Evaluasi Kerusakan Fisik Pohon dalam Upaya Mitigasi Pohon Tumbang pada Jalur Hijau Jalan di Jakarta Pusat

EVALUASI KERUSAKAN FISIK POHON DALAM UPAYA
MITIGASI POHON TUMBANG PADA JALUR HIJAU JALAN
DI JAKARTA PUSAT

ARIEF PAMBUDI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi
Kerusakan Fisik Pohon untuk Mitigasi Pohon Tumbang pada Jalur Hijau
Jalan di Jakarta Pusat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Arief Pambudi
NIM A44100085

ABSTRAK
ARIEF PAMBUDI. Evaluasi Kerusakan Fisik Pohon dalam Upaya Mitigasi Pohon
Tumbang pada Jalur Hijau Jalan di Jakarta Pusat. Dibimbing oleh NIZAR
NASRULLAH.
Kehadiran pohon pada suatu jalur hijau jalan memiliki pengaruh terbesar di
antara jenis vegetasi lainnya dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Kondisi fisik
pohon menjadi hal yang perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan patah cabang
pohon atau tumbangnya pohon yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang
akan membahayakan keselamatan pengguna jalan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kerusakan fisik pohon untuk mengetahui penyebab patahnya
percabangan atau tumbangnya suatu pohon. Pada penelitian ini, jalan yang disurvei
meliputi enam jalan yaitu Jalan H. Agus Salim, Jalan Teuku Umar, Jalan Diponegoro,
Jalan Imam Bonjol, Jalan Sutan Syahrir, dan Jalan Moh. Yamin di Jakarta Pusat. Data

yang dikumpulkan adalah jenis dan jumlah pohon, dimensi pohon, jenis kerusakan,
lokasi kerusakan, keparahan kerusakan, dan kejadian pohon tumbang di lokasi
penelitian. Data tersebut dianalisis dengan pendekatan fisiognomi tanaman. Terdapat
1.646 pohon yang diamati pada enam jalur hijau jalan dan 1.413 di antaranya
mengalami kerusakan. Berdasarkan nilai indeks kerusakan pohon, 650 termasuk
pohon sehat, 847 pohon rusak ringan, 167 pohon rusak sedang, dan 12 pohon yang
rusak berat. Penanganan setiap pohon disesuaikan berdasarkan jenis dan tingkat
keparahan kerusakan berdasarkan prinsip eradikasi dan proteksi.
Kata kunci: jalur hijau jalan, kerusakan fisik pohon, mitigasi, pohon tumbang

ABSTRACT
ARIEF PAMBUDI. Evaluation of Trees Phsyical Damages in an Attempt to Mitigate
Fallen Trees on the Roadside Greenbelt in Central Jakarta. Supervised by NIZAR
NASRULLAH.
The presence of trees at the roadside greenbelt has the greatest influence
among other vegetation types in improving the environmental quality. Therefore, the
physical condition of tree became things to note because can result of a broken tree
branches or twigs or fall of a tree which can lead to traffic accidents that would
endanger the safety of road users. This study aims to analyze trees phsycal force to
find the resistance of a broken tree branches or twigs or fall of a tree. In this case, the

roads have been surveyed including H. Agus Salim Street, Teuku Umar Street,
Diponegoro Street, Imam Bonjol Street, Sutan Syahrir Street, dan Moh. Yamin Street
in Central Jakarta. The collected data are species and number of tree, type of damaged,
place of damaged, condition of damaged, and incident of fallen tree in location. The
data were analyzed with plant physiognomy approach. There are 1.646 trees were
observed in six roadside greenbelt and 1.413 of them were damaged. Based on value
of index tree damage classification 650 including healthly trees, 847 low damaged trees,
167 medium damaged trees, and 12 high damaged trees. Handling of each trees adjusted
base on type and severity of damaged based on eradication and protection principles.
Keywords: fallen trees, mitigate, physical damages, roadside greenbelt

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan
kepentingan yang wajar bagi IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


EVALUASI KERUSAKAN FISIK POHON DALAM UPAYA
MITIGASI POHON TUMBANG PADA JALUR HIJAU JALAN
DI JAKARTA PUSAT

ARIEF PAMBUDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Evaluasi Kerusakan Fisik Pohon dalam Upaya Mitigasi Pohon

Tumbang pada Jalur Hijau Jalan di Jakarta Pusat
Nama
: Arief Pambudi
NIM
: A44100085

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah kerusakan
fisik pohon, dengan judul Evaluasi Kerusakan Fisik Pohon dalam “Upaya
Mitigasi Pohon Tumbang pada Jalur Hijau Jalan di Jakarta Pusat”. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dengan terselesaikannya penelitian dan
penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama masa perkuliahan
hingga penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah M.Agr dan Akhmad Arifin Hadi, SP
MALA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan perbaikan
skripsi ini.
4. Fitriyah Nurul Hidayati Utami ST, MT selaku dosen pembimbing akademik
yang membantu penulis dalam kegiatan perkuliahan.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu dan bantuan

yang telah diberikan kepada penulis.
6. Ibu Wuri dan beberapa staf lain dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI
Jakarta dan staf Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta Pusat yang telah
membantu selama pengumpulan data untuk penelitian ini.
7. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Vivi Fitriyanti, Dibyanti Danniswari,
Meta Wulandari, Indra Bachtiar, dan M. Ilham Alif) atas doa dan dukungan
yang diberikan kepada penulis.
8. Dinda Ayuvalira Dwipangesti dan Bianca Benning atas kebersamaan dan
dorongan yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman satu atap Dramaga Regensi D.37 (Dayat, Ujhe, Zian, Nirwan,
Ryan, Nanda, Olie, dan Odik) atas kebersamaan selama hidup di Dramaga
10. Keluarga Arsitektur Lanskap 47 dan HIMASKAP atas doa dan dukungan
yang diberikan kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Kritik dan saran akan penulis terima dengan tangan terbuka.
Bogor, Agustus 2014

Arief Pambudi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pemikiran

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Lanskap Jalan

3

Jalur Hijau Jalan


4

Karakteristik dan Fungsi Pohon

4

Kerusakan Pohon

5

METODOLOGI

7

Lokasi dan Waktu

7

Bahan dan Alat


7

Metode Penelitian

8

Persiapan

9

Inventarisasi

9

Analisis Struktur Pohon

8

Rekomendasi

14

Batasan Penelitian

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Letak Geografis

15

Iklim

16

Geologi dan Tanah

16

Hidrologi

16

Karakteristik Pemanfaatan Ruang Milik Jalan (Rumija)

19

Jalan Moh. Yamin

20

Jalan Sutan Syahrir

22

Jalan Teuku Umar

23

Jalan Imam Bonjol

24

Jalan Diponegoro

25

Jalan H. Agus Salim

27

Vegetasi

17

Pemeliharaan

18

Klasifikasi Tinggi dan Diameter Batang Pohon

28

Tipe Kerusakan Fisik Pohon

30

Kanker, Gol (Puru)

31

Busuk Hati, Tubuh Buah, Indikator Lapuk Lanjut

33

Luka Terbuka

35

Eksudasi (Resinosis atau Gumosis)

36

Batang Patah atau Mati

36

Brum Akar atau Batang

37

Akar Patah atau Mati

38

Hilangnya Ujung Dominan (Mati Ujung)

39

Cabang Patah atau Mati

40

Brum Cabang atau Daerah Tajuk

41

Kerusakan Daun

42

Daun Berubah Warna

43

Lokasi Kerusakan Fisik Pohon

44

Tingkat Kerusakan Fisik Pohon

48

REKOMENDASI

51

KESIMPULAN DAN SARAN

57

Kesimpulan

57

Saran

58

DAFTAR PUSTAKA

60

LAMPIRAN

61

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Jenis, Bentuk, Cara Pengambilan, Fungsi, dan Sumber Data
Kode Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon
Tipe-Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon dalam Widyanti (2012)
Kode Lokasi Kerusakan pada Tubuh Pohon
Nilai Ambang Keparahan Tiap Tipe Kerusakan
Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon
Kualifikasi Diameter Batang Pohon
Kualifikasi Tinggi Pohon
Bobot Indeks Kerusakan Pohon
Rencana Pengendalian Tiap Tipe Kerusakan
Identifikasi Karakteristik Jalan di Lokasi Penelitian
Jenis Pohon pada Jalur Hijau di Jalan Moh. Yamin
Jenis Pohon pada Jalur Hijau di Jalan Sutan Syahrir
Jenis Pohon pada Jalur Hijau di Jalan Teuku Umar
Jenis Pohon pada Jalur Hijau di Jalan Imam Bonjol
Jenis Pohon pada Jalur Hijau di Jalan Diponegoro
Jenis Pohon pada Jalur Hijau di Jalan H. Agus Salim
Identifikasi Jenis Pohon pada Jalur Hijau Jalan
Data Kejadian Pohon Sempal/Tumbang Tahun 2009-2013 di Jakarta
Pusat
Kerusakan Pohon yang Terjadi pada Jalur Hijau Jalan
Pohon yang Mengalami Kerusakan Kanker, Gol (puru)
Pohon yang Mengalami Kerusakan Busuk Hati dan Indikator Lapuk
Lanjut
Pohon yang Mengalami Kerusakan Luka Terbuka
Pohon yang Mengalami Kerusakan Eksudasi
Pohon yang Mengalami Kerusakan Batang Patah atau Mati
Pohon yang Mengalami Kerusakan Brum Akar atau Batang
Pohon yang Mengalami Kerusakan Akar Patah atau Mati
Pohon yang Mengalami Kerusakan Mati Ujung
Pohon yang Mengalami Kerusakan Cabang Patah atau Mati
Pohon yang Mengalami Kerusakan Brum Cabang atau Daerah Tajuk
Pohon yang Mengalami Kerusakan Kerusakan Daun
Bagian Pohon yang Rusak Berdasarkan Lokasi Jalur Hijau Jalan
Data Kondisi Pohon Berdasarkan Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan
Jumlah Tindakan Penanganan Kerusakan pada Setiap Jalur Hijau Jalan
Kombinasi Tindakan Penanganan Kerusakan Fisik Pohon

8
9
9
11
12
12
13
13
13
14
17
18
19
21
23
24
25
26
27
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
49
52
53

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pikir Evaluasi Kekuatan Fisik Pohon pada Jalur Hijau Jalan
2 Berbagai Bentuk Kanopi Pohon Menurut Booth (1983)
3 Lokasi Kerusakan Pohon Menurut Nuhamara et al (2001) dengan
Modifikasi Pembuatan Sketsa Lokasi untuk Jenis Pohon Palem

3
5
11

4 Batas Administrasi Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat Beserta Lokasi
Penelitian
5 Drainase Terbuka pada a) Jalan Diponegoro dan b) Jalan Moh. Yamin,
serta Drainase Tertutup pada c) Jalan Sutan Syahrir
6 Lokasi Penelitian di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
7 Lokasi Jalan Moh.Yamin dan Sutan Syahrir, Kecamatan Menteng,
Jakarta Pusat
8 Kondisi Jalur Hijau di Jalan Moh. Yamin
9 Kondisi Jalur Hijau di Jalan Sutan Syahrir
10 Lokasi Jalan Teuku Umar, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
11 Kondisi Jalur Hijau di Jalan Teuku Umar
12 Lokasi Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
13 Kondisi Jalur Hijau di Jalan Imam Bonjol
14 Lokasi Jalan Diponegoro, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
15 Kondisi Jalur Hijau di Jalan Diponegoro
16 Lokasi Jalan H. Agus Salim, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
17 Kondisi Jalur Hijau di Jalan H. Agus Salim
18 Hasil Pengamatan Klasifikasi Tinggi Pohon
19 Hasil Pengamatan Klasifikasi Diameter Batang Pohon
20 Kanker pada a) Batang Bawah Pohon Mahoni Kecil di Jalan Sutan
Syahrir dan b) Pangkal Batang Mahoni di Jalan Moh. Yamin dan c)
Batang Pohon Tanjung di Jalan Moh. Yamin
21 Kerusakan Kanker, Gol (Puru) pada Taraf yang Lebih Parah di Jalan
Sutan Syahrir pada a) Mahoni Daun Kecil, b) Gejala pada Batang c)
Penambahan Tanaman Merambat
22 Gejala dan Tanda Kerusakan a) Gerowong Batang Pohon Tanjung di
Jalan Diponogoro, b) Jamur Upas pada Batang Tajuk Pohon Beringin di
Jalan Moh. Yamin, dan c) Jamur Marga Ganoderma pada Pangkal
Batang Glodogan Bulat di Jalan Moh. Yamin
23 Luka pada Pohon Mahoni Akibat Pemasangan Jaring Dedaunan di
Jalan Sutan Syahrir
24 Kerusakan Eksudasi pada Batang Pohon Mahoni di Jalan Moh. Yamin
25 Kerusakan Patah Batang pada Pohon a) Glodogan Bulat di Jalan Moh.
Yamin dan b) Bekas Potongan yang Terinfeksi Patogen di Jalan Sutan
Syahrir
26 Kerusakan Brum Batang pada Pohon Tanjung di Jalan Imam Bonjol
27 Kerusakan Akar Patah di Jalan Sutan Syahrir pada a) Tanjung dan b)
Mahoni
28 Kerusakan Mati Ujung pada Pohon Tanjung di Jalan Moh. Yamin
29 Kerusakan Patah Cabang pada Pohon a) Tanjung di Jalan Diponegoro
dan b) Beringin di Jalan Moh. Yamin
30 Kerusakan Brum Tajuk pada Pohon Mahoni Daun Kecil di Jalan Sutan
Syahrir
31 Kerusakan Daun pada Pohon a) Beringin di Jalan Moh. Yamin dan b)
Tanjung di Jalan Diponegoro
32 Perbedaan Warna Daun di Jalan Sutan Syahrir pada Pohon Mahoni a)
Hijau Terang dan b) Hijau Gelap
33 Pengikisan Tanah di Sempadan Kali Gresik di Jalan Moh. Yamin

15
16
19
20
21
23
23
24
25
25
26
27
27
27
29
30

32

33

34
35
36

37
38
39
40
41
42
43
44
45

34 Pangkal Batang yang Berlubang pada Pohon Tanjung di Jalan
Diponegoro
35 Keropos yang Menyerang Bagian Bawah Hingga Atas Batang di Jalan
Moh. Yamin
36 Kerusakan Percabangan Akibat Bersinggungan dengan Kabel Listrik di
Jalan Moh. Yamin
37 Klasifikasi Kondisi Fisik Pohon Berdasarkan Nilai Indeks Kerusakan
38 Kekeroposan Pada Batang Pohon Tanjung di Jalan Moh. Yamin
39 Digramatik Cara-cara Pengendalian Tanaman Menurut Sastrahidayat
(1990)
40 Cavity Treatment (Bernatzky, 1978): a) Gambar Potongan Batang
Sebelum Pengendalian b) Pembersihan Sekaligus Pemberian Pestisida,
c) Potongan Batang yang Telah Tilakukan Cavity Treatment
41 Sketsa Tingkat Pemangkasan: a) Sebelum di Pangkas, b) Pangkas
Ringan, c) Pangkas Sedang, dan d) Pangkas Berat, Menurut Dinas
Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta dengan Modifikasi
42 Instalasi Aerasi dan Pengairan (Bernatzky, 1978): a) Gambar Sketsa
dan Tampak Depan, b) Contoh Hasil Instalasi

46
47
47
48
50
51

54

55
57

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Jumlah Pohon pada Setiap Jalur Hijau Jalan yang Berada pada
Kategori Sehat
2 Data Jumlah Pohon pada Setiap Jalur Hijau Jalan yang Berada pada
Kategori Rusak Ringan
3 Data Jumlah Pohon pada Setiap Jalur Hijau Jalan yang Berada pada
Kategori Rusak Sedang
4 Data Jumlah Pohon pada Setiap Jalur Hijau Jalan yang Berada pada
Kategori Rusak Berat
5 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Ficus Benjamina L
6 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Ficus
Benjamina L
7 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Tabebuia chrysotricha Mart.
8 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Tabebuia
chrysotricha Mart.
9 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Samanea saman Jacq.
10 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Samanea
saman Jacq.
11 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Swietenia macrophylla King
12 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Swietenia
macrophylla King
13 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Swietenia mahagoni (L.)
Jacq.
14 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Swietenia
mahagoni (L.) Jacq.
15 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Acacia longifolia (Andrews)
Willd.

62
63
64
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71

16 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Acacia
longifolia (Andrews) Willd.
17 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Cerbera manghas L.
18 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Cerbera
manghas L.
19 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Eucalyptus deglupta Blume
20 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Eucalyptus deglupta Blume
21 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Syzygium polyanthum
(Wight) Walp.
22 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.
23 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Mimusops elengi L.
24 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Mimusops elengi L.
25 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Erythrina cristagalli L.
26 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Erythrina
cristagalli L.
27 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Polyalthia fragrans (Dalz.)
Bedd.
28 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Polyalthia fragrans (Dalz.) Bedd.
29 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Delonix regia (Bojer ex
Hook.) Raf.
30 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Delonix
regia (Bojer ex Hook.) Raf.
31 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Ficus lyrata Warb.
32 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Ficus
lyrata Warb.
33 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Terminalia catappa L.
34 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Terminalia catappa L.
35 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Cocos nucifera L.
36 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Cocos
nucifera L.
37 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Plumeria rubra L.
38 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Plumeria
rubra L.
39 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Muntingia calabura L.
40 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Muntingia calabura L.
41 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Pterocarpus indicus Willd.
42 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Pterocarpus indicus Willd.
43 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Mangifera indica L.
44 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Mangifera indica L.

71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85

45 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Syzygium aqueum (Burm. f.)
Alston
46 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Syzygium
aqueum (Burm. f.) Alston
47 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Bucida monileti (M.Gomez)
Alwan & Stace
48 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Bucida
monileti (M.Gomez) Alwan & Stace
49 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Tamarindus indica L.
50 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Tamarindus indica L.
51 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Bauhinia purpurea L.
52 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Bauhinia
purpurea L.
53 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Agathis dammara (Lamb.)
Rich. & A. Rich.
54 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Agathis
dammara (Lamb.) Rich. & A. Rich.
55 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Phoenix canariensis
Chabaud.
56 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon Phoenix
canariensis Chabaud.
57 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Roystonia regia (Kunch)
O.F.Cook.
58 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Roystonia regia (Kunch) O.F.Cook.
59 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Livistonia rutondifulia
(Lam.) Mart.
60 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Livistonia rutondifulia (Lam.) Mart.
61 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Artocarpus integrifolius L. f.
62 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Artocarpus integrifolius L. f.
63 Klasifikasi Nilai Indeks Kerusakan Pohon Polyalthia longifolia Sonn.
64 Rekomendasi Kombinasi Penanganan Kerusakan Fisik Pohon
Polyalthia longifolia Sonn.

86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia merupakan sebuah kota dengan
aktivitas penduduk yang sangat tinggi. Beberapa aktivitas penciri kota seperti
perindustrian, perdagangan, pendidikan, dan pusat pemerintahan harus
terakomodir dengan baik pada sebuah kota seperti Jakarta. Tingkat aktivitas yang
tinggi dalam sebuah kota akan menyebabkan peningkatan arus transportasi di kota
tersebut. Hal ini akan berkaitan dengan kenyamanan yang dirasakan pengguna
jalan di Jakarta. Salah satu cara meningkatkan rasa kenyamanan pengguna jalan
adalah dengan menghadirkan suatu jalur hijau jalan. Selain untuk menjaga
kualitas lingkungan, keberadaan suatu jalur hijau jalan juga mampu memodifikasi
iklim mikro sehingga mampu menghadirkan kenyamanan bagi pengguna jalan.
Jalur hijau jalan merupakan bagian jalan yang ditanami oleh berbagai
macam jenis vegetasi seperti tanaman penutup tanah (groundcover), semak, dan
pohon. Keberadaan pohon dalam suatu jalur hijau jalan memiliki pengaruh yang
paling besar dalam memperbaiki kualitas lingkungan kota. Menurut Booth (1990),
pohon dapat meningkatkan kualitas udara, mencegah erosi, meningkatkan kualitas
air, dan memodifikasi iklim. Selain mampu memperbaiki iklim mikro suatu
lingkungan, keberadaan pohon juga mampu menghadirkan kenyamanan pengguna
yang berada pada sebuah kawasan. Manfaat-manfaat tersebut dapat dihadirkan
ketika suatu tanaman berada pada kondisi fisik yang baik.
Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau tumbuh normal apabila dapat
menjalankan fungsi fisiologisnya yang terdiri dari pembelahan sel, diferensiasi
dan pertumbuhan, absorbsi air dan mineral dari tanah beserta translokasinya,
fotosintesis dan translokasi hasil fotosintesis ke bagian lain atau ditimbun,
metabolisme, dan reproduksi. Apabila tumbuhan diganggu patogen atau penyebab
lainnya dan tidak dapat menjalankan aktivitas fisiologis tersebut secara normal
dapat dikatakan tanaman dalam keadaan sakit (Sastrahidayat, 1990). Oleh karena
itu, keadaan fisik tanaman khususnya pohon menjadi hal yang perlu diperhatikan
pada suatu jalur hijau jalan agar pohon tetap dalam kondisi sehat dan dapat
tumbuh normal sehingga mampu memberikan fungsi-fungsi yang diinginkan.
Kondisi kekuatan fisik pohon yang buruk dapat menjadi masalah yang
cukup vital, pada musim penghujan dengan curah hujan tinggi yang terkadang
disertai angin kencang dapat menyebabkan ranting atau cabang pohon patah
bahkan dapat menyebabkan tumbangnya sebuah pohon. Pohon tumbang menjadi
salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada jalur hijau di kota-kota besar di
Indonesia, termasuk di Jakarta. Berdasarkan data Dinas Pertamanan dan
Pemakaman DKI Jakarta, pada periode tahun 2009-2013, terdapat 902 kejadian
sempal/patah pada percabangan pohon dan 520 kejadian pohon tumbang di
Jakarta Pusat. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas
yang dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan. Kondisi tersebut dapat
menjadi masalah yang fatal mengingat Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia
membutuhkan transportasi yang aman dan nyaman walaupun harus terus berpacu
dengan waktu untuk menunjang kepadatan aktivitas warga Jakarta.
Untuk mencegah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh sempal
percabangan atau pohon tumbang perlu dilakukan evaluasi kerusakan fisik pohon

2
pada jalur hijau jalan. Hal tersebut terkait dengan pentingnya upaya mitigasi
pohon tumbang untuk dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta. Upaya mitigasi
dilakukan dengan mempelajari dan mengidentifikasi kondisi fisik pohon yang
selanjutnya akan menentukan tindakan penanganan yang tepat untuk mencegah
kejadian pohon yang sempal percabangan atau tumbang. Upaya tersebut
dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan yang dapat menyebabkan suatu
pohon mengalami sempal atau tumbang. Dengan demikian, salah satu fungsi
utama keberadaan jalur hijau dalam menghadirkan rasa keamanan dan
kenyamanan dapat berjalan dengan baik.
Tujuan
1. Mengidentifikasi kerusakan fisik pohon untuk mengetahui kondisi pohon pada
suatu jalur hijau jalan.
2. Merekomendasikan penanganan pohon yang tepat untuk mencegah atau
merehabilitasi terjadinya patah ranting/cabang atau pohon tumbang.
Manfaat
1. Evaluasi kerusakan fisik pohon diharapkan dapat menjadi rekomendasi
penanganan pohon pada jalur hijau jalan dalam upaya mitigasi pohon tumbang.
2. Selain itu, hasil evaluasi kerusakan fisik pohon dapat dijadikan acuan dalam
pemilihan pohon pada suatu perencanaan jalur hijau jalan.
Kerangka Pemikiran
Pohon sebagai elemen utama pada jalur hijau jalan memiliki peran yang
penting dalam meningkatkan keenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Dalam
menjalani peran tersebut suatu pohon dapat mengalami kerusakan yang dapat
disebabkan oleh hama atau penyakit dan gangguan mekanis yang dilakukan oleh
pengguna jalan atau disebabkan oleh fenomena alam seperti hujan badai atau petir.
Kerusakan yang terjadi akan mempengaruhi kondisi struktur pada setiap bagian
pohon mulai perakaran, batang hingga daerah tajuk yang meliputi percabangan,
daun, bunga, dan buah.
Evaluasi struktur pohon diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik pohon
dalam menghadapi setiap gangguan yang ada. Evaluasi diperlukan karena terdapat
kemungkinan kejadian patah ranting atau tumbangnya suatu pohon akibat kondisi
fisik pohon yang semakin lemah. Ukuran pohon yang relatif besar dapat
membahayakan keselamatan pengguna jalan apabila pohon tersebut mengalami
sempal atau tumbang pada suatu jalur hijau jalan. Evaluasi dilakukan dengan
menganalisis kondisi kerusakan mulai dari jenis kerusakan, lokasi kerusakan,
hingga keparahan kerusakan. Hasil evaluasi kerusakan fisik kemudian dijadikan
acuan dalam menentukan rekomendasi penanganan pohon yang tepat dalam upaya
mitigasi pohon tumbang yang juga bermanfaat dalam pemilihan jenis pohon yang
aman untuk suatu jalur hijau jalan. Kerangka pemikiran penelitian dijabarkan
pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Kerangka Pikir Evaluasi Kerusakan Fisik Pohon pada Jalur Hijau Jalan
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Jalan
Lanskap kehidupan manusia tersusun atas jalan dan tempat, jalan
berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan serta tempat sebagai
pusat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah, dan bersantai
(Simonds dan Starke, 2013). Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (2010),
lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk dari
lingkungan jalan yang berupa elemen alamiah seperti bentuk topografi lahan yang
mempunyai panorama indah dan berupa elemen lanskap buatan manusia yang
disesuaikan dengan kondisi lahannya.
Konsep dasar lanskap jalan adalah memberikan keamanan, kenyamanan,
identitas, dan keselamatan bagi pengguna jalan serta dapat mengeliminasi
pengaruh negatif dari aktivitas jalan terhadap masyarakat sekitarnya. Jalan yang
berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi kendaraan dan manusia harus dapat
digunakan secara aman dengan akses yang menyenangkan. Begitu pula jalur
pejalan kaki dengan ruang terbuka hijau yang tertata sesuai dengan bangunan
yang ada, dapat dilengkapi dengan sarana-sarana yang menyenangkan sehingga
dapat memberikan kenyamanan (Simonds dan Starke, 2013). Lanskap jalan
berfungsi untuk mendukung penggunaan jalan secara terus-menerus,
membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat,
mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan ruang,
membentuk karakter lingkungan, membangun karakter spasial, dan membangun
visual (Booth, 1990).

4
Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau jalan merupakan salah satu bentuk penyediaan ruang terbuka
hijau pada kota. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007, RTH atau ruang terbuka hijau sendiri didefinisikan sebagai area
memanjang, jalur, dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, dan merupakan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami
maupun sengaja ditanam. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05
Tahun 2008, ruang terbuka hijau untuk jalur hijau jalan dapat disediakan dengan
penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang publik jalan sesuai dengan kelas
jalan. Pemilihan jenis tanaman yang digunakan untuk jalur hijau jalan perlu
memperhatikan fungsi tanaman dan persyaratan penempatan tanaman tersebut.
Simonds dan Starke (2013) menyatakan bahwa lanskap yang terbentang
sepanjang jalan harus memberikan kesan yang menyenangkan dengan
menyelaraskan keharmonisan dan kesatuan tanaman sehingga fungsional secara
fisik dan visual. Nilai fungsional dari tanaman lanskap jalan sebagai kontrol visual
seperti mengurangi cahaya yang menyilaukan baik dari matahari maupun
kendaraan dapat dihadirkan dengan menempatkan tanaman pada ketinggian dan
kepadatan yang tepat. Selain itu tanaman juga memiliki fungsi sebagai pembatas
fisik (mengontrol pergerakan manusia, hewan, dan kendaraan), kontrol iklim
(suhu, radiasi matahari, angin, presipitasi, dan kelembaban), kontrol kebisingan,
penyaringan udara, pengontrol air, mencegah erosi, dan sebagai habitat satwa.
Karakteristik dan Fungsi Pohon
Pohon adalah semua tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu.
Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak dan menopang tajuk
pohon. Secara morfologi, bagian-bagian tubuh pohon meliputi akar, batang,
cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Akar, batang, dan cabang merupakan
organ terpenting dalam sistem kehidupan tanaman. Akar adalah bagian tubuh
tanaman yang terdapat di dalam tanah dan berguna untuk menghisap air tanah,
serta menjaga agar batang dapat berdiri tegak. Batang merupakan bagian
utama pohon dan menjadi penghubung utama antara bagian akar dengan
bagian tajuk pohon (canopy). Cabang adalah bagian batang, tetapi berukuran
kecil dan berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat
lebih banyak cahaya matahari (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010).
Booth (1990) membagi tajuk pohon menjadi tujuh kelompok yaitu
globular (bentuk membulat), columnar (bentuk tinggi dan ramping), spread
(bentuk yang menyebar), picturesque (bentuk eksotis), weeping (bentuk rantingranting menjurai), pyramidal (bentuk kerucut), dan fastigiate (bentuk tinggi
ramping dan ujungnya meruncing). Pembagian tajuk pohon menurut Booth (1990)
dapat dilihat pada Gambar 2. Sementara untuk ukuran pohon terbagi atas tinggi
dan diameter tajuk pohon, Booth (1990) membagi pohon berdasarkan tinggi
menjadi tiga yaitu:
1. Pohon besar, tinggi mencapai 40 ft (12 m).
2. Pohon sedang, tinggi pohon maksimum 20-40 ft (6-12 m).
3. Pohon kecil, tinggi pohon maksimum 15-20 ft (4.5-6m).

5

Gambar 2 Berbagai bentuk kanopi pohon menurut Booth (1990)
Karakteristik tekstur tiap-tiap pohon pun berbeda sesuai jenis pohon dan
lingkungannya. Warna setiap pohon muncul dari perbedaan bunga, buah, daun,
dan cabang. Masing-masing pohon memiliki bunga, buah, daun dan cabang yang
berbeda sehingga warna yang dihasilkan pun berbeda.
Secara umum, pohon merupakan elemen utama yang secara individu atau
berkelompok penampilannya dapat mempengaruhi penampakan visual dan
memberikan kesan yang berbeda-beda dari jarak pengamatan berbeda di dalam
lanskap (Carpenter dalam Widyanti, 2012). Penanaman pohon tepi jalan bertujuan
memisahkan pejalan kaki dan jalan kendaraan untuk keselamatan, kenyamanan,
serta memberi ruang bagi utilitas atau perlengkapan jalan lainnya (Direktorat
Jenderal Bina Marga, 2010). Penanaman pohon tepi jalan bertujuan menciptakan
efek ruang bagi pengguna jalan dengan memisahkan berbagai aktivitas yang
berlangsung pada jenis sirkulasi, mengarahkan pandangan, dan memberikan zona
aman dan terlindung. Menurut Booth (1990), pohon sebagai salah satu material
tanaman memiliki beberapa fungsi utama pada lingkungan luar yaitu fungsi
struktural, fungsi lingkungan, dan fungsi visual. Sebagai elemen struktural, pohon
berfungsi sebagai dinding, atap, dan lantai di dalam lanskap yang dapat
meningkatkan kualitas pemandangan dan mempengaruhi arah dari pergerakan.
Sebagai elemen lingkungan pohon dapat meningkatkan kualitas udara, mencegah
erosi, meningkatkan kualitas air, dan memodifikasi iklim. Terakhir sebagai
elemen visual, pohon dapat digunakan sebagai focal point, dan meningkatkan
kualitas pemandangan.
Kerusakan Pohon
Penanaman dalam jalur hijau jalan perlu memperhatikan kondisi tapak
yang akan ditanami seperti jenis tanah, kedalaman tanah, dan luas lahan yang
akan ditanami. Dalam memilih jenis tanaman untuk lanskap jalur hijau jalan perlu
memperhatikan karakteristik dari suatu tanaman. Menurut Direktorat Jenderal
Bina Marga (2010), pemilihan tanaman untuk penanaman lanskap jalan harus
memenuhi kriteria tanaman jalan berdasarkan kondisi organ tanaman sebagai
berikut:
1. Akar
a. Tidak merusak struktur jalan
b. Kuat
c. Bukan akar dangkal
2. Batang
a. Kuat/tidak mudah patah
b. Tidak bercabang di bawah

6
3.

Dahan/ranting
a. Tidak mudah patah
b. Tidak terlalu menjuntai ke bawah agar tidak menghalangi pandangan
4. Daun
a. Tidak mudah rontok
b. Tidak terlalu rimbun
c. Tidak terlalu besar sehingga jika jatuh tidak membahayakan pengguna
jalan
5. Bunga
a. Tidak mudah rontok
b. Tidak beracun
6. Buah
a. Tidak mudah rontok
b. Tidak berbuah besar
c. Tidak beracun
7. Sifat lainnya, seperti
a. Cepat pulih dari stress yang salah satu cirinya dengan mengeluarkan
tunas baru
b. Tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri
Kerusakan pohon biasanya disebabkan oleh patogen, hama serangga,
polusi udara, serta faktor-faktor alam dan buatan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan ketahanan pohon (Nuhamara et al., 2001). Menurut Arifin dan
Arifin (2005), penyakit tanaman dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus,
nematode, atau penyakit fisiologis. Berdasarkan penyebabnya, penyakit tanaman
dapat dibedakan atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit
menular pada tanaman biasanya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus,
mikroplasma, tanaman tingkat tinggi, dan nematoda. Suatu patogen dapat
menyebar ke populasi tanaman dan mempengaruhi banyak individu dalam suatu
populasi dalam waktu yang relatif pendek, hal tersebut biasa disebut fenomena
epidemi. Epidemi didefinisikan sebagai setiap peningkatan penyakit dalam suatu
populasi (Abadi, 2000). Sementara itu, penyakit yang tidak menular pada tanaman
dapat disebabkan oleh kekurangan zat hara, O2, CO2, atau cahaya, kekurangan
atau kelebihan air tanah, terkena polusi udara, atau pH tanah yang tidak sesuai.
Penyebab penyakit tersebut juga akan dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya
adalah kelembaban, curah hujan, suhu, angin, dan unsur hara (Sastrahidayat,
1990).
Kerusakan pohon pada tingkat lanjut dapat mengakibatkan kematian pada
bagian-bagian pohon seperti batang, cabang, dahan, dan ranting. Kematian
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini (Arifin dan Arifin, 2005):
a. kekurangan nutrisi,
b. kerusakan pada sistem perakaran,
c. kelembaban (suhu udara atau tanah) yang tidak sesuai,
d. adanya unsur beracun pada udara atau tanah,
e. aerasi pada sistem perakaran yang kurang baik,
f. tajuk pohon tumbuh berlebihan,
g. adanya serangan jamur, bakteri, dan hama, serta
h. luka mekanik atau luka bakar pada batang/cabang dan akar.

7

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2014 dengan
mengambil beberapa jalan di kawasan Jakarta Pusat tepatnya di Kecamatan
Menteng. Jalan yang menjadi lokasi penelitian tersebut adalah Jalan Sutan Syahrir,
Jalan Moh. Yamin, Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol, Jalan Diponegoro, dan
Jalan H. Agus Salim. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan pertimbangan jalan
tersebut merupakan jalan yang memiliki jalur hijau jalan dengan pepohonan yang
besar dan relatif berumur tua/dewasa. Keberadaan pepohonan besar dan berumur
tua tersebut yang memungkinkan terdapatnya akumulasi kerusakan pada
pepohonan. Akumulasi kerusakan yang terjadi dapat menjadi bumerang terutama
ketika musim penghujan datang. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
percabangan sempal atau pohon tumbang yang dapat membahayakan keselamatan
pengguna jalan.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital dengan
resolusi 7 megapixel, flash disk, hagameter, rollmeter, kalkulator, dan komputer
portable dengan aplikasi Corel Draw X5, Auto Cad 2009, Adobe Photoshop CS3,
Google Chrome, Paint, dan Microsoft Office 2007 (Microsoft Word dan
Microsoft Excel). Bahan yang digunakan adalah ketas HVS ukuan A4 dan citra
satelit Google Earth Pro tahun 2014.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan. Diawali dengan tahap
persiapan yang terkait dengan pembuatan proposal dan perijinan, lalu dilanjutkan
dengan tahap inventarisasi yang merupakan tahap pengumpulan data fisik dan
bio-fisik. Tahap selanjutnya adalah analisis struktur pohon dan diakhiri dengan
penyusunan rekomendasi penanganan kerusakan fisik pohon.
1. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah pembuatan
proposal, penetapan tujuan penelitian, dan peninjauan lokasi penelitian beserta
pengumpulan data dan informasi lokasi penelitian. Dalam pembuatan proposal
tersebut juga dilakukan konsultasi dengan pembimbing dalam menentukan tujuan,
latar belakang, dan lokasi penelitian. Pada tahap persiapan ini juga dilakukan
pembuatan surat perijinan untuk melaksanakan penelitian.
2. Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian seperti data fisik, data bio-fisik, dan data pendukung lainnya.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapang dan studi literatur. Data
fisik yang digunakan berupa letak geografis lokasi penelitian, data iklim berupa

8
curah hujan, kelembaban udara, suhu udara serta arah dan kecepatan angin, data
geologi dan tanah berupa jenis batuan dan jenis tanah, serta data hidrologi berupa
sistem drainase. Data lainnya adalah data bio-fisik berupa jenis dan jumlah pohon,
dimensi tajuk, dan tinggi pohon, kerusakan fisik pohon, serta data pohon tumbang
dan tindakan pemeliharaan dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.
Jenis data, bentuk data, cara pengambilan data, fungsi data, dan sumber data pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis, Bentuk, Cara Pengambilan, Fungsi, dan Sumber Data
No

Jenis Data

Bentuk
Data

1.

Letak Geografis
Lokasi Jalur Hijau
Jalan
Ketinggian (mdpl)
Iklim
Curah hujan
Kelembaban Udara
Suhu Udara
Arah Angin
Kecepatan Angin
Tanah dan Topografi
Jenis Tanah
Kemiringan Lahan
Hidrologi
Sistem Drainase
Vegetasi
Jenis Pohon
Jumlah Pohon
Diameter Batang
Tinggi Pohon
Dimensi Tajuk
Kerusakan Pohon
Pemeliharaan
Tindakan
Pemelihaaran

2.

3.

4.
5.

6.

Fungsi Data

Sumber Data

Sekunder

Cara
Pengambilan
Data
Studi Pustaka

Data Atribut

Sekunder

Studi Pustaka

Data Atribut

Pustaka, Dinas
Pertamanan dan
Pemakaman DKI
Jakarta
BMKG, Pustaka

Sekunder

Studi Pustaka

Data Atribut

Pustaka

Sekunder

Data Atribut

Lapang

Primer Sekunder

Studi Pustaka Observasi
Studi Pustaka Observasi

Sekunder

Studi Pustaka

Data Atribut

Lapang, Dinas
Pertamanan dan
Pemakaman DKI
Jakarta

Dinas Pertamanan
dan Pemakaman
DKI Jakarta

3. Analisis Struktur Pohon
Analisis struktur pohon pada jalur hijau jalan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan fisiognomi tanaman. Menurut Mueller-Dumbois dan
Ellenberg dalam Widyanti (2010), fisiognomi tanaman adalah penampilan
eksternal dari tanaman. Penilaian fisiognomi pohon dilakukan melalui
pengamatan terhadap faktor-faktor yang menentukan penampilan fisik pohon,
seperti bentuk tajuk, diameter, tinggi, dan kerusakan pohon yang dapat
disebabkan oleh serangan hama/penyakit tanaman atau aktivitas manusia.
Pengamatan pohon diawali dengan identifikasi bentuk tajuk, diameter
batang, tinggi pohon, dan kerusakan pohon. Pengamatan bentuk tajuk dilakukan
dengan mengidentifikasi jenis tajuk dan ukuran lebar tajuk. Pengamatan terhadap
diameter batang dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan rollmeter
setinggi dada rata-rata orang dewasa Diameter at Breast Height (DBH), yaitu

9
antara 140-145 cm dari permukaan tanah. Sementara itu, pengamatan tinggi
pohon dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan hagameter.
Pengamatan terhadap kerusakan pohon dilakukan dengan menggunakan
metode Forest Health Monitoring (FHM). FHM merupakan metode akurat dalam
menilai kerusakan pohon yang dapat ditinjau dari berbagai pendekatan melalui
perhitungan kuantitatif kerusakan spesifik pohon, penilaian status kerusakan
berdasarkan indikator kerusakan pohon, dan kemungkinan lain penyebab kematian
pohon. Variabel kerusakan pohon yang diamati meliputi tipe kerusakan, lokasi
kerusakan, dan kelas keparahan. Nilai kerusakan suatu pohon dinyatakan dalam
suatu fungsi, dapat dinyatakan sebagai berikut (Nuhamara et al., 2001):
Kerusakan = f (A, B, C)
dengan
A : tipe kerusakan,
B : lokasi kerusakan, dan
C : keparahan kerusakan.
Pengamatan kerusakan pohon diawali dengan mengidentifikasi tipe-tipe
kerusakan yang terjadi yang terdiri atas kanker dan gol, busuk hati, tubuh buah, dan
indikator lapuk lanjut, luka terbuka, eksudasi, batang patah, brum pada akar atau
batang, akar patah atau mati, mati ujung, cabang patah atau mati, brum pada
cabang atau daerah di dalam tajuk, kerusakan daun, dan perubahan warna daun.
Urutan tipe kerusakan menunjukkan penurunan siginifikansi dengan naiknya kode tipe
kerusakan, sebagai contoh kerusakan 1 (satu) lebih signifikan bagi kesehatan pohon
jika dibandingkan dengan kerusakan 11. Tipe kerusakan dinyatakan dengan kode
berupa angka dalam Nuhamara et al. (2001) yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kode Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon
No
Tipe Kerusakan
1
Kanker, gol (puru)
2
Busuk hati, tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
3
Luka terbuka
4
Eksudasi (resinosis atau gumosis)
5
Batang patah kurang dari 0,91 m
6
Brum pada akar atau batang
7
Akar patah atau mati lebih dari 0,91 m
8
Hilangnya ujung dominan (mati ujung)
9
Cabang patah atau mati
10
Brum (pertumbuhan abnormal) pada cabang atau daerah dalam tajuk
11
Kerusakan daun
12
Daun berubah warna (tidak hijau)
Sumber: USDA Forest Service dalam Nuhamara et al., (2001)

Kode Kerusakan
1
2
3
4
11
12
13
21
22
23
24
25

Pada pendekatan fisiognomi tanaman dilakukan pengamatan gejala-gejala yang
ditampilkan pohon. Gejala dan penyebab kerusakan tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon dalam Widyanti (2012)
No
1

Tipe Kerusakan
Kanker, gol (puru)

Gejala*
Pembengkakan jaringan kayu pada
akar, batang, atau dahan yang
mengakibatkan jaringan kayu
menjadi lunak, rapuh, dan retak retak

Penyebab*
Bakteri dan jamur

10
Tabel 3 Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon dalam Widyanti (2012) (Lanjutan)
2

Busuk hati, tubuh buah
(badan buah), dan
indikator lapuk lanjut

Terjadi pembusukan pada pangkal
batang, adanya daun-daun pada tajuk
yang menguning dan mengering

Jamur

3

Luka terbuka

Satu atau serangkaian luka pada kulit
kayu yang mengelupas, terbukanya
lapisan kayu bagian dalam, tidak
adanya tanda-tanda pelapukan

Bacokan, goresan benda
tajam dan tusukan paku
pada kulit kayu

4

Eksudasi (resinosis atau
gumosis)

Pecahnya jaringan kayu pada batang
yang memicu keluarnya cairan
berupa getah berwarna putih

Organisme patogen yang
menginfeksi luka terbuka

5

Batang patah

Batang yang patah dengan jarak
< 0.91 m dari pangkal batang

6

Brum pada akar atau
batang

Munculnya akar atau batang baru
secara abnormal yang menghambat
penyaluran hasil metabolisme

Pemotongan secara sengaja
oleh pihak yang
berkepentingan di sekitar
jalan
Hama ulat penyerang pucuk
tanaman

7

Akar patah atau mati

Akar yang patah atau mati dengan
jarak > 0.91 m dari pangkal akar

Potongan atau goresan
benda takam akibat kegiatan
pembuatan saluran drainase,
luka karena terbakar

8

Mati ujung

Kerusakan jaringan pada akar dan
batang yang menyumbat pembuluh
xylem

Jamur atau hama serangga
dan absorbsi zat-zat beracun
oleh tanaman

9

Cabang patah atau mati

Lapuknya cabang pohon

Hujan deras disertai angin,
angin tanpa hujan, tersambar
petir, dan lapuknya cabang
pohon akibat terinfeksi
jamur patogen

10

Brum pada cabang atau
daerah dalam tajuk

Pertumbuhan cabang yang
abnormal/berlebihan di dalam daerah
tajuk

Faktor genetik

11

Kerusakan daun

Adanya bercak daun (leaf spot), dan
bercak berlubang (shot hole)

Jamur atau hama serangga
seperti ulat dan belalang,
pencemaran udara

12

Perubahan warna daun

Daun tidak lagi berwarna hijau dan
berubah menjadi layu

Hama uret atau rayap,
bakteri, jamur, kekurangan
mineral, polusi udara, defisit
air, absorbsi zat-zat beracun
Keterangan: *) Gejala dan penyebab tipe kerusakan berdasarkan keterangan Khoiri (2004), Miardini
(2013), dan Soetrisno (2001) dalam Widyanti (2010)

Lokasi kerusakan pohon dinyatakan dengan kode menurut USDA Forest Service
dalam Nuhamara et al. (2001) (Tabel 4). Lokasi kerusakan tersebut ditunjukkan
pada Gambar 3.

11
Tabel 4 Kode Lokasi Kerusakan pada Tubuh Pohon
Tipe Kerusakan
No.
1 Sehat (tidak ada kerusakan)
2 Akar (terbuka) dan pangkal akar (dengan tinggi 30 cm di atas
permukaan tanah)
Akar dan batang bagian bawah
Batang bagian bawah (setengah bagian bawah dari batang
antara pangkal akar dan dasar tajuk hidup)
5 Bagian bawah dan bagian atas batang
6 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara
pangkal akar dan dasar tajuk hidup)
7 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup dan
di atas dasar tajuk hidup)
8 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap
batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup)
9 Kuncup dan tunas
10 Daun
Sumber: USDA Forest Service dalam Nuhamara et al. (2001)

3
4

Kode Lokasi Kerusakan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Gambar 3 Lokasi Kerusakan Pohon Menurut USDA Forest Service dalam
Nuhamara et al. (2001) dengan Modifikasi Pembuatan Sketsa Lokasi untuk Jenis
Pohon Palem
Pengamatan tipe kerusakan dilakukan terhadap seluruh bagian tubuh pohon dari
bagian akar (terbuka) hingga tajuk bagian atas pohon. Pada bagian tajuk
pohon pengamatan dilakukan dengan menggunakan binoculler untuk
membantu mengamati kerusakan fisik pohon.
Penilaian kerusakan fisik pohon dilakukan berdasarkan nilai ambang
batas keparahan. Penilaian dilakukan dengan mengklasifikasikan kode
tipe kerusakan berdasarkan nilai ambang batas keparahan yang diperoleh ke
dalam kelas interval 1% hingga 99%. Nilai keparahan kerusakan yang diamati
pada setiap tipe kerusakan adalah minimal 20%, kecuali pada mati ujung nilai
keparahan kerusakan yang diamati adalah minimal 1%. Nilai ambang

12
keparahan kerusakan telah ditetapkan USDA Forest Service dalam Nuhamara
et al. (2001) yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai Ambang Keparahan Tiap Tipe Kerusakan
Kode
1

Tipe Kerusakan
Kanker, gol (puru)

Nilai Ambang Keparahan
≥ 20% lingkar pada titik kejadian
Tidak ada, kecuali ≥ 20% untuk akar
Busuk hati, tubuh buah (badan buah), dan
dan lebih rendah 0.91m dari pangkal
2
indikator lapuk lanjut
batang untuk batang
3
Luka terbuka
≥ 20% lingkar pada titik kejadian
4
Eksudasi (resinosis atau gumosis)
≥ 20% lingkar pada titik kejadian
Tidak ada, kecuali ≥ 20% lebih rendah
0.91m dari pangkal batang untuk
11
Batang patah atau mati
batang
12
Brum pada akar atau batang
≥ 20% dari akar atau batang
13
Akar patah atau mati
≥ 20% dari akar
21
Hilangnya ujung dominan (mati ujung)
≥ 1% dari tajuk
22
Cabang patah atau mati
≥ 20% dari percabangan
23
Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk
≥ 20% dari percabangan
24
Kerusakan daun
≥ 20% dari dedaunan
25by Daun berubah warna (tidak hijau)
≥ 30% dari dedaunan
Sumber: USDA Forest Service dalam Nuhamara et al. (2001)

Selanjutnya, nilai ambang keparahan kerusakan diklasifikasikan ke dalam
kode kelas keparahan kerusakan berdasarkan kelas keparahan menurut USDA
Forest Service dalam Nuhamara et al. (2001) sebagai berikut (Tabel 6).
Tabel 6 Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon
No
Kelas (%)
1
01—19
2
20—29
3
30—39
4
40—49
5
50—59
6
60—69
7
70—79
8
80—89
9
90—99
Sumber: USDA Forest Service dalam Nuhamara et al. (2001)

Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Hasil identifikasi struktur pohon mulai dari diameter batang, tinggi
pohon, serta kerusakan pohon dijadikan bahan analisis untuk mengetahui
kondisi fisik pohon yang diamati. Hasil pengukuran diameter batang
diklasifikasikan ke dalam kelas (Tabel 7), yang meliputi semai (Kelas D1),
tiang (Kelas D2), hampir dewasa (Kelas D3), dan dewasa (Kelas D4)
berdasarkan keterangan Daniel et al. (1995).
Tabel 7 Kualifikasi Diameter Batang Pohon
No. Kelas
Kualifikasi
1
D1
Semai
2
D2
Tiang (kecil)
3
D3
Hampir Dewasa (sedang)
4
D4
Dewasa (besar)
Sumber: Daniel et al., (2001)

Diameter
DBH < 10 cm
10 ≤ DBH < 30 cm
30 ≤ DBH < 60 cm
DBH ≥ 60 cm

13
Hasil pengukuran tinggi pohon diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi, sedang,
dan rendah berdasarkan keterangan Booth (1990), sebagai berikut (Tabel 8).
Tabel 8 Kualifikasi Tinggi Pohon
No.
Kelas
1
T1
2
T2
3
T3
Sumber: Booth

Kualifikasi

Tinggi
T