Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit pada Batang Padi

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN CENDAWAN
ENDOFIT PADA BATANG PADI

NUR’ASIAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK

NUR’ASIAH. Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit pada Batang
Padi. Dibimbing oleh SURYO WIYONO dan HERMANU TRIWIDODO.
Padi merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia. Permasalahan
dalam budidaya tanaman padi salah satunya yaitu hama penggerek batang padi.
Salah satu alternatif pengendalian hama yaitu pengendalian hayati menggunakan
cendawan endofit. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman cendawan
endofit dari batang padi dan potensinya terhadap pertumbuhan benih padi. Isolasi
cendawan diperoleh dari 17 batang padi tidak terserang penggerek dan 17 batang

padi terserang penggerek. Cendawan hasil isolasi diuji patogenisitas terhadap
benih padi. Benih yang ditanam sebanyak sepuluh bulir benih padi dengan tiga
kali ulangan pada tiap isolat yang diujikan dan diinkubasi selama seminggu.
Pengamatan perkecambahan benih setelah satu minggu dengan menghitung
persentase perkecambahan benih, panjang batang, dan panjang akar. Hasil isolasi
cendawan endofit dari batang padi tidak terserang penggerek dan terserang
penggerek didapatkan 27 spesies. Cendawan endofit yang mengkolonisasi pada
kedua batang diantaranya Nigrospora sp.3, Penicillium, Trichoderma sp.2,
Nigrospora sp.4, Verticillium, dan hifa steril cokelat. Cendawan endofit yang
dominan pada batang padi adalah Verticillium. Keanekaragaman cendawan pada
batang yang terserang penggerek lebih tinggi. Nilai indeks keragaman pada
batang tidak terserang penggerek sebesar 2.723 dan batang yang tidak terserang
penggerek sebesar 2.192. Indeks kesamaan cendawan endofit pada kedua batang
hanya 0.37 sehingga dapat dikatakan bahwa cendawan endofit pada batang tidak
terserang dan terserang penggerek berbeda.
Cendawan endofit yang
meningkatkan pertumbuhan panjang batang dan panjang akar dalam
perkecambahan yaitu Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.1; Trichocladium sp.2;
khamir; Nigrospora sp.3; dan Nomuraea sp.
Kata kunci : padi, cendawan endofit


KEAN
NEKARA
AGAMAN
N DAN KE
ELIMPA
AHAN CE
ENDAWA
AN
E
ENDOFIT
T PADA BATANG
B
G PADI

NUR’AS
SIAH

Skripssi
seebagai salahh satu syaratt untuk mem

mperoleh
gellar Sarjana Pertanian
P
pada Deppartemen Prroteksi Tanaaman

DEPA
ARTEME
EN PROT
TEKSI TA
ANAMAN
N
FAKU
ULTAS PE
ERTANIA
AN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR

BOGO
OR
2011
1

Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NIM

: Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit
pada Batang Padi
: Nur’asiah
: A34070020

Disetujui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. Agr


Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc

NIP. 19690212 199203 1 003

NIP. 19570122 198103 1 002

Diketahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc
NIP 19640204 199002 1 002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 11 Februari 1989. Penulis
merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Alm. Asiri dan
Ibu Maspiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Darul
Ma’arif Jakarta. Tahun 2007 penulis melanjutkan studinya di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian
pada divisi Pertanian (2008-2009). Pada tahun 2009, penulis magang di PT
Perkebunan Nusantara VIII perkebunan karet Jalupang, Subang, Jawa Barat.
Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Hama dan
Penyakit Benih dan Pasca Panen (2010) dan asisten praktikum mata kuliah DasarDasar Proteksi Tanaman (2011).

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penelitian yang berjudul “Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan
Endofit pada Batang Padi” disusun dalam rangka penyelesaian tugas akhir di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Februari sampai

bulan Agustus 2011.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. Agr dan Dr. Ir. Hemanu Triwidodo, M.Sc selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberi arahan, bimbingan, dan
motivasi kepada penulis
2. Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc selaku dosen penguji tamu yang telah
memberi masukan dan bimbingan kepada penulis
3. Ayah tercinta Alm. Asiri dan ibu Maspiah serta Kakak tersayang Neneng
Hasanah, S.Pd dan Hadi yang selalu memberikan perhatian, dukungan moral
dan spiritual, do’a kepada penulis
4. Adi Hermawan yang selalu memberikan perhatian dan motivasi dalam setiap
kegiatan
5. Alchemi Putri JK, Etika Ayu K, Nur’ Izza FH, sahabat yang selalu menjadi
pengingat dan pemberi motivasi dalam setiap langkah mengerjakan tugas
akhir ini, serta teman-teman Proteksi Tanaman 44
6. Anggota Laboratorium Mikologi Tumbuhan, bapak Dadang Surachman,
bapak Fajar Rianto, Mba Dian Safitri, M. Julyanda, Veronica, dan Sistania
Amandari yang telah membantu selama bekerja di Laboratorium.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya.
Bogor, November 2011
Nur’asiah
 
 

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xi


PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar belakang .................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

4

Padi (Oryza sativa L.)........................................................................
Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan
di Indonesia ............................................................................

Hama Penggerek Batang Padi Kuning ....................................
Cendawan Endofit ...........................................................................
Pengertian Cendawan Endofit ...............................................
Jenis Cendawan Endofit dan Tanaman Inang ........................
Potensi dan Peluang Cendawan Endofit ................................

4
4
4
5
5
5
6

BAHAN DAN METODE .........................................................................

8

Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
Bahan Penelitian ................................................................................

Metode Penelitian .............................................................................
Pengambilan Contoh Batang Padi ..........................................
Isolasi dan Pemurnian Cendawan Endofit ..............................
Identifikasi Cendawan ............................................................
Uji Patogenisitas terhadap Benih ............................................
Rancangan Percobaan dan Analisis Data .........................................
Frekuensi Relatif Cendawan Endofit .......................................
Persen Contoh dengan Endofit ...............................................
Indeks Keanekaragaman ..........................................................
Indeks Kesamaan .....................................................................

8
8
8
8
8
9
9
9
10
10
10
10

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

11

Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit Padi ............
Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Perkecambahan
Benih Padi ..........................................................................................

11
13

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

20

Kesimpulan .......................................................................................
Saran .................................................................................................

20
20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

21

 

viii
 

LAMPIRAN .............................................................................................

24

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Kekayaan spesies, kelimpahan, keanekaragamaan, dan kesamaan
cendawan endofit antara padi yang tidak terserang penggerek
batang dengan terserang penggerek batang ..........................................

12

Pengaruh cendawan endofit terhadap perkecambahan benih padi .......

14

3 Potensi cendawan endofit pada batang padi tidak terserang
penggerek (A) dan terserang penggerek (B) ………………………….

15

2

4

Pengaruh cendawan endofit terhadap panjang batang dan
panjang akar yang berasal dari batang padi tidak terserang (A)
penggerek dan terserang penggerek (B) ................................................

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Uji patogenisitas pada benih .................................................................

18

2 Bentuk mikroskopik cendawan endofit ................................................

19

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Bentuk mikroskopik cendawan endofit ...............................................

25

2 Uji patogenisitas pada benih ................................................................

26

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman padi merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia. Nasi
sebagai hasil olahan dari padi menjadi bahan makanan pokok bagi masyarakat
Indonesia. Sekitar 1,75 miliar dari tiga miliar penduduk Asia, termasuk 210 juta
penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Penduduk
Asia mengonsumsi 90% beras dari hasil padi yang ditanam (Fagi et al. 2001;
Andoko 2002). Padi terpilih sebagai makanan utama karena cara budidaya dan
pengolahan menjadi bahan pangan lebih sederhana serta penyedia 70% hingga
80% kalori dan 40% hingga 70% protein (Siregar 1981; Fagi et al. 2001).
Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Tahun 2025 Asia diperkirakan harus meningkatkan produksi padi
sebesar 50% untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini. Luas lahan untuk
menanam padi semakin berkurang khususnya di daerah perkotaan, tenaga kerja
yang bergerak dibidang pertanian semakin sedikit dan persediaan air semakin
terbatas (Cantrell 2001).
Usaha untuk meningkatkan produksi padi senantiasa dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Budidaya tanaman padi tidak terlepas
dengan adanya faktor pembatas diantaranya hama dan penyakit tanaman. Hama
merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas padi. Hama dapat
menyerang akar, batang, daun, dan bulir padi (Semangun 1991).

Ledakan jenis

hama terjadi silih berganti dan tidak jarang diikuti oleh munculnya biotipe baru
yang lebih virulen (Manuwoto & Indriyani 1994).
Salah satu hama padi yaitu hama penggerek batang padi. Hama penggerek
batang menyerang tanaman padi sejak di persemaian hingga tanaman fase
generatif. Menurut Warti (2006), luas serangan penggerek batang di beberapa
sistem budidaya padi mengalami peningkatan setiap minggunya walaupun saat 11
minggu setelah tanam (MST) serangan mulai menurun.

Pada fase vegetatif,

kehilangan hasil padi akibat serangan penggerek tidak terlalu besar namun tetap
ada pengurangan hasil karena anakan yang baru lebih kecil dan menghasilkan

 

2
 

malai yang kecil pula. Tanaman padi pada fase generatif masih mengkompensasi
kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang sampai 30% (Rubia et al.
1990).

Penurunan hasil pada fase generatif disebabkan adanya pengurangan

jumlah malai akibat gejala beluk. Kerugian yang disebabkan oleh setiap persen
gejala beluk berkisar 1-3% (Pathak & Khan 1994).

Pengurangan hasil oleh

penggerek batang padi kuning di Asia berkisar antara 2-5% (Chen 2008).
Metode pengendalian hama mengikuti perkembangan sistem budidaya
tanaman.

Dalam sistem pertanian modern, penggunaan pestisida menjadi

alternatif pengendalian hama.

Pengendalian yang umum dilakukan dalam

mencegah perkembangan hama yaitu penggunaan pestisida secara kontak ataupun
sistemik. Penggunaan bahan kimia pada sistem pertanian modern berpengaruh
buruk terhadap lingkungan dan mengurangi keanekaragaman hayati pada
agroekosistem (Hoerunnisa 2006).
Pengendalian menggunakan pestisida bukan satu-satunya pengendalian,
masih ada beberapa alternatif pengendalian hama lainnya.
pengendalian hama secara alami.

Pengendalian

Salah satunya

hama secara alami saat ini

menjadi prioritas utama. Hal ini dikarenakan pengendalian secara alami bersifat
ramah lingkungan dan baik bagi kesehatan. Pengendalian secara hayati menjadi
alternatif pengendalian hama.

Salah satu pengendaliaannya menggunakan

cendawan endofit.
Cendawan endofit merupakan cendawan yang hidup dalam jaringan
tanaman dan dapat meningkatkan resistensi bagi tanaman terhadap hama,
penyakit, dan lingkungan ekstrim (Petrini 1992; Maheswari 2006).

Interaksi

cendawan endofit dan inang tanaman umumnya bersifat simbiosis mutualisme.
Cendawan endofit menghasilkan mikotoksin seperti alkaloid pada tanaman
rumput-rumputan mampu melindungi inang dari serangan invertebrata, herbivor,
nematoda, dan patogen. Cendawan Neotyphodium mampu melindungi inang dari
serangan vertebrata pemakan rumput (Faeth 2002).
Peranan cendawan endofit dalam melindungi inang tanaman dari serangan
hama dilaporkan tahun 1981 yaitu cendawan Phomopsis oblonga melindungi
pohon yang tinggi dari serangan kumbang Physocnemum brevilineum
(Colepotera: Cerambycidae) (Azevedo et al. 2000).

Tahun 1985 di Perancis

 

3
 

cendawan Beauveria brongniartii digunakan untuk mengendalikan hama
Melolontha melolontha (Coleoptera: Scarabaeidae) (Petrini 1992).

Cendawan

Nigrospora sp. dapat meningkatkan perkecambahan benih padi, memberikan
resistensi tanaman terhadap hama wereng batang cokelat (Nilavarpata lugens),
menekan dan memperpanjang siklus hidup Aphis gosypii serta ukuran tubuh kutu
daun tersebut menjadi lebih kecil, dan menekan perkembangan

penyakit

antraknosa pada tanaman cabai sebesar 16,18% dan pada buah petik 49,49%
(Budiprakoso 2010; Wilia 2010).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman cendawan endofit dari
batang padi yang tidak terserang dan terserang penggerek dan potensinya terhadap
pertumbuhan benih padi.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat dikembangkannya
metode pengendalian hayati dari cendawan endofit yang didapatkan, dalam
pengendalian hama penggerek batang padi kuning.

TINJAUAN PUSTAKA

Padi (Oryza sativa L.)
Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan di Indonesia
Tanaman padi yang dibudidayakan saat ini merupakan tanaman yang
menjadi sumber makanan pokok bagi setengah penduduk dunia, termasuk
Indonesia. Semua padi yang diproduksi dan dikonsumsi lebih dari 90% terpusat
di Asia. Tidak mengherankan bahwa tanaman padi terluas terdapat di negaranegara Asia yang sebagian besar penduduknya memperoleh sumber tenaga dari
beras (Siregar 1981). Sekitar 1,75 miliar dari tiga miliar penduduk Asia, termasuk
210 juta penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras.
Penduduk Asia mengonsumsi 90% beras dari hasil padi yang ditanam (Fagi et al.
2001; Andoko 2002). Padi terpilih sebagai makanan utama karena cara budidaya
dan pengolahan menjadi bahan pangan lebih sederhana serta penyedia 70%
hingga 80% kalori dan 40% hingga 70% protein (Siregar 1981; Fagi et al. 2001).
Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Tahun 2025 Asia diperkirakan harus meningkatkan produksi padi
sebesar 50% untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini. Luas lahan untuk
menanam padi semakin berkurang khususnya di daerah perkotaan, tenaga kerja
yang bergerak dibidang pertanian semakin sedikit dan persediaan air semakin
terbatas (Cantrell 2001).
Hama Penggerek Batang Padi Kuning
Penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Wkl.) termasuk
ordo Lepidoptera, famili Pyralidae (Kalshoven 1981).

Daerah penyebaran

penggerek batang padi kuning ini terdapat di Negara-negara Pakistan, India,
Srilanka, Asia Tenggara, Cina, dan Jepang (Hill 1972).
Telur berbentuk seperti cakram, diletakkan dalam kelompok 50-150 butir
per kelompok dan ditutupi oleh rambut-rambut berwarna cokelat. Stadium 4-9
hari. Larva berwarna kekuningan dan kepala berwarna jingga. Panjang tubuh
larva instar ke-5 dan ke-6 kira-kira 25 mm. Setiap batang terdapat satu larva
(Harahap & Tjahjono 1988).

 

5
 

Pupa berbentuk memanjang dengan warna kuning putih.

Pupa selalu

ditemukan pada bagian batang yang terbawah dan sering di bawah permukaan
tanah. Stadium pupa 7-11 hari. Lama hidup imago 5-7 hari. Sayap imago jantan
cokelat terang atau kuning jerami dengan bintik-bintik hitam yang samar-samar.
Sayap depan imago betina berwarna kuning jerami dengan bercak hitam yang
jelas pada bagian tengahnya (Harahap & Tjahjono 1988).

Cendawan Endofit
Pengertian Cendawan Endofit
Cendawan endofit yaitu cendawan yang hidup dalam jaringan tanaman.
Cendawan terdapat di semua bagian tanaman, terutama di bagian daun. Pada
jaringan tanaman yang sehat, cendawan dapat berperan sebagai endofit, epifit,
atau patogen laten (Maheswari 2006). Pengertian dari endofit adalah semua jenis
organisme yang mengkolonisasi jaringan tanaman. Definisi ini diperluas menjadi
organisme yang hidup dalam organ tanaman yang mengkolonisasi jaringan
tanaman tanpa mengakibatkan kerugian yang cukup nyata terhadap inang tanaman
(Petrini 1992).

Jenis Cendawan Endofit dan Tanaman Inang
Daerah tropis cendawan endofit dapat ditemukan pada tanaman palem
seperti Licuala ramasayi, Idriella spp., Fusarium aquaeductum, dan lain-lain.
Tanaman jeruk Citrus deliciosa dan C. reticulate dihasilkan isolat Colletotrichum
dan Guignardia dari Brazil.

Daerah subtropis pada jenis rumput-rumputan

Dactylis glomerata ditemukan cendawan endofit spesies baru yaitu Acremonium
chilense (Azevedo et al. 2000), strain Acremonium luzulae (Fuckel) W.Gams,
yang diisolasi dari buah strawberry (Moussaif et al., 1977 dalam Worang, 2003).
Beberapa contoh cendawan endofit yang telah ditemukan dari bagian daun
inang tanaman di hutan lindung Iwokrama, Guyana yaitu 2492 biakan dari 2520
bagian daun, yang telah berhasil diidentifikasi ada 64 tingkatan morfologi
cendawan endofit seperti Colletotrichum, Nodulisporium mirip Xylaria,
Pestalotiopsis, Phomosis, dan lain-lain (Canon & Simmons 2002). Padi varietas
IR 64 memiliki 4 spesies cendawan endofit yang mendominasi yaitu Nigrospora

 

6
 

sp., Aspergillus sp., Penicillium sp.2, dan Monilia sp. (Irmawan 2007). Cendawan
endofit Aspergillus sp., Mucor sp., Penicillium sp., Monascus sp.,Cochliobolus sp.
dari akar tanaman padi (Lingga 2010). Isolasi daun sirih diperoleh cendawan
endofit

jenis

Fusarium

sp.,

Cephalosporium

sp.,

Geotrichum

sp.,

Cylindrocephalum sp., dan Penicillium sp.(Haniah 2008).

Potensi dan Peluang Cendawan Endofit
Munculnya cendawan endofit sebagai potensi terbesar untuk agen
biokontrol, karena cendawan termasuk dalam sistem inang dan idealnya sesuai
sebagai pengenalan dari gen asing dalam jaringan tanaman. Spesies inang endofit
dapat dimanipulasi dengan gen untuk memproduksi kandungan bahan aktif yang
baik bagi inangnya yaitu sejenis teknologi gen langsung dari tanaman, misalnya
bioinsektisida (Petrini 1992).
Beberapa cendawan endofit mampu mengurangi serangan infeksi patogen
dalam pengendalian penyakit. Cendawan endofit dari jenis Chaetomium sp. dan
Phoma sp. telah berhasil mengurangi jumlah pustul dan luas serangan pada daun
gandum yang disebabkan oleh Puccinia recondita f.sp. tritici.

Selain itu,

pencucian media dengan Chaetomium dan Phoma sp. telah mengaktivasi reaksi
pertahanan aktif dari tanaman, sehingga membatasi penyebaran dan replikasi
patogen (Dingel & Mc Gee 2003). Pada tanaman kentang aktivitas cendawan
endofit Hetreoconium chaetospira juga mampu mengurangi penyakit akar gada
sebesar 52% - 97% dan mengurangi kejadian penyakit kuning yang disebabkan
Verticillium sp. sebesar 47%-67% (Narisawa et al. 2000).
Kolonisasi cendawan endofit pada inang tanaman akan berpengaruh
terhadap keberadaan serangga hama. Keberadaan serangga Phenacocus solani
(Hemiptera: Pseudococcidae) pada tanaman barley dapat ditekan secara total,
sama dengan Shipa maydis (Hemiptera: Aphididae) pada tanaman barley.
Beberapa tanaman barley yang telah diinokulasi dengan cendawan endofit tidak
mengalami kerusakan parah oleh serangan kutu Shipa maydis (Hemiptera:
Aphididae) (Sabzalian et al 2004).
Cendawan endofit juga ditemukan sebagai obat anti kanker dari isolat
cendawan endofit Pestalotiopsis microspora yang mengkolonisasi sejenis pohon

 

7
 

cemara di Himalaya.

Penelitian cendawan endofit semakin berkembang.

Beberapa spesies cendawan endofit diidentifikasi sebagai sumber anti kanker, anti
diabetes, dan insektisida. Cendawan endofit juga mampu menghasilkan senyawa
metabolit yang berperan melindungi inang tanaman dari kondisi lingkungan
ekstrim. Contohnya Curvularia sp. yang ditemukan pada tanaman di daerah
gunung berapi, Amerika Serikat. Selain itu, cendawan endofit juga melindungi
inang dari serangan serangga, tungau, atau hewan lain yang hidup dan memakan
tanaman inang (Maheswari 2006).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian

dilaksanakan

di

Laboratorium

Mikologi

Tumbuhan,

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari
bulan Februari sampai Agustus 2011.

Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah beberapa cendawan
endofit yang diperoleh dari 17 contoh batang padi yang terserang hama penggerek
batang padi dan 17 contoh batang padi yang tidak terserang, media Potato
Dextrose Agar (PDA), dan benih padi varietas Ciherang.

Metode Penelitian
Pengambilan Contoh Batang Padi
Pengambilan contoh batang padi dilakukan di desa Cikarawang,
Kabupaten Bogor.

Batang padi yang di ambil dari satu petak sawah yang

berukuran ± 5 m x 9 m.

Pengambilan contoh batang padi yaitu dengan

mengambil tanaman padi yang batangnya terserang penggerek kemudian diseling
pengambilan tanaman padi tidak terserang penggerek yang berjarak antara 20 cm
sampai 40 cm dari pengambilan contoh tanaman terserang. Banyaknya contoh
yang diambil yaitu 17 tanaman tidak terserang penggerek dan 17 tanaman
terserang penggerek. Varietas contoh batang padi adalah IR 64.

Isolasi dan Pemurnian Cendawan Endofit
Isolasi cendawan dilakukan dengan mengambil batang padi yang
dipisahkan dari pelepah, daun, dan akarnya. Batang padi dicuci dengan akuades
hingga bersih. Batang padi yang diambil antara ruas ke-3 dan ke-4 dibawah
tangkai malai.
panjangnya 3 cm.

Dua ruas batang padi tersebut dipotong tida bagian, yang

 

9
 

Isolasi dilakukan di laminar airflow, potongan batang padi disterilkan
permukaannya dengan menggunakan air steril, alkohol 70% selama 1 menit,
kemudian NaOCl 1% selama 1 menit, dibilas kembali dengan air steril dua tahap,
lalu dikering anginkan. Batang padi tersebut disolasi pada media PDA kemudian
diinkubasi selama 1 minggu.
Satu minggu kemudian cendawan endofit yang tumbuh diamati dan
dihitung. Pemurnian dilakukan dengan memindahkan cendawan endofit yang
tumbuh ke media PDA yang baru, yang terdiri dari satu isolat.
Identifikasi Cendawan Endofit
Cendawan endofit diidentifikasi menggunakan compound microscope
perbesaran 400x. Identifikasi dengan melihat struktur mikroskopik cendawan
endofit yaitu konidia atau spora, konidiofor, serta percabangan konidiofornya.
Identifikasi cendawan endofit ini menggunakan kunci identifikasi Barnett &
Hunter (1998).

Uji Patogenisitas terhadap Benih

Uji patogenisitas benih dilakukan terhadap benih padi varietas Ciherang.
Benih padi ditanam dalam cawan petri yang telah ditumbuhi koloni cendawan
endofit hasil pemurnian. Benih yang ditanam sepuluh bulir benih padi dengan 3
kali ulangan pada tiap isolat yang diujikan. Penanaman benih tersebut diinkubasi
selama seminggu. Pengamatan perkecambahan benih setelah satu minggu dan
menghitung persentase perkecambahan benih, panjang batang, dan panjang akar.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang dilakukan pada uji patogenisitas benih adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap perlakuan diberikan tiga kali ulangan,
sehingga ada 840 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragamnya
menggunakan program Statistical Analysis System (SAS).

Perlakuan yang

berpengaruh diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf α = 0,05.
Data yang ada dihitung kelimpahan dan keragamannya dengan
menggunakan rumus:

 

10
 

%

Frekuensi relatif cendawan endofit =
Keterangan:

ni : jumlah contoh yang terinfeksi cendawan endofit ke-i
N : jumlah contoh

Persen contoh dengan endofit
% contoh dengan endofit =
Keterangan :
n : jumlah contoh dengan cendawan endofit

%

N : jumlah contoh (17 contoh)

Indeks keanekaragaman Shanon- Wiener (Magurran 1987)
Indeks keanekaragaman Spesies (H’) =
dengan :



pi : proporsi tiap spesies ( )
s: spesies

Indeks kesamaan (index similarity)
Sorenson Cs =
dengan :
Cs : indeks kesamaan
j : jumlah spesies yang berada pada lokasi A dan B
a : jumlah spesies dalam lokasi A
b : jumlah spesies dalam lokasi B

ln

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan dan Keanekaragaman Cendawan Endofit Padi
Menurut Redlin & Carris (1996), penyebaran cendawan endofit tersebar
secara horizontal, masing-masing inang tanaman dikolonisasi oleh propagul
cendawan yang berasal dari lingkungan. Penyebaran cendawan endofit mungkin
disebabkan oleh angin dan vektor. Cendawan endofit mengkolonisasi beberapa
bagian dari tanaman. Masing-masing cendawan endofit mempunyai jarak fisik,
kimia, dan infeksi dengan jaringan inang tanaman. Keragaman tinggi dari fenolik
dan tanaman resisten berasosiasi dengan persentase cendawan endofit. Sebagai
contoh banyak asosiasi antar patogen potensial dalam suatu inang yang sama.
Persentase endofit dan proliferasi endofit terus menerus dalam jaringan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 27 spesies cendawan
endofit. Dari 27 cendawan endofit yang didapatkan terdapat tiga isolat yang sulit
diidentifikasi karena hanya mengeluarkan hifa steril.

Kekayaan spesies pada

batang tidak terserang penggerek berjumlah 14 spesies dan batang terserang
penggerek berjumlah 19 spesies.

Cendawan endofit yang mengkolonisasi di

batang padi tidak terserang penggerek dan terserang penggerek adalah Nigrospora
sp.3, Penicillium sp., Trichoderma sp.2, Nigrospora sp.4, Verticillium sp., dan
hifa steril cokelat.
Keanekaragaman cendawan endofit di kedua batang berbeda.

Hasil

keanekaragaman cendawan endofit pada batang yang terserang lebih tinggi.
Indeks keanekaragaman pada batang terserang penggerek batang sebesar 2.723
dan batang yang tidak terserang penggerek sebesar 2.192.

Indeks kesamaan

cendawan endofit sebesar 0.37 dengan jumlah cendawan yang sama sebanyak
enam jenis. Nilai indeks kesamaan ini menunjukan bahwa hanya 37% cendawan
endofit yang sama pada kedua batang dan terdapat 63% cendawan endofit yang
berbeda.

 

12
 

Tabel 1 Kekayaan spesies, kelimpahan, keanekaragaman, dan kesamaan
cendawan endofit antara tanaman padi yang tidak terserang penggerek
batang dengan terserang penggerek batang

Spesies
1. Khamir
2. Nigrospora sp.1
3. Nomuraea
4. Trichocladium sp.1
5. Nigrospora sp. 2
6. Trichocladium sp. 2
7. Nigrospora sp. 3
8. Hifa Berbulu
9. Trichoderma sp. 1
10. Aspergillus sp.
11. Gliocladium
12. Fusarium sp. 1
13. Penicillium
14. Acremonium
15. Stachylidium
16. Pestalotia
17. Trichoderma sp. 2
18. Hifa steril putih
19. Curvularia
pallescens
20. Nigrospora sp. 4
21. Thielaviopsis
22. Verticillium
23. Aspergillus
fumigatus
24. Hifa steril cokelat
25. Nigrospora sp. 5
26. Fusarium sp.
27. Tidak Teridentifikasi
Kekayaan Spesies
Indeks keanekaragaman
Indeks kesamaan

Batang Tidak Terserang
Penggerek
Frekuensi
Frekuensi
Relatif
1
5.88
1
5.88
0
0
0
0
0
0
1
5.88
3
17.65
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5.88
2
11.76
1
5.88
0
0
1
5.88
1
5.88

Batang Terserang Penggerek
Frekuensi
0
0
2
1
3
0
2
1
1
3
1
1
2
0
0
3
1
0

Frekuensi
Relatif
0
0
11.76
5.88
17.65
0
11.76
5.88
5.88
17.65
5.88
5.88
11.76
0
0
17.65
5.88
0

3

17.65

0

0

2
1
12

11.76
5.88
70.59

3
0
7

17.65
0
41.18

0

0

1

5.88

2
0
0
0
14

11.76
0
0
0

3
1
1
1
19

17.65
5.88
5.88
5.88

2.192

2.723
0.37

Persentase kelimpahan cendawan endofit pada batang padi tidak terserang
penggerek dan terserang penggerek berbeda-beda. Tiga spesies cendawan endofit

 

13
 

yang mendominasi batang padi tidak terserang penggerek dapat terlihat pada
frekuensi kolonisasi cendawan endofit diantaranya Verticillium sp., Nigrospora
sp.3, dan Curvularia pallescens, sedangkan batang padi terserang penggerek
spesies cendawan endofit yang mendominasi yaitu Verticillium sp., Nigrospora
sp.2, Aspergillus sp., Pestalotia sp., Nigrospora sp.4 dan hifa steril cokelat.
Kelimpahan cendawan endofit tertinggi pada batang tidak terserang penggerek
dan terserang penggerek yaitu Verticillium. Frekuensi relatif kolonisasi cendawan
Verticillium sp. pada batang tidak terserang lebih tingggi dari batang yang
terserang penggerek yaitu sebesar 70.59% dan 41.18%. Menurut Irmawan 2007,
terdapat empat spesies cendawan endofit yang dominan pada varietas IR 64 yaitu
Nigrospora sp., Aspergillus sp., Penicillium sp.2, dan Monilia sp.

Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Perkecambahan Benih
Cendawan endofit merupakan simbion mutualisme tanaman. Peran yang
menguntungkan tanaman yaitu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit (Narisawa et al. 2000), memacu pertumbuhan dan meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan dan suhu tinggi (Lehtonen et al. 2005) dan
bioindikator kesehatan tanaman (Genarro 2003).
Perkecambahan benih padi yang diinokulasikan cendawan endofit (Tabel 2)
memperlihatkan hasil yang beragam.

Daya perkecambahan kontrol mencapai

96.67%. Adapun perlakuan cendawan endofit yang memiliki persentase
perkecambahan

96.67%

diantaranya

Curvularia

pallescens;

Acremonium sp.; Stachylidium sp.; dan Aspergillus fumigatus.

khamir;
Persentase

perkecambahan benih padi yang diinokulasi cendawan endofit Trichoderma sp.2
menunjukan persentase perkecambahan jauh dibawah kontrol yaitu 3.33%.
Trichoderma sp., cendawan ini berpotensi sebagai patogen. Cendawan endofit
yang memberi pengaruh perkecambahan lebih besar atau sama dengan 80% serta
meningkatkan perkecambahan panjang batang dan panjang akar yaitu Nigrospora
sp.1; Trichocladium sp.1; Trichocladium sp.2; khamir; Nigrospora sp.3; dan
Nomuraea.

 

14
 

Tabel 2 Pengaruh cendawan endofit terhadap perkecambahan benih padi
Nama Isolat

a

Panjang Batang
(cm)

Panjang Akar
(cm)

Daya
Perkecambahan
(%)

Nigrospora sp. 1

4.53 ± 2.28aa

4.70 ± 2.24a

90.00

Trichocladium sp. 1

4.04 ± 1.84ab

3.64 ± 1.63b

90.00

Trichocladium sp. 2

3.48 ± 2.35bc

3.63 ± 2.37b

86.67

Curvularia pallescens

3.41 ± 1.78bc

1.38 ± 1.94def

96.67

Khamir

3.37 ± 1.35bc

1.77 ± 0.63cd

96.67

Nigrospora sp. 3

3.10 ± 2.26cd

2.33 ± 1.89c

86.67

Acremonium

2.88 ± 1.34cde

1.40 ± 0.94def

96.67

Fusarium sp. 1

2.55 ± 1.11def

0.96 ± 0.49efgh

93.33

Stachylidium

2.42 ± 1.29defg

0.66 ± 0.54ghij

96.67

Verticillium

2.24 ± 1.58efgh

0.42 ± 0.67hij

80.00

Hifa Steril Cokelat

2.17 ± 1.24efghi

0.71 ± 0.47ghi

83.33

Nomuraea

2.13 ± 1.08efghi

1.90 ± 1.39cd

90.00

Nigrospora sp. 2

1.93 ± 1.92fghij

1.39 ± 1.73def

76.67

Tidak Teridentifikasi

1.91 ± 1.27fghij

0.44 ± 0.43hij

80.00

Fusarium sp. 2

1.81 ± 1.45fghij

0.36 ± 0.44hij

83.33

Nigrospora sp. 5

1.70 ± 0.83ghij

0.93 ± 0.57efgh

90.00

Aspergillus fumigatus

1.70 ± 0.92ghij

1.52 ± 1.30de

96.67

Thielaviopsis

1.52 ± 1.07hijk

0.06 ± 0.07ij

90.00

Penicillium

1.48 ± 0.76hijkl

0.96 ± 0.62efgh

93.33

Nigrospora sp. 4

1.43 ±1.01ijklm

0.12 ± 0.13ij

90.00

Gliocladium

1.19 ± 0.89jklmn

0.86 ± 0.71fgh

76.67

Aspergillus sp.

1.19 ± 0.86jklmn

1.11 ± 0.97efg

80.00

Kontrol

1.17 ± 0.60jklmn

1.12 ± 0.95efg

96.67

Hifa Berbulu

0.89 ± 0.47klmn

0.42 ± 0.37hij

90.00

Pestalotia

0.83 ± 1.20klmn

0.19 ± 0.42ij

40.00

Trichoderma sp. 1

0.70 ± 0.59lmno

0.41 ± 0.19hij

93.33

Hifa Putih

0.68 ± 0.73mno

0.01 ± 0.05j

73.33

Trichoderma sp. 2

0.05 ± 0.27o

0.05 ± 0.27ij

3.33

Angka dalam lajur yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji Duncan pada taraf nyata 5%

 

15
 

Menurut

Budiprakoso

(2010),

perkecambahan

benih

padi

yang

diinokulasikan cendawan endofit Nigrospora sp.2, Nigrospora sp.3, dan Fusarium
menghasilkan tanaman yang lebih baik dibandingkan tidak diberikan cendawan
endofit. Perkecambahan menunjukan nilai 94% dan hanya 3 dari 50 benih padi
yang disemai terserang patogen tular benih. Hal ini menunjukan bahwa cendawan
endofit memberikan pengaruh positif terhadap perkecambahan benih padi.
Cendawan Nigrospora sp. dalam perkecambahan menunjukan perkembangan
yang baik bagi benih padi serta memberikan resistensi tanaman terhadap hama
wereng batang cokelat. Tidak hanya pada tanaman padi, tanaman cabai juga
bersimbiosis dengan Nigrospora sp. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada
tanaman cabai, Nigrospora sp. dapat menekan dan memperpanjang siklus hidup
Aphis gosypii serta ukuran tubuh kutu daun tersebut menjadi lebih kecil
(Hermawati 2007).
Tabel 3 Potensi cendawan endofit pada batang padi tidak terserang penggerek
(A) dan terserang penggerek (B)
∑ spesies

Potensi cendawan
A

B

Mutualis

4

3

Patogen

5

8

Netral

5

8

Cendawan-cendawan yang berpotensi sebagai mutualis lebih banyak
diperoleh pada batang padi tidak terserang penggerek. Sehingga memungkinkan
bahwa cendawan endofit yang diperoleh dapat memberikan ketahanan terhadap
tanaman padi.

Cendawan yang berpotensi

mutualis dapat berperan sebagai

cendawan endofit yang memberikan ketahanan terhadap tanaman dengan cara
induksi ketahanan.

Mekanisme induksi resistensi (immunisasi) menyebabkan

kondisi fisiologis yang mengatur sistem ketahanan menjadi aktif atau
menstimulasi mekanisme resisten yang dimiliki oleh tanaman. Imunisasi tidak
menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan dapat meningkatkan produksi dan
memberikan suatu cara untuk bertahan terhadap stres lingkungan (Kloepper
1997).

 

16
 

Tabel 4 Pengaruh cendawan endofit pada batang padi tidak terserang penggerek
(A) dan terserang penggerek (B) terhadap panjang batang dan panjang
akar padi
Batang
Meningkatkan

Meningkatkan

Netral

A

B

Nigrospora
sp. 1
Trichocladium
sp. 2

Trichocladium
sp. 1
Nomuraea

Khamir

Nigrospora
sp.3

A
-

Menurunkan
B

-

A

B

-

-

-

-

Trichoderma
sp.2

Trichoderma
sp.2

Nigrospora
sp. 3

Netral

Acremonium

Fusarium sp.1

Stachylidium

Hifa steril
cokelat

Penicillium

Hifa steril
cokelat
Curvularia
pallescens

Akar

Nigrospora
sp.2
Aspergillus
sp.
Gliocladium
Penicillium
Aspergillus
fumigatus
Nigrospora
sp.5

Menurunkan

Verticillium

Verticillium

Hifa steril
putih
Nigrospora
sp.4
Thielaviopsis

Hifa berbulu
Trichoderma
sp.1
Pestalotia
Nigrospora
sp.4
Fusarium
sp.2
Tidak
teridentifikasi

Cendawan yang hanya terdapat pada batang yang tidak terserang penggerek
adalah khamir; Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2; Acremonium sp.;

 

17
 

Stachylidium sp.; Hifa steril putih; Curvularia pallescens; dan Thielaviopsis sp.
Tiga dari delapan cendawan endofit yang terdapat hanya di batang tidak terserang
penggerek dapat meningkatkan panjang batang dan panjang akar. Tiga cendawan
tersebut adalah Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2, dan khamir.
Cendawan yang dapat meningkatkan perkecambahan dan meningkatkan
pertumbuhan panjang batang dan akar yaitu Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2;
Khamir; Nigrospora sp.3; Trichocladium sp.1; dan Nomuraea (Tabel 4).
Cendawan yang meningkatkan panjang batang dan akar, yang diperoleh dari
batang padi yang tidak terserang penggerek berjumlah empat spesies diantaranya
Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2; Khamir; dan Nigrospora sp.3, sedangkan
dari batang padi yang terserang penggerek berjumlah tiga spesies Trichocladium
sp.1, Nomuraea, dan Nigrospora sp.3.

Dari hasil tersebut, cendawan yang

kemungkinan dapat dijadikan sebagai agens pengendalian hayati terhadap
penggerek batang padi kuning adalah cendawan endofit yang hanya diperoleh dari
batang tidak terserang dan dapat meningkatkan panjang batang dan akar.
Cendawan-cendawan tersebut diantaranya Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2;
dan Khamir.
Adapun cendawan endofit yang meningkatkan terhadap perkecambahan
dan

meningkatkan

panjang

batang

saja

adalah

Curvularia

pallescens;

Acremonium; Stachylidium; Verticillium; hifa steril cokelat; dan Fusarium sp.1.
Cendawan

endofit

Curvularia

pallescens;

Acremonium;

Stachylidium;

Verticillium; hifa steril cokelat diperoleh dari isolasi batang tidak terserang
penggerek. Cendawan Fusarium sp.1, Verticillium; dan hifa steril cokelat dari
isolasi batang terserang penggerek.

 

18
 

B



 

D



 

F



 
 



Gambar 1 Uji patogenisitas benih. A. kontrol; B. Nigrospora sp. 1; C. khamir;
D. Trichocladium sp. 2; E. Nigrospora sp.3; F. Nomuraea sp.;
G. Trichocladium sp. 1
Panjang batang dan panjang akar yang diberi cendawan endofit lebih
panjang dari kontrol serta persentase perkecambahan lebih dari dan atau sama
dengan 80% terlihat memiliki nutrisi lebih baik dari kontrol. Perkecambahan
benih cabai yang diinokulasi cendawan endofit Nigrospora sp.; Coniothyrium sp.;
Hifa steril 1; dan Hifa steril 2 memiliki perentase perkecambahan 85% sampai
96% (Hermawati 2007). Beberapa cendawan endofit dalam mengkolonisasi inang
bersifat sebagai anti mikroba dan menghasilkan enzim (Maria et al. 2005). Hal
ini menunjukan bahwa pemberian cendawan endofit terhadap benih tidak bersifat
toksik ataupun menghambat pertumbuhan benih.

 

19
 



B

C

Gambar 2 Mikroskopiik cendawaan endofit. A.
A Nigrospoora sp.;
B. Trichoclladium sp.; C. Nomuraaea sp.
Gennus cendaw
wan yang meningkatk
m
kan panjangg batang ddan akar adalah
a
Nigrosporra sp., Trichhocladium sp.,
s Nomura
aea sp. sertta khamir. Mikroorgan
nisme
ini termassuk dalam kingdom
k
Fuungi. Nigro
ospora dan Trichocladiium termasu
uk ke
dalam klaas Deuterom
mycetes. Nigrospora
N
merupakann nama gennus yang beerasal
dari ordo Moniliales, famili Deematiaceae. Sedangkann Trichoclladium term
masuk
dalam orddo Monilialees namun masuk
m
dalam
m famili Monniliaceae.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Kekayaan spesies yang diperoleh dari isolasi sebanyak 27 spesies.
Kekayaan dan keanekaragaman cendawan endofit pada batang yang terserang
penggerek lebih tinggi yaitu 2.723 dengan kekayaan spesies berjumlah 19. Indeks
keanekaragaman pada batang yang tidak terserang penggerek 2.192 dengan
kekayaan spesies 14. Indeks kesamaan jenis cendawan endofit pada kedua batang
hanya 0.37 dengan jumlah spesies yang sama enam spesies. Cendawan endofit
yang dominan adalah Verticillium. Cendawan yang hanya diperoleh dari batang
tidak terserang penggerek adalah khamir; Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2;
Acremonium sp.; Stachylidium sp.; Hifa steril putih; Curvularia pallescens; dan
Thielaviopsis sp. Cendawan yang berpotensi sebagai mutualis dan diperoleh dari
batang tidak terserang penggerek dan kemungkinan dapat dijadikan agens
pengendalian hayati yaitu Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.2; dan khamir.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pengaruh cendawan endofit
terhadap bioekologi penggerek batang padi kuning, terutama cendawan yang tidak
menekan perkecambahan panjang batang dan akar.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko A. 2002. Budi Daya Padi secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Azevedo JL, Maccheroni JW, Pereira JO, Arauzo WL de. 2000. Endophytic
microorganisms: a review on insect control and resent advances on
tropical plants. Electronic Journal of Biotecnology 3:1-4.
Barnett HL, Hunter BB. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Virginia:
Burgers Publishing Company.
Budiprakoso B. 2010. Induksi cendawan endofit untuk ketahanan tanaman padi
terhadap wereng batang cokelat Nilaparvata lugens Stahl. (Hemiptera:
Delphacidae) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Canon PF, Simmons CM. 2002. Diversity and host preference of leaf endophytic
fungi in the Iwokrama Forest Reserve, Guyana. Mycologia 94: 210-220.
Cantrell RP. 2001. The role of rice in Asia. Di dalam: Diskusi Panel dan
Pameran Budidaya Padi; Surakarta, 28 Agustus 2001. Jakarta: Yayasan
Padi Indonesia. Hlm 1-10.
Chen Y. 2008. The Unsung Heroes of the rice field. Rice today January-March
2008. IRRI. P 30-31.
Dingle J, Mc Gee PA. 2003. Some endophyte fungi reduce the density of
pustules of Puccinia recondite f.sp. tritici in wheat. Mycol Res 107: 310316.
Faeth SH. 2002. Are endophytic fungi defensive plant mutualists. Oikos 98:2536.
Fagi AM, Abdullah B, Kartaatmadja S. 2001. Peran padi sebagai sumber daya
genetic padi modern. Di dalam: Diskusi Panel dan Pameran Budaya
Padi; Surakarta, 28 agustus 2001. Jakarta: yayasan Padi Indonesia. Hlm:
33-34.
Genarro M, Gonthier P, Nicolotti G. 2003. Fungal endophytic communities in
healty and declining Quercus robur L. and Q. cerris L. tress in Northern
Italy. Journal Phytopathology 151: 529-534.
Haniah M. 2008. Isolasi jamur endofit dari daun sirih (Piper belte L.) sebagai
antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococus aureus dan Candida
albicans [skripsi]. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Malang.
Harahap IS, Tjahjono B. 1988. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Hermawati H. 2007. Pengaruh cendawan endofit terhadap biologi dan
pertambahan populasi Aphis gossypii Glbv. (Homoptera: Aphididae) pada
tanaman cabai [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

 

22
 

Hill DS. 1972. Agriculture Insects Pest of the Tropics and their Control. Second
Edition. Sidney: Cambrige, London, New York, New Rochole,
Melbourne.
Hoerunnisa. 2006. Kekayaan dan keragaman laba-laba pada pertanaman padi
PHT dan konvensional di Ciasem, kabupaten Subang [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Irmawan DE. 2007. Kelimpahan dan keragaman cendawan endofit pada
beberapa varietas padi di Kuningan, Tasikmalaya dan Subang, Jawa Barat
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Laan PA Vaan der,
penerjemah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Ho eve. Terjemahan dari:
De plagen van Cultuurgewasse in Indonesia.
Kloepper JW, 1997. Current status and future trends in biological control research
and development in the U.S. International non pathogenic Fusarium
oxysporum . Ann. Phytopathol. Soc. Jpn. 52: 15-21.

Lethonen P, Helander M, Saikkonen. 2005. Are endophyte-mediated effects on
herbivore conditional on soil nutriens?. Oecologia 142: 38-45.
Lingga R. 2010. Uji nematisidal jamur endofit tanaman padi (Oryza sativa L.)
terhadap nematode puru akar (Meloidogyne spp.) [skripsi]. Sumatera
Utara: Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara.
Maheswari R. 2006. What is an endophytic fungus. Current Science 90: 1309.
Manuwoto S, Indriyani N. 1994. Perkembangan, kelangsungan hidup dan
reproduksi wereng cokelat Nilavarpata lugens (Stal) (Homoptera:
Delphacidae) pada empat varietas padi. Buletin HPT 7: 61-67.
Maria GL, Sridhar KR, Raviraja NS. 2005. Antimicrobial and enzyme activity of
mangrove endophytic fungi of south west coast of India. Journal of
Agriculture Technologi: 74
Narisawa K, Ohki KT, Hashiba T. 2000. Suppression of clubroot and
Verticillium yellow in Chinese cabbage in the field by the root endophytic
fungus, Heteroconium chaetospira. Plant Pathology 49: 141-146.
Pathak MD, Khan ZR. 1994. Insect pests of rice. IRRN. ICIPE. P 1-12.
Petrini O. 1992. Fungal endophytes of tree leaves. Di dalam. JH. Andrew and
SS Hirano, editor. Microbial Ecology of Leave. Berlin: Springer Verlag.
hlm 179.
Redlin, Carris. 1996. Endophyte fungi in grasses and woody plants systematics,
ecology and evolution. Di dalam : Redlin CS, Carris LM, editor.
Endophyte Fungi in Grasses and Woddy Plants Systematics, Ecology and
Revolution. Minnesota : APS Press. hlm 223 p.
Rubia EG. 1990. Simulation of rice yield reduction caused by stemborer (SB).
IRRN 15(1): 34.

 

23
 

Sabzalian MR, Hatami B, Mirlohi A. 2004. Mealybug, Phenacoccus solani
(Homoptera:
Pseudococcidae) and barley aphid, Sipha maydis
(Homoptera: Aphididae) response to endophyte-infected tall and meadow
fescues. Entomologia Experimentalis et Applicata 113: 205-209.
Semangun H. 1991. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Siregar H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya.
Warti. 2006. Perkembangan hama tanaman padi pada tiga sistem budidaya
pertanian di desa Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wilia W. 2010. Potensi cendawan endofit dan khamir untuk mengendalikan
penyakit antraknosa (Colletotrichum acutatum L.) pada tanaman cabai
[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut pertanian Bogor.
Worang, R.L. 2003. Fungi endofit sebagai penghasil antibiotik. Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian
Bogor.
http//tumotou.net/702_07134/rantje_worang.html diakses tanggal 26
November 2011
 

LAMPIRAN

 

25
 

Lampiran 1 Mikroskoopik cendaw
wan

C

A

B

D

E

G

H

I

J

K

L

M

P

S

F

N

O

Q

R

T

U

 

26
 

V

W

Keterangaan : A. Pesstalotia sp.;; B. Fusariium sp. 2; C. Curvullaria pallesscens;
D. Fusaarium sp. 1; E. Gliocla
adium sp; F.
F hifa sterill cokelat; G.
G hifa
berbuluu; H. hifa putih; I. Aspergillus
A
sp.; J. Niggrospora sp.
s 2;
K. Niggrospora spp. 5; L. Nigrospora
N
sp. 1; M. Nomuraea
a sp.;
N. Pennicillium spp.; O. tidak
k teridentifi
fikasi; P. Th
Thielaviopsiss sp.;
Q. Tricchocladium sp. 2; R. Trrichocladium
m sp. 1; S. Trichoderm
ma sp.
1; T. Trichoderma
Tr
a sp. 2; U. Nigrospora
N
sp. 3; V. N
Nigrospora sp.4;
W. Acrremonium sp.
s
Lampiran 2 Uji Patogenisitas

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

N

O

P

Q

R

S

T

 

27
 

U

Y

V

W

Z

AA

X

AB

Keterangan : A. Penicillium sp.; B. Stachylidium sp.; C. Trichoderma sp.2; D.
Acremonium sp.; E. Pestalotia sp; F. hifa putih; G. Curvularia
pallescens; H. Nigrospora sp.4; I. Thielaviopsis sp.;
J. Verticillium sp.2; K. Aspergillus fumigatus; L. hifa berbulu;
M. Trichoderma sp.1; N. Aspergillus sp.; O. Gliocladium sp.;
P. hifa steril cokelat.; Q. Khamir; R. Nigrospora sp.1; S. tidak
teridentifikasi; T. Nomuraea sp.; U. Trichocladium sp.2;
V. Nigrospora sp.2; W. Trichocladium sp.1; X. Nigrospora
sp.3; Y. Fusarium sp.2; Z. Nigrospora sp.5; AA. Fusarium sp.1;
AB. Kontrol
 

ABSTRAK

NUR’ASIAH. Keanekaragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit pada Batang
Padi. Dibimbing oleh SURYO WIYONO dan HERMANU TRIWIDODO.
Padi merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia. Permasalahan
dalam budidaya tanaman padi salah satunya yaitu hama penggerek batang padi.
Salah satu alternatif pengendalian hama yaitu pengendalian hayati menggunakan
cendawan endofit. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman cendawan
endofit dari batang padi dan potensinya terhadap pertumbuhan benih padi. Isolasi
cendawan diperoleh dari 17 batang padi tidak terserang penggerek dan 17 batang
padi terserang penggerek. Cendawan hasil isolasi diuji patogenisitas terhadap
benih padi. Benih yang ditanam sebanyak sepuluh bulir benih padi dengan tiga
kali ulangan pada tiap isolat yang diujikan dan diinkubasi selama seminggu.
Pengamatan perkecambahan benih setelah satu minggu dengan menghitung
persentase perkecambahan benih, panjang batang, dan panjang akar. Hasil isolasi
cendawan endofit dari batang padi tidak terserang penggerek dan terserang
penggerek didapatkan 27 spesies. Cendawan endofit yang mengkolonisasi pada
kedua batang diantaranya Nigrospora sp.3, Penicillium, Trichoderma sp.2,
Nigrospora sp.4, Verticillium, dan hifa steril cokelat. Cendawan endofit yang
dominan pada batang padi adalah Verticillium. Keanekaragaman cendawan pada
batang yang terserang penggerek lebih tinggi. Nilai indeks keragaman pada
batang tidak terserang penggerek sebesar 2.723 dan batang yang tidak terserang
penggerek sebesar 2.192. Indeks kesamaan cendawan endofit pada kedua batang
hanya 0.37 sehingga dapat dikatakan bahwa cendawan endofit pada batang tidak
terserang dan terserang penggerek berbeda.
Cendawan endofit yang
meningkatkan pertumbuhan panjang batang dan panjang akar dalam
perkecambahan yaitu Nigrospora sp.1; Trichocladium sp.1; Trichocladium sp.2;
khamir; Nigrospora sp.3; dan Nomuraea sp.
Kata kunci : padi, cendawan endofit

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman padi merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia. Nasi
sebagai hasil olahan dari padi menjadi bahan makanan pokok bagi masyarakat
Indonesia. Sekitar 1,75 miliar dari tiga miliar penduduk Asia, termasuk 210 juta
penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Penduduk
Asia mengonsumsi 90% beras dari hasil padi yang ditanam (Fagi et al. 2001;
Andoko 2002). Padi terpilih sebagai makanan utama karena cara budidaya dan
pengolahan menjadi bahan pangan lebih sederhana serta penyedia 70% hingga
80% kalori dan 40% hingga 70% protein (Siregar 1981; Fagi et al. 2001).
Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Tahun 2025 Asia diperkirakan harus menin