1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka untuk mempermudah arah dan pembahasan, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komunikasi
dalam kebijakan
pembuatan SIUP
di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?
2. Bagaimana sumber daya dalam kebijakan pembuatan SIUP
di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?
3. Bagaimana disposisi
dalam kebijakan
pembuatan SIUP
di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?
4. Bagaimana struktur birokrasi dalam kebijakan pembuatan SIUP
di Disperindagtamben Kabupaten Karawang?
1.3 Maksud dan Tujuan KKL
Maksud dari KKL ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.
Sedangkan Tujuan KKL adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui komunikasi para implementor yang dapat
menentukan keberhasilan
kebijakan pembuatan
SIUP
di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.
2. Untuk mengetahui sumber daya dalam mengimplementasikan kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten
Karawang.
3. Untuk mengetahui disposisi antar organisasi terkait dengan kegiatan- kegiatan pelaksanaan dalam menentukan keberhasilan implementasi
kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten
Karawang.
4. Untuk mengetahui struktur birokrasi dalam menentukan keberhasilan implementasi kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben
Kabupaten Karawang.
1.4 Kegunaan KKL
Kegunaan dari penulisan ini adalah : 1. Guna teoritis, dalam rangka mengembangkan teori yang telah
diperoleh dibangku kuliah dengan praktek dilapangan mengenai implementasi kebijakan pembuatan SIUP di Disperindagtamben
Kabupaten Karawang. 2. Guna praktis, untuk memberikan masukan kepada pemerintah
setempat mengenai implementasi kebijakan pembuatan pembuatan SIUP di Disperindagtamben Kabupaten Karawang.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun
pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Kebijakan pada dasarnya adalah suatu tindakan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk melakukan
sesuatu. Kebijakan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah Islamy, 1997:14. Apabila dikaitkan dengan
dengan kebijakan publik, maka kata pelaksanaan kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik
yang telah ditetapkandisetujui dengan penggunaan sarana alat untuk mencapai tujuan kebijakan.
Pengertian implementasi menurut Edward III adalah: “Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan diantara
pembentukan sebuah kebijakan semacam klausa dari sebuah undang- undang legislatif, pengeluaran sebuah peraturan eksekutif, mewariskan
keputusan pengadilan, atau pemberlakuan standar peraturan dan konsekuensi kebijakan bagi masyarakat sebagai kelompok sasaran”
Edward III, 1980:8.
Berdasarkan pengertian diatas, implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu
apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak
bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Berdasarkan pengertian implementasi menurut George C. Edward III,
dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pelaksanaan, yaitu:
1. Komunikasi 2. Sumber daya
3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi
Keberhasilan suatu pelaksanaan menurut Edward III yang dikutip Agustino dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor diatas, yaitu : Kesatu
menurut Edward III adalah komunikasi, bahwa komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan
yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat
berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus ditransmisikan dikomunikasikan kepada
bagian personalia yang tepat. Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, komunikasi kebijakan
memiliki beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi Edward
III dalam agustino, 2006:150-151. Semakin baik koordinasi komunikasi
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu
pula sebaliknya. Kedua menurut Edward III bahwa sumber-sumber yang dapat
menentukan keberhasilan pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya yang tersedia, karena menurut Edward III sumber daya merupakan sumber
penggerak dan pelaksana. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses pelaksanaan. Sedangkan
menurut Van Meter dan Van Horn Agustino, 2006:142, sumbar daya merupakan keberhasilan proses implementasi yang dipengaruhi dengan
pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu. Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Sumber daya merupakan keberhasilan proses merupakan hal yang
mempengaruhi keberhasilan suatu pelaksanan. Menurut Edward III sumber daya terdiri dari fasilitas dan informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Edward III dalam agustino, 2006:151. Ketiga menurut Edward III adalah disposisi, disposisi atau sikap para
pelaksana adalah faktor penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana tidak hanya harus
mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Menurut Subarsono kualitas dari suatu kebijakan
dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor pelaksana, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,
pengalaman kerja, dan integritas moralnya Subarsono, 2006:7. Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari disposisi karakteristik agen
pelaksana. Hal ini sangat penting karena kinerja pelaksanaan kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksananya. Menurut Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor, kualitas
tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya Subarsono, 2006:7.
Keempat menurut Edward III adalah struktur birokrasi, walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para
pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemunkinan kebijakan
tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat
mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
SIUP adalah merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan
maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang SIUP adalah Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
nomor: 289MPPKep102001 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP
Menurut ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor : 289MPPKep102001, kewenangan pemberian SIUP
berada pada BupatiWalikota. Dan menurut Pasal 16 ayat 3 keputusan tersebut, menyatakan bahwa Bupati dan Walikota dapat mengatur standar
mekanisme pelayanan penerbitan SIUP di wilayah pembinaan masing- masing dengan mengacu pada ketentuan yang ada pada keputusan ini.
Dengan demikian SIUP adalah Izin Usaha yang dikeluarkan Instansi Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan KotaWilayah
sesuai domisili perusahaan. Sejalan
dengan pengertian
diatas, untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata
pemerintahan yang baik good governance, pemerintah daerah Kabupaten Karawang berkewajiban untuk mengoptimalisasi pembuatan SIUP yang
memungkinkan pemerintah daerah bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Kebijakan adalah suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan
melalui tindakan-tindakan
yang terarah.
Kebijakan mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung
satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan.
2. Implementasi Kebijakan adalah suatu proses yang dinamis dimana pelaksana kebijakan melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan dan
implementasi itu harus diterapkan pada prakteknya bukan sekedar teori. Mengukur suatu keberhasilan implementasi tersebut dilihat dalam
indikator sebagai berikut: 1. Komunikasi kebijakan, meliputi:
a. Transmisi adalah Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Bila penyaluran
komunikasi tejadi kesalahan miskomunikasi di beberapa tingkatan birokrasi, diharapkan akan terdistorsi di tengah jalan.
b. Kejelasan adalah Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan. Ketidakjelasan
pesan tidak selalu menghalangi implementasi, tetapi pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam
melaksanakan suatu kebijakan.
c. Konsistensi adalah Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Karena jika perintah yang diberikan
berubah-ubah, dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
2. Sumber daya kebijakan, meliputi: a. Staf adalah Salah satu yang disebabkan oleh stafpegawai yang
tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya. b. Informasi adalah mengenai data kebutuhan dari para pelaksana
terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. c. Wewenang adalah Pada umumnya kewenangan harus bersifat
formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan secara politik. d. Fasilitas adalah Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung maka implementasi kebijakan tidak akan
berhasil. 3. Disposisi
antar organisasi
terkait dengan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh
pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan
sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan
baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Disposisi meliputi:
a. Pengangkatan birokrat adalah Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap
implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.
b. Insentif adalah Salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah
kecenderungan para
pelaksana adalah
dengan memanipulasi insentif.
4. Struktur birokrasi, meliputi: a. Standard Operating Prosedures SOP adalah Suatu kegiatan rutin
para pegawai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan setiap hari sesuai dengan standar yang ditetapkan.
b. Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab terhadap suatu wilayah kebijakan di antara beberapa unit organisasi.
Adapun model kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
Bagan 1.1 Model Kerangka Pemikiran
1.6 Metode Penulisan 1.6.1 Metode Laporan KKL