Sistematika Penulisan Metode Penelitian .1 Jenis Penelitian

penelitian ini. Hal ini sangat berkaitan dengan tugas ilmu hukum normatif dogmatik yaitu untuk menelaah, mensistemasi, menginterpretasikan dan mengevaluasikan hukum posistif yang berlaku bagi pengkajian tentang pokok masalah. 30

1.6.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, maka kerangka dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri beberapa sub-sub : Bab I pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini serta sistematika penulisan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pembaca agar dapat mengetahui secara garis besar pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. Bab II, menguraikan tentang bagaimana tinjauan yuridis sewa menyewa barang milik daerah khususnya yang berkaitan dengan reklame antara Pemerintah Kota Surabaya dengan pihuk swasta jika dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2006. Bab III, menguraikan tentang upaya apa yang akan dilakukan bila salah satu pihak melakukan wanprestasi. 30 Ibrahim Jhonny, op.cit., h. 36 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Bab IV, penutup merupakan bagian terakhir dan sebagai penutup dalam penulisan skripsi ini yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebeluninya dan juga berisikan saran-saran dari permasalahan tersebut. Dengan demikian bab penutup ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini sekaligus merupakan rangkuman jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 BAB II BAGAIMANA TINJAUAN YURIDIS SEWA MENYEWA BARANG MILIK DAERAH KHUSUSNYA YANG BERKAITAN DENGAN REKLAME ANTARA PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN PIHAK SWASTA JIKA DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 6 TAHUN 2006 Barang-barang milik pemerintah publik domein terdiri dari barangbenda yang disediakan untuk dipakai oleh publik. Misal jalan, jembatan, pelabuhan dan Iain-lain, Barang privaat domein, yaitu barangbenda yang digunakan untuk pemakaian sendiri dan tidak ditujukan untuk peruntukkan umuni. Misalkan gedung kantor, rumah dinas, mobil dinas, perabotan kantor. Menurut Hukum Belanda, penguasa selaku pemilik, dalam banyak hal mempunyai kewenangan penguasaan berdasarkan Hukum keperdataan, namun ia tidak dapat menggunakannya secara bertentangan dengan asas-asas pemerintahan yang layak. Status Pemilikan Publiek Domein Menurut Sistem Hukum Indonesia telah diatur di dalam PP No.6 Tuhun 2006. Adalah lebih tepat jika Negara, sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat bangsa bertindak selaku Badan Penguasa. Perkataan dikuasai bukanlah berarti dimiliki. Hal ini sama dengan pernyataan bahwa Indonesia secara hukum menolak asas domein yang pernah dianut oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah didasarkan pada PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dan Permendagri Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Barang milik negaradaerah meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBND, barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah seperti barang yang diperoleh dari hibahsumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari peijanjiankontrak, barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, atau barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Di dalam melakukan pengelolaan barang milik negaradaerah, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah, perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Cara pemenntah memperoleh barang publik adalah melalui Cara Hukum Keperdataan, yakni berdasarkan cara-cara peralihan yang diatur dalam Hukum Perdata. Misalnya jual beli, tukar menukar, sewa menyewa. Cara lain juga dapat dilakukan melalui cara Hukum. Publik, yakni berdasarkan cara-cara peralihan yang diatur dalam Hukum Publik, misalnya pencabutan hak atas tanah, pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, dan sebagainya. Perbedaan cara pemerintah dalam memperoleh melalui hukum antara perdata dan publik, jika Cara Hukum Privat, kedudukan hukum pemerintah dengan pemilik benda bersifat sejajar kemudian antara hak dan kewajiban pemerintah dengan pemilik benda sama. Tidak dibenarkan adanya pemutusan perjanjian secara sepihak dan apabila terjadi sengketa maka itu merupakan sengketa perdata. Sedangkan jika Cara Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hukum Publik, maka kedudukan hukum antara pemerintah dengan pemilik benda bersifat top-downvertikal. Pemerintah memiliki kedudukan yang lebih kuat dibandingkan dengan pemilik benda. Kehendak pemerintah bersifat lebih menentukan dari pada yang lain. Apabila terjadi sengketa, maka hal tersebut merupakan sengketa administrasi. 31 1. Pengertian Pemanfaatan Barang Daerah Pemanfaatan barang daerah oleh pihak ketiga pada hakekatnya kegiatan didalamnya merupakan kegiatan pengadaan barangjasa publik sehingga penulis merasa perlu memberikan pengertian tentang pemanfaatan barang daerah. Sesuai Pasal 1 angka 8 PP Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah gunabahgun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan. Sesuai Pasal 19 PP Nomor 6 Tahun 2006 maka kriteria pemanfaatan barang milik daerah meliputi: a. Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah danatau bangunan, selain tanah danatau bangunan yang dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat dengan SKPD , dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola; 31 http:barang-barang-milik.html 1901.2011, 08:40 hari rabu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah danatau bangunan yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan kepala daerah; c. Pemanfaatan barang milik daerah selain tanah danatau bangunan yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola; d. Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negaradaerah dan kepentingan umum. Pengelola barang milik daerah yaitu pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah, sedangkan pengguna barang milik daerah adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah. Dari beberapa kriteria pemanfaatan barang daerah tersebut di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah danatau bangunan dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan kepala daerah, selain tanah danatau bangunan dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola. 2. Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Daerah Dari batasan pengertian pemanfaatan barang milik daerah sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diketahui bentuk pemanfaatan barang daerah meliputi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun serah guna dan bangun guna serah. Sewa. Pengertian sewa sesuai Pasal 1 angka 9 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah sebagai berikut: Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Dalam lampiran Perrrtendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah fersebut dijelaskan bahwa penyewaan merupakan penyerahan hak penggunaanpemanfaatan kepada Pihak Ketiga, dalam hubungan sewa menyewa tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala. Adapun ketentuan ataupun syarat-syarat penyewaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1 Penyewaan barang milik daerah hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah; 2 Untuk sementara waktu barang milik daerah tersebut belum dimanfaatkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah; 3 Jenis-jenis barang milik daerah yang disewakan ditetapkan oleh Kepala Daerah; 4 Besaran sewa ditetapkan oleh Kepala Daerah, berdasarkan hasil perhitungan Tim Penaksir; 5 Hasil penerimaan merupakan penerimaan daerah dan disetorkan ke kas daerah; 6 Dalam Surat Perjanjian sewa-menyewa harus ditetapkan : a jenis, jumlah, biaya dan jangka waktu penyewaan; Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b biaya operasi dan pemeliharaan selama penyewaan menjadi tanggung jawab penyewa; c persyaratan lain yang dianggap perlu Jenis barang milik daerah yang dapat disewakan, antara lain: 1. MessWismaBioskop dan sejenisnya; 2. Gudanggedung; 3. TokoKios; 4. Tanah; 5. Jembatan penyebrangan orang jpo 6. Kendaraan dan alat-alat besar Dalam Pasal 1 angka 11 PP Nomor 6 Tahun 2006 bahwa : Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajakpendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya. Sesuai Pasal 26 PP Nomor 6 Tahun 2006 dan Pasal 38 Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tersebut dijelaskan ketentuan-ketentuan terkait dengan kerja sama pemanfaatan atas barang milik daerah, yaitu sebagai berikut: 1 Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi biaya operasionalpemeliharaanperbaikan yang diperlukan terhadap barang milik daerah dimaksud; 2 Mitra kerja sama pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya lima pesertapeminat, kecuali untuk barang milik daerah yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung. Barang yang bersifat khusus tersebut seperti penggunaan tanah milik Pemerintah Daerah untuk keperluan kebun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. binatang Pengembangbiakanpelestarian satwa langka, pelabuhan laut, pelabuhan udara, pengelolaan limbah, pendidikan dan sarana olah raga; 3 Biaya pengkajian, penelitian, penaksir dan pengumurran tenderlelang, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 4. Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksanapengawas, dibebankan pada pihak ketiga; 5 Mitra kerja sama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap ke rekeaing kas umum daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasiari yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil kerja sama pemanfaatan; 6. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerja sama pemanfaatan harus mendapat persetujuan pengelola barang; 7. Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerja sama pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik daerah yang menjadi obyek kerja sama pemanfaatan; 8. Jangka waktu kerja sama pemanfaatan paling lama 30 tiga puluh tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang; 9. Setelah berakhir jangka waktu kerja sama pemanfaatan, Kepala Daerah menetapkan status penggunaanpemanfaatan atas tanah danatau bangunan sesuai ketentuan perataran perundang-undangan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada umumnya pemerintah kota Surabaya melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam bidang sewa menyewa. Mereka raenyewakan jembatan penyebarangan orang sebagai media perikalanan yaitu reklame. Pengertian reklame menurut pasal 1 angka 12 PERDA No.8 Tahun 2006 yang bunyinya: Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentukdan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, merganjurkan, memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Prosedur penyewaan jembatan penyeberangan orang sebagai media periklanan. Bahwa pihak pertama berdasarkan peraturaii perundang-undangan yang berlaku mempunyai kewenangan untuk mengatur wilayahnya, antara lain melengkapi kebutuhan sarana kota seperti jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki serta mengatur penyelenggaraan reklame di Surabaya. Bahwa pihak kedua mempunyai reputasi, kemampuan serta pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan di biang media reklame. Berdasarkan hal tersebut pihak kedua mengajukan permohonan sewa menyewa jembatan penyeberangan dimaksud sebagai media reklame untuk jangka waktu tertentu. Bcrdasarkan PP No.6 Tahun 2006, permohonan pihak kedua tersebut adalah pemanfaatan barang daerah dalam bentuk penyewaan, yakrd penyerahan hak penggunaaan atau pemakaian barang daerah kepada pihak ketiga dalam hubungan sewa menyewa dengan ketentuan pihak ketiga tersebut harus Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu. Dapat diketahui jika perjanjian sewa yang digunakan oleh pemerintah kota Surabaya dengan pihak Swasta sudah sesuai dengan KUHper, dan aturan khusus yang berlaku PP Nomor 6 Tahun 2006, Permendagri Nomor 17 Tahun 2007. Pengelolaan barang milik daerah dalam bentuk sswa dilakukan oleh dua pihak yaitu pemerintah kota surabaya dan Pihak swasta. dengan kontrak yang disetujui oleh kedua belah pihak. 2.1 Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa barang milik pemerintah dengan pihak swasta dikaji secara yuridis. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan yang dilaksanakan di atas lahan milik Pemerintah Kota Surabaya, diperlukan kejelasan dan kepastian mengenai dasar-dasar perjanjiari sewa menyewa Barang milik Daerah oleh Pemerintah Kota Surabaya terhadap lahan tertentu tersebut terlebih dahulu, sebelum Pemerintah Kota Surabaya dapat memberikan suatu hak bagi pihak ketiga selaku pihak swasta. Berikut ini adalah alasan pemerintah kota Surabaya menyewakan barang milik daerah: 32 1. Alasan menyewakan barang milik daerah 32 Modul Pengelolaan Barang Milik Negara h. 47 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. MengoptirAalkan pemanfaatan Barang Milik Daerah yang belum atau tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintah. b. Menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementrian atau lembaga. Barang Milik Daerah yang dibangun atau diperoleh kementrian atau lembaga yang disewakan kepada pihak lain dengan perjanjian agar tetap digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai maksud pengadaannya dapat diharpkan berfungsi lebih optimal dan menunjang pelaksanaan tugas fungsi kementrian atau lembaga yang bersangkutan. c. Untuk efisiensi biaya pemeliharaan dan pengamanan Barang Milik Daerah serta meningkatkan penerimaan negara. Barang Milik Daerah yang idle tetap memerlukan pemeliharaan dan bahkan berpotensi untuk menjadi tidak aman. Dengan diseakan, maka biaya pemeliharaan dan pengamanan ditanggung oleh penyewa dan ngara. 2. Jenis Barang Milik Daerah yang dapat disewakan. Semua jenis Barang Milik Daerah kecuali yang bersifat khusus dan menjadi rahasia negara dapat .disewakan.. 3. Pihak yang dapat menyewakan Barang Milik Daerah. a. Pengelola Barang dapat menyewakan tanah dan atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Perhitungan nilai selain tanah dan atau bangunan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan Pengguna Barang. Pengguna Barang dapat melibatkan penilai independen. 4. Penetapan besaran sewa. Sewa minimum sesuai formula tarif sewa yang diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan. 5. Sewa tanah dan bangunan yang berada Pengelola Barang ditetapkan olch Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan Tim. 6. Sewa atas sebagian tanah dan bangunan yang berada Pengguna Barang dan Barang Milik Daerah selain tanah dan bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barang sesuai dengan perhitungan Tim. 7. Sewa-menyewa ditungkan dalam perjanjian. 8. Pembayaran uang sewa dapat dilakukan sekaligus atau dibayarkan secara bertahap setiap awal tahun. 9. Penyewa atas persetujuan Pengelola Barang diperkenankan mengubah bentuk Barang Milik Daerah atau menambah, dengan ketentan bagian- bagian yang ditambahkan pada bangunan tersebut merupakan Barang Milik Daerah. 10. Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian, termasuk biaya Tim atau penilai independen dibebankan pada APBD. Analisis kotrak perjanjian sewa meyewa PT warna warni dengan Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan PP No.6 Tahun 2006 perjanjian antara Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pihak pertama dan kedua yang tercantum di dalam kontrak perjanjian tersebut sudah sesuai dengan pasal 21 PP No.6 Tahun 2006 dimana penyewaan yakni penyerahan hak penggunaan atau pemakaian barang daerah kepada pihak ketiga dalam hubungan sewa menyewa dengan ketentuan pihak ketiga tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu baik sekaligus maupun secara berkala. Pada pasal 2 dalam kontrak tersebut sudah sesuai dengan pasal 22 PP No.6 Tahun 2006, namun seharusnya dalam menentukan gambar desain dan ukuran reklame sesuai dengan bidang jembatan penyeberangan dan ketentuan- ketentuan yang berlaku di Pemerintah Kota Surabaya mengenai penyelenggaraan reklame, dengan tetap memperhatikan keindahan dan keserasian lingkungan serta mematuhi kode eik periklanan. Pihak kedua seharusnya diikutkan dalam pembicaraan mengenai gambar desain, ukuran reklame agar sesuai dengan keindahan dan keserasian lingkungan kota. Dalam pasal 7 angka 4 jangka waktu perjanjian disebutkan apabila pada saat penandatanganan tersebut kondisi jembatan penyeberangan dimaksud tidak dalam kondisi baik terutama dari segi konstuksi bangunan, maka pihak pertama akan melakukan perbaikan dengan biaya ditanggung oleh pihak kedua, seharusnya ini menjadi tanggung jawab pihak pertama juga sebagai pihak yang menyewakan. Dalam pasal 8 angka 1 pengakiran perjanjian secara sepihak, apabila selama berlangsungnya perjanjian ini sewaktu-waktu di lokasi tersebut akan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dilaksanakan proyek-proyek pembangunan baik milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang kemudian berakibat pada pembongkaran atau pemindahan bangunan jembatan penyeberangan dimaksud, pihak kedua wajib membersihkan bangunan jembatan penyeberangan dimaksud dari papan reklame dengan biaya pihak kedua, tanpa menuntut ganti rugi. Seharusnya pihak pertama yang harus membongkar dengan biaya sendiri dan tidak menuntut pihak kedua untuk membayarnya karena pihak kedua sudah menyewa dan membayar uang sewa itu sendiri dan pihak pertama selaku Pemerintah Kota sehausnya yang bertanggung jawab. Uraian di atas adalah prosedur pelaksanaan sewa menyewa antara Pemerintah Kota Surabaya dengan pihak swasta dalam penyewaan Barang Milik Daerah yaitu jembatan penyeberangan orang. Dalam hal penyewaan tersebut antara Pemerintah Kota Surabaya sebagai pihak pertama berhak menentukan gambar desain dan ukuran reklame sesuai dengan bidang jembatan penyeberangan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di antara Pemerintah Kota Surabaya mengenai penyelenggaraan reklame, dengan tetap memperhatikan keindahan dan keserasian lingkungan serta mematuhi kode etik periklanan agar iklan tersebut tidak menggangu masyarakat sebagai pengguna sarana umum. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 38

BAB III UPAYA APA YANG AKAN DILAKUKAN BILA SALAH SATU PIHAK

MELAKUKAN WANPRESTASI Demi keadilan dan kebenaran putusan hakim harus dapat diperbaiki atau dibatalkan jika dalam putusannya terdapat kekhilafan atau kekeliruan. Oleh karena itu hukum menyediakan sarana atau upaya perbaikan atau pembatalan putusan guna mencegah atau memperbaiki kekhilafan atau kekeliruan putusan. Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang berkepentingan, karena itu pula pihak yang bersangkutan sendiri yang harus aktif dengan mengajukannya kepada pengadilan yang aiberi kekuasaan untuk itu jika ia menghendakinya. Hakim tidak dapat memaksa atau menghalanginya. 33 Upaya hukum dibedakan menjadi dua upaya hukum litigasi dan non litigasi. Litigasi adalah proses dimana seorang individu atau badan membawa sengketa, kasus ke pengadilan atau pengaduan dan penyelesaian tuntutan atau penggantian atas kerusakan. Proses pengadilan juga dikenal sebagai tuntutan hukum dan istilah biasanya mengacu pada persidangan pengadilan sipil. Mereka digunakan terutama ketika sengketa atau keluhan tidak bisa diselesaikan dengan cara lain. Proses pengadilan tidak selalu terjadi dalam gugatan penggugat. Dalam beberapa kasus, tuduhan palsu dan kurangnya fakta-fakta dari orang-orang yang terkait, menyebabkan 33 http:id.shvoong.comlaw-and-politics1906561-upaya-hukum-di- pengadilanhtml23052011,20:10,hari senin Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.