Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BDLHD) Jawa Barat dalam Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung

(1)

Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat dalam Pengelolaan Sampah Plastik

di Kota Bandung

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan

di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat. pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh : SITI HAJAR ASTARI

NIM. 41709033

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi pemerintahan tempat penelitian, bersedia:

“Bahwa hasil penelitian dapat di onlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 5 November 2012

Penulis

Siti Hajar Astari NIM.41709033


(4)

58

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

Nama Lengkap : Siti Hajar Astari Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 2 Juli 1991 Status Perkawinan : Belum Menikah Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Dsn. Manabaya RT 002/RW 006

Desa Sindangpakuon Kec. Cimanggung Kabupaten Sumedang - 43564

Nama Ayah : Mochamad Yusuf

Pekerjaan : Kepala Desa

Nama Ibu : Itan Sartika

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Dsn. Manabaya RT 002/RW 006

Desa Sindangpakuon Kec. Cimanggung Kabupaten Sumedang - 43564

Bandung, Oktober 2012


(5)

2. Pendidikan Formal

No. Tahun Nama Sekolah/Perguruan Tinggi

1 1998-2003 SD Parakanmuncang III

2 2003-2006 SMPN 1 Cimanggung

2 2006-2009 SMAN 1 Cicalengka

4 2009-sekarang Universitas Komputer Indonesia

3. Pendidikan Non Formal

No. Jenis Pendidikan Waktu

Pelaksanaan

Bersertifikat/ Tidak Bersertifikat 1 Table Manner Class 8 Desember 2012 Bersertifikat 2 Seminar Nasional Akuntansi 25 Januari 2011 Bersertifikat

3

Latihan Dasar Kepemimpinan Hima Prodi Ilmu

Pemerintahan FISIP Unikom

27 Februari 2011 Bersertifikat

4 Government Day Unpad 21 April 2011 Bersertifikat 5 Diskusi Politik Hima Prodi

Ilmu Pemerintahan Unikom 31 mei 2012 Bersertifikat

6

Pelatihan Aplikasi ICT Dasar (Power Point) bagi Guru SMPN 1 Cimenyan Bandung

25 Februari 2012 Bersertifikat

7 Kuliah Umum Prodi Ilmu

Pemerintahan FISIP Unikom 13 Maret 2012 Bersertifikat

8

Turnamen Futsal Hima Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom


(6)

4. Pengalaman Organisasi dan Pengalaman Kerja

No. Nama Organisasi Periode

1 Sekbid.2 Osis SMPN 1 Cimanggung 2004-2005 2 Bendahara PASKIBRA SMAN 1 Cicalengka 2006-2007 3 Wakil Komandan PASKIBRA SMAN 1 Cicalengka 2007-2008 4 Ikatan Purna PASKIBRA Kecamatan Cimanggung 2004 -Sekarang 5 HIMA Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2009-2010 6 HIMA Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2010-2011 7 HIMA Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom 2011-2012


(7)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan KKL ini yang berjudul “Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat dalam Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung.” Laporan KKL ini sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan KKL ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik yang membangun serta saran dari pembimbing dan para pembaca sebagai cerminan dan introspeksi bagi penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengumpulan penyelesaian laporan KKL ini. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Nia Karniawati, S.IP.,M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia sekaligus dosen pembimbing.

2. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyusun Laporan KKL. 3. Para Aparatur BPLHD Jabar yang telah memberikan informasi 4. Orang Tua Saya Tercinta Bapak. M.Yusuf dan Ibu Itan Sartika,

Kakak dan Adik-adikku tercinta yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan KKL.

5. Ibu Zulhaida S.Teks, selaku pembimbing penulis di BPLHD Jawa Barat.

6. Teman–teman Seperjuangan Angkatan 2009 Pebriani Laelatus Sadiyah, Karina Nadia Andini, Novi Anna Maria , Anjas Wiguna Priadi dan Friza Firman Hadi


(8)

iii

bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan bantuan bagi penulis dalam penyusunan laporan KKL ini.

Semoga Laporan KKL ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pihak BPLHD Jawa Barat Kota Bandung serta pembaca pada umumnya.

Bandung, Oktober 2012


(9)

iv

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan KKL... 1

1.2 Kegunaan KKL . ... 5

1.3 Metode KKL ... 5

1.4 Lokasi dan Waktu KKL …... 6

1.4.1 Gambaran Umum Objek KKL... 7

1.4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Sampah Plastik di Kota Bandung... 7

1.4.1.2 Gambaran Umum BPLHD Jawa Barat... 9

1.4.1.3 Visi Misi BPLHD Jawa Barat... 10

1.4.1.4 Tujuan dan Sasaran BPLHD Jawa Barat... 11

1.4.1.5 Struktur Organisasi BPLHD Jawa Barat... 13

1.4.1.6 Tugas Pokok &Fungsi BPLHD Jawa Barat... 16

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori…... 17

2.1.1 Pengertian Kinerja…... 10

2.1.1.1 Indikator Kinerja... 24

2.1.2 Pengertian Sampah... 31

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan KKL... 32

3.2 Pembahasan KKL... 38

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 48

4.2 Saran... 50 DAFTAR PUSTAKA


(10)

v

Halaman Tabel 1.1 Jadwal KKL ... 6

1.2 Komposisi Jabatan Struktural dan Fungsional... 13 1.3 Komposisi Pegawai BPLHD... 15


(11)

vi

Halaman


(12)

vii

Halaman

Lampiran : 1 Berita Acara Bimbingan... 54

2 Form Aktivitas KKL... 56

3 Surat Perijinan... 58

4 Surat di Terima KKL... 59

5 Surat Keterangan Telah Melakukan KKL... 60


(13)

51

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku – Buku

Alma, Buchari. 2001. Kewirausahaan. Bandung: Bima Cipta. Bastian, Indra, 2001 Akuntansi SektorPublik, Yogyakarta: BPEE.

BumiAksara.

Davis, Gordon B. 1985. Kerangka Dasar Sistem Informasi ManajemenBagia Jakarta: Pengantar PT. Pustaka BinaanPressindo.

Faisal, Sanapiah. 1999. Format-Format PenelitianSosial. Jakarta: Raja GrafindoPersada

Gibson, J.L, J.M. Ivancevich and J.H Donelly Jr. 1996.Organization: Behavior,Structure and Process, Fifth Edition. Jakarta: Erlangga.

Handoyo,B.HestuCipto,1998.Otonomi Daerah Titik Berat dan Urusan Rumah Tangga Daerah: Yogyakarta. Universitas Atmajaya

Hasibuan,Malayu S.P. 2001. Manajemen

Sumber Daya Manusia.Jakarta:BumiAskara.

.

Ilham,Muh2008.Manajemen Sumber Dayadan Kinerja Aparatur pemerintahan daerah. Bandung: CV indraPrahasta.

Koswara, E. 2001.Otonomi Daerah Untuk Demokratisasi dan Kemandirian Rakyat.Jakarta: SembradiAksara Nusantara.

Mangkunegara, Anwar. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Jakarta: PT. BumiAksara:

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung :RefikaAditama.

Moenir, 2002.Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: BumiAksara


(14)

Naryono, 1998.Mengenal Kehidupan Berorganisasi: Yogyakarta. Balai Penerbitan Yogyakarta

Nasir, Mohammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Ruky.2001. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta:Gramedia Pustaka. Utama

Salam, Dharma Setyawan. 2004.Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Sismanto, 2008.Manajemen Perpustakaan Digital. Jakarta: AfifaPustaka SobandiBabandkk. 2006. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Daerah.

Bandung

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABET.

Sutanta,Edhy.2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suwarno Handayaningrat, 1982. Administrasi Pemerintahan Dalam

Pembangunan Nasional.Jakarta: EkaParayangan

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Sosial.Jakarta:Prenada Media.

Syamsu Yusuf, 2003. Pengantar Psikologi. Bandung: PPB FIP UPI

Wahyono, Teguh. (2004). Sistem Informasi Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Wibowo,Tri dan Pancawati Hardiningsih. 2007. Pengaruh Faktor Personalitiy dan Commitment Terhadap Keahlian Computer Audit. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 10, No.1, Maret.

Widodo, Joko. 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang: Banyu Media Publishing.

Yudoyono, Bambang. 2011. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


(15)

B. Dokumen – dokumen

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU. No.18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah

Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Keputusan Gubernur Nomor 821.27/Kep.490.T/Peg/2005 tentang Jabatan

Fungsional,

C.Rujukan Elektronik

www.bplhdjabar.go.id


(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Pencemaran Lingkungan merupakan masalah yang harus ditangani dengan serius, salah satu masalah lingkungan yang sulit ditangani adalah sampah terutama sampah plastik. Sampah plastik merupakan barang yang sangat sulit diurai. Akan tetapi karena plastik merupakan barang yang sering digunakan.sampah plastik selalu menumpuk setiap tahunnya, sehingga menjadi masalah bagi masyarakat. Dalam menanggulangi sampah plastik khusunya dikota bandung tentunya diperlukan kesadaran dari semua lapisan masyarakat. Namun terlepas dari kesadaran masyarakat tentunya ini menjadi tanggung jawab pemerintah terutama Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH).

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 serta Keputusan Gubernur Nomor 821.27/Kep.490.T/Peg/2005 Tentang Jabatan Fungsional.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) sebagai badan yang mempunyai kewenangan dan berkewajiban mengelola lingkungan hidup tentunya harus mampu mengelola lingkungan dengan baik. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki masalah lingkungan hidup, terutama masalah sampah.

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Sampah memiliki beberapa jenis Berdasarkan sumbernya : Sampah alam,


(17)

,Sampah manusia ,Sampah konsumsi ,Sampah nuklir ,Sampah industri Sampah pertambangan .Berdasarkan sifatnya Sampah organik - dapat diurai ,Sampah anorganik - tidak terurai .

Sampah organik tidak berbahaya bagi lingkungan, karena dapat bermanfaat salah satunya bisa dijadikan kompos, dan sangat mudah terurai. Berbeda dengan Sampah an organik salah satunya yaitu jenis sampah plastik. Sampah plastik sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk diuraikan. Yang termasuk sampah plastik diantaranya : kantong plastik (bekas makanan, bumbu dapur, dll), dan botol minuman yang terbuat dari bahan plastik.Bahan bahan tersebut dapat merusak lingkungan karena sulit untuk diuraikan.

Pemakaian kantong plastik hampir tidak dapat dihindari dikehidupan sehari-hari manusia. Bermacam jenis kantong plastik telah digunakan membawa barang belanjaan dan dipakai untuk berbagai jenis kemasan, termasuk kemasan makanan dan minuman. Plastik telah membuat semuanya menjadi lebih praktis dan sulit tergantikan. Namun tahukah anda bahwa banyak bahaya mengintai dari penggunaan plastik dan limbah plastik.

Plastik sangat sulit hancur secara alami dan juga sulit didaur ulang. Setiap sampah plastik yang dibuang, baru akan hancur secara alami dalam waktu 200-400 tahun. Walaupun murah bahkan sering diberikan gratis, plastik dibuat dengan menggunakan minyak bumi. Sumber energi yang mulai langka dan sangat dibutuhkan manusia. Di Inggris saja, diperlukan 2 milyar barel minyak untuk industri kantong plastik. Pada akhirnya minyak yang terpakai terbuang sia-sia karena kantong-kantong plastik itu hanya dipakai sekali-dua kali lalu menggunung di tempat penampungan sampah, mencemari lingkungan.

Kota Bandung sebagai kota wisata dapat menghasilkan sampah plastik setiap hari dalam jumlah yang sangat besar, hal ini tentunya harus segera dikelola dengan serius,karena selain mencemari lingkungan sampah plastik juga dapat membahayakan tubuh karena Plastik tersusun dari polimer. yang proses pembuatannya, ikut dimasukkan sejenis bahan


(18)

pelembut (plasticizers) supaya plastik bertekstur licin, lentur dan gampang dibentuk. Tapi kalau plastik dipakai buat bungkus makanan, plasticizers bisa mengkontaminasi makanan. Apalagi kalau makanan yang dibungkus masih panas, si plasticizers dan monomer-monomernya makin cepat keluar dan pindah ke makanan lalu masuk dalam tubuh.

Kantong plastik kresek yang biasa kita pakai sehari-hari ternyatamengandung zat karsinogen berbahaya karena berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihannya. Zat pewarnanya juga bisa meresap ke dalam makanan yang dibungkusnya dan menjadi racun. Sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.seperti : gangguan pernafasan, diare, penyakit kulit, dll. Pemerintah khusunya BPLHD tentu harus segera menangani hal tersebut dengan mengelola sampah plastik yang berada diwilayah Kota Bandung

.

Mengingat situasi sampah plastik di Kota Bandung saat ini sangatlah menghawatirkan, karena dibeberapa pasar,pemukiman dan bahu jalan dapat kita jumpai tumpukan sampah plastik yang mengganggu keindahan kota. Hal ini selain disebabkan pengelolaan yang kurang baik seperti : timbunan sampah yang berada dipinggir jalan dan berada dikawasan padat penduduk juga disebabkan tidak adanya kesadaran dari individu masyarakat untuk membiasakan yaitu membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, serta tidak ada keinginan untuk mengurangi pemakaian kantong plastik sehingga terjadi pemakaian plastik dalam jumlah besar.

Untuk mengatasi hal tersebut sejauh ini BPLHD Jawa Barat telah berupaya merealisasikan UU. No.18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah, selain itu juga melakukan kordinasi dengan pemerintah Kota Bandung melalui penyuluhan pengelolaan sampah plastik kepada masyarakat . Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan: mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Terdapat perbedaan tentang


(19)

pengelolaan sampah, tergantung dari jenis sampah itu sendiri. Salah satu bentuk pengelolaan sampah plastik yang telah dilakukan diantaranya : membuat kerajinan tas dari plastik bekas bungkus kopi, membuat miniatur bunga dari sedotan bekas, mendaur ulang botol bekas menjadi botol layak pakai, dll.

Untuk melaksanakan program tersebut Aparatur BPLHD Jawa Barat Bid. Pencemaran Lingkungan melakukan observasi secara langsung dengan memberikan informasi pengelolaan sampah plastik kepada masyarakat, diantaranya informasi mengenai bahaya sampah plastik, cara memisahkan sampah berdasarkan jenis jenis sampah dan bagaimana cara mengelola sampah plastik.

Baik atau tidak pengelolaan sampah plastik di Kota Bandung tentunya tidak terlepas dari kinerja aparaturnya dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mengelola sampah plastik. Berdasarkan hal tersebutlah penulis ingin melakukan KKL di BPLHD Jawa Barat. Karena Lingkungan hidup Kota Bandung menjadi salah satu tanggung jawab BPLHD Jawa Barat dalam menjaga lingkungan hidup, khususnya dalam pengelolaan sampah plastik.

Memilih Lokasi KKL di BPLHD Jawa Barat penulis berharap dapat mengetahui secara langsung bagaimana kinerja aparatur BPLHD. Selain itu penulis berharap dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai proses pengelolaan sampah plastik di Kota Bandung dengan observasi dilapangan dengan mencari informasi langsung dari aparatur BPLHD Jawa Barat selama pelaksanaan KKL sebagai reverensi dalam penyusunan laporan KKL.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan KKL dengan judul “Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat dalam Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung.”


(20)

1.2 Kegunaan KKL

Pelaksanaan KKL ini dilakukan dengan kegunaan, sebagaiberikut : 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat.

2. Secara Teoritis

Secara teoritis, penulisan ini untuk mengembangkan teori-teori yang penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam usulan penelitian ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat.

3. Secara Praktis

Diharapkan penulisan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat.

1.3 Metode KKL

Sesuai dengan laporan yang ditulis pada laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode.

Penulis dalam melakukan penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam melakukan penulisan laporan ini pertama peneliti mencari hal menarik untuk dapat dikerjakan pada Dinas yang akan dijadikan lokasi KKL dengan mencari informasi melalui media elektronik dan observasi secara langsung ke lapangan, kemudian menggambarkan kondisi dilapangan yang terjadi yang kemudian meringkas dan menarik


(21)

gambaran tentang kondisi dan situasi dalam laporan ini, yang menggambarkan tentang Kinerja Aparatur Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat.

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL

Lokasi KKL yang diambil penulis adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, yang berlokasi di Jl.Naripan No.25 – Bandung.

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian

Dalam menyusun laporan KKL ini penulis melaksanakan selama 6 bulan, mulai dari observasi lokasi KKL sampai seminar KKL seperti pada tabel berikut :

Waktu Kegiatan

Tahun 2012

Mei Jun Jul Ags Sep Okt Observasi Lokasi KKL

Pengajuan Judul KKL Penyusunan Usulan KKL

Pengajuan Surat ke Tempat KKL Pelaksanaan KKL

Pelaporan KKL Seminar KKL


(22)

1.4.1 Gambaran Umum Objek KKL

1.4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Sampah Plastik di Kota Bandung

Berikut penulis paparkan gambaran umum Kondisi Sampah Plastik di Kota Bandung :

Daerah pelayanan kebersihan Kota Bandung meliputi seluruh wilayah Kota Bandung, yaitu seluas 16.370 Ha. Dalam pelaksanaannya untuk memudahkan pengaturan operasional pelayanan kebersihan, wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 4 (empat) seksi wilayah operasi pelayanan, yaitu:

a. Wilayah Operasi Bandung Barat b. Wilayah Operasi Bandung Tengah c. Wilayah Operasi Bandung Timur d. Wilayah Operasi Bandung Utara

Saat ini berdasarkan data PD. Kebersihan Kota Bandung tahun 2006 angka produksi sampah per kapita yang dihasilkan Kota Bandung adalah 2.301 lt / orang / hari. Dengan jumlah penduduk Kota Bandung sebanyak 2.270.970 jiwa, maka total volume sampah yang dihasilkan per sumber sampah pada tahun 2006 per hari sebesar 7.154 m3/ hari, sedangkan presentase per sumber sampah di Kota Bandung ialah sebagai berikut:

a. Permukiman: 65,56 % b. Pasar: 18,77 % c. Jalan: 5,52 %

d. Daerah Komersial: 5,99 % e. Institusi: 2,81 %


(23)

Dari data di atas terlihat bahwa penyumbang konstribusi terbesar dari sampah yang dihasilkan per hari di Kota Bandung ialah bersumber dari permukiman dengan proporsi sebesar 65,56 % atau sebesar 4691m3 / hari dari total sampah yang dihasilkan per hari. Jumlah produksi sampah besar yang besar yang didominasi oleh sampah permukiman sangat normal karena cakupan dan kuantitas wilayah permukiman pada umumnya merupakan bagian terbesar dari suatu daerah. Sedangkan pada daerah komersial menyumbang sebesar 5,99 % dari keseluruhan sampah yang dihasilkan per hari. Produksi sampah sebesar 18,77 % atau sebesar 1343 m3 / hari disumbang oleh pasar-pasar tradisional yang sebagian besar komposisi sampah yang dihasilkannya ialah sampah organik yang bersifat basah. Produksi sampah terkecil dihasilkan oleh industri yang menyumbang 1,35 % dari total produksi sampah. Bila dilihat dari hasil laporan tahun 2006 tentang rekapitulasi data pengangkutan sampah dari tiap bulan maka volume sampah yang terangkut selama satu tahun sebesar 478.414 m3 atau sekitar 1805 m3 / hari.

Berat sampah plastik Kota Bandung setiap hari bisa menutupi 50 lapangan sepak bola. inilah gambaran sampah yang diproduksi oleh masyarakat Kota Bandung setiap harinya .

a. Sampah rumah tangga dari 3 juta penduduk Kota Bandung kurang lebih 4.500 m3/hari,

b. sampah pasar 600 m3/hari, kawasan komersial 300 m3/hari, kawasan non komersial 300 m3/hari,

c. kawasan industri 750 m3/hari, d. sampah jalanan 450 m3/hari,


(24)

Jumlah produksi sampah Kota Bandung 6.915 m3 setiap harinya. Sampah plastik 2%, pecah belah 1,5%, kain 1%, logam 7,5%, lain-lain 13%. Bagaimana perilaku warga terhadap sampahnya? Hasil pengamatan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat menunjukkan :

a. sebanyak 20% sampah dikumpulkan oleh tukang sampah RT untuk di bawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS),

b. 25% dibuang sembarangan, c. 25% ditimbun ke dalam tanah, d. 5% dibuang ke sungai,

e. 25% dibakar.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Bandung masih berlokasi di lahan Perhutani dan sering bermasalah, ketika sarana angkutan sampah terbatas. Dengan volume sampah Kota Bandung 6.915 m3 tiap harinya, dan diasumsikan berat jenis sampah 0,25 maka berat sampah Kota Bandung kurang lebih 1.750 ton tiap harinya. Jumlah sampah plastik di Kota Bandung sebanyak 35 ton tiap harinya.

1.4.1.2

Gambaran Umum BPLHD Jawa Barat

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, Struktur Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat adalah dapat dilihat pada Gambar Berikut. Sementara itu, komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 serta Keputusan Gubernur Nomor 821.27/Kep.490.T/Peg/2005 tentang Jabatan Fungsional, maka komposisi jabatan struktural dan jabatan fungsional terlampir dalam SOTK yang baru.


(25)

1.4.1.3

Visi dan Misi BPLHD Jawa Barat

VISI

Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Dalam rangka mendukung Visi Jawa Barat “TERCAPAINYA MASYARAKAT JAWA BARAT MANDIRI, DINAMIS DAN SEJAHTERA” , Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat sebagai perangkat daerah menetapkan visi yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian, BPLHD Provinsi Jawa Barat menetapkan Visi yaitu ”MENJADI AGEN PERUBAHAN DALAM SIKAP DAN PRILAKU RAMAH LINGKUNGAN GUNA MENCAPAI PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN 2013”

MISI

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar visi organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Dengan disusunnya misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal organisasi, mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh dimasa yang akan datang.

Pada misi ke 4 Pemerintah Provinsi Jawa Barat (2008-2013) yaitu: MENINGKATKAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN UNTUK PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN, yang bertujuan menciptakan keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan sasaran

1) terkendalinya pertumbuhan dan persebaran penduduk; 2) terjaganya kecukupan air baku;

3) berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko bencana;

4) meningkatnya fungsi kawasan lindung Jabar. Kriteria tersebut merupakan harapan masyarakat Jawa Barat untuk hidup berkecukupan


(26)

baik sandang maupun pangan secara berkelanjutan, hal ini dapat terwujud apabila fungsi pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dapat tercipta.

Misi BPLHD Provinsi Jawa Barat yang sedang dan akan kita wujudkan dalam Program/Kegiatan pada tahun 2008– 2013 yang merupakan penjabaran dari Misi Jawa Barat pada butir 4 yaitu adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Air, Udara, dan Tanah).

2. Menjaga Keselarasan dan Keseimbangan Pemanfaatan SDA Untuk Kesejahteraan Rakyat

3. Mengelola Lingkungan Berdasarkan Perkembangan Sains dan Teknologi.

4. Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Lingkungan dunia Usaha dan Industri.

5. Membangun Kewaspadaan dan Partisipasi Masyarakat yang Responsif.

6. Membangun Masyarakat Peduli Lingkungan (Green Society).

7. Meningkatkan Efektifitas Penerapan Peraturan Lingkungan. Mengembangkan Balaikliring (Clearing House) Lingkungan Hidup.

1.4.1.4

Tujuan dan Sasaran BPLHD Jawa Barat

Tujuan BPLHD Provinsi Jawa Barat yang merupakan penjabaran dari Visi yang ada adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas SDM, pengelola lingkungan hidup (Aparat, dunia pendidikan, dunia usaha, LSM, dan masyarakat);

2. Meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

3. Meningkatkan fasilitasi penyelesaian sengketa lingkungan; 4. Meningkatkan pengendalian kelestarian keanekaragaman hayati; 5. Meningkatkan pemantauan dan upaya pembinaan/pengendaliaan


(27)

6. Meningkatkan peranan laboratorium penguji kualitas lingkungan yang terakreditasi;

7. Mengamankan upaya pelesatarian kawasan lindung;

8. Meningkatkan upaya pengendalian ekosistem pesisir dan laut. 9. Sementara itu, Sasaran BPLHD Provinsi Jawa Barat yang

merupakan penjabaran dari Misi yang ada adalah sebagai berikut: 10. Terlaksananya upaya pengendalian pencemaran air melalui

Prokasih.

11. Tersusunnya kebijakan pengendlian pencemaran air di Jawa Barat berbasis GIS.

12. Terlaksananya upaya pengendalian pencemaran udara.

13. Terlaksananya upaya pengendalian pencemaran limbah B3 dan Tanah.

14. Terwujudnya pelestarian keanekaragaman Hayati di Jawa Barat. 15. Tersusunnya Pola Kompensasi Pasca Produksi terhadap pengelola

lingkungan.

16. Tertatanya Landfeel Closure di Jawa Barat.

17. Tertatanya Pasca Penambangan Galian C di Jawa Barat. 18. Tercapainya Penyelesaian masalah lingkungan di Jawa barat. 19. Terjadinya peningkatan kinerja Lab Lingkungan Terakreditasi. 20. Terselenggaranya Sosialisasi Environment Polution Control

Managment.

21. Terselenggaranya Pengelolaan Lingkungan pesisir melalui Peningkatan Peranserta masyarakat & kemampuan aparat pengelola lingkungan.

22. Terjadinya pnerapan dan peningkatan Kapasitas AMDAL melalui fasilitasi dan pembinaan teknis AMDAL di Jawa Barat.

23. Terwujudnya peningkatan Kemitraan lingkungan di Jawa Barat. 24. Tersusunnya feasibility study pemanfaatan gas metan dari dampak

di TPA se Jawa Barat.

25. Tersusunnya feasibility study Clean Development Mecanism (CDM) di Jawa Barat.


(28)

26. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi penerapan audit produksi bersih untuk industri tekstil.

27. Tersusunnya Study kelayakan Pengelolaan limbah rumah sakit secara terpadu.

28. Tersusunnya Raperda Pengelolaan lingkungan hidup di Jawa Barat. 29. Terlindungi dan termanfaatkannya kawasan hutan, lahan & Sumber

Daya Air di Jawa Barat.

1.4.1.5

Struktur Organisasi BPLHD Jawa Barat

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, Struktur Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat adalah dapat dilihat pada Gambar berikut. Sementara itu, komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 serta Keputusan Gubernur Nomor 821.27/Kep.490.T/Peg/2005 tentang Jabatan Fungsional, maka komposisi jabatan struktural dan jabatan fungsional dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat

NO. Jabatan Struktural/ Fungsional

Perda No. 22 Tahun 2008

Kepgub No. 821.27/Kep.490.T/

Peg/2005

1. Eselon II 1

-2. Esselon III 5

-3. Esselon IV 11

-Jumlah 17


(29)

Tabel 1.3

Komposisi Pegawai BPLHD Provinsi Jawa Barat berdasarkan Tingkat Pendidikan,

NO. Pendidikan Golongan Jumlah

I II III IV

1. SD 1 1

2. SLTP 2 2

3. SLTA 6 26 30

4. Sarjana Muda / Akademi 2 10 12

5. STRATA 1 (S1) 28 2 30

6. STRATA 2 (S2) 18 6 24

7. STRATA 3 (S3) 1 1

Jumlah 1 10 82 9

(Sumber :

http://www.bplhdjabar.go.id)

Tabel diatas menjelaskan komposisi pegawai BPLHD Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan dan dapat dilihat bahwa lulusan SD berjumlah 1 orang, SLTP 2 orang, SLTA 30 orang, Sarjana Muda/Akademi, 12 orang, S1 30 orang, S2 24 orang, dan S3 1 orang. Berdasarkan tabel diatas maka sebagian besar aparatur BPLHD Jawa Barat merupakan lulusn Strata Satu ( S1).


(30)

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, Struktur Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat adalah dapat dilihat pada Gambar berikut.

Bagan 1.1

Struktur Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat


(31)

1.4.1.6

Tugas Pokok dan Fungsi BPLHD Jabar

Tugas Pokok

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat serta Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 63 Tahun 2001 tentang Tentang Tugas Pokok Fungsi dan Rincian Tugas Unit Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat, mempunyai tugas pokok yaitu : merumuskan kebijakan teknis dan melaksanakan kewenangan di bidang Pengendalian Lingkungan Hidup sesuai kebutuhan daerah dan kewenangan lain yang dilimpahkan.

Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, serta Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor Nomor 63 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat, dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian lingkungan hidup meliputi Tata Kelola, Konservasi dan Mitigasi Bencana dan Penataan Hukum, Kemitraan dan Pengemabangan Kapasitas Lingkungan;

2. Penyelenggaraan fasilitasi pengendalian lingkungan hidup kepada Kabupaten/Kota dan mitra kerja di bidang lingkungan hidup;


(32)

17

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kinerja

Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian,2001:329). Pegawai adalah orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapatkan imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang telah ditentukan) kemungkinan besar akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pegawai inilah yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.

Definisi kinerja diatas menjelaskan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh pegawai yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan.

Kinerja aparatur pada dasarnya terbentuk setelah aparatur merasa adanya kepuasan, karena kebutuhannya terpenuhi dengan kata lain apabila kebutuhan aparatur belum terpenuhi sebagaimana mestinya maka kepuasan kerja tidak akan tercapai, dan pada hakikatnya kinerja aparatur akan sulit terbentuk. Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang


(33)

dicapai suatu organisasi. kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, tercapainya tujuan organisasi.

Kinerja pegawai tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, sumber daya yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. penerapan Sistem Informasi Kepegawaian di Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat dapat terlaksana dengan baik apabila memperhatikan kinerja aparaturnya.

Menurut Baban Sobandi dan kawan-kawan “Kinerja merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact.” (Sobandi dkk, 2006:176).

Menurut definisi diatas hasil kerja yang dicapai oleh aparatur suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input adalah masukan atau faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur, output adalah hasil pekerjaan yang dilakukan aparatur atau pencapaian kinerja, outcome adalah hasil yang diharapkan dalam hal ini diharapkan sesuai dengan tugas dan fungsinya , benefit bagaimana pengelolaan sumberdaya aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maupun impact adalah dampak/pengaruh kinerja aparatur terhadap hasil pekerjaan/ terhadap kinerja . dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh aparatur dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.


(34)

Sedangkan Menurut Amstrong dan Baron yang dikutip oleh Wibowo mengatakan bahwa: Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja / prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.

“Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi” (Wibowo, 2007:7).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa hasil yang dicapai oleh seorang aparatur menurut ukuran profesionalisme dalam pekerjaannya diaplikasikan dalam prilaku, kecerdasan dan kemampuan sesuai dengan peranan, kegiatan dan tugas yang telah ditentukan.

Pengertian lain menurut Maluyu S.P. Hasibuan bahwa:

“Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu” (Hasibuan, 2001:34).

Pengertian kinerja menurut Hasibuan di atas bahwa untuk mencapai sebuah kinerja, seorang aparatur harus memiliki kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu agar dapat barjalan seperti yang diharapkan. Aparatur merupakan persamaan dari karyawan, hanya saja dapat dibedakan bahwa aparatur adalah pekerja yang digaji oleh pemerintah untuk melayani masyarakat, sedangkan karyawan adalah pekerja yang digaji oleh perusahaan untuk melayani masyarakat.

Anwar Prabu Mangkunegara mengatakan bahwa:

“Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2007: 9).”


(35)

Menurut penjelasan diatas kinerja aparatur adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerjanya.

Adapun menurut Bastian,

“Kinerja adalah orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapatkan imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang telah ditentukan) kemungkinan besar akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pegawai inilah yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi”. (Bastian,2001:329).

Definisi kinerja diatas menjelaskan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh pegawai yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan.

Kinerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan keahlian dalam bekerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh semangat kerjanya. Kinerja organisasi akan sangat ditentukan oleh unsur pegawainya karena itu dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan kerja dari pegawainya. Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan (individual Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance).

Suatu organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam organisasi tersebut. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan.


(36)

“Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian”

(Mangkunegara, 2006:42).

Berdasarkan pendapat diatas Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi dan misi perusahaan. Pengkuran kinerja merupakan hasil dari penelitian yang sistematis. Sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan dalam pemyesuaian-penyesuaian dan pengendalian.

“Menurut Peter Jennergen (dalam Steers,1985) pengertian kinerja organisasi adalah tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai”.(Steers,1985)” .

Dengan demikian dari konsep yang ditawarkan tersebut dapat dipahami bahwa kinerja adalah konsep utama organisasi yang menunjukan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam konteks penelitian ini, maka pengertian kinerja merupakan tingkat penyelesaian kerja pemerintah kelurahan dalam rangka mencapai tujuan organisasi tepat pada suatu waktu. Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta.

Perlu diadakan suatu evaluasi kinerja sebagai mana yang dikemukakan oleh Andrew E. Sikula dalam buku Anwar Prabu Mangku Negara.

“Evaluasi kinerja atau penilaian merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penapsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu barang”. Mangku Nagara (2005:69).

Dari pendapat tentang penilaian atau evaluasi kinerja menurut para ahli diatas bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara


(37)

sistematis untuk menilai kinerja pegawai dan organisasi. Disamping itu juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja dengan tepat dan memberikan tanggung jawab kepada pegawai atau organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job performance atau actual perpormance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu institusi).

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah

“Hasil kerja secara kualitas dan kuntitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2006:9).

Berdasarkan pendapat di atas kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi.

“Menurut Gilbert Kinerja pada dasarnya adalah produk waktu dan luang. peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita miliki, yang tidak memberi peluang, bahkan memiliki lebih sedikit nilai “(dalam Mangkunegara, 2006:47).

Pandangan Gilbert mengenai kinerja dalam konteks vitalitas kerja dalam suatu organisasi, kinerja sangat konsisten dengan apa yang kita anggap penting untuk memberdayakan pekerja. Untuk bekerja secara cakap, pekerja membuat pretasi yang bernilai bagi organisasi seraya mengurangi biaya untuk mencapai tujuan.


(38)

Kinerja aparatur pada dasarnya terbentuk setelah aparatur merasa adanya kepuasan, karena kebutuhannya terpenuhi dengan kata lain apabila kebutuhan aparatur belum terpenuhi sebagaimana mestinya maka kepuasan kerja tidak akan tercapai, dan pada hakikatnya kinerja aparatur akan sulit terbentuk. Menurut Amstrong dan Baron yang dikutip oleh Wibowo mengatakan bahwa:

”Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja/prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”(Dalam Wibowo, 2007:7).”

Berdasarkan pengertian di atas bahwa hasil yang dicapai oleh seorang aparatur menurut ukuran profesionalisme dalam pekerjaannya diaplikasikan dalam prilaku, kecerdasan dan kemampuan sesuai dengan peranan, kegiatan dan tugas yang telah ditentukan.

Pendapat lain tentang kinerja, seperti yang dikemukakan oleh Widodo (2006:78) mengatakan bahwa:

“kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang di harapkan “ Widodo (2006:78)

Dari definisi diatas maka dalam melakukan dan menyempurnakan suatu kegiatan harus didasari dengan rasa tanggung jawab agar tercapai hasil seperti yang diharapkan. Peningkatan kinerja aparatur pemerintah melalui penggunaan teknologi dan informasi pada instansi pemerintah akan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat guna. Aplikasi e-Government tidak akan berjalan sempurna apabila tidak selalu di imbangi dengan sumber daya manusia yang memadai dan kinerja yang efektif.


(39)

2.1.1.1 Indikator Kinerja

Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur suatu kinerja birokrasi publik, teori yang digunakan yaitu teori kinerja dari Baban Sobandi dan para ahli lainnya dalam bukunya yang berjudul Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah sebagai berikut:

1. Keluaran (Output) 2. Hasil

3. Kaitan Usaha dengan Pencapaian 4. Informasi Penjelas

(Sobandi dkk, 2006 : 179-181)

Berdasarkan pendapat diatas, output adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan oleh suatu organisasi atau instansi dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan. segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Maka segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan pada jangka menengah oleh suatu organisasi atau instansi harus dapat memberikan efek langsung dari kegiatan tersebut.

Kaitan usaha dengan pencapaian adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Berdasarkan pengertian diatas, maka Mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran di tingkat tertentu dari penggunaan sumber daya, menunjukan efisiensi relatif suatu unit jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya, tujuan yang ditetapkan secara internal, norma atau standar yang bias diterima atau hasil yang bisa dicapai oleh organisasi yang setara.

Informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja organisasi, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan


(40)

mempengaruhi kinerja yang dilaporkan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja adalah keluaran,hasil, kaitan usaha dengan pencapaian dan informasi penjelas. Jadi berdasarkan penjelasan tersebut maka untuk mengukur kinerja dilihat dari hasil, keluaran, kaitan usaha dengan pencapaian dan informasi penjelas.

Ruky (2001:7) mengidentifikasi faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:

1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk mengahasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut. 2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi. 3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja,

penataan ruangan, dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya.

(Ruky, 2001:7).

Menurut pendapat Ruky diatas, bahwa tingkat pencapaian kinerja dipengaruhi oleh teknologi, kualitas input, kualitas lingkungan fisik, budaya organisasi, kepemimpinan, dan pengelolaan sumber daya manusia.

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah

Berdasarkan pendapat di atas kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Unsur penting dalam kinerja pekerjaan adalah :


(41)

1. Tugas fungsional, berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai menyelesaikan seluk-beluk pekerjaan, termasuk penyelesaian aspek-aspek teknis pekerjaan.

2. Tugas perilaku, berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani kegiatan antar pesona dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.

Kinerja aparatur dalam menerapkan Sistem informasi kepegawian harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu yang dicapai organisasi.

Selanjutnya menurut Keith Davis yang dikutip A.A Anwar Mangkunegara faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja meliputi :

1. Faktor Kemampuan, 2. Faktor Motivasi, 3. Faktor Individu

4. Faktor Lingkungan Organisasi (Mangkunegara, 2006:13)

Faktor Kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan relity (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal.

Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupkan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berati jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.

Faktor Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap


(42)

negatif (kontra) terhadap situasi kerja akan menunjukkan kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor-faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja.

Faktor Individu Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antar fungsi psikis (rohani) dan pisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antar fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

Tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikira/Inteligensi Quotiont (IQ) dan kecerdasan emosi/Emotional Quotiont (EQ). pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above average, superior, very superior dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik (tidak merasa bersalah yang berlebihan, tidak mudah marah, tidak dengki, tidak benci, tidak iri hati, tidak dendam, tidak sombong, tidak minder, tidak cemas, memiliki pandangan dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan kitab sucinya).

Faktor Lingkungan Kerja Organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang.


(43)

Berdasarkan teori diatas, dapat dikatakan bahwa hasil kerja dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : faktor kemampuan, faktor motivasi, faktor kinerja individu, dan faktor lingkungan organisasi.

Pada Organisasi pemerintahan ada beberapa aspekyang dapat dilihat untuk mengetahui suatu kinerja birokrasi publik, seperti yang dikemukakan Muh. Ilham dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Daerah sebagai berikut:

1. Tingkat Efektifitas, 2. Tingkat Efisiensi 3. Keamanan

4. Kepuasan pelanggan (Ilham. 2008: 34)

Berdasarkan penjelasan tersebut keempat aspek diatas merupakan sesuatu untuk melihat sejauh mana seorang aparatur dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan, menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan standar prosedur kerja, dan menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan pada standar pelayanan.

E. Koswara dalam buku Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat, Tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah:

1. Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Masa kerja pegawai

3. Golongan kepegawaian 4. Pendidikan formal

5. Pendidikan teknis fungsional” (Koswara E, 2001:259).

Berdasarakan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah ratio jumlah aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk,


(44)

masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan dan pendidikan teknis fungsional yang dimiliki oleh aparatur. Pendapat lain hampir sama juga dikemukakan oleh J.B Kristiadi yang dikutip oleh B. Hestu Cipto Handoyo dalam buku Otonomi Daerah dan Urusan Rumah Tangganya, bahwa:

Untuk mengetahui kemampuan aparat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni:

1. Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Pengalaman kerja pegawai

3. Golongan kepegawaian

4. Pendidikan formal yang dicapai 5. Pendidikan non formal

6. Kesesuaian antara pendidikan dengan jabatan (Handoyo, 1998:102).

Berdasarkan pendapat diatas bahwa untuk mengetahui kemampuan aparatur ratio jumlah aparatur dengan jumlah penduduk, masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan formal, pendidikan teknis fungsional menjadi faktor dalam meningkatkan kinerja. Kemampuan (ability) aparatur terdiri dari dua indikator yaitu:

Pertama, kemampuan potensi (IQ), merupakan aspek kemampuan yang ada dalam diri aparatur dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kemampuan potensi kemudian dibagi ke dalam dua bagian yaitu:

a. Kemampuan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan). Inteligensi atau kecerdasan menurut C.P. Chaplin bahwa: Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif” (Syamsu, 2003:9). Inteligensi atau kecerdasan harus dimiliki oleh setiap aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat agar dalam menjalankan segala tugasnya dapat berjalan dengan efektif.


(45)

b. Kemampuan dasar khusus (aptitudes atau bakat). Aptitudes atau bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan yang memungkinkannya mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Aptitudes atau bakat merupakan faktor bawaan yang dimiliki oleh aparatur ataupun pengaruh dari lingkungan. Maka apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya apabila dibiarkan tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan hilang dan tak berguna

Kedua, kemampuan reality (actual ability) yaitu kemampuan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi). Pengembangan kemampuan sangatlah diperlukan baik melalui pendidikan ataupun melaui pelatihan-pelatihan.Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari sumberdaya aparatur, semakin lama waktu yang digunakan seorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan melakukan pekerjaan akan semakin tinggi kinerjanya. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga pemerintah yang berorientasikan terhadap pelayanan perlu mengadakan pelatihan dan menempatkan aparatur pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya masing-masing (the right man in the right place, the right man on the right job). Motivasi aparatur untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus-menerus, dan berorientasikan tujuan.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri aparatur secara terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan teori dari Keith Davis . Kinerja aparatur pada dasarnya terbentuk setelah aparatur merasa adanya kepuasan, karena kebutuhannya terpenuhi dengan kata lain apabila kebutuhan aparatur belum terpenuhi sebagaimana mestinya maka kepuasan kerja tidak akan tercapai, dan pada hakikatnya kinerja


(46)

aparatur akan sulit terbentuk. Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.

2.1.2 Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Menurut definisi World Health Organization (WHO)

sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

Berdasarkan penjelasan tersebut sampah dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak diingingkan yang berasal dari pembuangan manusia.Sedangkan menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan “sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat” menurut undang-undang tersebut sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari dan berbentuk padat.

.

Menurut Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan

“sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya.”

Menurut penjelasan anwar sampah pada umumnya berasal dari kegiatan manusia tetapi bukan biologis.


(47)

32

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 Hasil Kegiatan KKL

Selama 17 Hari pelaksanaan KKL, banyak kegiatan yang dilakukan penulis selama di BPLHD Jawa Barat yang penulis uraikan sebagai berikut : Minggu Pertama

Hari pertama KKL di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat penulis masuk pada pukul 07.30, langsung absen kemudian mengikuti apel pagi sampai jam 08.00 . Setelah selesai apel pagi seluruh mahasiswa/i yang melakukan KKL di BPLHD Jabar berkumpul di lantai 2 untuk ditempatkan di bidang nya masing – masing. Penulis ditempatkan di Lantai 4 Bid. Sambil menunggu tugas penulis membaca Perda Propinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Setelah selesai membaca perda penulis pergi ke taman dan perpusatakaan yang berada di lantai 5. Setelah kurang lebih 1 ½ Jam diperpustakaan penulis kembali ke ruang pemantauan. Setibanya diruang pemantauan penulis diberikan pengarahan tentang tata cara meng input data pencemaran limbah cair dari seluruh perusahaan yang ada di Jawa Barat. Kemudian pada Pkl. 12.00 penulis istirahat makan siang dilanjutkan Sholat Dzuhur, dan masuk kembali pada pkl. 13.30. Setelah masuk penulis melanjutkan kembali menginput data pencemaran limbah cair s/d pkl. 15.30. Pada jm 15.30 setelah mendapatkan ijin penulis pulang. Menginput data adalah limbah cair adalah salah satu tugas bidang pemantauaan pencemaran lingkungan. Manfaat bagi penulis adalah penulis dapat mengetahui bahwa setiap perusahaan harus memenuhi standarisasai kandungan limbah, sehingga tidak merusak lingkungan dan membantu pekerjaan aparatur.


(48)

Hari kedua KKL Penulis terlambat, sehingga masuk dan absen pada Pkl. 08.10. Setibanya di BPLHD penulis langsung ke ruang pemantauan untuk melanjutkan meng input data. Namun hari ini penulis mendapatkan ilmu baru untuk meng input data pencemaran limbah udara dari seluruh perusahaan yang ada di Jawa Barat yang dikerjakan sampai pkl 12.15. Pada Pkl. 12.15 penulis makan siang yang dilanjutkan dengan sholat dzuhur. Setelah selesai istirahat penulis kembali keruang pemantauan dan melanjutkan meng input data pencemaran limbah udara sampai pkl 15.00. hari ini penulis hanya mampu meng input data dari 5 perusahaan, karena tidak ada pembimbing dan para petugas BPLHD ada kegiatan diluar kantor maka pada pkl. 15.00 penulis sudah bisa pulang. Limbah yang di input BPLHD Jawa Barat salah satunya limbah cair. Data yang di masukan berupa kandungan zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam air limbah hasil industri. Manfaat bagi penulis penulis dapat mengetahui hasil limbah cair dari beberapa perusahaan di Jawa Barat, diantaranya : PT. KAO Indonesia, PT. Yamaha, dll. Dan dengan meng input data penulis dapat membantu pekerjaan aparatur.

Hari ketiga KKL penulis tiba pkl. 07.35 langsung absen kemudian mengikuti apel pagi sampai pkl. 07.50. Setelah selesai mengikuti apel penulis langsung ke lantai 4 ke ruang pemantauan untuk melanjutkan meng input data. Setelah meng input data pencemaran limbah udara, peneliti mendapat tugas dari pembimbing untuk meng input data dari Kota Cirebon yang terdiri dari data penduduk, industri, hotel, rumah sakit, peternakan, dan restoran yang berada di kota cirebon. Manfaat yang penulis dapat mengetahui potensi kota cirebon.

Hari keempat penulis tiba pada pkl. 07.35 langsung mengisi absen dan mengikuti apel pagi sampai pkl. 07.50. Setelah mengikuti apel pagi penulis langsung ke ruang pemantauan. Hari ini penulis meminta file data dari pembimbing tentang sampah yang akan dijadikan bahan sebagai laporan kkl. Setelah kurang lebih setengah jam meng copy data penulis diberi tugas untuk membuat power point sebagai bahan materi untuk


(49)

sosialisasi kepada masyarakat. Setelah diberi tugas membuat power point penulis diberi tugas meng input data format PDAM dari Kabupaten/Kota yang berada di Jawa Barat yang harus selesai max dalam 2 hari. Hari ini penulis tidak dapat meng input semua data karena waktu sudah pkl. 16.00 sehingga hanya dapat meng input data dari : Kab. Sukabumi, Kota Bandung, Kab Subang, Kab Tasikmalaya, Kab Cirebon, Kab Bogor, Kab Indramayu, Kota Bogor, Kab Bandung, Kota Bekasi, dan kabupaten Cirebon. Data-data PDAM tersebut harus dilaporkan oleh setiap Kabupaten/Kota kepada BPLHD Jawa Barat per tahun. setelah pkl. 16.00 penulis pulang. Manfaat yang penulis dapatkan yaitu menambah pengetahuan sebagai reverensi menyusun laporan KKL.

Hari Kelima penulis tiba di BPLHD pada pkl 07.35 seperti biasa langsung mengisi absen dan mengikuti apel pagi sampai pkl. 17.49. Setelah selesai mengikuti apel pagi langsung ke ruang pemantauan dan melanjutkan meng input data format PDAM dari Kabupaten/Kota yang berada di Jawa Barat. Belum sempat menyelesaikan meng input data penulis diajak ibu Iis untuk belajar cara mengirim Fax dilantai 2, setelah itu diminta untuk memasukan paket perlengkapan seperi tas, seragam, rompi, topi dan seminar kit sebanyak 73 buah untuk penyuluhan yang diadakan di Karawang. Sebelum jam istirahat, Alhamdulilah penulis di beri nasi box oleh pembimbing karena telah membantu perlengkapan. Karena banyak yang harus dikerjakan penulis istirahat pada pkl 12.30 kemudian makan siang dan dilanjutkan dengan sholat dzuhur. Setelah selesai istirahat penulis masuk kembali pada pkl. 14.00 dan melajutkan kembali menginput data PDAM. Manfaat yang penulis dapatkan penulis mengetahui format data PDAM.


(50)

Minggu Kedua

Hari pertama di minggu kedua pelaksanaan KKL penulis datang pada pkl. 08.10 dan tidak mengikuti apel dikarenakan terlambat. Setibanya di BPLHD langsung mengisi absen dan ke ruang pemantauan yang berada di lantai 4. Hari ini tidak ada data untuk di input, hanya diberi tugas membuat power point untuk bahan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sampah. Mulai dari dasar hukum, pengertian sampah, bahayanya, dampak nya, dan pengelolaannya. Setelah jam 12.00 penulis makan siang dilanjutkan dengan sholat dzuhur. Kemudian masuk kembali pada Pkl. 13.20. Karena tidak ada tugas penulis pulang pada pukul 15.00. Manfaat yang penulis dapatkan hari ini data tentang sampah sebagai bahan untuk menyusun laporan KKL.

Hari Kedua pelaksanaan KKL penulis mengikuti apel pagi seperti biasa. Kemudian di ruang kerja penulis diberi tugas oleh Pembimbing di Instansi KKL untuk membuat power point tentang sampah, untuk bahan sosialisasi kepada masyarakat. Manfaat dari tugas yang penulis laksanakan yaitu penulis mendapatkan pengetahuan tentang sampah sekaligus membantu penulis, karena laporan yang penulis bahas mengenai sampah khususnya sampah plastik.

Hari Ketiga seperti biasa penulis mengikuti apel pagi hingga pukul 07.50. Kemudian penulis menginput data pencemaran limbah udara dari pabrik yang ada di Jawa Barat. Setelah menginput data penulis mengcopy data tentang sampah. Kemudian setelah istirahat penulis kembali meng input data, sampai pukul 15.45, setelah selesai penulis pulang pada pukul 16.00. Manfaat yang penulis dapatkan dari kegiatan hari ini , penulis mengetahui cara meng input limbah udara.

Hari Keempat penulis tidak mengikuti apel pagi, dan hari ini penulis hanya diberi tugas membuat power tentang sampah rumah tangga, sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat, karena sudah selesai penulis pulang pada pukul 15.00. Hari ini penulis kembali mendapatkan data dari tugas


(51)

yang penulis kerjakan, yaitu penulis mendapatkan data untuk penyusunan laporan KKL.

Hari Kelima dan hari pertama di minggu pertama penulis tidak masuk dikarenakan sakit, sehingga penulis tidak bisa mengikuti kegiatan seperti biasa.

Minggu Ketiga

Hari kedua di minggu terakhir seperti biasa penulis mengikuti apel pagi, kemudian setelah mengikuti apel pagi, penulis kembali keruang kerja dan diberi tugas kembali untuk meng input data pencemaran limbah udara dari seluruh Kabupaten yang ada di Jawa Barat. Dan seperti biasa penulis pulang pada pukul 16.00. Penulis mendapatkan manfaat data kabupaten yang ada di Jawa Barat.

Hari ketiga penulis kembali melanjutkan menginput data pencemaran udara. Selain menginput limbah udara penulis juga menghadiri persentasi pembuatan kompos organik di halaman parkir, yang diselenggarakan oleh BPLHD Jawa Barat. Hari keempat dan lima penulis tidak melaksanakan KKL karena sakit, begitu juga dengan hari pertama minggu terakhir penulis ijin tidak masuk karena ada kepentingan. Hari ini penulis mendapatkan ilmu baru, yaitu cara membuat kompos dari sisa-sisa makanan.

Hari terakhir KKL, penulis masih meng input data pencemaran udara, dari berbagai industri yang ada di Jawa Barat. Setelah selesai penulis berpamitan kepada pembimbing dan rekan rekan yang melaksanakan KKL. Hari terakhir pelaksanaan KKL, penulis mendapatkan banyak ilmu baru, baik dari penambahan referensi maupun tentang cara bekerjasama.


(52)

Kegiatan penulis selama di lokasi KKL merupakan tugas harian aparatur BPLHD Jawa Barat bidang pemantauan pencemaran. Data yang harus di input sangat banyak sementara jumlah aparatur yang meng input hanya berumlah 4 orang, sehingga tidak selesai tepat waktu. Manfaat yang penulis dapatkan yaitu penulis mengetahui jenis-jenis limbah yang di pantau yaitu : limbah cair, limbah udara, dan limbah padat. Selain menginput data membuat power point tentang sampah dimaksudkan untuk penyuluhan kepada masyarakat. Dan manfaat yang penulis dapat adalah tmbahan referensi untuk bahan penyusunan laporan KKL.


(53)

3.2 Pembahasan KKL

Menurut teori yang digunakan dari Keith Davis dapat dikatakan bahwa faktor kinerja dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :

1. Faktor Kemampuan 2. Faktor Motivasi 3. Faktor Individu

4. Faktor Lingkungan Organisasi.

Faktor kemampuan merupakan kemampuan Aparatur BPLHD Jawa Barat dalam mengelola sampah plastik di Kota Bandung. Salah satu upaya pengelolaan sampah plastik aparatur BPLHD Jabar telah melakukan berbagai kegiatan, seperti : Program penyuluhan pada 14 Januari 2010 di Auditorium BPLHD Jawa Barat. Yaitu dengan mengundang masyarakat berpartisipasi, konsultasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pengertian, bahaya, dan cara mengelola sampah plastik agar menjadi barang yang dapat digunakan kembali. Materi yang disampaikan adalah Program Pengelolaan Persampahan Regional Jawa Barat yang membahas :Kronologi Penanganan Persampahan Regional Jawa Barat yaitu Kajian Pengelolaan Sampah Regional di Cekungan Bandung.

Bentuk kegiatan berupa indor denganpenyampaian secara visual dengan menggunakan layar dan infocus, serta bantuan komputer. Salah satu menjelaskan dan masyarakat dapat melihat dan bertanya secara langsung. Serta mengajak masyarakat melalui lukisan lingkungan yang bersih tanpa sampah. Hal ini sebagai usaha agar masyarakat memperhatikan lingkungan dengan cara mempertunjukan lukisan. Dengan pameran lukisan diharapkan mampu menarik perhatian, mengguggah hati dan membangkitkan keinginan masyarakat serta bila memungkin tahap menyakinkan diharapkan dapat mewujudkan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat bebas sampah plastik.


(54)

Bentuk penyuluhan yang dilakukan diantaranya mengundang mahasiswa, aparatur dari Dinas lain, dll. Untuk menghadiri penyuluhan di kantor BPLHD. Selain itu dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat Aparatur BPLHD Jawa Barat melakukan dengan cara turun langsung ke lapangan pada tanggal 16 Juli 2012 – 18 Juli 2012 melakukan kegiatan membersihkan sungai dari sampah plastik di karawang. Selama 3 hari dikarawang aparatur bekerjasama bersama masyarakat dengan cara membagi masyarakat dalam beberapa kelompok dan dipimpin oleh masing-masing ketua kelompok. Setiap kelompok dibekali tas, topi, rompi keselamatan dll. Berdasarkan hasil observasi di BPLHD Jawa Barat maka faktor kemampuan aparatur dapat dikatakan cukup baik.

Mengukur faktor kemampuan Aparatur dapat dilihat dari faktor pendidikan dan faktor pelatihan. Faktor pendidikan adalah latar belakang pendidikan aparatur BPLHD Jawa Barat dimana pendidikan yang menangani masalah pengelolaan sampah plastik dari Program Lingkungan dan Statistik. Berasal dari Program Lingkungan sangat sesuai dengan bekerja di Badan Lingkungan Hidup (BPLH), karena dengan begitu akan lebih mengetahui bagaimana cara menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparatur. Selain berasal dari program lingkungan, juga berasal dari Program statistik, program statistik ditempatkan di bidang pemantauan dan sangat berguna untuk menghitung jumlah data baik itu data limbah udara, limbah cair, limbah padat maupun data PDAM dari Kabupaten/Kota yang berada di Jawa Barat.

Faktor pelatihan Aparatur BPLHD Jawa Barat merupakan seberapa banyak pelatihan oleh aparatur BPLHD Jawa Barat untuk mengelola sampah plastik. Sejauh ini pelatihan yang di dapatkan aparatur diantaranya pelatihan tentang Perubahan Paradigma dan Recycle Bank untuk sampah plastik pada 28 April 2011 di Kantor Auditorium BPLHD Jawa Barat.


(55)

Upaya aparatur BPLHD Jawa Barat dalam pengelolaan sampah plastik dimulai dari usaha merubah paradigma masyarakat yaitu :

1. Pengelolaan Sampah Bukan Hanya Tanggung Jawab Pemerintah, Melainkan Juga Masyarakat Dan Dunia Usaha

2. Sampah Tidak Hanya Menjadi Masalah Tetapi Juga Dapat Menjadi Sumber Daya (Memiliki Nilai Ekonomis).

Meskipun aparatur BPLHD Jawa Barat telah berupaya merubah paradigma masyarakat bahwa Pengelolaan Sampah Bukan Hanya Tanggung Jawab Pemerintah, Melainkan Juga Masyarakat Dan Dunia Usaha. Namun berdasarkan hasil observasi sederhana yang penulis lakukan di sekitar daerah Dipatiukur yang berada di wilayah Kota Bandung, tepatnya di Jl. Kubangsari bahwa masyarakat pelaku dunia usaha belum mampu mengelola sampah dengan baik. Masyarakat yang peneliti maksud adalah masayarakat sekitar, yang masih belum menyadari bahwa sampah tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah, dalam hal ini petugas kebersihan setempat sehingga masih banyak timbunan sampah, khususnya sampah plastik yang menumpuk di sekitar pemukimandan yang tidak dikelola dengan baik. Selain masyarakat ada dunia usaha, dunia usaha yang peneliti maksud adalah para pedagang ataupun para penjual, baik makanan maupun berupa barang. Masih banyak para pedagang yang belum sadar dan mampu mengelola sampah plastik dengan baik, sehingga maslah yang timbul adalah banyaknya tumpukan sampah plastik di sekitar pemukiman warga.

Kesadaran masyarakat akan nilai ekonomis yang dapat dihasilkan dari sampah plastik masih sangat minim, berdasarkan hasil observasi sederhana yang penulis lakukan di Jl. Kubangsari Kelurahan Sekeloa – Kecamatan Coblong – Kota Bandung. Bahwa masyarakat masih belum menyadari bahkan tidak mau tahu, ada manfaat dibalik tumpukan sampah plastik. Sehingga masyarakat cenderung membuang begitu saja sampah


(56)

plasti yang telah sudah tidak terpakai, tanpai memikirkan nilai ekonomis dibalik sampah tersebut. Berdasarkan hasil observasi dilapangan dapat dikatakan bahwa upaya pemerintah tersebut belum berjalan dengan baik, karena masih banyak warga yang ingin mengolah sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomis, sehingga masih banyak timbunan sampah plastik yang menumpuk disekitar pemukiman penduduk. Namun meskipun belum berjalan dengan baik, dengan usaha pemerintah tersebut diharapkan pemikiran masyarak dapat berubah menjadi lebih baik dalam mengelola sampah plastik. Selain berupaya merubah paradigma masyarakat aparatur BPLHD juga itu ada juga pelatihan Recycle Bank (Bank Daur Ulang)

Recycle bank (Bank Daur Ulang ) yaitu cara mendaur ulang plastik, salah satunya botol plastik dengan cara mengumpulkannya, kemudian mengolah menjadi barang yang bermanfaat dengan kata lain recycle bank dapat diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan sampah yang berbasis rumah tangga (unit terkecil penghasil sampah) dengan memberikan reward (penghargaan) kepada mereka yang telah berhasil memilah sampah, gambaran recycle bank dapat kita lihat pada gambar berikut :


(1)

45 Tabel 3.1

Komposisi Pegawai BPLHD Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Tingkat Pendidikan,

NO. Pendidikan

Golongan

Jumlah I II III IV

1. SD 1 1

2. SLTP 2 2

3. SLTA 6 26 30

4. Sarjana Muda / Akademi 2 10 12

5. STRATA 1 (S1) 28 2 30

6. STRATA 2 (S2) 18 6 24

7. STRATA 3 (S3) 1 1

Jumlah 1 10 82 9

(Sumber : http://www.bplhdjabar.go.id)

Dari tabel diatas dapat diketahui komposisi pegawai BPLHD Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan. Sehingga dapat diketahui bahwa lulusan SD berjumlah 1 orang, SLTP 2 orang, SLTA 30 orang, Sarjana Muda/Akademi, 12 orang, S1 30 orang, S2 24 orang, dan S3 1 orang. Berdasarkan tabel diatas maka sebagian besar aparatur BPLHD Jawa Barat merupakan lulusn Strata Satu ( S1). Dilihat dari latar belakang pendidikan aparaturnya merupakan orang berpendidikan dan mengerti akan tugas dan fungsinya. Begitu pun dengan konsentrasi aparaturnya, dalam hal ini yaitu keahlian aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Salah satu keahlian yang dimiliki aparatur yaitu dibidang penanganan lingkungan hidup. Berdasarkan hasil observasi dilapangan dapat dikatakan bahwa konsentrasi


(2)

Aparatur BPLHD Jawa Barat baik. Sehingga keseluruhan faktor kinerja individu aparatur BPLHD Jawa Barat dalam Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung yang dilihat dari latar belakang dan konsentrasi dapat dikatakan baik.

Faktor lingkungan organisasi Aparatur BPLHD Jawa Barat dalam pengelolaan sampah plastik di Kota Bandung. Menilai lingkungan organisasi dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan penghargaan . Sumber daya manusia yang tersedia kurang memadai dilihat dari jumlah aparatur, yang sedikit. Sementara tugas yang harus diselesaikan terutama dalam hal meng input data dan bagian yang harus kelapangan sangat kekurangan tenaga kerja. Begitu pula dengan penghargaan, penghargaan yang di dapat masih minim, sehingga penghargaan yang di dapat hanya berupa kerjasama, seperti kerjasama dalam membersihkan lingkungan, dll.

Lingkungan oragnisasi di BPLHD Jabar cukup baik, karena susana yang tercipta tidak terlalu kaku, bahkan tercipta suasana kekeluargaan. Dan penempatan SDM aparaturnya sesuai dengan tugas dan fungsinya, sehingga ketepatan penempatan atau the right man in the right place (Orang yang tepat di tempat yang tepat ) akan meghasilkan kinerja yang cukup baik. Hanya saja menurut pendapat saya jumlah aparaturnya harus ditambah, karena pekerjaan yang cukup banyak sementara aparatur sedikit. Dilihat dari segi penghargaan, berdasarkan hasil observasi saya tidak mendapatkan informasi mengenai penghargaan, namun terlepas dari hal tersebut berdasarkan hasil observasi kinerja Aparatur BPLHD Jawa Barat dalam pengelolaan sampah plastik di Kota Bandung dapat dikatakan cukup baik.


(3)

47 Dari pembahasan diatas dalam mengukur Kinerja Aparatur di lihat dari beberapa faktor yaitu faktor kemampuan, faktor kemampuan, faktor motivasi,faktor individu, faktor lingkungan organisasi. Dan berdasarkan hasil observasi dilapangan kinerja Aparatur BPLHD Jawa Barat dalam Pengeloaan Sampah Plastik di Kota Bandung dapat dikatakan cukup baik.


(4)

48 PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan KKL dan pembahasan mengenai Kinerja Aparatur BPLHD Jawa Barat dalam Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Selama pelaksanaan KKL di BPLHD Jawa Barat dari tanggal 09 – 31 Juli 2012, penulis melakukan berbagai macam kegiatan baik rutin maupun insidentil. Kegiatan rutin penulis diantaranya : mengisi daftar hadir, mengikuti apel pagi, menginput data ( limbah cair, limbah padat, limbah udara dan data PDAM dari berbagai Kabupaten/Kota yang berada di Jawa Barat). Adapun kegiatan insidentil yaitu kegiatan yang tidak rutin penulis lakukan, diantaranya : mengepak barang untuk penyuluhan di karawang, mengikuti sosialisai pembuatan kompos yang dilakukan di basement BPLHD Jawa Barat, dan membuat power point tentang sampah. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi penulis terutama sebagai reverensi untuk menyusun laporan KKL.

2. Faktor kemampuan aparatur dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung, berdasarkan hasil observasi dilapangan dapat dikatakan cukup baik. Karena dilihat dari pendidikan dan pelatihan aparatur dalam melakukan pengelolaan sampah plastik di Kota Bandung.

3. Faktor motivasi aparatur dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung dilihat dari fasilitas kerja yang cukup lengkap dan kebijakan pemimpin yang cukup baik sehingga kinerja aparatur


(5)

49

aparatur dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung dapat dikatakan cukup baik.

4. Faktor kinerja individu aparatur dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung dilihat dari fasilitas latar belakang dan konsentrasi aparatur yang cukup baik sehingga kinerja aparatur dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung dapat dikatakan cukup baik.

5. Faktor lingkungan organisasi dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung dilihat dari sumber daya manusia (SDM) yang terbatas sehingga banyak pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu, selain itu penghargaan yang di dapat juga kurang. Tetapi jika dilihat dari disiplin aparaturnya sangat baik. Sehingga dapat dikatakan kinerja aparatur dalam melaksanakan Pengelolaan Sampah Plastik di Kota Bandung dapat dikatakan cukup baik


(6)

4.2 SARAN

Berdasarkan pada kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Faktor kemampuan aparatur khususnya dalam bidang pelatihan, disarankan lebih ditingkatkan agar tugas dan fungsi terutama dalam pengelolaan sampah plastik di Kota Bandung dapat berjalan dengan efektif.

2. Faktor motivasi aparatur sudah cukup baik, namun tidak ada salahnya jika sebaiknya sarana dan prasarana dilengkapi sehingga memiliki kelebihan di bandingkan dengan instansi lain.

3. Faktor kinerja individu individu aparatur sudah cukup baik, namun untuk meningkatkan kinerja sebaiknya konsentrasi lebih ditingkatkan. 4. Faktor lingkungan organisasi sebaiknya dilakukan penambahan aparatur karena sumber daya yang tersedia tidak cukup untuk melakukan semua tugas yang ada, begitu pula dengan penghargaan . Sebaiknya penghargaan lebih diperhatikan, hal ini untuk menciptakan persaingan yang positif dan untuk meningkatkan motivasi kerja para aparatur.