Analisis Kualitas Pohon pada kawasan jalur hijau di kota Medan

(1)

ANALISIS KUALITAS POHON PADA KAWASAN JALUR

HIJAU DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Denny Sugandi H. Manik 051202026/ Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :Analisis Kualitas Pohon pada kawasan jalur hijau di kota Medan

Nama : Denny Sugandi H. Manik

NIM : 051202026

Program Studi : Kehutanan

Jurusan : Budidaya Hutan

Menyetujui,

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Dr.Budi Utomo S,P. M,P Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS NIP.19700820 200312 1 002 NIP. 1964 1228 2000 12 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

Siti Latifah S.Hut, M.Si, Ph.D NIP.19710416 200112 2 001


(3)

ABSTRACT

DENNY SUGANDI H MANIK. Stand and Potential Forest Carbon Stored at

Forest of Education USU Supervised by: Dr. Budi Utomo S,P. M,P dan DR.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS

The purpose of this study was to determine the standing stock and composition of vegetation, and carbon content stored on the Forest Education USU. The research was conducted at USU education Forest Village Tongkoh Karo, North Sumatra. Materials studied were forest vegetation in the area of Forest Education Tongkoh USU. The method used was a method in which the placement berpetak line plot by systematic sampling with random start or systematically with the initial selection of a random path, the path width 20 x 20 meters. Laying the first plot was randomly while in the second plot and so systematically with the intensity of sampling (IS) of 1%, the distance between the plots is 200 m, with the number of 50 plots / unit example.

The results of vegetation analysis has been done on the Forest Education USU Tongkoh Karo, recorded 25 types of vegetation found in the growth rate, whereas the biodiversity index was classified at any level of growth. Forest carbon stocks stored at USU Education which has total area of 200 ha is equal to 11,712 tons.


(4)

ABSTRAK

DENNY SUGANDI H MANIK. Analisis kualitas pohon pada kawasan jalur

hijau di kota Medan. Dibimbing oleh:DR.BUDI UTOMO S,P. M,P dan DR.Ir EDY BATARA MULYA SIREGAR. MS

Mengidentifikasi jenis pohon dan Menilai kualitas pohon di kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan. Bahan yang diteliti adalah pepohonan di lima kawasan jalur hijau tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan metode sensus dan metode skorsing yang terdiri atas kesehatan pohon di hutan kota dan teknis pohon terhadap lingkungannya.

Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan pada lima kawasan jalur hijau tersebut,tercatat 4 jenis vegetasi yang ditemukan pada seluruh kawasan jalur hijau yang didominasi oleh jenis mahoni dan angsana sedangkan jenis pohon seri dan asam jawa hanya ada dibeberapa areal jalan saja. Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan pohon di lima kawasan jalur hijau itu memiliki kualitas yang sangat baik tetapi bila ditinjau dari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah disekitarnya memiliki kualitas yang sangat buruk.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyusun skripsi ini hingga selesai. Adapun skripsi ini yang berjudul “Analisis kualitas pohon pada kawasan jalur hijau dikota Medan.”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Dr.Budi Utomo S,P. M,P dan DR.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini, serta teman-teman yang turut memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari apa yang diharapkan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis dikemudian hari. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, September 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK ...ii

PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR GAMBAR...vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota ... 6

Hutan Kota ... 7

Kualitas pohon ... 11

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat... 14

Metode Penelitian ... 14

Prosedur dan Analisa Penelitian ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Pohon ... 21

Kualitas Pohon ... 21

A...Krite ria Kesehatan Pohon... 22

B...Krite ria Teknis Pohon ... 24

C...Total Kualitas Pohon ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN... 33

DAFTAR PUSTAKA... 34


(7)

DAFTAR TABEL

1. Nilai Rata-rata

dan Nilai kumulatif di kawasan jalur hijau ... 20 2. Jenis Pohon... 21 3. Kualiatas pohon ditinjau

dari kesehatan batang ... 22 4. Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan tajuk ... 23 5. Kualitas pohon ditinjau dari

ancaman terhadap bangunan... 24 6. Kualitas pohon ditinjau dari ancaman

terhadap badan jalan,drainase dan trotoar ... 25 7. Kualitas pohon ditinjau dari ancaman

terhadap kabel listrik dan kabel telepon ... 26 8. Total Kualitas Pohon ... 27


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Pohon Mahoni ... 24

2. Gambar Pohon Angsana ... 24

3. Gambar Pohon Asam jawa ... 24

4. Gambar Pohon Seri ... 25

5. Gambar Penyakit Pohon Lubang gerek... 25

6. Gambar Penyakit pohon Kanker batang... 25

7. Gambar Reklame yang dipasang pada batang Pohon ... 26

8. Gambar Penyakit pohon Tajuk kering... 26

9. Gambar Penyakit pohon pucuk cabang mati ... 26

10. Gambar Pohon yang mengancam Bangunan ... 33

11. Gambar Pohon yang mengancam badan jalan ... 33

12. Gambar akar pohon merusak Trotoar ... 33

13. Gambar Pohon yang Mengancam kabel listrik dan kabel telepon... 34


(9)

ABSTRACT

DENNY SUGANDI H MANIK. Stand and Potential Forest Carbon Stored at

Forest of Education USU Supervised by: Dr. Budi Utomo S,P. M,P dan DR.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS

The purpose of this study was to determine the standing stock and composition of vegetation, and carbon content stored on the Forest Education USU. The research was conducted at USU education Forest Village Tongkoh Karo, North Sumatra. Materials studied were forest vegetation in the area of Forest Education Tongkoh USU. The method used was a method in which the placement berpetak line plot by systematic sampling with random start or systematically with the initial selection of a random path, the path width 20 x 20 meters. Laying the first plot was randomly while in the second plot and so systematically with the intensity of sampling (IS) of 1%, the distance between the plots is 200 m, with the number of 50 plots / unit example.

The results of vegetation analysis has been done on the Forest Education USU Tongkoh Karo, recorded 25 types of vegetation found in the growth rate, whereas the biodiversity index was classified at any level of growth. Forest carbon stocks stored at USU Education which has total area of 200 ha is equal to 11,712 tons.


(10)

ABSTRAK

DENNY SUGANDI H MANIK. Analisis kualitas pohon pada kawasan jalur

hijau di kota Medan. Dibimbing oleh:DR.BUDI UTOMO S,P. M,P dan DR.Ir EDY BATARA MULYA SIREGAR. MS

Mengidentifikasi jenis pohon dan Menilai kualitas pohon di kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan. Bahan yang diteliti adalah pepohonan di lima kawasan jalur hijau tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan metode sensus dan metode skorsing yang terdiri atas kesehatan pohon di hutan kota dan teknis pohon terhadap lingkungannya.

Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan pada lima kawasan jalur hijau tersebut,tercatat 4 jenis vegetasi yang ditemukan pada seluruh kawasan jalur hijau yang didominasi oleh jenis mahoni dan angsana sedangkan jenis pohon seri dan asam jawa hanya ada dibeberapa areal jalan saja. Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan pohon di lima kawasan jalur hijau itu memiliki kualitas yang sangat baik tetapi bila ditinjau dari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah disekitarnya memiliki kualitas yang sangat buruk.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas.Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahanan setempat. Pada kenyataaannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi. Manusia dapat mencatat dan menganalisanya dari berbagai perspektif seperti moral, sejarah manusia, hubungan timbal balik antara manusia dengan habitatnya, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan dari kehidupan manusia (Zoer’aini, 2007)

Tujuan pembangunan kota pada dasarnya bertumpu pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas individu, seperti kesehatan yang baik, mendapatkan aspirasi dan motivasi, mendapatkan peluang untuk pendidikan, kursus-kursus, dam memperoleh pekerjaan bagi mereka yang ingin bekerja. Sedangkan fungsi kota dibagi atas beberapa bagian yang diantaranya sebagai pusat berbagai kegiatan untuk daerah disekitarnya, sebagai pusat penyedia transportasi dalam kata lain daerah-daerah terpencil dapat dicapai dengan mudah karena letak jalur tranportasi kota yang strategis (Nova, 1989).

Pembangunan kota pada masa lampau sampai sekarang cenderung untuk meminimalisasi ruang terbuka hijau dan menghilangkan pepohonan di sekitarnya. Lahan-lahan kehutanan atau pertanian sering dikorbankan dan dialihfungsikan


(12)

menjadi kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan pemukiman, dan jaringan transportasi (jembatan, jalan, terminal) (Nazaruddin, 1994)

Penanaman tumbuh-tumbuhan di perkotaan merupakan usaha mutlak penanggulan masalah lingkungan karena tumbuh-tumbuhan yang sangat bermanfaat untuk merekayasa masalah lingkungan di perkotaan. Diantaranya dapat merekayasa estetika, selain memberikan hasil juga dapat mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi udara, menurunkan suhu, mengurangi kebisingan, mengendalikan limbah, mengon, mengurangi pantulan cahaya, serta mengurangi bau (Mattulada, 1994).

Untuk menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan, telah dilakukan penelitian dalam mengembangkan penghijauan kota yang efektif, dirancang ke arah terbentuknya struktur ekologis yang berfungsi melestarikan lingkungan yang nyaman, sehat, estetis berbentuk hutan kota yang memenuhi kaidah lansekap di perkotaaan (Zoer’aini, 2007).

Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk) dengan stuktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, estetis. Diantaranya dapat merekayasa estetika, selain memberikan hasil juga dapat mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi udara, menurunkan suhu, mengurangi kebisingan, mengendalikan limbah, mengontrol lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya, serta mengurangi bau (Soedjono, 1990).


(13)

Pembangunan hutan kota dimaksudkan untuk dapat menjaga kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan dan sosial budaya. Sesuai dengan tujuannya, pembangunan hutan kota lebih ditekankan pada fungsinya untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika, peresapan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota. Selain itu, pembangunan hutan kota juga dimaksudkan untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan meningkatnya kualitas lingkungan perkotaan akan meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan produktivitas, dan akhirnya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat (Jauhari, 2008).

Adanya peranan pohon dalam mengarbsorbsi berbagai jenis pohon hutan, maka diwilayah perkotaan telah dikembangkan Ruang Terbuka Hijau. Namun, diperlukan adanya penelitian mengenai kualitas pohon sehingga pemeliharaan dan perawatan ruang terbuka hijau dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan yang bisa ditimbulkan. Menurut Dahlan (2002), bahwa kualitas tegakan pohon perlu diteliti secara berkala agar dapat diketahui perlakun apa yang perlu diberikan, supaya pohon dalam keadaan yang selalu baik. Dalam hal ini Ruang Terbuka Hijau yang akan diteliti kualitas pohonnya adalah Jalur hijau (Setiawan, 2000).

Perumusan Masalah

Keadaan lingkungan perkotaan yang berkembang pesat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem sehingga hubungan masyarakat perkotaan dengan lingkungannya menjadi tidak seimbang. Menyadari ketidakseimbangan tersebut dan mempertimbangkan dampak negatif yang akan terjadi, maka harus ada usaha-usaha untuk menata dan memperbaiki lingkungan perkotaan. Dalam usaha-usaha


(14)

tersebut dilakukan perencanaan, pelaksanaan, dan perawatan berupa penghijauan kota seperti pembuatan taman kota, penanaman pohon pelindung di jalur hijau, penanaman tanaman pot ditengah kota sebagai tanaman hias (Nazaruddin, 1994).

Penghijauan di jalur hijau dilakukan dengan menanam berbagai jenis pepohonan yang tidak mengganggu keberadaan konstruksi jalan dan mempunyai manfaat yang besar terhadap lingkungan jalan. Pepohonan tersebut harus dalam kondisi baik sehingga tercipta kenyamanan bagi pengguna jalan maupun kenyamanan lingkungan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi jenis pohon yang ada di kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan.

2. Menilai kualitas pohon di kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang jenis pohon dan kualitas dari berbagai jenis pohon yang ada kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan.


(15)

2. Menganalisis kualitas pohon yang ada di sekitar kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan dari segi kesehatan pohonnya

3. Menganalisis kualitas pohon yang ada di sekitar kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setiabudi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan dari segi teknis

4. Memberikan masukan bagi pihak pengelola Pertamanan kota Medan tentang pohon yang layak untuk di pertahankan di kawasan jalur hijau Jalan DR.Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda, Medan


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Penghijauan Kota

Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara atau bentuk penghijauan kota, diantaranya ialah pembangunan hutan kota, jalur hijau, taman dipermukiman, penghijauan daerah aliran sungai, penghijauan dengan tanaman pot. Penghijauan kota menjadi suatu bentuk lingkungan biologi dengan beragam fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1994).

Penghijauan dalam arti luas adalah segala upaya untuk memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Penghijauan kota adalah suatu usaha untuk menghijaukan kota dengan melaksanakan pengelolaan taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau, dan sebagainya. Dalam hal ini penghijauan kota merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penghijauan di lingkungan permukiman terutama adalah faktor perencanaan yang memerhatikan persyaratan klasifikasi hortikultura (ekologi) dan klasifikasi fisik dalam pemilihan jenis, faktor pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan, dan faktor pemeliharaan yang rutin secara terus-menerus. Pelaksanaan penghijauan secara konseptual yaitu perencanaa, pelaksanaan, dan pemeliharaan dengan


(17)

mempertimbangkan aspek estetika, pelestarian lingkungan, dan fungsional (Zoer’aini, 2007).

Hutan Kota

Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami. pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun2002 menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

a) Luas wilayah b) Jumlah penduduk c) Tingkat pencemaran


(18)

d) Kondisi fisik kota

Fakuara (1987) menyatakan hutan kota adalah tumbuhan vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan proteksi, rekreasi dan estetika lingkungan. Hal senada juga diungkapkan Samsoedin dan Subandiono (2006) mengenai pengertian hutan kota yakni merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu dikawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika. Sedangkan Menurut Irwan (1994) mengemukakan bahwa hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik berbentuk jalur menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis.

Vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa masalah lingkungan diperkotaan. Selain merekayasa estetika, mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya, seta mengurangi bau. Kumpulan bunga dan dedaunan yang memberikan aroma sedap berguna untuk mengurangi bau busuk. Daun dan ranting-ranting mampu memperlambat aliran angin dan curahan hujan. Akar yang menjalar akan menahan erosi tanah, baik oleh air hujan maupun oleh angin. Daun yang tebal berguna untuk menghalangi cahaya. Daun-daun yang tipis untuk menyaring


(19)

cahaya serta ranting-ranting berduri untuk menghalangi gerak-gerik manusia. (Zoer’aini, 2007).

Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan agar tumbuh dengan baik hendaklah dipertimbangkan syarat-syarat hortikultura, ekologi, dan syarat-syarat fisik lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Eckbo (1986) bahwa persyaratan tersebut adalah mempertimbangkan respons dan toleransi terhadap temperatur , kebutuhan akan air, kebutuhan dan toleransi terhadapa cahaya matahari, kebutuhan tanah, hama, dan penyakit, serta syarat-syarat fisik yang bertujuan untuk penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, tekstur, warna, dan aroma. Banyak contoh di dalam dan di luar negeri yang membuktikan bahwa penghijauan di pinggir jalan ditanami dengan tanaman produktif (tanaman berbuah dan berbiji, tanaman langka, dan tanaman berbunga wangi).

Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Peranan penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam. Untuk itu dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :

1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi mahluk hidup untuk pernapasan.

2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman,dan segar.

3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi mahluk di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah.


(20)

4. Penyeimbang alam (edaphis), merupakan pembentukan tempat hidup alami bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu.

7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyaring debu dengan tajuk dan kerimbunan dedaunannya.

8. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersihkan air. 9. Mengurangi polusi suara (kebisingan), vegetasi dapat menyerap suara. 10.Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang

direncanakan dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota.

11.Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat dipergunakan untuk terapi mata dan jiwa.

12.Rekreasi dan pendidikan, jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah.

13.Nilai pendidikan, komunitas vegetasi yang ditanam dengan keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam.

14.Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tingi. Tamu negara datang misalnya menanam pohon tertentu di tempat


(21)

yang sudah disediakan. Begitu pula vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah kayu, dan sebagainya.

15.Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau penunjuk bagi lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertumbuhan dan perkembangan kota. (Soemarwoto, 2004).

Kualitas Pohon

Sebuah pohon memiliki kualitas pohon dan arti penting menurut

international society of Arboculture (2003) bagi kehidupan manusia, yaitu: a. Pohon adalah organisme yang paling lama hidup dimuka bumi ini b. Pohon dapat menurunkan suhu udara sebanyak 200C pada musim panas c. Dua pohon yang sudah dewasa dapat menyediakan oksigen yang cukup

untuk empat keluarga. Satu pohon menghasilkan 117,934 kg setiap tahunnya

d. Pohon di area Metropolitan hanya dapat bertahan sampai umur 8 tahun e. Pohon yang mati pada usia 70 tahun dapat mengembalikan karbon ke

atmosfir sebanyak 3 ton

f. Satu hektar dapat membuang 2,6 ton karbondioksida setiap tahunnya Sesuai dengan uraian diatas, pohon juga memiliki peranan sebagai pohon pelindung. Persyaratan pohon pelindung yang memiliki kualitas yang baik yaitu berbatang besar, tinggi, dan menarik. Pohon pelindung berfungsi sebagai penyerap polusi, percabangan kuat, daunnya tidak mudah gugur dan tidak menimbulkan alergi. Diupayakan agar pohon tidak merusak lingkungan atau berbahaya, mudah dalam perawatan dan tidak berpenampilan seperti perdu semak (Cabang Dinas Kehutanan, 1992)


(22)

Persyaratan untuk pohon peneduh jalan sebagai berikut : Mudah tumbuh pada tanah yang padat, tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, pohon tahan terhadap hembusan angin yang kuat, pohon tidak mudah tumbang, serasah yang dihasilkan sedikit, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, cukup teduh tetapi tidak gelap; daun, bunga, buah, batang dan percabangannya seacara keseluruhan indah, tidak saling berhimpitan, serta tidak membahayakan (Ismayadi, 2007)

Menurut Fandeli (2004) penanaman pohon untuk kawasan jalur hijau harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1. Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak menggangu pondasi

2. Kecepatan tumbuhnya bervariasi 3. Dominan jenis tanaman tahunan

4. Berupa tanaman lokal, dan tanaman budidaya

5. Jarak tanam setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan

Untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti: membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka, membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang berkembangnya sumber penyakit. Menyediakan permukaan yang kuat untuk jaringan kalus baru guna merangsang penyembuhan luka dan dapat


(23)

menghilangkan tempat bersarangnya hama dari sumber penularan hama sehingga penularan penyakit tidak dapar berkembang dan menyebar ( Dahlan, 2002).

Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan Ruang Terbuka Hijau yang cukup yaitu: untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan, untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan kepadatan bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20% terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007).

Dari aspek kondisi lingkungan hidup perkotaan, rendahnya kualitas air tanah dan tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, merupakan hal-hal yang secara langsung terkait dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau secara ekologis. Disamping itu tingginya frekuensi bencana banjir dan tanah longsor di perkotaan diakibatkan karena terganggunya sistem air karena terbatasnya daerah resapan air dan tingginya volume air permukaan (run-off). Kondisi tersebut secara ekonomis dapat menurunkan tingkat produktivitas, dan menurunkan tingkat kesehatan dan tingkat harapan hidup masyarakat (Gusmailina, 2009).


(24)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan waktu

Penelitian ini dilakukan disepanjang Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei wampu, Jalan S.Parman, Jalan Iskandar Muda yang berada di kota Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada mulai Maret sampai Juli 2011 .

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah pohon-pohon yang terdapat di sepanjang Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Teropong binokuler berfungsi untuk melihat tajuk pohon b. Palu kayu untuk menguji kekuatan kayu

c. Haga hypsometer untuk mengukur ketinggian pohon d. Pensil untuk mencatat hasil yang diperoleh

e. Pita meter untuk mengukur jarak

f. Buku data untuk mencatat data di lapangan

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus dan metode skorsing yang terdiri atas kesehatan pohon di hutan kota. Untuk penilaian kesehatan pohon digunakan metode Modifikasi dari penilaian kesehatan pohon berdasarkan Manual


(25)

Kehutanan (1992) dan kriteria penilaian menurut Tampubolon, dkk (2002) sebagai berikut :

1. Kesehatan Pohon (bobot nilai 60%) a. Kesehatan batang (bobot 50%) b. Kesehatan tajuk (bobot 50%) 2. Teknis (bobot 40%)

a. Ancaman terhadap rumah (bobot 40%)

b. Ancaman terhadap jalan, trotoar dan drainase (bobot 30%) c. Ancaman terhadap kabel listrik dan telepon (bobot 30%)

Setiap faktor dari kedua kriteria tersebut dinilai dengan skor 1-4 dengan tingkat penilaian antara lain:

a. Sangat berat dengan nilai 4 b. Berat dengan nilai 3

c. Sedang dengan nilai 2 d. Ringan dengan nilai 1

Panduan untuk nilai faktor dari kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

I. Kriteria Kesehatan Pohon

A. Kesehatan batang mencakup penilaian pada batang pohon hutan kota terdapat batang gerowong, pangkal batang berlubang, kanker batang dan cabang dan serangan hama penyakit.

1) Tingkat penilaian batang sangat berat (nilai 4) apabaila sangat 2) tidak sehat yang dicirikan : Terdapat lubang pada batang atau


(26)

3) Tingkat penilaian batang berat (nilai 3) apabila kondisi batang tidak sehat yang dicirikan : Terdapat kanker batang dan cabang yang dapat di lihat dengan adanya pembengkakakan pada batang dan cabang yang letaknya sporadik dan pada kulit dan cabang yang membengkak, mengelupas dan berwarna lebih gelap

4) Tingkat penilaian batang sedang (nilai 2) apabila kondisi batang tidak sehat yang dicirikan : terdapat serangan hama penyakit terhadap adanya lubang gerek pada batang dan cabang yang dengan mudah di lihat adanya kotoran serbuk kayu dan getah berwarna gelap yang keluar dari lubang gerek.

5) Tingkat penilaian batang ringan (nilai 1) apabila kondisi batang tidak sehat yang dicirikan : ada tidaknya serangan hama penyakit pada batang berupa lubang gerek dan kotoran serba getah yang keluar dari lubang gerek tersebut.

B. Kesehatan tajuk : mencakup penilaian apakah tajuk pohon hutan kota terjadi proses degenerasi (mati), atau apakah terjadi mati pucuk.

1) Tingkat penilaian tajuk sangat berat (nilai 4) apabila ½ (setengah) atau lebih dari tajuk pohon mati dicirikan tajuk secara merata, kering, meranggas (bukan pada saat meluruhkan daun atau musim kemarau).

2) Tingkat penilaian tajuk berat (nilai 3) apabila kurang ½ tajuk pohon mati atau terdapat mati pucuk (pucuk utama).

3) Tingkat penilaian tajuk sedang (nilai 2) apabila terdapat jalu atau beberapa pucuk cabang mati.


(27)

4) Tingkat penilaian ringan (nilai 1) apabila terdapat serangan penyakit daun yang dapat dilihat dengan adanya bercak warna kuning pada daun secara merata atau terdapat klorosis pada daun berupa daun berwarna hijau kekuning-kuningan.

II. Kriteria teknis

A. Ancaman terhadap rumah atau bangunan lainnya: mencakup penilaian pohon hutan kota rentan terhadap tumbang dan mengenai rumah atau bangunan lainnya.

1) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah sangat berat (nilai 4) apabila kondisi pohon dan pertajukan sangat rentan terhadap tumbang dan mengenai rumah dan bangunan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemiringan pohon mencapai ≤ 600 kearah rumah atau tajuk berat yang mengarah kerumah atau gejala pohon roboh (uprooted) dengan adanya tanah retak melingkar sekitar perakaran.

2) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah berat (nilai 3) dengan tingkat kemiringan 60-700 kearah rumah atau ada sebagian kecil tanah pada sistem perakaran retak.

3) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah sedang (nilai 2) dengan tingkat kemiringan 70-800 ke arah rumah atau ketebalan tajuk sedang ke arah rumah.

4) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah ringan (nilai 1) dengan tingkat kemiringan 80-900 ke arah rumah atau ketebalan tajuk sedang ke arah rumah.


(28)

B. Ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase mencakup penilaian apakah sistem perakaran lateral pohon hutan kota sudah menimbulkan kerusakan badan jalan, trotoar, parit atau saluran drainase atau fondasi bangunan.

1) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase sangat berat (nilai 4) apabila perakaran lateral telah merusak sarana tersebut yang dapat dilihat dengan adanya badan jalan yang retak, bergelombang, trotoar rusak, parit, jaringan drainase rusak dan fondasi rumah dan bangunan sekitarnya.

2) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase berat (nilai 3) apabila sistem perakaran lateral telah merusak trotoar dan parit.

3) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar, dan jaringan drainase sedang (nilai 2) apabila sistem perakaran lateral sebanyak 3-4 akar telah muncul di permukaan tanah.

4) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase ringan (nilai 1) apabila 1-2 akar lateral telah muncul di permukaan tanah.

C. Ancaman terhadap kabel lisrik dan telepon mencakup penilaian apakah pohon rentan menjadi tumbang dan mengenai jaringan listrik dan telepon.

1) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon sangat berat (nilai 4) apabila kemiringan pohon dan pertajukan sangat rentan terhadap tumbang dan mengenai jaringan tersebut.


(29)

Tingkat kemiringan pohon ≤ 600 ke arah jaringan, atau tajuk berat mengarah ke jaringan atau ada gejala pohon roboh.

2) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon berat (nilai 3) dengan tingkat kemiringan pohon 60-700 ke arah jaringan atau ketebalan tajuk cukup berat atau ada sebagian tanah pada sistem perakaran retak.

3) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon sedang (nilai 2) dengan tingkat kemiringan pohon 70-800 atau kelebatan tajuk sedang ke arah rumah.

4) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon ringan (nilai 1) dengan tingkat kemiringan pohon 80-900 atau kelebatan tajuk ringan ke arah rumah

Prosedur dan Analisa Penelitian:

a) Ditentukan lokasi penelitian

b) Diidentifikasi tingkat kualitas pohon yang terdapat di lokasi penelitian dengan kriteria nilai yang telah ditentukan.

c) Setiap faktor dari masing-masing kriteria dinilai oleh tiga orang yang berbeda.

d) Hasil pengidentifikasian dituliskan kedalam buku data yang sudah disediakan

e) Buku data untuk setiap individu pohon yang dinilai untuk kriteria kesehatan pohon untuk faktor batang (A1), tajuk (A2), kriteria teknis untuk faktor ancaman pada rumah (B1), ancaman pada trotoar dan jalan (B2), dan ancaman pada kabel listrik atau telepon (B3). Nilai dicantumkan pada


(30)

kolom 4,5,6,7 dengan kisaran nilai 1-4 sesusai dengan tingkat penilaian pohon yang diberikan.

f) Nilai kriteria untuk masing-masing faktor adalah:

Nilai kriteria A = Bobot A1 x Skor kriteria A x Nilai A1 Nilai kriteria B = Bobot B1 x Skor kriteria B x Nilai B1.

Nilai rata-rata A1, A2, B1, B2,B3 dilakukan dengan merata-ratakan nilai dari penilaian tiga orang penilai (buku data lapangan) yang kemudian nilainya dimasukkan pada buku data/ lampiran data tabel pada kolom 4,5,6,7,8

Dari tabel total kualiatas pohon kita dapat mengetahui bagaimana kulitas pohon di seluruh kawasan jalur hijau tersebut,dan contoh tabel total kualitas pohon ada dibawah ini.

Jumlah persentase

Sangat berat Berat Sedang ringan Kriteria

penilaian Faktor Nama jalan Jumlah

pohon

n % n % n % n % Sei wampu S.parman Dr.mansyur Iskandar muda Batang

Setia budi

Sei wampu S.parman Dr.mansyur Iskandar muda Kesehatan pohon tajuk

Setia budi

Sei wampu S.parman Dr.mansyur Iskandar muda Ancaman terhadap bangunan

Setia budi

Sei wampu S.parman Dr.mansyur Iskandar muda Ancaman terhadap jalan,drainase,dan trotoar

Setia budi

Sei wampu S.Parman Dr .mansyur Iskandar muda Teknis pohon Ancaman terhadap kabel listrik dan kabel

telepon


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Pohon

Nama Jalan N

o Nama Spesies Sei wampu S.parman Dr. mansyur Iskandar

Muda Setia budi Juml

ah

1 Mahoni 140 75 289 163 219 886

2 Angsana 36 20 - 25 134 215

3 Asam jawa - - 10 - - 10

4 Seri - - - - 7 7

Hasil Pengamatan di lapangan pada kawasan jalur hijau sepanjang jalan Sei wampu, S.Parman, Dr Mansyur, Iskandar Muda, dan Jalan Setia budi ada terdapat 4 jenis pohon. Yang mendominasi adalah Mahoni dengan total jumlah keseluruhan berjumlah 886 pohon dan Angsana berjumlah 215 pohon,disamping ada juga jenis pohon pohon Seri dengan jumlah total 7 pohon dan Asam jawa dengan jumlah 10 pohon yang jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya ada di beberapa areal jalan saja.

Kualitas Pohon

Sebuah pohon memiliki kualitas pohon dan arti penting menurut

international society of Arboculture (2003) bagi kehidupan manusia, yaitu: a. Pohon adalah organisme yang paling lama hidup dimuka bumi ini b. Pohon dapat menurunkan suhu udara sebanyak 200C pada musim panas c. Dua pohon yang sudah dewasa dapat menyediakan oksigen yang cukup

untuk empat keluarga. Satu pohon menghasilkan 117,934 kg setiap tahunnya


(32)

d. Pohon di area Metropolitan hanya dapat bertahan sampai umur 8 tahun e. Pohon yang mati pada usia 70 tahun dapat mengembalikan karbon ke

atmosfir sebanyak 3 ton

f. Satu hektar dapat membuang 2,6 ton karbondioksida setiap tahunnya

Kualitas Pohon di 5 kawasan jalur hijau tersebut dilihat dari 2 kriteria penilaian yaitu dari segi faktor kesehatan Pohon dan dari segi faktor teknis pohon. faktor kesehatan pohon ditinjau dari 2 bagian yaitu pada bagian batang dan bagian tajuk. Sedangkan Kriteria teknis Pohon dibagi kedalam 3 kriteria penilaian yaitu faktor ancaman terhadap rumah dan bangunan, ancaman terhadap badan jalan, trotoar dan aliran drainase, dan ancaman terhadap kabel listrik dan kabel telepon.

A.Kriteria kesehatan Pohon

Tabel 1. Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan Batang

Kriteria penilaian Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan batang Sangat

berat Berat Sedang Ringan Jumlah

No Nama jalan Spesies Nama

N % N % N % N % N %

Mahoni 7 5 14 10 21 15 98 70 140 100 1 Sei Wampu

Angsana 4 11,1 6 16,7 10 22,8 16 44,4 36 100

Mahoni 5 6,67 8 10,7 10 13,3 52 69,3 75 100 2 S. Parman

Angsana - - - - 7 35 13 65 20 100

Mahoni 9 3,1 20 6,9 45 15,6 215 74,3 289 100 3 Dr. Mansyur Asam

jawa - - - 10 100 10 100

Mahoni 8 4,9 3 1,84 20 12,2 130 79,7 163 100 4 Iskandar

Muda Angsana 3 12 - - 10 40 12 48 25 100

Mahoni 15 6,8 30 13,7 48 21,9 126 57,5 219 100 Angsana 10 7,5 28 20.8 47 35,1 49 36,6 134 100 5 Setia budi

Seri - - - 7 100 7 100

Ditinjau dari kesehatan batang, Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pohon Jenis mahoni dari ke lima kawasan jalur hijau tersebut yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah lebih banyak yaitu 621 pohon Sedangkan yang memiliki jumlah yang sedikit dengan jumlah 44 pohon terdapat pada mahoni yang mengalami kerusakan yang sangat berat. Untuk jenis Angsana pada kelima jalur


(33)

hijau tersebut yang mengalami kerusakan ringan juga memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 90 dan Angsana yang mengalami kerusakan sangat berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 17 pohon. Pada jenis pohon Asam jawa dan seri seluruhnya mengalami kerusakan yang sangat ringan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pohon pada lima kawasan jalur hijau diatas ditinjau dari kesehatan batang memiliki dikategorikan pada kualitas yang baik.

Menurut Tampubolon, dkk (2002),Pohon dikatakan memiliki kerusakan ringan pada kesehatan batang apabila batang yang tidak sehat dicirikan : ada tidaknya serangan hama penyakit pada batang berupa lubang gerek dan kotoran serba getah yang keluar dari lubang gerek itu. sedangkan kerusakan sangat berat pada kesehatan batang dapat disirikan : terdapat lubang pada batang atau batang gerowong. ini sesuai dengan panduan penilaian kriteria pohon

Tabel 2. Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan Tajuk

Kriteria penilaian Kualitas pohon ditinjau dari kesehatan tajuk Sangat

berat Berat Sedang Ringan Jumlah

No Nama jalan Nama Spesies

N % N % N % N % N %

Mahoni 4 2,3 8 4,5 30 11,3 108 81,8 140 100 1 Sei Wampu

Angsana - - - - 2 5,6 34 94,6 36 100

Mahoni 4 5,5 3 4 10 13,3 58 77,3 75 100

2 S. Parman

Angsana - - - - 5 25 15 75 20 100

Mahoni 3 1,03 8 2,77 22 6,92 256 88,6 289 100

3 Dr. Mansyur Asam

jawa - - - - - - 10 100 10 100

Mahoni 4 2,5 4 2,5 30 18,4 125 76,6 163 100 4 Iskandar

Muda Angsana 2 8 - - 5 20 18 72 25 100

Mahoni 13 5,9 18 8,2 30 13,7 158 72,1 219 100

Angsana 6 4,3 12 8,6 60 43,2 56 40,3 134 100 5 Setia budi

Seri 2 28,6 - - 3 42,3 2 28,6 7 100

Pada kesehatan bagian tajuk dapat kita lihat bahwa jumlah pohon Mahoni yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah yang lebih Banyak yaitu 705 pohon dan mahoni nyang mengalami kerusakan sangat berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 25 pohon itu dapat kita lihat dengan menghitung keseluruhan jumlah pohon jenis Mahoni di lima kawasan Jalur hijau tersebut.


(34)

Demikian juga Untuk jenis Angsana di lima kawasan jalur hijau itu yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 123 pohon dengan dan Angsana yang mengalami kerusakan sangat berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 8 pohon. Pada jenis pohon Asam jawa seluruhnya mengalami kerusakan yang sangat ringan,sedangkan pada pohon seri jumlahnya merata disetiap kelas penilaian

Menurut Tampubolon, dkk (2002), pohon dikatakan memiliki tingkat penilaian ringan pada kesehatan tajuk apabila terdapat serangan penyakit daun yang dapat dilihat dengan adanya bercak warna kuning pada daun secara merata atau terdapat klorosis pada daun berupa daun berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan penilaian sangat berat pada kesehatan tajuk dicirikan bila Tingkat penilaian tajuk sangat berat (nilai 4) apabila ½ (setengah) atau lebih dari tajuk pohon mati dicirikan tajuk secara merata, kering, meranggas (bukan pada saat meluruhkan daun atau musim kemarau).

Dengan kita meihat persentase kerusakan ringan pada kesehatan batang dan kesehatan tajuk yang memiliki jumlah yang sangat tinggi maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pohon pada lima kawasan jalur hijau diatas ditinjau dari kesehatan batang dan kesehatan tajuk memiliki kualitas yang baik.

B. Kriteria Teknis Pohon

Kriteria teknis Pohon dibagi kedalam 3 kriteria penilaian yaitu faktor ancaman terhadap rumah dan bangunan, ancaman terhadap badan jalan, trotoar dan aliran drainase, dan ancaman terhadap kabel listrik dan kabel telepon.

Tabel 3. Kualitas pohon ditinjau dari Ancaman terhadap bangunan Ancaman terhadap bangunan No Nama jalan Nama

Spesies Sangat


(35)

N % N % N % N % N % Mahoni 8 5,7 8 5,7 12 8,6 112 80 140 100 1 Sei Wampu

Angsana 8 22,2 4 11,1 10 27,8 14 38,9 36 100

Mahoni 25 33,3 15 20 20 26,7 15 20 75 100

2 S. Parman

Angsana 8 40 5 25 4 20 3 15 20 100

Mahoni 40 23,5 36 21,2 14 8,2 80 47,1 170 100

3 Dr. Mansyur Asam

jawa - - - - - - 10 100 10 100

Mahoni 15 9,2 20 12,3 70 42,3 58 35,6 163 100

4 Iskandar

Muda Angsana - - 5 20 18 72 2 10 25 100

Mahoni 30 13,7 28 12,8 47 21,5 114 52,1 219 100

Angsana 12 8,9 6 4,5 35 26,1 81 60,1 134 100

5 Setia budi

Seri - - - 7 100 7 100

Pada bagian pohon yang mengancam bangunan sekitarnya dapat kita lihat bahwa jumlah pohon Mahoni yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 379 pohon dari total 886 pohon dan mahoni nyang mengalami kerusakan berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 107 pohon . Untuk jenis Angsana yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 100 pohon dari total keseluruhan 215 pohon dan Angsana yang mengalami kerusakan berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 20 pohon. Pada jenis pohon Asam jawa dan Seri seluruhnya berada pada kelas penilaian yang mengalami kerusakan ringan.

Menurut Panduan Manual Kehutanan (1992) dan kriteria penilaian menurut Tampubolon, dkk (2002) pohon yang memiliki kerusakan sangat berat mengancam bangunan disekitarnya dapat dicirikan apabila kondisi pohon dan pertajukan sangat rentan terhadap tumbang dan mengenai rumah dan bangunan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemiringan pohon mencapai ≤ 600 kearah rumah atau tajuk berat yang mengarah kerumah atau gejala pohon roboh (uprooted) dengan adanya tanah retak melingkar sekitar perakaran. Sedangkan kondisi pohon yang memiliki kerusakan ringan mengancam bangunan yang ada disekitar pohon dapat dicirikan dengan melihat posisi pohon dengan tingkat


(36)

kemiringan 80-900 ke arah rumah atau ketebalan tajuk sedang ke arah rumah sehingga dapat dikatakan tidak terlalu mengancam bangunan disekitar.

Tabel 4. Kualitas pohon ditinjau dari Ancaman terhadap jalan,drainase,dan trotoar Ancaman terhadap jalan, drainase, dan trotoar

Sangat

berat Berat Sedang Ringan Jumlah

No Nama jalan Nama Spesies

N % N % N % N % N %

Mahoni 25 17,9 75 53,5 15 10,07 25 17,9 140 100 1 Sei Wampu

Angsana - - 6 16,7 5 13,9 25 69,4 36 100

Mahoni 40 53,3 13 17,3 12 16 10 13,4 75 100

2 S. Parman

Angsana 2 10 - - 14 70 4 20 20 100

Mahoni 70 41,2 36 21,2 50 29,5 14 9,2 170 100

3 Dr. Mansyur Asam

jawa - - - - - - 10 100 10 100

Mahoni 75 46 40 24,5 25 15,3 23 14,1 163 100

4 Iskandar

Muda Angsana 3 12 8 32 8 32 6 24 25 100

Mahoni 48 21,9 35 15,9 15 6,9 121 55,3 219 100

Angsana 8 6 15 11,1 20 14,9 91 67,9 134 100

5 Setia budi

Seri - - - 7 100 7 100

Pada bagian pohon Mahoni yang mengancam jalan,drainase,dan trotoar dapat kita lihat bahwa jumlah pohon Mahoni yang mengalami kerusakan sangat berat memiliki jumlah yang lebih Banyak yaitu 258 pohon dari total 886 pohon dengan dan mahoni nyang mengalami kerusakan sedang memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 117 pohon. Untuk jenis Angsana yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 126 pohon dari total keseluruhan 215 pohon dan Angsana yang mengalami kerusakan sangat berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 13 pohon. Pada jenis pohon Asam jawa dan Seri seluruhnya berada pada kelas penilaian yang mengalami kerusakan ringan.

Menurut Panduan Manual Kehutanan (1992) dan kriteria penilaian menurut Tampubolon, dkk (2002) pohon yang memiliki kerusakan sangat berat mengancam jalan,trotoar dan jaringan drainase dapat dicirikan apabila perakaran lateral pohon tersebut telah merusak sarana tersebut yang dapat dilihat dengan adanya badan jalan yang retak, bergelombang, trotoar rusak, parit, jaringan


(37)

drainase rusak dan fondasi rumah dan bangunan sekitarnya. Sedangkan pohon yang memiliki kerusakan ringan mengancam badan jalan,trotoar dan jaringan drinase dicirikan apabila 1-2 akar lateral pohon telah muncul di permukaan tanah. Tabel 5. Kualitas pohon ditinjau dari Ancaman terhadap kabel listrik dan kabel telepon

Ancaman terhadap kabel listrik dan kabel telepon Sangat

berat Berat Sedang Ringan Jumlah

No Nama jalan Nama Spesies

N % N % N % N % N %

Mahoni 80 57,1 18 12,9 30 21,5 12 8,7 140 100 1 Sei Wampu

Angsana 15 41,7 14 38,8 4 11,1 3 8,3 36 100

Mahoni 45 60 15 20 13 17,3 2 2,7 75 100

2 S. Parman

Angsana - - - - 5 25 15 75 20 100

Mahoni 115 67,6 30 17,6 15 8,8 10 5,8 170 100

3 Dr. Mansyur Asam

jawa - - - - - - 10 100 10 100

Mahoni 80 49 35 21,4 25 15,3 23 14,1 163 100

4 Iskandar

Muda Angsana 10 40 9 36 6 24 - - 25 100

Mahoni 78 35,6 23 10,1 30 13,7 88 40,1 219 100

Angsana 27 20,1 19 14,1 32 23,9 56 41,8 134 100 5 Setia budi

Seri - - - - - - 7 100 7 100

Pada bagian pohon Mahoni yang mengancam kabel listrik dan kabel telepon dapat kita lihat bahwa jumlah pohon Mahoni yang mengalami kerusakan sangat berat memiliki jumlah yang lebih Banyak yaitu 398 pohon dari total 886 pohon dan mahoni nyang mengalami kerusakan sedang memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 113 pohon. Untuk jenis Angsana jarak jumlah pohon dalam tiap kelas penilaian tidak terlalu jauh dimana Angsana yang mengalami kerusakan ringan memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 74 pohon dari total keseluruhan 215 pohon dan Angsana yang mengalami kerusakan berat memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 42 pohon.

Pada jenis pohon Asam jawa dan Seri seluruhnya berada pada kelas penilaian yang mengalami kerusakan ringan. Dari data diatas jika Jenis Mahoni memiliki kualitas yang sangat buruk dengan persentase tertinggi pada kelas


(38)

penilaian Ancaman terhadapa kabel listrik dan kabel telepon yang sangat berat. Pada jenis Angsana Relatif seimbang dengan persentase yang cukup merata sehingga jenis Angsana pada kriteria penilaian Ancaman terhadap kabel listrik dan kabel telepon cukup baik.

Menurut Panduan Manual Kehutanan (1992) dan kriteria penilaian menurut Tampubolon, dkk (2002) pohon yang memiliki kerusakan sangat berat mengancam kabel listrik dan kabel telepon yang ada disekitar pohon tersebut dapat dicirikan apabila kemiringan pohon dan pertajukan sangat rentan terhadap tumbang dan mengenai jaringan tersebut. Tingkat kemiringan pohon ≤ 600 ke arah jaringan, atau tajuk berat mengarah ke jaringan atau ada gejala pohon roboh. Sedangkan Pohon yang memiliki kerusakan sedang yang mengancam kabel listrik dan kabel telepon disekitar pohon dapat dicirikan dengan tingkat kemiringan pohon 70-800 atau kelebatan tajuk sedang ke arah rumah sehingga dari data tabel diatas maka dapat disimpulkan jika pepohonan di di lima kawasan jalur hijau tersebut sangat mengancam kabel listrik dan kabel telepon.

Kondisi pepohonan di lima kawasan jalur hijau tersebutt belum dapat dikategorikan sebagai pohon peneduh jalan karena kondisi pohon dari segi teknis sangat mengancam lingkungan sekitarnya karena Menururt Ismayadi (2007) persyaratan untuk pohon peneduh jalan sebagai berikut : Mudah tumbuh pada tanah yang padat, tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, pohon tahan terhadap hembusan angin yang kuat, pohon tidak mudah tumbang serasah yang dihasilkan sedikit, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, cukup teduh tetapi tidak gelap; daun, bunga, buah, batang dan


(39)

percabangannya seacara keseluruhan indah, tidak saling berhimpitan, serta tidak membahayakan.

.

C.Total keseluruhan Kualitas Pohon

Tabel 5. Total keseluruhan Kualitas pohon

Jumlah persentase

Sangat berat Berat Sedang Ringan Kriteria

penilaian Faktor Nama jalan Jumlah

pohon

n % n % N % n % Sei wampu 176 11 6,25 20 11,36 31 17,61 144 64,77

S.parman 95 5 5,26 8 8,42 17 17,89 65 68,42 Dr.mansyur 299 9 3,01 20 6,68 45 15,05 225 75,25

Iskandar

muda 188 11 5,85 3 1,59 30 15,95 142 75,53 Batang

Setia budi 360 25 7,22 58 16,11 95 26,38 182 50,55 Sei wampu 176 4 2,27 8 4,54 22 12,5 142 80,68

S.parman 95 4 4,21 3 3,16 15 15,78 73 76,84 Dr.mansyur 299 3 4,21 8 2,67 22 7,35 266 88,96

Iskandar

muda 188 6 1 4 2,12 35 18,61 143 76,06 Kesehatan

pohon

tajuk

Setia budi 360 21 5,83 30 8,33 93 8,33 216 60 Sei wampu 176 16 9,09 12 6,81 22 12,5 126 71,59

S.parman 95 33 34,73 20 21,05 24 25,56 18 18,94 Dr.mansyur 299 40 22,47 36 20,22 14 7,86 88 49,4

Iskandar

muda 188 15 7,97 25 13,29 88 46,8 60 31,91 Ancaman

terhadap bangunan

Setia budi 360 42 11,6 34 11,66 82 22,78 202 56,11 Sei wampu 176 25 14,2 81 46,02 20 11,36 50 28,4

S.parman 95 42 44,21 13 13,68 26 27,36 14 14,73 Dr.mansyur 299 70 39,32 36 20,22 50 28,08 22 12,35

Iskandar

muda 188 78 41,48 48 25.53 33 17,55 29 15,42 Ancaman

terhadap jalan,drainase,dan

trotoar

Setia budi 360 56 15,55 50 13,88 35 9,73 219 60,83 Sei wampu 176 95 53,97 32 18,18 32 19,31 15 8,52

S.Parman 95 45 47,36 15 15,78 15 18,94 17 17,89 Dr

.mansyur 299 115 64,6 30 16,85 30 8,42 18 10,11 Iskandar

muda 188 90 47,87 44 23,4 44 16,48 23 12,23 Teknis

pohon

Ancaman terhadap kabel listrik dan kabel

telepon

Setia budi 360 112 31,11 42 11,67 42 17,22 144 40

Untuk total keseluruhan kualitas pohon dari semua jenis pohon yang ada di lima kawasan jalur hijau tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Kriteria kesehatan pohon pada batang di lima kawasan jalur hijau ini persentase tertinggi terletak pada bagian kerusakan ringan begitu juga pada kesehatan tajuk pohon,ini menandakan bahwa kualitas pohon di lima kawasan ini dilihat dari kesehatan batang dan tajuk memiliki kualitas yang baik. Sedangkan dari kriteria penilaian teknis pohon, kondisi pohon sangat mengancam kondisi lingkungan disekitar


(40)

pohon, itu dapat kita lihat dari persentase kerusakan sangat berat memiliki tingakat yang sangat tinggi dibandingkan kelas penilaian berat, sedang dan ringan. Dengan demikian dari perbandingan persentase diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa ke 5 kawasan jalur hijau di ats (Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei wampu, Jalan S.Parman, Jalan Iskandar Muda) ditinjau dari kualitas kesehatan pohon memiliki kualitas yang sangat baik tetapi bila ditinjau dari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah disekitarnya memiliki kualitas yang sangat buruk.

Menurut cabang dinas kehutanan (1992) Persyaratan pohon pelindung yang memiliki kualitas yang baik yaitu berbatang besar, tinggi, dan menarik. Pohon pelindung berfungsi sebagai penyerap polusi, percabangan kuat, daunnya tidak mudah gugur dan tidak menimbulkan alergi. Diupayakan agar pohon tidak merusak lingkungan atau berbahaya, mudah dalam perawatan dan tidak berpenampilan seperti perdu semak. Sehingga dari uaraian diatas diharapkan adanya pembenahan dari dinas tata kota dan pemerintah kota medan terhadap pepohonan di lima kawasan jalur hijau tersebut dengan melakukan langkah yang serius dalam menanggulangi dan meningkatkan kualitas pohon dari segi teknis lingkungannya.

Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan Ruang Terbuka Hijau yang cukup yaitu: untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan, untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang


(41)

Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan kepadatan bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20% terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007).

Menurut Fandeli (2004) penanaman pohon untuk kawasan jalur hijau harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

6. Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak menggangu pondasi

7. Kecepatan tumbuhnya bervariasi 8. Dominan jenis tanaman tahunan

9. Berupa tanaman lokal, dan tanaman budidaya

10.Jarak tanam setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan

Tetapi kondisi yang dijumpai dilapangan malah berbanding terbalik dengan yang di sampaikan Fandelli, banyak pepohonan dikawasan jalur hijau tersebut yang mengganggu pondasi trotoar karena akar pohon menembus badan trotoar, disamping itu jarak tanaman juga tidak efektif karena kita melihat tajuk antar pepohonan sangat mengganggu keberadaan kabel listrik dan kabel telepon serta menimpa jalan, sehingga pepohonan di lima kawasan jalur hijau kota medan ini penanamannya kurang efektif dan tidak mengindahkan nilai estetika lingkungan.


(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Jenis vegetasi pohon pada kelima kawasan jalur hijau (Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda) didominasi oleh jenis Mahoni dan Angsana serta ada beberapa jenis lainnya yang jumlahnya tidak begitu banyak yaitu jenis Asam jawa dan Seri. 2) Ditinjau dari kualitas kesehatan pohon vegetasi pepohonan di kawasan jalur

hijau kota medan ( DR.Mansyur, Setia Budi, Sei Wampu,S.Parman,dan Jalan Iskandar Muda) memiliki kualitas yang sangat baik, sedangkan ditinjau dari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah disekitarnya memiliki kualitas yang sangat buruk.

Saran

Perlunya perhatian pemerintah kota dan dinas tatakota dalam perawatan dan pemeliharaan pohon-pohon yang terserang penyakit dan pohon-pohon yang memiliki tingkat ancaman yang tinggi terhadap lingkungan sekitar kawasan jalur hijau dan sebaiknya batang pohon dikawasan jalur hijau tidak digunakan untuk penempelan spanduk, papan reklame dan asesoris iklan lainnya karna dapat merusak bagian batang pohon tersebut yang nantinya bisa mengakibatkan hama akan menyerang pohon tersebut sehingga kualitas kesehatan pohon tersebut semakin menurun


(43)

 

DAFTAR PUSTAKA

Cabang Dinas Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Dahlan, E.N. 2002. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

.

http://www2.bonet.co.id/dephut/hkota.html. Jakarta. 15 Oktober 2010

Eckbo, G. 1986. The Art of home Landscaping. NewYork: McGraw-Hill Book Company.

Fakuara, Y, et al. 1987. Konsepsi Pembangunan Hutan Kota. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Fandeli, C. 2004. Perhutanan Kota. Penerbit Universitas GadjahMada. Yogyakarta.

Gusmailina, 2009. Vegetasi Pohon: Langkah Peningkatan Potensial Penyimpanan Karbon. www.indonesia.com/intisari/html5 November 2010.

International Society of Arboriculture, 2003. Fun Fact About Trees.

www.treesaregood.com/treecare.html. 15 Oktober 2010

Irwan, Z.D.1994. Peranan Bentuk dan Stuktur Hutan kota terhadap Kualitas Lingkungan Kota. Disertasi, Pasca sarjana. IPB Press. Bogor.

Irwan, Z.D. 2007. Fungsi Taman Hutan Kota. science.

http/researchegines.com/html. 5 November 2010

Ismayadi, 2007. Pembangunan dan pengelolaan Hutan Kota.

www.dephut.go.id/files/ismayadipdf. 15 Oktober 2010

Jauhari, A. 2008. Hutan Kota tingkatan Kualitas Lingkungan. Jakarta

www.ciqhal.com/node/31 pdf 15 Oktober 2010

Mattulada, A. 1994. Lingkungan Hidup Manusia. Pustaka Sinar Harapan Jakarta. Nazaruddin.1994. Penghijauan Kota. Penebar Sawadaya, Jakarta.

Nova, R.1989. Kemungkinan Pengembangan Hutan Kota Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen. Bogor:Fahutan IPB


(44)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.

Samsoedin, I. dan E. Subardiono. 2006. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah Utama Pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.

Setiawan, A. I. 1994. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta

Setiawan, A. I. 2000. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Cetakan ke- 4. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soedjono dan ing. Wijono. 1990. Tata Taman Halaman Rumah. Penerbit Angkasa. Bandung.

Soemarwoto. 2004. Ekologi dalam pembangunan Berwawasan Lingkungan. Gramedia Pustaka Uatama. Jakarta.

Zoer’aini, J. I 2007. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta


(1)

percabangannya seacara keseluruhan indah, tidak saling berhimpitan, serta tidak membahayakan.

.

C.Total keseluruhan Kualitas Pohon

Tabel 5. Total keseluruhan Kualitas pohon

Jumlah persentase

Sangat berat Berat Sedang Ringan Kriteria

penilaian Faktor Nama jalan Jumlah

pohon

n % n % N % n % Sei wampu 176 11 6,25 20 11,36 31 17,61 144 64,77

S.parman 95 5 5,26 8 8,42 17 17,89 65 68,42 Dr.mansyur 299 9 3,01 20 6,68 45 15,05 225 75,25

Iskandar

muda 188 11 5,85 3 1,59 30 15,95 142 75,53 Batang

Setia budi 360 25 7,22 58 16,11 95 26,38 182 50,55 Sei wampu 176 4 2,27 8 4,54 22 12,5 142 80,68

S.parman 95 4 4,21 3 3,16 15 15,78 73 76,84 Dr.mansyur 299 3 4,21 8 2,67 22 7,35 266 88,96

Iskandar

muda 188 6 1 4 2,12 35 18,61 143 76,06 Kesehatan

pohon

tajuk

Setia budi 360 21 5,83 30 8,33 93 8,33 216 60 Sei wampu 176 16 9,09 12 6,81 22 12,5 126 71,59

S.parman 95 33 34,73 20 21,05 24 25,56 18 18,94 Dr.mansyur 299 40 22,47 36 20,22 14 7,86 88 49,4

Iskandar

muda 188 15 7,97 25 13,29 88 46,8 60 31,91 Ancaman

terhadap bangunan

Setia budi 360 42 11,6 34 11,66 82 22,78 202 56,11 Sei wampu 176 25 14,2 81 46,02 20 11,36 50 28,4

S.parman 95 42 44,21 13 13,68 26 27,36 14 14,73 Dr.mansyur 299 70 39,32 36 20,22 50 28,08 22 12,35

Iskandar

muda 188 78 41,48 48 25.53 33 17,55 29 15,42 Ancaman

terhadap jalan,drainase,dan

trotoar

Setia budi 360 56 15,55 50 13,88 35 9,73 219 60,83 Sei wampu 176 95 53,97 32 18,18 32 19,31 15 8,52

S.Parman 95 45 47,36 15 15,78 15 18,94 17 17,89 Dr

.mansyur 299 115 64,6 30 16,85 30 8,42 18 10,11 Iskandar

muda 188 90 47,87 44 23,4 44 16,48 23 12,23 Teknis

pohon

Ancaman terhadap kabel listrik dan kabel

telepon

Setia budi 360 112 31,11 42 11,67 42 17,22 144 40

Untuk total keseluruhan kualitas pohon dari semua jenis pohon yang ada di lima kawasan jalur hijau tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Kriteria kesehatan pohon pada batang di lima kawasan jalur hijau ini persentase tertinggi terletak pada bagian kerusakan ringan begitu juga pada kesehatan tajuk pohon,ini menandakan bahwa kualitas pohon di lima kawasan ini dilihat dari kesehatan batang dan tajuk memiliki kualitas yang baik. Sedangkan dari kriteria penilaian teknis pohon, kondisi pohon sangat mengancam kondisi lingkungan disekitar


(2)

pohon, itu dapat kita lihat dari persentase kerusakan sangat berat memiliki tingakat yang sangat tinggi dibandingkan kelas penilaian berat, sedang dan ringan. Dengan demikian dari perbandingan persentase diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa ke 5 kawasan jalur hijau di ats (Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei wampu, Jalan S.Parman, Jalan Iskandar Muda) ditinjau dari kualitas kesehatan pohon memiliki kualitas yang sangat baik tetapi bila ditinjau dari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah disekitarnya memiliki kualitas yang sangat buruk.

Menurut cabang dinas kehutanan (1992) Persyaratan pohon pelindung yang memiliki kualitas yang baik yaitu berbatang besar, tinggi, dan menarik. Pohon pelindung berfungsi sebagai penyerap polusi, percabangan kuat, daunnya tidak mudah gugur dan tidak menimbulkan alergi. Diupayakan agar pohon tidak merusak lingkungan atau berbahaya, mudah dalam perawatan dan tidak berpenampilan seperti perdu semak. Sehingga dari uaraian diatas diharapkan adanya pembenahan dari dinas tata kota dan pemerintah kota medan terhadap pepohonan di lima kawasan jalur hijau tersebut dengan melakukan langkah yang serius dalam menanggulangi dan meningkatkan kualitas pohon dari segi teknis lingkungannya.

Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan Ruang Terbuka Hijau yang cukup yaitu: untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan, untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang


(3)

Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan kepadatan bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20% terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007).

Menurut Fandeli (2004) penanaman pohon untuk kawasan jalur hijau harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

6. Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak menggangu pondasi

7. Kecepatan tumbuhnya bervariasi 8. Dominan jenis tanaman tahunan

9. Berupa tanaman lokal, dan tanaman budidaya

10. Jarak tanam setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan

Tetapi kondisi yang dijumpai dilapangan malah berbanding terbalik dengan yang di sampaikan Fandelli, banyak pepohonan dikawasan jalur hijau tersebut yang mengganggu pondasi trotoar karena akar pohon menembus badan trotoar, disamping itu jarak tanaman juga tidak efektif karena kita melihat tajuk antar pepohonan sangat mengganggu keberadaan kabel listrik dan kabel telepon serta menimpa jalan, sehingga pepohonan di lima kawasan jalur hijau kota medan ini penanamannya kurang efektif dan tidak mengindahkan nilai estetika lingkungan.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Jenis vegetasi pohon pada kelima kawasan jalur hijau (Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia budi, Jalan Sei Wampu, Jalan S.Parman, dan Jalan Iskandar Muda) didominasi oleh jenis Mahoni dan Angsana serta ada beberapa jenis lainnya yang jumlahnya tidak begitu banyak yaitu jenis Asam jawa dan Seri. 2) Ditinjau dari kualitas kesehatan pohon vegetasi pepohonan di kawasan jalur

hijau kota medan ( DR.Mansyur, Setia Budi, Sei Wampu,S.Parman,dan Jalan Iskandar Muda) memiliki kualitas yang sangat baik, sedangkan ditinjau dari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah disekitarnya memiliki kualitas yang sangat buruk.

Saran

Perlunya perhatian pemerintah kota dan dinas tatakota dalam perawatan dan pemeliharaan pohon-pohon yang terserang penyakit dan pohon-pohon yang memiliki tingkat ancaman yang tinggi terhadap lingkungan sekitar kawasan jalur hijau dan sebaiknya batang pohon dikawasan jalur hijau tidak digunakan untuk penempelan spanduk, papan reklame dan asesoris iklan lainnya karna dapat merusak bagian batang pohon tersebut yang nantinya bisa mengakibatkan hama akan menyerang pohon tersebut sehingga kualitas kesehatan pohon tersebut semakin menurun


(5)

 

DAFTAR PUSTAKA

Cabang Dinas Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Dahlan, E.N. 2002. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

.

http://www2.bonet.co.id/dephut/hkota.html. Jakarta. 15 Oktober 2010

Eckbo, G. 1986. The Art of home Landscaping. NewYork: McGraw-Hill Book Company.

Fakuara, Y, et al. 1987. Konsepsi Pembangunan Hutan Kota. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Fandeli, C. 2004. Perhutanan Kota. Penerbit Universitas GadjahMada. Yogyakarta.

Gusmailina, 2009. Vegetasi Pohon: Langkah Peningkatan Potensial Penyimpanan Karbon. www.indonesia.com/intisari/html 5 November 2010.

International Society of Arboriculture, 2003. Fun Fact About Trees. www.treesaregood.com/treecare.html. 15 Oktober 2010

Irwan, Z.D.1994. Peranan Bentuk dan Stuktur Hutan kota terhadap Kualitas Lingkungan Kota. Disertasi, Pasca sarjana. IPB Press. Bogor.

Irwan, Z.D. 2007. Fungsi Taman Hutan Kota. science. http/researchegines.com/html. 5 November 2010

Ismayadi, 2007. Pembangunan dan pengelolaan Hutan Kota. www.dephut.go.id/files/ismayadi pdf. 15 Oktober 2010

Jauhari, A. 2008. Hutan Kota tingkatan Kualitas Lingkungan. Jakarta www.ciqhal.com/node/31 pdf 15 Oktober 2010

Mattulada, A. 1994. Lingkungan Hidup Manusia. Pustaka Sinar Harapan Jakarta. Nazaruddin.1994. Penghijauan Kota. Penebar Sawadaya, Jakarta.

Nova, R.1989. Kemungkinan Pengembangan Hutan Kota Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen. Bogor:Fahutan IPB


(6)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.

Samsoedin, I. dan E. Subardiono. 2006. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah Utama Pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.

Setiawan, A. I. 1994. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta

Setiawan, A. I. 2000. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Cetakan ke- 4. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soedjono dan ing. Wijono. 1990. Tata Taman Halaman Rumah. Penerbit Angkasa. Bandung.

Soemarwoto. 2004. Ekologi dalam pembangunan Berwawasan Lingkungan. Gramedia Pustaka Uatama. Jakarta.

Zoer’aini, J. I 2007. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta