Strategi BKP5K dalam Menunjang Penganekaragaman Pangan di Kabupaten Bogor

STRATEGI BKP5K DALAM MENUNJANG
PENGANEKARAGAMAN PANGAN
DI KABUPATEN BOGOR

WILAGA AZMAN KHARIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi BKP5K dalam
Menunjang Penganekaragaman Pangan di Kabupaten Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Febuari 2014
Wilaga Azman Kharis
NIM H34090126

ABSTRAK
WILAGA AZMAN KHARIS. Strategi BKP5K dalam Menunjang
Penganekaragaman Pangan di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YANTI
NURAENI MUFLIKH.
Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BKP5K) untuk menunjang penganekaragaman pangan
di Kabupaten Bogor, 2) merumuskan alternatif strategi untuk menunjang
penganekaragaman pangan di Kabupaten Bogor, dan 3) merumuskan prioritas
pelaksanaan strategi dengan pendekatan arsitektur strategi untuk menunjang
penganekaragaman pangan di Kabupaten Bogor. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis lingkungan eksternal dan internal, analisis SWOT, dan arsitektur
strategi. Strategi yang diperoleh adalah optimalisasi dewan penggerak ketahanan
pangan tingkat kecamatan; anggaran BKP5K difokuskan untuk penyelenggaraan

ketahanan pangan; inisiasi pembangunan kawasan produksi pangan berbasis
potensi kecamatan; perumusan kebijakan pengelolaan kawasan oleh manajer;
perumusan kebijakan perjanjian perdagangan produk pertanian antar kawasan;
pembimbingan dan pelatihan bagi seluruh staf dan penyuluh; perumusan
kebijakan kelembagaan kawasan berbentuk koperasi; perumusan kebijakan
pengalihan fokus pembangunan komoditas tertentu ke komoditas lainnya; dan
perumusan kebijakan inflitrasi materi pangan lokal pada kurikulum muatan lokal
SD hingga SMA/sederajat; perumusan kebijakan pembangunan sarana
penyimpanan produk pertanian; dan perumusan kebijakan pembangunan sistem
informasi pangan. Arsitektur strategi memetakan strategi tersebut kepada prioritas
pelaksanaan strategi, pelaku kunci, hingga program dan kegiatan yang dapat
mendukung strategi.
Kata kunci: analisis SWOT, arsitektur strategi, BKP5K, Kabupaten Bogor,
penganekaragaman konsumsi pangan.

ABSTRACT
WILAGA AZMAN KHARIS. Strategy BKP5K to Support Food Diversification
in Kabupaten Bogor. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.
The purposes of this research are (1) to identify internal and external factors
of BKP5K in order to support food-diversification in Bogor (2) to formulate

alternative strategies (3) to formulate the priority of strategies by architercture
strategy approach. Analytical instruments used are internal and external analysis,
SWOT matrix, and architecture strategy. The obtained strategies are
optimalization of food security development council in subdistrict level; BKP5K’s
budget is focused in food security establishment; initiation of food production
area based on the subdistrict’s potential; formulating the policy of area
management by the manager; formulating the policy of trading agreement
between food production area; guiding and training all staffs; formulating the
policy food production area institution is cooperative; formulating the policy of

transferring the development of one commodity to another one; formulating the
policy to infiltrate local food knowledge in elementary up to high school
curriculum; formulating the policy of development food storage; and formulating
the policy of development food information system. Architecture strategy
arranges the priority strategy implementation, main stakeholders, up to program
which is supporting strategy.
Keyword: architecture strategy, BKP5K, food consumption diversification,
Kabupaten Bogor, SWOT analysis.

STRATEGI BKP5K DALAM MENUNJANG

PENGANEKARAGAMAN PANGAN
DI KABUPATEN BOGOR

WILAGA AZMAN KHARIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Strategi BKP5K dalam Menunjang Penganekaragaman Pangan di
Kabupaten Bogor
Nama

: Wilaga Azman Kharis
NIM
: H34090126

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribuss
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah

penganekaragaman pangan, dengan judul Strategi BKP5K dalam Menunjang
Penganekaragaman Pangan di Kabupaten Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP.
M.Agribuss. selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Ir. Hj. Siti Farikah, MM. selaku kepala Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bogor,
Ir. Farida Khusnaini, MM selaku sekretaris BKP5K dan Ruhendra, SP.MM.
selaku kepala bidang ketahanan pangan BKP5K yang telah membantu selama
pengumpulan data. Selain itu, penulis mengungkapkan terima kasih kepada dosen
penguji Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, dan Agribisnis angkatan 46 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Febuari 2014
Wilaga Azman Kharis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

7


Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN

7
12

Kerangka Pemikiran Teoritis

12

Kerangka Pemikiran Operasional


18

METODE

20

Lokasi dan Waktu Penelitian

20

Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data

20

Metode Pengolahan Data

21

GAMBARAN UMUM BKP5K


26

Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bogor

26

Visi dan Misi BKP5K

33

Gambaran Umum Kabupaten Bogor

26

Gambaran Umum BKP5K

33

ANALISIS LINGKUNGAN BKP5K


41

Analisis Lingkungan Internal

42

Analisis Lingkungan Eksternal

44

PENYUSUNAN ALTERNATIF STRATEGI

55

SIMPULAN DAN SARAN

69

Simpulan

69

Saran

70

DAFTAR PUSTAKA

70

RIWAYAT HIDUP

65

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Potensi bisnis pangan di Kabupaten Bogor tahun 2013
Indikator standar minimal bidang ketahanan pangan tingkat
kabupaten/kota.
Situasi konsumsi pangan di Kabupaten Bogor
Kekuatan eksternal beserta contohnya
Matriks SWOT
Penggolongan kelompok pangan
Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data
Kecamatan yang berpotensi sebagai basis produksi dan pengembangan
produk pangan berbahan baku lokal
Situasi Ketersediaan Pangan Kabupaten Bogor Tahun 2012
Jumlah Pegawai BKP5K Kabupaten Bogor per November 2011
Jumlah pegawai yang menduduki jabatan dan staf per November 2011
Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan terakhir
Pencapaian Skor PPH untuk mencapai SPM Kabupaten Bogor
Konsumsi Energi menurut Kelompok Pangan (kkal/kapita/hari)
Proyeksi Konsumsi Pangan Kabupaten Bogor satuan kg/kapita/tahun
Proyeksi Konsumsi Pangan Kabupaten Bogor satuan ton/tahun
Proyeksi Produksi Pangan Kabupaten Bogor satuan ton/tahun
Matriks SWOT pengembangan agribisnis penganekaragaman
konsumsi pangan Kabupaten Bogor
Validasi kuantitatif arsitektur strategi BKP5K
Rekomendasi program kegiatan

1
4
5
14
14
17
20
29
33
38
38
39
45
46
47
48
49
57
66
68

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hubungan antara pangan dan pembangunan ekonomi
Penganekaragaman konsumsi pangan sebagai isu strategis sistem
agribisnis
Kerangka pemikiran operasional strategi pencapaian SPM ketahanan
pangan untuk BKP5K Kabupaten Bogor
Tahapan penyusunan arsitektur strategi BKP5K Kabupaten Bogor
Struktur organisasi BKP5K Kabupaten Bogor
Arsitektur Strategi BKP5K

3
5
19
24
37
65

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Perhitungan validasi kuantitatif arsitektur strtegi

72

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia
untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan manusia, dari janin hingga usia lanjut, manusia membutuhkan
makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh
dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pangan harus dikonsumsi secara cukup, baik jumlah dan mutunya. Pangan yang
dikonsumsi secara ideal memiliki potensi bisnis yang besar.
Tabel 1 merupakan potensi proyeksi bisnis beberapa komoditas pangan di
Kabupaten Bogor pada tahun 2013. Potensi proyeksi bisnis dihitung dari selisih
konsumsi pangan riil dengan konsumsi pangan ideal. Hasilnya dikali harga
berlaku rata-rata pada tahun 2013. Potensi proyeksi bisnis yang tersedia dari
bisnis pangan adalah sebesar Rp24 156 757 197 000. Daya ungkit pertumbuhan
ekonomi masyarakat lebih tinggi apabila pangan dikonsumsi secara ideal baik
jumlah maupun mutunya.

Tabel 1 Potensi proyeksi bisnis pangan di Kabupaten Bogor tahun 2013a
Jenis pangan
Beras
Jagung
Kedelai
Daging sapi
Daging ayam
Telur ayam
Minyak goreng
Gula pasir
Cabe
a

Jumlah
permintaan
(ton/tahun)b
496 660.9
716.9
28 600.8
6 005.2
34 351.8
42 736.8
40 786.2
32 105.7
505 342
Total

Harga/kg (Rp)
8 018
11 464
10 357
90 048
29 810
19 477
10 989
12 238
32 912

Potensi proyeksi bisnis
(Rp)
3 982 227 096 200
8 218 541 600
296 218 485 600
540 756 249 600
1 024 027 158 000
832 384 653 600
448 199 551 800
392 909 556 600
16 631 815 904 000
24 156 757 197 000

Sumber : MWA Traning & Consulting (2013)
Angka proyeksi untuk mencapai SPM

b

Definisi pangan menurut UU Pangan nomor 18 tahun 2012, adalah segala
sesuatu yang bersumber dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman. Paradigma yang berkembang di masyarakat pangan
adalah nasi. Ditinjau dari segi kesehatan, konsumsi beras, yaitu pangan sumber

2

karbohidrat yang berlebihan dapat memicu berbagai penyakit degeneratif, seperti
obesitas dan diabetes. Selain itu, dilihat dari segi ekonomi, ketergantungan kepada
beras menyebabkan impor beras yang tinggi dan berkelanjutan dari waktu ke
waktu. Impor beras pada Januari 2013 sebesar 402 318 641 kg, kemudian
meningkat pada Febuari 2013 sebesar 781 066 276 kg. Volume ekspor beras jauh
di bawah jumlah impornya, yaitu 51 695 kg pada Januari 2013 dan 165 660 pada
Febuari 2013 (Pusdatin kementan RI 2012). Oleh karena itu, pandangan konsumsi
pangan yang beranekaragaman menjadi penting.
Kondisi tersedia jumlah, mutu, akses pangan yang baik untuk setiap
individu disebut ketahanan pangan. Menurut UU Pangan nomor 18 tahun 2012,
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan. Undang-undang ini menjamin bahwa setiap
orang berhak memeroleh pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya.
Berbagai studi membuktikan bahwa ketahanan pangan memacu
keberhasilan pembangunan, khususnya ekonomi. Timmer (1996) dalam Amang
dan Sawit (1999) membuktikan secara empiris bahwa pertumbuhan ekonomi dan
ketahanan pangan berkaitan erat. Dengan mengambil kasus Indonesia, Jepang,
dan Inggris, kesimpulan Timmer adalah tidak ada satu negara pun yang dapat
mempertahankan proses pertumbuhan ekonomi tanpa terlebih dulu menyelesaikan
masalah ketahanan pangan.
Dalam kaitannya dengan politik, pangan merupakan komoditas terpenting
sebagai stabilator politik dan sosial untuk memulihkan kepercayaan masyarakat.
Menurut Amang dan Sawit (1999), pangan terbukti ampuh dalam menstabilkan
kepercayaan masyarakat pada awal pemerintahan Orde Baru. Begitu pula pada
akhir pemerintahan Orde Baru, peristiwa kerusuhan 14 Mei 1998 atau kerusuhan
14 November 1998, merupakan efek dari perekonomian nasional, lemahnya daya
beli masyarakat, dan meningkatnya harga pangan.
Berdasarkan UU 32 tahun 2004 dan PP 38 tahun 2007, ketahanan pangan
merupakan salah satu tujuan utama pembangunan di Indonesia. Ketahanan pangan
mempunyai peran strategis, yaitu pangan yang baik secara mutu dan jumlahnya,
merupakan prasyarat peningkatan kualitas sumber daya manusia. Soekirman
(2000) dalam Baliwati dan Tanzia (2009) menyatakan perbaikan gizi masyarakat
melalui pembangunan ketahanan pangan merupakan salah satu investasi
pembangunan ekonomi. Secara sederhana, mekanisme hubungan antara pangan
dan pembangunan ekonomi digambarkan oleh Martorell (1996) dalam Baliwati et
al (2009), seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa investasi di sektor sosial, yaitu gizi,
kesehatan, dan pendidikan akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang
merupakan faktor yang berpengaruh untuk peningkatan mutu SDM.
Meningkatnya kualitas SDM akan meningkatkan kualitas produktivitas kerja,
kemudian meningkatkan keadaan ekonomi. Dengan terjadinya peningkatan
keadaan ekonomi, kemiskinan akan berkurang dan selanjutnya akan
meningkatkan keadaan gizi, meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan
produktivitas sehingga meningkatkan ekonomi, dan demikian seterusnya.

3

Kemiskinan
berkurang

Peningkatan
Produktivitas

Perbaikan gizi,
tumbuh kembang
fisik dan mental

Ekonomi
Meningkat

Investasi Sektor
Sosial (gizi,
kesehatan,
pendidikan)

Peningkatan Kualitas SDM
Gambar 1 Hubungan antara pangan dan pembangunan ekonomi (Martoell dalam
Baliwati dan Tanzia 2009)

Pemenuhan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 68 tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan, pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa
melaksanakan kebijakan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing, dengan memperhatikan
pedoman, norma, standar, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
salah satu standar dan kriteria yang ditetapkan pemerintah adalah spm ketahanan
pangan yang akan dibahas pada subbab berikutnya. pemerintah kabupaten/kota
dan/atau pemerintah desa mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan.
Perumusan Masalah
Ketahanan pangan adalah hak dasar setiap warga negara dan
penyelenggaraannya merupakan kewajiban pemerintah daerah. Agar pelaksanaan
ketahanan pangan di provinsi dan kabupaten atau kota dapat berjalan lancar dan
baik, Menteri Pertanian telah menetapkan standar pelayanan minimal bidang
ketahanan pangan, selanjutnya disebut SPM KP, melalui Peraturan Menteri
Pertanian nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010. SPM adalah tolok ukur kinerja
pemerintah untuk pemenuhan urusan wajib pemerintah kepada masyarakat,
termasuk ketahanan pangan.
Penyelenggaraan SPM KP mencakup tiga aspek, yaitu (a) ketersediaan
pangan, yang diartikan bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan
seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya serta aman, (b) distribusi pangan,
adalah pasokan pangan yang dapat menjangkau keseluruh wilayah sehingga harga
stabil dan terjangkau oleh rumah tangga, (c) konsumsi pangan, adalah setiap
rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola

4

konsumsi yang beragam, bergizi dan seimbang serta preferensinya, dan (d)
penanganan daerah rawan pangan. Tabel 2 menjabarkan SPM KP. Skor PPH pada
SPM indikator kelima dapat menunjukkan preferensi konsumen mengenai
penganekaragaman konsumsi pangan. Sedangkan, SPM indikator pertama dapat
menunjukkan preferensi kegiatan usahatani terkait penganekaragaman penyediaan
pangan.

Tabel 2 Indikator SPM bidang ketahanan pangan tingkat kabupaten/kotaa
Jenis pelayanan dasar
bidang ketahanan pangan
ketersediaan
cadangan pangan

distribusi
pangan

dan

dan

akses

penganekaragaman dan
Keamanan Pangan

penanganan kerawanan
pangan
a

Standar pelayanan minimal
indikator (definisi
operasional)
1. ketersediaan energi dan
protein per kapita (AKE =
2200 kkal/kap/hr; AKP =
57 gr/kap/hr)
2.penguatan
cadangan
pangan
3.ketersediaan informasi
pasokan, harga dan akses
pangan di daerah
4.stabilitas
harga
&pasokan pangan (harga
stabil jika gejolak harga <
25% kondisi normal;
pasokanstabil
jika
penurunan pasokan 540%)
5. skor pola pangan
harapan/pph
6.pengawasan
&
pembinaan
keamanan
pangan
7.penanganan
daerah
rawan pangan

90

2015

60

2015

Keterangan
satuan kerja
perangkat daerah
Badan
Ketahanan
Pangan Daerah
(BKPD)
BKPD

90

2015

BKPD

90

2015

BKPD

90

2015

BKPD

80

2015

BKPD

60

2015

BKPD

nilai (%)

capaian

Sumber: Kementerian Pertanian (2010)

Dalam sistem agribisnis, pemerintah adalah entitas yang termasuk pada
subsistem penunjang. Produk pemerintah yang berupa kebijakan, apabila berjalan
secara optimal, dapat menjadi isu strategis bagi subsitem lainnya. Sebagai contoh
UU 18 tahun 2012 pasal 41 menerangkan bahwa tujuan penganekaragaman
pangan, salah satunya, adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pasal 42 menerangkan langkah yang dapat dilakukan,
yaitu pengoptimalan pangan lokal, pengembangan teknologi dan sistem insentif
bagi usaha pengolahan lokal, pengenalan jenis pangan baru, termasuk pangan
lokal yang belum dimanfaatkan, pengembangan diversifikasi usahatani dan
perikanan, pengoptimalan pemanfaatan lahan, peningkatan ketersediaan dan akses
benih dan bibit tanaman, ternak, dan ikan, dan penguatan usaha mikro, kecil, dan
menengah di bidang pangan (Baliwati, November 2013, komunikasi pribadi).
SPM merupakan tolok ukur kinerja pengaplikasian pasal 42 UU 18 tahun
2012. Penganekaragaman konsumsi pangan menjadi isu strategis bagi SPM
ketahanan pangan lainnya. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan

5

permintaan pangan yang akan memengaruhi subsistem usahatani. Semakin
beragam konsumsi masyakat, semakin beragam pula usahatani yang berjalan.
Semakin beragam usahatani, maka semakin berkembang pula industri sektor hulu.
Produk pangan yang beragam memerlukan penangangan pascapanen yang optimal.
Maka, subsistem pengolahan akan berkembang pula. Kinerja subsistem
pemasaran dapat meningkat pula karena produsen mengetahui jenis dan jumlah
produk yang diminta. Gambar 2 menunjukkan isu strategis penganekaragaman
konsumsi pangan pada subsistem agribisnis.
Fokus penelitian ini adalah usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan
pemerintah untuk menganekaragamkan konsumsi masyarakatnya. Indikator yang
digunakan adalah skor Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor PPH,
semakin tinggi pula keberagaman kelompok pangan tersebut. Skor PPH ideal
adalah sebesar 100. Penganekaragaman merupakan kualitas pangan. Sedangkan,
pangan dinilai kualitas dan kuantitasnya. Kuantitas pangan diukur menggunakan
skor Angka Kecukupan Energi (AKE). Skor ideal untuk rata-rata masyarakat
Indonesia adalah 2 000 kkal/kapita/hari. Menurut ukuran SPM, skor PPH minimal
yang harus teracapai pada tahun 2015 adalah 90 dan skor AKE sebesar 1 800
kkal/kapita/hari.

Subsistem
Agribisnis
Hulu

Subsistem
Agribisnis
Usahatani

Subsistem
Agribisnis
Pengolahan

Subsistem
Agribisnis
Pemasaran

tercipta
permintaan sektor
hulu yang
beragam (untuk
benih)

berkembangnya
usahatani
berbagai
komoditas

menggenjot
industri untuk
pembuatan nilai
tambah

harga relatif stabil
karena terdapat
preferensi produk
subtitusi

Subsistem Agribisnis Jasa dan Penunjang
SPM penganekaragaman konsumsi pangan
berkembangnya pendidikan dan penelitian, jasa permodalan, dan lain
sebagainya

Gambar 2 Penganekaragaman konsumsi pangan sebagai isu strategis sistem
agribisnis

Kabupaten Bogor merupakan daerah penyangga DKI Jakarta. Apabila
akses terhadap pangan sulit, maka produktivitas masyarakat Kabupaten Bogor
yang bekerja di DKI akan menurun. Maka, secara tidak langsung, urusan pangan
di Kabupaten Bogor memengaruhi kinerja ekonomi, perdagangan, pemerintahan,
dan aspek-aspek lainnya di kota strategis Indonesia.
Tabel 3 Situasi konsumsi pangan di Kabupaten Bogora

6

Kelompok pangan
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan hewani
Minyak dan lemak
Buah/biji berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan buah
Lain-lain
Total
a

Gram/kapita/
hari aktual
309.3
96.5
88.4
26.4
2.2
23.8
15.4
189.7
76.5

Gram/kapita/
hari ideal
275
100
150
20
10
35
30
250
0

Kecukupan
energi
aktual
1 210
110
163
235
13
50
52
69
45
1 946

Kecukupan
energi
ideal
1 000
120
240
200
60
100
100
120
60
2 000

Skor
PPH
aktual
25
2.5
16.3
5
0.3
5
1.3
17.2
0
72.5

Skor PPH
ideal
25
2.5
24
5
1
10
2.5
30
0
100

Sumber : BKP5K Kabupaten Bogor (2012)

Lembaga yang melaksanakan ketahanan pangan di Kabupaten Bogor
merupakan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BKP5K). Pelaksanaan ketahanan pangan oleh BKP5K
meliputi membantu bupati Kabupaten Bogor menyusun dan melaksanakan
kebijakan terkait ketahanan pangan di Kabupaten Bogor. Penyusunan kebijakan
ketahanan pangan merupakan kebijakan lintas sektor pada dewan ketahanan
pangan Kabupaten Bogor.
Untuk penyusunan kebijakan ketahanan pangan, acuan yang digunakan
BKP5K adalah situasi konsumsi pangan di Kabupaten Bogor, yaitu terdapat pada
Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan skor PPH Kabupaten Bogor sebesar 72,5. Skor ini
masih dibawah ketentuan SPM. Kondisi ini perlu segera diperbaiki. SPM harus
tercapai pada tahun 2015. Selain itu, sesuai dengan amanat undang-undang,
penganekaragaman harus dapat memberdayakan usaha mikro hingga menengah
untuk pengelolaan pangan lokal dengan tujuan kesejahteraan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, BKP5K memerlukan strategi. Strategi-strategi
peningkatan SPM tersebutlah yang akan dibahas pada penelitian ini. Setelah
strategi-strategi disusun, selanjutnya adalah pengambilan keputusan strategi
manakah yang harus diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu dan
kemudian. Berdasarkan penjabaran diatas, maka perumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apa saja faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh bagi BKP5K
untuk merumuskan strategi pengembangan agribisnis penganekaragaman
konsumsi pangan?
2. Bagaimana rumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan BKP5K
pengembangan agribisnis penganekaragaman konsumsi pangan?
3. Bagaimanakah prioritas pelaksanaan strategi BKP5K untuk pengembangan
agribisnis penganekaragaman konsumsi pangan dengan pendekatan arsitektur
strategi?

7

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh bagi
BKP5K
untuk
merumuskan
strategi
pengembangan
agribisnis
penganekaragaman konsumsi pangan.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan BKP5K untuk faktor
internal dan faktor eksternal yang berpengaruh bagi BKP5K untuk
merumuskan strategi pengembangan agribisnis penganekaragaman konsumsi
pangan.
3. Merumuskan prioritas pelaksanaan strategi BKP5K untuk pengembangan
agribisnis penganekaragaman konsumsi pangan dengan pendekatan arsitektur
strategi.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka manfaat
dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Bogor, dalam hal
ini BKP5K, untuk pengembangan agribisnis penganekaragaman konsumsi
pangan.
2. Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam mengkaji suatu
permasalahan bagi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan suatu informasi
yang berguna bagi banyak pihak.
3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi para pembaca lain untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penyusunan strategi-strategi yang akan
dilaksanakan BKP5K untuk (1) membantu Bupati menyusun dan melaksanakan
strategi pencapai SPM pada tahun 2015 (2) mencapai visi-misi BKP5K. Adapun
unit analisis yang dikaji adalah BKP5K.

TINJAUAN PUSTAKA
Strategi pembangunan ketahanan pangan
Baliwati et al (2009) melakukan penelitian berjudul "Analisis Strategis
Ketahanan Pangan Provinsi Kepualaun Riau". Penelitian ini bertujuan
memberikan panduan dalam penyusunan kebijakan dan program ketahanan

8

pangan yang salah satu lingkup kegiatannya adalah meningkatkan
penganekaragaman konsumsi pangan penduduk.
Baliwati et al (2011) melakukan penelitian berjudul "Rencana Induk
Pengembangan Ketahanan Pangan Kabupaten Muara Enim 2011-2015".
Penelitian ini dilaksanakan dengan latar belakang bahwa pangan merupakan
komoditas strategis bagi bangsa. Berdasarkan amanat undang-undang, pemerintah
bersama masyarakat saling berinteraksi agar pangan dapat terjangkau dari segi
kesehatan dan ekonomi masyarakat. Keterjangkauan pangan pada setiap waktu
disebut ketahanan pangan. Penyelenggaraan ketahanan pangan merupakan urusan
wajib pemerintah. Hasil ketahanan pangan adalah kualitas sumber daya manusia
yang tercermin dari status gizi dan indeks pembangunan manusia.
Tujuan penelitian Baliwati (2011) adalah menganalisis kondisi dan potensi
pangan, menganalisis situasi ketahanan pangan, menganalisis faktor internal dan
faktor eksternal yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan, dan menyusun
pengembangan ketahanan pangan. Adapun tujuan yang relevan dengan penelitian
ini adalah tujuan ketiga dan keempat. Oleh karena itu, tinjauan pustaka difokuskan
pada tujuan ketiga dan keempat.
Prathivi (2012) melakukan penelitian di Kota Jambi berjudul "Strategi
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Menuju Pola Pangan Harapan Tahun 2015".
Hal yang mendasari penelitian ini dilakukan adalah ketahanan pangan merupakan
faktor pendukung terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan aspek penting dalam pembangunan
perikehidupan manusia itu sendiri. Selain itu, penyelenggaraan ketahanan pangan
merupakan amanat undang-undang yang aksesnya merupakan hak setiap orang.
Penelitian tersebut mengkaji strategi apa yang dapat dilakukan pemerintah lintas
sektoral Kota Jambi untuk mencapai SPM penganekaragaman konsumsi pangan
pada tahun 2015. Peneliti Tujuan penelitian tersebut ialah menganalisis faktorfaktor strategis eksternal dan internal yang mempengaruhi penganekaragaman
konsumsi pangan di Kota Jambi, merumuskan rekomendasi strategi
penganekaragaman konsumsi pangan di Kota Jambi, dan merumuskan rencana
aksi penganekaragaman konsumsi pangan di Kota Jambi.
Esensi kajian perumusan strategi ketahanan pangan di Muara Enim dan
Jambi adalah acuan dan rekomendasi perencanaan ketahanan pangan di daerah
yang dilaksanakan pemerintah setempat. Pemerintah setempat terdiri dari
pemerintah lintas sektor. Pelaksanaan penganekaragaman pangan di Jambi
dilaksanakan oleh dinas industri dan perdagangan, dinas pertanian, peternakan,
perikanan, dan kehutanan, dinas koperasi dan UMKM, badan ketahanan pangan
dan penyuluhan, badan pemberdayaan masyarakat, bulog divre Provinsi Jambi,
dinas kesehatan, dinas pendidikan, dan tim penggerak PKK Provinsi Jambi.
Pelaksanaan ketahanan pangan, termasuk penganekaragaman pangan di Muara
Enim dilaksanakan oleh badan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten
Muara Enim.
Metode yang digunakan
Metode yang digunakan Baliwati et al (2009) adalah analisis gambaran
umum wilayah (analisis deskriptif kondisi fisik, ekonomi, sosial, demografi),
analisis ketahanan pangan, dan analisis kebijakan dengan analisis isi. Kemudian
analisis selanjutnya adalah analisis lingkungan strategis ketahanan pangan, lalu

9

evaluasi faktor internal-eksternal dengan IFE dan EFE, dan pembuatan alternatif
strategi menggunakan matriks SWOT. Hasil yang diperoleh adalah kebijakankebijakan yang dipetakan dalam jangka pendek, dan jangka menengah dan
panjang.
Metode yang digunakan Baliwati et al (2011) untuk menentukan faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh dengan melakukan analisis deskriptif
terhadap data situasi dan potensi pangan, situasi ketahanan pangan di Kabupaten
Muara Enim, keadaan geografis Kabupaten Muara Enim, yang terdiri dari
topografi dan kemiringan lahan, geologi dan tanah, iklim, penutupan dan
penggunaan lahan, kesesuaian lahan untuk pengembangan padi, kesesuaian lahan
untuk pengembangan nonpadi, produksi pangan, sosial ekonomi masyarakat,
dokumen pemerintah Kabupaten Muara Enim terkait ketahanan pangan, dan
situasi ketahanan pangan. Data untuk analisis deskriptif tersebut bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Sumber data yang dikumpulkan yaitu data sekunder dan data
primer. Hasil dari analisis deskriptif menjadi masukan untuk analisis faktor
internal dan faktor eksternal.
Alat analisis yang digunakan Prathivi (2012) yaitu matriks IFE-EFE,
matriks SWOT, dan AHP. Evaluasi faktor eksternal, dengan alat analisis matriks
EFE, dilakukan untuk mengetahui apakah pemerintah Kota Jambi dapat merespon
faktor eksternal dengan baik. Evaluasi faktor internal, dengan matriks IFE,
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal apa saja yang dianggap penting
untuk mencapai SPM pada tahun 2015. Sebelum melakukan evaluasi faktor
internal dan eksternal, peneliti tersebut melakukan analisis faktor internal dan
eksternal, yang hasilnya untuk masukan evaluasi faktor internal dan eksternal.
Analisis internal dan eksternal dilakukan dengan analisis deskriptif. Data yang
dianalisis adalah situasi ketersediaan dan konsumsi pangan di Kota Jambi, potensi
agroekologi, keadaan demografi, ketersediaan pangan, konsumsi pangan, harga
pangan, PDRB, RPJMD, Renstra ketahanan pangan, dan kelembagaan ketahanan
pangan . Selain itu, peneliti tersebut melakukan wawancara dengan dinas dan
organisasi terkait ketahanan pangan terkait strategi penganekaragaman konsumsi
pangan.
Setelah itu, peneliti menggunakan matriks SWOT untuk memformulasikan
strategi yang cocok dengan faktor internal dan eksternal. Alternatif strategi yang
dihasilkan dianalisis menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process), untuk
menentukan alternatif strategi yang sesuai dengan faktor penentu, aktor dan tujuan
yang ingin dicapai.
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari tinjauan penelitian terdahulu,
khususnya mengenai penelitian strategi ketahanan pangan, adalah konsep dan
analisis untuk strategi perusahaan, seperti matriks SWOT, matriks IFE, matriks
EFE, dan lain sebagainya dapat digunakan pad apenelitian organisasi pemerintah.
Namun, terdapat perbedaan saat melakukan analisis internal dan eksternal.
Analisis internal dan eksternal pada penelitian strategi ketahanan pangan daerah
dilakukan melihat gambaran umum wilayah, gambaran umum lembaga
pemerintah terkait ketahanan pangan, dan wawancara pejabat lembaga
pemerintah terkait ketahanan pangan. Selain itu, peneliti belum menemukan
penelitian strategi ketahanan pangan menggunakan alat analisis arsitektur strategi.
Oleh karena itu, penelitian ini bermanfaat memperkaya referensi penelitian terkait
strategi pemenuhan ketahanan pangan masyarakat.

10

Arsitektur strategi
Peneliti mengkaji beberapa penelitian terdahulu terkait arsitektur strategi,
yaitu penelitian Putri (2012) berjudul "Strategi Pengembangan Usaha Koperasi
Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ardhi (2008)
berjudul "Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Melalui Pendeketan
Arsitektur Strategik", dan Elva (2010) berjudul "Perancangan Strategi
Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Melalui Pendekatan Arsitektur
Strategi". Secara garis besar, tujuan ketiga penelitian tersebut sama, yaitu
mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh bagi
pencapaian tujuan organisasi, memformulasikan alternatif strategi yang dapat
diterapkan untuk mencapai tujuan organisasi yang diteliti, dan merekomendasikan
program dan kegiatan dengan pendekatan arsitektur strategi. Arsitektur strategi
dipilih karena hasilnya adalah perencanaan lebih dapat terukur dan responsif
terhadap perubahan yang terjadi.
Tahapan dalam perumusan arsitektur strategi
Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, Ardhi (2008) menggunakan
analisis lingkungan umum dan analisis lingkungan industri untuk mengidentifikasi
lingkungan eksternal. Lingkungan umum adalah lingkungan eksternal perusahaan
yang memiliki ruang lingkup luas dan berada di luar operasional perusahaan.
Lingkungan umum yang dianalisis terdiri dari faktor politik dan kebijakan
pemerintah, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Analisis lingkungan industri
yang digunakan yaitu analisis 5 kekuatan porter, yang terdiri dari ancaman
pendatang baru, kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli, kekuatan
tawar produsen, dan ancaman produk subtitusi.
Analisis rantai digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal.
Analisis rantai dibagi atas dua kelompok umum, yaitu kegiatan utama dan
kegiatan penunjang. Kegiatan utama terdiri dari logistik ke dalam, operasi,
logistik ke luar, pemasaran dan penjualan, dan layanan. Kegaitan penunjang
antara lain infrastruktur perusahaan, manajemen SDM, pengembangan teknologi,
dan pembelian.
Selanjutnya, Ardhi (2008) menggunakan matriks IFE, EFE, dan IE untuk
mengidentifikasi strategi inti perusahaan. Matriks SWOT digunakan untuk
memformulasikan strategi yang dapat diterapkan. Setelah formulasi strategi
diperoleh, Ardhi mengumpulkan visi, misi, dan tujuan organisasi, faktor internal
dan eksternal, dan tantangan, yaitu cara perusahaan memeroleh keunggulan
bersaing baru. Setelah komponen-komponen tersebut dikumpulan, peneliti
tersebut menentukan rentang waktu. Rentang waktu ditentukan dengan
subjektivitas peneliti tersebut dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian
sebelumnya dan rentang waktu dipilih tidak terlalu singkat atau panjang. Setelah
arsitektur strategi diperoleh, peneliti tersebut merekomendasikan program
kegiatan. Dalam penyusunan arsitektur strategi, peneliti merumuskan sendiri
arsitektur strategi perusahaan (narasumber). Untuk implementasi arsitektur
strategi yang telah peneliti tersebut buat, sepenuhnya diserahkan kepada
perusahaan dengan disesuaikan oleh kondisi perusahaan.
Elva (2010) menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis formulasi
strategi dan program. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran
umum perusahaan dan lingkungan perusahaan. Analisis formulasi strategi dan

11

program dilakukan melalui pendekatan arsitektur strategi. Langkah yang peneliti
tersebut lakukan untuk memeroleh arsitektur strategi adalah memperjelas visi,
misi, dan tujuan perusahaan. Setelah itu, Elva (2010) menganalisis lingkungan
internal dan eksternal, dengan cara pengumpulan data melalui cara wawancara,
observasi, dan mengumpulkan data relevan. Setelah faktor-faktor internal dan
eksternal terkumpul, peneliti melakukan idenfikasi faktor internal dan eksternal
terpenting bagi perusahaan mencapai tujuannya. Identifikasi dilakukan dengan
memberikan kuisioner kepada responden internal yang memiliki kekuasaan untuk
pengambilan keputusan.
Hasil analisis internal dan eskternal dipadukan industry foresight
menghasilkan tantangan perusahaan. Setelah tantangan ditentukan, peneliti
merumuskan sasaran berdasarkan hasil diskusi dengan manajemen perusahaan.
Kemudian, peneliti menggunakan matriks SWOT untuk memformulasikan
strategi-strategi untuk mencapai sasaran. Masukan matriks SWOT berasal dari
analisis lingkungan internal dan eksternal. Setelah komponen-komponen tersebut
dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menentukan rentang waktu arsitektur
strategi. Pemilihan rentang waktu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu kondisi
sumberdaya perusahaan, kondisi eksternal perusahaan, misalnya kebijakan
pemerintah, strategi dan program yang akan dilaksanakan, dan pengalaman
perusahaan dalam menjalankan taktik perusahaan. Prioritas penanganan strategi
dibuat dengan mempertimbangkan prasyarat pengembangan pasar berjalan secara
efektif. Pertimbangan ini karena tujuan penelitian adalah strategi pengembangan
pasar produk perusahaan. Peneliti tersebut tidak menyebutkan secara eksplisit
bagaimana penentuan prasyarat pengembangan pasar agar berjalan secara efektif.
Putri (2012) menggunakan analisis data, yang terdiri dari analisis
deskriptif dan analisis tahapan formulasi strategi. Analisis deskriptif digunakan
untuk memberikan gambaran umum mengenai organisasi, meliputi sejarah dan
perkembangan, visi dan misi, dan struktur organisasi. Analisis tahapan formulasi
strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap masukan, tahap pengambilan keputusan,
dan tahap pengambilan keputusan. Namun, pada penelitian Putri (2012), peneliti
tersebut hanya menggunakan tahap masukan dan tahap pencocokan. Alat analisis
tahap masukan terdiri dari matriks IFE dan EFE.Tahap ini meringkas informasi
dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap pencocokan
menggunakan alat analisis matriks IE dan matriks SWOT. Hasil dari tahap
pencocokan adalah alternatif strategi yang cocok dengan faktor internal dan
eksternal.
Arsitektur strategi dibangun dengan memerhatikan visi dan misi organisasi,
analisisl ingkungan internal dan eksternal, industry foresight, tantangan organisasi,
dan sasaran organisasi. Rentang waktu dipilih dengan mempertimbangkan kondisi
organisasi yang diperoleh dari pengurus dan disesuaikan dengan rencana strategis,
visi, misi, dan tujuan organisasi. Terdapat hal yang menarik pada penelitian Putri
(2012). Arsitektur strategi dibangun dari rekomendasi dan kegiatan, sedangkan
peneliti lainnya meletakkan strategi hasil dari matriks SWOT pada arsitektur
strateginya. Peneliti tersebut menetukan prioritas pelaksanaan rekomendasi
program pada arsitektur strategi berdasarkan prioritas utama yang menjadi
kebutuhan mendasar bagi organisasi. Selain itu, pemetaan program ke depannya
berdasarkan pada program yang saling melengkapi dan menjadi syarat yang haris
dilakukan sebelum program selanjutnya dilakukan.

12

Terdapat hal yang menarik dari tiga penelitian yang dikaji. Secara teori,
arsitektur strategi (stratey strech) merupakan hasil perbaikan dari strategy fit,
yang mengasumsikan secara ketat lingkungan perusahaan, baik internal maupun
eksternal, untuk memformulasikan strategi. Kelemahan srategy fit adalah strategi
yang diperoleh tidak responsif terhadap dinamika dan perubahan organisasi.
Meskipun begitu, ketiga penelitian yang dikaji mengombinasikan strategy fit
dengan strategy strech untuk mencapai tujuan penelitiannya. Selain itu, rentang
waktu dalam arsitektur strategi yang diputuskan dapat ditentukan dari
subjektivitas peneliti atau responden.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Manajemen Strategik
Wheelen dan Hunger (2004) menjabarkan bahwa manajemen strategik
merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan
kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategik mencakup
identifikasi lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi baik bersifat
jangka pendek atau panjang, evaluasi dan kontrol. Setiap organisasi harus
menggunakan konsep dan teknik manajemen strategis dalam lingkungan industri
yang dijalankannya dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai
peristiwa.
a. Pengamatan Lingkungan
Pengamatan lingkungan merupakan proses awal dari manajemen strategi
yang bertujuan menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh terhadap lingkup organisasi.
b. Formulasi Strategi
Formulasi strategi terdiri dari perumusan misi, penetapan tujuan,
pengembangan strategi dan penetapan kebijakan. Unsur utama yang harus
diperhatikan adalah bagaimana organisasi tersebut dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan kondisi lingkungan dengan cepat. Langkah selanjutnya
adalah analisis lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi strategi
kebijakan yang akan dibuat. Setelah itu dapat dilakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) yang akan menghasilkan
strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu.
c. Implementasi Strategi
Implementasi strategi merupakan tahap dimana formulasi strategi
dikembangkan secara logis ke dalam bentuk tindakan. Langkah terakhir, yaitu
kegiatan evaluasi dan pengendalian yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa
semua kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi hendaknya didasarkan
pada rencana yang telah disepakati sehingga tidak menyimpang dari batasbatas toleransi.
d. Evaluasi dan Pengendalian

13

Evaluasi dan pengendalian memiliki tiga tahap utama, yaitu (1) evaluasi
faktor eksternal dan internal yang merupakan dasar bagi strategi saat ini, (2)
mengukur kinerja, dan (3) mengoreksi kesalahan yang terjadi.
David (2009) menyatakan proses manajemen strategi juga telah banyak
dikembangkan dengan baik oleh organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba
lainnya dalam mencapai efisiensi dan efektivitas. Hasil yang diperoleh
menunjukkan hasil yang baik. Instansi pemerintah di tingkat pusat, provinsi
hingga tingkat kabupaten/kota dan kecamatan ikut bertanggung jawab dalam
merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi dengan cara yang
paling efektif terhadap pengelolaan dana atau biaya dalam memberikan pelayanan
dan penciptaan program kerja. Manajemen strategi sangat tepat apabila diterapkan
pada organisasi pemerintahan agar para pegawai dapat termotivasi dalam
mengetahui dan mengkaji berbagai faktor eksternal, internal dan turut serta
berpartisipasi dalam manajemen strategis, yang pada akhirnya pegawai
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menetapkan visi, misi, strategi
dan kebijakan organisasi.
Analisis Lingkungan Eksternal dan Lingkungan Internal
Analisis lingkungan eksternal adalah identifikasi dan pengumpulan
informasi mengenai kejadian yang dipengaruhi kekuatan ekonomi, sosial, budaya,
demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan
kompetitif yang dapat secara signifikan menguntungkan, disebut peluang, atau
merugikan, disebut ancaman, suatu organisasi di masa mendatang. Contoh
masing-masing kekuatan yang disebutkan di atas dicantumkan pada Tabel 4.
Analisis lingkungan internal menurut Wheelen dan Hunger (2004) adalah
kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam rangka
memanfaatkan peluang dan ancaman. Hal ini menjelaskan analisis internal sangat
berkaitan erat dengan penilaian terhadap sumberdaya organisasi. Menurut Umar
(2008), analisis internal dapat mencakup aspek organisasi, keuangan, pemasaran,
produksi dan operasi, sumber daya manusia dan sistem informasi manajemen.
Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah alat pencocokan untuk mengembangkan 4 jenis
strategi, yaitu strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang),
strategi ST (kekuatan-ancaman), dan strategi WT (kelemahan-ancaman) (David
2009). Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik
keuntungan dari peluang eskternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
Strategi ST menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal. Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman ekternal.

14

Tabel 4 Kekuatan eksternal beserta contohnyaa
Jenis kekuatan

Contoh kejadian

Ekonomi

Tingkat pendapatan yang bisa dikeluarkan, kecenderungan orang untuk
belanja, tingkat inflasi, faktor ekspor atau impor, fluktuasi harga, kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, tarif pajak, pola konsumsi, tren pengangguran.

Sosial,
budaya,
demografis, dan
lingkungan

Tingkat kehamilan, jumlah perkawinan, jumlah perceraian, jumlah kelahiran,
jumlah kematian, tingkat imigrasi dan emigrasi, tingkat harapan hidup,
pendapatan per kapita, gaya hidup, kepercayaan terhadap pemerintah.

Politik,
pemerintah,
hukum

Perubahan dalam undang-undang, tingkat subsidi pemerintah, peraturan
khusus daerah dan pusat, perubahan kebijakan moneter dan fiskal pemerintah,
peraturan impor-ekspor, besarnya anggaran pemerintah, pemilu dan pilkada.

dan

Teknologi

Internet

Kompetitif

Pangsa pasar, bidang bisnis yang dilakukan, inovasi, kualitas.

a

Sumber: David (2009)

Matriks SWOT ini memiliki 9 sel dengan 4 sel faktor utama, 4 sel strategi
dan satu sel kosong pada sudut kiri atas. Membuat matriks SWOT ini didahului
dengan membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan utama
BKP5K, kemudian menyocokan strategi dengan memadukan kekuatan,
kelemahan, peluang dan acaman tersebug sehingga akan muncul beberapa
alternatif strategi yang terdiri dari 4 jenis, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT
(David 2009). Matriks SWOT ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Matriks SWOTa
OPPORTUNITIES (O)
Daftar Peluang

THREATHS (T)
Daftar Ancaman
a

STRENGHTS (S)
Daftar Kekuatan
STRATEGI S-O
Gunakan
kekuatan
untuk
memanfaatkan peluang eksternal
yang ada
STRATEGI S-T
Gunakan kekuatan BKP5K untuk
menghindari dampak dari ancaman
eksternal

WEAKNESES (W)
Daftar Kelemahan
STRATEGI W-O
Mengatasi
kelemahan
internal
dengan mencoba memanfaatkan
peluang
STRATEGI W-T
Meminimumkan kelemahan dan
menghindari ancamaneksternal

Sumber: David (2009)

Arsitektur Strategi
Yoshida (2006) menyatakan bahwa salah satu pendekatan penyusunan dan
pemilihan strategi yang sesuai untuk keadaan yang cepat berubah adalah strategy
strech. Pendekatan ini mengutamakan pembangunan kekuatan internal,
menetapkan bidang bisnis saat ini dan bidang bisnis potensial yang akan
dikerjakan, dan menentukan masa depan organisasi sendiri. Penentuan masa
depan organisasi dilakukan dengan cara merevisi ulang batasan industri yang akan
dimasuki oleh organisasi yang bersangkutan. Seluruh komponen ini dipetakan
kemudian dibuat cetak biru strategi. Cetak biru strategi disusun dengan maksud

15

untuk memaksimalkan kemungkinan untuk mencapai masa depan, yang telah
disusun ulang batasan-batasannya, pada waktu yang diperhitungkan dengan
cermat. Pendekatan ini disebut arsitektur strategi.
Penyusunan prioritas strategi menggunakan pendekatan arsitektur strategi
memerhatikan unsur berikut, yaitu visi dan misi organisasi, analisis lingkungan
internal dan eksternal organisasi, melakukan “pengintipan masa depan yang akan
dihadapi” atau industry foresight, mengetahui dan memahami tantangan
organisasi, dan sasaran yang ingin dicapai. Unsur-unsur tersebut dibahas pada
uraian berikut ini.
Visi dan misi organisasi
Visi adalah pernyataan mengenai cita-cita organisasi yang ingin dicapai di
masa datang. Misi adalah pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi. Visi
dan misi harus dinyatakan secara jelas sehingga tidak menimbulkan intepretasi
yang salah oleh anggota organisasi.
Analisis lingkungan internal dan eksternal
Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi keberhasilan organisasi
atau kegagalan organisasi. Mengenai hal ini, penulis telah membahas pada subbab
sebelumnya.
Industry Foresight
Industry foresigt atau redefinisi organisasi di masa depan merupakan suatu
asumsi terbaik yang disepakati bersama tentang masa depan suatu organisasi. Hal
ini menjadi acuan untuk usaha-usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk
mencapai tujuannya. Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal
potensial dalam organisasi yang dapat dikembangkan. Penyusunan industry
foresight dipengaruhi oleh faktor perkembangan teknologi, regulasi yang
diterapkan dan yang akan ditetapkan, demografi wilayah, yaitu faktor tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan, dan gaya hidup.
Tantangan organisasi
Tantangan organisasi adalah tata cara operasional yang harus dimiliki dan
diaplikasikan oleh organisasi untuk memeroleh keunggulan secara bertahap.
Tantangan organisasi mengidentifikasi titik fokus untuk pembangunan kapabilitas
organisasi dalam jangka pendek dan menengah.
Sasaran
Sasaran merupakan tujuan organisasi yang dikuantitatifkan. Sasaran
merupakan penjabaran tantangan dalam bentuk angka. Sebagai contoh, tantangan
suatu organisasi adalah peningkatan mutu. Maka, sasaran yang ditetapkan adalah
memeroleh sertifikasi ISO 9 000
Seluruh poin diatas dipadukan untuk mendapatkan peta umum strategi
yang akan diimplementasikan. Pada pendekatan arsitektur strategi, kebijakan dan
strategi diturunkan menjadi program kerja.

16

Definisi Pangan dan Ketahanan Pangan
Menurut Undang-Undang no.18 tahun 2013, pangan adalah segala
sesuatu yang bersumber dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman. Penggolongan pangan yang digunakan pada penelitian
ini mengacu pada penggolongan pangan yang digunakan FAO, yaitu Pola Pangan
Harapan/PPH. Kelompok pangan dalam PPH terdiri dari sembilan kelompok,
yaitu umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak,
kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lain-lain (minuman dan bumbu).
Adapun kesembilan kelompok jenis pangan yang digunakan pada penelitian ini
dijabarkan secara terperinci pada Tabel 6.
Pangan adalah hak dasar setiap manusia Indonesia yang pemenuhannya
dilaksanakan oleh negara. Kondisi tercapainya pemenuhan atas pangan disebut
ketahanan pangan. Menurut UU pangan nomor 18 tahun 2012, ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup s