Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil Di Kota Jakarta (Studi Kasus, Savera Reptile Jakarta)

ANALISIS RISIKO PENJUALAN PADA USAHA REPTIL
DI KOTA JAKARTA
(Studi Kasus: Savera Reptile Jakarta)

ALDRIAN NURANDA FIKRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Penjualan
Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi kasus: Savera Reptile Jakarta)
merupakan karya saya dengan arahan dari dosen komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Aldrian Nuranda Fikri

ABSTRAK
ALDRIAN NURANDA FIKRI. Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil Di
Kota Jakarta (Study Kasus: Savera Reptile Jakarta). Dibimbing oleh Netti
Tinaprilla.
Permasalahan yang dihadapi Savera Reptile ialah tingkat fluktuasi
penjualan hewan reptil yang dapat menyebabkan produk reptil tidak terjual.
Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumber-sumber risiko penjualan,
menganalisis risiko penjualan, serta merumuskan alternatif penanganan yang
dilakukan untuk mengatasi risiko penjualan hewan reptil. Metode yang digunakan
ialah pemetaan risiko, analisis deskriptif, analisis z-score, dan analisis Value at
Risk. Sumber risiko penjualan yang terjadi pada Savera Reptile yaitu tampilan
fisik produk, persaingan pasar, serangan penyakit, pemeliharaan, dan dayabeli
masyarakat. Status sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah persaingan pasar

sedangkan yang terendah ialah pemeliharaan. Alternatif penanganan yang dapat
dilakukan yaitu preventif dan mitigasi.
Kata Kunci: Bisnis Reptil, Risiko penjualan, Fluktuasi Penjualan
ABSTRACT
ALDRIAN NURANDA FIKRI. Sales Risk Analysis On Reptile Business In
Jakarta (Case Study: Savera Reptile Jakarta). Supervised by NETTI
TINAPRILLA.
The problems faced by Savera Reptile is sales fluctuation of reptile that
tend to fluctuate. This research aims to identify the risk of sales, analyzing risk
status, and formulates an alternative treatment that can be used in order to
overcome price risk animals of reptiles. This research use several method such as
risk mapping, descriptive analyze, z-score, and Value at Risk. Sales risk source
that happened in Savera Reptile due to high product was lack of selling and high
mortality rates, this was due to product quality, market competition, disease, food
availability, and the community’s purchasing power. The biggest risk source
challenge is market competition while the lowest is the food availability. The
handling alternative which can reduce of risk occurence are prevention and
mitigation.
Key Words: Reptiles Busines, Sales risk, Sales Fluctuation


ANALISIS RISIKO PENJUALAN PADA USAHA REPTIL
DI KOTA JAKARTA
(Studi Kasus: Savera Reptile Jakarta)

ALDRIAN NURANDA FIKRI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama


: Analisis Risiko Penjualan pada Usaha Reptil di Kota Jakarta
(Studi Kasus Savera Reptile Jakarta)
: Aldrian Nuranda Fikri

NIM

: H34114059

Disetujui oleh

Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir.Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: …......................


PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko
Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Study Kasus: Savera Reptile Jakarta)”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Robert, Ibu Lyna, Pak Iwan, dan Ibu Queen yang
telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta anggota Savera Reptile
lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Aldrian Nuranda Fikri


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

xi

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1


Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

4
5
5
5

Agribisnis Hewan Reptil
Risiko komoditi Agribisnis
Sumber – sumber risiko
Strategi Pengelolaan Risiko
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Dasar Risiko dan Ketidakpastian

5

7
9
10
11
11
11

Tipe-Tipe Resiko

11

Sumber – Sumber Risiko

13

Pengukuran Risiko

14

Pemetaan Risiko


15

Manajemen Risiko

16

Konsep Permintaan, Penawaran, dan Harga

18

Fluktuasi Penjualan

19

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

21
22


Lokasi dan Waktu Penelitian
Data dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Kuantitatif
Analisis Probabilitas Risiko

22
22
22
22
23
23

Pengukuran Dampak Risiko

24

Analisis Manajemen Risiko

HASIL DAN PEMBAHASAN

24
26

Sejarah dan Perkembangan Savera Reptile
Visi, Misi dan Motto Savera Reptile

26
27

Organisasi dan Sumberdaya Manusia

27

Kegiatan Penjualan Reptil di Savera Reptile

28

Jenis dan Jumlah Reptil di Savera Reptile

30

Identifikasi Sumber Resiko di Savera Reptile
Analisis Probabilitas Risiko Penjualan Pada Hewan Reptil
Analisis Dampak Risiko Penjualan Hewan Reptil
Tampilan Fisik Produk

30
38
43
43

Persaingan Pasar

44

Serangan Penyakit

45

Pemeliharaan

45

Daya Beli Masyarakat

46

Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil
Alternatif Penanganan Risiko
Strategi Preventif

47
49
49

Simpulan

60

Saran

60

DAFTAR PUSTAKA

61

DAFTAR TABEL
1 Daftar Peserta Kontes Reptil Yang di Adakan Di Kota Jakarta Tahun 2007-2013
2 Jenis hewan reptil serta negara tujuan produk reptil ular asal Indonesia (%) Selama
tahun 2000-2003
3 Harga Jual Reptil Pada Pengusaha X di Kota Bogor Pada Bulan Februari 2014
4 Contoh – contoh risiko murni
5 Contoh – contoh risiko spekulatif
6 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk
7 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Persaingan Pasar
8 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Serangan Penyakit
9 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Pemeliharaan
10 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat
11 Probabilitas Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk
12 Probabilitas Sumber Risiko Persaingan Pasar
13 Probabilitas Sumber Risiko Serangan Penyakit
14 Probabilitas Sumber Risiko Pemeliharaan
15 Probabilitas Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat
16 Dampak sumber risiko tampilan fisik produk reptil pada tingkat harga Rp 340.054
17 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Persaingan Pasar Pada
Tingkat Harga Rp. 340.054
18 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Serangan Penyakit Pada
Tingkat Harga Rp. 340.054
19 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Pemeliharaan Pada
Tingkat Harga Rp. 340.054
20 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Daya Beli Masyarakat
Pada Tingkat Harga Rp. 340.054
21 Probabilitas, Dampak dan Status Risiko
22 Jenis Penyakit dan Penangan
23 Strategi Mitigasi Sumber Risiko Persaingan Pasar
24 Data Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April
2014

1
2
3
12
13
32
34
35
36
37
39
40
41
41
42
44
44
45
46
46
47
52
56
59

DAFTAR GAMBAR
1 Fluktuasi harga reptil pada usaha reptil di pengusaha Y tahun 2012-2013 di kota
bogor
2 Fluktuasi Penjualan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April 2014
3 Peta Risiko, Kountur (2008)
4 Sistematika pengelolaan risiko, Kountur (2008)
5 Pembentukan Harga oleh Permintaan dan Penawaran

3
4
16
17
18

6 Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran
20
7 Kerangka pemikiran operasional Analisis risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota
Jakarta (Studi Kasus : Savera Reptile Jakarta)
21
8 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif)
25
9 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi)
26
10 Struktur Organisasi Savera Reptile
28
11 Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil
48
12 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk
50
13 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Persaingan Pasar
51
14 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Serangan Penyakit
53
15 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Pemeliharaan
54
16 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat
55
17 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Persaingan Pasar
57
18 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat
58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Ular yang Tersedia Pada Savera Reptile
2 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kura-Kura yang Tersedia Pada Savera Reptile
3 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kadal yang Tersedia Pada Savera Reptile
4 Lokasi dan Tempat Penelitian
5 Reptil Tidak Terjual Akibat Tampilan Fisik Produk
6 Reptil Tidak Terjual Akibat Penyakit
7 Pakan dan Peralatan Penunjang
8 Hasil Perhitungan Probabilitas Risiko Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile
Jakarta

63
64
65
66
67
67
i
69

1

PENDAHULUAN
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di sektor hilir.sebagai subjek tertentu,
agribisnis berkaitan erat dengan mengelola aspek budaidaya, penyedia bahan
baku, pengelolaan, pascapanen, proses pengolahan, himgga tahap pemasaran.
Objek agribisnis dapat berupa hewan, tumbuhan, serta organisme lainnya.
Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pada bidang
agribisnis di bagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Kebutuhan manusia yang masuk kedalam kebutuhan primer terkait dengan
agribisnis ialah pangan yang dapat diperoleh dari pertanian berupa beras, jagung,
maupun umbi-umbian. Kebutuhan sekunder terkait dengan agribisnis ialah
pakayan berbahan sutra yang dihasilkan dari benang-benang yang telah diolah dan
berasal dari ulat sutra. Kebutuhan tersier yang berkaitan dengan agribisnis ialah
kebutuhan untuk memelihara hewan peliharaan yang dihasilkan dari peternakan
hewan seperti kucing, anjing, ular, dan kelinci.
Bisnis hewan peliharaan seperti kucing, anjing, kelinci dan reptil,
merupakan bisnis yang saat ini sedang berkembang. Memelihara reptil menurut
pendapat sebagian orang merupakan hobi yang unik. Keberadaan komunitas
pecinta reptil menjadi indikasi bahwa memelihara hewan reptil semakin di gemari
oleh banyak orang.
Daftar komunitas pecinta hewan reptile di kota Jakarta adalah Reptile
Corner, Djayakarta Reptile Community, Komunitas Reptil Jakarta, Obvious
Community, Derik Merah, Derik Hijau, BCC, dan Sailfin Dragon Community.
Komunitas-komunitas pecinta hewan reptil tersebut menjadi indikasi bahwa
memelihara reptil semakin digemari oleh banyak orang. Kontes reptil pun sudah
sering diadakan di beberapa kota di Indonesia. Kontes bertujuan untuk
mensosialisasikan kepada masyarakat sehingga tidak lagi ada anggapan yang
keliru mengenai pemeliharaan hewan reptil. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1 Daftar Peserta Kontes Reptil Yang di Adakan Di Kota Jakarta Tahun
2007-2013
Tahun
Tempat
Jumlah Peserta (orang)
2007
Jakarta ( Lap. Banteng)
159
2008
Jakarta (Lap. Banteng)
237
2009
Jakarta (WTC Mangga dua)
344
2010
Jakarta (WTC Mangga dua)
389
2011
Jakarta (WTC Mangga dua)
451
2012
Jakarta (Lap. Banteng)
743
2013
Jakarta (WTC Mangga dua)
723
1
Sumber: Panitia Reptile National Event and Contest 2013

1

) Studi pendjahuluan : Panitia Reptile National Event and Contest 2013

2

Menurut daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) sejak tahun 1983-1999 dengan adanya
sosialisasi mengenai terancamnya kepunahan melalui kategori daftar hewan
dilindungi tingkat 1 yang berarti hewan yang terancam punah dan dilarang untuk
di perjualbelikan dapat menekan tingkat kepunahan komoditi tersebut. Adapun
salah satu komoditi yang telah berubah status dari hewan dilindungi tingkat 1
menjadi hewan dilindungi tingkat 2 yaitu buaya muara yang saat ini sudah banyak
di tangkarkan sehingga populasinya meningkat secara pesat.
Oleh sebab itu saat ini buaya muara dan beberapa hewan reptil yang tidak
masuk kedalam hewan dilindungi tingkat 1 sudah dapat di ekspor kenegara-negara
tujuan yang membutuhkan hewan tersebut baik sebagai hewan peliharaan maupun
sebagai bahan baku industri. Berikut ialah jenis hewan reptil yang diekspor kenegara-negara peminat hewan reptil.
Tabel 2 Jenis hewan reptil serta negara tujuan produk reptil ular asal Indonesia
(%) Selama tahun 2000-2003
No
1

Jenis
Python Reticulatus

2

Ptyas Mucocus

3

Naja Sputatrix

4

Carberus Rhycops

-

Negara Tujuan
Amerika Serikat
Spanyol
Singapura
Meksiko
Jepang
Itali
Lain-lain
Amerika Serikat
Spanyol
Singapura
Itali
Hongkong
Lain-lain
Singapura
Meksiko
Amerika Serikat
Hongkong
Lain-lain
Amerika Serikat
Hongkong
Spanyol
Singapura
Meksiko
Jepang
Lain-lain

Persentase (%)
30
3
28
12
11
7
9
11
5
53
7
4
20
36
19
25
12
8
25
9
2
28
6
4
26

Sumber: Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia (Soehartono, 2003).

Dari hasil survei pendahuluan penulis terhadap beberapa penjual reptil di
Kota Bogor, penjualan hewan reptil sejak tahun 2010 hingga 2014 ini semakin
meningkat pesat. Adapun yang memicu mulai bermunculan penjual dan peternak
reptil di Indonesia yaitu keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut.

3

Adapun keuntungan yang dapat di peroleh ialah 25%-300% dari modal yang
dikeluarkan. Hal tersebut dapat di lihat pada studi pendahuluan pada pengusaha X
di kota bogor.
Tabel 3 Harga Jual Reptil Pada Pengusaha X di Kota Bogor Pada Bulan Februari
2014
Jenis Reptil

Modal (Rp)

Reticulatus Python
60.000
Albino Molurus Python
1.650.000
Green Tree Python
300.000
Candoia Carinata
35.000
Boa Constrictor Imperator
850.000
Sumber: Pengusaha X di Kota Bogor

Harga Jual (Rp)
150.000
2.200.000
400.000
100.000
1.100.000

Keuntungan
(%)
150
33,33
33,33
185,71
29,41

Tingginya keuntungan ini berdampak pada semakin banyaknya penjual
reptil. Saat ini yang menjadi sorotan dalam usaha reptil ialah adanya permintaan
pasar yang menitik beratkan pada kualitas produk dan keunikan dari produk reptil
yang ditawarkan. Dari hal-hal tersebut muncul permasalahan baru yang dapat
mengurangi pendapatan dari pengusaha reptil. Salah satunya ialah timbulnya
fluktuasi harga yang mempengaruhi penjualan hewan reptil. Hal tersebut dapat
kita lihat pada gambar 1.

Gambar 1 Fluktuasi harga reptil pada usaha reptil di pengusaha Y tahun 20122013 di kota bogor
Dari Gambar 1 kita dapat melihat bahwa berdasarkan studi pendahuluan,
fluktuasi harga pada pengusaha Y yang signifikan setiap bulannya. Fluktuasi
harga tersebut mengindikasikan adanya sumber-sumber risiko yang
mempengaruhi penjualan dari hewan reptil itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dikaji

4

lebih mendalam mengenai risiko penjualan pada usaha reptil agar pengusaha reptil
dapat bertahan dalam menjalankan usaha tersebut.
Rumusan Masalah
Sejak tahun 1983, bisnis reptil tidak mengunakan konsep pelestarian
satwa. Pelaku usaha mengeksploitasi dengan semena – mena terhadap satwa untuk
dijual kulitnya, organ tubuhnya, dan sebagainya untuk dijadikan hiasan rumah,
aksesoris pribadi atau obat - obatan. Setelah munculnya peraturan peraturan
terkait pelestarian lingkungan hidup maka hewan - hewan tersebut
dikembangbiakan secara bijaksana. Hal ini menjdai bisnis yang menarik terutama
di jakarta. Mengingat permintaan pasar yang semakin meningkat, hewan reptil
tersebut menjanjikan keuntungan yang besar bagi pengusaha atau investor
sepanjang usaha itu bijaksana. Selain dengan peraturan pelestarian satwa, kini
telah berdiri komunitas – komunitas pengembangan usaha reptile. Bisnis reptile
ini diusahakan baik secara individu maupun kelompok.
Banyaknya pengusaha yang tujuannya ke bisnis reptile di Jakarta ini
menimbulkan masalah baru yaitu persaingan. Setiap pebisnis berusaha untuk
menjual reptil dengan kualitas tinggi. Kualitas reptil ditentukan dengan melihat
kesehatan, keindahan corak, keamanan dan legalitas. Reptil ini perlu dipelihara
dengan baik agar menghasilkan kualitas baik pula. Namun jika produk ini tidak
segera terjual, maka akan menjadi beban biaya pemeliharaannya yang nantinya
akan menimbulkan kerugian dalam penjualan hewan reptil. Berikut ialah fluktuasi
penjualan yang terjadi pada Savera Reptile Jakarta.

Gambar 2 Fluktuasi Penjualan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013April 2014
Jika kita lihat pada Gambar 2, kita dapat melihat dampak yang
ditimbulkan dari sumber-sumber risiko penjualan tersebut. Resiko penjualan ini
akan semakin membebani pengusaha dengan masuknya produk import dengan
kualitas rendah namun harganya yang murah. Pada akhirnya pengusaha akan

5

menderita kerugian karena persaingan dengan peternak lokal dan importir hewan
reptil. Hal ini semakin dipicu oleh biaya pemeliharaan dari hewan reptil itu
sendiri. Hal tersebut dapat mengakibatkan produk yang terjual semakin
berfluktuasi akibat harga yang dinaikan sesuai dengan pengeluaran hewan
tersebut. Oleh sebab itu penulis melakukan penelitian mengenai risiko penjualan
pada Savera Reptile yang merupakan salah satu pengusaha reptil terbesar di kota
Jakarta. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai :
1. Apa saja yang menjadi sumber – sumber risiko penjualan pada usaha reptil
di Savera Reptile?
2. Seberapa peluang dan dampak risiko penjualan yang ditimbulkan dari
sumber risiko tersebut ?
3. Strategi apa yang dapat diterapkan untuk menekan risiko penjualan
tersebut ?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis sumber – sumber risiko penjualan pada Savera Reptile.
2. Menganalisis peluang terjadinya risiko penjualan dan dampak yang
ditimbulkan akibat resiko penjualan tersebut.
3. Menganalisis alternatif strategi untuk menekan risiko penjualan tersebut.
Manfaat Penelitian
1. Bagi pengusaha dan calon pengusaha reptil tulisan ini berguna sebagai
reverensi pengembangan usaha melalui antisipasi risiko yang ditimbulkan.
2. Bagi penulis, tulisan ini berguna sebagai aplikasi teori yang telah
diperoleh di bangku kuliah kedalam kondisi di lapangan sehingga penulis
dapat memahami risiko penjualan dari usaha reptil baik secara teori
maupun empirik.
3. Bagi pemerintah, sebagai salah satu referensi untuk mengetahui risiko
penjualan usaha reptil dan strategi pengelolaan risikonya, sehingga dapat
menjadi aman dalam kebijakan pengembangan usaha reptil yang
berwawasan pelestarian.

TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis Hewan Reptil
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia
merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain
adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi
seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo

6

tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total
maupun sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo
ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan
pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar
kulit.
Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di
darat dengan lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk
mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di
permukaan yang kasar. Nama kelas Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin:
retum=melata). Reptilia tersebar baik di daerah teropis maupun daerah subtropics.
Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih tinggi
jumlah dan jenisnya makin sedikit.
Fosil Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai
berukuran besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di
Amerika Serikat dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis)
memiliki panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau
Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di
Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria
berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama
yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20-120 cm,
dan kadal dengan panjang di bawah 30 cm.
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewanhewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya
reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular
garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk
betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam
telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian
bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma
di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan
dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas
deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang
dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung
tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu
hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan
pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang
yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam
lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang
hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning
telur yang berlimpah.
Status reptil adalah dilindungi Undang-undang (berdasarkan SK Menteri
Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988,
Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan
No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999). Karena status hewan ini masuk
dalam appendix I, II, dan III CITES, maka perdagangan ke luar negeri jenis ini
harus memenuhi aturan international yang ditetapkan oleh The Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES).

7

Selain itu, reptil merupakan satwa dilindungi Undang-undang negara RI, sehingga
pemanfaatannya mulai dari penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor harus
memenuhi aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi
Spesies Nasional 2008 – 2018.
Untuk kegiatan perdagangan ke luar negeri jenis hewan reptil dapat
dilakukan oleh Badan Usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar hewan
reptil ke luar negeri. Izin sebagai pengedar hewan reptil ke luar negeri diterbitkan
oleh Direktur Jenderal perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan. Pemegang izin sebagai pengedar ke luar negeri dapat
mengangkut/mengirim hewan reptil ke luar negeri sesuai ketentuan yang berlaku
yang dilengkapi dengan dokumen CITES-ekspor. Beberapa yang sudah memiliki
izin edar hewan reptil di Indonesia berada di Kota Jakarta.
Keluar atau masuknya suatu produk reptil harus memenuhi persyaratanpersyaratan yang berlaku, yaitu memenuhi surat keterangan kesehatan hewan (
Veteriner Health certificate yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang (
Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi Peternakan ) dari daerah asal
pemerintah kota atau kabupaten, Izin / Rekomendasi ekspor ternak dari instansi
yang berwenang, surat izin pengeluaran / Cites dari Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ( PHKA ) khusus satwa liar seperti :
burung,reptil, kera dan satwa liar lainnya baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati / diawetkan, serta produk – produknya, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan / diminta oleh negara pengimpor / tujuan.
Risiko komoditi Agribisnis
Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek
Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat.
Permasalahan penjualan yang terjadi diperusahaan disebabkan adanya klaim
penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor.
Klaim penjualan ini disebabkan karenaadanya pengembalian tanaman dan
pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang
tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat
mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau
pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan
variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan
analisis pendapatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan
spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal
dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114.
Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099. Hal ini dikarenakan
penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang
mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanamanserta kerusakan mekanis
dibandingkan pada pasar lokal.
Panggabean (2011) meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi
Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat.
Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan
penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar,

8

dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini
menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan
coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko.
Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium
terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra
penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang
dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan
oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera
konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual.
Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien
variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang
menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya
yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua
kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki
nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar
0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium
campur besar dan kecil sebesar 0,433.
Solihin (2009) meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya
terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan
Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko
produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak.
Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak
tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual
ayam dipasar yang fluktuatif.Dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam
yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard
Deviation, Coefficient Variation, dan metode Z-score. Berdasarkan hasil analisa,
nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp -17.765.158 dengan nilai
coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat
penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi
Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0%
(Tabel Z-Score).
Tentamia (2002) meneliti mengenai penawaran dan permintaan bawang
merah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan bawang merah di Indonesia
dengan menggunakan model ekonometrika penawarandan permintaan bawang
merah di Indonesia, yang dirumuskan dalam bentuk persamaan simultan.
Pendugaan model menggunakan metode two stages least squares dengan data
sekunder (time series triwulanan) periode 1992-2000. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produksi bawang merah di Jawa Tengah responsif terhadap
perubahan harga pupuk tetapi tidak responsif terhadap perubahan harga bawang
merah dan upah tenaga kerja. Perubahan harga pupuk akan mengakibatkan
perubahan produksi terutama melalui perubahan luas arealnya, sedangkan
produktivitas bawang merah tidak responsif baik terhadap perubahan harga pupuk
maupun harga output dan upah tenaga kerja.Sementara itu, permintaan bawang
merah di Indonesia dipengaruhi sangat nyata dan bersifat responsif terhadap
perubahanjumlah penduduk.

9

Namun permintaan tidak responsif terhadap perubahan harga bawang merah
dan pendapatan. Respon permintaan bawang merah terhadap perubahan
pendapatan akan lebih elastis apabila didukung oleh peningkatan industri
pengolahan bawang merah. Lebih lanjut, penelitian Tentamia menunjukkan
bahwa harga bawang merah di tingkat produsen Jawa Tengah dan Luar Jawa
Tengah dipengaruhi oleh harga di tingkat konsumen Indonesia namun dengan
respon yang bersifat inelastis. Hal ini disebabkan antara lain oleh marjin
pemasaran bawang merah yang cukup tinggi. Faktor lain yang berpengaruh sangat
nyata terhadap harga bawang merah di Jawa Tengah dan Indonesia adalah
penawaran. Dalam jangka panjang harga bawang merah di Indonesia bersifat
responsif terhadap perubahan penawaran.
Amri (2011) meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis
risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan
tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at
Risk (VaR). Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah
GARCH (1,1) yang berarti bahwa pola pergerakan harga komoditas tersebut
dipengaruhi oleh volatilitas dan varianharga pada satu hari sebelumnya.
Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu
rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar
16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu
hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari
cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini
disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas
kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada
periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini
memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa
komoditas ini harus terjual dalam satu hari.
Sumber – sumber risiko
Sumber risiko merupakan sumber munculnya risiko yang hinggap di
kegiatan budidaya pertanian dan peternakan. Sumber risiko harga sendiri
merupakan sumber atau penyebab munculnya risiko harga yang ada pada kegiatan
budidaya maupun penjualan. Dari sumber penelitian risiko harga terdahulu,
ditemukan masih banyak sumber-sumber risiko harga yang ada di dalam kegiatan
penjualan. Sumber-sumber risiko harga yang banyak ditemui adalah penurunan
kualitas produk, serangan hama dan penyakit, daya beli masyarakat yang
menurun, persaingan pasar, politik, dan ketidak selarasan suplay dan deman
(Arfah, 2009; Pangabean, 2011; Solihin, 2009 dan Tentamia, 2002). Semua
sumber risiko yang disebutkan sebelumnya (kecuali politik) digabung menjadi
satu yakni menjadi risiko spekulatif pada salah satu acuan penelitian, karena
peneliti tersebut mengkaji penelitian risiko usaha yang bentuk kerugiannya tidak
menyebabkan kerusakan menyeluruh dimana sumber-sumber risiko terdapat pada
risiko pasar, risiko sumber daya manusia, risiko teknologi, dan risiko produk
(Kountur,2008).

10

Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan agar dapat meminimalisir
dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang
menggunakan pemetaan risiko untuk mengetahui alternatif pilihan strategi yang
dijalankan oleh perusahaan yang diteliti pada masing-masing penelitian. Pemetaan
risiko dapat dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan
dampak dari risiko yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian.
Menurut (Arfah,2009) Strategi yang dilakukan oleh PT Eka Karya Graha
Flora dalam meminimalisir risiko penjualan dan pengembangan usaha anggrek
phaleopsis di perusahaan tersebut dengan melakukan peningkatan teknologi pada
pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai
pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen.
Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar
operasional terhadap kebijakan mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan
manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah
dengan baik.
Menurut (Pangabean,2011) strategi yang dapat dilakukan ialah
Diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium yang dapat menekan risiko,
namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya.
Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha,
kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup
penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk
mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium.
Selain itu memperbaikipenerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit
yang dapat mematikantanaman.
Menurut (Tentamia, 2002) strategi yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan fluktuasi harga bawang merah di Indonesia ialah dengan
menurunkan fluktuasi produksi dari setiap produk. Dengan mengurangi fluktuasi
diharapkan dapat mengurangi fluktuasi harga produk sehingga dapat
meningkatkan harga jual dari produk yang ditawarkan.
Menurut penelitian Solihin (2009), strategi yang dapat diterapkan adalah
dengan memproduksi pakan secara mandiri untuk menekan biaya produksi karena
biaya pakan merupakan biaya tertinggin dari total biaya produksi. Melakukan
kontrol kandang secara ketat, mengkonsultasikan gejala klinis yang timbul kepada
Field Controller. Memperketat biosekuriti baik sanitasi maupun medikasi.
Memperbaiki manajemen perkandangan dengan menambah atap topi agar air
hujan tidak tampias dan panas matahari tidak menyengat sebagian kandang,
sehingga ayam dapat menyebar dan tidak terjadi kepadatan di satu sudut kandang.
Merencanakan dengan baik jadwal produksi dan panen. Membentuk kelompok
peternak sebagai sarana informasi dan diskusi terkait kemajuan usaha.

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini disusun melalui dasar pemikiran yang dilandasi dengan
konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian.
Dalam kerangka pemikiran teoritis ini, dijelaskan beberapa teori yang berkaitan
erat dengan topik penelitian yang membahas risiko . Terdapat beberapa bahasan
teori mengenai risiko yang akan diulas dalam kerangka teori ini, seperti konsep
risiko dan ketidakpastian, tipe-tipe risiko, sumber-sumber risiko, pengukuran
risiko, manajemen risiko.
Konsep Dasar Risiko dan Ketidakpastian
Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang
muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada
kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku
kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalahmasalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai
risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan
ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang
berbeda. Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987;
Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat
diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan
tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau
terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu. Sedangkan
Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987;
Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut tidak
dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008)
dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997;
Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil outcome dari data historis kegiatan
terdahulu.
Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak
perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya
dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis
kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan
pengukuran tersebut. Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai
acuan dalam penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat
diukur kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal
mutlak yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini.
Tipe-Tipe Resiko
Resiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

12

1. Resiko murni (pure risks) adalah resiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh : kecelakaan,
kebakaran, kebanjiran dsb.
2. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Contoh: usaha bisnis, membeli saham.
Disamping kategori murni dan spekulatif, resiko juga bisa dibedakan antara
resiko yang dinamis dan statis. Resiko statis muncul dari kondisi keseimbangan
tertentu. Contoh: resiko terkena petir merupakan resiko yang muncul dari kondisi
alam yang tertentu. Karakteristik resiko ini praktis tidak berubah dari waktu
kewaktu. Resiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contoh:
perubahan kondisi masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka resiko
hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat lebih berani mengajukan
gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan akan semakin besar.
Resiko bisa bersifat subyektif dan obyektif. Resiko subyektif berkaitan
dengan persepsi seseorang terhadap resiko. Dengan kata lain, kondisi mental
seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya resiko tertentu. Contoh:
untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan
kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang
konservatif akan menganggap resiko investasi di pasar modal terlalu tinggi.
Sementara bagi orang agresif, resiko investasi di pasar modal dianggap tidak
terlalu tinggi. Resiko obyektif adalah resiko yang didasarkan pada observasi
parameter yang obyektif. Contoh: fluktuasi harga atau tingkat keuntungan invetasi
di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar
deviasireturn saham adalah 25% pertahun.
Tabel 4 Contoh – contoh risiko murni
TIPE RESIKO
Risiko aset fisik

DEFINISI
Risiko yang terjadi karena kejadian
tertentu berakibat buruk (kerugian)
pada aset fisik organisasi.

Risiko karyawan

Risiko karena karyawan organisasi
mengalami
peristiwa
yang
merugikan.

Risiko legal

Risiko kontrak tidak sesuai yang
diharapkan, dokumentasi yang
tidak benar.

ILUSTRASI
Kebakaran yang melanda gudang
atau bangunan perusahaan. Banjir
mengakibatkan kerusakan pada
bangunan dan peralatan
Kecelakaan kerja mengakibatkan
karyawan
cedera,
kegiatan
operasional
perusahaan
terganggu.
Terjadi perselisihanm sehingga
perusahaan lain menuntut ganti
rugi yang signifikan.

Sumber: Kountur (2008)

Risiko murni terbagi menjadi 3 (tiga) tipe risiko yaitu risiko asset fisik,
risiko karyawan, dan risiko legal. Dari tiga tipe resiko murni tersebut yang paling
besar menyebabkan kerugian bagi perusahaan ialah risiko asset fisik yang di
ilustrasikan sebagai kejadian kebakaran yang melanda gudang atau bangunan
perusahaan sehingga dapat menyebabkan kerugian menyeluruh pada perusahaan
tersebut.

13

Tabel 5 Contoh – contoh risiko spekulatif
TIPE RESIKO

DEFINISI

ILUSTRASI

Risiko pasar

Risiko yang terjadi dari pergerakan
harga atau volatilitas harga pasar.

Risiko kredit

Risiko karena counter party / gagal
memenuhi kewajibannya kepada
perusahaan.

Risiko likuiditas

Risiko tidak bisa memenuhi
kebutuhan kas, resiko tidak bisa
menjual dengan cepat karena
ketidaklikuidan atau gangguan
pasar.

Risiko operasional

Risiko kegiatan operasional tidak
berjalan lancar dan mengakibatkan
kerugian, kegagalan sistem, human
error, pengendalian dan prosedur
yang kurang.

Harga pasar saham dalam
portofolio perusahaan mengalami
penurunan, yang mengakibatkan
kerugian
yang
dialami
perusahaan.
Debitur tidak bisa membayar
cicilan dan bunga hutang,
sehingga perusahaan mengalami
kerugian. Piutang dagang tidak
terbayar.
Perusahaan tidak mempunyai kas
untuk membayar kewajibannya
(misal
melunasi
hutang).
Perusahaan terpaksa menjual
tanah dengan harga murah
(dibawah standar) karena sulit
menjual tanah tersebut (tidak
likuid)
padahal
perusahaan
membutuhkan kas dengan cepat.
Komputer perusahaan terkena
virus sehingga operasi perusahaan
terganggu. Prosedur pengendalian
perusahaan
tidak
memadai
sehingga
terjadi
pencurian
barang-barang yang dimiliki
perusahaan.

Sumber: Kountur (2008)

Sumber – Sumber Risiko
Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya
dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang
menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering
dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan,
risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al,
1999).
Risiko produksi berkaitan erat dengan peluang kejadian yang merugikan
yang ada pada kegiatan produksi atau operasional suatu usaha. Sumber risiko atau
penyebab munculnya risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya produktivitas,
kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama
penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan lain sebagainya.
Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada
di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang
menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota
suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil
produksinya.
Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori
baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab
yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya

14

barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga
output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan
sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan
harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang
terjangkau.
Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat
terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya
risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat
menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.
Risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan masalah
keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang dijalankan.
Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya piutang tak
tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat,
putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi dan lainlain.
Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang
dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan
atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko pasar, sehingga
sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan pasar seperti rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan penyakit, tidak terjualnya barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan
rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan
lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.
Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian
yang di dapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko
yang terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam
pemilihan alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko
tersebut. Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan
terjadinya risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas
meliputi pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak
kerugian yang ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas,
meliputi kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar
deviasi dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran
dampak risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Pengukuran
dampak risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis
sebelumnya. Hasil analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan
terjadinya suatu sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari
sumber risiko tersebut (Kountur, 2008).
Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan
(deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Kountur (2008) terdapat
beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi
(standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran
tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang
lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance
sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan
nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat

15

berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang tepat dalam
menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan
dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan
satuan yang sama adalah coefficient variation. coefficient variation merupakan
ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha
dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang
diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation,
penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang
sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. return yang diperoleh dapat
berupa pendapatan, produksi atau harga.
Pemetaan Risiko
Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua
dimensi,pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama.
Keduadimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan
dampaknya bilarisiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi
pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi
tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian.
Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula
kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang
bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang
terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin
tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatiankhusus.
Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko makasemakin
rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber dayauntuk
menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagimenjadi
tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama, menurut
gambar 4, Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai
tinggi dantingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran I merupakan
kategori risikoyang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada
kuadran I terjadiakan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.
Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian
antararendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risikorisikodalam kuadran II cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka
akanmengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
Kuadran III merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian
yangtinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi
initidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan.
Kadangkadangterasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul
sebagaikenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak
yangmuncul.
Kuadran IV merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian
yangrendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang
munculpada kuadran IV cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak
perlumengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun

16

demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk
dalamkuadran IV karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk
dalamkuadran IV dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal
maupuninternal yang s