Keanekaragaman Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit dan Palem Liar

1

KEANEKARAGAMAN CENDAWAN PADA RIZOSFER
KELAPA SAWIT DAN PALEM LIAR

KAVY SHOBAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman

Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit dan Palem Liar adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015
Kavy Shobah
NIM A34090075

4

i

ABSTRAK
KAVY SHOBAH. Keanekaragaman Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit dan
Palem Liar. Dibimbing oleh EFI TODING TONDOK.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi utama perkebunan di
Indonesia. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense) merupakan
penyakit utama pada kelapa sawit yang dapat menyebabkan kerugian sebesar
80%. Rizosfer adalah tanah di sekitar perakaran tanaman dan merupakan tempat
yang ideal bagi tumbuh dan berkembangnya mikroba tanah termasuk di dalamnya
agens antagonis. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman cendawan
pada rizosfer kelapa sawit dan palem liar dan mengevaluasi kemampuannya
dalam menekan perkembangan G. boninense secara in vitro. Sampel tanah berasal
dari Jambi, yaitu perkebunan kelapa sawit di Bukit Harapan (H04 a, b, c),
perkebunan kelapa sawit di Bukit Duabelas (B04 a, b, c), palem liar di dalam
hutan karet (PLK), di dekat area perkebunan karet (PLdK) dan di perkebunan
kelapa sawit (PLS). Keanekaragaman dan kelimpahan cendawan dianalisis dengan
metode pengenceran dan pencawanan. Kelimpahan cendawan tanah tertinggi
diperoleh dari sampel kelapa sawit B04 a sebesar 4.9 x 106 cfu/g sedangkan
kelimpahan cendawan terendah diperoleh dari sampel kelapa sawit B04 b sebesar
0.3 x 105 cfu/g. Keanekaragaman cendawan dari yang tertinggi ke terendah adalah
palem liar (8 genus dan 13 UF), H04 (6 genus dan 9 UF), dan B04 (4 genus dan 6
UF). Isolat yang berpotensi sebagai agens antagonis adalah isolat Trichoderma sp.
2 dengan persentase penghambatan terhadap cendawan patogen G. boninense
dengan persentase 76%. Isolat ini ditemukan pada rizosfer palem liar (PLS dan

PLdK) dan kelapa sawit (H04 a dan H04 c), selain itu didapatkan beberapa isolat
(Chrysosporium sp. dan Penicillium sp. 13) yang dapat menghasilkan antibiosis.
Kata kunci: Ganoderma boninense, Penicillium, Trichoderma.

ii

iii

ABSTRACT
KAVY SHOBAH. Fungal diversity in the Rhizosphere of Oil Palm and Wild
Palm. Guided by EFI TODING TONDOK.
Oil palm is a major estate crops in Indonesia. Basal Stem Rot (Ganoderma
boninense) is an important disease of oil palm which may cause 80% yield losses.
Rhizosphere is an ideal habitat for soil microorganisms to live, including
antagonist agents. The aim of this research were to explore fungal diversity from
rhizosphere of oil palms and wild palms and to evaluate their ability to suppress
the development of G. boninense in-vitro. Soil samples were taken from Jambi
province in two groups of oil palm, Bukit Harapan (H04 a,b,c) and Bukit
Duabelas (B04 a,b,c) for oil palm plantations, forest rubber (PLK), forest near
rubber plantation (PLdK), in oil palm plantation (PLS) for wild palms. Diversity

and abundance of fungal were observed by serial dilution and plating method. The
highest abundance of soil fungi was found from oil palm B04 a with total of 4.9 x
106 cfu/g and the lowest was found from oil palm plantation B04 b with total of
0.3 x 105 cfu/g. The diversity of soil fungi from the highest to the lowest was as
follows, wild palm (8 genus and 13 UF), H04 (6 genus and 9 UF), and B04 (4
genus and 6 UF). Trichoderma sp. 2 isolate was the most potentially applied as
biocontrol agents with 76% growth inhibition of G. boninense. This isolate was
found at wild palms (PLS and PLdK) and oil palms (H04 a dan H04 c)
rizhosphere. Some isolated fungi (Chrysosporium sp. and Penicillium sp. 13) also
have antibiosis activities.
Keywords: Ganoderma boninense, Penicillium, Trichoderma.

iv

v

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

6

vii

KEANEKARAGAMAN CENDAWAN PADA RIZOSFER
KELAPA SAWIT DAN PALEM LIAR

KAVY SHOBAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii

ix

Judul Skripsi

: Keanekaragaman Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit
dan Palem Liar
Nama Mahasiswa : Kavy Shobah
NIM
: A34090075


Disetujui oleh

Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus:

x

xi

PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Keanekaragaman Cendawan pada
Rizosfer Kelapa Sawit dan Palem Liar”. Penulisan tugas akhir penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc. sebagai
dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan,
saran, arahan, dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga diucapkan
kepada Prof. Dr. Ir Aunu Rauf M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama ini. Terima kasih kepada Dr. Ir. Nina Maryana,
M.Si. sebagai dosen penguji tamu dan Dr. Ir. Giyanto, M.Si. sebagai dosen
moderator pada seminar tugas akhir saya yang telah memberikan kritik dan saran
untuk menyempurnakan penulisan tugas akhir ini serta Dr. Ir. Titiek Siti Yuliani,
S.U yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis
ketika penulis sedang sakit.
Terima kasih kepada orangtua penulis Bapak Mustaman dan Ma’e Zahroh
serta kakak-kakak dan adik yang selalu memberikan doa semangat dan dukungan
dalam belajar. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada teman-teman
Laboratorium Mikologi Tumbuhan, teman-teman Proteksi Tanaman 46, Proteksi
Tanaman 47 khususnya Ridho, Fahmi, Iwan, Nazir, Doni, Nce serta kakak tingkat

dan juga teman-teman lainnya di Departemen Proteksi Tanaman yang tidak bisa
disebutkan satu per satu dalam mendukung terlaksananya tugas akhir penelitian
penulis, serta pihak lain yang turut mambantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
Pada penulisan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap ada masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memotivasi penulis agar dapat menuliskan karya tulis yang lebih
baik. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Februari 2015
Kavy Shobah

xii

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix

DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHU LUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
BAHAN DAN METODE
3
Tempat dan Waktu
3
Bahan dan Alat
3
Metode
3
Sampel Tanah
3

Isolasi Cendawan Tanah
3
Penghitungan Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan
3
Uji Antagonisme in vitro
4
Identifikasi
4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan
5
Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan pada Rizosfer Palem Liar
6
Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit di
Bukit Harapan
8
Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit di
Bukit Duabelas
8
Uji Antagonisme Cendawan Rizosfer terhadap G. boninense in vitro
9
Identifikasi Cendawan
12
Absidia sp.
12
Acremonium sp.
12
Aspergillus sp.
12
Chrysosporium sp.
12
Fusarium sp.
12
Gongronella sp.
13
Mortierella sp.
13
Paecilomyces sp.
13
Penicillium sp.
13
Pestalotia sp.
13
Trichoderma sp.
14
Unidentified fungi 1
14
Unidentified fungi 2
14
Unidentified fungi 3
14
Unidentified fungi 4
14
Unidentified fungi 5
14
Unidentified fungi 6
15
Unidentified fungi 7
15
Unidentified fungi 8
15

xiv

xv

Unidentified fungi 9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

15
22
22
22
23
25
28

xvi

xvii

DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Kelimpahan dan keanekaragaman cendawan pada setiap sampel
Keberadaan cendawan tanah di setiap sampel
Persentase penghambatan cendawan uji terhadap G. boninense pada 5
hsp
Hasil identifikasi cendawan rizosfer

6
7
11
15

DAFTAR GAMBAR

1

2
3
4
5
6

Hasil pencawanan pada media MA dari pengenceran 10-3 setiap sampel:
(a) PLK, (b) PLS, (c) PLdK, (d) H04 a, (e) H04 b, (f) H04 c, (g) B04 a,
(h) B04 b, (i) B04 c
5
Kelimpahan cendawan pada rizosfer palem liar
8
Kelimpahan cendawan pada rizosfer kelapa sawit di Bukit Harapan
9
Kelimpahan cendawan pada rizosfer kelapa sawit di Bukit Duabelas
9
Morfologi G. boninense: (a) makroskopi, (b) clamp connection
10
Hasil uji antagonisme cendawan uji dengan G. boninense pada 5 hsp: (a)
kontrol, (b) kompetisi (Trichoderma sp.2), (c) antibiosis (Penicillium sp.
13), (d) seperti zona bening (Uf 7)
11

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5

Beberapa isolat cendawan yang berhasil diisolasi dari tanah tetapi
terkontaminasi sehingga tidak dapat diidentifikasi lebih lanjut
Kelimpahan cendawan pada rizosfer palem liar
Kelimpahan cendawan pada rizosfer kelapa sawit di Bukit Harapan
Kelimpahan cendawan pada rizosfer kelapa sawit di Bukit Duabelas
Daftar sidik ragam penghambatan G. boninense oleh cendawan rizosfer

26
26
27
27
27

xviii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi utama perkebunan di
Indonesia. Produksi minyak sawit (crude palm oil/ CPO) di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 produksi CPO
sebesar 21.9 juta ton, tahun 2011 sebesar 23 juta ton, tahun 2012 sebesar 23.5 juta
ton dan pada tahun 2013 diperkirakan meningkat produksinya sebesar 24.4 juta
ton (Ditjenbun 2013b). Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan
produksi CPO yaitu semakin meluasnya areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia. Pada tahun 2010 luas area perkebunan kelapa sawit mencapai 8.3 juta
hektar dan diperkirakan meningkat menjadi 9.1 juta hektar pada tahun 2013
(Ditjenbun 2013a).
Peningkatan luas area perkebunan monokultur kelapa sawit dapat
menyebabkan pengaruh buruk pada ekosistem tersebut. Salah satunya adalah
banyaknya serangan patogen pada perkebunan kelapa sawit yang dapat
menyebabkan penurunan produktivitas perkebunan tersebut. Patogen utama yang
menyerang kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia adalah cendawan Ganoderma
boninense yang menyebabkan penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Menurut
Paterson (2007), tanaman yang terinfeksi oleh G. boninense akan terdegradasi
ligninnya karena cendawan bersifat lignolitik dan lama kelamaan akan mengalami
kematian. Penyakit ini telah menyebabkan kematian kelapa sawit hingga 80% di
beberapa perkebunan sawit di Indonesia (Susanto 2002). Keparahan yang
diakibatkan oleh cendawan ini akan terus meningkat dengan banyaknya
perkebunan monokultur kelapa sawit (Turner 1981). Menurut Magurran (1987),
keanekaragaman dalam suatu ekosistem sangat penting karena dapat dijadikan
sebagai indikator kesehatan suatu ekosistem tersebut, termasuk di dalamnya
adalah keanekaragaman mikroba tanah dalam ekosistem tersebut.
Adanya serangan cendawan patogen pada perkebunan kelapa sawit diduga
oleh rendahnya keanekaragaman mikroba tanah yang dapat berkompetisi dengan
patogen tersebut. Salah satu habitat mikroba tanah adalah rizosfer. Rizosfer adalah
tanah di sekitar perakaran tumbuhan yang banyak mengandung nutrisi dan
mikroba. Rizosfer juga merupakan daerah yang dapat mengubah keanekaragaman
mikroba, meningkatkan aktivitas dan jumlah organisme, serta terdapat interaksi
yang kompleks antara mikroba dengan akar. Keanekaragaman suatu mikroba
dalam rizosfer sangat tinggi karena kandungan bahan organiknya melimpah yang
berasal dari eksudat akar tumbuhan (Kennedy 2005).
Komunitas mikroba di dalam rizosfer memiliki perannya masing-masing,
seperti dapat merangsang pertumbuhan tanaman, netral atau sebagai patogen
(Kennedy 2005), sehingga eksplorasi mikroba tanah pada rizosfer kelapa sawit
dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mendapatkan agens antagonis bagi
patogen G. boninense. Keanekaragaman mikroba tanah termasuk di dalamnya
agens antagonis meningkat dengan beragamnya tumbuhan di ekosistem tersebut
(Zak et al. 2003). Eksplorasi agens antagonis yang berasal dari rizosfer palem
yang hidup liar di hutan juga diperlukan karena tumbuhan palem tersebut jarang
terserang patogen. Hal ini disebabkan ekosistem palem tersebut lebih seimbang.

2
Keseimbangan ekosistem tersebut disebabkan oleh banyaknya interaksi antara
organisme di dalam ekosistem tersebut.
Hasil penelitian Izzati dan Abdullah (2008), serangan patogen G. boninense
pada kelapa sawit dapat ditekan dengan cendawan Trichoderma harzianum dari
70% menjadi 5%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa aplikasi bakteri
kitinolitik (isolat TB41 atau AL11) yang dikombinasikan dengan Fungi Mikoriza
Arbuskular (FMA) hasil dari eksplorasi rizoser dapat meningkatkan kolonisasi
FMA pada akar bibit sawit dan dapat menekan keparahan penyakit G. boninense
(Nildayanti 2011). Oleh karena itu, informasi mengenai keanekaragaman
cendawan tanah pada rizosfer kelapa sawit dan palem liar dapat menjadi sebuah
bahan untuk mengendalikan patogen pada kelapa sawit.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan
cendawan pada rizosfer kelapa sawit dan palem liar serta potensinya sebagai
agens hayati.
Manfaat Penelitian
Penelitian tentang cendawan pada rizosfer kelapa sawit dan beberapa palem
liar akan memberikan informasi tentang keanekaragaman dan kelimpahan
cendawan rizosfer untuk menemukan peranannya sebagai salah satu agens hayati
yang dapat bermanfaat dalam penelitian selanjutnya.
.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB). Sampel tanah
berasal dari Bukit Harapan dan Bukit Duabelas di Provinsi Jambi. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Maret 2013 sampai Desember 2014.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah
sampel tanah dari rizosfer, media Martin Agar (MA), media Potato Dextrose Agar
(PDA). Alat-alat yang digunakan antara lain cawan petri, tabung reaksi, laminar
air flow, dan mikroskop cahaya.
Metode
Sampel Tanah
Sampel tanah yang digunakan berjumlah 9, yaitu 3 sampel berasal dari
rizosfer perkebunan kelapa sawit di Bukit Harapan Jambi (H04 a, b, c), 3 sampel
dari perkebunan kelapa sawit di Bukit Duabelas Jambi (B04 a, b, c) dan 3 sampel
dari rizosfer palem liar dengan 3 ekosistem yang berbeda-beda, yaitu palem liar
yang tumbuh di dalam hutan karet (PLK), palem liar yang tumbuh di hutan dekat
area perkebunan karet (PLdK) dan palem liar yang tumbuh di area perkebunan
sawit (PLS).
Isolasi Cendawan Tanah
Isolasi cendawan tanah dilakukan dengan metode pengenceran dan
pencawanan. Sebanyak 10 g sampel tanah dilarutkan di dalam 90 ml air steril
sehingga didapat suspensi tanah. Suspensi diguncang dengan menggunakan alat
orbital shaker selama 2 jam dengan kecepatan 150 rpm. Suspensi kemudian
diencerkan segera secara seri dengan cara mencampurkan 1 ml suspensi tanah
dengan 9 ml air steril dalam tabung reaksi sehingga didapat pengenceran 10 -2.
Pengenceran terus dilakukan hingga tingkat pengenceran 10-4. Untuk pengenceran
10-3 sampai 10-4 diambil 1 ml kemudian dibiakkan dalam media MA dengan
masing-masing 3 ulangan. Hasil biakan diamati selama 7 hari setelah pencawanan
(HSP). Setiap koloni cendawan yang tumbuh dicatat, dihitung jumlahnya dan
dikelompokkan berdasarkan bentuk dan warna koloni kemudian dimurnikan pada
media PDA.
Penghitungan Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan
Keanekaragaman cendawan ditentukan dengan mengelompokkan koloni
berdasarkan perbedaan bentuk koloni, warna permukaan atas dan bawah, serta
tepiannya. Kelimpahan cendawan ditentukan dengan menghitung langsung koloni
yang tumbuh pada media MA, kemudian dihitung per satuan colony forming unit
(cfu). Koloni yang dihitung per satuan cfu adalah koloni yang jumlahnya di antara
8-80 koloni per cawan petri (Sutton 2006). Untuk mengetahui kelimpahan per cfu
digunakan rumus:

4
Kelimpahan cfu/g =
Uji Antagonisme in vitro
Uji antagonisme dilakukan untuk mengetahui potensi isolat cendawan yang
didapatkan. Uji antagonisme dilakukan terhadap cendawan patogen G. boninense
yang diperoleh dari koleksi Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen
Proteksi Tanaman IPB. Pengujian dilakukan pada media PDA dengan mengikuti
metode Li et al. (2007), potongan isolat cendawan tanah berdiameter 5 mm
diletakkan tepat di tengah cawan petri berdiameter 85 mm dan potongan
cendawan G. boninense berdiameter 5 mm diletakkan pada media dengan jarak
21.25 mm di samping isolat cendawan rizosfer baik sisi vertikal atau horizontal,
sedangkan untuk kontrol adalah media yang hanya berisi 4 potongan cendawan G.
boninense. Tiap pengujian dilakukan 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan
selama 7 hari dengan mengukur diameter koloni G. boninense pada kontrol (r1)
dan diameter koloni G. boninense pada perlakuan (r2) dan untuk mengetahui
persentase penghambatannya dihitung dengan rumus:
P = (r1˗r2) / r1 x 100%
keterangan:
P
= persentase penghambatan (%)
r1
= diameter koloni cendawan patogen pada kontrol
r2
= diameter koloni cendawan patogen pada perlakuan
Identifikasi
Koloni cendawan yang tumbuh pada media MA kemudian dimurnikan pada
media PDA, lalu diidentifikasi berdasarkan morfologinya dengan bantuan kunci
identifikasi (Watanabe 2002). Untuk memperoleh struktur cendawan yang
lengkap, dibuat agar blok dari media PDA yang diinokulasi isolat cendawan dan
diletakkan di atas kaca preparat dan diinkubasi selama 2-7 hari sebelum diamati di
bawah mikroskop cahaya.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan untuk uji penghambatan G. boninense secara in vitro
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3
ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Microscoft Office Excel 2013 dan
analisis sidik ragam menggunakan program Statistical Analysis System (SAS)
versi 9.1.3. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan
dengan taraf α = 5% (Mattjik & Sumertajaya 2006), sedangkan untuk data jumlah
koloni dan keanekaragaman cendawan hanya dihitung dan dianalisis dengan
menggunakan Microscoft Office Excel 2013.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan
Keanekaragaman dan kelimpahan cendawan ditentukan dengan banyaknya
koloni cendawan yang tumbuh pada media MA. Setiap sampel rizosfer yang
diisolasi pada media MA menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rata-rata koloni
yang tumbuh pada media MA dari pengenceran 10-3 masih cukup rapat dan
banyak kecuali pada sampel B04 b, B04 c dan PLK (Gambar 1).

b

a

f

Gambar 1

d

c

g

h

e

i

Hasil pencawanan pada media MA dari pengenceran 10-3 setiap
sampel: (a) PLK, (b) PLS, (c) PLdK, (d) H04 a, (e) H04 b, (f) H04 c,
(g) B04 a, (h) B04 b, (i) B04 c

Dari 9 sampel yang diisolasi, kelimpahan cendawan tertinggi dihasilkan
oleh sampel B04 a yang berasal dari rizosfer perkebunan kelapa sawit di Bukit
Duabelas sebesar 4.9 x 106 cfu/g, sedangkan kelimpahan cendawan terendah
berasal dari sampel B04 b sebesar 0.3 x 105 cfu/g yang juga berasal dari
perkebunan kelapa sawit di Bukit Duabelas. Berdasarkan bentuk, warna dan
tepian koloni, dari 9 sampel tersebut didapatkan 59 isolat cendawan.
Keanekaragaman cendawan dari yang tertinggi adalah sampel dari rizosfer kelapa
sawit di bukit Harapan dengan 30 macam isolat, kemudian sampel dari palem liar
dengan 27 isolat, dan keanekaragaman terendah berasal dari rizosfer kelapa sawit
di Bukit Duabelas dengan 16 isolat. Untuk keanekaragaman cendawan per
sampel, keanekaragaman tertinggi berasal dari sampel H04 a dengan 22 isolat,
sedangkan yang terendah berasal dari sampel B04 a dengan 8 isolat (Tabel 1).
Keanekaragaman mikroba tanah akan meningkat dengan beragamnya
tumbuhan di ekosistem tersebut (Zak et al. 2003). Selain itu, keanekaragaman
mikroba tanah juga lebih dipengaruhi oleh banyaknya senyawa organik yang
dihasilkan oleh tanaman tersebut. Hasil eksplorasi cendawan tanah yang
dilakukan Puangsombat et al. (2010) di 5 tipe lahan yang berbeda juga didapatkan
bahwa indeks keanekaragaman cendawan di lahan nanas lebih tinggi daripada di
hutan sekunder. Menurut Shi et al. (2013), keanekaragaman cendawan tanah pada
berbagai tipe hutan dipengaruhi oleh suhu, garis lintang dan keanekaragaman
tumbuhan. Keanekaragaman cendawan tertinggi didapatkan dari hutan dengan
keanekaragaman tumbuhan terendah atau di hutan iklim sedang.

6
Tabel 1 Kelimpahan dan keanekaragaman cendawan pada setiap sampel
Sampel tanah
Palem liar
PLK
PLS
PLdK
Kelapa sawit Bukit Harapan
H04 a
H04 b
H04 c
Kelapa sawit Bukit Duabelas
B04 a
B04 b
B04 c

Kelimpahan
cendawan (cfu/g)
4.6 x 105
3.4 x 106*
4.4 x 106
3.9 x 106
2.8 x 106
5.8 x 105
4.9 x 106
0.3 x 105
3.0 x 105

Keanekaragaman jenis
cendawan
27
14
13
10
30
22
14
16
16
8
13
9

*angka estimasi. PLK: palem liar di hutan karet. PLS: palem liar di kebun sawit. PLdK: palem liar di hutan
dekat kebun karet.

Semua isolat yang ditemukan, banyak yang ditemukan hanya dari satu
sampel saja, dan hanya isolat Penicillium sp. 12 yang ditemukan di setiap sampel
(Tabel 2). Cendawan Penicillium merupakan cendawan yang sering ditemukan di
tanah sebagai saprofit. Hasil penelitian Makut dan Owolewa (2011), Penicillium
dan Aspergillus ditemukan hampir di setiap lokasi sampel. Unidentified fungi
(UF) 1-9 adalah kode untuk isolat cendawan yang belum diketahui taksonominya
dan UF 10-25 adalah cendawan yang telah diisolasi tetapi terkontaminasi dan mati
sebelum sempat diidentifikasi (Lampiran 1).
Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan pada Rizosfer Palem Liar
Sampel dari palem liar memiliki ekosistem yang berbeda-beda, yaitu palem liar
yang tumbuh di dalam hutan karet (PLK), palem liar yang tumbuh di hutan dekat
area perkebunan karet (PLdK) dan palem liar yang tumbuh di area perkebunan
sawit (PLS). Kelimpahan cendawan tertinggi didapatkan dari sampel PLdK
sebesar 4.4 x 106 cfu/g, dan kelimpahan terendah dari sampel PLK dengan 4.6 x
105 cfu/g. Pada sampel PLS didapatkan kelimpahan cendawan sebanyak 3.4 x 106
cfu/g (angka estimasi) (Tabel 1). Hasil kelimpahannya disebut sebagai angka
estimasi karena jumlah koloni cendawan pada setiap cawan dari sampel tidak
masuk dalam kategori jumlah koloni yang dapat yaitu antara 8-80 koloni (Tortora
et al. 2004; Sutton 2006). Total isolat yang didapatkan dari rizosfer palem liar
berjumlah 27 macam. Keanekaragaman cendawan yang dihasilkan dari setiap
sampel ini tidak terlalu berbeda, berikut urutan dari yang tertinggi, yaitu PLK (14
isolat), PLS (13 isolat), dan PLdK (10 isolat). Pada sampel PLK, isolat yang
dominan adalah isolat UF 15 dengan kelimpahan 80 x 10⁴ cfu/g dan pada sampel
PLS dan PLdK didominasi oleh isolat UF 16 dengan kelimpahan secara berturutturut adalah 493 x 104 cfu/g dan 177 x 104 cfu/g (angka estimasi) (Lampiran 2).
Isolat yang selalu ditemukan di ketiga sampel rizosfer palem liar adalah
Penicillium sp. 2, Trichoderma sp. 1, Gongronella sp. 1 dan Penicillium sp. 12.
Pada lokasi ini keanekaragaman genus cendawan lebih beragam (8 genus dan 13
UF) (Gambar 2).

7
Tabel 2 Keberadaan cendawan tanah di setiap sampel
Isolat
Absidia sp.
Acremonium sp.
Aspergillus sp. 1
Aspergillus sp. 2
Chrysosporium sp.
Fusarium sp. 1
Fusarium sp. 2
Gongronella sp. 1
Gongronella sp. 2
Mortierella sp. 1
Mortierella sp. 2
Paecilomyces sp. 1
Paecilomyces sp. 2
Penicillium sp. 1
Penicillium sp. 2
Penicillium sp. 3
Penicillium sp. 4
Penicillium sp. 5
Penicillium sp. 6
Penicillium sp. 7
Penicillium sp. 8
Penicillium sp. 9
Penicillium sp. 10
Penicillium sp. 11
Penicillium sp. 12
Penicillium sp. 13
Penicillium sp. 14
Penicillium sp. 15
Penicillium sp. 16
Penicillium sp. 17
Pestalotia spp.
Trichoderma sp. 1
Trichoderma sp. 2
Trichoderma sp. 3
UF* 1
UF 2
UF 3
UF 4
UF 5
UF 6
UF 7
UF 8
UF 9
UF 10
UF 11
UF 12
UF 13
UF 14
UF 15
UF 16
UF 17
UF 18
UF 19
UF 20
UF 21
UF 22
UF 23
UF 24
UF 25
Jumlah
*

PLK














14

PLS













13

PLdK










10

H04 a






















22

H04 b














14

H04 c
















16

B04 a








8

B04 b













13

B04 c









9

UF (unidentified fungi). PLK: palem liar di hutan karet. PLS: palem liar di kebun sawit. PLdK: palem liar di hutan dekat
kebun karet. H04 a, b, c: kelapa sawit di Bukit Harapan. B04 a, b, c: kelapa sawit di Bukit 12.

8

Gambar 2

Kelimpahan cendawan pada rizosfer palem liar, PLK: palem liar di
hutan karet, PLS: palem liar di kebun sawit, PLdK: palem liar di
hutan dekat kebun karet

Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit di
Bukit Harapan
Isolat yang didapatkan dari Bukit Harapan ada 30 macam. Keanekaragaman
cendawan dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah H04 a (22 isolat), H04
c (16 isolat), dan H04 b (14 isolat) sedangkan kelimpahan cendawan dari yang
tertinggi sampai terendah adalah H04 a (3.9 x 106 cfu/g), H04 b (2.8 x 106 cfu/g),
dan H04 c (5.8 x 105 cfu/g). Isolat yang dominan pada sampel H04 a adalah
Penicillium sp. 5 dengan kelimpahan 33.3 x 104 cfu/g, pada sampel H04 b
didominasi oleh isolat Penicillium sp. 12 dengan kelimpahan 34.3 x 104 cfu/g dan
isolat yang dominan pada sampel H04 c adalah isolat Paecilomyces sp. 2 dengan
kelimpahan 83.3 x 104 cfu/g (Lampiran 3). Isolat yang ditemukan pada ketiga
sampel adalah Penicillium sp. 1, Penicillium sp. 4, Penicillium sp. 9, Penicillium
sp. 12, Mortierella sp. 1 Paecilomyces sp. 2 dan UF 6. Pada lokasi ini
keanekaragaman genusnya lebih sedikit dari lokasi palem liar yaitu 6 genus dan 9
UF karena didominasi oleh cendawan dari genus Penicillum (Gambar 3).
Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan pada Rizosfer Kelapa Sawit di
Bukit Duabelas
Isolat yang diperoleh dari lokasi ini sebanyak 16 macam, jumlah ini
merupakan jumlah terendah dari 2 lokasi lainnya. Sampel B04 a merupakan
sampel dengan keanekaragaman terendah (8 macam isolat) dari seluruh sampel
meskipun kelimpahannya adalah yang tertinggi, yaitu 4.9 x 106 cfu/g, sedangkan
sampel B04 b memiliki kelimpahan terendah (0.3 x 105 cfu/g) dari seluruh sampel
akan tetapi keanekaragamannya lebih tinggi dari sampel B04 a yaitu 13 macam
isolat. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dengan kelimpahan cendawan tertinggi
belum tentu memiliki keanekaragaman yang tinggi juga. Ini bisa disebabkan
karena adanya dominasi suatu cendawan terhadap cendawan lainnya. Sampel B04
a didominasi oleh isolat Penicillium sp. 2 dan Penicillium sp. 12 dengan
kelimpahan masing-masing adalah 96.7 x 104 cfu/g dan 50.3 x 104 cfu/g
sedangkan isolat lainnya kelimpahannya hanya berkisar antara 0.3-0.7 x 104 cfu/g
(Lampiran 4). Isolat yang ditemukan di setiap sampel adalah isolat Penicillium sp.
2, Penicillium sp. 12, Penicillium sp. 17, UF 6 dan UF 20. Keanekaragaman genus

9
cendawan di Bukit 12 merupakan yang terendah (4 genus dan 6 UF) dan
didominasi oleh genus Penicillium (Gambar 4).

Gambar 3 Kelimpahan cendawan pada rizosfer kelapa sawit di Bukit Harapan

Gambar 4 Kelimpahan cendawan pada rizosfer kelapa sawit di Bukit Duabelas
Uji Antagonisme Cendawan Rizosfer terhadap G. boninense in vitro
Uji antagonisme dilakukan untuk mengetahui kemampuan cendawan
rizosfer dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen. Mekanisme
penghambatan yang umum terjadi adalah antibiosis, kompetisi, mikoparasitisme,
enzim pendegradasi dinding sel dan induksi resistensi. Mekanisme antagonisme
dapat melibatkan semua mekanisme penghambatan atau hanya salah satu dari
mekanisme tersebut. Salah satu cendawan antagonis yang dapat menghambat
patogen dengan berbagai macam mekanisme antagonisme adalah cendawan dari
genus Trichoderma yang dapat menghasilkan beberapa senyawa antibiotik
(Gliovirin, Gliotoksin, Akyl pyrones dan Peptaibol antibioik), enzim pendegradasi
dinding sel (enzim kitinolitik dan glukanase), kompetisi ruang dan nutrisi dan
mikoparasitisme (Lo 1998).
Uji antagonisme dilakukan dengan menguji isolat cendawan tanah (43
isolat) yang ditemukan dengan cendawan G. boninense. Pada media PDA,
cendawan ini memiliki miselium berwarna putih, melekat di permukaan media
dan perkembangannya cepat. Pada umur 9 hari, miselium cendawan ini sudah
memenuhi permukaan media. Struktur hifa cendawan ini bersekat dan terdapat
clamp connection pada sekat hifanya (Gambar 5).

10

a

b

Gambar 5 Morfologi G. boninense: (a) makroskopi, (b) clamp connection
Hasil pengujian antagonisme antara cendawan rizosfer dengan cendawan
patogen G. boninense didapatkan beberapa mekanisme penghambatan.
Mekanisme penghambatan yang banyak didapat adalah adanya kompetisi ruang
dan nutrisi antara cendawan uji dengan G. boninense yang salah satunya
ditunjukkan oleh perlakuan Trichoderma sp. 2. Pada perlakuan ini terlihat bahwa
miselium dari Trichoderma sp. 2 menyebar ke seluruh permukaan media yang
menyebabkan koloni dari G. boninense tidak dapat berkembang dan diduga terjadi
mekanisme penghambatan yang lain karena koloni cendawan G. boninense
berubah warnanya dari putih menjadi kecoklatan (Gambar 6b). Isolat ini juga
menghasilkan persentase penghambatan yang tertinggi terhadap cendawan G.
boninense yaitu sebesar 76.183% (Tabel 3).
Mekanisme penghambatan lainnya adalah mekanisme antibiosis yang
ditandai dengan adanya zona bening di antara pertemuan koloni cendawan uji
dengan koloni cendawan patogen. Isolat yang menunjukkan mekanisme ini yaitu
isolat Penicillium sp. 13 dan Chrysosporium sp. dengan lebar zona bening sebesar
1.08 mm dan 3.42 mm (Gambar 6c). Selain kedua mekanisme tersebut didapatkan
juga mekanisme penghambatan yang lain, yaitu terbentuknya suatu zona seperti
zona bening. Zona tersebut dapat terbentuk diduga karena pengaruh antibiosisnya
tidak bertahan lama, sehingga miselium yang awalnya terhambat, dapat tumbuh
kembali yang lebih tipis dari miselium yang menjauhi isolat uji. Isolat yang
menunjukkan mekanisme ini adalah Aspergillus sp. 1 dan UF 7 dengan lebar 2.42
mm dan 3 mm (Gambar 6d). Hasil penelitian Makut dan Owolewa (2011)
menunjukkan bahwa cendawan Aspergillus flavus dan Penicillium sp.
menghasilkan senyawa antibiotik yang ditunjukkan dengan adanya zona bening
pada uji penghambatan terhadap Candida albicans sebesar 12 mm.
Pada perlakuan uji antagonisme yang lain, persentase penghambatan yang
tinggi juga ditunjukkan oleh cendawan Penicillium sp. 2 dan Aspergillus sp. 2
sebesar 75.584% dan 74.990%. Hasil ini tidak berbeda nyata dengan hasil yang
ditunjukkan oleh cendawan Trichoderma sp. 2 berdasarkan uji Duncan (α= 0.05)
(Tabel 3 dan Lampiran 5). Hasil pengujian kedua cendawan tersebut memang
tinggi akan tetapi perlu diperhatikan keamanannya bagi tumbuhan maupun
manusia karena kedua cendawan tersebut juga dapat menghasilkan senyawa
aflatoksin yang beracun dan sering mengontaminasi pada tanaman (Wilson dan
Payne 1994). Pada perlakuan isolat Acremonium sp. dan UF 3 tidak terjadi
penghambatan pada G. boninense, yang ditunjukkan nilai penghambatan yang
negatif (Tabel 3). Hal ini dikarenakan pertumbuhan isolat cendawan Acremonium
sp. yang lebih lambat dari cendawan G. boninense.

11

a

b

c

d

Gambar 6 Hasil uji antagonisme cendawan uji dengan G. boninense pada 5 hsp:
(a) kontrol, (b) kompetisi (Trichoderma sp. 2), (c) antibiosis
(Penicillium sp. 13), (d) seperti zona bening (Uf 7)
Tabel 3 Persentase penghambatan cendawan uji terhadap G. boninense pada 5
hsp
Isolat
Daya hambat1 (%)
Isolat
Daya hambat1 (%)
Trichoderma sp. 2
76.183a
Penicillium sp. 13
24.471ghij
Penicillium sp. 2
75.584a
UF 2
24.402ghij
Aspergillus sp. 2
74.990a
Penicillium sp. 7
23.218ghij
Trichoderma sp. 3
70.804ab
Chrysosporium sp.
22.873ghij
Penicillium sp. 1
69.305ab
Penicillium sp. 9
22.576ghij
Trichoderma sp. 1
63.776abc
Penicillium sp. 8
22.370ghijk
Penicillium sp. 17
61.219abc
UF 7
22.050ghijk
Penicillium sp. 5
57.517bcd
Penicillium sp. 4
21.158hijk
Penicillium sp. 6
56.732bcd
Gongronella sp. 2
20.861hijk
Penicillium sp. 14
53.729cd
Mortierella sp. 2
17.693hijkl
Penicillium sp. 10
45.867de
Mortierella sp. 1
17.693hijkl
Paecilomyces sp. 2
44.911de
Paecilomyces sp. 1
16.917hijklm
Penicillium sp. 15
43.397def
UF 4
15.740hijklm
Penicillium sp. 11
37.760efg
UF 9
13.172hijklmn
Absidia sp.
37.590efg
Gongronella sp. 1
11.100ijklmn
Penicillium sp. 12
29.059fgh
UF 8
9.187jklmno
Penicillium sp. 16
28.331gh
Fusarium sp. 1
6.265klmno
Aspergillus sp. 1
27.767gh
Pestalotia sp.
4.596lmno
UF2 6
26.915ghi
UF 1
1.323mnop
UF 5
26.388ghi
Kontrol
0.000nop
Fusarium sp. 2
25.785ghi
UF 3
-5.535op
Penicillium sp. 3
25.740ghi
Acremonium sp.
-11.702p
1
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Duncan). 2UF (unidentified fungi).

Cendawan Trichoderma sp. 2 yang menghasilkan persentase penghambatan
tertinggi terhadap cendawan patogen G. boninense didapatkan dari sampel palem
liar (PLdK dan PLS) dan perkebunan kelapa sawit Bukit Harapan (H04 a dan H04
c), sedangkan pada sampel perkebunan kelapa sawit Bukit Duabelas tidak
ditemukan cendawan ini. Cendawan ini paling banyak ditemukan pada sampel
PLdK sebesar 8.7 x 104 cfu/g. Sampel ini berasal dari hutan di dekat area kebun
karet yang diduga ekosistemnya lebih seimbang karena keanekaragaman
tumbuhan di dalamnya yang mempengaruhi keseimbangan mikroba tanah
termasuk cendawan di dalamnya.

12
Identifikasi Cendawan
Isolat cendawan yang diidentifikasi berjumlah 43 dari 59 isolat. Hal ini
disebabkan adanya isolat yang terkontaminasi dengan cendawan lain yang tidak
dapat dimurnikan kembali selama proses penelitian. Identifikasi cendawan
dilakukan dengan mengamati morfologi cendawan secara mikroskopis pada
mikroskop cahaya dan morfologi koloni pada media PDA dengan mengacu
kepada buku Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi (Watanabe 2002) (Tabel 4).
Hasil identifikasi dari 43 isolat cendawan diperoleh 11 genus cendawan dan 9
cendawan yang belum teridentifikasi. Sebelas genus tersebut yaitu Absidia,
Acremonium, Aspergillus, Chrysosporium, Fusarium, Gongronella, Mortierella,
Paecilomyces, Penicillium, Pestalotia dan Trichoderma.
Absidia sp.
Cendawan Absidia sp. memiliki miselium aerial, awalnya berwarna putih
kemudian berubah menjadi kecoklatan dan pertumbuhannya cepat. Struktur
mikroskopisnya berupa hifa aseptat, sporangiofornya bercabang atau tidak, lurus
atau melengkung, kolumela berbentuk agak bulat, hialin dan berada diujung
sporangiofor, sporangium bulat dan sporangiosporanya berbentuk elips dan hialin.
Acremonium sp.
Cendawan ini memiliki morfologi berupa miselium berwarna putih pada
awalnya kemudian muncul warna hitam, miselium padat, melekat di media dan
permukaannya kasar. Struktur mikroskopis cendawan ini berupa hifa bersekat,
konidiofor panjang atau pendek, bercabang atau tidak, dan terdapat kumpulan
konidia di ujungnya. Konidia berbentuk lonjong dan agak gelap.
Aspergillus sp.
Cendawan Aspergillus sp. yang didapatkan memiliki miselium berwarna
hitam (Aspergillus sp. 2) dan miselium berwarna coklat (Aspergillus sp. 1) serta
permukaan koloni bertepung. Struktur mikroskopisnya berupa hifa bersekat,
konidiofor panjang dan tidak bercabang, ujung konidiofor membengkak atau
disebut vesikel dan merupakan tempat melekatnya kumpulan fialid, konidia bulat
dan tersusun berantai.
Chrysosporium sp.
Cendawan ini memiliki miselium berwarna putih dan mengembang seperti
kapas di bagian tengah sedangkan di bagian samping melekat di permukaan media
dan berwarna kecoklatan. Struktur hifa cendawan ini bersekat, konidiofor pendek
atau tidak ada, konidia melekat diujung konidiofor atau menempel langsung di
hifa. Konidia berbentuk bulat agak lonjong seperti buah pir dan berwarna
kecoklatan.
Fusarium sp.
Cendawan ini memiliki miselium aerial, tidak padat, awalnya berwarna
putih, kemudian berubah keunguan (Fusarium sp. 1) dan ada yang berwarna putih
kecoklatan (Fusarium sp. 2). Cendawan Fusarium memiliki hifa bersekat,
konidiofor panjang atau pendek. Konidianya hialin berupa makrokonidia dan

13
mikrokonidia, makrokonidia berbentuk seperti bulan sabit dan bersekat sedangkan
mikrokonidia berbentuk elips atau oval.
Gongronella sp.
Miselium cendawan ini berwarna putih, aerial seperti kapas dan
pertumbuhannya cepat. Struktur hifanya tidak bersekat, sporangiofornya
bercabang atau tidak, kolumela bulat dan hialin berada di ujung sporangiofor,
sporangium bulat yang berisi sporangiospora di dalamnya. Sporangiospora
berbentuk elips dan hialin.
Mortierella sp.
Morfologi cendawan ini berupa miselium berwarna putih, tipis, melekat di
media, permukaannya halus dan lama kelamaan muncul bintil-bintil warna putih
(Mortierella sp. 1) dan ada yang permukaannya seperti bertepung (Mortierella sp.
2). Cendawan ini memiliki struktur hifa aseptat, sporangiofor panjang atau
pendek, bercabang atau tidak, terdapat kolumela diujung sporangiofor.
Sporangiospora mengumpul di kolumela, berbentuk bulat dan hialin.
Paecilomyces sp.
Cendawan Paecilomyces yang didapat memiliki miselium berwarna putih,
melekat di media dan bagian bawah berwarna merah muda (Paecilomyces sp. 1)
dan miselium berwarna merah muda (Paecilomyces sp. 2). Struktur hifanya
bersekat, konidiofor panjang, dan diujungnya terdapat kumpulan fialid, ada yang
tunggal, konidia menempel pada ujung fialid, tersusun berantai, berbentuk bulat
dan hialin.
Penicillium sp.
Genus cendawan Penicillium adalah yang paling banyak ditemukan dan
memiliki warna miselium yang bermacam-macam. Cendawan ini umumnya
memiliki miselium berwarna putih dan lama kelamaan berubah menjadi hijau,
hijau muda (Penicillium sp. 9, Penicillium sp. 13 dan Penicillium sp. 17), hijau tua
(Penicillium sp. 7, Penicillium sp. 8 dan Penicillium sp. 11) atau abu-abu
(Penicillium sp. 4). Selain itu isolat dibedakan dari warna tepian dan permukaan
bawah. Warna tepian dan permukaan bawah isolat juga bermacam-macam, yaitu
putih (Penicillium sp. 2), putih dan coklat ditengah (Penicillium sp. 16), jingga
(Penicillium sp. 15), coklat (Penicillium sp. 14, Penicillium sp. 5 dan Penicillium
sp.6), kuning kecoklatan (Penicillium sp. 1 dan Penicillium sp. 10), kuning dan
lama-kelamaan menjadi merah (Penicillium sp. 12 dan Penicillium sp. 3). Struktur
hifanya bersekat, konidiofor panjang, dan diujungnya terdapat kumpulan fialid,
konidia menempel pada ujung fialid, tersusun berantai, berbentuk bulat dan hialin.
Pestalotia sp.
Cendawan Pestalotia spp. memiliki miselium berwarna putih, awalnya
aerial kemudian melekat pada media, miselium berlapis-lapis seperti mahkota
bunga, dan lama kelamaan mucul bintil-bintil hitam. Struktur hifa bersekat,
konidia berbentuk kerucut, bersekat, sekatnya lebih gelap, di ujung konidia
terdapat seta sebanyak 2-3 dan di bagian pangkal konidia terdapat 1 pedisel
pendek.

14

Trichoderma sp.
Cendawan Trichoderma sp. pertumbuhannya sangat cepat, memiliki
miselium aerial, awalnya berwarna putih, kemudian berubah menjadi putih
kehijauan atau kuning kehijauan (Trichoderma sp. 1), hijau tua dan menggumpal
(Trichoderma sp. 2), dan ada yang bermiselium aerial pada awalnya kemudian
melekat dan menggumpal seluruhnya pada media berwarna hijau tua
(Trichoderma sp. 3). Struktur hifa cendawan ini bersekat, konidiofor bercabang
dan terdapat fialid disetiap percabangannya. Percabangan fialid ada yang rapat ada
yang renggang. Kumpulan konidia melekat diujung fialid, konidia berbentuk bulat
atau oval dan hialin.
Unidentified Fungi 1
Cendawan ini memiliki miselium aerial di bagian tengah koloni, dan bagian
sampingnya melekat di permukaan media. Miselium berwarna kuning kecoklatan
dan hitam dibagian tengah dan lama kelamaan koloni akan berwarna hitam
seluruhnya. Cendawan ini memiliki hifa bersekat, konidiofor panjang atau
pendek, konidia menempel di ujung konidiofor atau melekat langsung di hifa,
konidia berbentuk bulat atau seperti buah pir berwarna hitam.
Unidentified Fungi 2
Cendawan ini memiliki miselium aerial seperti kapas di bagian tengah dan
melekat di bagian samping, miselium berwarna putih di tengah dan keabuan di
bagian samping. Struktur hifa cendawan ini bersekat, konidiofor panjang atau
pendek, konidia melekat diujung konidiofor atau menempel langsung di hifa.
Konidia berbentuk bulat.
Unidentified Fungi 3
Cendawan ini memiliki miselium berwarna putih kecoklatan, melekat di
permukaan media. Struktur hifa cendawan ini bersekat, konidiofor atau fialid
panjang, konidia tersusun berantai atau tidak, hialin dan berbentuk elips.
Unidentified Fungi 4
Cendawan ini memiliki miselium berwarna kuning dan merah kecoklatan
yang membentuk lingkaran konsentris, melekat di permukaan media. Struktur hifa
cendawan ini tidak bersekat, sporangiofornya panjang, percabangannya didekat
pangkal, kolumela bulat dan hialin berada di ujung sporangiofor, sporangium
bulat yang berisi sporangiospora di dalamnya. Sporangiospora berbentuk elips dan
hialin.
Unidentified Fungi 5
Cendawan ini memiliki miselium berwarna kuning, melekat di permukaan
media dan terdapat struktur bintil-bintil kuning. Struktur hifa cendawan ini
bersekat, terdapar struktur seperti piknidia berwarna hitam, selain itu terdapat
struktur konidiofor dan konidia bulat yang tersusun berantai pada fialid.

15
Unidentified Fungi 6
Cendawan ini memiliki miselium berwarna putih dan kuning di bagian
tengah pada awalnya dan berubah kecoklatan, melekat di permukaan media.
Struktur hifa cendawan ini bersekat, terdapar struktur seperti piknidia berwarna
hitam, selain itu terdapat struktur konidiofor dan konidia bulat yang tersusun
berantai pada fialid.
Unidentified Fungi 7
Cendawan ini memiliki miselium berwarna kecoklatan, melekat di
permukaan media. Struktur hifa cendawan ini bersekat, terdapat struktur seperti
piknidia berwarna hitam, selain itu terdapat struktur konidiofor dan konidia bulat
yang tersusun berantai pada fialid.
Unidentified Fungi 8
Cendawan ini memiliki miselium aerial dan berwarna putih. Struktur hifa
cendawan ini bersekat, terdapat struktur konidia berbentuk lonjong, berwarna
gelap dan menempel pada konidiofor.
Unidentified Fungi 9
Cendawan ini memiliki miselium berwarna merah muda. Struktur hifa
cendawan ini bersekat, konidiofor panjang, dan terdapat fialid dengan
percabangan verticillate, konidia berbentuk oval, berwarna hialin dan tersusun
berantai.
Tabel 4 Hasil identifikasi cendawan rizosfer
Isolat
Absidia sp.

Koloni pada PDA

Struktur mikroskopis
sporangium

sporangiospora
sporangiofor
kolumela

Acremonium sp.

konidia

konidiofor

Aspergillus sp. 1
fialid
Kumpulan
konidia

konidiofor

vesikel

16

Isolat

Tabel 4 Hasil identifikasi ce ndawan rizosfer (lanjutan)
Koloni pada PDA
Struktur mikroskopis

Aspergillus sp. 2

Kumpulan
konidia
konidiofor
vesikel

Chrysosporium sp.
konidiofor

konidia

Fusarium sp. 1
makrokonidia

mikrokonidia

Fusarium sp. 2
mikrokonidia

makrokonidia
konidiofor

Gongronella sp. 1

sporangiofor

sporangiospora

sporangium
kolumela

Gongronella sp. 2

sporangium

kolumela

sporangiofor

apofisis

17
Tabel 4 Hasil identifikasi cendawan rizosfer (lanjutan)
Isolat
Mortierella sp. 1

Koloni pada PDA

Struktur mikroskopis
kolumela
Kumpulan
spora
klamidospora
sporangiofor

Mortierella sp. 2

sporangiospora

sporangiofor

kolumela
klamidospra

sporangiospora

Paecilomyces sp. 1

Konidia berantai

Fialid
tunggal

konidiofor
fialid

Paecilomyces sp. 2

konidiofor
fialid
Fialid
tunggal
Konidia berantai

Pestalotia sp.
seta
konidia
pedisel

Trichoderma sp. 1

konidia

konidiofor

fialid

Trichoderma sp. 2
konidiofor
fialid
Kumpulan
konidia

konidia

18
Tabel 4 Hasil identifikasi cendawan rizosfer (lanjutan)
Isolat

Koloni pada PDA

Struktur mikroskopis

Trichoderma sp. 3
fialid

Kumpulan
konidia

konidia

Unidentified fungi
1

hifa
konidia
konidiofor

Unidentified fungi
2
konidia

Unidentified fungi
3

konidiofor

Konidia tak
berantai

konidia

Konidia
berantai

Unidentified fungi
4
sporangium
kolumela

Sporangiospora
Percabangan
sporangiofor

Unidentified fungi
5
Konidia berantai

Konidia
tunggal

piknidia

Unidentified fungi
6
Konidia
piknidia
Konidia berantai

19
Tabel 4 Hasil identifikasi cendawan rizosfer (lanjutan)
Isolat
Unidentified fungi
7

Koloni pada PDA

Struktur mikroskopis
piknidia

fialid

Konidia
berantai

Unidentified fungi
8

Klamidospora

konidia

Unidentified fungi
9

konidia

Konidia
berantai

fialid
Percabangan
verticillate

Penicillium sp. 1

Konidia
berantai

fialid

Penicillium sp. 2

konidia
konidiofor

Penicillium sp. 3

Konidia berantai

konidiofor
fialid

Penicillium sp. 4

konidia

konidiofor

fialid

Konidia berantai

20
Tabel 4 Hasil identifikasi cendawan rizosfer (lanjutan)
Isolat
Penicillium sp. 5

Koloni pada PDA

Struktur mikroskopis
Konidia
fialid

konidiofor

Penicillium sp. 6
Konidia
konidiofor

fialid

Penicillium sp. 7

Konidia berantai
fialid
konidiofor

Penicillium sp. 8
Konidia
konidiofor
fialid

Penicillium sp. 9

fialid

Konidia

konidiofor

Penicillium sp. 10

Konidia

konidiofor

Penicillium sp. 11
konidia

fialid

konidiofor

21
Tabel 4 Hasil identifikasi cendawan rizosfer (lanjutan)
Isolat

Koloni pada PDA

Struktur mikroskopis

Penicillium sp. 12
konidia

konidiofor

fialid

Penicillium sp. 13
konidiofor

fialid

konidia

Penicillium sp. 14
konidiofor
fialid

konidia

Penicillium sp. 15

konidia

fialid

Penicillium sp. 16

fialid

konidia
konidiofor

Penicillium sp. 17

fialid

konidia

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kelimpahan cendawan tanah tertinggi diperoleh dari sampel kelapa sawit
B04 a sebesar 4.9 x 106 cfu/g sedangkan kelimpahan cendawan terendah diperoleh
dari sampel kelapa sawit B04 b sebesar 0.3 x 105 cfu/g. Total urutan
keanekaragaman cendawan dari yang tertinggi ke terendah adalah H04, palem liar
dan B04 (30, 27, 16 isolat) akan tetapi setelah diidentifikasi pada tingkat genus,
keanekaragaman cendawan dari yang tertinggi adalah palem liar (8 genus dan 13
UF), H04 (6 genus dan 9 UF), dan B04 (4 genus dan 6 UF). Isolat yang ditemukan
di setiap sampel adalah isolat Penicillium sp. 12 dan isolat yang berpotensi
sebagai agens antagonis adalah isolat Trichoderma sp. 2 dengan persentase
penghambatan terhadap G. boninense sebesar 76.183% yang didapatkan dari
sampel PLS, PLdK, H04 a dan H04 c. Selain itu didapatkan isolat Penicillium sp.
13 dan Chrysosporium sp. yang dapat menghasilkan antibiosis.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang uji patogenisitas isolat cendawan
yang ditemukan untuk mendapatkan isolat yang tidak berperan sebagai patogen
pada tumbuhan serta perlu dilakukan uji antagonisme in vivo sehingga dapat
diketahui potensinya di lapangan.

23

DAFTAR PUSTAKA

[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013a. Perkembangan Luas
Areal Perkebunan 2008–2013. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Perkebunan; [diunduh 2013 Januari 16]. Tersedia pada: http:// ditjenbun.
pertanian. go.id/ statis-35-luasareal.html.
[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013b. Perkembangan Produksi
Komoditi Perkebunan 2008–2013. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Perkebunan; [diunduh 2013 Januari 16]. Tersedia pada: http://ditjenbun.
pertanian. go.id/statis-36-produksi.html.
Izzati ZMNA, Abdullah F. 2008. Disease suppression in Ganoderma-infected oil
palm seedling treated with Trichoderma harzianum. J. Plant Protection Sci.
44(3):101-107.
Kennedy AC. 2005. Rhizosphere. Di dalam: Sylvia DM, Fuhrmann JJ, Hartel PG,
Zuberer DA, editor. Principles and Aplications of Soil Microbiology. 2nd ed.
New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. hlm 242-262.
Li CJ, Gao JH, Nan ZB. 2007. Interactions of Neotyphodium gansuense,
Achnatherum inebrians, and plant-pathogenic fungi. Mycol Res. 3: 12201227.
Lo CT. 1998. General mechanisms of action of microbial biocontrol agents. Plant
Pathol Bull. 7: 155-166.
Magurran AE. 1987. Ecologycal Diversity and Its Measurement. New Jersey
(US): Princeton University Press.
Makut MD, Owolewa OA. 2011. Antibiotic-producing fungi present in the soil
environment of Keffi Metropolis, Nasarawa State, Nigeria. Trakia J Sci.
9(2): 33-39.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.
Nildayanti. 2011. Peran bakteri kitinolitik dan fungi mikoriza arbuskular dalam
pengendalian busuk pangkal batang kelapa sawit [tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Paterson RRM. 2007. Ganoderma disease of oil palm-a white rot perspective
necessary for integrated control.
Crop Protection. 26:1369-1376.
doi:10.1016/j.cropro.2006.11.009.
Puangsombat P, Sangwanit U, Marod D. 2010. Diversity of soil fungi in different
land use type in Tha Kum-Huai Raeng forest reserve, Trat province.
Kasetsart J. (Nat. Sci.). 44(6): 1162-1175.
Shi LL, Mortimer PE, Slik JWF, Zou XM, Xu J, Feng WT, Qiao L. 2013.
Variation in forest soil fungal diversity along a latitudinal gradient. Fungal
Diversity. doi: 10.1007/s13