Application of LED (Light Emitting Diode) Lamp in Stationary Lift Net Operation
APLIKASI LAMPU LED (LIGHT EMITTING DIODE) PADA
PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP
IMANUEL MUSA THENU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aplikasi Lampu LED
(Light Emmiting Diode) pada Pengoperasian Bagan Tancap adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Imanuel Musa Thenu
C451100011
RINGKASAN
IMANUEL MUSA THENU. Aplikasi Lampu LED (Light Emitting Diode)
pada Pengoperasian Bagan Tancap. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan
SULAEMAN MARTHASUGANDA.
Keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan bagan tancap sangat
tergantung pada cahaya lampu. Fungsi cahaya di sini adalah sebagai pemikat ikan
untuk datang. Pemasangan sumber cahaya di atas jaring akan menyebabkan ikanikan yang bersifat fototaksis positif -- yang tertarik pada cahaya dan menjadi
tujuan penangkapan bagan -- akan berkumpul di bawah bagan. Jaring yang telah
ditenggelamkan akan dengan mudah menangkap gerombolan ikan yang
berkumpul di atasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendapatkan
konstruksi lampu yang paling efektif untuk menangkap ikan dengan bagan tancap;
(2) Menentukan komposisi hasil tangkapan bagan tancap yang menggunakan
lampu LED yang digantung, dicelupkan ke dalam air dan lampu fluorescent; dan
(3) Menentukan waktu penangkapan yang paling efektif dalam pengoperasian
bagan tancap.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan. Penelitian
diawali dengan perancangan dan pengukuran lampu hemat energi, selanjutnya
dilakukan ujicoba penangkapan ikan dengan bantuan lampu yang telah dibuat.
Data hasil tangkapan pada masing-masing perlakuan dianalisis secara deskriptif
komparatif untuk membandingkan kemampuan tangkap dan efisiensi lampu hasil
rancangan dengan lampu fluorescent. Selanjutnya untuk melihat pengaruh
penggunaan lampu celup, lampu gantung, dan lampu fluorescent pada waktu
yang berbeda terhadap hasil tangkapan dilakukan analisis statistik Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Sebelum dilakukan uji RAL, data tersebut diuji
kenormalannya menggunakan analisis Klomogrov-smirnov. Jika data menyebar
normal, maka akan dilakukan uji statistik parametrik Rancangan Acak Lengkap
(RAL), namun jika tidak, akan diuji statistik non parametrik Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, konstruksi lampu celup LED
menghasilkan tangkapan seberat 287,6 kg, atau lebih tinggi dibandingkan dengan
konstruksi lampu fluorescent 238,3 kg dan lampu gantung LED 209,5 kg. Lampu
celup LED menghasilkan 11 jenis organisma tangkapan yang terdiri atas 212 kg
HTU dan 74,8 kg HTS, lampu gantung LED 10 jenis organisma (148,9 kg dan
60,0 HTS) dan lampu fluorescent 6 jenis organisma (227,5 kg HTU dan 10,8 kg
HTS). Waktu efektif pengoperasian bagan tancap dengan ketiga lampu adalah
antara pukul 18.00-21.00 yang menghasilkan (289,5 kg), sedangkan 21.00-24.00
WIB (166,8 kg), 03.00-06.00 WIB (146,3 kg) dan 00.00-03.00 WIB (134,4 kg).
Kata kunci : Light emitting diode, lampu celup LED, lampu gantung LED bagan
tancap, lampu fluorescent dan Sangrawayang
SUMMARY
IMANUEL MUSA THENU. Application of LED (Light Emitting Diode)
Lamp in Stationary Lift Net Operation . Supervised by GONDO PUSPITO
and SULAEMAN MARTASUGANDA.
The success of fishing operations with lift net is highly dependent on light
lamp. Light function here is as a decoy fish to come. Installation of the light
source on the net will cause the fish that are positive fototaksis -- who is interested
in catching the light and into the goal chart-- will at the bottom of the net. Net
which has sunk will easily catch schooling of fish that congregate on it. The
purpose of this study is (1) Getting the most effective construction lights to catch
fishing with at stationary lift net; (2) Determine composition of catches stationary
lift net that uses LED lights that hanging, dipped in water and fluorescent lamp;
and (3) Determine the most effective time of the catch in the operation on
stationary lift net.
The method used is experimental fishing. The study begins with the
design and measure of energy saving lamps, the next trial fishing conducted with
the help of lights that have been made. Catch data for each treatment were
analyzed descriptive comparative to compare is capability catch and efficiency of
the lamp that designed and fluorescent lamp by the fishermen. Furthermore, to see
the effect of the use of submersible lamps, hanging lamps, and fluorescent lamp
(fisherman) at different times of the statistical analysis of the catch completely
randomized design (RAL). Before the RAL test, the data was tested using
normality test by analysis Klomogrov Smirnov. If the normal spread of data, then
the parametric statistical tests will be done completely randomized design (RAL),
but if not, will be tested non-parametric statistical Kruskal-Wallis.
These results indicate that construction submersible LED lights produce a
catch weight of 287.6 kg or higher than the fluorescent lamp construction 238.3
kg and 209.5 kg LED chandelier. Submersible LED lights produces 11 types of
organisms catches consisting of HTU 212 kg and HTS 74.8 kg, LED hanging
lamp 10 types of organisms (148.9 kg and 60.0 HTS) and fluorescent lamp result
6 tipe organisms (227.5 kg HTU and 10.8 kg HTS). Time to step on the effective
operation of the third lamp of stationary lift net is between the hours of 18:00 to
21:00 that produce (289.5 kg), while 21.00-24.00 hrs (166.8 kg), 3:00 to 6:00 pm
(146.3 kg) and 00:00 to 3:00 pm (134.4 kg).
Key words: Light emitting diode, LED submersible lamps, LED hanging lamps,
and fluorescent lamp and Sangrawayang
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
tanpa izin IPB.
APLIKASI LAMPU LED (LIGHT EMITTING DIODE) PADA
PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP
IMANUEL MUSA THENU
Tesis
Sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Diniah, MSi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis
: Aplikasi Lampu LED (Light Emitting Diode) pada
Pengoperasian Bagan Tancap
Nama
: Imanuel Musa Thenu
Nomor Pokok
: C451100011
Program Studi
: Teknologi Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Gondo Puspito, MSc
Ketua
Dr Sulaeman Martasuganda, MSc
Anggota
Diketahui oleh,
Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Tangkap
Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc
Tanggal Ujian : 18 Desember 2013
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr Ir Dahrul Syah, Msc Agr
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala anugerah, kekuatan dan karunia-Nya yang diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.
Penelitian yang berjudul “Aplikasi Lampu LED (Light Emitting Diode)
pada Pengoperasian Bagan Tancap” ini merupakan salah satu syarat untuk
meraih gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dr. Ir. Gondo Puspito, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan
Dr. Sulaeman Martasuganda, MSc, selaku anggota pembimbing yang telah
mengajarkan banyak hal kepada penulis. Penyusunan tesis ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
dan beasiswa bagi penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor;
2. Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual yang telah memberikan izin
kepada Penulis untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB;
3. Ketua Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap yang telah memberikan
arahan, masukan dan motivasi selama penulis menempuh studi di Program
Studi Teknologi Perikanan Tangkap;
4. Papa, mama dan adikku Livan dan William atas doa, semangat dan motivasi
yang selalu diberikan selama ini;
5. Elizabeth J. Tapotubun, S.Pi, M.Si dan Yeshua Nouch Huan Thenu, atas
motivasi yang diberikan selama ini;
6. Keluarga besar Thenu dan Tapotubun di Ambon dan Tual atas doa dan
semangat yang diberikan kepada penulis;
7. Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap yang
telah memberikan ilmu maupun pengalaman-pengalaman berharga bagi
penulis selama menempuh ilmu di IPB;
8. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium TPI atas semangat dan
kebersamaan yang terjalin erat selama ini khususnya, Pak Ismawan Tallo,
Didin Komarudin, David Julian, Misbah Sururi, Supriono Ahmad, Edy
Miswar, Mose Rahangningmas dan Muth Mainnah Yusuf;
9. Smile Crew “ Lady Tetelepta, Boy Toisuta, Styla Johanes, Meiske Manery,
Frejon Rieuwpassa, Aprillia Tomasoa; terima kasih untuk doa dan
kebersamaan kita selama ini; dan Persekutuan Mahasiswa Maluku
(PERMAMA); terima kasih untuk semua doa, nasihat dan kebersamaan
yang terjalin selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis
ini. Kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini sangat
diharapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2014
Imanuel Musa Thenu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR ISTILAH
xvi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
1
1
2
2
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bagan Tancap
Cahaya
Peran Cahaya pada Bagan Tancap
Jenis Tangkapan Bagan Tancap
Lampu LED (Light Emitting Diode )
5
6
7
7
8
10
3 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
13
4 METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Analisis Data
14
14
14
15
20
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Iluminasi Cahaya
Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Hasil Tangkapan Bagan Berdasarkan Jenis Lampu
Berat Hasil Tangkapan Berdasarkan Waktu Operasi Penangkapan
22
22
26
29
34
6 SIMPULAN DAN SARAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
44
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Spesifikasi lampu LED ultra bright 5 mm
Analisa ragam rancangan acak lengkap (RAL) anak contoh
Nilai iluminasi cahaya lampu celup LED pada medium udara
Nilai iluminasi cahaya lampu gantung LED pada medium udara
Nilai iluminasi cahaya lampu fluorescent pada medium udara
15
21
23
24
25
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kerangka pemikiran
Bagan tancap
Lampu LED ultra bright 5 mm
Lampu LED
Rangkaian paralel
Posisi pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter
Tampak depan posisi pemasangan lampu celup LED, lampu gantung
LED Dan lampu fluorescent
Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu celup LED pada medium
udara
Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu gantung LED pada medium
udara
Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu fluorescent pada medium
Udara
Komposisi berat hasil tangkapan bagan berdasarkan jenis organisma
Komposisi berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu celup
Komposisi berat hasil tangkapan bagan tancap menggunakan lampu
gantung
Komposisi berat hasil tangkapan menggunakan lampu fluorescent
Perbandingan berat hasil tangkapan berdasarkan jenis organisma dan
jenis lampu yang di gunakan
Presentase total hasil tangkapan per waktu hauling
Perbandingan berat organisma hasil tangkapan bagan dengan lampu
celup berdasarkan waktu penangkapan
Perbandingan berat organisma hasil tangkapan bagan dengan lampu
gantung berdasarkan waktu penangkapan
Perbandingan berat organisma hasil tangkapan bagan dengan lampu
fluorescent berdasarkan waktu penangkapan
4
5
12
14
15
17
19
23
25
26
27
29
31
32
33
36
37
37
37
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Peta lokasi penelitian
Alat dan bahan
Berat total organisma hasil tangkapan bagan tancap
Berat total organisma hasil tangkapan sampingan bagan tancap
Berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu celup
Komposisi berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu gantung
Berat hasil tangkapan bagan tancap menggunakan lampu fluorescent
Pengaruh penggunaan lampu terhadap hasil tangkapan
Hasil analisa sidik ragam pengaruh waktu penangkapan ketiga jenis
lampu terhadap hasil tangkapan
10 Gambar jenis organisma hasil tangkapan
44
45
50
50
51
51
52
52
53
56
DAFTAR ISTILAH
Bagan tancap
Batere kering
Charger
Fototaksis positif
Generator
HTT
HTU
HTS
Iluminasi cahaya
Intensitas cahaya
Konstruksi
LED (light emittion diode)
Light fishing
Luxmeter
Lampu gantung LED
Lampu celup LED
Lampu fluorescent
: Bagan tancap merupakan rangkaian
atau susunan bambu berbentuk
persegi empat yang ditancapkan
sehingga berdiri kokoh di atas
perairan, dimana pada tengah bagan
digantungkan lampu yang berfungsi
sebagai alat pengumpul ikan dan di
tengah bagan juga dipasangkan
jaring yang dapat dinaik-turunkan
untuk menangkap ikan
: Batere kering adalah sebuah sel atau
elemen sekunder dan merupakan
sumber arus listrik searah yang dapat
mengubah energi kimia menjadi
energi listrik
: Alat untuk mengisi batere kering
dengan tegangan konstan hingga
mencapai tegangan yang ditentukan
: Tertarik pada cahaya
: alat yang dapat mengubah tenaga
mekanik menjadi energi listrik
: Hasil tangkapan total
: Hasil tangkapan utama
: Hasil tangkapan sampingan
: Jumlah pancaran cahaya dalam satu
detik yang jatuh pada suatu
permukaan bidang
: Daya yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya pada arah tertentu per
satuan sudut
: Susunan yang saling terhubung
sehingga menjadi satu kesatuan
semi
konduktor yang
: Diode
memancarkan cahaya ketika dialiri
arus listrik
ikan
dengan
: Penangkapan
memanfaatkan cahaya sebagai alat
bantu penangkapan
: Alat untuk mengukur intensitas
cahaya
: Konstruksi lampu LED yang
posisinya di gantung
: Konstruksi lampu LED yang
posisinya dicelupkan ke dalam
perairan
: Lampu TL (tubular lamp)
Mesh size
Resistor
: Ukuran mata jaring
elekronika
yang
: Komponen
berfungsi sebagai penahan arus yang
mengalir dalam suatu rangkaian
1
I PENDAHULUAN
Latar belakang
Bagan tergolong alat tangkap yang bersifat pasif. Konstruksinya dibentuk
oleh susunan bambu yang dirangkai menjadi bangun berbentuk persegi. Kakikakinya ditancapkan ke dasar perairan, sehingga konstruksinya berdiri kokoh di
atas permukaan air. Pada bagian tengah bagan digantungkan lampu yang
berfungsi sebagai alat bantu pengumpul ikan. Pada bagian tengah bagan, juga
dipasang jaring yang dapat dinaikturunkan untuk menangkap ikan. Subani dan
Barus (1989) mengelompokkan jenis alat tangkap ini ke dalam jaring angkat.
Jenis alat tangkap bagan pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis
pada tahun 1950-an. Seiring dengan berjalannya waktu dan perpindahan nelayan
Bugis ke berbagai tempat di Indonesia, keberadaan bagan menyebar dan
berkembang di berbagai perairan Indonesia. Bentuk bagan juga mengalami
perubahan dan penyempurnaan. Jenis bagan yang umum dioperasikan selain
bagan tancap adalah bagan perahu, bagan rakit dan bagan apung. Jenis bagan
terakhir yang berukuran sangat besar disebut sebagai bagan rambo.
Keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan bagan tancap sangat
tergantung pada cahaya lampu. Fungsi cahaya di sini adalah sebagai pemikat ikan
untuk datang. Pemasangan sumber cahaya di atas jaring akan menyebabkan ikanikan yang bersifat fototaksis positif -- yang tertarik pada cahaya dan menjadi
tujuan penangkapan bagan -- akan berkumpul di bawah sumber cahaya. Jaring
yang telah ditenggelamkan akan dengan mudah menangkap gerombolan ikan yang
berkumpul di atasnya.
Ada banyak jenis sumber cahaya yang digunakan sebagai alat bantu
penangkapan ikan dengan bagan, salah satunya adalah lampu TL (tubular lamp)
atau fluorescent. Jenis lampu ini awalnya sangat popular tetapi saat ini dianggap
sangat tidak ekonomis, karena harga bahan bakar minyak sangat mahal. Ini sangat
dirasakan oleh nelayan bagan di berbagai tempat di Indonesia, salah satunya
adalah nelayan Desa Sangrawayang.
Sebagian besar penduduk desa Sangrawayang bermata pencaharian sebagai
nelayan bagan tancap. Menurut mereka permasalahan utama pada pengoperasian
bagan tancap adalah biaya operasinya yang sangat mahal. Mereka menggunakan
bensin untuk menghidupkan generator sebagai pemasok listrik untuk menyalakan
lampu fluorescent. Biaya operasi yang dikeluarkan oleh nelayan sering kali tidak
sebanding dengan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh.
Pada penelitian ini diujicobakan penggunaan lampu dengan sumber energi
alternatif berupa batere kering. Fungsi baterey kering sebagai media penyimpan
dan pensuplai arus listrik pada lampu yang telah dirancang khusus sebagai alat
bantu penangkapan pada bagan tancap. Jenis lampu yang digunakan adalah LED
(light emittion diode) yang murah dan sangat hemat energi.
Konstruksi lampu LED dibuat dalam 2 rancangan, yaitu konstruksi lampu
LED yang digantungkan di bawah bagan atau lampu gantung LED dan konstruksi
lampu LED yang dicelupkan ke dalam air atau lampu celup LED. Keberhasilan
2
ujicoba lampu LED diharapkan dapat membantu nelayan untuk mengoptimalkan
hasil tangkapan dan meminimalkan biaya operasi penangkapan.
Publikasi mengenai penggunaan lampu LED sebagai alat bantu
penangkapan ikan dengan bagan belum ditemukan. Beberapa hasil riset yang
didapatkan umumnya membahas mengenai penggunaan lampu fluorescent untuk
meningkatkan hasil tangkapan, seperti yang dilakukan oleh Taaludin (2000),
Syafrie (2012) dan Sulaiman (2006). Hasilnya membuktikan bahwa penggunaan
lampu fluorescent pada bagan dapat meningkatkan hasil tangkapan. Ketiga
publikasi ini dijadikan sebagai bahan masukan dalam melakukan pembahasan
hasil penelitian ini.
Rumusan masalah
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan bagan tancap adalah
cahaya yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan. Beberapa jenis sumber
cahaya yang digunakan oleh nelayan adalah lampu petromaks dan lampu
fluorescent. Masalah yang terdapat pada penggunaan kedua jenis lampu adalah
bahan bakarnya yang cukup mahal, sehingga biaya operasional nelayan bagan
semakin meningkat. Padahal nilai penjualan hasil tangkapan terkadang jauh lebih
murah dibandingkan dengan harga bahan bakar yang digunakan. Kondisi ini
menyebabkan banyak nelayan yang menghentikan kegiatan penangkapannya
untuk sementara.
Solusi untuk mengatasi permasalahan nelayan bagan adalah dengan
memanfaatkan jenis lampu yang efektif dalam menangkap ikan, hemat energi,
mudah digunakan, harganya murah, mudah dioperasikan dan biaya
operasionalnya murah. Jenis lampu yang dimaksud adalah LED atau light emitting
diode. Jenis lampu ini masih belum digunakan oleh nelayan bagan tancap. Padahal
jenis lampu ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan lampu
petromaks maupun lampu fluorescent. Sumber energi yang digunakan hanya
batere kering bertegangan 12 volt yang dapat diisi ulang dengan biaya yang sangat
murah.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan konstruksi lampu yang paling efektif untuk menangkap ikan
dengan bagan tancap.
2. Menentukan komposisi hasil tangkapan bagan tancap yang menggunakan
lampu LED yang digantung, dicelupkan ke dalam air dan lampu
fluorescent nelayan; dan
3. Menentukan waktu penangkapan yang paling efektif dalam pengoperasian
bagan tancap.
3
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan masukan kepada nelayan dalam meningkatkan produksi
bagan tancap dengan menggunakan lampu LED sebagai alat bantu
penangkapan.
2. Menghemat biaya pengoperasian bagan, karena biaya operasi lampu LED
sangat murah; dan
3. Menjadi masukan pada penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki
teknologi penangkapan ikan dengan bagan tancap.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Penggunaan lampu LED akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan bagan
tancap; dan
2. Komposisi jenis organisma hasil tangkapan bagan tancap dengan lampu
LED lebih bervariasi dibandingkan dengan lampu fluorescent.
4
Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bagan Tancap
Bagan tancap adalah alat penangkap ikan yang terdiri atas susunan bambu
berbentuk persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga
berdiri kokoh di atas perairan. Jaring dipasang pada bagian tengah bangunan yang
berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan (Gambar 2). Jenis alat tangkap ini
pertama kali diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950-an
(Subani dan Barus, 1989). Adapun menurut Sudirman dan Mallawa (2004), bagan
tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi empat yang
ditancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan. Alat tangkap ini bersifat in
mobile (tetap). Ini karena alat tersebut di tancapkan ke dasar perairan yang berarti
kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas, yaitu pada
perairan dangkal dengan kedalaman antara 8-15 m.
Jaring yang biasanya digunakan pada bagan berupa waring dengan mesh
size 0,5 cm. Posisi jaring berada di bagian bawah bangunan bagan. Jaring
diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk empat persegi. Bingkai bambu
tersebut dihubungkan dengan tali pada keempat sisinya yang berfungsi untuk
menaikturunkan jaring. Adapun alat bantu yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan jaring adalah penggulung. Pada keempat sisi jaring diberi pemberat
agar posisi jaring tetap stabil sewaktu dilakukan perendaman (Subani dan Barus,
1989).
Gambar 2 Bagan tancap
Bagan tancap merupakan salah satu alternatif teknologi penangkapan
dengan investasi yang relatif lebih murah jika di bandingkan dengan jenis alat
tangkap lainya. Warda, (2013). Pengoperasian bagan tancap tidak menggunakan
umpan. Alat bantu yang digunakan adalah atraktor cahaya. Fungsinya untuk
merangsang atau menarik perhatian ikan untuk datang berkumpul di bawah
cahaya lampu. Yuda (2012). Adapun jenis alat bantu yang digunakan untuk
6
membantu kelancaran operasi penangkapan diantaranya berupa serok dan
keranjang. Serok digunakan untuk mengambil hasil tangkapan, sedangkan
keranjang sebagai wadah untuk mengangkut ikan. Ayodyoa,( 1981).
Pengoperasian bagan dimulai pada saat matahari mulai tenggelam dan
diakhiri ketika matahari mulai terbit. Rincian pengoperasiannya, menurut Subani
dan Barus (1989), adalah sebagai berikut:
1. Persiapan berupa pengecekan terhadap jaring bagan, penggulung untuk
menaikturunkan jaring dan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat operasi
penangkapan;
2. Penyalaan lampu;
3. Penenggelaman jaring dilakukan ketika ikan mulai terlihat berkumpul di
bawah bagan;
4. Perendaman jaring selama waktu tertentu hingga gerombolan ikan terlihat di
atas jaring; dan
5. Pengangkatan jaring dilakukan setelah kawanan ikan berkumpul di atas
jaring. Kegiatan ini diawali dengan pemadaman lampu secara bertahap. Ini
dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkonsentrasi di atas jaring
bagan.
Hasil tangkapan bagan tancap, menurut Subani dan Barus (1989),
dikelompokkan atas hasil tangkapan utama dan sampingan. Hasil tangkapan
utama berupa jenis-jenis ikan pelagis kecil yang bersifat fototaksis positif, yaitu
teri (Stolephorus spp). Sementara hasil tangkapan sampingan meliputi cumi-cumi
(Loligo spp), layur (Trichulus savala), tembang (Sardinella fimriata), pepetek
(Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger spp), dan layang (Decapterus spp).
Cahaya
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang yang memiliki kecepatan
299.792.458 m/detik. Jems Clrak Maxwell (1831-187), seorang ahli fisika dari
Scotlandia menyebutkan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik (Ben
Yami, 1987).
Istilah iluminasi dan flux dikenal dalam ilmu cahaya. Menurut Cayless dan
Marsden (1983), iluminasi cahaya disebut juga sebagai intensitas penerangan atau
kekuatan penerangan. Intensitas penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada
suatu permukaan yang dinyatakan dalam satuan candella. Adapun flux cahaya
yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya merupakan seluruh cahaya yang
dipancarkan dalam satu detik. Pengukuran iluminasi cahaya dari suatu sumber
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
E = I/r2
Keterangan
:
E : Iluminasi cahaya (lux);
I : Intensitas cahaya (candella); dan
r : Jarak dari sumber cahaya (m).
7
Iluminasi suatu sumber cahaya akan semakin menurun dengan semakin
jauhnya jarak dari sumber cahaya dan nilainya akan semakin berkurang apabila
cahaya tersebut memasuki air.
Peran Cahaya pada Bagan Tancap
Teknik penangkapan ikan sejak dahulu sampai sekarang relatif sama, yakni
didasarkan pada pemanfaatan tingkah laku ikan. Pada bagan, atraktor berupa
cahaya buatan sangat diperlukan dalam proses penangkapan ikan. Fungsi atraktor
sebagai pengumpul jenis-jenis ikan yang bersifat fototaksis positif, sehingga
nelayan mudah melakukan penangkapan Yuda (2012). Menurut Effendi (2005),
keberhasilan penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya sangat ditentukan oleh
teknik penangkapan, kondisi perairan dan lingkungan serta kualitas cahaya yang
digunakan untuk memikat ikan. Adapun penetrasi cahaya yang masuk ke dalam
perairan sangat ditentukan oleh sifat alamiah cahaya matahari atau bulan, jumlah
partikel yang terkandung dalam air dan banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan air. Adapun menurut Subani dan Barus (1989), faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu
cahaya, yaitu:
1. Kecerahan
2.
3.
4.
5.
Jika kecerahan rendah atau air keruh berarti banyak terdapat zat atau
pertikel yang menyebar di dalam air. Cahaya yang masuk ke dalam air
akan habis terserap oleh zat-zat tersebut, sehingga ikan yang berada jauh
dari sumber cahaya tidak dapat mendeteksi akan adanya cahaya.
Angin, arus dan gelombang
Angin, arus dan gelombang mempengaruhi kedudukan lampu. Posisi
lampu yang bergerak akan merubah arah cahaya yang semula lurus
menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berkelip dan akhirnya
menimbulkan sinar yang menakutkan ikan. Semakin hembusan besar
angin, arus dan gelombang menyebabkan sinar yang menakutkan semakin
besar. Untuk mengatasi masalah ini, konstruksi dudukan lampu harus
disempurnakan. Selain itu, lampu dilengkapi dengan reflektor. Upaya lain
adalah dengan menempatkan lampu di bawah permukaan air.
Sinar bulan
Pada waktu bulan purnama sulit sekali untuk dilakukan penangkapan
dengan menggunakan lampu. Cahaya yang dipancarkan bulan menyebar
merata di permukaan air pada suatu areal yang sangat luas. Sebagai
akibatnya, ikan-ikan juga menyebar di permukaan air.
Daerah penangkapan ikan
Perairan teluk terhindar dari pengaruh gelombang besar, angin dan arus
yang kuat, sehingga memberikan dampak positif pada operasi
penangkapan ikan yang menggunakan alat bantu cahaya. Kondisi perairan
teluk sangat cocok diperuntukkan untuk pengoperasian bagan, karena
perairannya tenang.
Ikan atau binatang buas
Ikan yang tertarik oleh cahaya lampu didominasi oleh jenis ikan berukuran
kecil, seperti teri. Jenis ikan besar atau pemangsa umumnya berada di
8
lapisan yang lebih dalam. Adapun hewan air lain, seperti ular laut dan
lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengintai keberadaan ikanikan kecil tersebut. Hewan-hewan tersebut sesekali menyerang ikan-ikan
yang berkerumun di bawah lampu dan mencerai-beraikannya.
Jenis tangkapan bagan tancap
Bagan ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan fototaksis positif, seperti
teri (Stolephorus spp). Adapun hasil tangkapan sampingannya adalah tembang
(Sardinella fimbriata), cumi-cumi (Loligo sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung
(Rastreliger sp) (Subani dan Barus 1988).
Teri
Teri diklasifikasikan sebagai berikut: Saanin (1984),
Filum
: Chordata;
Subfilum
: Vertebrata;
Kelas
: Pisces;
Ordo
: Malacopterygii;
Subordo
: Percoidei;
Family
: Clupeidae;
Genus
: Stolephorus; dan
Species
: Stolephorus spp.
Teri umumnya berukuran kecil sekitar 6-9 cm. Bentuk tubuh bulat
memanjang (fusiform) dan pipih (compressed). Ikan ini umumnya menghuni
perairan dekat pantai dan hidup secara bergerombol. Tanda-tanda khas yang
dimilikinya diperlihatkan pada Gambar 3. Pada bagian samping tubuh teri terdapat
garis putih keperakan seperti selempang yang memanjang dari belakang kepala
hingga ekor.
Teri adalah jenis ikan yang termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis kecil.
Sumberdaya teri paling melimpah di perairan Indonesia, terutama pada perairan
dekat pantai (Gustaman dan Fauziyah 2012). Teri menyebar pada wilayah
Samudera Hindia bagian timur sampai Samudera Pasifik Tengah. Penyebaran ke
arah selatan mencapai Australia. Laevastu dan Hayes (1981) mengemukakan
bahwa teri selama siang hari membentuk gerombolan di dasar perairan dan
bermigrasi menuju permukaan pada malam hari dengan ketebalan mencapai
6-15 m.
Pemijahan teri berlangsung sepanjang tahun. Waktu pemijahan teri di Laut
Jawa berlangsung pada malam hari. Puncak pemijahan bersamaan dengan
perubahan musim, yaitu dari musim barat laut ke musim tenggara antara bulan
April-Mei dan sebaliknya dari musim tenggara ke musim barat laut antara
Desember-Januari. Nontji,( 2005).
9
Tembang
Tembang diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin 1984):
Filum
: Chordata;
Subfilum
: Vertebrata;
Kelas
: Pisces;
Subkelas
: Teleostei;
Ordo
: Malacopterygii;
Subordo
: Clupeidai;
Famili
: Clupeidae;
Subfamili
: Clupeinae;
Genus
: Clupea; dan
Spesies
: S. Fimbriata
Ciri-ciri morfologinya adalah memiliki bentuk badan fusiform, pipih dengan
duri di bagian bawah badan. Panjangnya berkisar antara 15 – 25 cm. Warna tubuh
biru kehijauan pada bagian atas dan putih keperakan pada bagian bawahnya.
Warna sirip pucat kehijauan dan tembus cahaya.
Tembang merupakan ikan pelagis yang banyak ditemukan di wilayah pantai.
Jenis ikan ini hidup secara bergerombol dan berpindah-pindah (Nybakken, 1992).
Makanannya berupa plankton atau organisme kecil. Perkembangbiakannya hanya
terjadi satu kali dalam setahun antara bulan Juni-Juli di wilayah pantai ketika suhu
udara dan kadar garam rendah.
Layur
Klasifikasi layur, menurut Nakamura dan Parin (1993), adalah sebagai
berikut :
Kingdom
Filum
Subfilum
Kelas
Ordo
Subordo
Superfamili
Famili
Genus
Spesies
: Animalia;
: Chordata;
: Pisces;
: Teleostei;
: Percomorphi;
: Scombroidae;
: Trichiuroidea;
: Trichiuridae;
: Trichiurus;
: Trichiurus lepturus.
Layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis. Daerah
penyebarannya meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia, seperti Tuban,
Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana.
Selain itu, layur juga terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala,
Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan
tersebar luas di perairan dangkal Afrika Selatan (Nakamura dan Parin, 1993).
Layur tergolong ikan demersal, yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat
dengan dasar perairan (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Jenis ikan ini biasanya
akan muncul ke permukaan perairan menjelang senja untuk mencari makan
10
(Nakamura dan Parin, 1993). Aktivitas layur relatif rendah, gerak ruaya tidak
terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, sehingga
penyebarannya relatif lebih merata dibandingkan dengan ikan pelagis.
Layur dari famili gempylidae biasanya ditemukan pada kedalaman lebih
dari 150 m dan layur dari family trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman
2000 m (Nakamura dan Parin 1993). Bal dan Rao (1984) menyatakan bahwa
habitat utama layur adalah laut dan terkadang memasuki estuari. Layur termasuk
jenis ikan karnivor yang dilengkapi dengan gigi yang kuat dan tajam pada kedua
rahangnya. Makanannya berupa udang-udangan, cumi-cumi, dan ikan kecil,
seperti teri dan sardin.
Cumi-cumi
Cumi-cumi diklasifikasikan kedalam (Roper, et al. 1984):
Filum
: Mollusca;
Kelas
: Cephalopoda;
Ordo
: Teuthoidea;
Sub ordo
: Myopsida;
Famili
: Loliginidae;
Genus
: Loligo, Sepioteuthis, dan Doryteuthis; dan
Spesies
: Loligo sp
Berdasarkan makanan dan cara makannya, cumi-cumi termasuk organisma
predator. Mangsanya berupah ikan-ikan kecil, seperti teri dan udang (Gustaman
dan Fauziyah, 2012), Cumi-cumi merupakan binatang bertubuh lunak dengan
bentuk tubuh memanjang silindris dan bagian belakang meruncing dengan
sepasang sirip berbentuk triangular atau bundar. Cumi-cumi mempunyai sepasang
mata di samping kepala. Pada bagian tengah kepalanya terdapat mulut yang
dikelilingi tentakel dengan alat penghisap. Cumi-cumi memiliki sejenis cangkang
yang sudah termodifikasi menjadi cangkang tipis mengandung zat tanduk atau
khitin yang disebut “pen” dan terletak di dalam mantel. Seluruh tubuh bagian
dalam dan sebagian dari kepalanya masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Pada
bagian kepala cumi-cumi terdapat lubang seperti corong yang dinamakan siphon.
Gunanya untuk mengeluarkan air dari rongga mantel yang menghasilkan daya
dorong untuk pergerakan cumi-cumi. Melalui siphon ini cumi-cumi terkadang
mengaluarkan tinta berwarna coklat kehitaman untuk menghindari predator
(Buchsbaum, et al., 1987).
Habitat cumi-cumi meliputi daerah pantai dan paparan benua sampai
kedalaman 400 m. Beberapa spesies cumi-cumi hidup di perairan payau.. Cumicumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok
dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam
harinya. Umumnya cumi-cumi tertangkap dengan menggunakan bantuan cahaya
(Ropper, et. al., 1984).
Lampu LED (light emitting diode)
LED atau light emitting diode merupakan komponen elektronik yang sudah
tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. Penggunaannya sudah sangat
11
meluas, diantaranya sebagai lampu mainan anak-anak, lampu rambu lalu lintas,
lampu indikator peralatan elektronik pada industri, lampu emergency, televisi,
komputer, pengeras suara, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat elektronik
lainnya sebagai indikator bahwa suatu sistem sedang berada dalam proses kerja.
Kelebihan LED adalah konsumsi listrik yang dibutuhkan tidak terlalu besar,
ukurannya kecil dan usia pakainya sangat panjang mencapai 100 ribu jam. Selain
itu, warnanya beragam sehingga dapat memperjelas bentuk atau huruf yang akan
ditampilkan. Bahan dasar LED adalah semi konduktor jenis dioda yang mamp ,u
memancarkan cahaya yang dapat mengubah energi listrik menjadi cahaya.
(http://indoled.host56.com/1_8_).
Keunggulan Lampu LED
Lampu LED sangat berguna untuk menekan pemanasan global dan
mengurangi emisi karbon dunia. Lampu ini berasal dari bahan semikonduktor,
jadi tidak diproduksi dari bahan karbon. Bila lampu LED digunakan di seluruh
dunia, maka konsumsi total energi listrik untuk penerangan akan berkurang
hingga mencapai 50%. Selisih emisi karbon yang dihasilkan dunia bisa mencapai
300 juta ton per tahunnya. Kelebihan lampu LED diuraikan berikut ini:
1. Efisiensi penggunaan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu
lain, yaitu lampu LED lebih hemat energi antara 80-90%;
2. Waktu pakai yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam;
3.
Tegangan DC yang rendah;
4.
Cahaya keluaran lampu LED bersifat dingin dan tidak memancarkan sinar
ultra violet dan energi panas; dan
Ukurannya
kecil
sehingga
sangat
praktis
digunakan
(http://indoled.host56.com/1_8_).
5.
Cara kerja lampu LED
LED adalah jenis dioda yang memiliki 2 kutub, yaitu anoda dan katoda
(Gambar 3). Lampu LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda
menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terbalik, karena LED tersebut
tidak akan menyala.
Gambar 3 Lampu LED ultra bright 5 mm
Sumber: http://indoled.host56.com/1_8
Karakteristik lampu LED berbeda-beda berdasarkan warna yang dihasilkan.
Jika arus listrik yang mengaliri lampu LED semakin tinggi, maka pancaran cahaya
yang dihasilkannya semakin terang. Namun demikian, arus yang diperbolehkan
mengaliri lampu LED hanya berkisar antara 10-20 mA pada tegangan 1,6– 3,5 V
12
berdasarkan karakter warna yang dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih
dari 20 mA, maka lampu LED akan terbakar. Oleh karena itu, resistor sangat
diperlukan untuk menghambat arus yang masuk ke dalam lampu LED agar tidak
terbakar (http//www. http://indoled.host56.com/1_8_).
Rangkaian paralel pada lampu LED
Lampu yang digunakan sebagai penerangan menggunakan banyak lampu
LED. Penyusunannya dilakukan secara paralel atau berderet. Semua input energi
listrik pada setiap komponen lampu LED berasal dari sumber yang sama. Susunan
paralel demikian menyebabkan jika ada kerusakan pada satu komponen atau satu
komponen dicabut, maka komponen yang lain tetap berfungsi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Rangkaian_seri_dan_paralel).
13
3 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Berdasarkan data profil pesisir Teluk Palabuhanratu, Desa Sangrawayang
merupakan salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan Simpenan, Kabupaten
Sukabumi (BLH Kabupaten Sukabumi dan PKSPL-IPB, 2003). Luas desa
mencapai 188 ha dengan ketinggian rata-rata 746 m dpl dan berbatasan langsung
pantai. Satuan morfologi penyusun pantai di wilayah pesisir desa terdiri atas
perbukitan dan daratan. Perbukitan merupakan ciri utama pantai selatan yang
memiliki pantai terjal, perbukitan bergelombang, dan kemiringan yang dapat
mencapai 40%. Satuan morfologi datarannya berkembang di sekitar muara sungai
dengan susunan yang terdiri atas pasir dan kerikil yang berasal dari endapan
limpahan banjir.
Kondisi iklim tropis di perairan Desa Sangrawayang dipengaruhi oleh
musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan musim angin timur yang
bertiup dari barat ke timur. Musim barat bertiup dari bulan Desember sampai
Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai
September (BLH Kabupaten Sukabumi dan PKSPL-IPB, 2003). Curah hujan
tahunan berkisar antara 2.500-3.500 mm/tahun dan hari hujan antara 110-170
hari/tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 180 - 300C dan
memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70-90% (PPN Palabuhanratu,
2007).
Ativitas perikanan di Desa Sangrawayang sangat tinggi. Terlihat dari
produksi pendaratan tangkapan yang sangat tinggi. Beberapa jenis ikan yang
sering didaratkan adalah: teri, tembang, layur, selar, dan bentrong. Adapun musim
penangkapan ikan terdiri atas 3 musim, yaitu (Tampubolon, 1990) :
1.
Musim banyak ikan ( Juni-September);
2.
Musim sedang ikan (Maret-Mei dan Oktober-November); dan
3.
Musim kurang ikan (Desember-Februari).
Perbedaan musim angin barat dan musim angin timur tersebut sangat
mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Keadaan oceanografi perairan yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sangat dipengaruhi oleh kekuatan
angin yang besar, terlebih pada musim barat. Selama musim ini ombak sangat
besar disertai dengan angin dan hujan yang sangat lebat yang mengakibatkan para
nelayan tidak dapat melaut. Sebaliknya pada musim timur, keadaan perairan
biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan ombak relatif kecil sehingga
memungkinkan para nelayan untuk melaut. Musim ini biasanya merupakan
musim puncak ikan.
14
4 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu penelitian laboratorium
dan lapang. Penelitian laboratorium dilakukan antara bulan Juni 2012-Mei 2013
bertempat di Laboratorium Bahan Alat Penangkapan Ikan, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB. Pada tahap ini dilakukan
perancangan lampu hemat energi dan pengukuran nilai iluminasinya pada medium
udara. Adapun penelitian lapang dilakukan antara bulan Juni 2013-Juli 2013.
Pada tahap ini dilakukan uji coba lampu hemat energi hasil rancangan
menggunakan alat tangkap bagan tancap di Desa Sangrawayang, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Alat dan Bahan
Alat
Alat dan bahan yang digunakan dibedakan berdasarkan tahapan penelitian.
Pada tahap penelitian laboratorium digunakan peralatan berikut, solder, luxmeter,
bor tangan, meteran, dan spidol. Adapaun peralatan yang digunakan pada
penelitian lapang berupa 4 lampu Tubular Lamp (TL) milik nelayan, 4 lampu
hemat energi dengan konstruksi digantung dan 4 lampu hemat energi dengan
konstruksi dicelupkan ke dalam air.
Bahan
Bahan yang diperlukan pada penelitian laboratorium adalah 400 lampu LED
(light emitting diode) 5 mm ultra bright (Gambar 4), corong plastik ø 24 cm, pipa
PVC (polyvinil chloride) ø 4 inci, 200 resistor 270 ohm 1 rol timah solder ø 0,5
mm, 1 mata bor ø 4,5 mm, dan 10 m kabel ø 0.05 mm. Bahan yang dipergunakan
pada penelitian lapangan meliputi : 3 unit bagan tancap, 2 batere kering 12 V,
charger batere kering merk Eko 10 A, 1 timbangan dan 1 unit generator. Secara
lebih lengkap, tampilan alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Gambar 4 Lampu LED ultra bright
15
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
percobaan. Penelitian diawali dengan perancangan dan pengukuran lampu hemat
energi, selanjutnya dilakukan ujicoba penangkapan ikan dengan bantuan lampu
yang telah dibuat. Lampu yang digunakan adalah jenis Lampu LED dengan
ukuran 5 mm berwarna putih dengan spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 1. Spesifikasi lampu LED Ultra Bright 5 mm
Tegangan maju
Jenis
Ukuran
warna
Min (v)
Max (v)
Sudut
pancaran
LED ultra bright
5 mm
Putih
3.2
3.4
60
(Sumber:http://www.warunglampu.com/2010/12/5mm-ultra-bright.html)
Resistor adalah komponen elektronika berjenis pasif yang mempunyai sifat
menghambat arus listrik Satuan nilai dari resistor adalah ohm, biasa disimbolkan
Ω. Resistor yang dipakai adalah resistor 270 Ω. Rangkaian yang dipergunakan
dalam perancangan lampu hemat energi adalah dengan menggunakan rangkaian
paralel (Gambar 5).
Gambar 5 RangkaianParalel
Lampu celup LED
Untuk merancang lampu celup dalam air digunakan pipa PVC (polyvinyl
chloride) ø 4 inci dengan panjang 35 cm sebagai media pemasangan lampu LED.
Permukaan pipa diberi warna perak untuk meningkatkan kekuatan pantul dan
diberi 400 lubang secara berderet sebagai dudukan lampu LED. Jarak antar lubang
sejauh 1,5 cm. Selanjutnya lampu LED – dengan rangkaian paralel -- dipasangkan
di sekeliling permukaan pipa
Pipa PVC yang diselimuti rangkaian lampu LED dimasukkan ke dalam
setoples kaca bermerek lionex dengan diameter 18 cm dan tinggi 38 cm.
Selanjutnya setoples diberi tutup yang telah dilubangi pada bagian atasnya sebagai
tempat untuk memasukkan kabel listrik. Untuk menahan air agar tidak dapat
masuk ke dalam setoples, maka antara tutup dan setoples diberi lem kaca.
16
Lampu gantung LED
Untuk merancang lampu gantung diperlukan corong sebagai media
pemasangan lampu LED. Diameter corong 24 cm dan tinggi 24 cm. Permukaan
dalam corong dilapisi dengan cat berwarna perak untuk meningkatkan daya
pantulnya. Selanjutnya, permukaan atas corong diberi 400 lubang berdiameter 4,5
mm dengan jarak antar lubang adalah 1 cm. Sebanyak 400 lampu LED
dipasangkan pada corong dengan rangkaian paralel.
Pengukuran intensitas cahaya lampu dengan luxmeter
Prosedur yang dilakukan adalah lampu dinyalakan di dalam ruang gelap dan
intensitasnya diukur pada jarak 1 m dengan luxmeter. Intensitas cahaya diukur
pada berbagai posisi, yaitu bawah dan sisi kanan-kiri. Nilai intensitas cahaya
pada setiap posisi pengukuran dicatat (Gambar 6).
17
1. Lampu celup LED
2. Lampu gantung LED
3. Lampu fluorescent
Gambar 6 Posisi pengukuran
intensitas
cahayadata
(1) lampu celup LED, (2)
Metode
pengambilan
lampu
dandata
(3) lampu
dengan luxmeter
Jenis data
yanggantung
diambilLED
berupa
primer.fluorescent
Data yang diambil
berupa
18
Intensitas cahaya pada beberapa kedalaman perairan, komposisi jenis ikan
hasil tangkapan dan jumlah hasil tangkapan (kg). Data tangkapan didapat dari
hasil operasi penangkapan ikan dengan bagan tancap.
Adapun data hasil tangkapan diperoleh dari hasil operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan bagan tancap. Urutannya adalah :
1.
Ujicoba di lapangan dilakukan dengan cara membandingkan hasil tangkapan
yang tertangkap antara lampu yang digantung, lampu yang dicelupkan
kedalam air dan lampu fluorescent. Operasi bagan dengan multi-catchable
area: 3 lampu (L1, L2, dan L3) dan 3 bagan tancap (J1, J2, dan J3) yang
dioperasikan secara bersamaan (Gambar 7);
2.
Bobot total hasil tangkapan pada setiap perlakuan ditimbang dan
diidentifikasi jenisnya;
3.
Pengoperasian alat tangkap dibagi dalam 4 kelompok waktu, yaitu pukul
18.00-21.00, 21.00-00.00, dan 00.00-03.00 dan 03.00-06.00 WIB, dan
4.
Operasi penangkapan dilakukan sebanyak 20 kali ulangan untuk setiap
perlakuan.
19
1.
2.
3.
Analisis Data
Gambar 7 (Tampak depan) posisi Pemasangan Ketiga Lampu.
1.Lampu celup LED, 2. Lampu gantung LED, 3. Lampu
fluorescent
20
Analisis Data
Data hasil tangkapan pada masing-masing perlakuan dianalisis secara
deskriptif komparatif. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan tangkap
dan efisiensi lampu hasil rancangan di banding lampu fluorescent yang biasa
digunakan nelayan.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh penggunaan lampu celup, lampu
gantung, dan lampu fluorescent (nelayan) pada waktu yang berbeda terhadap hasil
tangkapan dilakukan analisis statistik rancangan acak lengkap (RAL). Data yang
digunakan adalah jumlah hasil tangkapan (kg). Sebelum dilakukan uji (RAL), data
tersebut diuji kenormalannya menggunakan analisis klomogrov-smirnov. Jika data
menyebar normal, maka akan dilakukan uji statistik parametrik Rancangan Acak
Lengkap (RAL), Secara matematis, RAL dimodelkan sebagai berikut:
Yijk i ij ijk ; i = 1,2,3,...dst ; dan
j = 1,2,3…dst
Keterangan
:
:
:
:
Pengamatan perlakuan ke - i, ulangan ke – j dan anak
contoh ke - k;
Rataantengahpopulasi;
Perlakuan ke - i;
:
Pengaruh ulangan ke – j, perlakuan ke – i;dan
:
Galat anak contoh.
Yijk
i
ij
ijk
Asumsi yang dibutuhkan untuk analisis ini adalah :
1. Aditif, homogen, bebas, dan normal;
2. i bersifat tetap; dan
3. ijk ~ N (0, 2 ).
Adapun hipotesis yang diuji melalui analisis ini adalah:
Ho: 1 = 2 = 3 = ……. = 5 = 0
Ho : 1 = 2 = 3 = ……. = 5 ≠ 0
Kesimpulan yang diperoleh adalah bila Fhit Ftab , maka tolak 0 . Bila
Fhit Ftab maka gagal tolak Ho. Fhit diperoleh dari tabel sidik ragam ANOVA
(Tabel 2).
21
Tabel 2 Analisis ragam rancangan acak lengkap (RAL) anak contoh
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
Perlakuan
P-1
JKP
KTP
Sisa1
P (n-1)
JKS1
KTS1
Sisa 2
P*n (m-1)
JKS 2
KTS 2
(P*n*m) -1
JKT
Total
Keterangan
FK
JKT
KTP
KTS
dbu
dbs
:
:
:
:
:
:
:
F hitung
F tabel
KTP / KTS1 F ; dbp; dbs1
KTS1 / KTS 2
F ; dbp; dbs 2
Faktor koreksi;
Jumlah kuadrat tengah;
Jumlah kuadrat perlakuan;
Kuadrat tengah sisa;
Derajat bebas kisi; dan
Derajat bebas sisa.
Namun jika data tidak menyebar normal, maka uji statistik non parametrik
Kruskal-Wallis dilakukan. Rumus Kruskal wallis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Keterangan
:
k
:
nj
:
N = nj:
:
Banyak sampel;
Banyaknya perlakuan dalam sampel ke-j;
Banyaknya perlakuan dalam sampel; dan
Jumlah seluruh k sampel(kolom-kolom).
Selanjutnya, apabila kesimpulan yang diperoleh menunjukkan hasil
tangkapan pada setiap perlakuan berbeda nyata ( Fhit Ftab ; gagal tolak Ho), maka
dilakukan uji lanjut (Tukey test). Ini dilakukan untuk melihat perlakuan mana
yang paling berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Model persamaan Tukey test
adalah sebagai berikut:
W q ( p, fe)S y
Keterangan
Qa
P
fe
Sy
:
:
:
:
:
Nilai tabel (a=0,05);
Jumlah perlakuan;
Derajat bebas; dan
Kuadrat tengah sisa
22
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Iluminasi Cahaya
Bagan tergolong dalam light fishing karena menggunakan lampu sebagai
alat bantu penangkapan (Fridman, 1986). Fungsi lampu adalah sebagai pemikat
ikan yang bersifat fototaksis positif untuk datang ke bagan. Untuk memudahkan
penangkapan, maka posisi lampu berada tepat di atas jaring bagan
Iluminasi disebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan.
Intensitas penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada suatu permukaan.
Adapun flux cahaya yang di pancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah seluruh
jumlah cahaya yang di pancarkan dalam satu detik. Pengukuran iluminasi cahaya
dari suatu sumber dapat dilakukan dengan menggunakan rumus (Cayless dan
Marsden 1983):
E = I/r2
Keterangan
E
I
R
:
: Iluminasi cahaya (lux);
: Intensitas cahaya (candela); dan
: Jarak dari sumber cahaya (m).
Iluminasi suatu sumber cahaya akan semakin menurun dengan semakin
jauhnya jarak dari sumber cahaya dan nilainya akan semakin berkurang apabila
cahaya tersebut memasuki air.
Menurut Cayless dan Marsden (1983), cahaya dapat merambat pada
medium udara. Frekwensi cahaya tidak mengalami perubahan saat merambat di
udara. Cepat rambat dan panjang gelombang saja yang berubah. Hasil pengukuran
iluminasi cahaya terhadap lampu celup, lampu gantung dan lampu fluorescent
pada medium udara akan memberikan hasil yang cukup berbeda.
Lampu celup LED
Data hasil pengukuran iluminasi cahaya lampu celup pada berbagai sudut
dijelaskan pada Tabel 3, dan grafiknya pada Gambar 8. Cahaya lampu celup LED
pada medium udara memancar ke segala arah dengan iluminasi cahaya yang
berbeda pada setiap sudut pengukuran.
Hasil penentuan pola sebaran cahaya dengan luxmeter didapatkan bahwa
lampu celup LED memancarkan cahaya ke segala arah, kecuali sudut 0o dan 1200.
Penyebabnya, bagian atas tabung lampu celup LED ditutup oleh penutup setoples
yang tidak dapat ditembus oleh cahaya.
23
Tabel 3 Nilai iluminasi cahaya lampu celup LED pada medium udara
Iluminasi
Iluminasi
Iluminasi
Sudut
Sudut
Sudut
(lux)
(lux)
(lux)
120
0
0
0
240
14
130
10
10
3
250
16
140
12
20
6
260
38
150
PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP
IMANUEL MUSA THENU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aplikasi Lampu LED
(Light Emmiting Diode) pada Pengoperasian Bagan Tancap adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Imanuel Musa Thenu
C451100011
RINGKASAN
IMANUEL MUSA THENU. Aplikasi Lampu LED (Light Emitting Diode)
pada Pengoperasian Bagan Tancap. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan
SULAEMAN MARTHASUGANDA.
Keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan bagan tancap sangat
tergantung pada cahaya lampu. Fungsi cahaya di sini adalah sebagai pemikat ikan
untuk datang. Pemasangan sumber cahaya di atas jaring akan menyebabkan ikanikan yang bersifat fototaksis positif -- yang tertarik pada cahaya dan menjadi
tujuan penangkapan bagan -- akan berkumpul di bawah bagan. Jaring yang telah
ditenggelamkan akan dengan mudah menangkap gerombolan ikan yang
berkumpul di atasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendapatkan
konstruksi lampu yang paling efektif untuk menangkap ikan dengan bagan tancap;
(2) Menentukan komposisi hasil tangkapan bagan tancap yang menggunakan
lampu LED yang digantung, dicelupkan ke dalam air dan lampu fluorescent; dan
(3) Menentukan waktu penangkapan yang paling efektif dalam pengoperasian
bagan tancap.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan. Penelitian
diawali dengan perancangan dan pengukuran lampu hemat energi, selanjutnya
dilakukan ujicoba penangkapan ikan dengan bantuan lampu yang telah dibuat.
Data hasil tangkapan pada masing-masing perlakuan dianalisis secara deskriptif
komparatif untuk membandingkan kemampuan tangkap dan efisiensi lampu hasil
rancangan dengan lampu fluorescent. Selanjutnya untuk melihat pengaruh
penggunaan lampu celup, lampu gantung, dan lampu fluorescent pada waktu
yang berbeda terhadap hasil tangkapan dilakukan analisis statistik Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Sebelum dilakukan uji RAL, data tersebut diuji
kenormalannya menggunakan analisis Klomogrov-smirnov. Jika data menyebar
normal, maka akan dilakukan uji statistik parametrik Rancangan Acak Lengkap
(RAL), namun jika tidak, akan diuji statistik non parametrik Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, konstruksi lampu celup LED
menghasilkan tangkapan seberat 287,6 kg, atau lebih tinggi dibandingkan dengan
konstruksi lampu fluorescent 238,3 kg dan lampu gantung LED 209,5 kg. Lampu
celup LED menghasilkan 11 jenis organisma tangkapan yang terdiri atas 212 kg
HTU dan 74,8 kg HTS, lampu gantung LED 10 jenis organisma (148,9 kg dan
60,0 HTS) dan lampu fluorescent 6 jenis organisma (227,5 kg HTU dan 10,8 kg
HTS). Waktu efektif pengoperasian bagan tancap dengan ketiga lampu adalah
antara pukul 18.00-21.00 yang menghasilkan (289,5 kg), sedangkan 21.00-24.00
WIB (166,8 kg), 03.00-06.00 WIB (146,3 kg) dan 00.00-03.00 WIB (134,4 kg).
Kata kunci : Light emitting diode, lampu celup LED, lampu gantung LED bagan
tancap, lampu fluorescent dan Sangrawayang
SUMMARY
IMANUEL MUSA THENU. Application of LED (Light Emitting Diode)
Lamp in Stationary Lift Net Operation . Supervised by GONDO PUSPITO
and SULAEMAN MARTASUGANDA.
The success of fishing operations with lift net is highly dependent on light
lamp. Light function here is as a decoy fish to come. Installation of the light
source on the net will cause the fish that are positive fototaksis -- who is interested
in catching the light and into the goal chart-- will at the bottom of the net. Net
which has sunk will easily catch schooling of fish that congregate on it. The
purpose of this study is (1) Getting the most effective construction lights to catch
fishing with at stationary lift net; (2) Determine composition of catches stationary
lift net that uses LED lights that hanging, dipped in water and fluorescent lamp;
and (3) Determine the most effective time of the catch in the operation on
stationary lift net.
The method used is experimental fishing. The study begins with the
design and measure of energy saving lamps, the next trial fishing conducted with
the help of lights that have been made. Catch data for each treatment were
analyzed descriptive comparative to compare is capability catch and efficiency of
the lamp that designed and fluorescent lamp by the fishermen. Furthermore, to see
the effect of the use of submersible lamps, hanging lamps, and fluorescent lamp
(fisherman) at different times of the statistical analysis of the catch completely
randomized design (RAL). Before the RAL test, the data was tested using
normality test by analysis Klomogrov Smirnov. If the normal spread of data, then
the parametric statistical tests will be done completely randomized design (RAL),
but if not, will be tested non-parametric statistical Kruskal-Wallis.
These results indicate that construction submersible LED lights produce a
catch weight of 287.6 kg or higher than the fluorescent lamp construction 238.3
kg and 209.5 kg LED chandelier. Submersible LED lights produces 11 types of
organisms catches consisting of HTU 212 kg and HTS 74.8 kg, LED hanging
lamp 10 types of organisms (148.9 kg and 60.0 HTS) and fluorescent lamp result
6 tipe organisms (227.5 kg HTU and 10.8 kg HTS). Time to step on the effective
operation of the third lamp of stationary lift net is between the hours of 18:00 to
21:00 that produce (289.5 kg), while 21.00-24.00 hrs (166.8 kg), 3:00 to 6:00 pm
(146.3 kg) and 00:00 to 3:00 pm (134.4 kg).
Key words: Light emitting diode, LED submersible lamps, LED hanging lamps,
and fluorescent lamp and Sangrawayang
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
tanpa izin IPB.
APLIKASI LAMPU LED (LIGHT EMITTING DIODE) PADA
PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP
IMANUEL MUSA THENU
Tesis
Sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Diniah, MSi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis
: Aplikasi Lampu LED (Light Emitting Diode) pada
Pengoperasian Bagan Tancap
Nama
: Imanuel Musa Thenu
Nomor Pokok
: C451100011
Program Studi
: Teknologi Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Gondo Puspito, MSc
Ketua
Dr Sulaeman Martasuganda, MSc
Anggota
Diketahui oleh,
Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Tangkap
Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc
Tanggal Ujian : 18 Desember 2013
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr Ir Dahrul Syah, Msc Agr
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala anugerah, kekuatan dan karunia-Nya yang diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.
Penelitian yang berjudul “Aplikasi Lampu LED (Light Emitting Diode)
pada Pengoperasian Bagan Tancap” ini merupakan salah satu syarat untuk
meraih gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dr. Ir. Gondo Puspito, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan
Dr. Sulaeman Martasuganda, MSc, selaku anggota pembimbing yang telah
mengajarkan banyak hal kepada penulis. Penyusunan tesis ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
dan beasiswa bagi penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor;
2. Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual yang telah memberikan izin
kepada Penulis untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB;
3. Ketua Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap yang telah memberikan
arahan, masukan dan motivasi selama penulis menempuh studi di Program
Studi Teknologi Perikanan Tangkap;
4. Papa, mama dan adikku Livan dan William atas doa, semangat dan motivasi
yang selalu diberikan selama ini;
5. Elizabeth J. Tapotubun, S.Pi, M.Si dan Yeshua Nouch Huan Thenu, atas
motivasi yang diberikan selama ini;
6. Keluarga besar Thenu dan Tapotubun di Ambon dan Tual atas doa dan
semangat yang diberikan kepada penulis;
7. Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap yang
telah memberikan ilmu maupun pengalaman-pengalaman berharga bagi
penulis selama menempuh ilmu di IPB;
8. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium TPI atas semangat dan
kebersamaan yang terjalin erat selama ini khususnya, Pak Ismawan Tallo,
Didin Komarudin, David Julian, Misbah Sururi, Supriono Ahmad, Edy
Miswar, Mose Rahangningmas dan Muth Mainnah Yusuf;
9. Smile Crew “ Lady Tetelepta, Boy Toisuta, Styla Johanes, Meiske Manery,
Frejon Rieuwpassa, Aprillia Tomasoa; terima kasih untuk doa dan
kebersamaan kita selama ini; dan Persekutuan Mahasiswa Maluku
(PERMAMA); terima kasih untuk semua doa, nasihat dan kebersamaan
yang terjalin selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis
ini. Kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini sangat
diharapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2014
Imanuel Musa Thenu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR ISTILAH
xvi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
1
1
2
2
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bagan Tancap
Cahaya
Peran Cahaya pada Bagan Tancap
Jenis Tangkapan Bagan Tancap
Lampu LED (Light Emitting Diode )
5
6
7
7
8
10
3 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
13
4 METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Analisis Data
14
14
14
15
20
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Iluminasi Cahaya
Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Hasil Tangkapan Bagan Berdasarkan Jenis Lampu
Berat Hasil Tangkapan Berdasarkan Waktu Operasi Penangkapan
22
22
26
29
34
6 SIMPULAN DAN SARAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
44
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Spesifikasi lampu LED ultra bright 5 mm
Analisa ragam rancangan acak lengkap (RAL) anak contoh
Nilai iluminasi cahaya lampu celup LED pada medium udara
Nilai iluminasi cahaya lampu gantung LED pada medium udara
Nilai iluminasi cahaya lampu fluorescent pada medium udara
15
21
23
24
25
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kerangka pemikiran
Bagan tancap
Lampu LED ultra bright 5 mm
Lampu LED
Rangkaian paralel
Posisi pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter
Tampak depan posisi pemasangan lampu celup LED, lampu gantung
LED Dan lampu fluorescent
Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu celup LED pada medium
udara
Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu gantung LED pada medium
udara
Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu fluorescent pada medium
Udara
Komposisi berat hasil tangkapan bagan berdasarkan jenis organisma
Komposisi berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu celup
Komposisi berat hasil tangkapan bagan tancap menggunakan lampu
gantung
Komposisi berat hasil tangkapan menggunakan lampu fluorescent
Perbandingan berat hasil tangkapan berdasarkan jenis organisma dan
jenis lampu yang di gunakan
Presentase total hasil tangkapan per waktu hauling
Perbandingan berat organisma hasil tangkapan bagan dengan lampu
celup berdasarkan waktu penangkapan
Perbandingan berat organisma hasil tangkapan bagan dengan lampu
gantung berdasarkan waktu penangkapan
Perbandingan berat organisma hasil tangkapan bagan dengan lampu
fluorescent berdasarkan waktu penangkapan
4
5
12
14
15
17
19
23
25
26
27
29
31
32
33
36
37
37
37
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Peta lokasi penelitian
Alat dan bahan
Berat total organisma hasil tangkapan bagan tancap
Berat total organisma hasil tangkapan sampingan bagan tancap
Berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu celup
Komposisi berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu gantung
Berat hasil tangkapan bagan tancap menggunakan lampu fluorescent
Pengaruh penggunaan lampu terhadap hasil tangkapan
Hasil analisa sidik ragam pengaruh waktu penangkapan ketiga jenis
lampu terhadap hasil tangkapan
10 Gambar jenis organisma hasil tangkapan
44
45
50
50
51
51
52
52
53
56
DAFTAR ISTILAH
Bagan tancap
Batere kering
Charger
Fototaksis positif
Generator
HTT
HTU
HTS
Iluminasi cahaya
Intensitas cahaya
Konstruksi
LED (light emittion diode)
Light fishing
Luxmeter
Lampu gantung LED
Lampu celup LED
Lampu fluorescent
: Bagan tancap merupakan rangkaian
atau susunan bambu berbentuk
persegi empat yang ditancapkan
sehingga berdiri kokoh di atas
perairan, dimana pada tengah bagan
digantungkan lampu yang berfungsi
sebagai alat pengumpul ikan dan di
tengah bagan juga dipasangkan
jaring yang dapat dinaik-turunkan
untuk menangkap ikan
: Batere kering adalah sebuah sel atau
elemen sekunder dan merupakan
sumber arus listrik searah yang dapat
mengubah energi kimia menjadi
energi listrik
: Alat untuk mengisi batere kering
dengan tegangan konstan hingga
mencapai tegangan yang ditentukan
: Tertarik pada cahaya
: alat yang dapat mengubah tenaga
mekanik menjadi energi listrik
: Hasil tangkapan total
: Hasil tangkapan utama
: Hasil tangkapan sampingan
: Jumlah pancaran cahaya dalam satu
detik yang jatuh pada suatu
permukaan bidang
: Daya yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya pada arah tertentu per
satuan sudut
: Susunan yang saling terhubung
sehingga menjadi satu kesatuan
semi
konduktor yang
: Diode
memancarkan cahaya ketika dialiri
arus listrik
ikan
dengan
: Penangkapan
memanfaatkan cahaya sebagai alat
bantu penangkapan
: Alat untuk mengukur intensitas
cahaya
: Konstruksi lampu LED yang
posisinya di gantung
: Konstruksi lampu LED yang
posisinya dicelupkan ke dalam
perairan
: Lampu TL (tubular lamp)
Mesh size
Resistor
: Ukuran mata jaring
elekronika
yang
: Komponen
berfungsi sebagai penahan arus yang
mengalir dalam suatu rangkaian
1
I PENDAHULUAN
Latar belakang
Bagan tergolong alat tangkap yang bersifat pasif. Konstruksinya dibentuk
oleh susunan bambu yang dirangkai menjadi bangun berbentuk persegi. Kakikakinya ditancapkan ke dasar perairan, sehingga konstruksinya berdiri kokoh di
atas permukaan air. Pada bagian tengah bagan digantungkan lampu yang
berfungsi sebagai alat bantu pengumpul ikan. Pada bagian tengah bagan, juga
dipasang jaring yang dapat dinaikturunkan untuk menangkap ikan. Subani dan
Barus (1989) mengelompokkan jenis alat tangkap ini ke dalam jaring angkat.
Jenis alat tangkap bagan pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis
pada tahun 1950-an. Seiring dengan berjalannya waktu dan perpindahan nelayan
Bugis ke berbagai tempat di Indonesia, keberadaan bagan menyebar dan
berkembang di berbagai perairan Indonesia. Bentuk bagan juga mengalami
perubahan dan penyempurnaan. Jenis bagan yang umum dioperasikan selain
bagan tancap adalah bagan perahu, bagan rakit dan bagan apung. Jenis bagan
terakhir yang berukuran sangat besar disebut sebagai bagan rambo.
Keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan bagan tancap sangat
tergantung pada cahaya lampu. Fungsi cahaya di sini adalah sebagai pemikat ikan
untuk datang. Pemasangan sumber cahaya di atas jaring akan menyebabkan ikanikan yang bersifat fototaksis positif -- yang tertarik pada cahaya dan menjadi
tujuan penangkapan bagan -- akan berkumpul di bawah sumber cahaya. Jaring
yang telah ditenggelamkan akan dengan mudah menangkap gerombolan ikan yang
berkumpul di atasnya.
Ada banyak jenis sumber cahaya yang digunakan sebagai alat bantu
penangkapan ikan dengan bagan, salah satunya adalah lampu TL (tubular lamp)
atau fluorescent. Jenis lampu ini awalnya sangat popular tetapi saat ini dianggap
sangat tidak ekonomis, karena harga bahan bakar minyak sangat mahal. Ini sangat
dirasakan oleh nelayan bagan di berbagai tempat di Indonesia, salah satunya
adalah nelayan Desa Sangrawayang.
Sebagian besar penduduk desa Sangrawayang bermata pencaharian sebagai
nelayan bagan tancap. Menurut mereka permasalahan utama pada pengoperasian
bagan tancap adalah biaya operasinya yang sangat mahal. Mereka menggunakan
bensin untuk menghidupkan generator sebagai pemasok listrik untuk menyalakan
lampu fluorescent. Biaya operasi yang dikeluarkan oleh nelayan sering kali tidak
sebanding dengan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh.
Pada penelitian ini diujicobakan penggunaan lampu dengan sumber energi
alternatif berupa batere kering. Fungsi baterey kering sebagai media penyimpan
dan pensuplai arus listrik pada lampu yang telah dirancang khusus sebagai alat
bantu penangkapan pada bagan tancap. Jenis lampu yang digunakan adalah LED
(light emittion diode) yang murah dan sangat hemat energi.
Konstruksi lampu LED dibuat dalam 2 rancangan, yaitu konstruksi lampu
LED yang digantungkan di bawah bagan atau lampu gantung LED dan konstruksi
lampu LED yang dicelupkan ke dalam air atau lampu celup LED. Keberhasilan
2
ujicoba lampu LED diharapkan dapat membantu nelayan untuk mengoptimalkan
hasil tangkapan dan meminimalkan biaya operasi penangkapan.
Publikasi mengenai penggunaan lampu LED sebagai alat bantu
penangkapan ikan dengan bagan belum ditemukan. Beberapa hasil riset yang
didapatkan umumnya membahas mengenai penggunaan lampu fluorescent untuk
meningkatkan hasil tangkapan, seperti yang dilakukan oleh Taaludin (2000),
Syafrie (2012) dan Sulaiman (2006). Hasilnya membuktikan bahwa penggunaan
lampu fluorescent pada bagan dapat meningkatkan hasil tangkapan. Ketiga
publikasi ini dijadikan sebagai bahan masukan dalam melakukan pembahasan
hasil penelitian ini.
Rumusan masalah
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan bagan tancap adalah
cahaya yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan. Beberapa jenis sumber
cahaya yang digunakan oleh nelayan adalah lampu petromaks dan lampu
fluorescent. Masalah yang terdapat pada penggunaan kedua jenis lampu adalah
bahan bakarnya yang cukup mahal, sehingga biaya operasional nelayan bagan
semakin meningkat. Padahal nilai penjualan hasil tangkapan terkadang jauh lebih
murah dibandingkan dengan harga bahan bakar yang digunakan. Kondisi ini
menyebabkan banyak nelayan yang menghentikan kegiatan penangkapannya
untuk sementara.
Solusi untuk mengatasi permasalahan nelayan bagan adalah dengan
memanfaatkan jenis lampu yang efektif dalam menangkap ikan, hemat energi,
mudah digunakan, harganya murah, mudah dioperasikan dan biaya
operasionalnya murah. Jenis lampu yang dimaksud adalah LED atau light emitting
diode. Jenis lampu ini masih belum digunakan oleh nelayan bagan tancap. Padahal
jenis lampu ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan lampu
petromaks maupun lampu fluorescent. Sumber energi yang digunakan hanya
batere kering bertegangan 12 volt yang dapat diisi ulang dengan biaya yang sangat
murah.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan konstruksi lampu yang paling efektif untuk menangkap ikan
dengan bagan tancap.
2. Menentukan komposisi hasil tangkapan bagan tancap yang menggunakan
lampu LED yang digantung, dicelupkan ke dalam air dan lampu
fluorescent nelayan; dan
3. Menentukan waktu penangkapan yang paling efektif dalam pengoperasian
bagan tancap.
3
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan masukan kepada nelayan dalam meningkatkan produksi
bagan tancap dengan menggunakan lampu LED sebagai alat bantu
penangkapan.
2. Menghemat biaya pengoperasian bagan, karena biaya operasi lampu LED
sangat murah; dan
3. Menjadi masukan pada penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki
teknologi penangkapan ikan dengan bagan tancap.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Penggunaan lampu LED akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan bagan
tancap; dan
2. Komposisi jenis organisma hasil tangkapan bagan tancap dengan lampu
LED lebih bervariasi dibandingkan dengan lampu fluorescent.
4
Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bagan Tancap
Bagan tancap adalah alat penangkap ikan yang terdiri atas susunan bambu
berbentuk persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga
berdiri kokoh di atas perairan. Jaring dipasang pada bagian tengah bangunan yang
berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan (Gambar 2). Jenis alat tangkap ini
pertama kali diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950-an
(Subani dan Barus, 1989). Adapun menurut Sudirman dan Mallawa (2004), bagan
tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi empat yang
ditancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan. Alat tangkap ini bersifat in
mobile (tetap). Ini karena alat tersebut di tancapkan ke dasar perairan yang berarti
kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas, yaitu pada
perairan dangkal dengan kedalaman antara 8-15 m.
Jaring yang biasanya digunakan pada bagan berupa waring dengan mesh
size 0,5 cm. Posisi jaring berada di bagian bawah bangunan bagan. Jaring
diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk empat persegi. Bingkai bambu
tersebut dihubungkan dengan tali pada keempat sisinya yang berfungsi untuk
menaikturunkan jaring. Adapun alat bantu yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan jaring adalah penggulung. Pada keempat sisi jaring diberi pemberat
agar posisi jaring tetap stabil sewaktu dilakukan perendaman (Subani dan Barus,
1989).
Gambar 2 Bagan tancap
Bagan tancap merupakan salah satu alternatif teknologi penangkapan
dengan investasi yang relatif lebih murah jika di bandingkan dengan jenis alat
tangkap lainya. Warda, (2013). Pengoperasian bagan tancap tidak menggunakan
umpan. Alat bantu yang digunakan adalah atraktor cahaya. Fungsinya untuk
merangsang atau menarik perhatian ikan untuk datang berkumpul di bawah
cahaya lampu. Yuda (2012). Adapun jenis alat bantu yang digunakan untuk
6
membantu kelancaran operasi penangkapan diantaranya berupa serok dan
keranjang. Serok digunakan untuk mengambil hasil tangkapan, sedangkan
keranjang sebagai wadah untuk mengangkut ikan. Ayodyoa,( 1981).
Pengoperasian bagan dimulai pada saat matahari mulai tenggelam dan
diakhiri ketika matahari mulai terbit. Rincian pengoperasiannya, menurut Subani
dan Barus (1989), adalah sebagai berikut:
1. Persiapan berupa pengecekan terhadap jaring bagan, penggulung untuk
menaikturunkan jaring dan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat operasi
penangkapan;
2. Penyalaan lampu;
3. Penenggelaman jaring dilakukan ketika ikan mulai terlihat berkumpul di
bawah bagan;
4. Perendaman jaring selama waktu tertentu hingga gerombolan ikan terlihat di
atas jaring; dan
5. Pengangkatan jaring dilakukan setelah kawanan ikan berkumpul di atas
jaring. Kegiatan ini diawali dengan pemadaman lampu secara bertahap. Ini
dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkonsentrasi di atas jaring
bagan.
Hasil tangkapan bagan tancap, menurut Subani dan Barus (1989),
dikelompokkan atas hasil tangkapan utama dan sampingan. Hasil tangkapan
utama berupa jenis-jenis ikan pelagis kecil yang bersifat fototaksis positif, yaitu
teri (Stolephorus spp). Sementara hasil tangkapan sampingan meliputi cumi-cumi
(Loligo spp), layur (Trichulus savala), tembang (Sardinella fimriata), pepetek
(Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger spp), dan layang (Decapterus spp).
Cahaya
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang yang memiliki kecepatan
299.792.458 m/detik. Jems Clrak Maxwell (1831-187), seorang ahli fisika dari
Scotlandia menyebutkan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik (Ben
Yami, 1987).
Istilah iluminasi dan flux dikenal dalam ilmu cahaya. Menurut Cayless dan
Marsden (1983), iluminasi cahaya disebut juga sebagai intensitas penerangan atau
kekuatan penerangan. Intensitas penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada
suatu permukaan yang dinyatakan dalam satuan candella. Adapun flux cahaya
yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya merupakan seluruh cahaya yang
dipancarkan dalam satu detik. Pengukuran iluminasi cahaya dari suatu sumber
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
E = I/r2
Keterangan
:
E : Iluminasi cahaya (lux);
I : Intensitas cahaya (candella); dan
r : Jarak dari sumber cahaya (m).
7
Iluminasi suatu sumber cahaya akan semakin menurun dengan semakin
jauhnya jarak dari sumber cahaya dan nilainya akan semakin berkurang apabila
cahaya tersebut memasuki air.
Peran Cahaya pada Bagan Tancap
Teknik penangkapan ikan sejak dahulu sampai sekarang relatif sama, yakni
didasarkan pada pemanfaatan tingkah laku ikan. Pada bagan, atraktor berupa
cahaya buatan sangat diperlukan dalam proses penangkapan ikan. Fungsi atraktor
sebagai pengumpul jenis-jenis ikan yang bersifat fototaksis positif, sehingga
nelayan mudah melakukan penangkapan Yuda (2012). Menurut Effendi (2005),
keberhasilan penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya sangat ditentukan oleh
teknik penangkapan, kondisi perairan dan lingkungan serta kualitas cahaya yang
digunakan untuk memikat ikan. Adapun penetrasi cahaya yang masuk ke dalam
perairan sangat ditentukan oleh sifat alamiah cahaya matahari atau bulan, jumlah
partikel yang terkandung dalam air dan banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan air. Adapun menurut Subani dan Barus (1989), faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu
cahaya, yaitu:
1. Kecerahan
2.
3.
4.
5.
Jika kecerahan rendah atau air keruh berarti banyak terdapat zat atau
pertikel yang menyebar di dalam air. Cahaya yang masuk ke dalam air
akan habis terserap oleh zat-zat tersebut, sehingga ikan yang berada jauh
dari sumber cahaya tidak dapat mendeteksi akan adanya cahaya.
Angin, arus dan gelombang
Angin, arus dan gelombang mempengaruhi kedudukan lampu. Posisi
lampu yang bergerak akan merubah arah cahaya yang semula lurus
menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berkelip dan akhirnya
menimbulkan sinar yang menakutkan ikan. Semakin hembusan besar
angin, arus dan gelombang menyebabkan sinar yang menakutkan semakin
besar. Untuk mengatasi masalah ini, konstruksi dudukan lampu harus
disempurnakan. Selain itu, lampu dilengkapi dengan reflektor. Upaya lain
adalah dengan menempatkan lampu di bawah permukaan air.
Sinar bulan
Pada waktu bulan purnama sulit sekali untuk dilakukan penangkapan
dengan menggunakan lampu. Cahaya yang dipancarkan bulan menyebar
merata di permukaan air pada suatu areal yang sangat luas. Sebagai
akibatnya, ikan-ikan juga menyebar di permukaan air.
Daerah penangkapan ikan
Perairan teluk terhindar dari pengaruh gelombang besar, angin dan arus
yang kuat, sehingga memberikan dampak positif pada operasi
penangkapan ikan yang menggunakan alat bantu cahaya. Kondisi perairan
teluk sangat cocok diperuntukkan untuk pengoperasian bagan, karena
perairannya tenang.
Ikan atau binatang buas
Ikan yang tertarik oleh cahaya lampu didominasi oleh jenis ikan berukuran
kecil, seperti teri. Jenis ikan besar atau pemangsa umumnya berada di
8
lapisan yang lebih dalam. Adapun hewan air lain, seperti ular laut dan
lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengintai keberadaan ikanikan kecil tersebut. Hewan-hewan tersebut sesekali menyerang ikan-ikan
yang berkerumun di bawah lampu dan mencerai-beraikannya.
Jenis tangkapan bagan tancap
Bagan ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan fototaksis positif, seperti
teri (Stolephorus spp). Adapun hasil tangkapan sampingannya adalah tembang
(Sardinella fimbriata), cumi-cumi (Loligo sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung
(Rastreliger sp) (Subani dan Barus 1988).
Teri
Teri diklasifikasikan sebagai berikut: Saanin (1984),
Filum
: Chordata;
Subfilum
: Vertebrata;
Kelas
: Pisces;
Ordo
: Malacopterygii;
Subordo
: Percoidei;
Family
: Clupeidae;
Genus
: Stolephorus; dan
Species
: Stolephorus spp.
Teri umumnya berukuran kecil sekitar 6-9 cm. Bentuk tubuh bulat
memanjang (fusiform) dan pipih (compressed). Ikan ini umumnya menghuni
perairan dekat pantai dan hidup secara bergerombol. Tanda-tanda khas yang
dimilikinya diperlihatkan pada Gambar 3. Pada bagian samping tubuh teri terdapat
garis putih keperakan seperti selempang yang memanjang dari belakang kepala
hingga ekor.
Teri adalah jenis ikan yang termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis kecil.
Sumberdaya teri paling melimpah di perairan Indonesia, terutama pada perairan
dekat pantai (Gustaman dan Fauziyah 2012). Teri menyebar pada wilayah
Samudera Hindia bagian timur sampai Samudera Pasifik Tengah. Penyebaran ke
arah selatan mencapai Australia. Laevastu dan Hayes (1981) mengemukakan
bahwa teri selama siang hari membentuk gerombolan di dasar perairan dan
bermigrasi menuju permukaan pada malam hari dengan ketebalan mencapai
6-15 m.
Pemijahan teri berlangsung sepanjang tahun. Waktu pemijahan teri di Laut
Jawa berlangsung pada malam hari. Puncak pemijahan bersamaan dengan
perubahan musim, yaitu dari musim barat laut ke musim tenggara antara bulan
April-Mei dan sebaliknya dari musim tenggara ke musim barat laut antara
Desember-Januari. Nontji,( 2005).
9
Tembang
Tembang diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin 1984):
Filum
: Chordata;
Subfilum
: Vertebrata;
Kelas
: Pisces;
Subkelas
: Teleostei;
Ordo
: Malacopterygii;
Subordo
: Clupeidai;
Famili
: Clupeidae;
Subfamili
: Clupeinae;
Genus
: Clupea; dan
Spesies
: S. Fimbriata
Ciri-ciri morfologinya adalah memiliki bentuk badan fusiform, pipih dengan
duri di bagian bawah badan. Panjangnya berkisar antara 15 – 25 cm. Warna tubuh
biru kehijauan pada bagian atas dan putih keperakan pada bagian bawahnya.
Warna sirip pucat kehijauan dan tembus cahaya.
Tembang merupakan ikan pelagis yang banyak ditemukan di wilayah pantai.
Jenis ikan ini hidup secara bergerombol dan berpindah-pindah (Nybakken, 1992).
Makanannya berupa plankton atau organisme kecil. Perkembangbiakannya hanya
terjadi satu kali dalam setahun antara bulan Juni-Juli di wilayah pantai ketika suhu
udara dan kadar garam rendah.
Layur
Klasifikasi layur, menurut Nakamura dan Parin (1993), adalah sebagai
berikut :
Kingdom
Filum
Subfilum
Kelas
Ordo
Subordo
Superfamili
Famili
Genus
Spesies
: Animalia;
: Chordata;
: Pisces;
: Teleostei;
: Percomorphi;
: Scombroidae;
: Trichiuroidea;
: Trichiuridae;
: Trichiurus;
: Trichiurus lepturus.
Layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis. Daerah
penyebarannya meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia, seperti Tuban,
Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana.
Selain itu, layur juga terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala,
Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan
tersebar luas di perairan dangkal Afrika Selatan (Nakamura dan Parin, 1993).
Layur tergolong ikan demersal, yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat
dengan dasar perairan (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Jenis ikan ini biasanya
akan muncul ke permukaan perairan menjelang senja untuk mencari makan
10
(Nakamura dan Parin, 1993). Aktivitas layur relatif rendah, gerak ruaya tidak
terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, sehingga
penyebarannya relatif lebih merata dibandingkan dengan ikan pelagis.
Layur dari famili gempylidae biasanya ditemukan pada kedalaman lebih
dari 150 m dan layur dari family trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman
2000 m (Nakamura dan Parin 1993). Bal dan Rao (1984) menyatakan bahwa
habitat utama layur adalah laut dan terkadang memasuki estuari. Layur termasuk
jenis ikan karnivor yang dilengkapi dengan gigi yang kuat dan tajam pada kedua
rahangnya. Makanannya berupa udang-udangan, cumi-cumi, dan ikan kecil,
seperti teri dan sardin.
Cumi-cumi
Cumi-cumi diklasifikasikan kedalam (Roper, et al. 1984):
Filum
: Mollusca;
Kelas
: Cephalopoda;
Ordo
: Teuthoidea;
Sub ordo
: Myopsida;
Famili
: Loliginidae;
Genus
: Loligo, Sepioteuthis, dan Doryteuthis; dan
Spesies
: Loligo sp
Berdasarkan makanan dan cara makannya, cumi-cumi termasuk organisma
predator. Mangsanya berupah ikan-ikan kecil, seperti teri dan udang (Gustaman
dan Fauziyah, 2012), Cumi-cumi merupakan binatang bertubuh lunak dengan
bentuk tubuh memanjang silindris dan bagian belakang meruncing dengan
sepasang sirip berbentuk triangular atau bundar. Cumi-cumi mempunyai sepasang
mata di samping kepala. Pada bagian tengah kepalanya terdapat mulut yang
dikelilingi tentakel dengan alat penghisap. Cumi-cumi memiliki sejenis cangkang
yang sudah termodifikasi menjadi cangkang tipis mengandung zat tanduk atau
khitin yang disebut “pen” dan terletak di dalam mantel. Seluruh tubuh bagian
dalam dan sebagian dari kepalanya masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Pada
bagian kepala cumi-cumi terdapat lubang seperti corong yang dinamakan siphon.
Gunanya untuk mengeluarkan air dari rongga mantel yang menghasilkan daya
dorong untuk pergerakan cumi-cumi. Melalui siphon ini cumi-cumi terkadang
mengaluarkan tinta berwarna coklat kehitaman untuk menghindari predator
(Buchsbaum, et al., 1987).
Habitat cumi-cumi meliputi daerah pantai dan paparan benua sampai
kedalaman 400 m. Beberapa spesies cumi-cumi hidup di perairan payau.. Cumicumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok
dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam
harinya. Umumnya cumi-cumi tertangkap dengan menggunakan bantuan cahaya
(Ropper, et. al., 1984).
Lampu LED (light emitting diode)
LED atau light emitting diode merupakan komponen elektronik yang sudah
tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. Penggunaannya sudah sangat
11
meluas, diantaranya sebagai lampu mainan anak-anak, lampu rambu lalu lintas,
lampu indikator peralatan elektronik pada industri, lampu emergency, televisi,
komputer, pengeras suara, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat elektronik
lainnya sebagai indikator bahwa suatu sistem sedang berada dalam proses kerja.
Kelebihan LED adalah konsumsi listrik yang dibutuhkan tidak terlalu besar,
ukurannya kecil dan usia pakainya sangat panjang mencapai 100 ribu jam. Selain
itu, warnanya beragam sehingga dapat memperjelas bentuk atau huruf yang akan
ditampilkan. Bahan dasar LED adalah semi konduktor jenis dioda yang mamp ,u
memancarkan cahaya yang dapat mengubah energi listrik menjadi cahaya.
(http://indoled.host56.com/1_8_).
Keunggulan Lampu LED
Lampu LED sangat berguna untuk menekan pemanasan global dan
mengurangi emisi karbon dunia. Lampu ini berasal dari bahan semikonduktor,
jadi tidak diproduksi dari bahan karbon. Bila lampu LED digunakan di seluruh
dunia, maka konsumsi total energi listrik untuk penerangan akan berkurang
hingga mencapai 50%. Selisih emisi karbon yang dihasilkan dunia bisa mencapai
300 juta ton per tahunnya. Kelebihan lampu LED diuraikan berikut ini:
1. Efisiensi penggunaan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu
lain, yaitu lampu LED lebih hemat energi antara 80-90%;
2. Waktu pakai yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam;
3.
Tegangan DC yang rendah;
4.
Cahaya keluaran lampu LED bersifat dingin dan tidak memancarkan sinar
ultra violet dan energi panas; dan
Ukurannya
kecil
sehingga
sangat
praktis
digunakan
(http://indoled.host56.com/1_8_).
5.
Cara kerja lampu LED
LED adalah jenis dioda yang memiliki 2 kutub, yaitu anoda dan katoda
(Gambar 3). Lampu LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda
menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terbalik, karena LED tersebut
tidak akan menyala.
Gambar 3 Lampu LED ultra bright 5 mm
Sumber: http://indoled.host56.com/1_8
Karakteristik lampu LED berbeda-beda berdasarkan warna yang dihasilkan.
Jika arus listrik yang mengaliri lampu LED semakin tinggi, maka pancaran cahaya
yang dihasilkannya semakin terang. Namun demikian, arus yang diperbolehkan
mengaliri lampu LED hanya berkisar antara 10-20 mA pada tegangan 1,6– 3,5 V
12
berdasarkan karakter warna yang dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih
dari 20 mA, maka lampu LED akan terbakar. Oleh karena itu, resistor sangat
diperlukan untuk menghambat arus yang masuk ke dalam lampu LED agar tidak
terbakar (http//www. http://indoled.host56.com/1_8_).
Rangkaian paralel pada lampu LED
Lampu yang digunakan sebagai penerangan menggunakan banyak lampu
LED. Penyusunannya dilakukan secara paralel atau berderet. Semua input energi
listrik pada setiap komponen lampu LED berasal dari sumber yang sama. Susunan
paralel demikian menyebabkan jika ada kerusakan pada satu komponen atau satu
komponen dicabut, maka komponen yang lain tetap berfungsi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Rangkaian_seri_dan_paralel).
13
3 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Berdasarkan data profil pesisir Teluk Palabuhanratu, Desa Sangrawayang
merupakan salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan Simpenan, Kabupaten
Sukabumi (BLH Kabupaten Sukabumi dan PKSPL-IPB, 2003). Luas desa
mencapai 188 ha dengan ketinggian rata-rata 746 m dpl dan berbatasan langsung
pantai. Satuan morfologi penyusun pantai di wilayah pesisir desa terdiri atas
perbukitan dan daratan. Perbukitan merupakan ciri utama pantai selatan yang
memiliki pantai terjal, perbukitan bergelombang, dan kemiringan yang dapat
mencapai 40%. Satuan morfologi datarannya berkembang di sekitar muara sungai
dengan susunan yang terdiri atas pasir dan kerikil yang berasal dari endapan
limpahan banjir.
Kondisi iklim tropis di perairan Desa Sangrawayang dipengaruhi oleh
musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan musim angin timur yang
bertiup dari barat ke timur. Musim barat bertiup dari bulan Desember sampai
Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai
September (BLH Kabupaten Sukabumi dan PKSPL-IPB, 2003). Curah hujan
tahunan berkisar antara 2.500-3.500 mm/tahun dan hari hujan antara 110-170
hari/tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 180 - 300C dan
memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70-90% (PPN Palabuhanratu,
2007).
Ativitas perikanan di Desa Sangrawayang sangat tinggi. Terlihat dari
produksi pendaratan tangkapan yang sangat tinggi. Beberapa jenis ikan yang
sering didaratkan adalah: teri, tembang, layur, selar, dan bentrong. Adapun musim
penangkapan ikan terdiri atas 3 musim, yaitu (Tampubolon, 1990) :
1.
Musim banyak ikan ( Juni-September);
2.
Musim sedang ikan (Maret-Mei dan Oktober-November); dan
3.
Musim kurang ikan (Desember-Februari).
Perbedaan musim angin barat dan musim angin timur tersebut sangat
mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Keadaan oceanografi perairan yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sangat dipengaruhi oleh kekuatan
angin yang besar, terlebih pada musim barat. Selama musim ini ombak sangat
besar disertai dengan angin dan hujan yang sangat lebat yang mengakibatkan para
nelayan tidak dapat melaut. Sebaliknya pada musim timur, keadaan perairan
biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan ombak relatif kecil sehingga
memungkinkan para nelayan untuk melaut. Musim ini biasanya merupakan
musim puncak ikan.
14
4 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu penelitian laboratorium
dan lapang. Penelitian laboratorium dilakukan antara bulan Juni 2012-Mei 2013
bertempat di Laboratorium Bahan Alat Penangkapan Ikan, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB. Pada tahap ini dilakukan
perancangan lampu hemat energi dan pengukuran nilai iluminasinya pada medium
udara. Adapun penelitian lapang dilakukan antara bulan Juni 2013-Juli 2013.
Pada tahap ini dilakukan uji coba lampu hemat energi hasil rancangan
menggunakan alat tangkap bagan tancap di Desa Sangrawayang, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Alat dan Bahan
Alat
Alat dan bahan yang digunakan dibedakan berdasarkan tahapan penelitian.
Pada tahap penelitian laboratorium digunakan peralatan berikut, solder, luxmeter,
bor tangan, meteran, dan spidol. Adapaun peralatan yang digunakan pada
penelitian lapang berupa 4 lampu Tubular Lamp (TL) milik nelayan, 4 lampu
hemat energi dengan konstruksi digantung dan 4 lampu hemat energi dengan
konstruksi dicelupkan ke dalam air.
Bahan
Bahan yang diperlukan pada penelitian laboratorium adalah 400 lampu LED
(light emitting diode) 5 mm ultra bright (Gambar 4), corong plastik ø 24 cm, pipa
PVC (polyvinil chloride) ø 4 inci, 200 resistor 270 ohm 1 rol timah solder ø 0,5
mm, 1 mata bor ø 4,5 mm, dan 10 m kabel ø 0.05 mm. Bahan yang dipergunakan
pada penelitian lapangan meliputi : 3 unit bagan tancap, 2 batere kering 12 V,
charger batere kering merk Eko 10 A, 1 timbangan dan 1 unit generator. Secara
lebih lengkap, tampilan alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Gambar 4 Lampu LED ultra bright
15
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
percobaan. Penelitian diawali dengan perancangan dan pengukuran lampu hemat
energi, selanjutnya dilakukan ujicoba penangkapan ikan dengan bantuan lampu
yang telah dibuat. Lampu yang digunakan adalah jenis Lampu LED dengan
ukuran 5 mm berwarna putih dengan spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 1. Spesifikasi lampu LED Ultra Bright 5 mm
Tegangan maju
Jenis
Ukuran
warna
Min (v)
Max (v)
Sudut
pancaran
LED ultra bright
5 mm
Putih
3.2
3.4
60
(Sumber:http://www.warunglampu.com/2010/12/5mm-ultra-bright.html)
Resistor adalah komponen elektronika berjenis pasif yang mempunyai sifat
menghambat arus listrik Satuan nilai dari resistor adalah ohm, biasa disimbolkan
Ω. Resistor yang dipakai adalah resistor 270 Ω. Rangkaian yang dipergunakan
dalam perancangan lampu hemat energi adalah dengan menggunakan rangkaian
paralel (Gambar 5).
Gambar 5 RangkaianParalel
Lampu celup LED
Untuk merancang lampu celup dalam air digunakan pipa PVC (polyvinyl
chloride) ø 4 inci dengan panjang 35 cm sebagai media pemasangan lampu LED.
Permukaan pipa diberi warna perak untuk meningkatkan kekuatan pantul dan
diberi 400 lubang secara berderet sebagai dudukan lampu LED. Jarak antar lubang
sejauh 1,5 cm. Selanjutnya lampu LED – dengan rangkaian paralel -- dipasangkan
di sekeliling permukaan pipa
Pipa PVC yang diselimuti rangkaian lampu LED dimasukkan ke dalam
setoples kaca bermerek lionex dengan diameter 18 cm dan tinggi 38 cm.
Selanjutnya setoples diberi tutup yang telah dilubangi pada bagian atasnya sebagai
tempat untuk memasukkan kabel listrik. Untuk menahan air agar tidak dapat
masuk ke dalam setoples, maka antara tutup dan setoples diberi lem kaca.
16
Lampu gantung LED
Untuk merancang lampu gantung diperlukan corong sebagai media
pemasangan lampu LED. Diameter corong 24 cm dan tinggi 24 cm. Permukaan
dalam corong dilapisi dengan cat berwarna perak untuk meningkatkan daya
pantulnya. Selanjutnya, permukaan atas corong diberi 400 lubang berdiameter 4,5
mm dengan jarak antar lubang adalah 1 cm. Sebanyak 400 lampu LED
dipasangkan pada corong dengan rangkaian paralel.
Pengukuran intensitas cahaya lampu dengan luxmeter
Prosedur yang dilakukan adalah lampu dinyalakan di dalam ruang gelap dan
intensitasnya diukur pada jarak 1 m dengan luxmeter. Intensitas cahaya diukur
pada berbagai posisi, yaitu bawah dan sisi kanan-kiri. Nilai intensitas cahaya
pada setiap posisi pengukuran dicatat (Gambar 6).
17
1. Lampu celup LED
2. Lampu gantung LED
3. Lampu fluorescent
Gambar 6 Posisi pengukuran
intensitas
cahayadata
(1) lampu celup LED, (2)
Metode
pengambilan
lampu
dandata
(3) lampu
dengan luxmeter
Jenis data
yanggantung
diambilLED
berupa
primer.fluorescent
Data yang diambil
berupa
18
Intensitas cahaya pada beberapa kedalaman perairan, komposisi jenis ikan
hasil tangkapan dan jumlah hasil tangkapan (kg). Data tangkapan didapat dari
hasil operasi penangkapan ikan dengan bagan tancap.
Adapun data hasil tangkapan diperoleh dari hasil operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan bagan tancap. Urutannya adalah :
1.
Ujicoba di lapangan dilakukan dengan cara membandingkan hasil tangkapan
yang tertangkap antara lampu yang digantung, lampu yang dicelupkan
kedalam air dan lampu fluorescent. Operasi bagan dengan multi-catchable
area: 3 lampu (L1, L2, dan L3) dan 3 bagan tancap (J1, J2, dan J3) yang
dioperasikan secara bersamaan (Gambar 7);
2.
Bobot total hasil tangkapan pada setiap perlakuan ditimbang dan
diidentifikasi jenisnya;
3.
Pengoperasian alat tangkap dibagi dalam 4 kelompok waktu, yaitu pukul
18.00-21.00, 21.00-00.00, dan 00.00-03.00 dan 03.00-06.00 WIB, dan
4.
Operasi penangkapan dilakukan sebanyak 20 kali ulangan untuk setiap
perlakuan.
19
1.
2.
3.
Analisis Data
Gambar 7 (Tampak depan) posisi Pemasangan Ketiga Lampu.
1.Lampu celup LED, 2. Lampu gantung LED, 3. Lampu
fluorescent
20
Analisis Data
Data hasil tangkapan pada masing-masing perlakuan dianalisis secara
deskriptif komparatif. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan tangkap
dan efisiensi lampu hasil rancangan di banding lampu fluorescent yang biasa
digunakan nelayan.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh penggunaan lampu celup, lampu
gantung, dan lampu fluorescent (nelayan) pada waktu yang berbeda terhadap hasil
tangkapan dilakukan analisis statistik rancangan acak lengkap (RAL). Data yang
digunakan adalah jumlah hasil tangkapan (kg). Sebelum dilakukan uji (RAL), data
tersebut diuji kenormalannya menggunakan analisis klomogrov-smirnov. Jika data
menyebar normal, maka akan dilakukan uji statistik parametrik Rancangan Acak
Lengkap (RAL), Secara matematis, RAL dimodelkan sebagai berikut:
Yijk i ij ijk ; i = 1,2,3,...dst ; dan
j = 1,2,3…dst
Keterangan
:
:
:
:
Pengamatan perlakuan ke - i, ulangan ke – j dan anak
contoh ke - k;
Rataantengahpopulasi;
Perlakuan ke - i;
:
Pengaruh ulangan ke – j, perlakuan ke – i;dan
:
Galat anak contoh.
Yijk
i
ij
ijk
Asumsi yang dibutuhkan untuk analisis ini adalah :
1. Aditif, homogen, bebas, dan normal;
2. i bersifat tetap; dan
3. ijk ~ N (0, 2 ).
Adapun hipotesis yang diuji melalui analisis ini adalah:
Ho: 1 = 2 = 3 = ……. = 5 = 0
Ho : 1 = 2 = 3 = ……. = 5 ≠ 0
Kesimpulan yang diperoleh adalah bila Fhit Ftab , maka tolak 0 . Bila
Fhit Ftab maka gagal tolak Ho. Fhit diperoleh dari tabel sidik ragam ANOVA
(Tabel 2).
21
Tabel 2 Analisis ragam rancangan acak lengkap (RAL) anak contoh
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
Perlakuan
P-1
JKP
KTP
Sisa1
P (n-1)
JKS1
KTS1
Sisa 2
P*n (m-1)
JKS 2
KTS 2
(P*n*m) -1
JKT
Total
Keterangan
FK
JKT
KTP
KTS
dbu
dbs
:
:
:
:
:
:
:
F hitung
F tabel
KTP / KTS1 F ; dbp; dbs1
KTS1 / KTS 2
F ; dbp; dbs 2
Faktor koreksi;
Jumlah kuadrat tengah;
Jumlah kuadrat perlakuan;
Kuadrat tengah sisa;
Derajat bebas kisi; dan
Derajat bebas sisa.
Namun jika data tidak menyebar normal, maka uji statistik non parametrik
Kruskal-Wallis dilakukan. Rumus Kruskal wallis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Keterangan
:
k
:
nj
:
N = nj:
:
Banyak sampel;
Banyaknya perlakuan dalam sampel ke-j;
Banyaknya perlakuan dalam sampel; dan
Jumlah seluruh k sampel(kolom-kolom).
Selanjutnya, apabila kesimpulan yang diperoleh menunjukkan hasil
tangkapan pada setiap perlakuan berbeda nyata ( Fhit Ftab ; gagal tolak Ho), maka
dilakukan uji lanjut (Tukey test). Ini dilakukan untuk melihat perlakuan mana
yang paling berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Model persamaan Tukey test
adalah sebagai berikut:
W q ( p, fe)S y
Keterangan
Qa
P
fe
Sy
:
:
:
:
:
Nilai tabel (a=0,05);
Jumlah perlakuan;
Derajat bebas; dan
Kuadrat tengah sisa
22
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Iluminasi Cahaya
Bagan tergolong dalam light fishing karena menggunakan lampu sebagai
alat bantu penangkapan (Fridman, 1986). Fungsi lampu adalah sebagai pemikat
ikan yang bersifat fototaksis positif untuk datang ke bagan. Untuk memudahkan
penangkapan, maka posisi lampu berada tepat di atas jaring bagan
Iluminasi disebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan.
Intensitas penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada suatu permukaan.
Adapun flux cahaya yang di pancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah seluruh
jumlah cahaya yang di pancarkan dalam satu detik. Pengukuran iluminasi cahaya
dari suatu sumber dapat dilakukan dengan menggunakan rumus (Cayless dan
Marsden 1983):
E = I/r2
Keterangan
E
I
R
:
: Iluminasi cahaya (lux);
: Intensitas cahaya (candela); dan
: Jarak dari sumber cahaya (m).
Iluminasi suatu sumber cahaya akan semakin menurun dengan semakin
jauhnya jarak dari sumber cahaya dan nilainya akan semakin berkurang apabila
cahaya tersebut memasuki air.
Menurut Cayless dan Marsden (1983), cahaya dapat merambat pada
medium udara. Frekwensi cahaya tidak mengalami perubahan saat merambat di
udara. Cepat rambat dan panjang gelombang saja yang berubah. Hasil pengukuran
iluminasi cahaya terhadap lampu celup, lampu gantung dan lampu fluorescent
pada medium udara akan memberikan hasil yang cukup berbeda.
Lampu celup LED
Data hasil pengukuran iluminasi cahaya lampu celup pada berbagai sudut
dijelaskan pada Tabel 3, dan grafiknya pada Gambar 8. Cahaya lampu celup LED
pada medium udara memancar ke segala arah dengan iluminasi cahaya yang
berbeda pada setiap sudut pengukuran.
Hasil penentuan pola sebaran cahaya dengan luxmeter didapatkan bahwa
lampu celup LED memancarkan cahaya ke segala arah, kecuali sudut 0o dan 1200.
Penyebabnya, bagian atas tabung lampu celup LED ditutup oleh penutup setoples
yang tidak dapat ditembus oleh cahaya.
23
Tabel 3 Nilai iluminasi cahaya lampu celup LED pada medium udara
Iluminasi
Iluminasi
Iluminasi
Sudut
Sudut
Sudut
(lux)
(lux)
(lux)
120
0
0
0
240
14
130
10
10
3
250
16
140
12
20
6
260
38
150