dapat

menentukan keberhasilan pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya

yang tersedia, karena menurut Edward III sumber daya merupakan sumber

penggerak dan pelaksana. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting

dalam menentukan suatu keberhasilan proses pelaksanaan. Sedangkan

menurut Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006:142), sumbar daya

merupakan keberhasilan proses implementasi yang dipengaruhi dengan

pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu. Sumber-sumber

kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah.

Sumber daya merupakan keberhasilan proses merupakan hal yang

mempengaruhi keberhasilan suatu pelaksanan. Menurut Edward III sumber

daya terdiri dari fasilitas dan informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. (Edward III dalam agustino, 2006:151).

Ketiga

menurut Edward III adalah disposisi, disposisi atau sikap para

pelaksana adalah faktor penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan.

Jika pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana tidak hanya harus

mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan

untuk melaksanakannya. Menurut Subarsono kualitas dari suatu kebijakan


(12)

dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor pelaksana, kualitas

tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,

pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2006:7).

Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari disposisi (karakteristik agen

pelaksana). Hal ini sangat penting karena kinerja pelaksanaan kebijakan

publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok

dengan para agen pelaksananya. Menurut Subarsono kualitas dari suatu

kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor, kualitas

tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,

pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2006:7).

Keempat menurut Edward III adalah struktur birokrasi, walaupun

sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para

pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai

keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemunkinan kebijakan

tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya

kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat

mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan

melakukan koordinasi dengan baik.

SIUP adalah merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan

kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan

maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha


(13)

perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili

perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang SIUP adalah

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

nomor: 289/MPP/Kep/10/2001 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat

Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

Menurut ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan nomor : 289/MPP/Kep/10/2001, kewenangan pemberian SIUP

berada pada Bupati/Walikota. Dan menurut Pasal 16 ayat (3) keputusan

tersebut, menyatakan bahwa Bupati dan Walikota dapat mengatur standar

mekanisme pelayanan penerbitan SIUP di wilayah pembinaan

masing-masing dengan mengacu pada ketentuan yang ada pada keputusan ini.

Dengan demikian SIUP adalah Izin Usaha yang dikeluarkan Instansi

Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota/Wilayah

sesuai domisili perusahaan.

Sejalan

dengan

pengertian

diatas,

untuk

menindaklanjuti

terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata

pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah daerah Kabupaten

Karawang berkewajiban untuk mengoptimalisasi pembuatan SIUP yang

memungkinkan pemerintah daerah bekerja secara terpadu dengan

menyederhanakan akses antar unit kerja.


(14)

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka Definisi Operasional

dalam penelitian ini adalah:

1. Kebijakan adalah suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang

dilakukan

melalui

tindakan-tindakan

yang

terarah.

Kebijakan

mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung

satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk

melakukan tindakan.

2. Implementasi Kebijakan adalah suatu proses yang dinamis dimana

pelaksana kebijakan melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan dan

implementasi itu harus diterapkan pada prakteknya bukan sekedar teori.

Mengukur suatu keberhasilan implementasi tersebut dilihat dalam

indikator sebagai berikut:

1. Komunikasi kebijakan, meliputi:

a.

Transmisi

adalah

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Bila penyaluran

komunikasi tejadi kesalahan (miskomunikasi) di beberapa

tingkatan birokrasi, diharapkan akan terdistorsi di tengah jalan.

b.

Kejelasan

adalah

Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana

kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan. Ketidakjelasan

pesan tidak selalu menghalangi implementasi, tetapi pada tataran

tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam

melaksanakan suatu kebijakan.


(15)

c. Konsistensi

adalah Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan

harus konsisten dan jelas. Karena jika perintah yang diberikan

berubah-ubah, dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana

di lapangan.

2. Sumber daya kebijakan, meliputi:

a.

Staf

adalah

Salah satu yang disebabkan oleh staf/pegawai yang

tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.

b. Informasi

adalah mengenai data kebutuhan dari para pelaksana

terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

c.

Wewenang

adalah Pada umumnya kewenangan harus bersifat

formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan

otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan

kebijakan yang ditetapkan secara politik.

d.

Fasilitas adalah Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam

implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang

mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki

wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya

fasilitas pendukung maka implementasi kebijakan tidak akan

berhasil.

3.

Disposisi

antar

organisasi

terkait

dengan

kegiatan-kegiatan

pelaksanaan adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan


(16)

sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik

atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan

baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan.

Disposisi meliputi:

a.

Pengangkatan birokrat adalah Disposisi atau sikap para pelaksana

akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap

implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan

kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.

b.

Insentif adalah Salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi

masalah

kecenderungan

para

pelaksana

adalah

dengan

memanipulasi insentif.

4. Struktur birokrasi, meliputi:

a.

Standard Operating Prosedures (SOP) adalah Suatu kegiatan rutin

para pegawai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan setiap hari

sesuai dengan standar yang ditetapkan.

b.

Fragmentasi

adalah penyebaran tanggung jawab terhadap suatu

wilayah kebijakan di antara beberapa unit organisasi.


(17)

Adapun model kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

Bagan 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penulisan

1.6.1 Metode Laporan KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada KKL ini, yang berhubungan

dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah

dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode,

metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan

penulisan dan pengamatan.

Dengan demikian dalam penulisan KKL ini, penulis menggunakan

metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai :

“Penyelidikan deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang ada,

misalnya tentang situasi yang di alami, suatu hubungan kegiatan,

pandangan, sikap yang nampak, tentang satu proses yang sedang

Pelaksanaan

Sistem Informasi

Surat Izin Usaha

Perdagangan

(SIUP)

Terciptanya pelayanan

sistem informasi Surat

Izin Usaha

Perdagangan (SIUP)

yang optimal

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi


(18)

berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang

muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing

dan sebagainya” (Surakhmad, 1998 : 139).

Berdasarkan pengertian diatas, maka metode deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang menggambarkan peristiwa yang sedang berlangsung

atau yang sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan dengan cara

pengumpulan data atau keterangan-keterangan yang berhubungan dengan

masalah yang sedang diteliti, kemudian penulis mengembangankan konsep

dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan

untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dengan implementasi

kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten

Karawang serta sumber data berupa catatan atau dokumen yang

tersedia.

b. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung dilokasi atau terjun langsung

dilapangan untuk mengetahui tentang implementasi kebijakan

pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang serta


(19)

dokumenter yaitu format pencatatan dokumen dan sumber datanya

berupa catatan atau dokumen yang tersedia. Akan tetapi, dalam

observasi ini penulis hanya bersifat non partisipan.

1.6.3 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam KKL, maka analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif. Secara operasional, teknik analisis

data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana teknik analisis data

yang dikemukakan Miles dan Huberman.(1992 : 15-20)

Pertama, reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan,

klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan

data dilapangan. Reduksi data sudah dilakukan secara bertahap dengan cara

membuat ringkasan data.

Kedua, penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan

sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif dijadikan dalam

bentuk teks yang ada mulanya terpencar dan terpisah menurut sumber

informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data

diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan yang diantara lain terkait

dengan

mengetahui

implementasi

kebijakan

pembuatan

SIUP

di

Disperindagtamben Kabupaten Karawang.

Ketiga, menarik kesimpulan berdasarkan reduksi, interpretasi dan

penyajian data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya yang selaras


(20)

dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan

akan bertolak dengan hal-hal yang khusus (spesifik) sampai kepada rumusan

yang sifatnya umum (general).

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi KKL dilaksanakan di Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kabupaten Karawang yang

beralamat di Jalan Achmad Yani No. 30 Karawang 41315. Telp (0267)

402948 / 402781.

Jadwal KKL tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Jadwal KKL

Waktu

Kegiatan

Tahun 2011

Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov

Observasi lokasi KKL

Pengajuan Judul

KKL

Penyusunan Usulan

Penelitian

Bimbingan Laporan

KKL

Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan

KKL

Pengumpulan

Laporan KKL


(21)

21 2.1 Tinjauan Implementasi Kebijakan 2.1.1 Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses perencanaan program/kebijakan. Implementasi sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan, dan apa yang dapat diperoleh dari suatu program/kebijakan. Menurut Patton dan Sawicki seperti yang dikutip oleh Hessel Nogi S. Tangkilisan dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Publik

yang Membumi bahwa:

”Implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan” (Tangkilisan, 2003:9).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat kita lihat bahwa tahapan implementasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu program ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk


(22)

berjudul Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi mengatakan bahwa:

”Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk mempengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut ”street level

bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku

kelompok sasaran (target group)” (Subarsono, 2005:88).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh para pembuat program/kebijakan untuk mempengaruhi birokrasi/badan-badan pemerintah agar memberikan pelayanan/pengaturan terhadap kelompok yang menjadi sasaran dari suatu program/kebijakan. Rippley dan Franklin seperti yang dikutip oleh Hessel Nogi S. Tangkilisan dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Publik yang Membumi mengemukakan bahwa tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan adalah:

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

(Tangkilisan, 2003:18)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa organisasi dapat dilihat sebagai aktor atau badan-badan yang berperan dalam pelaksanaan suatu program dengan memfokuskan diri pada peranan birokrasi. Penafsiran terhadap rencana program ke dalam


(23)

proses implementasi hanya dilakukan oleh organisasi/birokrasi pemerintah dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan suatu program.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”. (Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab,2004:68).

Menurut uraian di atas, implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu perintah-perintah atau keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam menentukan kebijakan tersebut harus ada pengkajian yang benar-benar signifikan agar dalam tahap implementasi suatu keputusan atau kebijakan tersebut tidak berdampak negatif dan merugikan masyarakat sebagai sasaran dari implementasi tersebut.

2.1.2 Kebijakan Publik

Kebijakan secara efistimologi, istilah kebijakan berasal dari bahasa Inggris “policy”. Akan tetapi, kebanyakan orang berpandangan bahwa istilah kebijakan senantiasa disamakan dengan istilah kebijaksanaan. Padahal apabila dicermati berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksanaan berasal dari kata “wisdom”.

Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan


(24)

oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang di hadapi.

Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa:

“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2004:3).

Berdasarkan definisi di atas, kebijakan mengandung suatu unsur tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan pada pelaksanaannya tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut


(25)

akan mendapat kendala ketika di implementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Atas dasar itu, pemerintah dituntut memiliki kemampuan atau keahlian, rasa tanggungjawab dan kemauan dalam membuat kebijakan, hal itu diperlukan agar kebijakan yang dibuat tidak mengalami kesalahan dalam pembuatannya. Menurut pendapat Nigro and Nigro yang dikutip oleh Islamy, ada beberapa kesalahan umum dalam pembuatan kebijakan, yaitu:

1. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar 2. Adanya pengaruh kebiasaan lama

3. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi 4. Adanya pengaruh dari kelompok luar 5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu (Nigro and Nigro dalam Islamy, 2004:25-26).

Berdasarkan beberapa kesalahan dalam pembuatan kebijakan di atas, akan di jelaskan sebagai berikut:

Pertama, adanya pengaruh tekanan dari pihak luar, pemerintah

dalam membuat kebijakan selalu mempertimbangkan alternatif yang akan dipilih berdasarkan penilaian terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan bertujuan agar kebijakan yang dibuat tidak bertentangan dengan pihak masyarakat, akan tetapi dalam pelaksanaannya pemerintah sering kali mendapat tekanan atau pengaruh dari pihak luar. Tekanan atau pengaruh tersebut berasal dari suatu kelompok atau individu yang mempunyai


(26)

kepentingan, sehingga mereka dapat mempengaruhi pemerintah dalam membuat kebijakan.

Kedua, adanya pengaruh kebiasaan lama, pengaruh ini disebabkan

karena adanya pelaksana kebijakan mengikuti jejak pendahulunya. Kebiasaan pendahulu itu misalnya, apabila ada investor yang menanamkan modal untuk mendanai program-program tertentu akan tetapi oleh para administrator disalah gunakan untuk kepentingan sendiri. Kebiasaan tersebut akan terus diikuti oleh para administrator yang baru, mereka tidak berani mengkritik dan menyalahkan para pendahulunya karena mereka ingin segera menduduki jabatan karirnya.

Ketiga, adanya pengaruh sifat-sifat pribadi, berbagai macam

keputusan kebijakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan kebanyakan dipengaruhi oleh sifat pribadi mereka. Sifat tersebut begitu melekat pada pembuat kebijakan, misalnya dalam memutuskan atau membuat kebijakan mengenai kebersihan lingkungan, maka proses pembuatan kebijakannya akan dipengaruhi oleh sifat pribadinya yang suka akan kebersihan.

Keempat, adanya pengaruh dari kelompok luar, lingkungan sosial

sangat berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan. Pemerintah dalam membuat kebijakan memerlukan sumber daya manusia yang berpotensial ahli dalam bidangnya. Pemerintah oleh karena itu dalam mencari sumber daya manusia yang handal mendapatkan masukan dari luar, seperti dalam mempertimbangkan calon karyawannya yang mendapatkan informasi melalui rekomendasi dari pihak-pihak lain.


(27)

Kelima, adanya pengaruh keadaan masa lalu, hal ini terlihat dari pengalaman latihan dan pengalaman dalam bekerja sangat berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan. Misalnya pengalaman bekerja di kantor atau instansi pemerintah yang sehari-sehari bekerjanya di dalam kantor yang tidak mengetahui keadaan di lapangan, sehingga apabila dia sebagai pembuat kebijakan maka sifat atau penagalaman itu akan selalu berpengaruh.

Dalam pembuatan kebijakan pemerintah sering sekali mendapatkan pengaruh atau tuntutan dari para aktor, mereka banyak yang mendesak kepada pemerintah agar pemikirannya atau sarannya dapat dipertimbangkan. Pengaruh desakan tuntutan tersebut datang berbeda-beda dari masing-masing para aktor, mereka mendesakan tuntutan yang berbeda dengan tujuan yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini kebijakan merupakan fungsi dari nilai dan perilaku para aktor, fungsi dan nilai tersebut berdasarkan desakan para aktor mengenai kepentingannya masing-masing. Wibawa berpendapat bahwa nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku atau sikap seseorang aktor kebijakan adalah:

1. Nilai-nilai politik 2. Nilai-nilai organisasi 3. Nilai-nilai pribadi 4. Nilai-nilai kebijakan 5. Nilai-nilai ideologis (Wibawa, 1994:21).

Pertama, nilai-nilai politik merupakan nilai yang berdasarkan atas


(28)

kelompok, golongan atau partai politik tempat seorang aktor yang memimpin partai politik tersebut. Kedua, nilai-nilai organisasi merupakan nilai yang dilakukan oleh seorang aktor dalam mempertahankan organisasinya dan memperluas organisasinya demi memperoleh anggota atau masa yang lebih banyak, serta memperluas aktivitas ruang lingkupnya.

Ketiga, nilai-nilai pribadi merupakan nilai yang dimiliki oleh

seseorang yang berasal dari sejarah kehidupan pribadinya, sehingga nilai tersebut ikut terbentuk dalam perilakunya. Keempat, nilai-nilai kebijakan merupakan nilai yang dimiliki oleh seorang aktor yang berupa tindakan-tindakannya, seperti moralitas, rasa keadilan, kemerdekaan, kebebasan dan kebersamaannya. Kelima, nilai-nilai ideologis merupakan nilai dasar yang dimiliki oleh seorang aktor, ideologis ini seperti halnya prinsip seorang aktor dalam melakukan tindakannya. Misalnya, seorang aktor yang memiliki ideologis pancasila akan memandang perbedaan isu konflik kepentingan akan berbeda dengan seorang aktor yang memiliki ideologis religius.

Melengkapi mengenai kebijakan publik dikutip dari Subarsono, secara tradisional ahli ilmu politik mengategorikan kebijakan publik kedalam kategori, sebagai berikut:

1. Kebijakan Substantif, misalnya: kebijakan perburuhan, kesejahteraan sosial, hak-hak sipil, masalah luar negeri dan sebagainya

2. Kelembagaan, misalnya: kebijakan legislatif, kebijakan yudikatif, kebijakan departemen


(29)

3. Kebijakan menurut kurun waktu tertentu, misalnya: kebijakan masa reformasi, kebijakan masa orde baru, dan kebijakan masa orde lama

(Subarsono, 2006:19).

Berdasarkan pengertian di atas suatu kebijakan berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Kebijakan publik mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan atau kantor pemerintah, suatu kebijakan apabila sudah dibuat maka harus di implementasikan untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

2.1.3 Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh pembuat kebijakan bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan


(30)

pekerjaan-pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada warga negaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn adalah: “Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:65).

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke negaraan. Karena kebijakan mengarah kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan bersama dalam menentukan keberhasilan kebijakan tersebut.

Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :

1. Idealized policy, yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus

kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk melaksanakannya

2. Target group, yaitu bagian dari policy stake holders yang

diharapkan dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan, maka diharapkan


(31)

dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan

3. Implementing organization, yaitu badan-badan pelaksana yang

bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors, unsur-unsur di dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Model Smith ini memandang proses implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari persfekti perubahan social dan politik, dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran.

Sejalan dengan penjelasan di atas maka menurut Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, bahwa implementasi adalah:

“implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor , organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno, 2002:101-102). Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.


(32)

Sedangkan dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

1. Komunikasi 2. Sumber daya 3. Disposisi

4. Struktur birokrasi

Berdasarkan keempat variabel di atas, lebih jelas akan di uraikan bahwa Komunikasi implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, sehinggga apabila membuat kebijakan tidak salah dalam membuat kebijakannya. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Sumber daya, walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan

secara jelas dan konsisten, akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya finansial. Sumber daya ini sangat berpengaruh terhadap pelaksaan kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan berjalan dengan baik.

Disposisi, adalah watak atau karakteeristik yang dimiliki oleh


(33)

demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan.

Struktur organisasi, merupakan yang bertugas melaksanakan

kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya.

2.2 Tinjauan SIUP

SIUP adalah merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.

SIUP juga merupakan salah satu alat bagi pemerintah melakukan pembinaan kepada dunia usha khususnya di bidang perdagangan barang maupun jasa. Pembinaan tersebut dimaksudkan antara lain untuk melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap aktifitas dunia usaha yang dapat menunjang kelancaran arus barang dan jasa. Selain itu SIUP juga dimaksudkan sebagai legalitas usaha bagi setiap pelaku usaha dan yang dapat memberikan jaminan kepastian usaha


(34)

SIUP yang dikeluarkan Instansi Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota/Wilayah sesuai domisili perusahaan. SIUP digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha dibidang Perdagangan Barang/Jasa di Indonesia sesuai dengan KLUI “Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia”.

Sedangkan ketentuan Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia itu diperbaharui dengan dikeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan nomor : 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).

Berdasarkan tujuan, fungsi dan peranan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan

Bagi Pemerintah, penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) bertujuan untuk melakukan mekanisme pengaturan dan pengawasan administrative terhadap kegiatan usaha dan perusahaan khususnya pelaku usaha dibidang perdagangan


(35)

2. Fungsi

a. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) mempunyai kedudukan sebagai lisensi/izin teknis atau izin pokok/izin induk untuk dapat melakukan usaha perdagangan.

b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai alat yang efektif untuk melakukan pembinaan untuk memelihara komunikasi antara pemerintah dengan dunia usaha

3. Peranan

a. Dalam rangka kegiatan perbankan, SIUP sebagai salah satu prasyarat untuk dapat memanfaatkan fasilitas perkreditan atau menjadi sarana (akses) untuk dapat memasuki pasar uang modal.

b. SIUP digunakan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan melaksanakan tender pengadaan barang dan/atau jasa dan barang kebutuhan Pemerintah atau lembaga administrasi Pemerintah lain termasuk BUMN/BUMD.

Adapun perusahaan yang wajib Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah kantor pusat/induk dari setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa, berkedudukan dan menjalankan kegiatan usahanya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan demikian Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan tidak diwajibkan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) tersendiri.


(36)

Bentuk Usaha Perusahaan Perdagangan meliputi : 1. Perseroan Terbatas (PT)

2. Koperasi

3. Persekutuan Komanditer (CV) 4. Persekutuan Firma (Fa) 5. Perseorangan

Sedangkan berdasarkan besarnya jumlah Modal dan Kekayaan Bersih di luar tanah dan bangunan atau jumlah modal disetor dalam akta pendirian/perubahan, maka penggolongan SIUP dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) besar, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas Rp.500.000.000,- (limaratus juta rupiah).

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) menengah, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas Rp.200.000.000,- (duartus juta rupiah) s/d Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupiah).

3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) kecil, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai dengan Rp.200.000.000- (duartus juta rupiah).


(37)

37

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Karawang 3.1.1 Sejarah Kabupaten Karawang

Sekitar Abad XV M, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusuf Idofi, dari Champa, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, beliau merupakan seorang Hafidh Al-Quran yang bersuara merdu. Kemudian ajaran agama islam tersebut dilanjutkan penyebarannya oleh para Wali yang disebut Wali Sanga. Setelah Syeikh Quro Wafat, tidak diceritakan dimakamkan dimana. Hanya saja, yang ada dikampung Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, merupakan maqom (dimana Syech Quro pernah Tinggal).

Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu, merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa buku-buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah : “ CARAVAN “ sekitar muara Citarum”, Yang disebut CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai Citarum.


(38)

Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Subang, Purwakarta dan Karawang sendiri.

Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke Mataram, pada tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.

Setibanya di Karawang, dengan sisa 300 prajurit dan keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa tentara Banten yang bermarkas di udug-udug, mempunyai pertahanan yang sangat kuat, karena itu perlu di imbangi dengan kekuatan yang memadai pula.

Langkah awal yang dilakukan Surengrono membentuk 3 (Tiga) Desa yaitu desa Waringinpitu (Telukjambe), Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan) yang kini telah terendam air Waduk Jatiluhur ) dan desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang, pusat kekuatan di desa Waringipitu.

Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakan Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung


(39)

mempunyai anggapan bahwa tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan.

Pengabdian Aria Wirasaba selanjutnya, lebih banyak diarahkan kepada misi berikutnya yaitu menjadikan Karawang menjadi “lumbung padi” sebagai persiapan rencana Sultan Agung menyerang Batavia, disamping mencetak prajurit perang.

Karena perlawanannya terhadap Belanda, akhirnya Aria Wirasaba II ditangkap oleh Belanda dan ditembak mati di Batavia, Kuburannya ada di Manggadua, di dekat Makam Pangeran Jayakarta. Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa dari Galuh dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya menuju Karawang tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia, sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang telah dianggap gagal.

Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya dilaporkan kepada Sultan Agung atas keberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi jabatan Wedana (setingkat Bupati ) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III, serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama “KAROSINJANG”.Setelah penganugerahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram, Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke


(40)

Karawang, namun sebelumnya beliau singgah dulu ke Galuh, untuk menjenguk keluarganya. Atas takdir Ilahi beliau wafat di Galuh, jabatan Bupati di Karawang, dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada tahun 1633-1677, Tugas pokok yang diemban Raden Adipati Singaperbangsa, mengusir VOC (Belanda) dengan mendapat tambahan parjurit 2000 dan keluarganya, serta membangun pesawahan untuk mendukung Logistik kebutuhan perang.

Hal itu tersirat dalam piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Gede yang bunyi lengkapnya adalah sebagai berikut :

Panget Ingkang piagem kanjeng ing Ki Rangga gede ing Sumedang

kagadehaken ing Si astrawardana. Mulane sun gadehi piagem, Sun Kongkon anggraksa kagengan dalem siti nagara agung, kilen wates Cipamingkis, wetan wates Cilamaya, serta kon anunggoni lumbung isine pun pari limang takes punjul tiga welas jait. Wodening pari sinambut dening Ki Singaperbangsa, basakalatan anggrawahani piagem, lagi lampahipun kiayi yudhabangsa kaping kalih Ki Wangsa Taruna, ingkang

potusan kanjeng dalem ambakta tata titi yang kalih ewu;

dipunwadanahaken ing manira, Sasangpun katampi dipunprenaharen ing Waringipitu ian ing Tanjungpura, Anggraksa siti gung bongas kilen, Kala nulis piagem ing dina rebo tanggal ping sapuluh sasi mulud tahun alif. Kang anulis piagemmanira anggaprana titi “.


(41)

“ Peringatan piagam raja kepada Ki Ranggagede di Sumedang diserahkan kepada Si Astrawardana. Sebabnya maka saya serahi piagam ialah karena saya berikan tugas menjaga tanah negara agung milik raja. Di sebelah Barat berbatas Cipamingkis, disebelah Timur berbatas Cilamaya, serta saya tugaskan menunggu lumbung berisi padi lima takes lebih tiga belas jahit. Adapun padi tersebut diterima oleh Ki Singaperbangsa. Basakalatan yang menyaksikan piagam dan lagi Kyai Yudhabangsa bersama Ki Wangsataruna yang diutus oleh raja untuk pergi dengan membawa 2000 keluarga. Pimpinannya adalah Kiayi Singaperbangsa serta Ki Wirasaba. Sesudah piagam diterima kemudian mereka ditempatkan di Waringinpitu dan di Tanjungpura. Tugasnya adalah menjaga tanah negara agung di sebelah Barat. Piagan ini ditulis pada hari Rabu tanggal 10 bulan mulud tahun alif. Yang menulis piagam ini ialah anggaprana, selesai “.

Tanggal yang tercantum dalam piagam pelat kuningan kandang sapi gede ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Karawang berdasarkan hasil penelitian panitia sejarah yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang nomor : 170/PEM/H/SK/1968 tanggal 1 Juni 1968 yang telah mengadakan penelitian dari pengkajian terhadap tulisan :

1. Dr. Brandes dalam Tyds Taal-land En Volkenkunde XXVIII Halaman 352,355, menetapkan tahun 1633.


(42)

2. Dr. R Asikin Wijayakusumah dalam Tyds Taal-land En Volkenkunde XXVIII 1937 AFL, 2 halaman 188-200 (Tyds Batavissc Genot Schap DL.77, 1037 halaman 178-205) menetapkan tahun 1633.

3. Batu nisan makam panembahan Kiyai Singaperbangsa di Manggungjaya Kecamatan Cilamaya tertulis huruf latin 1633-1677. 4. Babad Karawang yang ditulis oleh Mas Sutakarya menulis tahun

1633.

Hasil Penelitian dan pengkajian panitia tersebut menetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Karawang pada tanggal 10 rabi’ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M.

3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Karawang

Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 1070 02’-1070 40’ BT dan 50 56’-60 34’ LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah, mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0-20, 2-150, 15-400, dan diatas 400 dengan suhu rata-rata 270 C.

Ketinggian yang relatif rendah (25 m dpl) terletak pada bagian utara mencakup Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Pedes, Rengasdengklok, Kutawaluya, Tempuran, Cilamaya, Rawamerta, Telagasari, Lemahabang, Jatisari, Klari, Karawang, Tirtamulya, sebagian Telukjambe, Jayakerta, Majalaya, sebagian Cikampek dan sebagian Ciampel. Pada bagian selatan memiliki ketinggian antara 26 – 1.200 dpl.


(43)

Memperhatikan kondisi tersebut, Kabupaten Karawang merupakan daerah dataran rendah dengan sebagian kecil dataran tinggi terutama di daerah perbukitan/pasir. Daerah perbukitan tersebut antara lain : Gunung Pamoyanan, Dindingsari, Golosur, Jayanti, Godongan, Rungking, Gadung, Kuta, Tonjong, Seureuh, Sinalonggong, Lanjung dan Gunung Sanggabuana. Terdapat pula Pasir Gabus, Cielus, Tonjong dengan ketinggian bervariasi antara 300-1.200 m dpl dan tersebar di Kecamatan Tegalwaru, sebagian kecil Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Ciampel.

Kabupaten Karawang terutama di pantai utara tertutup pasir pantai yang merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m dpl, yang mengandung endapan vulkanik.

Kabupaten Karawang dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di Laut Jawa. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar, yaitu : Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik.


(44)

Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, luas tersebut merupakan 3,73 % dari luas Provinsi Jawa Barat dan memiliki laut seluas 4 Mil x 84,23 Km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang 3. Sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta 4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor 5. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

3.1.3 Keadaan Demografis Kabupaten Karawang

Jumlah penduduk Kabupaten Karawang sampai dengan Bulan Desember 2010 berjumlah 2.124.565 jiwa, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 2,04%.

Komposisi penduduk Kabupaten Karawang menurut jenis kelamin pada tahun 2010 dapat digambarkan sebagai berikut, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.094.734 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.029.831 jiwa. Dengan demikian berdasarkan rasio jenis kelamin sebesar 106,3%, artinya setiap 100 orang perempuan berbanding dengan 106 orang laki-laki.

Komposisi penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan usia pada tahun 2010 sangat bervariasi dimana penduduk berusia 5–9 tahun berjumlah 202.586 jiwa atau sekitar 9,54% dan 10 – 14 tahun berjumlah


(45)

200.402 jiwa atau sekitar 9,43%. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada pada usia sekolah dasar.

Jumlah penduduk usia produktif atau usia 15 – 64 tahun berjumlah 1.428.545 jiwa atau sekitar 67,24%. Berdasarkan komposisi penduduk juga dapat dilihat angka beban ketergantungan (dependency ratio) yaitu perbandingan antara penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Pada tahun 2010 nilai dependency ratio menunjukan angka 48,7% yang berarti bahwa dari 100 orang usia produktif menanggung beban sekitar 49 orang yang tidak produktif. Jika dibandingkan dengan angka dependency ratio pada tahun 2009 sebesar 47,53% (100 orang menanggung beban sekitar 48 orang), sehingga memperlihatkan perubahan tingkat beban ketergantungan yang semakin baik.

Pada tahun 2010 jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha sebanyak 861.711 orang. Dari jumlah tersebut, sebesar 244.480 orang atau sekitar 28,37% bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Pada lapangan usaha perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 196.037 orang atau sekitar 22,75%. Sedangkan pada lapangan usaha industri menyerap tenaga kerja sebesar 208.781 orang atau sekitar 24,23%.

Sektor pendidikan merupakan salah satu program prioritas pembangunan pada masa kepemimpinan Bupati Karawang saat ini, karena kondisi tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah. Dilain pihak kualitas SDM masyarakat merupakan faktor penentu dalam


(46)

keberhasilan pembangunan. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Karawang secara umum masih relatif rendah atau masih dalam taraf pendidikan sekolah dasar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang, pada tahun 2010 jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan kurang atau setara SD berjumlah 1.053.679 orang, SMP sebanyak 305.005 orang, SMA sebanyak 309.484 orang dan Diploma sebanyak 51.790 orang.

3.1.4 Visi dan Misi Kabupaten Karawang

Visi Kabupaten Karawang adalah Karawang Sejahtera Berbasis

Pembangunan Berkeadilan Dilandasi Iman Dan Taqwa Misi Kabupaten Karawang adalah :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya, dan religius yang harmonis.

2. Penguatan struktur dan kelembagaan ekonomi daerah. 3. Meningkatkan pelayanan ketersediaan infrastruktur wilayah 4. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

5. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

3.2 Disperindagtamben Kabupaten Karawang 3.1.1 Gambaran Umum Disperindagtamben

Dengan keluarnya PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka Kabupaten Karawang melakukan reorganisasi


(47)

Kelembagaan Perangkat Daerah, melalui Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi kelembagaan perangkat daerah yang dibentuk tersebut, maka dibuat Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) bagi Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 14 Dinas Daerah dan 11 Lembaga Teknis Daerah (5 Badan, 4 Kantor, Inspektorat dan RSUD), dengan rincian sebagai berikut :

1. Sekretaris Daerah, membawahi 3 Asisten, 10 Bagian dan 30 Sub Bagian;

2. Sekretariat DPRD Kabupaten Karawang membawahi 4 bagian dan 8 Sub Bagian;

3. Dinas Daerah terdiri dari:

a. Dinas Bina Marga dan Pengairan;

b. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

c. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi;

d. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; e. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah;

f. Dinas Pertanian dan Kehutanan; g. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;

h. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga; i. Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan; j. Dinas Cipta Karya;

k. Dinas Kesehatan;


(48)

m. Dinas Sosial;

n. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 4. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari:

a. Inspektorat

b. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

d. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; e. Badan Kepegawaian Daerah;

f. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup g. Kantor Pendidikan dan Latihan;

h. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

i. Kantor Arsip dan Dokumentasi; j. Kantor Perpustakaan Daerah;

k. Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan.

Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2010 dibentuk lembaga lain, terdiri atas :

1. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

2. Sekretariat KORPRI Kabupaten Karawang;

Sedangkan berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2010 dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja Type A.Selain Lembaga-lembaga tersebut di atas dibentuk pula kecamatan dan kelurahan, terdiri dari:

1. Kecamatan sebanyak 30 kecamatan; berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2005 tentang Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan.


(49)

2. Kelurahan sebanyak 12 kelurahan; berdasarkan Peraturan Daerah nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan pada Daerah Kabupaten Karawang.

Pembentukan Desperindagtamben Kabupaten Karawang dan dijabarkan dalam Peraturan Bupati Karawang Nomor : 38 tahun 2008 tentang Struktur organisasi dan tata kerja Disperindagtamben Kabupaten Karawang. Berdasarkan Peraturan dimaksud Disperindagtamben Kabupaten Karawang mempunyai Tugas Pokok : Membantu Bupati Karawang dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah Bidang Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi dan tugas pembantuan yang ditugaskan dari Pemerintah kepada Daerah.

Berdasarkan Peraturan dimaksud Disperindagtamben Kabupaten Karawang mempunyai Tugas Pokok : Membantu Bupati Karawang dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah Bidang Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi dan tugas pembantuan yang ditugaskan dari Pemerintah kepada Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Disperindagtamben Kabupaten Karawang mempunyai fungsi :

1. Pengaturan dan Pengurusan kegiatan teknis operasional di Bidang Perindustrian, Perdagangan, pertambangan dan Energi serta kemetrologian perlindungan konsumen berdasarkan kebijakan Bupati.


(50)

2. Pelaksanaan pengembangan program pemerintah daerah di Bidang Perindustrian, Perdagangan, pertambangan dan Energi. 3. Pelaksanaan pelayanan di Bidang Perindustrian, Perdagangan,

pertambangan dan Energi.

3.2.2 Visi dan Misi Disperindagtamben

Visi adalah suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami setiap tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk mencapai kondisi yang diinginkan dimasa mendatang. Melalui Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan perubahan paradigma baru dalam mekanisme perencanaan pembangunan daerah dengan melibatkan semua komponen masyarakat dalam setiap tahapan perencanaan..

Adapun visi Disperindagtamben Kabupaten Karawang adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Industri, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi yang tangguh untuk kesejahteraan masyarakat Karawang”

Misi adalah suatu keamanan yang kuat suatu organisasi / lembaga dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum ( publik ) guna mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan yang harus dicapai sebagai prasyarat terwujudnya Visi Perumusan misi harus memperhatikan pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk perubahan/penyesuaian dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategi.


(51)

Misi Desperindagtamben Kabupaten Karawang ditetapkan sebagai berikut: “ Menjadikan bidang Industri, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi sebagai penggerak utama roda perekonomian melalui pembinaan,

pengembangan, dan pelayanan serta perlindungan kepada masyarakat”.

3.1.2 Struktur Organisasi Disperindagtamben

Pegawai dalam sebuah organisasi merupakan salah satu faktor penting, dimana dengan adanya pegawai maka tujuan organisasi akan mudah tercapai. Adapun struktur organisasi Disperindagtamben Kabupaten Karawang sebagai berikut :

1. Dinas

a. UPTD Pasar Wilayah Karawang b. UPTD Pasar Wilayah Rengasdengklok c. UPTD Pasar Wilayah Cikampek

d. UPTD Pasar Wilayah Cilamaya 2. Sekretariat

a. Subag Program dan Pelaporan b. Subag Umum dan Kepegawaian c. Subag Keuangan

3. Bidang Perindustrian

a. Seksi Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan b. Seksi Industri Logam Mesin & Elektronik c. Seksi Industri Kecil & Kerajinan


(52)

4. Bidang Perdagangan

a. Seksi Perdagangan Dalam Negeri b. Seksi Perdagangan Luar Negeri c. Seksi Promosi dan Informasi 5. Bidang Pertambangan dan Energi

a. Seksi Pertambangan Migas

b. Seksi Pertambangan Umum dan Air Bawah Tanah

c. Seksi Pengembangan Geologi, Penataan Wilayah dan Konservasi

6. Bidang Kemetrologian dan Perlindungan Konsumen a. Seksi Pembinaan dan Pengawasan Kemetrologian b. Seksi Perlindungan Konsumen

c. Seksi Pengawasan Barang Beredar

3.3 SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang

SIUP adalah merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang SIUP adalah Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang SIUP adalah Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik


(53)

Indonesia nomor: 289/MPP/Kep/10/2001 tentang Ketentuan Standar Pemberian SIUP.

Menurut ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor : 289/MPP/Kep/10/2001, kewenangan pemberian SIUP berada pada Bupati/Walikota. Dan menurut Pasal 16 ayat (3) keputusan tersebut, menyatakan bahwa Bupati dan Walikota dapat mengatur standar mekanisme pelayanan penerbitan SIUP di wilayah pembinaan masing-masing dengan mengacu pada ketentuan yang ada pada keputusan ini. Dengan demikian SIUP adalah Izin Usaha yang dikeluarkan Instansi Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota/Wilayah sesuai domisili perusahaan.

Sedangkan ketentuan Penerbitan SIUP diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan SIUP. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia itu diperbaharui dengan dikeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan nomor : 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan SIUP.

Dalam rangka penyelenggaraan dan pelaksanaan penerbitan SIUP, diperlukan petunjuk teknis yang lengkap dan mudah dimengerti, sehingga Pejabat Penerbit SIUP beserta aparat pembantunya di daerah dengan aparat pusat memiliki kesamaan dalam penanganan penyelenggaraan


(54)

penerbitan SIUP yang ditetapkan secara nasional, denganberlandaskan pada jiwa otonomi daerah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, tanpa mengesampingkan kepentingan nasional. Hal ini, karena secara keseluruhan tujuan, fungsi, dan peranan SIUP dari penyelenggara penerbitan SIUP tersebut sangat penting bagi dunia usaha, masyarakat dan pemerintah

Secara rinci tujuan, fungsi dan peranan SIUP dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan

Bagi Pemerintah, penerbitan SIUP bertujuan untuk melakukan mekanisme pengaturan dan pengawasan administrative terhadap kegiatan usaha dan perusahaan khususnya pelaku usaha dibidang perdagangan

2. Fungsi

a. SIUP mempunyai kedudukan sebagai lisensi/izin teknis atau izin pokok/izin induk untuk dapat melakukan usaha perdagangan.

b. SIUP sebagai alat yang efektif untuk melakukan pembinaan untuk memelihara komunikasi antara pemerintah dengan dunia usaha

3. Peranan

a. Dalam rangka kegiatan perbankan, SIUP sebagai salah satu prasyarat untuk dapat memanfaatkan fasilitas perkreditan


(55)

atau menjadi sarana (akses) untuk dapat memasuki pasar uang modal.

b. SIUP digunakan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan melaksanakan tender pengadaan barang dan/atau jasa dan barang kebutuhan Pemerintah atau lembaga administrasi Pemerintah lain termasuk BUMN/BUMD.

Adapun perusahaan yang wajib SIUP adalah kantor pusat/induk dari setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa, berkedudukan dan menjalankan kegiatan usahanya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan demikian Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan tidak diwajibkan memiliki SIUP tersendiri. Bentuk Usaha Perusahaan Perdagangan meliputi :

1. Perseroan Terbatas (PT) 2. Koperasi

3. Persekutuan Komanditer (CV)

4. Persekutuan Firma (Fa), dan Perseorangan

Penggolongan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dibagi dalam 3 golongan, yaitu :

1. SIUP besar, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas Rp.500.000.000,- (limaratus juta rupiah).


(56)

2. SIUP menengah, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas Rp.200.000.000,- (duaratus juta rupiah) s/d Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupiah). 3. SIUP kecil, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan

kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai dengan Rp.200.000.000- (duaratus juta rupiah).


(57)

57 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL

4.1 Komunikasi Dalam Kebijakan Pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.

Salah satu faktor yang berpengaruh supaya terciptanya peningkatan efisiensi kerja adalah terjalinnya suatu komunikasi yang baik dan lancar diantara para pelaksana SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang. Komunikasi merupakan syarat pertama bagi keberhasilan implementasi kebijakan, dimana para pelaksana harus mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Sehingga proses komunikasi dalam pelaksanaan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Komunikasi menunjukkan proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima. Oleh karena itu, komunikasi akan berhasil dengan baik apabila pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan. Komunikasi merupakan suatu konsep yang dapat dimaknai sebagai sebuah proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak, di mana hal tersebut merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Pada dasarnya, komunikasi memberikan kontribusi besar pada kehidupan masyarakat yaitu memberikan dasar atau fondasi


(1)

82

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.

Black, James. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy.Washington DC: Congresional Quarterly Press.

Hasibuan, Malayu.S.P 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kunci Keberhasilan,Jakarta: Haji Masagung.

Islamy, M.Irpan.1995.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Jogiyanto, HM. 2001. Analisis dan Disain Sistem Informasi. Yogyakarta:Andi Offset.

Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta:Adi Offset.

Keith, Devis. 1996. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga

Mangkunegara, Prabu Anwar . 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosda karya.

Nugroho, Rian. 2003. Kebijakan Publik, formulasi, Implementasi dan evaluasi.Jakarta: Media Komputindo.

Sinambela, LijanPoltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. BumiAksara.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.


(2)

83 83

Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar Grafika.

Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta :Andi Offset

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Tangkisilan, Hessel. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Lukman Offset

Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan:Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Wahyono, Teguh. 2004. Sistem Informasi:Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Wahyudi, Bambang. 2002. Manajemen Sumber Daya Aparatur. Bandung: Sulita.

Werther, William and Davis,Keith 1982, Personel Management and human Resources, Tokyo: MC.Graw Hill Kogokusha.

Wibawa, Samodra. (1994). Kebijakan Publik Proses dan Analisis. Jakarta: Intermedia.

Winarno, Budi. 2002. Teori Dan proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media press.

B. DOKUMEN-DOKUMEN

Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pembentukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang.

Peraturan Bupati Karawang Nomor : 38 tahun 2008 tentang Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Perindustrian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang

Perda Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun 2001 mengenai Retribusi Izin Usaha Perdagangan.


(3)

84 84

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

289/MPP/Kep/2001 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

Peraturan Menteri Perdagangan Reublik Indonesia Nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Perdagangan

Peraturan Menteri Perdagangan nomor : 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyusun Laporan

KKL yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pembuatan Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP) di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi (Desperindagtamben) Kabupaten Karawang”. yang merupakan judul dari Laporan KKL yang akan penulis laksanakan.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasaan penulis sendiri sehingga dalam penulisan Laporan KKL ini masih banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan. Namun penulis berusaha semaksimal mungkin agar Laporan KKL ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan hati terbuka dan lapang dada, penulis mengharapkan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga agar dapat menjadi bahan yang berguna dan bermanfaat bagi peneliti di masa yang akan datang.

Proses penyusunan Laporan KKL ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia sekaligus Dosen Pembimbing KKL.

3. Dosen pengajar dan staf di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.


(5)

iv

4. Kepala Disperindagtamben Kabupaten Karawang yang telah memberikan rekomendasi penulis dalam pelaksanaan KKL.

5. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian serta seluruh pegawai Disperindagtamben Kabupaten Karawang yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan KKL.

6. Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku tercinta yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan KKL ini. 7. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Ilmu Pemerintahan

Semoga Laporan KKL ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua. Amiin.

Bandung, November 2011

Penulis


(6)

85

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mas Shofa Sofyan Zakaria Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 14 Juni 1990

NIM : 41708032

Program Studi : Ilmu Pemerintahan Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cianjur No. 12 RT. 03 RW. 12 Karang Pawitan Kec. Karawang Barat Kab. Karawang

Status Perkawinan : Tidak Kawin

Orang Tua :

1. Nama Ayah : Mas Teddy Zakaria Pekerjaan : WIRASWASTA

Alamat : Jl. Cianjur No. 12 RT. 03 RW. 12 Karang Pawitan Kec. Karawang Barat Kab. Karawang

2. Nama Ibu : Hj. Nining Nirmala, S.Pd Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Cianjur No. 12 RT. 03 RW. 12 Karang Pawitan Kec. Karawang Barat Kab. Karawang

Bandung, November 2011

MAS SHOFA SOFYAN ZAKARIA NIM. 41708032