Variabilitas Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-A Kaitannya Dengan Produksi Tuna Di Ppp Tamperan

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN
KLOROFIL-A KAITANNYA DENGAN PRODUKSI TUNA
DI PPP TAMPERAN

SAMSUDIN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Variabilitas Suhu
Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya dengan Produksi Tuna di PPP
Tamperan” adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.


Bogor,

September 2015

Samsudin
NIM C44090045

ABSTRAK
SAMSUDIN. Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya dengan
Produksi Tuna di PPP Tamperan. Dibimbing oleh PRIHATIN IKA
WAHYUNINGRUM dan EKO SRI WIYONO
Produksi tuna di PPP Tamperan mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2009
sampai dengan 2012. Fluktuasi produksi tuna dipengaruhi antara lain oleh faktor
penangkapan dan faktor oseanografi seperti suhu permukaan laut dan klorofil-a.
Penelitian ini menggunakan data hasil tangkapan, data panjang ikan, data suhu
permukaan laut dan data konsentrasi klorofil-a. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa effort tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar 299 unit dan terendah terjadi
pada bulan Januari 2012 sebesar 7 unit. Sebaran suhu permukaan laut di perairan
Selatan Pacitan berkisar 25,85-30,47°C, suhu rata-rata 28,19°C dan suhu dominan

26,4°C. Sebaran klorofil-a di perairan selatan Pacitan berkisar 0,07 mg/m3-0,34
mg/m3 dengan klorofil-a rata-rata 0,15 mg/m3 dan klorofil-a dominan 0,09 mg/m3.
Produksi tuna mempunyai hubungan terbalik dengan suhu permukaan laut. Suhu
permukaan laut dan produksi tuna mempunyai korelasi yang cukup berarti
(r=0,65). Klorofil-a dan produksi tuna menunjukkan hubungan yang linear.
Klorofil-a dan produksi tuna mempunyai korelasi yang cukup berarti (r=0,69).
Kata Kunci: Konsentrasi klorofil-a, PPP Tamperan, Produksi Tuna, Suhu
Permukaan Laut
ABSTRACT
SAMSUDIN. Relationship between Sea Surface Temperature and Concentration
Clorophyll-a Variability and Tuna Production in Tamperan Coastal Fishing Port.
Supervised by PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and EKO SRI WIYONO
Tuna production in Tamperan Coastal Fishing Port fluctuated from 2009 to 2012.
Fluctuations in tuna production is influenced by oceanographic parameters such as
sea surface temperature and chlorophyll-a consentration. This research used catch
data, fish length data, sea surface temperature data and chlorophyll-a
concentration data. The results showed that the highest effort occurred in June
2010 for 299 units and the lowest one in January 2012 for 7 units. In addition, the
distribution of sea surface temperatures in the waters of South Pacitan ranged
from 25.85 to 30.47°C, the average temperature was 28.19°C and the dominant

temperature was 26.4°C. While the distribution of chlorophyll-a consentration
was from 0.07 mg/m3 to 0,34 mg/m3, averages chlorophyll-aconsentration was
0.15 mg/m3 and dominant of chlorophyll-a consentration was 0.09 mg/m3.
Furthermore, Tuna production and sea surface temperature has inverse
relationship with a significant correlation (r=0.65). In contrast, Chlorophyll-a and
production of tuna showed a linear relationship with a significant correlation
(r=0.69).
Keywords: Chlorophyll-a consentration, PPP Tamperan, Tuna Production, Sea
Surface Temperature

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN
KLOROFIL-A KAITANNYA DENGAN PRODUKSI TUNA DI
PPP TAMPERAN

SAMSUDIN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Penelitian
Nama
NIM
Program Studi

: Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a
Kaitannya dengan Produksi Tuna di PPP Tamperan
: Samsudin
: C44090045
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh:


Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi, MSi
Pembimbing I

Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh:

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rizki yang telah
diberikan dan telah membimbing sampai tulisan karya ilmiah ini dapat
diselesaikan. Penelitian ini bertema hubungan SPL dan klrofil-a terhadap produksi
tuna, dengan judul “Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Kaitannya

dengan Produksi Tuna di PPP Tamperan” dan dilaksanakan selama bulan Agustus
2013. Penelitian ini merupakan bagian dari riset BOPTN 2013 dengan judul
“Model Pengembangan Rumpon sebagai Alat Bantu dalam Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Tuna Secara Berkelanjutan” yang dibiayai oleh Dirjen DIKTI.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1) Ibu Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi, MSi dan Bapak Dr Eko Sriwiyono
selaku pembimbing dan Bapak Dr. Am Azbas Taurusman selaku penguji serta
Bapak Dr. Iin Sholihin selaku komisi pendidikan.
2) Dirjen DIKTI yang telah membiayai penelitian ini.
3) Toha Asyari, Bapak Juhar dan Bapak Hartono selaku pihak pengelola
Pelabuhan PPP Tamperan yang telah membantu selama penelitian.
4) Ayah, Ibu dan Istri serta Anak-anakku yang telah memberi semangat dan do’a
serta kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

Samsudin

DAFTAR ISI


DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian Terdahulu
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis data
Produksi hasil tangkapan
Ukuran panjang ikan yellowfin tuna
Variabilitas SPL dan klorofil-a
Hubungan antara variabilitas SPL dan klorofil-a dengan
produksi tuna
Hubungan ukuran panjang ikan dengen SPL dan klorofil-a

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Tuna di PPP Tamperan
Ukuran Panjang Ikan
Variasi SPL dan Klorofil-a di Perairan Selatan Pacitan
Hubungan Variabilitas SPL dan Klorofil-a terhadap Produksi Tuna
di PPP Tamperan
Distribusi Ukuran Panjang Ikan dengan SPL dan Klorofil-a
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

v
v
1
1
1
2

2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
9
9
12
15
16
16

16
16
19
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Produksi tuna di PPP Tamperan
Jumlah armada penangkapan ikan tuna
Produksi tuna bulanan tahun 2009 – 2012
Effort bulanan di PPP Tamperan
CPUE bulanan di PPP Tamperan
Persentase layak tangkap ikan yellowfin tuna

Nilai rata-rata SPL dan klorofil-a bulanan di Perairan PPP Tamperan
tahun 2009-2012
8 Sebaran SPL perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012
9 Sebaran klorofil-a perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012
10 Hubungan SPL terhadap produksi tuna di PPP Tamperan
11 Hubungan korelasi SPL terhadap produksi tuna di PPP Tamperan
12 Hubungan klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan
13 Hubungan korelasi klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan
14 Hubungan ukuran panjang ikan dengan SPL
15 Hubungan ukuran panjang ikan dengan Klorofil-a

6
6
7
8
8
9
11
12
12
13
13
14
14
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil tangkapan di PPP Tamperan tahun 2012
2 Produksi tuna di PPP Tamperan
3 Upaya penangkapan (effort) bulanan tahun 2009-2012
4 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) di PPP Tamperan
5 Ukuran panjang ikan Yellowfin tuna
6 Rata-rata suhu permukaan laut bulanan di perairan Selatan Pacitan
7 Rata-rata klorofil-a bulanan di perairan Selatan Pacitan
8 Selang kelas ukuran panjang ikan Yellowfin tuna

18
18
18
19
19
19
20
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
PPP Tamperan adalah salah satu tempat pendaratan ikan di Kecamatan
Tamperan Kabupaten Pacitan. Ikan yang didaratkan di PPP Tamperan salah
satunya adalah Yellowfin tuna. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tamperan
merupakan hasil tangkapan dari perairan Samudra Hindia. Berdasarkan penelitian
Setiawan (2011) produksi perikanan tuna di PPP Tamperan cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya, produksi tuna pada tahun 2006 sebesar 74.231
kg/tahun, tahun 2007 sebesar 1.153.236 kg/tahun, tahun 2008 sebesar 1.181.905
kg/tahun, dan pada tahun 2009 produksi tuna sebesar 1.688.588 kg/tahun. Namun
produksi tuna mengalami penurunan sebesar 1.589.989 kg/tahun dari tahun 2009
ke tahun 2010.
Fluktuasi hasil tangkapan dipengaruhi oleh faktor penangkapan dan
oseanografi seperti suhu dan klorofil-a. Menurut Wahyuningrum dan Simbolon
(2011) suhu merupakan salah satu parameter oseanografi yang menjadi faktor
penting bagi kehidupan organisme yang mempengaruhi aktivitas perkembangan
metabolisme organisme tersebut. Berbagai proses yang terjadi di laut mempunyai
hubungan timbal balik dengan suhu permukaan laut. Suhu terhadap ikan berperan
penting terhadap proses metabolisme ikan seperti pertumbuhan dan pengambilan
makanan, aktivitas tubuh seperti kecepatan renang dan rangsangan syaraf.
Berdasarkan penelitian Haryanti (2012) peningkatan klorofil-a mengindikasikan
bahwa kesuburan perairan cenderung meningkat sehingga akan mengakibatkan
ikan-ikan pelagis kecil berkumpul. Kumpulan ikan-ikan kecil tersebut akan
menarik ikan pelagis besar seperti yellowfin tuna untuk berkumpul pada perairan
yang sama untuk memakan ikan-ikan kecil.
Data dan informasi mengenai kondisi oseanografi penting untuk
mengetahui penyebab fluktuasi jumlah produksi. Agar dapat diketahui apakah
faktor oseanografi seperti suhu dan klorofil-a merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya produksi, maka perlu dilakukannya
penelitian tentang variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a kaitannya
dengan produksi tuna di PPP Tamperan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Surini (2013) tentang variabilitas suhu permukaan laut
kaitannya dengan daerah penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Teluk
Lampung menunjukkan bahwa pengukuran SPL dengan pengukuran satelit di
Teluk Lampung dan hasil tangkapan ikan tongkol, kembung dan teri digunakan
untuk menduga DPI potensial. Sebaran SPL di Teluk Lampung bulan Juli 2012
malam hari berkisaran 27,22-28,91⁰C (s2=0,4) dan siang hari berkisaran 27,9930,16⁰C (s2=0,3). Hasil tangkapan didominasi oleh ikan tongkol (41%), teri
(22.9%) dan kembung (12,2%). Ikan tongkol dominan tertangkap pada ukuran 2127 cm (32,10%), kembung 16,8-20,1 cm (57,5%). SPL dengan hasil tangkapan
tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. DPI pada bulan Juli 2012 untuk
ikan tongkol terdapat di perairan Condong, Kelagian, Legundi, Puhawang,

2

Tanjung Putus dan Tegal, untuk ikan kembung terdapat di Kelagian dan ikan teri
terdapat di sekitar Pulau Condong dan Kelagian.
Berdasarkan penelitian Putra (2012) tentang variabilitas konsentrasi
klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit MODIS serta hubungannya
dengan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan laut Jawa menunjukkan bahwa
SPL rata-rata bulanan di laut Jawa tahun 2006-2010 berkisar 27,9°C-31,4°C.
penyebaran SPL mengikuti pola angin musim dimana SPL cenderung menurun di
musim Barat dan Timur dan SPL naik di musim Peralihan 1 dan Peralihan 2.
Trend kenaikan SPL tahun 2006-2010 naik 1°C. Sebaran klorofil-a berkisar 0,221,15 mg/m3 dengan penyebaran mengikuti pola angin yang sedang berlangsung.
Nilai klorofil-a tertinggi pada musim Barat dan terendah pada musim Peralihan 2.
Hubungan SPL terhadap komoditas ikan layang dan banyar menunjukkan respon
yang negatif terutama pada musim Timur. Hal ini disebabkan masuknya massa air
yang bersuhu rendah dan bersalinitas tinggi dari Laut Flores dan Selat Makassar.
Hubungan SPL terhadap ikan lemuru dan ikan tembang menunjukkan tidak
adanya hubungan langsung antara SPL dengan CPUE. Sedangkan hubungan
antara klorofil-a dengan lemuru dan tembang menunjukkan adanya respon positif.
Hubungan klorofil-a dengan ikan layang, banyar dan tongkol menunjukkan
klorofil-a tidak langsung berdampak pada naiknya nilai CPUE.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1) Menghitung CPUE, produksi tuna serta ukuran panjang ikan yang didaratkan
di PPP Tamperan;
2) Menghitung variabilitas suhu pemukaan laut dan klorofil-a di sekitar perairan
PPP Tamperan;
3) Menganalisis hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap produksi
tuna di PPP Tamperan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Memberikan informasi bahwa jumlah produksi selain dipengaruhi oleh faktor
penangkapan juga mempunyai hubungan dengan variabilitas suhu permukaan
laut dan klorofil-a;
2) Nelayan dapat memanfaatkan data dan informasi SPL dan klorofil-a untuk
menentukan waktu penangkapan ikan;
3) Bagi mahasiswa dapat pengetahuan baru tentang variabilitas suhu dan
klorofil-a sebagai faktor penting untuk mengetahui perubahan jumlah
produksi yang didaratkan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013. Penelitian ini bertempat
di PPP Tamperan Kabupaten Pacitan. Pengolahan data dilakukan pada bulan
Januari-Juni 2015.
Alat dan Bahan
Alat
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Software
microsoft excel 2013, software SEADas, kamera untuk mendokumentasikan hasil
penelitian, data sheet, meteran untuk mengukur panjang ikan dan alat tulis untuk
mencatat hasil tangkapan, kuisioner yang digunakan untuk wawancara nelayan
dan pengelola PPP Tamperan.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah data hasil tangkapan tuna tahun 2009-2012
di PPP Tamperan dan data citra SPL dan klorofil-a yang diunduh pada alamat
website http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan.
Responden terdiri dari nelayan dan pihak pengelola PPP Tamperan yang dipilih
sebanyak 10% yaitu 15 orang nelayan dan 3 orang pengelola PPP Tamperan
dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan sampel atau responden dengan
pertimbangan tertentu dan ditentukan terlebih dahulu yaitu responden memiliki
informasi yang dibutuhkan untuk penelitian dan responden di anggap memenuhi
kriteria-kriteria tertentu.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer yang diambil data sampel panjang ikan dan wawancara. Responden yang
terlibat dalam wawancara sebanyak 10% terdiri dari nelayan tonda yaitu
sebanyak 15 orang nakhoda. Sedangkan wawancara pengelola PPP Tamperan
sebanyak 3 orang terdiri dari kepala Pelabuhan PPP Tamperan, kepala UPT PPP
Tamperan dan staff bagian pendataan PPP Tamperan. Wawancara kepada nelayan
dilakukan untuk mengetahui daerah penangkapan ikan, operasi penangkapan ikan
dan metode penangkapan ikan. Pengumpulan data panjang ikan yang diambil
adalah fork length (panjang cagak) yaitu mengukur panjang ikan dengan
menggunakan meteran dari ujung mulut hingga ujung lekukan tengah ekor ikan.
Sampel ikan yang diukur merupakan hasil tangkapan nelayan tonda yang
didaratkan di PPP Tamperan. Sampel panjang ikan adalah 10% dari total hasil
tangkapan.

4

Data sekunder terdiri dari data produksi tuna tahun 2009-2012 diperoleh
dengan pengambilan data di UPT PPP Tamperan dan data sebaran suhu
permukaan
laut
dan
klorofil-a
yang
diambil
dari
website
http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ (lampiran 6 dan 7).
Analisis data
Produksi Hasil Tangkapan
Analisis produksi dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif yang
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis produktivitas hasil tangkapan
yang digunakan adalah analisis Catch Per Unit Effort (CPUE) (King 1995 vide
Purnamaningtyas 2006)

Keterangan:

CPUE
Catch (Ci)
Effort (Ei)

�� � =

��
��

: hasil per upaya penangkapan (kg/trip)
: hasil tangkapan pada bulan ke-i (kg)
: upaya penangkapan pada bulan ke-i (trip/bulan)

Ukuran Panjang Ikan Yellowfin tuna
Analisis ukuran panjang ikan dilakukan dengan menganalisis secara
deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Ukuran panjang ikan
yang diukur yaitu panjang cagak. Ikan yang yang sudah layak tangkap Fromentin
dan Fonteneau (2000) mengatakan ikan mempunyai panjang cagak minimal 105
cm dimana ikan sudah memijah minimal satu kali.
Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a
Variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a ditentukan dengan
menggunakan rumus keragaman sebagai berikut (Sugiyono, 2011)
=



X

%

Sehingga S (ragam contoh) dihitung dengan rumus:
� =



∑�=

Keterangan:
S2 : ragam contoh SPL dan klorofil-a
Xi : data SPL dan klorofil-a
V : koefisien keragaman

�−

�−̅

� = √�
S
X

: simpangan baku
: rata-rata SPL dan klorofil-a

Hubungan antara Produksi Tuna dengan Variabilitas SPL dan Klorofil-a
Hubungan antara produksi ikan tuna dengan SPL dan klorofil-a dilakukan
dengan analisis korelasi linear yang merupakan ukuran hubungan linear antara
dua peubah yaitu SPL dan klorofil-a sebagai variabel bebas dengan produksi
sebagai variabel tidak bebas. Ukuran korelasi linear yang digunakan adalah
koefisien korelasi momen hasil kali atau korelasi Pearson. Rumus koefisien
korelasi atau korelasi Pearson sebagai berikut (Hasan, 2003)
�=
Keterangan:

√[� ∑��=

� ∑��=

� � − ∑��=



� − ∑�=

� ∑��=

� ] − [� ∑��=

r: korelasi koefisien/Pearson
n: jumlah produksi hasil tangkapan





� − ∑�=

� ]

X: klorofil-a dan SPL
Y: CPUE

Table 1 Kisaran Koefisien Korelasi Sumber (Hasan 2003)
r
r=0
Tidak ada korelasi
0 < r < 0,2
Korelasi sangat rendah
0,2 < r < 0,4
Korelasi rendah
0,4 < r < 0,7
Korelasi yang cukup berarti
0,7 < r < 0,9
Korelasi yang tinggi, kuat
0,9 < r < 1,0
Korelasi sangat tinggi
r=1
Korelasi sempurna
Hubungan antara Panjang Ikan dengan Variabilitas SPL dan Klrofil-a
Hubungan antara panjang ikan tuna dengan SPL dan klorofil-a dilakukan
dengan analisis korelasi linear yang merupakan ukuran hubungan linear antara
dua peubah yaitu SPL dan klorofil-a sebagai variabel bebas dengan panjang ikan
sebagai variabel tidak bebas. Ukuran korelasi linear yang digunakan adalah
koefisien korelasi momen hasil kali atau korelasi Pearson.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Tuna di PPP Tamperan
Hasil tangkapan yang di daratkan di PPP Tamperan didominasi tuna dan
cakalang. Hasil tangkapan di PPP Tamperan tahun 2012 terdiri dari Yellowfin
tuna, Bigeye tuna, Cakalang, Tongkol, Marlin, Tenggiri dan Lemadang. Data
hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tamperan menunjukkan 59,50% adalah
yellowfin tuna dan 34,46% adalah cakalang (Lampiran 1). Hasil tangkapan di
tangkap dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda dan purse seine. Tuna
dan cakalang merupakan hasil tangkapan primadona yang ada di PPP Tamperan
karena harganya yang tinggi dan sebagian besar hasil tangkapan didistribusikan ke
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali.

6

Hasil tangkapan yang diperoleh mempunyai ukuran yang berbeda. Hal ini
menunjukkan adanya spesifikasi tertentu pada karakteristik ukuran dan bentuk
tubuh. Perbedaan ukuran ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal seperti hormon dan faktor keturunan. Sedangkan faktor eksternal
yaitu lingkungan seperti suhu dan makanan.

Produksi (ton)

1,650
1,600
1,550
1,500

1,450
1,400
2009

2010

2011

2012

Tahun

Gambar 1 Produksi Tuna di PPP Tamperan.

Jumlah Kapal (Unit)

Produksi ikan tuna yang didaratkan di PPP Tamperan berfluktuasi setiap
tahunnya. Jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan jumlah
produksi sebesar 1.635.671 kg dan produksi terendah terjadi pada tahun 2011
dengan jumlah produksi sebesar 1.496.723 kg. Tahun 2009 jumlah produksi
mengalami penurunan sebesar 97.885 kg (1%) ke tahun 2010 dengan jumlah
produksi 1.537.786 kg/tahun dan kembali menurun sebesar 41.063 kg (1%) ke
tahun 2011. Jumlah produksi kembali meningkat sebesar 86.017 kg (1%) pada
tahun 2012 dengan jumlah produksi 1.582.740 kg (Gambar 1). Menurut Fausan
(2011) produksi dipengaruhi oleh faktor oseanografi seperti suhu dan klorofil-a
dan faktor penangkapan. Tahun 2009 jumlah armada 151 kapal mengalami
penurunan sebesar 7 kapal (1%) ke tahun 2010 dengan jumlah kapal 144 kapal
dan kembali menurun sebesar 29 kapal (6%) ke tahun 2011 dengan jumlah kapal
115. Jumlah kapal kembali meningkat sebesar 12 kapal (3%) pada tahun 2012
dengan jumlah armada 127 kapal (Gambar 2).
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2009

2010

2011

2012

Tahun

Gambar 2 Jumlah armada penangkapan ikan tuna.

7

350
300
250
200
150
100
50
-

302

1
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov

Produksi (Ton)

Rata-rata produksi tuna bulanan tahun 2009-2012 meningkat pada bulan
April hingga Agustus dimana dengan produksi tertinggi pada bulan Juli 2009
sebesar 301.781 kg dan terendah pada bulan Januari 2012 sebesar 1.301 kg
(Gambar 3). Peningkatan produksi terjadi disebabkan adanya peningkatan effort
pada musim peralihan I dan musim Timur. Menurut Setiawan (2011) nelayan
yang ada di PPP Tamperan terlebih dahulu harus mengetahui musim penangkapan
ikan, khususnya ikan tuna, sebelum mereka melakukan operasi penangkapan ikan.
Musim penangkapan tuna terjadi pada musim Timur yaitu bulan Juli sampai bulan
September. Berdasarkan wawancara nelayan, pada saat musim tuna setiap kapal
rata-rata mendapatkan hasil tangkapan mencapai 20 ton per trip. Jumlah hasil
tangkapan akan kembali menurun pada musim Barat yaitu pada bulan Januari
hingga Maret. Pada musim Barat nelayan hanya mendapatkan hasil tangkapan 5
ton per trip bahkan tidak mendapatkan hasil tangkapan

B

P
1

T

P
2

2009

B

P
1

T

P
2

2010

B

P
1

T

P
2

B

P
1

T

P
2

2012

2011

BULAN/MUSIM/TAHUN
B: Barat

P1: Peralihan 1

T: Timur

P2: Peralihan 2

Gambar 3 Produksi tuna bulanan tahun 2009 – 2012.
Meningkat dan menurunnya hasil tangkapan berdasarkan rata-rata
produksi di pengaruhi oleh effort yang ada di PPP Tamperan. Jumlah effort
tertinggi pada musim ikan Tuna yaitu bulan Juni 2010 sebesar 299 upaya
penangkapan dan effort terendah pada bulan Januari 2012 sebesar 7 upaya
penangkapan (Gambar 4). Berdasarkan wawancara nelayan, setiap musim ikan
tuna nelayan lebih banyak melakukan trip dan mengoptimalkan fungsi rumpon
milik mereka agar hasil tangkapan meningkat. Musim ikan tuna terjadi pada
musim Timur yaitu bulan Juni hingga Agustus. Sedangkan musim paceklik terjadi
pada musim Barat yaitu pada bulan Januari hingga Maret.

350
300
250
200
150
100
50
0

299

7
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov

Effort (Trip)

8

B

P
1

P
2

T

P
1

B

2009

P
2

T

P
1

B

2010

P
2

T

P
1

B

2011

P
2

T

2012

BULAN/MUSIM/TAHUN
B: Barat

P1: Peralihan1

T: Timur

P2: Peralihan2

1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

1614.47

185.86
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov

CPUE (Kg/Trip)

Gambar 4 Effort tuna bulanan di PPP Tamperan

B

P
1

T

P
2

2009

B

P
1

T

P
2

2010

B

P
1

P
2

T

B

P
1

T

P
2

2012

2011

BULAN/MUSIM/TAHUN
B: Barat

P1: Peralihan 1

T: Timur

P2: Peralihan2

Gambar 5 CPUE tuna bulanan di PPP Tamperan
Rata-rata produktivitas (CPUE) bulanan di PPP Tamperan menunjukkan
produktivitas tertinggi terjadi pada bulan Desember 2011 sebesar 1614,47 kg/trip
(6,67%) dan terendah terjadi pada bulan Januari 2012 sebesar 185,86 kg/trip
(0,77%) (Gambar 5). CPUE mengalami peningkatan tertinggi pada bulan
November ke bulan Desember 2009 sebesar 3,69% dan penurunan terendah pada
bulan Desember 2009 ke bulan Januari 2010 sebesar 5,53% (Lampiran 4).
Fluktuasi CPUE yang terjadi, menurut Putra (2012) secara tidak langsung
berhubungan dengan fluktuasi suhu dan klorofil-a yang dapat mempengaruhi hasil
tangkapan. Pergerakan massa air dari Samudera Hindia yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu dimana dapat mempengaruhi hasil tangkapan ikan tuna. Sedangkan
pada fluktuasi klrofil-a terjadi akibat adanya proses upwelling yang dapat
mempengaruhi kelimpahan sumberdaya ikan tuna di perairan Selatan Pacitan.

9

Ukuran Panjang Ikan Yellowfin Tuna
Yellowfin tuna merupakan pemakan ikan-ikan kecil dan salah satu ikan
ekonomis penting dan sebagai komoditas utama di PPP Tamperan (Maarif 2011).
Hasil tangkapan ikan tuna di PPP Tamperan mempunyai ukuran yang bervariasi
(Lampiran 5). Sampel hasil tangkapan yellowfin tuna sebanyak 79 ekor
menunjukkan hasil tangkapan lebih banyak tertangkap pada ukuran 119-125 cm
sebanyak 14 ekor (17,72%) dan hasil tangkapan terendah pada ukuran 91-97 cm
dan 105-111 cm sebanyak 2 ekor (2,53%). Hasil tangkapan nelayan lebih banyak
pada kisaran ukuran diatas LM (105 cm) (Lampiran 8).
Jumlah sampel ikan tuna yang diambil sebanyak 79 ekor memiliki kisaran
panjang 77-166 cm. Fromentin dan Fonteneau (2000) menyebutkan Yellowfin
tuna penyebaran di daerah tropis, berat minimal yang layak tangkap (weight at
maturity) 25 kg dan panjang minimal (length at maturity) 105 cm. Sampel ikan
yang diukur menunjukkan ikan dibawah LM sebanyak 13 ekor (16,45%) tidak
layak tangkap dan 66 ekor (83,54%) sudah layak tangkap (Gambar 6).
16%

84%

Tidak Layak Tangkap

Layak Tangkap

Gambar 6 Persentase layak tangkap ikan yellowfin tuna
Variasi SPL dan Klorofil-a di Perairan Selatan Pacitan
Suhu perairan PPP Tamperan setiap tahunnya berfluktuasi. Berdasarkan
rata-rata suhu bulanan di perairan PPP Tamperan, Suhu tertinggi terjadi pada
musim Barat di bulan Maret 2010 sebesar 30,47°C dan suhu terendah terjadi pada
musim Timur di bulan September 2011 sebesar 25,85°C. Suhu mengalami
fluktuasi dimana penurunan suhu terjadi pada bulan April hingga September atau
musim peralihan I hingga musim Timur. Sedangkan pola naik terjadi pada bulan
Oktober hingga Maret atau musim peralihan II hingga musim Barat (Gambar 6).
Sebaran suhu di perairan selatan Pacitan Januari 2009 – Desember 2012 berkisar
25,85-30,47°C dengan suhu rata-rata sebesar 28,19°C dan suhu dominan 26,49°C
(Gambar 7). Hasil perhitungan varian suhu permukaan laut sebesar 1,61 dengan
nilai koefisien keragaman (V) sebesar 0,04% atau dapat dikatakan sebaran suhu
seragam karena nilai V lebih kecil dari 15%. Menurut Latumeten et al (2013) tuna
Sirip Kuning sangat menyukai suhu dengan kisaran antara 20-28°C. Nilai kecil
suhu yang terjadi pada bulan Agustus dan September 2011 masing – masing
26,13°C dan 25,85°C merupakan musim ikan tuna terutama ikan tuna sirip kuning
dimana kelimpahan ikan tuna sangat tinggi. Pada musim ini, jumlah penangkapan
ikan juga tinggi untuk mengeksploitasi hasil laut ikan tuna. Rata-rata jumlah

10

penangkapan pada musim Timur yaitu bulan Agustus 247 dan bulan September
212 penangkapan (Lampiran 3). Jumlah penangkapan pada bulan Agustus dan
September merupakan yang tertinggi dari pada bulan yang lainnya. Fluktuasi suhu
dipengaruhi oleh upwelling dan arus munson dimana pada musim Timur suhu
mengalami penurunan dan banyak terjadi upwelling. Sedangkan pada musim
Barat upwelling lebih sedikit terjadi dan kenaikan suhu di perairan Samudera
Hindia. Menurut Ridha et. al. (2013) faktor yang berpengaruh langsung terhadap
suhu dan klorofil-a adalah upwelling dan arah arus munson Indonesia sehingga
pada musim Timur lebih banyak terjadi upwelling dengan suhu rendah. Arus
munson Indonesia dari Barat ke arah Timur (Laut, Bali, Laut Flores dan Laut
Banda) dan Selatan (Samudera Hindia) banyak mengangkut massa air sehingga
terjadi surplus sehingga untuk mengurangi surplus maka terjadi downwelling.
Pada musim Timur, banyak mengangkut massa air dari Timur dan Samudera
Hindia ke Barat sehingga terjadi defisit air, untuk mengurangi defisit tersebut
maka terjadi upwelling. Naiknya lapisan air dari dalam ke permukaan air
mengakibatkan menurunnnya suhu permukaan (Ridha et. al. 2013).
Berdasarkan Gambar 6 nilai rata-rata klorofil-a dapat dilihat bahwa
klorofil-a di perairan PPP Tamperan berfluktuasi dengan klorofil-a tertinggi pada
musim Timur yaitu bulan Sepetember 2011 sebesar 0,34 mg/m3 dan nilai klorofila terendah pada musim Barat yaitu bulan Desember 2010 sebesar 0,07 mg/m3.
Kisaran nilai klorofil-a mengalami kenaikan pada musim Timur yaitu bulan Juli
hingga September dan klorofil-a rendah pada musim Barat yaitu bulan Januari
hingga Maret (Gambar 6). Sebaran klorofil-a dari Januari 2009 – Desember 2012
berkisar 0,07-0,34 mg/m3 dan klorofil-a dominan sebesar 0,09 mg/m3. Nilai
koefisien keragaman (V) sebesar 0,49% dan varian 0,0055. Nilai koefisien
klorofil-a dapat dikatakan sebaran klorofil-a masih seragam karena nilai koefisien
lebih kecil dari 15% (Gambar 8).
Menurut Ridha et. al. (2013) fluktuasi klorofil-a dipengaruhi oleh
pergerakan massa air dan upwelling. Proses pergerakan massa air dari Timur ke
arah Barat mengakibatkan terjadinya upwelling dimana massa air dari dalam
samudera terangkat ke arah permukaan air. Proses upwelling mengakibatkan
melimpahnya klorofil-a. Hal ini terjadi karena nutrien dari dasar laut ikut
terangkat oleh pergerakan massa air tersebut.
Suhu mengalami peningkatan di musim Barat dan musim Peralihan I dan
penurunan di musim Timur dan musim Peralihan II. Sedangkan pada klorofil-a
mengalami peningkatan pada musim Timur dan musim Peralihan II dan
penurunan pada musim Barat dan musim Peralihan I. Menurut Ramansyah (2009)
fluktuasi suhu dan klorofil-a keduanya dipengaruhi oleh angin munson (munson
Tenggara), pergerakan massa air, dan upwelling. Upwelling terjadi karena adanya
pergerakan angin munson tenggara yang mengakibatkan proses sirkulasi massa air
yang kaya nutrient ke arah permukaan. Proses tejadinya upwelling diakibatkan
oleh pergerakan massa air dimana dapat mengakibatkan suhu mengalami
penurunan karena adanya suhu yang lebih dingin dari Samudera Hindia ke arah
permukaan air. Selain suhu, upwelling juga mengakibatkan tingginya klorofil-a
seperti yang terjadi pada musim Timur dan musim Peralihan II.

31.0

0.375
0.35

0.34

30.0

0.325

29.5

0.3

29.0

0.275

28.5

0.25

28.0

0.225

27.5

0.2

27.0

0.175

26.5

0.15

26.0

0.125
25.85

25.5

0.1

0.07

25.0

0.075

24.5

0.05

24.0

0.025

23.5

0

Barat

Barat
Timur

Timur

2009

Timur
-Barat

Barat

Barat
Timur

2010

Timur

Timur
Barat

Barat

Barat
Timur

Bulan / Musim / Tahun
SST

Timur

2011

Timur
Barat

Barat

Barat
Timur

Timur

2012

Klorofil-a

Gambar 7 Nilai rata-rata SPL dan klorofil-a bulanan di Perairan PPP Tamperan dari Tahun 2009-2012

Timur Barat

Klorofil-a (mg/m3)

30.47

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des

SST (°C)

30.5

12

1.2
25,85-30,47

Kisaran Suhu
0.9

Suhu Dominan

26,49

0.6

Rata-rata

28,19

0.3

1,61

Ragam
0
0

5

10

15

20

25

30

35

SPL (ºC)

Gambar 8 Sebaran SPL perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012
1.2
Kisaran Klorofil-a

0.07-0.34

0.9
klorofil-a Dominan

0.09

0.6

Rata-rata

0.15

0.3
0.0055

Ragam
0
0

0.05

0.1

0.15
0.2
0.25
Klorofil-a (mg/m3)

0.3

0.35

0.4

Gambar 9 Sebaran klorofil-a perairan Selatan Pacitan tahun 2009-2012
Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Terhadap Produksi Tuna
di PPP Tamperan
Suhu mempengaruhi keberadaan ikan tuna di perairan. Rata-rata, suhu
mengalami peningkatan saat musim Barat hingga musim Peralihan I dan menurun
di musim Timur hingga musim Peralihan II. Nilai suhu mengalami peningkatan
pada saat produksi rendah dengan suhu tertinggi pada bulan Maret 2010 sebesar
30,47°C dan suhu mengalami penurunan pada musim ikan tuna yaitu dengan suhu
terendah pada bulan September 2011 sebesar 25,85°C (Gambar 10). Hasil
tangkapan tertangkap pada kisaran suhu 26 - 30°C. Hubungan suhu permukaan
laut terhadap produksi tuna dapat dihat dengan nilai korelasi suhu permukaan laut
terhadap produksi dengan nilai r sebesar 0,65 dan determinasi 0,43 atau dapat
dikatakan bahwa suhu permukaan laut terhadap klorofil-a mempunyai korelasi
yang cukup berarti (Gambar 11).
Menurut penelitian Latumeten et. al. (2013) Yellowfin tuna merupakan
ikan pelagis besar yang senang hidup di daerah upwelling, front, senang beruaya
dan memburu daerah yang kaya makanan. Yellowfin tuna tersebar pada kedalama
80 m -100 m dan lebih banyak ditemukan pada kisaran suhu 20-28°C

350
325
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
-

30.47
302

25.85

1

Produksi (ton)

31
30.5
30
29.5
29
28.5
28
27.5
27
26.5
26
25.5
25
24.5
24
23.5

Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
B

P
1

T

P
2

P
1

B

2009

T

B

P
2

P
1

T

P
2

2011

2010

B

P
1

T

P
2

2012

BULAN/MUSIM/TAHUN
Gambar 6 Hubungan Variabilitas
SST Terhadap Produksi Tuna di PPP Tamperan
SST
Produksi
B: Barat

P1: Peralihan1

T: Timur

P2: Peralihan2

Gambar 10 Hubungan SPL terhadap produksi tuna di PPP Tamperan

Produksi (Ton)

SST (°C)

13

350
300
250
200
150
100
50
-

y = -47164x + 1E+06
R² = 0.4331

25

26

27

28

29

30

31

SPL (ºC)

Gambar 11 Hubungan korelasi SPL terhadap produksi tuna
Menurut Nababan (2008) klorofil-a berpengaruh secara tidak langsung
terhadap keberadaan ikan disuatu perairan. Konsentrasi klorofil-a menunjukkan
keberadaan fitoplankton, dalam rantai makanan fitoplankton sebagai produsen
yang dimakan oleh organisme trofik yang lebih tinggi. Tingginya konsentrasi
klorofil-a menyebabkan ikan-ikan kecil datang untuk mencari makan. Ikan kecil
merupakan sumber makanan bagi ikan tuna. Berdasarkan Gambar 12 rata-rata
produksi meningkat pada saat klorofil-a tinggi seperti yang terlihat pada bulan Juli
hingga September dan produksi menurun pada saat klorofil-a rendah seperti pada
bulan Januari hingga Maret. Klorofil-a tertinggi terjadi pada bulan September
2011 sebesar 0,34 mg/m3 dan klorofil-a terendah terjadi pada bulan Desember
2010 sebesar 0,07 mg/m3. Nilai korelasi antara klrorofil-a terhadap produksi tuna

14

350
300
250
200
150
100
50
-

0.34

302

0.07
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sept
Nov

1

P T
1
2009

B

P
2

B

P
T
1
2010

P
2

P
1

B

T

P
2

B

2011

P T
1
2012

P
2

BULAN/MUSIM/TAHUN
Klorofil-a
Produksi
B: Barat

P1: Peralihan1

T: Timur

P2: Peralihan2

Gambar 12 Hubungan klorofil-a terhadap produksi tuna di PPP Tamperan
350
y = 844859x + 1932
R² = 0.4792

300
250
200
150
100
50
0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

Klorofil-a (mg/m3)

Gambar 13 Hubungan korelasi klorofil-a terhadap produksi tuna

Produksi (ton)

0.400
0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000

Produksi (Ton)

Klorofil-a (mg/m3)

dengan nilai r sebesar 0,69 dan determinasi 0,48 atau dapat dikatakan bahwa
klorofil-a terhadap produksi mempunyai korelasi yang cukup berarti (Gambar 13).
Menurut penelitian Latumeten et. al. (2013) kandungan klorofil-a di
perairan Samudra Hindia, musim Timur kandungan klorofil-a lebih tinggi dari
pada musim Barat. Hal ini dikaitkan dengan terjadinya fenomena front pada
musim timur dimana wilayah penangkapan Tuna dilakukan di daerah front. Hasil
tangkapan yellowfin tuna lebih banyak tertangkap pada musim Timur karena pada
musim Timur proses terjadinya upwelling dan front lebih tinggi. kisaran klorofil-a
di Samudera Hindia pada musim Timur berkisar antara 0,01-1,1 mg/m3 sedangkan
pada musim Barat berkisar antara 0,01-0,3 mg/m3.

15

Distribusi Ukuran Panjang Ikan dengan SPL dan Klorofil-a
Hasil tangkapan Yellowfin tuna yang didaratkan mempunyai ukuran yang
bervariasi. Ikan yang didaratkan merupakan hasil tangkapan nelayan tonda. Hasil
tangkapan diatas LM (105 cm) atau ikan besar tertangkap pada suhu 27-28.5°C
dan di bawah LM atau ikan yang lebih kecil banyak tertangkap pada suhu 27.528°C. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tuna yang lebih besar menyebar di lapisan
suhu 27-28.5°C. Sedangkan ikan kecil lebih menyukai suhu pada kisaran 27.528°C (Gambar 14).
Menurut Simbolon (2004) mengatakan bahwa ikan yang lebih besar dapat
menyesuaikan di berbagai kisaran suhu. Hal ini dikarenakan ikan yang lebih besar
memiliki system metabolisme yang lebih baik dari pada ikan kecil.

Panjang Ikan (cm)

200
160

Besar

120
80

Kecil

40
0
26.5

27

27.5

28

28.5

29

SST (°C)

Gambar 14 Hubungan ukuran panjang ikan tuna dengan SPL
Hasil tangkapan lebih banyak tertangkap pada klorofil-a 0,1-0,2 mg/m3
terutama ikan-ikan besar. Sedangkan ikan kecil tertangkap pada konsentrasi
klorofil-a 0,1 mg/m3. Gambar 15 menunjukkan bahwa ikan besar lebih menyukai
perairan yang memiliki kandungan klorofil-a yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan
tingginya nilai klorofil-a mengindikasikan ikan-ikan kecil berkumpul. Nababan
(2008) mengatakan konsentrasi klorofil-a menunjukkan adanya fitoplankton,
dalam rantai makanan fitoplankton sebagai produsen bagi organisme trofik yang
lebih tinggi. Tingginya konsentrasi klorofil-a menyebabkan ikan-ikan kecil datang
untuk mencari makanan.
Panjang Ikan (cm)

200
160

Besar
120
80

Kecil

40
0
0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Klorofil-a (mg/m3)

Gambar 15 Hubungan ukuran panjang ikan tuna dengan klorofil-a

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Produksi tuna di PPP Tamperan setiap tahunnnya berfluktuasi. Rata-rata
produksi bulanan meningkat pada saat musim Timur dan produksi menurun pada
musim Barat. Produktivitas tertinggi pada bulan Desember 2011 sebesar 1614,47
kg/unit dan terendah pada bulan Januari 2012 sebesar 185,86 kg/unit.
Suhu setiap tahunnya berfluktuasi. Suhu terendah pada September 2011
sebesar 25,85°C dan suhu tertinggi pada bulan April 2010 dengan nilai suhu
30,47°C. Sebaran suhu di Selatan Pacitan tahun 2009-2012 berkisar 25,8530,47°C dengan suhu rata-rata 28,19°C dan suhu dominan 26,49°C. Hasil
perhitungan varian suhu sebesar 1,61 dengan koefisien keragaman (V) sebesar
0,04% dan dapat dikatakan sebaran suhu seragam. Fluktuasi suhu dipengaruhi
oleh proses upwelling dan angin munson.
Nilai klorofil-a berfluktuasi setiap tahunnya. Klorofil-a tertinggi pada
bulan September 2011 sebesar 0,34 mg/m3 dan nilai klorofil-a terendah bulan
Desember 2010 sebesar 0,07 mg/m3. Sebaran klorofil-a berkisar 0,07–0,34 mg/m3,
klorofil-a dominan 0,09 mg/m3 dengan klorofil-a rata-rata 0,15 mg/m3. Hasil
perhitungan varian klorofil-a sebesar 0,0055 dengan koefisien keragaman (V)
sebesar 0,49% dan dapat dikatakan sebaran klorofil-a seragam. Fluktuasi klorofila dipengaruhi oleh proses upwelling dan pergerakan massa air.
Hubungan variabilitas suhu dengan produksi dengan nilai r sebesar 0,65.
Sedangkan hubungan variabilitas klorofil-a dengan produksi dengan nilai korelasi
r sebesar 0,69 sehingga dapat dikatakan bahwa suhu dan klorofil-a terhadap
produksi mempunyai korelasi yang cukup berarti.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah adanya sistem pendataan hasil tangkapan
maupun kapal yang melakukan pendaratan agar dapat dijadikan dalam
pengambilan kebijakan bagi pelabuhan PPP Tamperan.

DAFTAR PUSTAKA
Fausan. 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Berbasis Sistem Informasi Geografis di Perairan
Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas
Hasanuddin
Fromentin dan Fonteneau. 2000. Fishing Effects and Life History Traits: a Case
Study Comparing Tropical Versus Temperate Tunas. Fisheries Research
Journal. No. 53: 133-150.
Haryanti E. 2012. Dampak Variabilitas Parameter Osenaografi (SST, Klorofil-a
dan TPL) dan Curah Hujan Terhadap Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna di
PPP Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor

17

Hasan I. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1. Statistik Deskriptif. Edisi Kedua
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Latumeten G. A., Purwanti F., dan Hartoko A. (2013) “Analisa Hubungan Suhu
Permukaan Laut, Klorofil-a Data Satelit Modis dan Sub-Surface
Temperature Data Argo Float Terhadap Hasil Tangkapan Tuna di
Samudera Hindia” Management Of Aquatic Resources Journal” 2, (2), 1-8
Maarif R. 2011. Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonsa di Pacitan terhadap
Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor
Nababan B. 2008. Analisis Sebaran Konsentrasi Klorofil-a dalam Kaitannya
dengan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Binuangeun,
Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Purnamaningtyas SE, Sugiarti Y, Hartati SR. 2006. Hasil Tangkapan Ikan dengan
Menggunakan Bubu di Teluk Saleh, NTB. Seminar Nasional Ikan IV;
Jatiluhur, Indonesia. 255-264.
Putra E. 2012. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut dari
Citra Satelit MODIS Serta Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan
Pelagis di Perairan Laut Jawa [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor
Ramansyah F. 2009. Penentuan Pola Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Selat
Sunda dan Perairan Sekitarnya dengan Menggunakan Data Inderaan Aqua
MODIS [Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Ridha U., Muskananfola M.R., Hartoko A. (2013) “Analisa Sebaran Tangkapan
Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu
Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Selat Bali”. Diponegoro
Journal Of Maquares. 2, (4), 53-60
Setiawan D. 2011. Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten
Pacitan Berbasis pada Distribusi Ikan yang Didaratkan di PPP Tamperan
[Skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Simbolon D. 2004. Suatu Studi Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya Ikan
Cakalang dan Teknologi yang Ramah Lingkungan. Buletin PSP. 13(1): 4867
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Surini. 2013. Varibailitas Suhu Permukaan Laut Kaitannya dengan Daerah
Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Teluk Lampung [Skipsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Wahyuningrum P. I, dan Simbolon D. 2011. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk
Pendeteksian Beberapa Parameter Oseanografi dalam Pendugaan Daerah
Penangkapan Ikan. SRI [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Hlm tidak tersedia; [diunduh 2013 Mei 20]. tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53959

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil tangkapan di PPP Tamperan tahun 2012
Jenis Ikan
Berat (Kg)
Persentase (%)
Tuna (Yellowfin tuna)
1.348.011
49,50
Tuna (Bigeye tuna)
4.369
0,16
Cakalang
938.346
34,46
Tongkol
327.931
12,04
Marlin
33.533
1,23
Tenggiri
5.521
0,20
Lemadang
65.442
2,40
Jumlah
2.723.153
100
Sumber (UPT PPP Tamperan)
Lampiran 2 Produksi tuna di PPP Tamperan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

2009
9,357
1,456
37,664
119,242
240,576
297,762
301,781
212,167
133,618
160,099
81,299
40,650

2010
6,286
53,093
94,734
111,570
170,392
236,749
267,546
192,062
110,520
146,243
102,657
45,934

2011
2,592
17,726
54,159
78,027
80,965
137,362
263,669
166,722
206,647
212,544
172,984
103,326

2012
1,301
19,970
24,993
88,729
142,437
269,880
211,041
288,702
216,059
215,894
58,313
45,421

Sumber (UPT PPP Tamperan)
Lampiran 3 Upaya penangkapan (effort) di PPP Tamperan
2009

2010

Januari
28
Februari
205
Maret
171
April
228
Mei
265
Juni
299
Juli
197
Agustus
266
September
271
187
Oktober
168
November
121
Desember
26
Sumber (UPT PPP Tamperan)

2011

2012

9
26
59
171
211
176
257
227
177
186
114
64

7
24
22
154
99

Rata-rata
4,884
23,061
52,888
99,392
158,593
235,438
261,009
214,913
166,711
183,695
103,813
58,833

19

Lampiran 4 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) di PPP Tamperan
2009
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

493.06
952.97
671.89
1563.46

2010
224.50
258.99
554.00
489.34
642.99
791.80
1358.10
722.04
591.02

2011
288.00
681.77
917.95
456.30
383.72
780.47
1025.95
734.46
1167.50
1142.71
1517.40
1614.47

2012
185.86
832.08
1136.05
576.16
1438.76

Lampiran 5 Ukuran Panjang Ikan Yellowfin tuna
77
79
80
94
94
98
100
100
101
101

102
102
104
105
110
113
113
114
116
117

118
118
119
119
120
121
121
121
122
122

122
123
124
124
125
125
126
127
127
128

128
129
130
131
132
132
133
133
134
136

136
137
138
138
140
141
141
142
143
144

145
145
146
146
149
150
150
152
154
154

154
154
157
160
160
161
162
164
166

Sumber data hasil lapangan
Lampiran 6 Rata-rata bulanan suhu permukaan laut di PPP Tamperan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

2009
28.7978
28.7732
29.7203
29.7180
28.5611
28.0668
27.1992
26.4996
26.2705
26.8085
27.8364
28.8417

2010
29.1369
29.8993
30.4707
30.2986
29.3409
28.6172
27.3471
27.1388
27.4962
28.0945
28.7026
29.4249

Sumber (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/)

2011
28.3699
28.7830
29.3436
29.3548
28.7674
27.5929
26.4977
26.1377
25.8545
26.5092
27.9687
29.2540

2012
29.3097
29.4690
29.4175
29.1306
28.3495
27.5303
26.4315
25.8921
26.0524
27.0079
28.0352
29.0364

20

Lampiran 7 Rata-rata bulanan klorofil-a di PPP Tamperan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

2009
0.0911
0.1012
0.0975
0.1256
0.1348
0.1457
0.2181
0.2836
0.2246
0.1616
0.1193
0.0900

2010
0.0919
0.0981
0.0975
0.0983
0.1193
0.1448
0.1941
0.1894
0.1398
0.1056
0.0913
0.0775

2011
0.0971
0.1049
0.0905
0.1006
0.1199
0.2191
0.2396
0.3445
0.3483
0.2223
0.1123
0.0848

2012
0.0824
0.0947
0.1075
0.1042
0.1434
0.1827
0.2633
0.3269
0.2761
0.1881
0.1118
0.0858

Sumber (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/)
Lampiran 8 Selang kelas ukuran panjang ikan yellowfin tuna
Selang Kelas Frekuensi Persentase (%)
77-83
3
3.80
84-90
0
0
91-97
2
2.53
98-104
8
10.13
105-111
2
2.53
112-118
7
8.86
119-125
14
17.72
126-132
10
12.66
133-139
8
10.13
140-146
10
12.66
147-153
4
5.06
154-160
7
8.86
161-167
4
5.06
Jumlah
79
100%

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cirebon pada tanggal 26 Juli 1990 sebagai anak ketiga dari
sembilan bersaudara pasangan Bapak Mustofa dan Ibu Barkah. Penulis
menamatkan pendidikan dasar di SDN Serang Kulon - Cirebon tahun 2003 dan
menamatkan pendidikan tingkat menengah pertama di SMPN 1 Babakan Cirebon tahun 2006. Selanjutnya, penulis menyelesaikan pendidikan menengah
atas di MAN Ciledug – Cirebon tahun 2009 dan di tahun yang sama penulis
diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis aktif dalam berorganisasi diantaranya yaitu Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) periode 2009/2010 mengikuti organisasi Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) Periode 2010/2011 dan 2011/2012.