Perilaku Afiliasi dan Perilaku Agonistik Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Dewasa di Telaga Warna, Bogor Jawa Barat

PERILAKU AFILIASI DAN PERILAKU AGONISTIK
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DEWASA DI
TELAGA WARNA, BOGOR JAWA BARAT

HECA WAHYUNI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Afiliasi dan
Perilaku Agonistik Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Dewasa di Telaga
Warna, Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Heca Wahyuni
NIM G34090030

ABSTRAK
HECA WAHYUNI. Perilaku Afiliasi dan Perilaku Agonistik Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis) Dewasa di Telaga Warna, Bogor Jawa Barat.
Dibimbing oleh KANTHI ARUM WIDAYATI dan PUJI RIANTI.
Macaca fascicularis hidup dalam kelompok sosial yang terdiri atas banyak
jantan dan banyak betina dengan struktur sosial yang berhirarki. M. fascicularis
melakukan interaksi sosial di dalam kelompok. Interaksi tersebut dapat berupa
perilaku afiliasi, perilaku agonistik, dan perilaku seksual. Penelitian ini bertujuan
mengetahui perilaku afiliasi dan perilaku agonistik M. fascicularis dewasa di
Taman Wisata Alam Telaga Warna, Bogor Jawa Barat. Pengamatan dilakukan
pada bulan Februari sampai dengan Mei 2013. Metode pengamatan perilaku yang
digunakan yaitu metode scan sampling dan ad libitum sampling. Perilaku afiliasi
dan agonistik yang dilakukan oleh satu individu berhubungan dengan peringkat
individu tersebut dalam kelompok. Penelitian ini menunjukkan bahwa jantan

peringkat atas dan betina peringkat atas memiliki preferensi untuk berdekatan
dengan individu yang peringkatnya tidak jauh berbeda. Perilaku berdekatan lebih
sering dilakukan oleh individu-individu dengan jenis kelamin berbeda. Individu
dengan peringkat lebih tinggi mendapatkan jumlah selisik yang lebih banyak
dibandingkan individu berperingkat lebih rendah. Individu peringkat atas
melakukan intimidasi lebih banyak dibandingkan individu peringkat bawah.
Untuk perilaku berkelahi, individu dengan peringkat lebih tinggi lebih banyak
menyerang dibandingkan dengan individu peringkat rendah.
Kata kunci: afiliasi, agonistik, monyet ekor panjang, Telaga Warna

ABSTRACT
HECA WAHYUNI. Afiliation and Agonistic Behaviour of Adult Long-tailed
Macaques (Macaca fascicularis) in Telaga Warna, Bogor West Java. Supervised
by KANTHI ARUM WIDAYATI and PUJI RIANTI.
Macaca fascicularis lives in social groups consist of multi males and multi
females with a hierarchical social structure. M. fascicularis engages social
interaction in the group. Social interaction could be an afiliation, agonistic, and
sexual behaviour. This research aims to study afiliation and agonistic behaviour of
a group of M. fascicularis in Telaga Warna Nature Recreational Park, Bogor West
Java. This study was held from February to May 2013. M. fascicularis

interactions was observed using scan sampling and ad libitum sampling. This
research showed that social hierarchy is related to the frequency of afiliation and
agonistic behaviour of the M. fascicularis. High rank males and high rank females
showed proximity to individuals with similiar rank. Proximity occured higher
within males-females than males-males and females-females. High rank
individuals groomed more often than low rank individuals. High rank individuals
intimidates more often than the mid or low rank individuals. High rank
individuals attacks more often than the mid or low rank individuals.
Keywords: afiliation, agonistic, long-tailed macaques, Telaga Warna

PERILAKU AFILIASI DAN PERILAKU AGONISTIK
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DEWASA DI
TELAGA WARNA, BOGOR JAWA BARAT

HECA WAHYUNI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Perilaku Afiliasi dan Perilaku Agonistik Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) Dewasa di Telaga Warna, Bogor Jawa Barat
Nama
: Heca Wahyuni
NIM
: G34090030

Disetujui oleh

Dr Kanthi Arum Widayati MSi
Pembimbing I


Puji Rianti SSi MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Perilaku Afiliasi dan Perilaku Agonistik Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) Dewasa di Telaga Wama, Bogor Jawa Barat
: Heca Wahyuni
Nama
: G34090030
NLM

Disetujui oleh

セkャ@


@セ
Dr Kanthi Arum Widayati MSi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

Puji Rianti SSi MSi
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan
Mei 2013 ini adalah perilaku monyet ekor panjang, dengan judul Perilaku Afiliasi
dan Perilaku Agonistik Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Telaga
Warna, Bogor Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Kanthi Arum Widayati dan Ibu
Puji Rianti MSi sebagai pembimbing serta Ibu Dr Ir Utut Widyastuti MSi yang
telah banyak memberi saran. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf

Taman Wisata Alam Telaga Warna, Bogor Jawa Barat yang telah memberikan
banyak bantuan selama pengambilan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada teman-teman
Biologi IPB serta seluruh warga zoocorner atas dukungan dan kerjasamanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Heca Wahyuni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat


2

Subjek Pengamatan

2

Metode Pengamatan

3

Prosedur Analisis Data

4

HASIL

4

Perilaku Harian


4

Perilaku Afiliasi

5

Perilaku Agonistik

7

PEMBAHASAN

9

SIMPULAN

10

DAFTAR PUSTAKA


11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Peringkat individu jantan dan betina M. fascicularis di Telaga Warna
Matriks jumlah perilaku berdekatan berdasarkan peringkat
Matriks jumlah perilaku berdekatan berdasarkan jenis kelamin
Matriks jumlah perilaku selisik berdasarkan jenis kelamin dan
peringkat
Matriks jumlah perilaku intimidasi berdasarkan peringkat individu
Matriks jumlah perilaku intimidasi berdasarkan jenis kelamin dan
peringkat
Matriks jumlah perilaku berkelahi berdasarkan peringkat individu
Matriks jumlah perilaku berkelahi berdasarkan jenis kelamin dan
peringkat

5
6
6
7
7
8
8
8

DAFTAR GAMBAR
1 Peta kawasan Telaga Warna, Bogor, Jawa Barat tampak dari atas.
Wilayah dalam garis putus-putus menunjukkan daerah pengamatan
2 Grafik batang frekuensi tipe perilaku M. fascicularis di Telaga Warna
3 Grafik batang frekuensi perilaku harian kelompok M. fascicularis di
Telaga Warna

2
4
5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Matriks replacement individu dewasa M.fascicularis di TWA Telaga
Warna, Bogor
2 Matriks berdekatan individu dewasa M.fascicularis di TWA Telaga
Warna, Bogor
3 Matriks selisik individu dewasa M. fascicularis di TWA Telaga Warna,
Bogor
4 Matriks intimidasi individu dewasa M. fascicularis di TWA Telaga
Warna, Bogor
5 Matriks berkelahi individu dewasa M. fascicularis di TWA Telaga
Warna, Bogor

13
14
15
16
17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang (M. fascicularis) memiliki habitat alami di daerah
tropis Asia Tenggara. Sebaran geografis dari monyet ekor panjang meliputi daerah
paling selatan Bangladesh, Semenanjung Malaka, Filipina, Kalimantan, Sumatra,
Jawa, sampai dengan Timor. Monyet ekor panjang hidup pada daerah dengan
ketinggian yang bervariasi walaupun mereka kebanyakan berada di daerah dataran
rendah. Namun, di beberapa daerah M. fascicularis hidup di dataran tinggi dengan
ketinggian 1200 mdpl di Malaysia, 1800 mdpl di Kalimantan, 2000 mdpl di
Sumatra dan Jawa (Fooden 1995).
M. fascicularis hidup dalam kelompok sosial yang terdiri atas banyak jantan
dan banyak betina dengan struktur sosial yang berhirarki. Setiap kelompok
umumnya terbagi ke dalam tiga kelompok umur yaitu dewasa, juvenile, dan bayi
(infant). Monyet jantan dewasa memiliki panjang tubuh rata-rata sebesar 465.6
mm dan betina dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 412 mm, sedangkan
juvenile memiliki panjang tubuh sekitar 361.3 mm. Monyet juvenile memiliki
ukuran tubuh yang lebih kecil dari monyet dewasa tetapi memiliki warna rambut
yang hampir sama yaitu coklat keabu-abuan. Bayi memiliki panjang tubuh sekitar
254.8 mm dan memiliki rambut berwarna hitam kecuali pada bagian muka yang
berwarna kemerahan (Fooden 1995).
Di dalam kelompok, M. fascicularis melakukan interaksi sosial. Interaksi
tersebut dapat berupa perilaku afiliasi, perilaku agonistik, dan perilaku seksual.
Perilaku afiliasi merupakan perilaku yang dapat menunjukkan kedekatan
hubungan antar individu. Perilaku afiliasi dapat menunjukkan ada atau tidaknya
hubungan pertalian darah antar individu. Selain itu, perilaku ini juga dilakukan
untuk memperbaiki hubungan antar individu setelah terjadi konflik (Marjolijn et
al. 1998). Perilaku afiliasi meliputi kegiatan selisik (grooming) dan berdekatan
(proximity) dengan jarak kurang dari 0.6 m. Perilaku agonistik adalah perilaku
yang meliputi sikap untuk berkelahi dan intimidasi (Eaton et al. 1986). Kontak
fisik berupa memukul atau menggigit termasuk dalam berkelahi. Intimidasi
merupakan tindakan agresi yang dilakukan tanpa kontak fisik. Intimidasi dapat
berupa menatap, menunjukkan taring, menggeram, dan ears laid back (Zhang &
Watanabe 2014). Respon dari kegiatan intimidasi dapat berupa tindakan
menyeringai, berkecap-kecap, dan muka yang merengut (Stahl et al. 2000). Kedua
interaksi ini perlu diamati agar hubungan antara struktur sosial individu terhadap
frekuensi perilaku afiliasi dan perilaku agonistik dapat diketahui.
Perilaku agonistik dan afiliasi M. fascicularis pada penelitian ini diamati di
taman wisata alam Telaga Warna. Berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor
481/Kpts/Um/6/1981 kawasan Telaga Warna ada di bawah Unit Pelayanan
Terpadu BKSDA Jawa Barat dan masuk ke dalam wilayah administrasi
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat (Kepmentan 1981).
Perilaku M. fascicularis di wilayah ini belum pernah diteliti sebelumnya.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku afiliasi dan perilaku agonistik
M. fascicularis dewasa di Taman Wisata Alam Telaga Warna, Bogor Jawa Barat.

METODE
Waktu dan Tempat

Gambar 1 Peta kawasan Telaga Warna, Bogor, Jawa Barat tampak dari atas.
Wilayah dalam garis putus-putus menunjukkan daerah pengamatan.
Pengamatan dilakukan dari bulan Februari 2013 sampai dengan Mei 2013 di
Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Bogor Jawa Barat (Gambar 1).
Telaga Warna merupakan kawasan Cagar Alam dengan luas 368.25 Ha dengan
sebagian kawasan seluas 5 Ha berubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam.
Telaga Warna memiliki ketinggian kurang dari 1400 m dpl dengan curah hujan
rata-rata 3380 mm/tahun (Dishutjabar 2007). Telaga Warna juga merupakan
habitat dari beberapa primata lain yaitu owa jawa (Hylobates moloch), lutung
(Trachypithecus auratus) dan surili (Presbytis comata). Tumbuhan yang banyak
ditemui di kawasan Telaga Warna antara lain: saninten (Catanopsis argantea),
ganitri (Elaeocarpus ganitrus), beleketebe (Solanea sigun), nangsi (Villebrunea
rubescens), pasang (Lithocarpus sp.), ki bangkong (Uncaria acida), kileho
(Saurauia nudiflora) dan cantigi (Vacinium varingiaefolium). Analisis data
dilaksanakan di Laboratorium Bagian Fungsi dan Perilaku Hewan Departemen
Biologi FMIPA IPB.
Subjek Pengamatan
Terdapat dua kelompok Macaca fascicularis di Taman Wisata Alam Telaga
Warna. Saya hanya melakukan pengamatan terhadap satu kelompok M.
fascicularis yang berada di Taman Wisata Alam Telaga Warna, Bogor Jawa Barat.
Kelompok tersebut terdiri atas 44 individu, dengan komposisi 10 individu jantan
dewasa, 12 individu betina dewasa, 22 individu juvenile. Perilaku harian diamati

pada seluruh anggota kelompok sedangkan perilaku afiliasi dan agonistik diamati
pada individu dewasa.
Metode Pengamatan
Habituasi
Habituasi dilakukan pada bulan Februari 2013. Tujuan habituasi adalah
membiasakan kelompok M. fascicularis dengan kehadiran pengamat. Selama
habituasi, identifikasi dilakukan terhadap individu-individu yang ada dalam
kelompok tersebut. Tujuan identifikasi adalah memudahkan pengamat dalam
membedakan individu satu dengan individu yang lainnya. Identifikasi ini
dilakukan dengan mencatat ciri morfologi masing-masing individu, antara lain
rambut wajah, postur tubuh, bentuk ekor, ciri khusus pada bagian tubuh seperti
bekas luka atau cacat fisik, dan perilaku unik yang hanya ditunjukkan oleh
individu tersebut. Saya berhasil mengidentifikasi 22 individu dewasa pada saat
habituasi. Individu jantan dewasa yaitu Al, An, Mr, Ip, Ap, Jk, Ro, Ra, Pe, dan Pa.
Individu betina dewasa yaitu Sr, Tr, Ar, Ey, Fi, Nn, Km, Na, Jn, Re, Ok, dan Jl.
Pengamatan perilaku
Pengamatan perilaku menggunakan dua metode yaitu metode scan sampling
dan ad libitum sampling (Martin dan Bateson 1993). Pada metode scan sampling,
perilaku individu yang pertama kali terlihat pada setiap interval satu menit dicatat.
Pengamatan perilaku dilakukan mulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB.
Pemilihan metode scan sampling karena metode ini dapat merekam aktifitas dari
kelompok yang besar secara merata (Martin & Bateson 1993). Sedangkan pada
metode ad libitum sampling, sebanyak mungkin perilaku individu yang terlihat
dicatat. Metode ad libitum sampling digunakan sebagai metode kedua karena
metode ini dapat digunakan untuk mencatat perilaku yang penting tetapi jarang
terjadi (Martin dan Bateson 1993).
Penentuan peringkat sosial
Peringkat sosial merupakan peringkat individu dalam satu kelompok.
Peringkat sosial disusun berdasarkan perilaku replacement yang dilakukan oleh
masing-masing individu. Matriks replacement diperoleh dari pengamatan respon
individu terhadap individu lain yang mendekatinya. Jika satu individu berpindah
atau melarikan diri pada saat individu lain mendekatinya, berarti individu yang
berpindah tersebut memiliki peringkat sosial yang lebih rendah dari pada individu
yang mendekatinya. Perilaku replacement yang tercatat akan dibuat menjadi
matriks dan dianalisa untuk mendapatkan peringkat individu dalam kelompok.
Peringkat individu dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu peringkat atas,
peringkat tengah dan peringkat bawah untuk mempermudah analisis perilaku
afiliasi dan agonistik. Peringkat sosial yang didapatkan akan dilihat pengaruhnya
terhadap perilaku afiliasi dan agonistik yang dilakukan oleh suatu individu.
Kategori perilaku
Perilaku yang diamati dibagi menjadi tiga yaitu perilaku harian, perilaku
afiliasi, dan perilaku agonistik. Perilaku harian terdiri atas perilaku bermain,
makan, lokomosi, istirahat dan mounting. Perilaku afiliasi merupakan perilaku
yang menunjukkan kedekatan hubungan antar individu (Marjolijn et al. 1998).

4
Perilaku afiliasi yang saya amati yaitu berdekatan dan selisik. Perilaku agonistik
merupakan perilaku yang meliputi kegiatan menyerang, berkelahi, bertahan, atau
menghindar. Perilaku agonistik yang saya amati yaitu berkelahi dan intimidasi
(Eaton et al. 1986). Kontak fisik berupa memukul atau menggigit termasuk dalam
berkelahi. Intimidasi merupakan tindakan agresi yang dilakukan tanpa kontak
fisik. Intimidasi dapat berupa menatap, menunjukkan taring, menggeram, dan ears
laid back (Zhang dan Watanabe 2014).
Prosedur Analisis Data
Program R 2.11.0 digunakan untuk menentukan frekuensi perilaku harian,
perilaku afiliasi, dan perilaku agonistik dari data hasil pengamatan (R
Development Core Team 2012). Hubungan antar individu akan dianalisis dari
hasil frekuensi yang didapatkan dari program R menggunakan sociometric matrix.
Sociometric matrix merupakan tabel yang menunjukkan frekuensi suatu perilaku
yang melibatkan dua individu. Data pelaku perilaku ditulis dalam baris dan
penerima perilaku ditulis dalam kolom. Tabel ini dapat menunjukkan
kecenderungan perilaku dua individu yang saling terlibat (Altmann 1973). Matriks
yang didapatkan lalu disusun dalam tabel sederhana yang membagi 22 individu
dewasa berdasarkan jenis kelamin, peringkat, maupun keduanya.

HASIL
Perilaku Harian

Gambar 2 Grafik batang frekuensi tipe perilaku M. fascicularis di Telaga
Warna

Gambar 3 Grafik batang frekuensi perilaku harian kelompok M. fascicularis di
Telaga Warna
Perilaku harian memiliki presentase tertinggi yaitu 86.6% diikuti oleh
perilaku afiliasi (7.8%) dan perilaku agonistik (5.6%) (Gambar 2). Perilaku harian
dibagi menjadi lima perilaku yaitu mounting, bermain, makan, istirahat dan
lokomosi. Proporsi perilaku harian yang dilakukan oleh M. fascicularis di Telaga
Warna adalah lokomosi sebesar 31%, istirahat 29%, makan 18%, bermain 7% dan
mounting 1.7% (Gambar 3).
Perilaku Afiliasi
Peringkat individu
Tabel 1 Peringkat individu jantan dan betina M. fascicularis di Telaga Warna
Individu
Keterangan
Peringkat
peringkat
Jantan dewasa
Betina dewasa
1
Peringkat Atas
Al
Sr
2
An
Tr
3
Mr
Ar
4
Peringkat tengah
Ip
Ey
5
Ap
Fi
6
Jk, Ro, Ra
Nn
7
Pe
Km
Peringkat bawah
8
Pa
Na
9
Jn, Re, Ok
10
Jl
Peringkat individu jantan dewasa dan betina dewasa ditentukan menurut
perilaku replacement yang dilakukan antar individu dewasa (Lampiran 1).
Peringkat individu dewasa di dalam kelompok dapat dilihat di Tabel 1. Individu
Al menempati peringkat teratas individu jantan, diikuti oleh An, Mr, Ip, Ap.

6
Individu Jk, Ro dan Ra berada di satu peringkat. Individu Pe dan Pa berada di
urutan terbawah dari hirarki jantan. Individu Sr menempati peringkat teratas pada
betina, Tr menempati peringkat kedua, Ar di peringkat ketiga, peringkat
selanjutnya yaitu berturut-turut Ey, Fi, Nn, Km, Na. Individu Jn, Re dan Ok
menempati satu peringkat. Betina Jl menempati urutan terbawah. Individu
berperingkat satu, dua, dan tiga dikelompokkan menjadi individu peringkat atas.
Individu berperingkat empat, lima, dan enam termasuk individu peringkat tengah,
dan sisanya merupakan individu peringkat bawah.
Perilaku Berdekatan
Perilaku berdekatan yang disusun berdasarkan sociometric matrix
(Lampiran 3) disusun kembali berdasarkan peringkat dan jenis kelamin. Hasil dari
matriks perilaku berdekatan berdasarkan peringkat (Tabel 2) menunjukkan bahwa
individu yang berada di peringkat atas cenderung untuk berdekatan dengan
individu yang peringkatnya tidak terlalu jauh berbeda. Sebaliknya, individu yang
berada di peringkat bawah tidak menunjukkan kecenderungan untuk berdekatan
dengan individu peringkat tertentu secara terus-menerus. Perilaku berdekatan
lebih sering dilakukan antar individu berbeda jenis kelamin daripada individu
dengan jenis kelamin yang sama (Tabel 3).
Tabel 2 Matriks jumlah perilaku berdekatan berdasarkan peringkat
Individu
Peringkat atas
Peringkat tengah
Peringkat bawah
Individu
Peringkat atas
65
39
20
Peringkat tengah
10
22
Peringkat bawah
12
Tabel 3 Matriks jumlah perilaku berdekatan berdasarkan jenis kelamin
Individu
Jantan
Betina
Individu
Jantan
25
106
Betina
37
Perilaku Selisik
Frekuensi pertukaran selisik antara individu dengan jenis kelamin berbeda
lebih tinggi dibandingkan dengan pertukaran selisik antar individu dengan jenis
kelamin sama (Tabel 4). Jumlah frekuensi pemberian selisik dari jantan ke betina
yaitu sebanyak 42 kali dan jumlah frekuensi pemberian selisik dari betina ke
jantan yaitu 56 kali. Frekuensi pertukaran selisik diantara individu jantan sangat
rendah yaitu sebanyak 11 kali, sedangkan pada betina yaitu 37 kali. Hal ini
berkaitan dengan matriks berdekatan (Tabel 3) yang menunjukkan bahwa
individu-individu tersebut lebih banyak berdekatan dengan individu berbeda jenis
kelamin. Frekuensi berdekatan yang lebih banyak memungkinkan individu
berbeda jenis kelamin memiliki peluang lebih besar untuk saling bertukar selisik.
Frekuensi perilaku selisik berhubungan dengan peringkat individu dalam
kelompok (Tabel 4). Individu dengan peringkat lebih tinggi mendapatkan jumlah
selisik yang lebih tinggi dari pada individu berperingkat rendah. Jantan lebih

banyak memberikan selisik kepada betina peringkat atas yaitu sebanyak 29 kali.
Betina lebih banyak memberikan selisik kepada jantan peringkat atas yaitu
sebanyak 35 kali. Jantan dewasa tidak saling memberi selisik kepada jantan
dengan peringkat yang berdekatan. Betina dewasa justru banyak melakukan
pertukaran selisik dengan individu yang peringkatnya berdekatan. Pertukaran
selisik jarang terjadi antara betina dewasa dengan peringkat berjauhan.
Tabel 4 Matriks jumlah perilaku selisik berdasarkan jenis kelamin dan peringkat
Pelaku
Jantan
Betina
Penerima
Atas
Tengah
Bawah
Atas
Tengah
Bawah
Atas
0
3
3
26
6
3
Jantan
Tengah
2
0
2
4
2
4
Bawah
0
1
0
1
2
8
Atas
18
9
2
5
0
1
Betina
Tengah
4
2
2
0
11
5
Bawah
3
1
1
1
1
3
Perilaku Agonistik
Perilaku agonistik yang didapatkan akan dilihat hubungannya dengan
peringkat individu seperti pada perilaku afiliasi.
Perilaku Intimidasi
Frekuensi perilaku intimidasi berhubungan dengan peringkat individu dalam
kelompok (Tabel 5). Peringkat individu menentukan kepada siapa individu
tersebut memberikan intimidasi dan dari siapa individu tersebut menerima
intimidasi. Jantan dan betina dewasa melakukan intimidasi kepada individu lain
yang memiliki peringkat lebih rendah. Individu peringkat atas paling banyak
melakukan intimidasi yaitu sebanyak 95 kali. Individu peringkat bawah paling
sedikit melakukan intimidasi yaitu 31 kali. Individu peringkat bawah menerima
jumlah intimidasi paling besar sebanyak 71 kali. Individu peringkat atas menerima
jumlah intimidasi paling sedikit yaitu sebesar 31 kali. Frekuensi perilaku
intimidasi yang dilakukan jantan dewasa lebih tinggi (114 kali) dibandingkan
dengan betina dewasa (59 kali) (Tabel 6).
Tabel 5 Matriks jumlah perilaku intimidasi berdasarkan peringkat individu
Pelaku
Penerima
Peringkat atas
Peringkat tengah
Peringkat bawah
Total perilaku
yang dilakukan

Peringkat
atas
37
34
24

Peringkat
tengah
3
15
28

Peringkat
bawah
6
6
9

95

46

31

Total perilaku
yang diterima
46
55
71

8
Tabel 6 Matriks jumlah perilaku intimidasi berdasarkan jenis kelamin dan
peringkat
Pelaku
Penerima
Jantan

Betina

Atas
Tengah
Bawah
Atas
Tengah
Bawah

Atas
3
17
4
22
5
10

Jantan
Tengah
1
7
7
2
4
15

Bawah
1
2
3
5
0
6

Atas
4
11
2
8
1
8

Betina
Tengah
0
3
1
0
1
6

Bawah
0
3
3
0
1
7

Perilaku Berkelahi
Frekuensi perilaku berkelahi berkaitan dengan peringkat individu dalam
kelompok. Individu peringkat atas lebih banyak menyerang dibandingkan
individu peringkat tengah atau bawah (Tabel 7). Jantan lebih banyak menerima
serangan dibandingkan dengan betina (Tabel 8). Tabel 8 menunjukkan bahwa
frekuensi perilaku serangan yang dilakukan oleh betina hampir sama dengan
frekuensi perilaku serangan yang dilakukan oleh jantan. Serangan yang dilakukan
oleh betina banyak dilakukan oleh betina peringkat atas, sedangkan betina
peringkat tengah dan bawah memiliki frekuensi serangan yang rendah (Tabel 11).
Individu dengan peringkat berdekatan menyerang satu sama lain. Jantan peringkat
bawah menyerang betina peringkat bawah juga.
Tabel 7 Matriks jumlah perilaku berkelahi berdasarkan peringkat individu
Pelaku
Penerima
Peringkat atas
Peringkat tengah
Peringkat bawah
Total perilaku
yang dilakukan

Peringkat
atas
14
13
17

Peringkat
tengah
2
9
7

Peringkat
bawah
2
6
3

44

18

11

Total perilaku
yang diterima
18
32
23

Tabel 8 Matriks jumlah perilaku berkelahi berdasarkan jenis kelamin dan
peringkat
Pelaku
Penerima
Jantan

Betina

Atas
Tengah
Bawah
Atas
Tengah
Bawah

Atas
4
4
5
2
0
0

Jantan
Tengah
0
3
2
2
3
5

Bawah
0
2
2
1
1
0

Atas
7
13
4
1
0
4

Betina
Tengah
0
2
0
0
0
0

Bawah
0
1
0
1
2
1

PEMBAHASAN
Kelompok M fascicularis di Telaga Warna menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan lokomosi. Menurut Hambali et al. (2012)
kegiatan lokomosi pada kelompok M. fascicularis merupakan aktivitas dengan
proporsi terbanyak karena M. fascicularis merupakan hewan diurnal yang aktif
pada siang hari. Mereka menggunakan waktunya berpindah-pindah dari satu area
ke area lainnya untuk mencari makan.
Kegiatan istirahat merupakan kegiatan dengan proporsi tertinggi kedua.
Biasanya individu dalam kelompok akan menyebar dalam kelompok-kelompok
kecil di kawasan wisata alam dan memposisikan diri dekat dengan pengunjung
untuk menunggu diberi makanan. Selain itu kegiatan istirahat memiliki proporsi
tinggi akibat dari tingginya aktivitas lokomosi sehingga kelompok membutuhkan
lebih banyak waktu untuk istirahat. Cuaca buruk seperti hujan deras dan kabut
yang sering terjadi di kawasan Telaga Warna juga membuat kelompok lebih
sering beristirahat.
Perilaku makan kelompok M. fascicularis menempati porsi ketiga dari
perilaku harian. Hal ini dapat terjadi akibat ukuran kelompok yang besar (44
individu). Kelompok yang besar membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk
berpindah sehingga waktu yang digunakan untuk makan menjadi lebih sedikit
(Schaik et al. 1983).
Penelitian ini berfokus pada perilaku afiliasi dan agonistik M. fascicularis
dewasa di dalam kelompok. Perilaku afiliasi dan agonistik yang dilakukan oleh
satu individu berhubungan dengan peringkat individu tersebut dalam kelompok.
Untuk perilaku afiliasi, penelitian ini menunjukkan bahwa jantan dan betina
peringkat atas memiliki preferensi untuk berdekatan dengan individu yang
peringkatnya tidak jauh berbeda. Perilaku berdekatan lebih sering dilakukan oleh
individu-individu dengan jenis kelamin berbeda. Frekuensi berdekatan antara
individu berbeda jenis kelamin yang lebih tinggi memperbesar peluang untuk
saling bertukar selisik. Kedekatan ini bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak
akses untuk aktivitas seksual (Barrett dan Henzi 2001). Perilaku berdekatan juga
sering dilakukan untuk menghalau dingin pada saat cuaca buruk. Selain itu,
kehadiran pengunjung di Telaga Warna juga menyebabkan kelompok lebih
waspada dan saling berdekatan untuk saling melindungi anggota kelompok.
Peringkat individu dari Macaca fascicularis di Telaga Warna menunjukkan
hubungan dengan perilaku selisik. Individu dengan peringkat lebih tinggi
mendapatkan jumlah selisik yang lebih banyak dibandingkan individu
berperingkat lebih rendah. Selisik merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
toleransi dari individu dengan peringkat lebih tinggi. Menurut Barrett dan Henzi
(2001) level toleransi yang diberikan oleh individu berperingkat lebih tinggi
kepada individu berperingkat lebih rendah ditentukan oleh jumlah selisik yang
diberikan oleh individu peringkat rendah kepada individu dengan peringkat tinggi.
Menurut Gumert dan Ho (2008) peningkatan jumlah selisik yang terjadi antara
dua individu akan menurunkan jumlah interaksi agonistik diantara individu

10
tersebut. Selisik pada genus Macaca merupakan salah satu cara untuk membentuk
aliansi (Seyfrath 1977; Hemelrijk 1994; Barrett dan Henzi 2001). Pada penelitian
ini, jantan dengan peringkat yang berdekatan tidak saling bertukar selisik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Massen et al. (2011), yaitu jantan membentuk hubungan
kompetisi yang lebih tinggi dengan jantan dengan peringkat berdekatan. Hasil ini
berlawanan dengan perilaku selisik pada betina dewasa. Betina dengan peringkat
berdekatan lebih banyak bertukar selisik. Hal ini sama dengan penelitian Cords
(2000) dan Oi (1990). Menurut Angst (1975), pengaruh hubungan darah lebih
kuat pada betina. Betina yang memiliki hubungan darah lebih dekat biasanya
memiliki peringkat sosial yang berdekatan juga. Hal ini mungkin yang
menyebabkan tingginya aktivitas selisik antar betina dengan peringkat yang
berdekatan di Telaga Warna.
Frekuensi perilaku afiliasi pada kelompok M. fascicularis di Telaga Warna
lebih banyak terjadi antar individu dengan jenis kelamin berbeda. Angst (1975)
menyatakan bahwa ketertarikan seksual merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hubungan satu individu dengan individu lainnya. Perilaku afiliasi
dapat menunjukkan kekerabatan antar individu (Marjolijn et al. 1998). Semakin
tinggi kekerabatan antar dua individu maka akan semakin tinggi pula hubungan
afiliasi yang dimiliki (Angst 1975).
Salah satu fungsi perilaku agonistik yaitu untuk menegaskan posisi individu
tersebut di dalam kelas sosial (Hemelrijk 2000). Menurut Singh et al. (1992),
peringkat mempengaruhi perilaku agonistik yang dilakukan oleh satu individu.
Semakin tinggi peringkat satu individu, frekuensi perilaku agonistik yang
dilakukan akan semakin tinggi. Pada penelitian ini, perilaku agonistik dibagi
menjadi dua yaitu perilaku intimidasi dan perilaku berkelahi. Peringkat individu
mempengaruhi perilaku intimidasi yang dilakukan oleh kelompok M. fasciularis
di Telaga Warna. Individu peringkat atas melakukan intimidasi lebih banyak
dibandingkan individu peringkat bawah. Jumlah frekuensi perilaku berkelahi
antara jantan dengan jantan lebih tinggi daripada antara betina dengan betina. Hal
ini mungkin karena persaingan untuk mendapatkan akses makanan dan seksual
terjadi lebih tinggi pada jantan.
Untuk perilaku berkelahi, individu dengan peringkat lebih tinggi lebih
banyak menyerang dibandingkan dengan individu peringkat rendah. Betina
peringkat bawah lebih sering diserang dibandingkan dengan betina peringkat atas.
Hal ini terjadi karena betina peringkat bawah membentuk koalisi yang lemah.
Koalisi yang lemah dapat diketahui dari jumlah perilaku berdekatan dan selisik.
Frekuensi berdekatan dan selisik yang rendah antara betina peringkat bawah
dengan jantan peringkat atas menunjukkan koalisi yang lemah antara keduanya.

SIMPULAN
Perilaku afiliasi dan agonistik yang dilakukan oleh satu individu
berhubungan dengan peringkat individu tersebut dalam kelompok. Untuk perilaku
afiliasi, penelitian ini menunjukkan bahwa jantan dan betina peringkat atas
memiliki preferensi untuk berdekatan dengan individu yang peringkatnya tidak
jauh berbeda. Perilaku berdekatan lebih sering dilakukan oleh individu-individu

dengan jenis kelamin berbeda. Individu dengan peringkat lebih tinggi
mendapatkan jumlah selisik yang lebih banyak dibandingkan individu
berperingkat lebih rendah. Individu peringkat atas melakukan intimidasi lebih
banyak dibandingkan individu peringkat bawah. Untuk perilaku berkelahi,
individu dengan peringkat lebih tinggi lebih banyak menyerang dibandingkan
dengan individu peringkat rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Altmann J. 1973. Observational Study of Behaviour: Sampling Methods.
Chicago(US): University of Chicago.
Angst W. 1975. Basic data and concepts on the social organization of Macaca
fascicularis. Primate Behaviour. 4:325-388.
Barrett L, Henzi P. 2001. The uttility of grooming to baboon troops. Di dalam:
Noë R, Hammerstein P, van Hoof JARAM, editor. Economics in Nature:
Social Dilemmas, Mate Choice and Biological Markets. Cambridge (GB):
Cambridge University Press.
Cords M. 2000. Agonistic and affiliative relationship in a blue monkey group. Di
dalam: Whitehead PF, Clifford JO, editor. Old World Monkey. Cambridge
(GB): Cambridge University Press.
[Dishutjabar] Dinas Kehutanan Jawa Barat. 2007. Cagar Alam dan Taman Wisata
Alam Telaga Warna. http://dishut.jabarprov.go.id [Internet]. (2007 Des 25,
diunduh 2014 Jan 22]. Tersedia pada: http://dishut.jabarprov.go.id/index.
php?mod=manageMenu&idMenuKiri=482&idMenu=487
Eaton GG, Johnson DF, Glick BB, Worlein JM. 1986. Japanese macaques
(Macaca fuscata) social development: Sex difference in juvenile behaviour.
Primates. 27(2):141-150.
Fooden J. 1995. Systemathic Review of the Southeast Asian Longtail Macaques,
Macaca fascicularis (Raffless, [1821]). Chicago (US): Field Museum of
Natural History.
Gumert MD, Ho MR. 2008. The trade balance of grooming and its coordination of
reciprocation and tolerance in Indonesian long-tailed macaques (Macaca
fascicularis). Primates. 49:176-185.
Hambali K, Ismail A, Md-Zain BM. 2012. Daily activity budget of long-tailed
macaques (Macaca fascicularis). International Journal of Biology. 3:23-31.
Hemelrijk CK. 1994. Support for being groomed in long-tailed macaques,
Macaca fascicularis. Animal Behaviour. 48:479-481.
Hemelrijk CK. 2000. Towards the integration of social dominance and spatial
structure. Animal Behaviour. 59:1035-1048.
[Kepmentan].
1981.
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
481/Kpts/Um/6/1981 tentang Penunjukan Kawasan CA Telaga Warna dan
TWA Telaga Warna. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Marjolijn D, Zsuzsa P, van Hooff JARAM. 1998. Postconflict Affiliation and
Stress-Related Behaviour of Long Tailed Macaque Aggressors. International
Journal of Primatology. 19(1):53-71.
Martin P, Bateson PPG. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide.
Cambridge (GB): Cambridge University Press.

12
Massen JJM, Luyten IJAF, Spruijt BM, Sterck EHM. 2011. Benefiting friends or
dominants: prosocial choices mainly depend on rank position in long-tailed
macaques (Macaca fascicularis). Primates. 52:237-247.
Oi T. 1990. Patterns of dominance and affiliation in wild pig-tailed macaques
(Macaca nemestrina nemestrina) in West Sumatra. International Journal of
Primatology. 11(4):339-356.
R Development Core Team. 2012. R: A Language and Environment for Statistical
Computing. R Fondation for Statistical Computing, Vienna, Austria. ISBN 3900051-07-0. http://www.rproject.org/. [27 Oktober 2012].
Seyfarth RM. 1977. A model of social grooming among adult female monkeys.
Journal of Theoretical Biology. 65:671-698.
Singh M, D’souza L, Singh M. 1992. Hierarchy, kinship, and social interaction
among Japanese monkeys (Macaca fuscata). Journal of Bioscience. 17(1):1527.
Stahl D, Hermann F, Kaumanns W. 2000. Group formation of captive all-male
group of lion-tailed macaques (Macaca silenus). Primates Report .58:93-108.
Van Schaik CP, van Noordwijk MA, de Boer RJ, den Tonkelaar I. 1983. The
effect of group size on time budgets and social behaviour in wild long-tailed
macaques (Macaca fascicularis). Behavioral Ecology and Sociobiology.
13:173-181.
Zhang P, Watanabe K. 2014. Intraspecies variation in dominance style of Macaca
fuscata. Primates. 55:69-79

LAMPIRAN
Lampiran 1 Matriks replacement individu dewasa M.fascicularis di TWA Telaga Warna, Bogor

14
Lampiran 2 Matriks berdekatan individu dewasa M.fascicularis di TWA Telaga Warna, Bogor

Lampiran 3 Matriks selisik individu dewasa M. fascicularis di TWA Telaga Warna, Bogor

16
Lampiran 4 Matriks intimidasi individu dewasa M. fascicularis di TWA Telaga Warna, Bogor

Lampiran 5 Matriks berkelahi individu dewasa M. fascicularis di TWA Telaga Warna, Bogor

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 17 Juni 1991 dari ayah Mustafa
Muhammad Gade dan ibu Partiyani. Penulis adalah puteri pertama dari empat
bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 97 Jakarta dan pada
tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah melakukan Studi Lapangan
pada tahun 2011 dengan judul Keragaman Tumbuhan Epifit di Hutan Pendidikan
Gunung Walat lalu penulis juga pernah melakukan Praktik Lapangan pada tahun
2012 di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan dengan judul Metode Pemeriksaan
Penyakit di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan DKI Jakarta. Penulis aktif mengikuti
organisasi UKM Panahan IPB dan Himpunan Mahasiswa Biologi Divisi
Observasi Wahana Alam pada tahun 2009 hingga 2012.