Materi Metodologi Penelitian

(1)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 1 Pengantar Metodologi Penelitian

Pendahuluan

Syarat agar dapat melakukan penelitian ilmiah dengan baik : 1. Paham konsep dasar ilmu pengetahuan (IP)

2. Menguasai metodologi penelitian

Dua aspek tersebut merupakan persyaratan untuk menguasai Teknik berpikir yang dilandasi oleh metode dan prinsip Ilmu pengetahuan

Ilmu Pengetahuan

♦ Ilmu/ilmu pengetahuan adalah konsep yang sulit didefinisikan dengan batas-batas yang jelas

♦ Cakupan Ilmu pengetahuan luas, sehingga batas-batasnya kabur

♦ Fungsi Ilmu Pengetahuan juga sering tidak terdefinisi dengan pasti, sering dinyatakan dengan cara-cara berbeda-beda

♦ Contoh :

1. Ilmu Pengetahuan adalah alat untuk memperbaiki kehidupan manusia, yaitu dengan penemuan baru – hasil kemajuan ilmu pengetahuan maupun aplikasi baru ilmu pengetahuan

2. Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan aturan yang menjelaskan hubungan unsur-unsur/elemen yang terdapat di dunia

♦ Ilmu Pengetahuan mencoba menjelaskan fenomena/fakta untuk memahami hakekat suatu obyek, atau untuk mendapatkan pengetahuan tentang obyek tersebut. Pemahaman dilakuakan melalui observasi/pengamatan terhadap obyek, yang hasilnya adalah sekumpulan fenomena/fakta yang dapat dibuktikan secara EMPIRIS, yaitu dapat diamati langsung oleh manusia dengan panca inderanya.

♦ Teori menyusun fakta-fakta secara teratur dan sistematis ♦ Teori, dapat didefinisikan sebagai :

Suatu kumpulan konsep, definisi dan dugaan, yang memberikan gambaran sistematis tentang fakta – yaitu dengan mengungkapkan saling hubungan antara variabel-variabel fakta – yang secara keseluruhan berguna untuk menjelaskan dan memprediksi fakta tersebut.

♦ Dengan demikian, dapat dirumuskan kegunaan teori, sebagai berikut : 1. Alat untuk mengarahkan perhatian :

Teori memberikan arah tentamg apa yang harus diteliti dari suatu obyek, sehingga mampu membatasi fenomena/fakta yang harus dipelajari/diamati dari obyek tersebut, yaituu hanya fenomena/fakta yang relevan denga arah yang ditunjukan oleh teori.

2. Alat untuk merangkum fenomena/fakta secara sistematis :

Teori menyusun fakta secara teratur/sistematis dalam bentuk generalisasi/prinsip-prinsip, sehingga hubungan fakata-fakta satu sama lain mudah dipahami


(2)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 2 3. Alat untuk meramalkan fakta

Teori menunjukan oula hubungan fakta-fakta, sehingga dengan pola hubungan itu dapat diramalkan fakta/kondisi yang belum pernah diketahui.

♦ Kesimpulan : Teori berhubungan erat dengan fakta, sehingga :

1. Teori dapat menunjukan arah yang harus ditempuh untuk mengungkapkan fakta baru

2. Fakta dapat memberikan gambaran untuk menyusun teori baru, atau memperhalus, menyempurnakan, bahkan menolak teori yang sudah ada.

♦ Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan teori-teori, masing-masing teori berguna untuk menjelaskan hubungan antar fakta

♦ Hubungan antar fakta diamati secara empiris dan apa adanya, tanpa memperhatikan apakah hubungan-hubungan itu indah, bagus, atau baik secara etis, berarti :

Ilmu Pengetahuan jujur bebas nilai, dan obyektif.

♦ Tapi penggunaan Ilmu Pengetahuan tidak bebas nilai, ilmuwan dapat merasa punya tanggung-jawab kemanusian, mencegah penemuannya disalahgunakan untuk maksud-maksud buruk

♦ Karena Obyektif, maka Ilmu Pengetahuan harus bersifat terbuka, agar bebas dari nilai-nilai pribadi – dan juga harus terbuka untuk semua orang. ♦ Karena terbuka, Ilmu Pengetahuan jadi bersifat jelas, mulai dari awal

penelitian hingga penarikan kesimpulan

♦ Kesimpulannya menunjukan adanya beberapa ciri ilmu pengetahuan, yaitu :

1. Ilmu Pengetahuan terstruktur secara sistematis

2. Ilmu Pengetahuan merupakan hasil observasi empiris

3. llmu Pengetahuan bersifat obyektif, tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi

4. Ilmu Pengetahuan bersifat jelas, dapat diuji secara terbuka oleh semua orang

Beberapa Pola Dalam Kegiatan Berpikir

♦ Ilmu Pengetahuan adalah hasil kegiata berpikir

♦ Terdapat 2 pola kegiatan berpikir, yaitu kegiatan berpikir secara Rasional dan kegiatan berpikir secara Empiris.

Kegiatan Berpikir Rasional :

- Ilmu Pengetahuan didapat lewat berpikir dengan menggunakan rasio, terlepas dari pengalaman nyata manusia. Kebenaran, sebagai dasar ilmu pengetahuan, didapat dari pemikiran manusia secara rasional tanpa perlu bukti nyata dari lapangan.

- Rasionalisme, ternyata tidak sempurna. Kebenaran sulit didapat jika hanya dari rasio dan terpisah dari kenyataan.


(3)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 3 Akibat : sulit memperoleh kata sepakat tentang kebenaran tiap orang cenderung hanya pervaya terhadap kebenaran yang pasti menurut diri sendiri (SOLIPSISME)

Kegiatan Berpikir Empiris :

- Karena kelemahan Rasionalisme, muncul pola berpikir lain yang berlawanan, yaitu berpikir secara Empiris, yang menganjurkan agar kebenaran atau pengetahuan dicari dari kenyataan/alam.

- Dipelopori Sir Francis Bacon, yang mengatakan bahwa kekacauan dalam ilmu terjadikarena terlalu bertumpu pada kekuatan berpikir dan lupa bahwa alam adalah sumber kebenaran

- Empirisme juga punya kelemahan :

1. Fakta yang terlihat secara empiris, perlu ditafsirkan agar punya arti. Fakta hanyalah berarti fakta, tidak punya arti.

2. Fakta yang sama bisa ditafsirkan menurut cara yang berbeda. 3. Kumpulan fakta seringkali hanya berupa kumpulan pengetahuan

serbaneka, tidak merupakan pengetahuan yang utuh tentang suatu obyek, karena yang diketahui hanyalah sebagian fenomena/fakta

Akhirnya :

♦ Muncul gagasan untuk menggabungkan rasionalisme dan empirisme, yang disebut Metode Keilmuan :

Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran logis, empirisme memberikan kerangka pengujian untuk memastikan kebenaran

Beberapa Konsep Dalam Kegiatan Keilmuan

♦ Berpikir, ciri hakekat manusia, sehingga disebut Homo Sapiens dan Ilmu Pengetahuan berkembang melalui kegiatan berpikir

♦ Manusia berpikir bukan karena naluri atau kesenangan, tapi karena menghadapi masalah

♦ Manusia mengamati dunia/lingkungan – ada sejumlah gejala yang berpengaruh terhadap hidup manusia, sehingga melahirkan sejumlah pertanyaan

♦ Pertanyaan-pertanyaan itu merupan MASALAH bagi manisa yang mengamati lingkungannya

♦ Berdasarkan kerangka pemikiran logis (TEORI) yang dimiliki, manusia melahirkan sejumlah dugaan tentang gejala-gejala itu – dugaan itu disebut HIPOTESIS

♦ Jawaban terhadap dugaan memberikan gambaran mengenai kebenaran kerangka pemikiran logis yang melandasi dugaan

♦ Dugaan-dugaan bisa muncul juga tanpa ada kerangka pemikiran apapun juga, sehingga jawaban terhadap dugaan merupakan landasan untuk merumuskan suatu kerangka pemikiran (teori)

♦ Pengujian terhadap dugaan dilakukan sera empiris, melalui observasi terhadap keadaan dunia sebenarnyauntuk memperoleh fakta.


(4)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 4 ♦ Dalam pengamatan perlu asumsi tentang obyek empiris yang diteliti –

terdapat 3 asumsi tentang obyek empiris tersebut :

1. Obyek-obyek empiris punya keserupaan satu sama lain, tentang bentuk, struktur, sifat, dan lain-lain.

2. Obyek-obyek empiris tidak megalami perubahan untuk suatu jangka waktu tertentu, sehingga kerangka pemikiran logis tentang obyek tersebut dianggap berlaku untuk jangka waktu itu

3. Tidak ada gejala kebetulan tentang kejadian yang berkaitan dengan obyek empiris – selalu ada pola kejadian bersifat tetap dengan urutan yang sama (DETERMINISME), sehingga kesimpulan tidaklah didasarkan pada gejala kebetulan tapi pada proses kejadian alami yang dilalui obyek itu

Proses Kegiatan Keilmuan

♦ Tujuan kegiatan keilmuan adalah mencari/menguji kerangka pemikiran logis (disebut juga TEORI, HUKUM, ASAS, KAIDAH, dsb) yang bersifat umum

♦ Sifat umum diperlukan agar kerangka pemikiran logis itu dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai gejala dengan macam-macam obyek yang berbeda.

♦ Proses kegiatan keilmuan bisa digambarkan sebagai berikut

DUNIA RASIONAL DUNIA EMPIRIS

FENOMENA/ FAKTA

TEORI

HIPOTESIS Perumusan Teori Baru

Pengujian Teori Lama

Metode Pengukuran

Metode Pengamatan Observasi/

Pengamatan

STATISTIKA

INDUKSI

APLIKASI TEORI

LOGIKA/ MATEMATIKA


(5)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 5 ♦ Salah satu cara untuk menarik kesimpulan bersifat umum adalah proses INDUKSI, yaitu menarik kesimpulan bersifat umum dari kasus-kasus individual

♦ Penarikan kesimpulan harus memenuhi persyaratan tertentu, tidak tepat jika hanya dari pengamatan sepintas

♦ Kesimpulan harus bersifat umum dan dapat memperhitungkan pengarauh faktor kebetulan (asumsi obyek empiris no.3) – karena itu digunakan STATISTIKA

♦ Statistika dapat digunakan, sebagai berikut ”

1. Memperhitung besarnya peran faktor kebetulan dalam penarikan kesimpulan

2. Memberikan jalan untuk sampai pada kesimpulan secara umum hanya dengan pengamatan terhdap obyek-obyek yang jumlahnya terbatas 3. Menghitung/mengukur tingkat hubungan antara faktor-faktor yang

melandasi suatu masalah

♦ Konsep lain dalam kegiatan keilmuan adala proses DEDUKSI, lawan dari induksi, yaitu penarikan kesimpulan bersifat individual dari pernyataan/kerangka berpikir logis yang bersifat umum

♦ Dalam proses deduksi, digunakan LOGIKA untuk menerapkan pernyataan bersifat umum terhdap gejala individual yang kita amati

♦ Logika, akhirnya jadi MATEMATIKA, yaitu penjabaran logika jadi lambang (simbol) yang mudah dimengerti.

♦ Dalam proses kegiatan keilmuan, FENOMENA/FAKTA digunakan untuk : 1. Merumuskan teori baru

2. Menguji teori yang sudah ada

♦ Fenomena/fakta diperoleh dari OBSERVASI/PENGAMATAN, yang harus dilakukan dengan METODE PENGAMATAN tertentu. Intesitas (besarnya) suatu gejala/fakta yang diteliti diukur dengan METODE PENGUKURAN, sehingga juga dapat digunakan untuk mengukur hubungan gejala tersebut dengan gejala lain secara kuantitatif- agar ketelitian bisa lebih tinggi.

♦ Dunia keilmuan terbagi jadi DUNIA RASIONAL dan DUNIA EMPIRIS, sebagai berikut :

1. Dalam dunia rasional, TEORI dikembangkan jadi HIPOTESIS ataupun DIAPLIKASIKAN, dengan bertumpu pada LOGIKA ataupun MATEMATIKA.

2. Dalam dunia empiris, HIPOTESIS digunakan sebagai dasar untuk menetapkan CARA PENGAMATAN maupun CARA PENGUKURAN yang akan digunakan untuk mempelajari obyek penelitian, yang akhirnya memberikan FENOMENA/FAKTA tentang obyek tersebut Dengan STATISTIKA, dilakukan penarikan kesimpulan tentang fenomena/fakta secara INDUKTIF, baik untuk merumuskan teori baru, ataupun untuk menguji teori yang lama, yang sebelumnya telah ada.


(6)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 6 JENIS-JENIS PENELITIAN

A. Menurut Tujuan

(sesuai proses kegiatan keilmuan), terdapat jenis penelitian : 1. Penelitian untuk menguji Teori Lama/yang sudah ada 2. Penelitian untuk merumuskan Teori Baru

3. Penelitian untuk merumuskan/memperbaiki Metodologi Penelitian 4. Penelitian berupa aplikasi Teori

- Yang dianggap penelitian ilmiah (pada umunya) adalah 1, 2, dan 3. - Aplikasi teori ditolak karena dianggap tidak membuka cakrawala ilmu

jadi luas

B. Menurut Bidang Ilmu

- Sering dinyatakan terbagi menjadi penelitia eksak/tidak eksak, atau penelitian ilmu alam/sosial.

- Skema/urutan proses kegiatan keilmuan seharusnya tetap berlaku bagi kedua bidang ilmu, walaupun dengan perbedaan sebagai berikut :

Ilmu Sosial, ketidakpastian tinggi, sehingga : - sesuai skema lengkap, dari Teori Æ Hipotesis Æ Observasi Æ Fakta Æ Teori

Ilmu Alam, ketidakpastian rendah (kepastian tinggi), sehingga :

- sering ridak menyelesaikan proses kegiatan keilmuan secara lengkap.

Contoh : ”Rencana Sistem Informasi” - tidak diuji

- berarti :

Teori Æ Hipotesis (=Rencana)

- Tetap bisa dianggap penelitian ilmiah, sebab suatu saat mungkin diuji oleh orang lain (pada saat dicoba diaplikasikan)

C. Menurut Sifat Masalah

1. Penelitian Historis :

- Rekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif melalui bukti-bukti.

2. Penelitian Deskriptif :

- Membuat deskripsi sistematis, faktual dan akurat tentang sifat-sifat obyek penelitian


(7)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 7 3. Penelitian Perkembangan :

- Menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan/perubahan menurut fungsi waktu.

- Bisa dalam bentuk cross-sectional atau longitudinal

4. Penelitian Kasus :

- Mempelajari Secara intensif latar belakang dan keadaan sekarang suatu obyek penelitian

5. Penelitian Korelasional :

- Mempelajari sejauh mana variasi suatu faktor berkaitan dengan variasi satu atau lebihfaktor lain, berdasarkan koefisien korelasi(koefisien hubungan)

6. Penelitian Kausal-Komparatif :

- Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab - akibat, dengan cara : meneliti akibat, untuk mencarifaktor penyebab

7. Penelitian Eksperimental :

- Menyelidii kemungkinan hubungan sebab-akibat, dengan cara : mengenakan suatu perlakuan tertentu kepada kelompok percobaan dan membandingkan hasilnya terhadap kelompok kontrol yang tidak dikenal kondisi perlakuan

8. Penelitian Tindakan (Action Research) :

- Mirip dengan no.7, menyelidiki karakteiistik suatu obyek penelitian dengan cara suatu tindakan tertentu dan melihat reaksinya.

- Umumnya digunkan untuk penerapan langsung

9. Penelitian Evaluasi :

- Mengevaluasi akibat dari suatuyang telah diterapkan pada suatu obyek penelitian

waktu


(8)

Pengantar Metodologi Penelitian

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 8 10. Penelitian Grounded (Grounded Research) :

- Penelitian yang dimulai dar data : konsep, teori, hipotesis dikembangkan berdasarkan data yang ada dilapangan.

- Alasan : penelitian umumnya dimuai dari Teori (grand-theory), sehingga perkembangan hanya sekitar gand-theory

11. Penelitian Pejajakan (Eksploratif) :

- Penelitian untuk obyek penelitian yang baru, dimana pengetahuan peneliti masih terbatas, belum ada hipotesis apapun. Peneliti masih mencari-cari

12. Penelitian Penjelasan (Eksplanatory/Confirmatory Research) :

- Menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Suatu penelitian tidak harus selalu hanya tercakup pada satu jenis penelitian saja - bisa beberapa jenis sekaligus


(9)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 1 IDENTIFIKASI, PEMILIHAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Masalah, muncul karena adanya KESENJANGAN, yaitu antara : ♦ Yang SEHARUSNYA dengan yang TERJADI

♦ Yang DIPERLUKAN dengan yang TERSEDIA ♦ HARAPAN dengan KENYATAAN

A. Identifikasi Masalah

♦ Sebenarnya banyak sekali masalah muncul, tidak ada individu maupun organisasi yang tidak mempunyai masalah, tetapi perlu ”mata yang terlatih" untuk menemukannya.

♦ Permasalahan seringkali bisa ditemukan melalui : 1. BACAAN :

♦ Terutama Laporan Penelitian, karena biasanya ada rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

♦ Bahkan seringkali penelitian lanjutan yang diusulkan lebih banyak daripada yang dijawab oleh penelitian tersebut.

2. DISKUSI, SEMINAR, PERTEMUAN ILMIAH :

♦ Dalam pertemuan semacam ini pada umumnya turut hadir para pakar, yang mampu melihat permasalahannya secara profesional, sehingga juga mudah mengidentifikasikan masalah-masalah lainnya.

3. PERNYATAAN PEMEGANG OTORITAS :

♦ Para pemegang otoritas, baik dari Pemerintahan maupun dari bidang keilmuan, umumnya memang mampu melihat permasalahan secara lebih jelas.

♦ Pemegang otoritas dari Pemerintahan, memang harus berhadapan dengan permasalahan secara langsung; sedang pemegang otoritas ilmiah, karena keahliannya, juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk melihat masalah.


(10)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 2 ♦ Karena itu, jika pemegang otoritas menunjukkan adanya

masalah, berarti bahwa masalah tersebut memang ada, minimal dari sudut pandang pemegang otoritas.

Contohnya :

Pernyataan Presiden bahwa korupsi perlu ditumpas. 4. PENGAMATAN SEPINTAS :

♦ Ilham yang muncul tiba-tiba karena melihat sesuatu, tanpa ada rencana untuk menemukan masalah.

Contoh :

Penemuan konstruksi Cakar Ayam 5. INTUISI :

♦ Permasalahan yang muncul tiba-tiba (misalnya di WC), berupa ilham, karena terjadi semacam “konsolidasi” berbagai informasi, yang berkaitan dengan statu masalah, sehingga masalah bisa terbentuk.

♦ Berbeda dari nomor 4, munculnya ilham tidak perlu karena seseorang sebelumnya melihat sesuatu

6. PENGALAMAN PRIBADI :

♦ Sejarah perkembangan pribadi ataupun profesional seseorang yang menyebabkannya mampu melihat permasalahan.

Contoh :

Anak pengusaha kecil yang bangkrut, kemudian ingin melakukan penelitian tentang karakteristik usaha kecil yang baik.

B. Pemilihan Masalah

♦ Usaha mengidentifikasikan masalah biasanya tidak hanya menghasilkan satu masalah, umumnya yang ditemukan jumlahnya lebih dari satu.

♦ Masalah-masalah yang ditemukan tersebut belum tentu seluruhnya cukup layak untuk diteliti, sehingga perlu pertimbangan kelayakan


(11)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 3 ♦ Pertimbangan kelayakan dilakukan melalui dua arah berikut :

1. Pertimbangan dari Arah Masalahnya :

♦ Diperiksa apakah masalah atau pemecahan masalah bisa memberikan sumbangan terhadap :

a. Pengembangan Teori, terutama pada bidang-bidang yang relevan dengan landasan teori yang digunakan.

b. Pemecahan Masalah-masalah Praktis, yang dihadapi dalam kehidupan manusia.

♦ Karena itu, kelayakan bersifat RELATIF, sesuai konteksnya ♦ Bisa juga muncul pertimbangan lain dalam analisis kelayakan

ini, misalnya :

o Apakah data tersedia ?

o Bagaimana permasalahannya itu dinilai dari aspek Nilai/Norma

2. Pertimbangan dari Arah Peneliti/Calon peneliti :

♦ Apakah penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan karakteristik peneliti, contohnya :

o Biaya cukup ?

o Waktu yang tersedia ? o Alat memadai ?

o Apakah penguasaan teori mencukupi ? o Apakah penguasaan metode mencukupi ?

C. Perumusan Masalah

ƒ Tidak ada aturan umum yang berlaku mengenai perumusan masalah tetapi disarankan agar :

1. Rumusan Masalah hendaknya PADAT dan JELAS

2. Rumusan Masalah hendaknya bisa memberikan petunjuk tentang Pengumpulan Data yang seharusnya dilakukan.


(12)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 4 D. Langkah-langkah Penyelesaian Masalah

ƒ Setelah masalah dirumuskan, perlu dipikirkan kembali langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan hingga masalah dapat diselesaikan.

ƒ Penetapan langkah-langkah ini tidak mempunyai aturan umum, juga tidak bisa ditemukan/dipelajari melalui buku-buku / literatur metodologi penelitian, sehingga biasanya diselesaikan dengan menggunakan : o Logika

o Common sense

ƒ Seringkali perumusan langkah-langkah kegiatan ini dilupakan dalam perencanaan suatu penelitian, yang dirumuskan hanya masalahnya saja, sehingga bisa sangat membingungkan pada saat penelitian akan dilaksanakan

Contoh langkah-langkah penyelesaian masalah :

MEMBUAT KOPI MANIS

ƒ Tanpa pemikiran yang lengkap tentang langkah-langkah pelaksanaan, muncul langkah-langkah sebagai berikut :


(13)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 5 ƒ Jika langkah-langkah kegiatan ini dicoba dilaksanakan akan

membingungkan karena masih terdapat berbagai keraguan/pertanyaan, seperti :

o Dari mana bahan-bahan tersebut diambil?

o Apa alat yang digunakan untuk mengambil dan memproses bahan-bahan tersebut menjadi kopiyang siap diminum? Bagaimana persyaratan alat-alat tersebut?

o Bagaimana urutan pengambilan air/kopi/gula ? o Bagaimana kuantitas air/kopi/gula yang digunakan ?

o Apa yang digunakan sebagai tempat mencampur air, kopi dan gula ? alat apa yang digunakan untuk mengaduk? Bagaimana persyaratan tempat mencampur dan alat pengaduk?

ƒ Bisa lebih rinci, sebagai berikut :

o Apakah kopi/gula betul-betul telah tersedia ? jika belum :

ƒ Dari mana kopi/gula diperoleh ?

ƒ Bagaimana cara memperoleh kopi/gula ? o Apakah air betul-betul telah tersedia ? jika belum :

ƒ Bagaimana cara memperoleh air ? apakah sumbernya telah ada ? gali sumur/pasang PAM/dll ?

ƒ Alat apa untuk mengambil air ?

panci/ember/teko/tong/pispot/dll ?

o Karena itu, gambaran tentang langkah-langkah kegiatan bisa dibuat lebih lengkap, salah satu contoh (sebenarnya banyak alternatif) :


(14)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 6

o Dari gambaran tersebut bisa diperoleh, antara lain : ƒ Langkah-langkah / kegiatan yang perlu dilakukan

ƒ Urutan langkah/kegiatan, sehingga bisa disusun jadwal kegiatan

ƒ Peralatan yang dibutuhkan, dan persyaratannya (contoh : Panci, Gelas, Sendok, harus tahan panas)

Analog dengan Penelitian ilmiah, dimana perlu ditemukan : ƒ Kegiatan yang perlu dilakukan, urutannya

ƒ Perangkat dibutuhkan, seperti Teori, Alat, dll, dan persyaratan perangkat tersebut (persyaratan, kuantitas, dsb)


(15)

Perumusan Masalah

Handout Metodologi Penelitian Ilham Perdana, MT 7 Contoh :

Contoh dari petunjuk kegiatan yang kurang lengkap adalah resep masakan, misalnya :

TAHU SAUS TIRAM

BAHAN :

3 potong tahu ukuran 4x8x8 cm, diiris dengan ukuran 1x1x2 cm 3 sendok makan minyak untuk menumis

2 siung bawang putih, dicincang

3 batang daun bawang, diiris serong ukuran 2 cm 2 sendok makan saus tiram

100 cc air

½ sendok teh merica garam secukupnya

½ sendok makan tepung maizena, dicairkan dengan sedikit air ½ sendok the minyak wijen

CARA MEMBUAT :

♦ Goreng tahu sampai setengah matang, tiriskan ♦ Panaskan minyak, tumis bawang putih sampai layu

♦ Masukan daun bawang, tahu, saus tiram dan air, merica, garam dan cairan tepung maizena. Aduk sampai matang, dan setelah itu baru masukan minyak wijen, aduk-aduk sampai matang langsung angkat dan hidangkan.

Resep masakan ini menimbulkan banyak pertanyaan bagi yang tidak berpengalaman di dapur. Contohnya, apa yang disebut aduk-aduk sampai “matang” ? Seperti apa kondisi MATANG itu ? Dll.

Coba anda pikirkan langkap-langkah lengkap agar kita berhasil memasak Tahu Saus Tiram dengan baik, tanpa perlu memiliki keahlian memasak seperti seorang ibu rumah tangga (yang biasa di dapur).


(16)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 1 Ilham Perdana, MT

Pengumpulan Data

♦ Terdapat 2 jenis data :

a. Data Primer : Data yang langsung dikumpulkan/diperoleh dari sumber pertama.

b. Data Sekunder : Data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama, dan telah tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen tertulis.

♦ Mutu Data Primer dapat diatur oleh peneliti, dan tergantung pada beberapa aspek :

1. Tergantung mutu alat pengambil/pengukur data – jika alat pengambil/pengukur data mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik, maka data yang diperoleh juga valid dan reliabel.

2. Tergantung kualifikasi si pengambil data. Contoh : tes psikologis tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang

3. Tergantung ketertiban prosedur pengumpulan data : setiap alat pengumpulan data mempunyai panduan pelaksanaan yang harus diikuti agar data yang diperoleh valid dan reliabel

♦ Mutu Data Sekunder tidak dapat diatur oleh si peneliti, dan seringkali harus diterima apa adanya.

♦ Terdapat berbagai cara mengumpulkan data (lihat tabel), yaitu sebagai berikut :

a. Cara pengumpulan data tergantung pada bidang ilmunya (eksakta dan sosial)

b. Kegiatan yang tercakup dalam pengumpulan data adalah : ƒ Kegiatan Pengukuran

ƒ Kegiatan Perhitungan

♦ Pembahasan selanjutnya dititik beratkan pada pengumpulan DATA PRIMER terutama untuk penelitian ILMU-ILMU SOSIAL

CARA PENGUMPULAN DATA

KEGIATAN BIDANG ILMU ALAT UKUR HASIL PENGUKURAN DAN CONTOH

PENGUKURAN

EKSAKTA Instrumen Fisik Baku

KONTINYU (biasanya berdistribusi normal)

Interval : temperatur

rasio : panjang, waktu, kebisingan DISKRIT

- Ordinal : mutu kain

SOSIAL

1. Wawancara 2. Observasi 3. Kuesioner 4. Kombinasi 1,2,3

KONTINYU

rasio : rata-rata umur rata-rata jumlah rata-rata Penghasilan rata-rata lama menganggur DISKRIT

Nominal : Golongan agama Jenis kelamin Golongan darah Ordinal : Kelas Ekonomi PENGHITUNGAN EKSAKTA DAN SOSIAL Counter DISKRIT

rasio : jumlah penduduk


(17)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 2 Ilham Perdana, MT Pengumpulan Data :

♦ Pengumpulan Data Primer dalam ilmu-ilmu Sosial menggunakan metode berikut :

1. Pengamatan (Observasi) 2. Wawancara (Intervoew)

3. Daftar Pertanyaan (Angket/Kuesioner) 4. Kombinasi 1, 2, dan 3

A. PENGAMATAN (OBSERVASI)

- Tujuan : mengamati obyek penelitian untuk mengerti tentang obyek penelitian tersebut

- Biasanya digunakan sebagai alat pengumpul data untuk obyek yang belum banyak diketahui (eksploratif)

- Syarat pelaksanaan pengamatan :

1. Pengamatan harus dilakukan secara SISTEMATIS

2. Obyek yang diamati harus dalam keadaan WAJAR (keadaan sebenarnya), tidak dipengaruhi/diatur ataupun dimanipulasikan

3. Obyek yang diamati harus REPRESENTATIF 4. Pengamatan harus VALID dan RELIABEL

- Terdapat 2 Jenis cara pengamatan, yaitu : 1. Pengamatan PARTISIPATIF

- Dalam melakukan pengamatan, pengamat/peneliti masuk menjadi bagian dari kelompok yang diamati

2. Pengamatan NON-PARTISIPATIF

- Dalam melakukan pengamatan, pengamat/peneliti berada di luar kelompok yang diamati

- Perbedaan ini menyebabkan kedua jenis pengamatan mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda

PENGAMATAN PARTISIPATIF PENGAMATAN NON-PARTISIPATIF KEUNTUNGAN :

- Pengamatan merupakan bagian dari obyek yang diteliti, sehingga obyek tidak terpengaruh/terganggu oleh kehadiran pengamat

KERUGIAN :

- Pengamat terlalu terlibat sehingga bisa terpengaruh oleh obyek yang diamati dan tidak lagi melihat dengan tajam, karena sudah terbiasa

KEUNTUNGAN :

- Pengamatan tidak merupakan bagian dari obyek yang diteliti, sehingga dapat melihat dengan tajam tanpa dipengaruhi oleh obyek yang diamati

KERUGIAN :

- Kehadiran pengamat, karena merupakan unsur luar, bisa mengganggu/mempengaruhi obyek sehingga menjadi tidak wajar

- Karena sulit dilaksanakan (perlu waktu lama, pengamatan harus melakukan penetrasi tanpa mengganggu kewajaran obyek yang diamati), pengamatan non-partisipatif lebih sering digunakan


(18)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 3 Ilham Perdana, MT - Kesulitan pengamatan terutama terjadi karena tidak semua individu

bersedia diamati – seringkali pengamatan dianggap sebagai AGRESI

Pelaksanaan Pengamatan

- Tujuan pengamatan harus jelas dan eksplisit, sehingga pengamat tahu apa-apa yang perlu diamati

- Perlu diketahui latar belakang obyek yang diamati, agar dapat dilakukan pengamatan dengan baik

- Diketahui dengan jelas cara untuk melaksanakan pengamatan - Diketahui cara menafsirkan arti pengamatan

- Selain itu, perlu ditetapkan

1. Tempat dan waktu pengamatan 2. Siapa/apa yang diamati

3. Data apa yang akan dikumpulkan 4. Bagaimana cara mengumpulkan data

Contoh :

- cara memperoleh ijin - apa saja yang tabu

- bagaimana cara menghindari tabu 5. Cara pencatatan yang tepat

- Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan adalah sebagai berikut

1. Rumusan hipotesis ataupun tujuan penelitian harus jelas agar dapat mengarahkan pengamatan secara tepat

2. Menggunakan teknik pengamatan yang terkontrol dengan standar ukuran obyektif

3. Kondisi pada saat pelaksanaan pengamatan dicatat dengan cermat – untuk mengetahui keterbatasan pengamatan

4. Menghindari pengamatan bersifat subyektif (prasangka)

B. WAWANCARA (INTERVIEW)

- Suatu langkah dalam penelitian ilmiah berupa penggunaan proses komunikasi verbal, untuk mengumpulkan informasi dari seseorang ataupun sekelompok orang

- Informasi dikumpulkan dari orang yang diwawancara (OYD) oleh Pewawancara (P)

- Karena wawancara merupakan proses komunikasi antar individu, maka agak berbeda jika SALING MENGENAL ataupun TIDAK SALING MENGENAL

- Jika tidak saling mengenal, hasil yang diperoleh sangat tergantung pada : 1. Sikap, bakat dan pengalaman P

2. Kepandaian P untuk membuat OYD mau berbicara

3. Jenis informasi yang dikumpulkan lewat wawancara; jika sensitif lebih sulit


(19)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 4 Ilham Perdana, MT - Penggunaan wawancara dapat dibagi menjadi beberapa jenis :

1. Penggunaan pada pengobatan kejiwaan (PSIKOTERAPI), aspek pentingnya adalah VALIDITAS

2. Penggunaan untuk poll pendapat umum, aspek pentingnya ada TINGKAT KEPERCAYAAN

Tendensi : sering dimanipulasi

3. Penggunaan pada penelitian ilmiah seperti sekarang, dengan mempertimbangkan/memperhitungkan apa yang akan terjadi antara P dan OYD

Klasifikasi Wawancara

- Pengklasifikasian wawancara dapat ditinjau dari bermacam-macam aspek, antara lain : saat penggunaan, jenis penelitian, penggunaan wawancara, kebebasan dan kedalaman

1. Menurut SAAT PENGGUNAAN

- Pada awal penelitian/studi pendahuluan - Tahap eksplorasi, untuk mengumpulkan data

- Akhir penelitian, untuk mengkonfirmasi hasil penelitian 2. Menurut JENIS PENELITIAN dan TUJUAN yang diinginkan :

- Penelitian pendapat (poll) - Penelitian fakta

- Penelitian motivasi, contoh : motivasi menggunakan software dalam pengembangan sistem informasi

3. Menurut KEBEBASAN dan KEDALAMAN :

- Kebebasan dan kedalaman memberikan corak tertentu pada komunikasi

- Kebebasan tercermin pada bentuk pertanyaan, lama wawancara, frekuensi wawancara

Contoh :

Konseling tidak dapat dilakukan hanya dengan pertanyaan-pertanyaan pendek yang telah direncanakan sebelumnya - Jenis wawancara menurut kebebasan dan kedalamannya adalah

sebagai berikut

- Wawancara Klinis (Psikoterapi) - Wawancara Mendalam

- Wawancara dengan Jawaban Bebas - Wawancara Terfokus

- Wawancara dengan Pertanyaan Terbuka

- Wawancara dengan Pertanyaan Tertutup

Kedalaman Maksimum Kebebasan Maksimum


(20)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 5 Ilham Perdana, MT 1. Wawancara KLINIS :

- Jumlah pertanyaan hanya sedikit, seringkali monolog, perlu berulang-ulang, tidak diarahkan oleh P

- P tidak hanya memperhatikan jawaban, tapi tingkah laku, kosakata (vocabulary), ide, sentimen-sentimen OYD

- Tujuan utama : membantu OYD untuk mengatasi hambatan-hambatan kejiwaan

2. Wawancara MENDALAM

- P lebih direktif (mengarahkan) – mengarahkan wawancara pada subyek yang diinginkan, jika perlu secara berulang

- Seperti pada wawancara klinis, yang diperhatikan bukan hanya jawaban - Tidak selalu untuk masalah kejiwaan, bisa juga untuk mengetahui corak

kejiwaan

3. Wawancara DENGAN JAWABAN BEBAS

- Mempelajari stimulasi tertentu dengan banyak pertanyaan; pertanyaan tidak direncanakan sebelumnya

- Lebih kaku dari nomor 2., karena ada obyektif yang jelas (stimulasi tertentu), tetapi P bebas mengatur bentuk maupun urutan pertanyaan

4. Wawancara TERFOKUS

- Sama dengan nomor 3., tapi ada tema tertentu sebagai acuan untuk P - Lebih tidak bebas karena ada tema

5. Wawancara DENGAN PERTANYAAN TERBUKA

- Lebih tidak bebas, P menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu, yang telah direncanakan sebelumnya, dan dengan urutan tertentu

- OYD masih punya kebebasan dalam memberikan jawaban

6. Wawancara DENGAN PERTANYAAN TERTUTUP

- Paling tidak bebas : pertanyaan telah direncanakan sebelumnya, urutannya tertentu dan OYD hanya diperkenankan menjawab dengan memilih jawaban yang telah disediakan contoh : YA / TIDAK

- Mirip kuesioner karena pertanyaan telah direncanakan sebelumnya, dengan urutan tertentu dan dengan jawaban tertentu.

- Limitasi penggunaan wawancara dengan pertanyaan tertutup :

- Pertanyaan mencoba memperoleh jawaban pasti (jawaban telah terbagi-bagi dengan teliti). OYD tidak diberi kesempatan untuk mengorganisasi jawaban walaupun OYD mengerti benar permasalahan. Jawaban yang dikeluarkan adalah yang termudah dikeluarkan/dimengerti, atau sering juga yang paling superfisial


(21)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 6 Ilham Perdana, MT - Dengan demikian, dari 6 contoh tersebut, diperoleh 2 ekstrim, yaitu :

1. Jumlah pertanyaan sedikit, bentuk pertanyaan tidak direncanakan sebelumnya, sehingga :

- Jawaban bisa ”kaya”, kompleks/teliti dan mendalam

- P dan OYD memperoleh kebebasan maksimum dalam berkomunikasi

- Waktu pelaksanaan tidak terbatas, bisa berulang-ulang - Memusatkan perhatian pada OYD

2. Jumlah pertanyaan besar, pertanyaan direncanakan dibentuk sebelumnya, kaku, sehingga :

- Jawaban pendek-pendek, tegas, kedalaman terbatas - P dan OYD tidak bebas dalam berkomunikasi

- Waktu Pelaksanaan terbatas, biasanya hanya dilakukan satu kali - Memusatkan perhatian pada permasalahan

Pelaksanaan Wawancara

- Dalam melakukan wawancara, perlu diperhatikan :

1. Sejauh mana OYD mengerti/mempunyai informasi tentang permasalahan

2. Teknik apa yang dapat digunakan untuk mengungkapkan informasi tersebut

- Dalam melakukan wawancara, P bisa menjumpai kondisi berikut :

1. OYD mengerti mengapa ia bertindak/akan bertindak menurut cara tertentu dan punya informasi yang cukup untuk mendukung pola tindakan tersebut, dan ia bersedia menjawab dengan jawaban yang jelas.

2. OYD tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mendukung pola bertindak, dalam kondisi seperti ini P bisa memberikan informasi tambahan pada OYD

3. OYD tidak menyadari hal apa yang ingin diungkapkan lewat wawancara.

- Metode wawancara harus disesuaikan dengan tiga macam keadaan di atas, sebagai berikut :

1. Kasus pertama, kasus KOMUNIKASI – INFORMASI, cukup menggunakan wawancara dengan pertanyaan tertutup.

2. Kasus kedua dan ketiga, perlu ”eksplorasi”, karena informasi yang diperlukan terletak di ”dalam” (profond).

- Eksplorasi, bisa dilakukan dengan macam-macam cara :

a. P secara intensif memusutkan perhatian hanya pada satu subyek saja – kalau sasaran lebih luas terpaksa kedalaman kurang (superfisial)

b. P mengajukan pertanyaan=pertanyaan langsung (DIRECT) maupun tidak langsung (INDIRECT) dalam rangka merangsang OYD untuk mengeluarkan informasi


(22)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 7 Ilham Perdana, MT - Cara pelaksanaan wawancara :

Terdapat beberapa cara dalam melaksanakan wawancara : 1. Wawancara TERARAH/TIDAK TERARAH :

- Permulaan digunakan oleh Rogers untuk pengobatan kejiwaan (psikoterapi), untuk mengetahui kerangka kerja OYD.

- Terarah atau tidaknya wawancara memperlihatkan apakah isi wawancara telah ditetapkan strukturnya oleh P ataupun tidak ditetapkan sebelumnya.

2. Wawancara LANGSUNG/TIDAK LANGSUNG : - LANGSUNG :

Arti pertanyaan maupun jawaban diterima langsung apa adanya tanpa mencoba menafsirkan artinya lebih lanjut.

- TIDAK LANGSUNG :

Arti pertanyaan maupun jawaban bisa ditafsirkan berbeda dari bentuk aslinya.

3. Wawancara INTENSIF/EKSTENSIF: - INTENSIF :

- Mempelajari tipe/struktur jawaban individu, biasa digunakan untuk studi komprehensif atau klinis, terdiri dari serangkaian pertanyaan tentang suatu obyek.

- Atau ingin mengetahui, secara mendalam, reaksi individu dalam suatu bidang tertentu – obyeknya bisa satu individu yang dipelajari profilnya.

- EKSTENSIF

- Dilakukan berulang-ulang pada sejumlah besar individu, menyangkut beberapa pertanyaan tertentu – kemudian frekuensi jawaban diukur untuk melakukan kuantifikasi secara statistik sehingga diketahui persentase setiap jenis jawaban/pendapat.

Hubungan P dengan OYD

- Wawancara merupakan komunikasi P – OYD, sehingga perlu diperhatikan beberapa hal berikut :

1. Kesulitan Wawancara

- Wawancara baik jika P dan OYD sama-sama bersedia ; jika tidak ada kesediaan dari kedua belah pihak maka wawancara kurang sempurna - Karena bertumpu pada komunikasi seringkali wawancara menjadi

tidak sempurna, antara lain karena kita cenderung menginterpretasi sesuai kerangka berpikir masing-masing (makin dalam seseorang tertanam pada kepercayaan sendiri, maka komunikasinya dengan pihak lain akan menjadi semakin sulit)


(23)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 8 Ilham Perdana, MT - Bisa terjadi Penolakan/Penerimaan :

a. Penolakan

- Wawancara adalah ”pertemuan” antara 2 pihak sehingga dipengaruhi oleh :

1. Kerangka berpikir masing-masing pihak.

2. Corak pertemuan antara kedua pihak, bagaimana pihak yang satu berpikir tentang pihak yang lain.

- Karena itu, keberhasilan wawancara sangat ditentukan oleh OYD, yang akan menetapkan apakah ia akan menerima/menolak P.

- Penerimaan / penolakan ini tergantung pada :

1) Siapa yang menginginkan wawancara : jika OYD yang menginginkan, ia akan bersedia diwawancara karena mengharapkan manfaat dari wawancara tersebut.

2) Bagaimana wawancara disajikan/diselenggarakan : jika tidak berkenan, OYD menolak secara rasional ataupun tanpa alasan sama sekali.

b. Penerimaan

- OYD menerima, karena alasan sebagai berikut : 1) Demi sopan-santun sehingga menerima.

2) Ingin mempengaruhi, agar wawancara bisa membawa perubahan sesuai keinginan OYD.

3) Kebutuhan berbicara/berkomunikasi. 2. Sikap Pewawancara

- P perlu mempunyai sikap/kemampuan untuk mengurangi aspek negatif dan memanfaatkan sopan-santun, dan simpati.

- Mampu membangkitkan minat OYD, misalnya dengan menjelaskan tujuan wawancara/penelitian, badan/lembaga yang terlibat, atau mengungkapkan keterkaitan penelitian dengan kepentingan ilmiah/nasional, dll.

- Menjamin rasa aman OYD, misalnya dengan membuat wawancara bersifat :

- Anonim

- Sampling sehingga OYD kebetulan terpilih.

- Sedapat mungkin, karakteristik P adalah sebagai berikut : - Hangat, simpatik

- Mampu menunjukkan ekspresi yang cocok, penuh perhatian. 3. Hubungan P – OYD sebagai Sumber Kesalahan :

- Jika perbedaan (tingkatan) P – OYD terlalu menyolok, bisa terjadi kesalahan : OYD menjadi tidak wajar.

4. Saat Rawan Dalam Wawancara :

- terjadi di awal wawancara, di saat P berusaha membangkitkan minat OYD, yaitu jika :

1) P tidak terlalu meyakinkan bagi OYD.

2) P ”terbenam” dalam keinginan membangun suasana wawancara yang baik, secara keterlaluan (over acting).


(24)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 1 Ilham Perdana, MT

Kuesioner

(Angket/Daftar Pertanyaan)

♦ Alat komunikasi antara peneliti (P) dengan orang yang diteliti/responden (R), berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh P untuk dinilai oleh R.

♦ Dibedakan (dalam kebiasaan anglo-saxon) menjadi : ♦ Kuesioner TERTULIS, yang diisi oleh R secara tertulis.

♦ Kueisoner WAWANCARA, yang digunakan oleh P sebagai pegangan dalam melakukan wawancara.

♦ Pengumpulan data dengan kuesioner (tertulis) perlu memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Karena R menuangkan pikiran/pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai untuk mengumpulkan data untuk hal yang sensitif.

2. Penggunaan kuesioner tepat apabila R mempunyai pengetahuan yang memadai dan kemampuan yang cukup untuk menuangkan pikiran secara tertulis.

Penyebaran Kuesioner

♦ Penyebaran Kuesioner bisa dilakukan dengan cara : ♦ Lewat Pos/Tertulis

♦ Dibawa/dibagikan langsung oleh P

♦ Pemilihan cara yang digunakan untuk menyebarkan kuesioner tergantung dari beberapa hal :

1. Tingkat ketelitian Hipotesis :

♦ Opini, sikap, hal-hal yang bisa ambigue tidak dapat lewat pos karena jumlah pertanyaan tertentu.


(25)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 2 Ilham Perdana, MT 2. Kejujuran Jawaban :

♦ Lewat pos tidak menjamin bahwa yang mengisi betul-betul orang yang diharapkan.

♦ Tetapi lewat pos memberi kesempatan berpikir bagi R, tidak terganggu oleh kehadiran P.

3. Kedalaman Informasi :

♦ Lewat pos, tertulis, kurang mendalam.

♦ Langsung dibawa oleh P, bisa memperlihatkan R disaat pengisian /menjawab.

4. Jenis Responden :

♦ Tertulis lewat pos hanya sesuai jika R bisa baca-tulis dan terbiasa menyatakan sesuatu secara tertulis.

5. Ongkos :

♦ Lewat Pos lebih murah, R bisa lebih banyak.

Permasalahan Karena Responden Tidak Menjawab

♦ R ada yang tidak sanggup, atau sanggup tapi tidak ingin menjawab (jika penyebaran kuesioner dilakukan lewat pos, persentase R yang tidak menjawab biasanya lebih besar)

♦ Muncul pertanyaan/perdebatan mengenai R yang tidak menjawab :

♦ Karena pertanyaan tersebut, dipikirkan berbagai usaha untuk meningkatkan jumlah R yang menjawab, yang dilakukan dengan berbagai cara :

1. Dirangsang agar mau mengisi, sbb : ♦ Membuat kuesioner menarik.

♦ Membuat kuesioner bersifat anonim.

♦ Menyebutkan nama lembaga dan kegunaan kuesioner.

♦ Membuat kuesioner tidak terlalu panjang, sehingga pengisiannya tidak terlalu banyak makan waktu.

♦ Membuat kuesioner dengan teks yang sederhana, efisien, juga mudah dimengerti.


(26)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 3 Ilham Perdana, MT 2. Mengingatkan R agar mengisi kuesioner, dengan :

♦ Mengirimkan kuesioner (susulan), untuk kedua kali.

♦ Mengirimkan surat yang isinya mengingatkan R agar mengisi kuesioner yang telah dikirimkan sebelumnya.

Jenis Kuesioner :

1. Kuesioner Tertutup

♦ Daftar Pertanyaan yang untuk setiap pertanyaannya telah disediakan sejumlah pilihan jawaban.

♦ Contoh :

Negarawan mana di dunia yang anda anggap paling jujur ? (Lingkari jawaban anda)

a. Winston Churchill b. Otto Von Bismarck c. Olof Palme

d. Mahatma Gandhi

♦ Karena itu P haruslah menguasai materi yang dipermasalahkan, begitu juga R yang harus menjawab.

2. Kuesioner Terbuka

♦ Untuk setiap pertanyaan tidak disediakan pilihan jawaban

♦ R menjawab bebas, tidak terikat pada pilihan jawaban yang disediakan oleh P.

♦ Contoh :

Negarawan mana di dunia yang anda anggap paling jujur ?

...

3. Kuesioner Tertutup dan Terbuka

♦ Untuk tiap pertanyaan. Selain disediakan pilihan jawaban, juga diberikan kesempatan menjawab secara bebas.


(27)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 4 Ilham Perdana, MT ♦ Contoh :

Negarawan mana di dunia yang anda anggap paling jujur ? a. Winston Churchill

b. Otto Von Bismarck c. Olof Palme

d. Mahatma Gandhi

e. Lainnya (harap sebutkan) :...

Kuesioner Tertutup/Terbuka mempunyai keuntungan/kerugian yang berbeda : KUESIONER TERTUTUP KUESIONER TERBUKA KEUNTUNGAN :

1. Responden tidak perlu menulis, sehungga pengisian tidak perlu makan banyak waktu.

2. Harapan dikembalikan besar. 3. Pengolahan Data mudah.

KERUGIAN :

1. Responden tidak diberi kebebasan menjawab di luar pilihan jawaban.

2. Pilihan jawaban belum tentu lengkap.

3. Tidak membuka obyek penelitian seluas-luasnya.

KEUNTUNGAN :

1. Responden bebas, tidak terikat pilihan jawaban.

2. Jawaban dapat membuka obyek penelitian seluas-luasnya.

KERUGIAN :

1. Pengolahan Data Sulit

2. Pengisian Kuesioner akan makan waktu banyak.

3. Harapan dikembalikan kecil.

4. Perbedaan kemampuan responden dalam menuangkan pikiran secara tertulis, akan mempengaruhi hasil penelitian.

Penyusunan Kuesioner

♦ Kuesioner disusun sedemikian rupa agar waktu yang dibutuhkan untuk pengisiannya tidak terlalu lama (kira-kira 30 menit), dan disusun dengan memperhatikan teknik pengolahan data yang akan digunakan.

♦ Terdapat beberapa PERSYARATAN dalam penyusunan kuesioner, yaitu : 1. Syarat Perumusan Pertanyaan :

a. Menggunakan bahasa sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan yang biasa dipakai oleh R.


(28)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 5 Ilham Perdana, MT b. Menggunakan kalimat pendek-pendek.

c. Tidak menganggap R telah mempunyai pengetahuan atau pengalaman tertentu.

d. Melindungi harga diri R.

e. Menghindari kata-kata/pertanyaan dengan arti ganda atau dengan arti yang tidak jelas.

f. Pada setiap pertanyaan hanya menyajikan satu buah pikiran saja.

2. Susunan Pertanyaan :

♦ Disusun agar memudahkan dan menarik bagi R, yaitu sebagai berikut : a. Dimulai dari pertanyaan yang MUDAH ke pertanyaan yang SULIT. b. Dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menarik. c. Menempatkan pertanyaan yang bersifat pribadi di bagian akhir

kuesioner.

d. Jika perlu menggunakan lebih dari satu pertanyaan untuk satu sasaran.

Pengujian Kuesioner

♦ Sebelum digunakan, kuesioner biasa diuji lebih dulu (pre-test) pada beberapa responden terpilih, antara lain dengan cara pengujian sebagai berikut :

1. Banyak jawaban ”tidak-tahu”, berarti pertanyaan tidak jelas.

2. Hampir semua/semua jawaban ”ya” atau “tidak”, berarti pertanyaan terlalu mengarah.

3. Banyak pertanyaan tidak dijawab, berarti pertanyaan suit dimengerti, atau mungkin mengandung hal yang tabu.

4. Banyak jawaban pada bagian terbuka, (pada kuesioner kombinasi), berarti pilihan jawaban kurang lengkap. Mungkin karena penyusun kuesioner tidak/kurang menguasai permasalahan.


(29)

Pengumpulan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 6 Ilham Perdana, MT Studi Dokumentasi

♦ Khusus pada kasus pengembangan Sistem Informasi yang berbasiskan komputer, untuk dapat menganalisis kondisi yang terjadi di perusahaan maka studi dokumentasi merupakan cara khusus untuk mengetahui prosedur atau dokumen yang digunakan pihak perusahaan

♦ Studi dokumentasi yang dimaksud adalah mempelajari peraturan ataupun dokumen yang resmi digunakan oleh pihak perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.

♦ Dokumen yang digunakan dapat berupa peraturan-peraturan tertulis yang mengatur aktivitas di perusahaan, sepeti Pedoman Kerja atau Tata Tertib Kerja, atau juga dapat disebut Standart Operation Process(SOP).

♦ Bentuk dokumen dapat berupa narasi, namun akan sangat beruntung bila telah berupa Flow Work Diagram atau Flow Map Diagram.


(30)

Pengolahan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 1 Ilham Perdana, MT

PengKonversian Skala Ordinal Ke Interval

Pada Tabel A dapat dilihat contoh konversi data dengan menggunakan metode Succesive Intervals Langkah-langkah konversi data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mencari proporsi jawaban semua responden pada setiap pertanyaan untuk tiap kategori jawaban (7 kategori), maka diperoleh angka yang terdapat pada baris (3);

2. Pada baris (4) didapatkan kumulati proporsi pada setiap kategori;

3. Berdasarkan nilai kumulatif tersebut, dicari nilai Z setiap kategori jawaban pada tabel distribusi normal sehingga didapatkan angka pada baris (5);

4. Dengan menggunakan tabel density function dicari nilai fungsi kepadatan (density function) dari nilai Z, sehingga didapatkan angka pada baris (6);

5. Nilai skala pada baris (7) yang digunakan sebagai bobot pada setiap kategori jawaban, diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Skala = kepadatan batas bawah – kepadatan batas atas luasan batas atas – luasan batas bawah

6. Nilai interval pada baris (9) diperoleh dengan menghilangkan nilai negatif untuk memudahkan perhitungan dan interpretasi.

Tabel A Konversi Skala Ordinal menjadi Skala Interval

Kategori jawaban (1) 1 2 3 4 5 6 7

Frekuensi jawaban (2) 1 12 7 27 52 97 37

Proporsi (3) 0,004 0,052 0,030 0,116 0,223 0,416 0,159

Proporsi kumulatif (4) 0,004 0,056 0,086 0,202 0,425 0,841 1,000

Tabel Normal (5) -2,628 -1,591 -1,367 -0,836 -0,189 0,999

Density Fuction (6) 0,013 0,113 0,157 0,281 0,392 0,242

Nilai Skala (7) -2,940 -1,940 -1,473 -1,076 -0,495 0,360 1,525

Nilai Konversi (8) 3,940 3,940 3,940 3,940 3,940 3,940 3,940


(31)

Pengolahan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 2 Ilham Perdana, MT Contoh Pemrosesan Pengkonversian Skala Ordinal menjadi Skala Interval

dengan Microsoft Excel

A B C D E F G

1 1 2 3 4 5 6 7

2 1 12 7 27 52 97 37

3 0,004 0,052 0,030 0,116 0,223 0,416 0,159

4 0,004 0,056 0,086 0,202 0,425 0,841 1,000

5 -2,628 -1,591 -1,367 -0,836 -0,189 0,999

6 0,013 0,113 0,157 0,281 0,392 0,242

7 -2,940 -1,940 -1,473 -1,076 -0,495 0,360 1,525

8 3,940 3,940 3,940 3,940 3,940 3,940 3,940

9 1,000 2,000 2,467 2,864 3,445 4,299 5,464

n=233 di mana n adalah jumlah sampel penelitian

A1-G1 : Skala Sikap Menggunakan Skala Ordinal

A2-G2 : Jumlah Responden Yang Memilih Sikap ke-1 hingga sikap ke-7

A3 : =+A2/n

B3-G3 : copy kan cell A3

A4 : =A3

B4 : =A4+B3

C4-G4 : copy kan cell B4

A5 : =NORMSINV(A4)

B5-F5 : copy kan cell A5

G5 : kosongkan

A6 : =(1/((2*3,141592)^0,5))*EXP^(-(A5^2/2)) B6-F6 : copykan cell A6

A7 : =(0-A6)/(A4-0)

B7 : =(A6-B6)/(B4-A4)

C7-G7 : copy kan cell B7

A8 : 1 - A7

B8-G8 : copy kan hanya value-nya saja jangan formulanya (gunakan paste special)

A9 : A7+A8

B9-G9 : copy kan cell A9

Data Tanpa Pembulatan

1 12 7 27 52 97 37 0,004292 0,051502 0,030043 0,11588 0,223176 0,416309 0,158798 0,004292 0,055794 0,085837 0,201717 0,424893 0,841202 1

-2,62821 -1,5911 -1,36685 -0,8355 -0,18939 0,999409 0,012617 0,112508 0,156755 0,281402 0,391851 0,242114

-2,93986 -1,93954 -1,47279 -1,07565 -0,4949 0,359679 1,524662 3,939862 3,939862 3,939862 3,939862 3,939862 3,939862 3,939862


(32)

Pengolahan Data Penelitian

Handout Metodologi Penelitian 3 Ilham Perdana, MT

Uji Hipotesis Pertama Diketahui :

Nilai Rata-rata dengan menggunakan skala interval adalah X = 3,9399

Nilai Standar deviasi dengan menggunakan skala interval adalah S = 0,952753 Lakukan Hipotesis dengan α : 5%

I Hipotesis : H0 : μ≥ 4,299

H1 : μ < 4,299 Uji dengan satu sisi II Cari nilai kritis sesuai dengan α (perhatikan nilai tabel Z)

Nilai Z dengan α = 5% adalah -1,64

III Tentukan Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Penerimaan : Zc ≥ -1,64

Daerah Penolakan : Zc < -1,64 IV Hitung Zc

233 0,952753/ 299 , 4 9399 , 3 n S/ X

Zc= −μ = − = -5,75385

V Zc berada di daerah penolakan maka H0 ditolak

VI Kesimpulan : Dengan tingkat keyakinan 95% dari hasil jajak pendapat dapat disimpulkan bahwa responden masih kurang dari tingkat penting

Uji Hipotesis Kedua Diketahui :

Nilai Rata-rata dengan menggunakan skala interval adalah X = 3,9399

Nilai Standar deviasi dengan menggunakan skala interval adalah S = 0,952753 Lakukan Hipotesis dengan α : 5%

I Hipotesis : H0 : μ≤ 3,445

H1 : μ > 3,445 Uji dengan satu sisi II Cari nilai kritis sesuai dengan α (perhatikan nilai tabel Z)

Nilai Z dengan α = 5% adalah 1,64

III Tentukan Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Penerimaan : Zc ≤ 1,64

Daerah Penolakan : Zc > 1,64 IV Hitung Zc

233 0,952753/ 445 , 3 9399 , 3 n S/ X

Zc= −μ = − = 7,928923

V Zc berada di daerah penolakan maka H0 ditolak

VI Kesimpulan : Dengan tingkat keyakinan 95% dari hasil jajak pendapat Bahwa responden lebih dari cukup penting

Kesimpulan dari kedua hipotesis dapat disimpulkan sikap responden adalah di antara sikap merasa cukup penting dan penting.


(33)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 1 Ilham Perdana, MT

PETUNJUK TATA TULIS ILMIAH

Kertas

• Pada umumnya Tulisan Ilmiah (Tugas Akhir atau Tugas Besar Lainnya) pada perguruan tinggi di Indonesia dicetak pada kertas HVS berukuran A4 (210 mm x 297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM). Naskah Tulisan Ilmiah dicetak dengan batas 4 cm dari tepi kiri kertas, dan 3 cm dari tepi kanan, tepi atas dan tepi bawah kertas. Pencetakan dan Penjilidan

Naskah Tulisan Ilmiah dibuat dengan bantuan komputer menggunakan pencetak (printer) dengan tinta berwarna hitam (bukan dot matrix) dan dengan huruf jenis Times New Roman, dengan ukuran Font 12. Khusus untuk pencetakan gambar-gambar berwarna, pada naskah asli dapat dicetak berwarna.

1. Naskah dicetak pada satu muka halaman (tidak bolak-balik).

2. Baris-baris kalimat naskah Tulisan Ilmiah berjarak 1,5 (satu setengah)spasi, kecuali pada abstrak spasi yang digunakan adalah 1 (satu).

3. Penyimpangan dari jarak satu setengah spasi tersebut (menjadi satu spasi) dilakukan pada notasi blok yang masuk ke dalam, catatan kaki, judul keterangan dan isi diagram, tabel, gambar, dan daftar pustaka.

4. Huruf pertama paragraf baru dimulai setelah diberi 1 tab (setara 6-8 ketukan) dari batas tepi kiri naskah. Jangan memulai paragraf baru pada dasar halaman, kecuali apabila cukup tempat untuk sedikitnya dua baris. Baris terakhir sebuah paragraf jangan diletakkan pada halaman baru berikutnya, tinggalkan baris terakhir tersebut pada dasar halaman.


(34)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 2 Ilham Perdana, MT 5. Huruf pertama sesudah tanda-baca koma (,), titik-koma (;), titik-ganda (:) dan titik (.) dicetak dengan menyisihkan suatu spasi (ruangan antara dua huruf) di belakang tanda-baca tersebut.

6. Bab baru diawali dengan nomor lanjutan halaman dari bab sebelumnya. 7. Bentuk penjilidan adalah jilid buku untuk buku Tulisan Ilmiah Halaman

untuk pemisah bab baru berbentuk kertas doorslag berlogo Perguruan Tinggi berwarna.

8. Jenis cover baik untuk buku Tulisan Ilmiah disesuaikan dengan warna resmi dari jurusan.

Kaidah Tata tulis

Tata tulis Tulisan Ilmiah harus mengikuti kaidah Tata tulis yang layak seperti (1) Penggunaan bahasa dan istilah yang baku dengan singkat dan jelas. (2) Mengikuti kelaziman Tata tulis pada disiplin keilmuan yang diikuti.

Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

• Bahasa Indonesia yang digunakan dalam naskah Tulisan Ilmiah harus bahasa Indonesia dengan tingkat keresmian yang tinggi dengan menaati kaidah tata bahasa resmi. Kalimat harus utuh dan lengkap. Pergunakanlah tanda-baca seperlunya dan secukupnya agar dapat dibedakan anak kalimat dari kalimat induknya, kalimat keterangan dari kalimat yang diterangkan, dan sebagainya.

• Kata ganti orang, terutama kata ganti orang pertama (saya, kami, penulis atau penyusun), tidak digunakan, kecuali dalam kalimat kutipan dan pada halaman kata pengantar. Susunlah kalimat sedemikian rupa sehingga kalimat tersebut tidak perlu memakai kata ganti orang.

• Suatu kata dapat dipisahkan menurut ketentuan tata bahasa. Kata terakhir pada dasar halaman tidak boleh dipotong. Pemisahan kata asing harus mengikuti cara yang ditunjukkan dalam kamus bahasa asing tersebut.


(35)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 3 Ilham Perdana, MT • Gunakanlah buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan, Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, dan kamus-kamus bidang khusus yang diterbitkan

oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai pedoman.

KERANGKA PENULISAN TULISAN ILMIAH Pendahuluan

Naskah Tulisan Ilmiah dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. Abstrak

2. Bagian persiapan

3. Bagian Naskah Tulisan Ilmiah 4. Daftar pustaka

5. Lampiran

Abstrak

• Abstrak yang dimaksudkan merupakan extended abstract terdiri atas satu halaman abstrak atau lebih yang memuat abstrak Tulisan Ilmiah itu sendiri. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, masing-masing dimulai pada halaman baru.

• Abstrak terdiri atas 500 - 800 kata dan memuat permasalahan yang dikaji, metode yang digunakan, ulasan singkat, serta penjelasan hasil dan kesimpulan yang diperoleh. Di dalam abstrak tidak boleh ada referensi. • Abstrak Tulisan Ilmiah dicetak dengan jarak satu spasi dan mempunyai

batas tepi yang sama seperti tubuh naskah Tulisan Ilmiah. Halaman yang memuat abstrak Tulisan Ilmiah diberi judul ABSTRAK, yang berjarak ± 3 cm dari tepi atas kertas. Kalimat pertama abstrak Tulisan Ilmiah berjarak 1,5 spasi dari judul. Kata pertama atau awal paragraf baru dipisahkan dengan dua spasi dari kalimat terakhir paragraf yang mendahuluinya. • Lembar abstrak diakhiri dengan daftar kata kunci (keywords).


(36)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 4 Ilham Perdana, MT Abstract

Terjemahan bahasa Inggris dari abstrak.

Bagian Persiapan Tulisan Ilmiah

Bagian persiapan Tulisan Ilmiah terdiri atas (urutan disesuaikan ketentuan dari jurusan):

1. Lembar Judul

2. Halaman Pengesahan 3. Halaman Persembahan 4. Kata Pengantar

5. Halaman Abstrak dan Abstract 6. Halaman Daftar Isi

7. Daftar Simbol 8. Daftar Tabel 9. Daftar Gambar 10. Daftar Lampiran

Bagian Utama Tulisan Ilmiah Bab I Pendahuluan

{Berisi latar belakang, perumusan masalah, maksud dan tujuan pengembangan sistem, batasan sistem, metodologi penelitian/sistematika kerja dan sistematika pembahasan}

Bab II Landasan Teori atau Tinjauan Pustaka

{Berisi tinjauan umum perusahaan, struktur organisasi dan deskripsi kerja bagian-bagian yang terkait sistem informasi dan Teori pendukung hendaklah disusun sesuai dengan urutan perkembangan cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya. Teori pendukung berisi pula ulasan tentang kesimpulan yang terdapat dalam setiap judul dalam daftar pustaka dan dalam hubungan ini Penulis menunjukkan mengapa dan bagaimana


(37)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 5 Ilham Perdana, MT

dipilihnya topik kajian serta arah yang akan ditempuhnya dalam menyelesaikan pembahasan/penyelesaian topik kajian tersebut. Bila dipandang perlu untuk teori pendukung dapat disisipkan pada bab-bab isi (sesuai dengan keperluan tata tulis dan kelaziman pada masing-masing disiplin keilmuan) dan tidak harus ditulis dalam bab terpisah. }

Bab III Analisa

{Berisi gambaran sistem dan deskripsi hasil analisa sistem dalam bentuk uraian maupun menggunakan tools}

Bab IV Perancangan

{Berisi gambaran sistem yang akan dirancang dan deskripsi sistem hasil perancangan dalam bentuk uraian maupun menggunakan tools }

Bab V Implementasi dan Pengujian

{Berisi uraian lingkungan operasional, implementasi antar muka dan algoritma utama Berisi deskripsi teknik pengujian dan strategi pengujian yang digunakan}

Bab VI Kesimpulan dan Saran

{Berisi kesimpulan dan saran dari pelaksanaan Tulisan Ilmiah yang telah dikerjakan}

Daftar Pustaka

• Daftar pustaka bukanlah bab tersendiri. Oleh karena itu tidak diberi nomor bab. Daftar pustaka ditulis pada halaman baru dan judul DAFTAR PUSTAKA dicetak 3 cm di bawah batas atas halaman, dengan huruf kapital tanpa titik di belakang huruf terakhir.

• Ada beberapa cara untuk menuliskan daftar pustaka, tetapi cara yang diusulkan untuk dijadikan format adalah cara yang akan diuraikan berikut ini.


(38)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 6 Ilham Perdana, MT • Daftar pustaka berisi semua pustaka yang digunakan Penulis dalam

menyiapkan dan menyelesaikan Tulisan Ilmiahnya. Semua pustaka yang tercantum pada daftar pustaka harus benar-benar dirujuk dalam Tata tulis Tulisan Ilmiah. Daftar pustaka terdiri atas makalah dan buku yang diterbitkan dan lazimnya dapat ditemukan di perpustakaan. Pustaka yang mengambil halaman website internet merujuk pada aturan yang berlaku di departemen masing-masing. Tulisan Ilmiah dan disertasi termasuk dalam daftar pustaka sebab, meskipun tidak diterbitkan, pada umumnya dapat ditemukan di perpustakaan. Sumber-sumber yang tidak diterbitkan tidak dimuat dalam daftar pustaka, tetapi dicantumkan pada catatan kaki ( foot-note) pada halaman bersangkutan. Buku ajar (textbook) yang dimuat dalam daftar pustaka supaya diusahakan pustaka yang paling mutakhir. Pustaka yang berupa makalah di majalah ditulis sebagai berikut :

1. Nama penulis pertama, nama keluarga ditulis di depan dan diakhiri dengan sebuah koma, kemudian disusul dengan nama kecil atau “misalnya” yang diakhiri dengan sebuah titik diikuti oleh sebuah koma, kemudian diikuti oleh

2. Nama penulis kedua dan seterusnya, ditulis seperti penulis pertama, disusul oleh tahun dalam tanda kurung, dan diakhiri dengan sebuah koma, disusul oleh

3. Judul makalah, dituliskan dengan huruf kecil kecuali huruf pertama judul yang ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan sebuah koma, disusul oleh

4. Nama majalah atau jurnal ditulis dengan huruf miring (italic) dengan huruf kecil kecuali huruf pertama dari setiap kata yang ditulis dengan huruf kapital dan disingkat sesuai dengan kebiasaan internasional dan diakhiri dengan sebuah koma, disusul oleh

5. Nomor jilid atau volume dicetak tebal, diakhiri dengan sebuah koma, disusul oleh

6. Halaman awal disusul oleh garis datar dan diikuti oleh halaman akhir makalah.


(39)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 7 Ilham Perdana, MT Daftar pustaka disusun berurutan secara abjad menurut nama keluarga penulis pertama. Baris-baris dari setiap pustaka dicetak dengan jarak satu spasi, sedangkan baris pertama dari pustaka berikutnya dicetak satu setengah spasi di bawah garis terakhir pustaka yang mendahuluinya.

Di sini perlu dicatat tentang Tata tulis nama Indonesia, sebab tidak semua nama Indonesia mengandung nama keluarga. Nama Indonesia yang tidak mengandung nama keluarga ditulis seperti dikehendaki yang mempunyai nama tersebut, yaitu seperti ditulisnya sendiri pada waktu menulis makalah atau bukunya.

Contoh daftar pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Baker, A.A., Sosro, K., Suditomo, B. (1998), Pembakaran hutan di Kalimantan, Majalah Kehutanan, 5, 23 – 25.

2. Cotton, F.A. (1998), Kinetics of gassification of brown coal, J. Am. Chem. Soc. 54, 38 – 43.

3. Hill, R. (1997), The Mathematical Theory of Plasticity, Oxford Press, Oxford, 545 – 547.

4. Stark, H. (1998), The dynamics of surface adsorption, Proceedings of the International Congress on Current Aspects of Quantum Chemistry,

London, U.K., Carbo R., Editor, Prentice Hall, 24 – 36.

5. Thomas, J. (1998), Pretreatment of lanthanide, dalam Transition Elements, Bab 2, Scott, A.I., Editor, Oxford, 56 – 98.

6. Wijaya, R. (1996), Diagnosis Penyakit Tipus dengan Metode PCR,

Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung, 25 – 29.

7. Zhao, Hong. (tanggal akses), The Indonesian Crisis, http://www.chinanews.com

Catatan

Daftar ini menunjukkan cara penulisan majalah (1 dan 2), buku (3), prosiding (4), buku yang tiap babnya ditulis oleh penulis yang berlainan disertai editor (5), disertasi program doktor (6). akses internet (7)


(40)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 8 Ilham Perdana, MT Lampiran

• Lampiran dapat memuat keterangan tambahan, dokumen tambahan, penurunan rumus, contoh perhitungan, data mentah, penelitian dan sebagainya, yang kalau dimasukkan ke dalam tubuh naskah Tulisan Ilmiah akan mengganggu kelancaran pengutaraan Tulisan Ilmiah. Setiap lampiran diberi nomor yang berupa angka 1, 2, 3, atau huruf kapital abjad Latin A, B, C, … dan seterusnya.

• Lampiran didahului oleh satu halaman yang hanya memuat kata LAMPIRAN di tengah halaman. Halaman ini tidak diberi nomor.

• Lampiran dapat berupa tabel, gambar, dan sebagainya yang dianggap tidak merupakan bagian tubuh naskah Tulisan Ilmiah.

Penomoran halaman

• Halaman-halaman abstrak dan bagian persiapan Tulisan Ilmiah diberi nomor yang terpisah dari nomor halaman tubuh naskah Tulisan Ilmiah. Halaman-halaman bagian persiapan diberi nomor dengan angka Romawi i, ii, iii, iv, …, … x, xi, … untuk membedakan dari nomor halaman tubuh naskah Tulisan Ilmiah yang berupa angka Arab. Nomor halaman ditulis di tengah bawah halaman naskah

• Halaman buku Tulisan Ilmiah diberi angka Arab 1, 2, 3, ….. Nomor halaman dituliskan di kanan atas. Kecuali untuk di awal bab dituliskan di tengah bawah halaman naskah

• Nomor halaman lampiran disesuaikan dengan bagian naskah Tulisan Ilmiah, tetapi didahului dengan bab lampiran contoh untuk lampiran A halaman 1 : A-1. Nomor halaman dituliskan di kanan atas halaman naskah


(41)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 9 Ilham Perdana, MT Halaman Kata Pengantar

• Halaman kata pengantar dicetak pada halaman baru. Pada halaman ini Penulis berkesempatan untuk menyatakan terima kasih secara tertulis kepada pembimbing (internal maupun eksternal) dan perorangan lain yang telah memberi bimbingan, nasihat, saran dan kritik, kepada mereka yang telah membantu melakukan penelitian, kepada perorangan atau badan yang telah memberi bantuan keuangan, dan sebagainya.

• Cara menulis kata pengantar beraneka ragam, tetapi semuanya hendaknya menggunakan kalimat yang baku. Ucapan terima kasih agar dibuat tidak berlebihan dan dibatasi hanya yang “scientifically related”.

Halaman Daftar Isi

• Halaman daftar isi dicetak pada halaman baru dan diberi judul DAFTAR ISI yang ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri dengan titik.

• Halaman ini memuat nomor bab, nomor anak bab, judul bab dan judul anak-bab dan nomor halaman tempat judul bab dan judul anak bab dimuat. Ketiganya masing-masing dituliskan pada tiga kolom yang berurutan.

• Nomor bab ditulis dengan angka Romawi tanpa diakhiri dengan titik, sedangkan nomor anak bab ditulis dengan angka Romawi dan angka Arab yang dipisahkan oleh sebuah titik, angka Romawi menunjukkan nomor bab, sedangkan angka Arab menunjukkan nomor urut anak-bab dalam bab. Nomor dan judul anak pada anak bab, jika ada, tidak perlu dimuat pada halaman daftar isi. Akan tetapi nomor anak pada anak-bab ditulis dengan satu angka Romawi dan dua angka Arab yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik, angka Romawi menunjukkan nomor bab, angka Arab pertama menunjukkan nomor urut anak-bab dalam bab, sedangkan angka Arab yang kedua menunjukkan nomor urut anak pada anak-bab tersebut.


(42)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 10 Ilham Perdana, MT • Judul bab, judul anak-bab dan anak pada anak-bab ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama dari setiap kata yang ditulis dengan huruf kapital. Judul bab dan judul anak-bab tidak diakhiri dengan titik, sebab judul bukanlah sebuah kalimat.

• Halaman daftar isi terdiri atas satu halaman atau lebih. Halaman Daftar Lampiran

• Halaman daftar lampiran dicetak pada halaman baru. Halaman ini memuat nomor lampiran, lampiran, judul lampiran, dan judul lampiran serta nomor halaman tempat judul lampiran dan judul anak-lampiran dimuat.

• Urutan lampiran dituliskan dengan huruf kapital abjad Latin A, B, …. dan seterusnya, serta urutan anak-lampiran dituliskan dengan angka Arab. Nomor anak-lampiran tersebut menunjukkan nomor urut dalam lampiran. • Cara Tata tulis judul lampiran dan judul anak-lampiran sama seperti Tata

tulis judul bab dan judul anak-bab pada halaman daftar isi.

Halaman Daftar Gambar dan Ilustrasi

• Halaman daftar gambar dan ilustrasi dicetak pada halaman baru. Halaman ini memuat nomor gambar/ilustrasi, judul gambar/ilustrasi, dan nomor halaman tempat gambar/ilustrasi dimuat.

• Nomor gambar/ilustrasi ditulis dengan dua angka yang dipisahkan sebuah titik. Angka pertama yang ditulis dengan angka Romawi menunjukkan nomor bab tempat gambar tersebut terdapat, sedangkan angka kedua yang ditulis dengan angka Arab menunjukkan nomor urut gambar/ilustrasi dalam bab.

• Judul atau nama gambar/ilustrasi ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf kapital. Baris-baris judul gambar dipisahkan dengan satu spasi.

• Nomor halaman yang dituliskan dengan angka Arab menunjukkan nomor halaman tempat gambar/ilustrasi dimuat.


(43)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 11 Ilham Perdana, MT Contoh penamaan Gambar (berlaku juga untuk grafik atau diagram)

Gambar E.1 berikut ini merupakan referensi jaringan akses [KUM95].

Gambar E.1. Dua Level Jaringan Akses [5]

Halaman Daftar Tabel

• Halaman daftar tabel dicetak pada halaman baru. Halaman ini

memuat nomor tabel, judul atau nama tabel, dan nomor

halaman tempat tabel dimuat.

• Tata tulis nomor tabel sama dengan Tata tulis nomor

gambar/ilustrasi, Tata tulis judul atau nama tabel juga sama

dengan Tata tulis judul gambar/ilustrasi.

• Nomor halaman yang ditulis dengan angka Arab menunjukkan

nomor halaman tempat tabel dimuat.

AT

CO CO

hub atau concentrator

central office

local loop trunk

interexchange network

Video Telephone

PC

Video Telephone

PC

customer premises equipment

local exchange network local exchange carrier network


(44)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 12 Ilham Perdana, MT Contoh penulisan tabel

Tabel V.5. Situasi Beras di Sumatera Utara

a. Dinas Pertanian Rakyat, Propinsi Sumatera Utara

b. Realisasi ekspor-impor dan daftar perkembangan barang-barang ekspor Sumatera Utara, Perwakilan Departemen Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, halaman 14.

Cetak Miring (Italic)

Ukuran huruf yang dipakai untuk cetak miring harus sama besar

ukurannya dengan huruf untuk naskah. Cetak miring digunakan

untuk penggunaan bahasa selain Bahasa Indonesia. Pada umumnya

cetak miring digunakan pada kata atau istilah untuk memberikan

penekanan khusus atau menarik perhatian.

Di bidang ilmu seperti botani, zoology, geologi dan lain-lain, perlu

dibuat pedoman khusus tentang pemakaian cetak miring untuk nama

tumbuh-tumbuhan, nama binatang, nama batu-batuan dan lain-lain.

Cetak miring harus digunakan untuk nama spesies organisme,

contoh

Sonchus arvensis L..


(45)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 13 Ilham Perdana, MT Layout buku laporan / tulisan ilmiah

Isi header :

BAB NOBAB NAMABAB Contoh :

BAB II LANDASAN TEORI Isi footer :

Nama Jurusan dan Perguruan Tinggi/Laporan TA NoHalaman Contoh :

Teknik Informatika UNIKOM/Laporan TA 16 3 cm

3 cm

3 cm 4 cm


(46)

Petunjuk Penulisan Ilmiah

Handout Metodologi Penelitian 14 Ilham Perdana, MT Contoh Sampul Depan/Cover Buku Utama/Laporan

{JUDUL TA}

SKRIPSI

Jurusan Manajemen Informatika

NAMA MAHASISWA NIM

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2008

3-4 cm

5 cm huruf

kapital dan NPM ditulis tanpa ttitik

{huruf kapital dibold} {huruf

kapital dibold}

{besar logo proporsional tinggi ± 4 cm}

3 cm 3 cm


(47)

Persiapan Presentasi

Handout Metodologi Penelitian 1 Ilham Perdana, MT

TEKNIK PRESENTASI

(PERSIAPAN PRESENTASI)

Isi Presentasi (Lisan)

Isi presentasi (lisan) yang baik harus mengandung hal-hal

sebagai berikut :

- Pernyataan tentang pentingnya masalah tersebut

- Definisi masalah atau pertanyaan pokok

- Pertimbangan mengenai implikasi yang lebih luas tentang

penemuan

- Pernyataan tentang penemuan penelitian yang dilakukan

- Penyampaian yang sederhana, jelas, dan tepat (Tidak

mungkin kita dapat menjabarkan berbagai penelitian

dengan terlalu detil, karena presentasi pada pertemuan

ilmiah biasanya hanya diberi waktu 10-15 menit)

- Ucapan terima kasih kepada individu, institusi, dan sumber

dana (bila ada) yang membantu penelitian anda

- Lampiran daftar pustaka yang dianggap paling penting

Saran-saran untuk Presentasi (Lisan)

- Presentasi harus mempunyai tujuan yang jelas dan

eksplisit

- Presentasi metodologi yang terlalu mendetail sebaiknya

dihindari, karena detail-detail yang belum dipresentasikan


(48)

Persiapan Presentasi

Handout Metodologi Penelitian 2 Ilham Perdana, MT

dapat menjadi ruang untuk tanya jawab sesudah

presentasi yakni pada waktu diskusi atau tanya jawab.

-

Slide/Transparant sheet

perlu disiapkan dengan seksama

a.

Letakkan informasi di

”dalam”

slide/transparant sheet/in

focus

secara proporsional, dan ingatlah untuk tidak

memenuhi halaman sepenuh-penuhnya karena

informasi yang terlalu ke tepi tidak dapat dilihat dilayar.

b. Program komputer untuk menulis bahan presentasi

makalah yang sering digunakan saat ini adalah Microsoft

Powerpoint

. Bila belum pernah menggunakan program

ini sebaiknya baca buku panduan yang ada agar dapat

mengoperasikannya secara lancar sehingga dapat

membuat bahan presentasi dengan rapi.

c. Hindari tulisan tangan untuk menunjukkan keseriusan.

d. Jangan menggunakan huruf kapital semua.

e. Gunakan huruf tebal (bold) atau warna yang berbeda,

terutama pada kata-kata penting. Warna dan huruf tebal

punya daya tarik sendiri, selain lebih mudah dibaca dan

diingat.

f. Gunakan huruf yang mudah dibaca. Lebih baik

memakai jenis

Arial.

g. Gunakanlah jenis huruf,

shading, background dan warna

yang serasi

. Tidak berlebihan dan tidak

ampang,

kosong.

h.

Gunakan tidak lebih dari 7 kata per baris pada

slide/transparant sheet


(49)

Persiapan Presentasi

Handout Metodologi Penelitian 3 Ilham Perdana, MT

j. Gunakan ukuran huruf (font) yang besar, misalnya 44

untuk judul utama, 36 untuk subjudul, dan 28 untuk isi

subjudul

k. Beri judul yang langsung bisa diinterpretasikan, Misalnya

”Sistem Informasi Kepegawaian di PT. Maju Terus

Bandung”

l. Berikan kontras warna yang tinggi antara latar belakang

dan teks (pada

slide

, hindari latar belakang putih).

m. Gunakan citra atau gambar yang relevan dengan pokok

pikiran tiap

slide/transparan sheet

n. Bila presentasi menggunakan

in focus

(menggunakan

komputer)

,

gunakan efek suara yang relevan, dan tidak

berlebihan, jangan lupa persiapkan

speaker

- Gunakan grafik, diagram, dan tabel yang dianggap penting

untuk membantu dalam presentasi

a. Grafik dan tabel dapat digunakan untuk memamparkan

hasil penelitian

b. Diagram dapat digunakan untuk menjelaskan desain

penelitian

c. Permakaian tabel yang mempunyai kolom dan lajur

terlalu kecil sebaiknya dihindari


(50)

Menyajikan Presentasi

Handout Metodologi Penelitian 1 Ilham Perdana, MT

TEKNIK PRESENTASI (PENYAJIAN)

Sukses Melakukan Presentasi

1. Jangan Membiasakan diri tergantung pada teks. Teks

dapat membunuh bakat, merusak

floew,

dan

menciptakan jarak. Gunakan

Pointer

, sekedar untuk

membantu anda.

2.

Ukur secara sungguh-sungguh ”dalamnya sungai.”

Pelajari dulu siapa

audience

, latar belakang, jalan

pikiran, pendidikan, dan jabatan mereka. Jangan asal

“tembak.”

3. Jangan biarkan

audience

jenuh, jaga volume suara dan

nada agar tidak monoton.

4.

Be specific.

Selalu berikan contoh dan ilustrasi.

5. Jangan merendahkan mutu dengan mengatakan “Maaf

saya sebenarnya tidak siap”, “Anda pasti lebih tahu dari

saya”, “saya baru belajar.” Dan seterusnya.

6. Latihan yang cukup. Selalu mintalah umpan balik. Bila

perlu rekam, putar kembali, minta pendapat dari orang

dekat.

7. Perhatikan bahasa tubuh. Jangan melakukan gerakan

yang merusak penampilan.

8.

Jangan berbicara seperti sedang ngobrol dengan

seseorang. Ingatlah anda sedang berbicara di hadapan

beberapa orang bahkan puluhan orang, kombinasikan

bahasa resmi dengan bahasa percakapan yang layak.


(1)

Persiapan Presentasi

dapat menjadi ruang untuk tanya jawab sesudah presentasi yakni pada waktu diskusi atau tanya jawab.

- Slide/Transparant sheet perlu disiapkan dengan seksama a. Letakkan informasi di ”dalam” slide/transparant sheet/in

focus secara proporsional, dan ingatlah untuk tidak memenuhi halaman sepenuh-penuhnya karena informasi yang terlalu ke tepi tidak dapat dilihat dilayar.

b. Program komputer untuk menulis bahan presentasi makalah yang sering digunakan saat ini adalah Microsoft

Powerpoint. Bila belum pernah menggunakan program ini sebaiknya baca buku panduan yang ada agar dapat mengoperasikannya secara lancar sehingga dapat membuat bahan presentasi dengan rapi.

c. Hindari tulisan tangan untuk menunjukkan keseriusan. d. Jangan menggunakan huruf kapital semua.

e. Gunakan huruf tebal (bold) atau warna yang berbeda, terutama pada kata-kata penting. Warna dan huruf tebal punya daya tarik sendiri, selain lebih mudah dibaca dan diingat.

f. Gunakan huruf yang mudah dibaca. Lebih baik memakai jenis Arial.

g. Gunakanlah jenis huruf, shading, background dan warna yang serasi. Tidak berlebihan dan tidak ampang,


(2)

j. Gunakan ukuran huruf (font) yang besar, misalnya 44 untuk judul utama, 36 untuk subjudul, dan 28 untuk isi subjudul

k. Beri judul yang langsung bisa diinterpretasikan, Misalnya ”Sistem Informasi Kepegawaian di PT. Maju Terus Bandung”

l. Berikan kontras warna yang tinggi antara latar belakang dan teks (pada slide, hindari latar belakang putih).

m. Gunakan citra atau gambar yang relevan dengan pokok pikiran tiap slide/transparan sheet

n. Bila presentasi menggunakan in focus (menggunakan komputer), gunakan efek suara yang relevan, dan tidak berlebihan, jangan lupa persiapkan speaker

- Gunakan grafik, diagram, dan tabel yang dianggap penting untuk membantu dalam presentasi

a. Grafik dan tabel dapat digunakan untuk memamparkan hasil penelitian

b. Diagram dapat digunakan untuk menjelaskan desain penelitian

c. Permakaian tabel yang mempunyai kolom dan lajur terlalu kecil sebaiknya dihindari


(3)

Menyajikan Presentasi

TEKNIK PRESENTASI (PENYAJIAN)

Sukses Melakukan Presentasi

1. Jangan Membiasakan diri tergantung pada teks. Teks

dapat membunuh bakat, merusak floew, dan

menciptakan jarak. Gunakan Pointer, sekedar untuk membantu anda.

2. Ukur secara sungguh-sungguh ”dalamnya sungai.”

Pelajari dulu siapa audience, latar belakang, jalan pikiran, pendidikan, dan jabatan mereka. Jangan asal “tembak.”

3. Jangan biarkan audience jenuh, jaga volume suara dan nada agar tidak monoton.

4. Be specific. Selalu berikan contoh dan ilustrasi.

5. Jangan merendahkan mutu dengan mengatakan “Maaf saya sebenarnya tidak siap”, “Anda pasti lebih tahu dari saya”, “saya baru belajar.” Dan seterusnya.

6. Latihan yang cukup. Selalu mintalah umpan balik. Bila perlu rekam, putar kembali, minta pendapat dari orang dekat.

7. Perhatikan bahasa tubuh. Jangan melakukan gerakan yang merusak penampilan.


(4)

JAM TERBANG (PENGALAMAN)

Jam terbang dapat melatih kemampuan untuk menjadi presenter yang berhasil, jangan malu untuk bertanya apa kekurangan anda pada orang dekat anda

Teks hanyalah alat bantu, bukan pengganti memori, meori

tetap ada di kepala, teks hanya merupakan external

memory untuk mengatasi kesulitan daya ingat, teks yang

dibuat secara runtut, yang harus hanya dibaca begitu saja, dapat merusak kemampuan presentasi :

Pertama, akan terikat pada teks, sehingga bukannya melakukan presentasi, melainkan belajar membaca.

Kedua, teks seperti itu akan mematikan interaksi.

Akibatnya presentasi akan kering, tidak bercahaya, tidak menarik. Ingatlah ketika melakukan presentasi, pada dasarnya sedang melakukan proses pertukaran, yaitu pertukaran pengetahuan sekaligus perasaan. Anda tidak sedang berbicara dengan batu yang tak punya perasaan.

Ketiga, ketika membaca, mata anda tertuju pada teks,

bukan pada audience, lama-lama akan kehilangan

kepekaan membaca audience, mulai dari gairah mereka memahami presentasi hingga merasa jenuh.

Keempat, teks seperti itu dapat membuat kesulitan

mengatur tempo dan nada suara. Ada kalanya cahaya mengganggu untuk bisa membaca teks yang panjang.

Kelima, teks yang dibaca lengkap tidak melatih daya ingat. Tanpa sadar telah membunuh kemampuan otak sebagai prosessor, yang mampu mengajak berputar-putar dari file ke file dan kembali ke inti cerita


(5)

Menyajikan Presentasi • Jangan Diskon Diri Sendiri

Hindari untuk mengungkapkan yang dapat menurunkan pernilaian audience terhadap kemampuan anda :

1. Permohonan maaf bahwa anda tidak siap melakukan presentasi hari ini.

2. Kurang menguasai materi presentasi.

3. Tampil karena mengantikan rekan yang tidak dapat hadir.

4. Enggan berpikir, dengan sering mengatakan bahwa anda tidak tahu, belum membaca, tidak dapat membayangkan dan sebagainya

Prinsip ini mengajarkan bahwa presentasi membutuhkan kesiapan. Hanya mereka yang benar-benar siap untuk maju, harus maju ke depan. Ketika di depan, harus betul-betul meyakinkan dan percaya diri. Belajarlah selalu dari pengalaman dan kesalahan.

Memelihara Mood

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk memelihara mood sebagai presenter :

1. Bebaskan diri dari ketegangan dengan mengetahui

secara jelas siapa yang akan mendengarkan presentasi anda, siapa saja yang pernah mendengarkan, dan siapa di antara mereka yang memerlukan perhatian khusus


(6)

2. Perkuat diri dengan ilmu dan informasi (materi), Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan anda di hadapan mereka selain diri anda sendiri yang tampil siap, menguasai bidang yang dipresentasikan, terfokus, tahu banyak hal yang berhubungan dengan topik yang anda bicarakan, dan analisis anda yang tajam.

3. Jangan melakukan persiapan yang berlebihan sehingga kehabisan energi pada saat melakukan presentasi.

4. Mood positif akan diperoleh bila orang-orang di sekitar anda memberi sambutan positif, menilai penampilan yang oke, enak dilihat, dan menyambut anda sebagai orang penting. Hanya anda yang dapat membuat diri anda penting bagi orang lain. Caranya? Penampilan yang enak dilihat, segar, cerah, tidak norak, cara bicara yang bijak, bersahabat, dan banyak hal lain yang dapat anda gunakan.