Persamaan ekivalen rangkaian dan torsi elektromagnetik

12 slip rings . Pasangan ini menjadikannya lilitan medan berputar dengan arah arus tetap, yang biasanya disebut konverter mekanik. Gambar 2.4 Prinsip Kerja Motor DC Gaya gerak listrik GGL yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran diakibatkan oleh perputaran kawat konduktor dan sebanding terhadap kecepatan putaran � m pada motor dan flux per kutub Φ d . GGL atau biasa disebut tegangan induksi e bernilai negatif karena polaritasnya selalu berlawanan dengan tegangan sumber v. Persamaan tegangan induksi adalah: e a = � � Φ d � m 2.2 dengan: e a = Tegangan induksi GGL P = Jumlah kutub Z = Jumlah konduktor � m = Kecepatan putar per detik rads Φ d = Medan fluks Weber Jumlah konduktor Z, jumlah kutub P dan 2 � bernilai konstan, maka bisa diasumsikan sebagai konstanta armature K a sehingga tegangan induksinya e a menjadi: e a = K a Φ d � m 2.3

2.1.3 Persamaan ekivalen rangkaian dan torsi elektromagnetik

Pada dasarnya rangkaian ekivalen motor DC tergantung pada resistansi armature R a , induktansi dalam L a dan tegangan induktansi e a . Pada motor DC, input yang berupa energi listrik akan terkonversi menjadi energi mekanik dalam bentuk torsi T dan kecepatan putar � m yang dapat digambarkan oleh gambar 2.5. 13 Gambar 2.5 Rangkaian Ekivalen Motor DC Suatu motor dengan hambatan dan induktansi kumparan R dan L yang berputar tanpa pembebanan, kelembaman 0 dan gesekan 0, rumus hubungan tegangan dan arus listrik pada rangkaian tertutup dinyatakan dengan: v = e a + R a i a + L a i 2.4 dengan: v = Tegangan sumber Volt e a = Tegangan induksi volt R a = Resistansi armature Ohm i a = Arus armature Ampere L a = Induktansi dalam armature Henry Dalam keadaan steady state , arus armature bersifat konstan dan rasio perubahan arus armature adalah nol, sehingga persamaan tegangan armature persamaan 2.4 menjadi: v = e a + R a i a 2.5 Untuk mengetahui daya yang diambil motor, persamaan tegangan armature 2.5 dikalikan dengan arus armature i a : vi a = e a i a + R a i a 2 2.6 dengan: vi a = Daya sumber atau P a Watt e a i a = Daya efektif atau P e Watt R a i a 2 = Copper losses Watt 14 Daya efektif P e adalah daya yang dikonversikan menjadi daya mekanik P m pada motor, dengan asumsi rugi-rugi gesekan dan angin tidak ada atau nol. Daya mekanik P m terjadi dalam bentuk torsi elektromagnetik dan kecepatan dengan persamaan: P m = T � m 2.7 Daya efektif yang sebanding dengan daya mekanik bisa didapatkan hubungan torsi T terhadap tegangan armature v dirumuskan dengan persamaan 2.8 e a i a = T � m 2.8 Jika persamaan 2.3 disubstitusikan kepersamaan 2.8, maka didapat: K a Φ d i a = T 2.9 Jika fluks Φ d bernilai konstan, maka konstanta armature K a dan fluks menjadi konstanta baru atau konstanta magnetik K m dan persamaan torsi 2.9 dan persamaan tegangan induksi 2.3 menjadi: T = K m i a 2.10 e a = K m � m 2.11 Sewaktu periode konduksi arus armature, energi listrik mengalir pada rangkaian armature, interaksi dari arus dan medan fluks menghasilkan torsi elektromagnetik T bersifat positif. Motor yang mendapat suplai beban energi sewaktu periode perputaran memiliki energi kinetik. T = J ω m 2.12 Induksi armature bertindak sebagai reservoir dari energi listrik sewaktu periode konduksi. Armature dan beban inersia J bertindak sebagai reservoir dari energi mekanis sewaktu periode perputaran motor. Jadi, arus armature magnet mampu menghasilkan torka yang bekerja terhadap kelembaman dan gesekan, maka persamaannya menjadi: T = J ω m + B � 2.13

2.2 Sistem Kontrol Otomatis