Perjanjian Penempatan Dan Pemasangan Light Eminitting Diode (LED) DISPLAY : Studi Kasus Perjanjian Antara PT. Djarum Dengan CV. Pelangi Di Kotamadya Banda Aceh
PERJ
EMI
ANTA
JANJIAN
INITTIN
ARA PT.
N PENEM
G DIODE
DJARUM
Dia dan Mem DEPA UNMPATAN
E (LED) D
M dengan
ajukan Untu menuhi Sya Gelar DEA ARTEMEN FAK NIVERSITDAN PEM
DISPLAY
CV. PEL
ACEH
SKRIPS
uk Melengk arat-syarat r Sarjana HOLEH
ARUM AM 090200242 N : HUKUM
KULTAS HU AS SUMAT MEDAN
2013
MASANG
Y : STUDI
LANGI di
SI
kapi Tugas t Untuk Me Hukum MELIA 2 M PERDAT UKUM TERA UTA N
GAN REK
I KASUS
i KOTAM
s-tugas emperoleh TA BW ARAKLAME L
PERJAN
MADYA B
LIGHT
NJIAN
BANDA
(2)
PERJANJIAN PENEMPATAN DAN PEMASANGAN REKLAME LIGHT EMINITTING DIODE (LED) DISPLAY : STUDI KASUS PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM
DENGAN CV. PELANGI DI KOTAMADYA BANDA ACEH Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
DISUSUN OLEH : DEA ARUM AMELIA
NIM : 090200242
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN : PERDATA BW
DISETUJUI OLEH :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
Dr. Hasim Purba, SH. M. Hum NIP. 196603031985081001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Edy Ikhsan, SH.M.A Megarita, SH. CN. M.Hum
NIP.196302161988031002 NIP.196110111988032001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
(3)
NIM : 090200242
JUDUL SKRIPSI : PERJANJIAN PENEMPATAN DAN PEMASANGAN REKLAME LED (LIGHT EMINITTING DIODE) DISPLAY : STUDI KASUS PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM DENGAN CV. PELANGI DI KOTAMADYA BANDA ACEH.
Dengan ini menyatakan :
1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut adalah benar tidak merupakan jiplakan dari
skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat
hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya..
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, 16 Oktober 2013 Dea Arum Amelia
NIM : 090200242
Ket :
(4)
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, puji syukur atas segala karunia dan berkahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Sumatera Utara. Sehubungan dengan itu, disusun skripsi yang berjudul : PERJANJIAN PENEMPATAN DAN PEMASANGAN LIGHT EMINITTING DIODE (LED) DISPLAY : STUDI KASUS PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM dengan CV. PELANGI DI KOTAMADYA BANDA ACEH.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa hasil yang diperoleh masih jauh sempurna. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Namun terlepas dari segala kekurangan yang ada pada penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang besar kepada :
1. Kepada Ayahanda Bahrum Jamil Lubis dan Ibunda Hilda dahlia yang selalu memberikan
dukungan moral dan materil serta sangat membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta doa dan kasih sayang yang sedari kecil diberikan. Tanpa cinta, dukungan dan doanya sangat sulit bagi Penulis untuk mencapai cita-citanya. Skripsi ini Penulis persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda.
2. Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
beserta seluruh Pembantu Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu :
(5)
b. Syafrudin Hasibuan, SH. M.H.D.F.M sebagai Pembantu Dekan II.
c. Muhammad Husni, SH, M.Hum sebagai Pembantu Dekan III.
3. Dr. Hasim Purba, SH. M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Keperdataan dan Rabiatul
Syariah, SH. M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Edy Ikhsan SH. M.A sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan
waktunya dan memberkan bantuan, bimbingan, nasehat, pengarahan dan juga dukungan moril kepada Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Megarita, SH. CN. M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan banyak
waktu dan membimbing, memberikan pengarahan serta nasehat kepada Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Kepada seluruh Dosen dan staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Kepada seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpustakaan serta para pegawai di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada bapak Zakaria Hasibuan selaku Pimpinan PT. Djarum Kota Banda Aceh yang telah
membantu dan memberikan dukungan moril, serta mendapatkan bahan-bahan penelitian kepada Penulis.
9. Kepada Bapak H. Harsubakti Harahap dan bang harry serta pegawai CV.Pelangi advertising
yang telah membantu Penulis dalam memberikan penjelasan mengenai isi perjanjian dan proses pengerjaan perjanjian yang Penulis jadikan bahan skripsi Penulis.
(6)
10.Kepada adik-adik penulis, yaitu Putra bayu Pratama, Putri Arum Nia, Dina Aulia Bahrum, Mhd. Fauzan dan Mhd. Fauzi yang Penulis sayangi. Dan sepupu-sepupu, khususnya Regina Jasmine yang selalu memberi semangat serta tante-tante, te’ta, ai yang selalu memberikan perhatian dan semangat untuk penulis.
11.Kepada Luthfi Fauzi Fahmi yang telah banyak membantu, menemani kemana-mana penulis
ingin pergi dalam proses pengerjaan skripsi ini dan mengingatkan, mendukung serta membingungkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Kepada sahabat-sahabatku Cut Anisa, Khairunnisa Idris, Sarahp Sylviana, Uly Basariah,
Aldar Pk Velery, Budi Bahreisy, Fauzul Asyura, Mhd. Subhi Solih, yang telah membantu dan memaksa Penulis untuk cepat menyiapkan skripsi ini.
13.Kepada seluruh teman-teman stambuk 2009 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Akhir kata kiranya diharapkan oleh Penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan Ilmu Hukum di Indonesia dan semoga dengan skripsi ini dapat memberikan masukan yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Medan, 15 Oktober 2013 Penulis,
Dea Arum Amelia NIM : 090200242
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..……… i
DAFTAR ISI………...………... v
ABSTRAKSI………..………..vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belaka……….………...1
B. Rumusan Masalah ………..6
C. Tujuan Penelitian………...6
D. Manfaat Penulisan ……….7
E. Metode Penelitian …….……….8
F. KeaslianPenulisan……….……….…….8
G. Sistematika Penulisan ………...9
BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN DALAM KUHPerdata A. Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya …….…………..12
B. Asas – asas Hukum Perjanjian ………...18
a. Asas Personalia………..……….18
b. Asas Kebebasan Berkontrak ………..20
c. Asas Konsesualitas………...30
C. Syarat – syarat Sahnya Sebuah Perjanjian ………...31
D. Jenis – jenis Perjanjian ...……….36
E. Isi Pokok Sebuah Perjanjian ………41
F. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian …………...44
BAB II REKLAME SECARA UMUM A. Pengertian Reklame dan Macam – macam Reklame ………..50
a. Pengertian Reklame.………...50
b. Macam- macam Reklame ………..51
(8)
C. Izin Pemasangan Reklame dan Akibat Hukum ………...59
BAB IV PERJANJIAN PENEMPATAN DAN PEMASANGAN REKLAME LED DISPLAY STUDI KASUS : PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM DENGAN CV. PELANGI
A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pemasangan dan
Penempatan Reklame LED Display ………...64
B. Implementasi Kontrak Perjanjian Pembuatan LED Display
dilapangan………...67
C. Risiko dan Berakhirnya Perjanjian serta Mekanisme Penyelesaian
Sengketa……….…..76
a. Risiko dan berakhirnya perjanjian……….……..76
b. Penyelesaian sengketa ……….79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………..……….81
B. Saran……….………84
DAFTAR PUSTAKA………...………85 LAMPIRAN
(9)
ABSTRAK
Pada saat ini, sering kita lihat banyak barang atau jasa yang diproduksi ataupun dipasarkan oleh perusahaan‐perusahaan selaku produsen berupa produk (barang) yang sejenis ataupun barang yang berbeda kualitas atau mutu suatu barang tersebut. Para perusahaan yang memproduksi dan menyediakan jasa selalu terjadi persaingan dengan perusahaan lainnya, Adapun cara yang digunakan sebuah perusahaan dalam mempromosikan ataupun memasarkan produknya adalah melalui iklan, baik iklan melalui media cetak berupa majalah, surat kabar, selebaran (brosur ), baliho, billboard, ada juga melalui media elektonik seperti radio, televisi ataupun melalui LED Display (video tron) yang merupakan kesatuan bentuk, ukuran, gambar, tulisan dan gerakan‐gerakan yang menggunakan media penampakan baik cat dan/atau alat lainnya seperti lampu dan lain sebagainya. LED Display sendiri mampu menampilkan video maupun foto dengan berbagai animasi, bahkan bisa menampilkan teks atau tulisan berjalan yang biasa kita sebut dengan running text atau moving sign, dan tampilan yang dihasilkan menjadi lebih nyata seperti televisi dalam skala yang besar. Adapun yang akan di bahas penulis dalam skripsi ini adalah perjanjian antara PT. Djarum dengan PT. Pelangi ini merupakan perjanjian dalam pembuatan, pemasangan serta perawatan Reklame luar ruang atau LED Display. Yang dalam perjanjian ini PT. Pelangi bertanggungjawab mulai dalam proses pengerjaan, pemasangan dan perawatan papan reklame LED Display.
Sejalan dengan ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian sebagai landasan utama dan penilaian dalam penyusunan maka dilakukan penelitian lapangan melalui wawancara dengan para pihak yang terkait dalam perjanjian yang disebut data primer, dan penelitian kepustakaan dengan cara pengumpulan data-data dan teori yang ada melalui kepustakaan yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder, adapun data skunder dalam penulisan skripsi ini adalah berasal dari undang-undang dan buku-buku perpustakaan maupun buku-buku pribadi penulis.
Mengenai tinjauan atas perrjanjian kerjasama yang dilakukan antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi tentang pemasangan dan penempatan reklame luar ruang / LED Display penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa perjanjian yang dibuat antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi sesuai dengan apa yang di maksud dalam pasal 1313 KUHPerdata, dan perjanjian ini merupakan jenis perjanjian bernama, yang termasuk dalam jenis perjanjian kerjasama. Dalam perjanjian ini juga menjelaskan apa yang menjadi lingkup pekerjaan yang harus terlaksana dalam yang di perjanjikan dalam perjanjian,pengawasan pekerjaan mulai dari di buatnya reklame LED Display tersebut sampai selesainya pemasangan di lokasi yang telah disepakati dalam perjanjian.
(10)
ABSTRAK
Pada saat ini, sering kita lihat banyak barang atau jasa yang diproduksi ataupun dipasarkan oleh perusahaan‐perusahaan selaku produsen berupa produk (barang) yang sejenis ataupun barang yang berbeda kualitas atau mutu suatu barang tersebut. Para perusahaan yang memproduksi dan menyediakan jasa selalu terjadi persaingan dengan perusahaan lainnya, Adapun cara yang digunakan sebuah perusahaan dalam mempromosikan ataupun memasarkan produknya adalah melalui iklan, baik iklan melalui media cetak berupa majalah, surat kabar, selebaran (brosur ), baliho, billboard, ada juga melalui media elektonik seperti radio, televisi ataupun melalui LED Display (video tron) yang merupakan kesatuan bentuk, ukuran, gambar, tulisan dan gerakan‐gerakan yang menggunakan media penampakan baik cat dan/atau alat lainnya seperti lampu dan lain sebagainya. LED Display sendiri mampu menampilkan video maupun foto dengan berbagai animasi, bahkan bisa menampilkan teks atau tulisan berjalan yang biasa kita sebut dengan running text atau moving sign, dan tampilan yang dihasilkan menjadi lebih nyata seperti televisi dalam skala yang besar. Adapun yang akan di bahas penulis dalam skripsi ini adalah perjanjian antara PT. Djarum dengan PT. Pelangi ini merupakan perjanjian dalam pembuatan, pemasangan serta perawatan Reklame luar ruang atau LED Display. Yang dalam perjanjian ini PT. Pelangi bertanggungjawab mulai dalam proses pengerjaan, pemasangan dan perawatan papan reklame LED Display.
Sejalan dengan ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian sebagai landasan utama dan penilaian dalam penyusunan maka dilakukan penelitian lapangan melalui wawancara dengan para pihak yang terkait dalam perjanjian yang disebut data primer, dan penelitian kepustakaan dengan cara pengumpulan data-data dan teori yang ada melalui kepustakaan yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder, adapun data skunder dalam penulisan skripsi ini adalah berasal dari undang-undang dan buku-buku perpustakaan maupun buku-buku pribadi penulis.
Mengenai tinjauan atas perrjanjian kerjasama yang dilakukan antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi tentang pemasangan dan penempatan reklame luar ruang / LED Display penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa perjanjian yang dibuat antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi sesuai dengan apa yang di maksud dalam pasal 1313 KUHPerdata, dan perjanjian ini merupakan jenis perjanjian bernama, yang termasuk dalam jenis perjanjian kerjasama. Dalam perjanjian ini juga menjelaskan apa yang menjadi lingkup pekerjaan yang harus terlaksana dalam yang di perjanjikan dalam perjanjian,pengawasan pekerjaan mulai dari di buatnya reklame LED Display tersebut sampai selesainya pemasangan di lokasi yang telah disepakati dalam perjanjian.
(11)
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Pada saat ini, sering kita lihat banyak barang atau jasa yang diproduksi ataupun dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan selaku produsen berupa produk (barang) yang sejenis ataupun barang yang berbeda kualitas atau mutu suatu barang tersebut. Para perusahaan yang memproduksi dan menyediakan jasa selalu terjadi persaingan dengan perusahaan lainnya, sehingga berbagai cara pun dilakukan para perusahaan untuk memperkenalkan produk (barang) atau jasa yang disediakan oleh perusahaan/produsen tersebut kepada para konsumen. Dalam memasarkan produk tersebut perusahaan selaku produsen mempunyai cara berbisnis tersendiri dan berbeda. Ada juga perusahaan memasarkan produknya dengan persaingan harga ataupun dengan memberikan bonus-bonus hadiah jika membeli produk dari perusahaan tersebut.
Adapun cara-cara yang digunakan sebuah perusahaan selaku produsen dalam mempromosikan ataupun memasarkan produknya adalah melalui iklan, baik iklan melalui media cetak berupa majalah, surat kabar, selebaran (brosur ), baliho, billboard, ada juga melalui media elektonik seperti radio, televisi ataupun melalui Ligth Eminitting Diode yang selanjutnya disebut LED Display (video tron) yang merupakan kesatuan bentuk, ukuran, gambar, tulisan dan gerakan-gerakan yang menggunakan media penampakan baik cat dan/atau alat lainnya seperti lampu dan lain sebagainya. LED Display sendiri mampu menampilkan video maupun foto dengan berbagai animasi, bahkan bisa menampilkan teks atau tulisan berjalan yang biasa kita
sebut dengan running text atau moving sign, dan tampilan yang dihasilkan menjadi lebih nyata
(12)
Sedangkan dalam mempromosikan produk yang dilakukan oleh tiap-tiap perusahaan, masyarakat selaku konsumen adalah sasaran dalam produk yang ditawarkan mereka selaku pihak produsen. Iklan sudah menjadi suatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat saat ini, bahkan rumah-rumah masyarakat juga dijadikan jasa mempromosikan sebuah produk dari suatu perusahaan, dengan mengecat dinding rumah ataupun warung, namun tetap dengan izin dan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.
Yang dimaksud dengan reklame itu sendiri adalah berupa benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang pribadi atau badan, yang ditempatkan ditempat tertentu sehingga dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan atau dinikmati oleh umum. Papan reklame berarti alat peraga atau poster dalam ukuran tertentu dan didesain untuk dilihat orang yang melakukan perjalanan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi.
Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang pembuatan reklame 2 dimensi (LED Display) atau video tron yang biasa disebut dengan TV billboard antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi selaku jasa Advertising, yang telah memiliki prosedur yang telah disepakati oleh masing-masing pihak.
Adapun para pihak yang terkait dalam perjanjian pembuatan reklame LED Display tersebut adalah :
1. GUNADI HADIWIJAYA, swasta, dalam hal ini bertindak berdasarkan Surat Kuasa
dibawah tangan bermaterai cukup, selaku kuasa dari Tuan Hongki Harjo, Direktur Perseroan Terbatas yang akan disebut dibawah ini, demikian mewakili Direksi dari dan
(13)
oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili PT. DJARUM, suatu Perseroan Terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, berkedudukan di Kudus.
2. H.HARSUBAKTI HARAHAP, swasta, bertempat tinggal di Medan, Jl.Karya No.136,
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku Direktur Perseroan Terbatas yang akan disebut dibawah ini, demikian mewakili direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili CV PELANGI ODP, suatu Perseroan Terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jl.Karya No.136 Medan, yang anggaran dasarnya telah mendapat persetujuan dari menteri Hukum dan HAM RI dengan surat Keputusannya tertanggal 9 Mei 1996 No.335/CV/PEND/1996 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI No.46, Tambahan No.10.
3. Pemerintah Perizinan Kotamadya Banda Aceh, bertempat di Jl.Tgk.Abu Lam U No.7
Kecamatan Balturrahman Kota Banda Aceh, yang merupakan kantor penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya mulai dari permohonan sampai terbitnya dokumen, dilakukan dalam 1 (satu) tempat dengan waktu yang telah ditetapkan.
Pihak pertama dalam perjnjian ini adalah sebuah peusahaan yang bergerak dalam bidang industri tembakau khususnya rokok yang memasarkan produk antara lain menggunakan merek Djarum Super, Djarum Black, Ten Mild, LA Lights, Djarum Coklat, Djarum 76, Clavo yang salah satu diantaranya melalui reklame luar ruang.
Pihak kedua dalam perjanjian ini merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, yang telah memiliki pengalaman yang cukup dengan segala kompetensinya untuk melaksanakan pekerjaan pembuatan dan pemasangan Reklame LED termasuk tetapi tidak terbatas pada pengurusan segala perjanjian
(14)
yang diperlukan, membuat dan/atau menyediakan bahan-bahan Reklame LED yang akan dipasang/diperlukan. Termasuk pemasangan papan reklame dengan tiang papan reklame yang kuat dan aman, dalam arti kata yang seluas-luasnya.
Pihak ketiga dalam perjanjian ini merupakan pemerintah perizinan Kotamadya Banda Aceh yang memiliki dasar hukum peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 379 Tahun 2006 tentang Tata Laksana Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh.
Dalam perjanjian antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi ini merupakan perjanjian dalam pembuatan, pemasangan serta perawatan Reklame luar ruang atau LED Display. Yang dalam perjanjian ini CV. Pelangi bertanggungjawab mulai dalam proses pengerjaan, pemasangan dan perawatan papan reklame LED Display.
Dalam perjanjian ini, pihak kedua yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan pembuatan dan pemasangan sampai dengan terpasangnya reklame dengan baik sesuai dengan desain dan spesifikasi teknis serta bestek. Dan jika terjadi keterlambatan kepada pihak pertama, pihak kedua bersedia membayar penalti atau ganti rugi keterlambatan kepada pihak pertama sebesar satu permil dari jumlah nilai pekerjaan.
Didalam hukum perjanjian dianut asas kebebasan berkontrak (Partij Autonomie) yang
terdapat didalam pasal 1338 KUHPerdata yang isinya : “ Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya “. Sehingga dalam perjanjian ini para pihak bebas menentukan isi perjanjian asal tidak bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum dan dibuat dengan itikat baik.
Setiap pekerjaan sudah tentu mempunyai risiko, demikian juga dengan pemasangan papan reklame tentu juga ada risiko yang dapat terjadi, misalnya saja apabila ada pembangunan
(15)
yang dilakukan oleh pemerintah dimana bisa saja karena adanya pembangunan tersebut, sehingga papan reklame tersebut mengakibatkan hilangnya kegunaan reklame yang sudah dipasang, maka papan reklame tersebut terpaksa dicabut dari tempat tersebut, dan dapat dipasang ditempat lain yang lebih layak yang tidak mengganggu kegunaan dari reklame tersebut.
Lokasi dalam pemasangan reklame tersebut ditentukan oleh pihak kedua sebagai jasa advertising, namun selanjutnya diserahkan kepada pihak produsen untuk memilih lokasi yang diinginkan dan sesuai dengan tempat yangt diizinkan untuk pemasangan papan reklame tersebut. Ukuran serta lokasi reklame tersebut harus terlebih dahulu disesuaikan dengan kontruksi bangunan sehingga tidak merusak keindahan bangunan tersebut, namun apabila ternyata papan reklame tersebut menggangu keindahan bangunan, mengganggu penghijauan atau hal lain yang tidak sesuai, maka pemasangan ini bisa saja ditolak ataupun tidak mendapatkan izin dari perizinan yang di pakai Qanun Kota Banda Aceh no 8 Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan Latar Belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yakni:
1. Apakah yang menjadi hak dan kewajiban yang timbul terhadap para pihak dengan berlaku dan
berakhirnya perjanjian?
2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja sama pembuatan reklame LED display antara PT.
Djarum dengan jasa Advertising CV. Pelangi?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa jika terjadi permasalahan dalam perjanjian antara PT.
Djarum dengan CV. Pelangi?
(16)
Dalam melakukan penulisan tentu sudah harus mengetahui apa yang menjadi tujuan dari penulisan tersebut. Demikian juga dalam melakukan penulisan skripsi ini. Maka yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
Pertama, membahas apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian penempatan, pemasangan, serta perawatan reklame tersebut. Karena dalam KUHPerdata belum ada secara jelas dan tegas mengatur mengenai perjanjian tersebut.
Kedua, menjelaskan bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja sama pembuatan reklame LED display antara PT. Djarum dengan jasa Advertising CV. Pelangi sebelum adanya perjanjian tersebut sampai dengan berjalannya kontrak.
Ketiga, memberikan penjelasan apa yang akan menjadi tanggungjawab para pihak terhadap risiko yang mungkin akan terjadi selama masih berjalannya perjanjian tersebut dan proses penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan antara para pihak.
Keempat, untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Memberikan informasi dan tentang perjanjian pembuatan reklame LED antara PT. Djarum
dengan CV. Pelangi.
2. Sebagai bahan refrensi bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam tentang
perjanjian kerjasama antar perusahaan rokok sebagai pengguna jasa advertising dengan pemberi jasa periklanan LED.
(17)
Sejalan dengan ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian sebagai landasan utama dan penilaian dalam penyusunan maka dilakukan penelitian lapangan melalui wawancara dengan para pihak yang terkait dalam perjanjian dan penelitian kepustakaan dengan cara pengumpulan data-data dan teori yang ada melalui kepustakaan, sehingga penelitian dalam memperoleh data-data dalam penulisan skripsi ini, penulis memakai metode :
1. Penelitian Pustaka ( Library research ), dengan pengumpulan data-data yang berdasarkan
atas study pustaka dengan menggunakan undang-undang dan buku-buku bacaan tentang Perikatan, Perjanjian, Reklame dan yang behubungan dengan judul skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan ( Field research ), dengan pengumpulan data-data dengan langsung
kelapangan untuk mencari bahan yang akan digunakan, guna untuk membantu penyelesaian penulisan skripsi dan melakukan wawancara kepada pihak-pihak seperti :
- PT. Djarum, dalam hal ini selaku perusahaan rokok yang ingin membuat iklan produknya
dengan menggunakan reklame LED.
- CV. Pelangi, selaku perusahaan yang menyiapkan tempat serta membuat reklame LED
tersebut.
- Pemerintah perizinan Kotamadya Banda Aceh, selaku pihak yang memberikian izin
penempatan reklame LED tersebut.
F. Keaslian Penulisan
Skripsi dengan judul “ PERJANJIAN PEMBUATAN REKLAME LED DISPLAY : STUDI KASUS PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM DENGAN CV. PELANGI “ belum pernah ditulis oleh siapapun sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada prinsipnya skripsi ini penulisannya diperoleh berdasarkan literatur yang ada, baik dari perpustakaan, media elektronik, wawancara kepada para pihak yang terkait dalam penulisan
(18)
skripsi ini, serta ditambahkan pemikiran penulis. Oleh karena itu skripsi ini adalah asli merupakan karya ilmiah milik penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun akademik.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penguraian pembahasan masalah skripsi ini, maka untuk lebih memudahkan penyusunannya dilakukan secara sistematis. Skripsi ini terbagi dalam 5 BAB, yang terdiri sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini secara umum digambarkan garis besar tentang Latar Belakang pemilihan judul yang dipilih oleh penulis serta hal-hal yang mendorong penulis untuk mengangkat judul “PERJANJIAN PEMBUATAN REKLAME LED DISPLAY : STUDI KASUS PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM DENGAN CV. PELANGI”, dan bab ini juga mencakup permasalaha pokok skripsi ini, tujuan penulis melakukan penelitian, manfaat dari penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: PENGERTIAN PERJANJIAN DALAM Kitab Undang-undang Hukum
Perdata
Pada bab ini membahas tentang pengertian dan dasar hukum sebuah perjanjian, syarat sahnya sebuah perjanjian, jenis-jenis perjanjian, isi pokok sebuah perjanjian, hak dan kewajiban para pihak dalam sebuah perjanjian.
(19)
BAB III: REKLAME SECARA UMUM
Dalam bab ini membahas tentang pengertian reklame dan macam-macam reklame, urgensi reklame dalam peningkatan nilai produk atau barang, serta bagaimana izin pemasangan reklame serta akibat hukumnya dalam perjanjian ini.
BAB IV: PERJANJIAN PEMBUATAN REKLAME LED DISPLAY : STUDI KASUS
PERJANJIAN ANTARA PT. DJARUM DENGAN CV. PELANGI
Bab ini merupakan pembahasan dari judul yang diambil oleh penulis sehingga dalam bab ini menjelaskan bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pembuatan reklame LED Display, implementasi kontrak perjanjian pembuatan LED Display dilapangan, serta risiko dan berakhirnya perjanjian dan mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi permasalahan dikemudian hari dalam perjanjian tersebut.
BAB V: PENUTUP
Bagian akhir dari skripsi ini berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran
(20)
BAB II
PENGERTIAN PERJANJIAN DALAM KUHPerdata
A. Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya
Perjanjian menurut pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa Perjanjian adalah : “ menyatakan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih “1
Ketentuan dari pasal ini sebenarnya kurang begitu memuaskan, karena ada beberapa
kelemahan. Adapun yang menjadi kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut :2
1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini diketahui dari perumusan “ satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya “.
2.Kata perbuatan mencakup juga terhadap konsensusnya.
3. Pengertian perjanjian terlalu luas.
4.Tanpa menyebut tujuan.
5. Ada bentuk tertentu lisan dan tulisan.
6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian, sebagai isi perjanjian, seperti disebutkan
dibawah ini :
a. Syarat ada persetujuan kehendak.
b. Syarat kecakapan pihak-pihak.
c. Ada hal-hal tertentu.
d. Ada klausa yang halal.
1 http://ihsan26theblues.wordpress.com/2011/06/02/hukum-perjanjian/ 2 http/://www.negarahukum.com/hukum/perjanjian-perikatan-kontrak.html
(21)
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang dalam bentuknya perjanjian itu dapat dilakukan sebagai suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji
dan kesanggupan yang diucapkan secara lisan ataupun secara tertulis.3
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Perjanjian mengandung pengertian bahwa : suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.
Dari pengertian singkat diatas dapat dilihat beberapa unsur yang memberi wujud
pengertian perjanjian, antara lain : “ hubungan hukum ( rechtsbetrekking ) yang menyangkut
hukum kekayaan antara dua orang atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Sehingga demikian, perjanjian adalah hubungan hukum
rechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara perorangan adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum. Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian bukan suatu hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai dalam harta benda kekeluargaan.
(22)
Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan yang lain tidak bisa timbul dengan
sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya “ tindakan hukum “ rechtshandeling.
Tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh hak dan pihak satunya lagi memikul kewajiban menyerahkan/menunaikan prestasi.
Prestasi ini sendiri merupakan objek atau “ voorwerp ” dari perjanjian. Tanpa prestasi,
hubungan hukum yang dilakukan berdasarkan tindakan hukum sama sekali tidak memiliki arti apa-apa bagi hukum perjanjian.
Perjanjian atau verbintenis mempunyai sifat yang dapat dipaksakan, akan tetapi tidak
semua perjanjian atau verbintenis mempunyai sifat memaksa, pengecualiannya misalnya pada
natuurlijke verbintenis. Dalam hal ini perjanjian tersebut bersifat “ tanpa hak memaksa “. Jadi
natuurlijke verbintenis adalah perjanjian tanpa mempunyai kekuatan memaksa (de verbintenis met zonder rechtsdwang).
Dengan demikian dapat di bedakan antara :
1. Perjanjian tanpa kekuatan hukum (zonder rechtwerking) yaitu : perjanjian yang ditinjau dari
segi hukum perdata tidak mempunyai akibat hukum ( rechtsgevolg) yang mengikat. Misalnya
perjanjian keagamaan, moral, sopan santun dan sebagainya.
2. Perjanjian yang mempunyai kekuatan hukum “ tak sempurna “ (onvolledige rechtswerking),
seperti natuurlijke verbintenis. Bahwa ketidaksempurnaan daya hukumnya terletak pada
(23)
3. Verbintenis yang sempurna daya kekuatan hukumnya (volledige rechtsweking). Disini pemenuhan dapat dipaksakan kepada debitur jika dia ingkar secara sukarela melaksanakan kewajiban prestasi.
A.1 Sistem Keterbukaan yang Terkandung Dalam Hukum Perjanjian
Dalam hukum benda mempunyai suatu sistem tertutup, sedangkan dalam hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Artinya macam-macam hak atas benda adalah terbatas dan peraturan mengenai hak-hak atas benda itu bersifat memaksa, sedangkan hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Dalam membuat suatu perjanjian para pihak diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Mereka dapat mengatur sendiri keentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka adakan itu. Namun jika para pihak yang akan melakukan perjanjian tersebut tidak mengatur sendiri, itu berarti para pihak tersebut akan tunduk kepada undang-undang.
Sistem terbuka, yang mengandung suatu asas kebebasan membuat perjanjian, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata lazimnya disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1), yang berbunyi : “ Semua perjanjian ynag dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya “. Selanjutnya, sistem terbuka dari hukum perjanjian itu juga mengandung suatu pengertian, bahwa perjanjian khusus yang diatur dalam undang-undang hanyalah merupakan perjanjian yang paling terkenal saja dalam masyarakat pada waktu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dibentuk.
(24)
Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas, yang dinamakan asas konsensualisme.
Perkataan ini berasal dari perkataan latin consensus yang berarti sepakat. Asas konsensualisme
bukanlah berarti untuk suatu perjanjian disyaratkan adanya kesepakatan. Ini sudah semestinya! Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, berarti dua pihak sudah setuju atau bersepakat mengenai sesuatu hal.
Arti asas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidak-lah diperlukan sesuatu formalitas.
Dikatakan juga, bahwa perjanjian-perjanjian itu pada umumnya "konsensuil". Adakalanya undang-undang menetapkan, bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diharuskan perjanjian itu diadakan secara tertulis (perjanjian perdamaian) atau dengan akta notaris (perjanjian penghibahan barang tetap), tetapi hal yang demikian itu merupakan suatu kekecualian yang lain, bahwa perjanjian itu sudah sah dalam arti sudah mengikat. Apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian itu.
Asas konsensualisme tersebut lazimnya disimpulkan dari Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi :
"Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 4
1. sepakat mereka yang mengikat dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
(25)
Namun jika menyimak rumusan Pasal 1338 (1) BW yang menyatakan bahwa: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Istilah “secara sah” bermakna bahwa dalam pembuatan perjanjian yang sah
(menurut hukum) adalah mengikat (vide Pasal 1320 BW), karena didalam asas ini terkandung
“kehendak para pihak”5untuk saling mengikatkan diridan menimbulkan kepercayaan
(vertrouwen) diantara para pihak terdapat pemenuhan perjanjian. Didalam Pasal 1320 BW
terkandung asas yang esensial dari hukum perjanjian, yaitu asas “konsensualisme” yang
menentukan adanya perjanjian (raison d’erte, het bestaanwaarde).6 Didalam asas ini terkandung
kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan menimbulkan kepercayaan (vertrouwen)
diantara para pihak terhadap pemenuhan perjanjian. Asas kepercayaan (vertrouwenleer)
merupakan nilai etis yang bersumber pada moral.7
Dalam perjanjian kerja sama antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi ini terdapat kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan menimbulkan adanya asas kepercayaan pada masing- masing pihak. Kalau tidak ada asas kepercayaan terhadap masing-masing pihak, maka perjanjian kerja sama ini tidak mungkin akan berjalan.
B. Asas-asas Hukum Perjanjian
a. Asas Personalia
Asas ini diatur dan dapat ditemukan dalam ketentuan pasal 1315 BW, yang berbunyi “
pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri”. Dari rumusan tersebut dapat ketahui bahwa pada dasarnya suatu pejanjian yang dibuat oleh seseorang dalam
5 Artinya kehendak para pihak itu harus tercermin dalam wujud kontrak yang seimbang.
6 Mariam darus Badrulzaman., Kompilasi Hukum Perikatan, bandung: Citra aditya Bakti, 2001, Hlm. 82. 7 Ibid Hlm. 108-109.
(26)
kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum pribadi, hanya berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.8
Pada umumnya sesuai dengan asas personalia, yang diberikan dalam pasal 1315 BW, masalah kewenangan bertindak seseorang sebagai individu dapat dibedakan dalam :
a) Untuk dan atas namanya serta bagi kepentingan dirinya sendiri;
b) Sebagai wakil dari pihak tertentu;
c) Sebagai kuasa dari orang atau pihak yang memberikan kuasa.
Jika dilihat lebih lanjut ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), maka akan sampai pada ketentuan pasal 1340 yang menyatakan bahwa:
“Perjanjian-perjanjian yang hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
Perjanjian tidak dapat merugikan pihak ketiga; dan perjanjian tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam hal yang ditentukan dalam pasal1317”9
Dari rumusan yang diberikan pasal 1340 BW secara jelas dan tegas menyatakan bahwa suatu perjanjian yang diadakan antara dua pihak, hanya berlaku dan mengikat bagi kedua belah pihak tersebut. Pihak ketiga manapun juga, diluar para pihak yang bersepakat,tidak dapat dirugikan kepentingannya, karena adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut. Demikian juga bahwa pihak ketiga, diluar para pihak yang berjanji, tidak dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak yang saling bersepakat tersebut.
Prinsip lebih lanjut diatur dalam pasal 1341 BW, yang dikenal juga dengan nama Actio
Pauliana, merupakan suatu sifat perjanjian yang hanya berlaku dan mengikat para pihak yang
8 Kartini muljadi & gunawan widjaja., Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian ,jakarta: Rajawali pers, 2002,
Hlm. 15.
9 Ahmadi Miru, dan Sakla Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233-1456 BW, 2008 , Jakarta,
(27)
membuatnya. Dengan asas personalia, pihak ketiga, diluar para pihak yang bersepakat atau berjanji, tidak berhak untuk mencampuri perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
b. Asas Kebebasan Berkontrak.
Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang menduduki posisi sentral dalam hukum perjanjian, meskipun asas ini tidak dibuat menjadi aturan hukum namun memilki pengaruh yang kuat dalam hubungan perjanjian para pihak. Asas ini dilatarbelakangi oleh paham individualisme yang secara dari lahir dari zaman Yunani, yang kemudian dilanjutkan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat pada zaman Renaissance melalui ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan Rousseau. Sebagai asas yang bersifat universal yang bersumber dari paham hukum,asas kebebasan berkontrak muncul bersamaan dengan lahirnya paham ekonomi klasik
yang mengagungkan laissez faire atau persaingan bebas.10
Kebebasan berkontrak dalam suatu perjanjian pada dasarnya merupakan perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia yang perkembangannya didasari semangat liberalisme yang mengutaakan kebebasan individu. Perkembangan ini seiring dengan penyusunan BW di negeri Belanda, dan semangat liberalisme ini juga dipengaruhi semboyan
Revolusi Prancis “liberte, egalite et fraternite” (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).
Menurut arti individualisme setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendaki, sementara itu didalam hukum perjanjian filsafat ini diwujudkan dalam asas kebebasan
berkontrak.11
Buku III BW menganut sistem terbuka, artinya hukum “( Buku III BW) memberi
keleluasaan kepada para pihak untuk mengatur sendiri pola hubungan hukumnya. Apa yang di
10 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposinalitas dalam Kontrak Komersil, 2011, Jakarta,
Kencana, Hlm. 108
(28)
atur dalam Buku III BW hanya sekedar mengatur dan melengkapi (regelend recht - aanvullendecht). Berbeda dengan pengaturan Buku III BW yang menganut sistem tertutup atau
bersifat memaksa (dwingen recht), di mana para pihak dilarang menyimpangi aturan-aturan yang
ada di dalam Buku III BW tersebut.
Sistem tertutup Buku III BW ini tercermin dari substansi Pasal 1338 (1) BW yang
menyatakan bahwa,”semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.” Menurut Subekti, cara menyimpulkan asas kebebasan berkontrak adalah dengan jalan menekankan pada perkataan “semua” yang ada dimuka perkataan “perjanjian”. Dikatakan bahwa Pasal 1338 ayat (1) itu seolah-olah membuat suatu pernyataan (proklamasi) bahwa kita diperbolehkan membuat perjanjian apa saja dan itu akan mengikat kita sebagaimana mengikatnya undang-undang. Pembatasan terhadap kebebasan itu hanya berupa apa yang dinamakan “ketertiban umum dan kesusilaan”. Istilah “semua”
didalamnya terkandung - asas patij autonomie; freedom of contract; beginsel van de contract
vrijheid - memang sepenuhnya menyerahkan kepada para pihak mengenai isi maupun bentuk
perjanjian yang akan mereka buat, termasuk penuangan dalam bentuk kontrak standart.12
Kebebasan berkontrak disini memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat perjanjian dengan bentuk atau format apa pun (tertulis, lisan, scriptless, paperless, autentik,
nonautentik, sepihak/eenzijdig, adhesi, standart/baku dan lain-lain), serta dengan isi atau subtansi
sesuai yang diinginkan para pihak.
Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya “ tindakan hukum “/ rechtshandeling.
12 Sebagai asas yang bersifat universal, hal itu juga terdapat dalam common law system, dimana terdapat
kesimbangan posisi tawar (bergaining power) para pihak sebagai perwujudan dari liberty of contract, merupakan pengakuan pada eksistensi dan kemandirian para pihak untuk membuat kontrak
(29)
Tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh hak dan pihak satunya lagi memikul kewajiban menyerahkan/menunaikan prestasi.
Menurut Sutan Remi Sjahdeini asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian
Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut:13
a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.
c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan dibuatnya.
d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.
e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian .
f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat
opsional (aanvullend, optional).
Namun yang penting untuk diperhatikan bahwa kebebasan berkontrak sebagaimana tersimpul dari ketentuan Pasal 1338 (1) BW tidaklah berdiri dalam kesendiriannya. Asas tersebut berada dalam satu sistem yang utuh dan padu dengan ketentuan lain terkait. Dalam praktik dewasa ini, acap kali asas kebebasan berkontrak kurang dipahami secara utuh, sehingga banyak memunculkan (kesan) pola hubungan kontraktual yang tidak seimbang dan berat sebelah. Kebebasan berkontrak didasarkan pada asumsi bahwa para pihak dalam kontrak memiliki posisi
(30)
tawar /bergaining position yang seimbang, tetapi dalam kenyataannya para pihak tidak selalu memiliki posisi tawar yang seimbang .
Menurut Konrad Zweight dan Hein Kotz, kebebasan berkontrak yang akan eksis jika para pihak didalam kontrak memiliki keseimbangan secara ekonomi dan sosial. Pengertian ini memberikan peluang luas kepada golongan ekonomi kuat untuk mengatasi golongan ekonomi
lemah, suatu “exploitation de l’homme par l’homme”. Pembentuk undang-undang pada waktu
tak terduga bahwa yang berhadapan dengan kontrak itu ternyata menyangkut dua pihak yang berbeda kekuatan ekonomisnya. Karenanya lambat laun dirasakan bahwa kebebasan berkontrak
menjurus pada adanya ketidakadilan.14
Menurut Suhardi, kebebasan dan kesamaan yang diotorisir oleh tertib hukum abad XIX yang jiwanya individualis tidak memberi garansi untuk realisasi hakikat zat maupun eksistensi manusia sebagai bagian dari rakyat terbanyak. Hubungan keperdataan karena dipandang melanggar hak kebebasan manusia. Disini kita menjumpai keganjilan. Untuk kepentingan mempertahankan kodrat kebebasan, maka golongan terbanyak yang sosial ekonominya lemah harus menderita berat dan mengorbankan kesempatan realisasi hakikat eksistensi mereka sendiri. Kegamangan eksistensi kebebasan berkontrak juga diungkapkan oleh Soepomo yang
menyatakan bahwa :15
“ BW mempunyai landasan liberalisme, suatu sistem berdasarkan atas kepentingan individu. Mereka yang memiliki modal yang kuat menguasai mereka yang lemah ekonominya. Didalam sistem liberal terdapat kebebaan yang luas untuk berkompetisi sehingga golongan yang lemah tidak mendapat perlindungan”
14 Ibid, Hlm. 111
15
(31)
Namun demikian dalam perkembangannya, asas kebebasan berkontrak semakin tereduksi perannya sebagaimana sinyalemen beberapa sarjana. Subekti menyatakan bahwa hukum kontrak sesudah perang dunia II ditandai dengan semakin meningkatnya pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak. Pengaruh paham individualisme mulai memudar pada akhir abad XIX seiring dengan berkembangnya paham etis dan sosialis. Paham individualis dinilai tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah lebih banyak mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu kehendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif, selalu dikaitkan dengan kepentingan umum. Sementara menurut Pitlo didalam abad ini terutama setelah tahun 1945 perkembangan kearah pembentukan masyarakat sosialis dari masyarakat individualis berada dalam proses menanjak. Salah satu gejalanya ialah dengan penerobosan Hukum Publik terhadap Hukum Perdata. Penerobosan ini adalah demi kepentingan umum. Penerobosan ini terjadi baik dalam bidang hak atas benda maupun dalam bidang hukum
harta kekayaan. Jika selama ini ada “uitholling van eigendom”, maka sekarang ada “uitholling
van contactenvrijheid”.
Mariam Darus Badrulzaman menambahkan, jika dilihat dari segi perkembangan hukum perdata, maka campur tangan pemerintah merupakan pergeseran hukum perdata kedalam proses
pemasyarakatan (vermaatschappelijking) untuk kepentingan umum. Sesuai dengan UUD 1945
yang telah melepaskan diri dari konsepsi hukum yang liberal dan menganut konsepsi hukum yang Pancasilais. Didalam konkretonya, Hukum perdata khususnya hukum kontrak mencari bentuk baru demi memenuhi tuntutan itu antara lain melalui campur tangan pemerintah. Materi-materi yang menyangkut kepentingan umum dengan demikian akan memperoleh perlindungan.
(32)
Bahkan cenderung untuk memperbanyak peraturan-peraturan hukum pemaksa (dwingend recht)
demi kepentingan umum dan melindungi yang lemah.16
Dalam perkembangannya asas ini semakin digerogoti. Memang asas ini belum mati dalam arti sebenarnya, namun asas ini setidak-tidaknya sudah tidak lagi tampil dalam bentuknya yang utuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembatasan kebebasan berkontrak, yaitu:
a. Semakin berpengaruhnya ajaran iktikad baik dimana iktikad baik tidak hanya ada pada
pelaksanaan kontrak, tetapi juga harus ada pada saat dibuatnya kontrak.
b. Semakin berkembangnya ajaran penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden
atau undue influence).
Setiawan, menyatakan bahwa pembatasan kebebasan berkontrak dipengaruhi oleh:17
a. Berkembangnya doktrin iktikad baik;
b. Berkembangnya doktrin penyalahgunaan keadaan;
c. Makin banyaknya kontrak baku;
d. Berkembangnya hukum ekonomi.
Sedangkan Purwahid Patrik menyatakan bahwa terjadinya berbagai pembatasan
kebebasan berkontrak disebabkan:18
16 Ibid, Hlm. 113
17 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi,
Jakarta: Total Medika, 2009. Hlm 2.
(33)
a. Berkembangnya ekonomi yang membentuk persekutuan dagang, badan-badan hukum atau perseroan-perseroan, dan golongan-golongan masyarakat lain (misal: golongan buruh dan tani)
b. Terjadinya pemasyarakatan keinginan adanya keseimbangan antar-individu dan
masyarakat yang tertuju kepada keadilan sosial;
c. Timbulnya formalisme perjanjian;
d. Makin banyak peraturan dibidang hukum tata usaha negara.
Menurut Sri Soedewi Maschoen, pembatasan kebebasan berkontrak diakibatkan karena
adanya:19
a. Perkembangan masyarakat dibidang sosial ekonomi (misal:kaena adanya penggabungan
atau sentralisasi perusahaan;
b. Adanya campur tangan pemerintah untuk melindungi kepentingan umum atau pihak yang
lemah.
c. Adanya aliran dalam masyarakat yang menginginkan adanya kesejahteraan sosial.
Terlepas dari semakin tereduksinya supremasi asas kebebasan berkontrak, keseimbangan para pihak dalam berkontrak merupakan konsep dasar yang tidak dapat ditawar. Karena itu dalam diri para pihak yang berkontrak harus terdapat pemahaman dan penghormatan terhadap hak masing-masing. Oleh karena itu, dapat dipahami, perkembangan asas kebebasan berkontrak yang cenderung mengarah pada ketidakseimbangan para pihak kemudian dibatasi oleh berbagai ketentuan yang bersifat memaksa agar pertukaran hak dan kewajiban dapat berlangsung secara proprosional.
19
(34)
Melalui pemahaman tersebut diatas, kiranya pola interaksi yang selama ini berkembang dimasyarakat sehubungan dengan perjanjian yang dibuat para pihak, dimana dalam berkontrak
para pihak dihadapkan sebagai “lawan kontrak” , adalah pola fikir yang harus dihilangkan,
khususnya dalam dunia bisnis. Pemikiran “lawan kontrak” pada dasarnya psikis (sadar atau
tidak sadar, disengaja atau tidak disengaja) akan mewarnai pola fikir, sikap dan tindakan para pihak yang kesemuanya itu muncul, berkembang dan tertuang dalam penyusunan kontrak yang mereka buat. Hal ini dapat dicermati dalam pola kontrak. Kontrak standart yang cenderung berat sebelah.
Yang terjadi dilapangan merupakan konsekuensi logis dari pola fikir dan pemahaman yang salah kaprah mengenai asas kebebasan berkontrak. Sehingga yang terjadi justru para pihak berusaha semaksimal mungkin untuk mengamankan dirinya (menguntungkan dirinya) dalam berhadapan dengan lawan kontraknya. Ia berusaha untuk membentengi dirinya dengan mencoba membuat kontrak yang isinya cenderung hanya menguntungkan dirinya sendiri, tanpa menghiraukan pihak lawan, bahkan kalau perlu menjerat pihak lawan dengan klausul-klausul yang mematikan. Dengan pemahaman bahwa dalam berkontrak akan saling berhadapan lawan kontrak, berarti mereka siap dengan senjata masing-masing untuk diarahkan dan ditembakkan sewaktu-waktu.
Kesalahan dalam memahami filosofi asas kebebasan berkontrak tersebut harus segera diluruskan dan dikembalikan pada pemahaman yang sebenarnya. Asas ini menempatkan para pihak yang berkontrak dalam posisi yang setara secara proporsional, asas ini tidak menempatkan
(35)
Melalui pemahaman pola kemitraan, maka bangunan konsep lama yang terpola dibenak para pihak harus dirombak, artinya didalam membuat kontrak dengan mitranya itu harus diupayakan untuk selalu memikirkan bagaimana selain dia aman dan diuntungkan dengan kontrak itu, maka mitra kontrak tersebut memperoleh hasil dan manfaat yang sama dengan dirinya. Dengan pemahaman kemitraan niscaya akan terbangun suatu situasi yang saling menghargai, menguntungkan, mengamankan tujuan para pihak sebagaimana yang tertuang
dalam kontrak. Situasi kondusif yang dilandasi sikap win-win attitude20 pada akhirnya akan
bermuara pada situasi “win-win solution”.
Jika dikaitkan dengan perjanjian yang dibahas dalam skripsi ini menjelaskan bahwa para pihak sama-sama saling menguntungkan dan dengan saling menghargai yang terjadi pada para pihak maka perjanjian akan berjalan sesuai dengan yang di harapkan.
Asas Konsensualitas
Asas konsensualitas menjelaskan pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat secara lisan antara dua atau lebih orang telah mengikat, dan karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan atau consensus, ,meskipun kesepakatan tersebut telah dicapai secara lisan semata-mata. Ini berarti ada prinsipnya perjanjian yang mengikat dan berlaku sebagai perikatan bagi para pihak yang berjanji tidak memerlukan formalitas, walaupun demikian, untuk menjaga kepentingan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi diadakanlah bentuk-bentuk formalitas, atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu.
20
Merupakan sikap yang dilandasi oleh itikad bahwa kontrak itu sedapat mungkin akan menguntungkan secara timbal balik.
(36)
Asas konsensualitas adalah ketentuan umum yang melahirkan perjanian konsensuil. Sebagai pengecualian dikenallah perjanjian formil dan perjanjian riil, oleh karena dalam kedua jenis perjanjian yang disebut terakhir ini, kesepakatan saja belum mengikat pada pihak yang berjanji.
Dalam perjanjian formil, sesungguhnya formalitas tersebut diperlukan karena dua hal pokok, yaitu yang meliputi:
a. Sifat dari kebendaan yang dialihkan, yang menurut ketentuan pasal 613 dan pasal 616
BW penyerahan hak milik atas kebendaan tersebut harus dilakukan dalam bentuk akta otentik atau akta dibawah tangan. Oleh karena itu pengalihan dari kebendaan yang demikian mensyaratkan diperlukannya akta, berarti harus dibuat secara tertulis, maka segala perjanjian yang dimakud untuk memindahkan hak milik atas kebendaan tersebut haruslah dibuat secara tertulis.
b. Sifat dari isi perjanjian itu sendiri, yang harus diketahui oleh umum, melalui mekanisme
pengumuman kepada khalayak umum atau masyarakat luas. Jenis perjanjian ini pada umumnya dapat ditemukan dalam perjanjian yang bertujuan untuk mendirikan suatu badan hukum, yang selanjutnya akan menjadi suatu persona standi in judicio sendiri, terlepas dari keberadaan para pihak yang berjanji untuk mendirikannya sebagai subyek hukum yang mandiri.
c. Hubungan dengan penjamin kebendaan. Pada mulanya Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata hanya mengenal dua macam jenis penjaminan, yang dikaikan dengan jenis kebendaannya, yaitu kebendaan bergerak dan kebendaan tidak bergerak.
(37)
Sedangkan dalam perjanjiaan riil, suatu tindakan atau perbuatan disyaratkan karena sifat dari perjanjian itu sendiri yang masih emerlukan tindak lanjut dari salah satu pihak dalam perjanjian, agar syarat kesepakatan bagi lahirnya perjanjian tersebut menjadi ada demi hukum.
C. Syarat-syarat Sahnya Sebuah Perjanjian
Syarat sahnya suatu perjanjian datur dalam Pasal 1320 KUHPdt. Pasal 1320 KUHPdt merupakan instrumen pokok untuk menguji keabsahan sebuah perjanjian. Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga
diakui oleh hukum (legally concluded contract). Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPdt,
syarat-syarat sahnya perjanjian adalah sebagai berikut:21
1. Adanya persetujuan kehendak para pihak yang membuat perjanjian (consensus)
Yang dimaksud dari adanya persetujuan kehendak para pihak yang membuat perjanjian adalah sepakat diantara mereka yang mengikatkan diri, artinya para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok atau materi yang diperjanjikan. Dan kesepakatan itu dianggap tidak ada apabila diberikan karena kekeliruan, kekhilafan, paksaan ataupun penipuan.
Kesepakatan yang merupakan pernyataan kehendak para pihak dibentuk oleh dua unsur,
yaitu unsur penawaran dan penerimaan.22 Penawaran diartikan sebagai pernyataan
kehendak yang mengandung usul untuk mengadakan perjanjian. Usul ini mencakup
esensialia perjanjian yang akan ditutup. Sedangkan penerimaan (aanvarding acceptatie
acceptance) merupakan pernyataan setuju dari pihak lain yang ditawari.
Perjanjian atau kontrak yang lahir dari kesepakatan pada kondisi normal adalah bersesuaian antara kehendak dan pernyataan. Namun demikian, tidak menutup
21
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, 2011, Bandung, Citra Aditya Bakti, Hlm. 73
(38)
kemungkinan bahwa kesepakatan dibentuk oleh adanya unsur cacat kehendak (wilsgebreken). Perjanjian yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh adanya unsur cacat kehendak tersebut mempunyai akibat hukum dapat dibatalkan. Didalam BW terdapat tiga hal yang dapat dijadikan alasan pembatalan kontrak berdasarkan adanya cacat kehendak yaitu;
a. Kesesatan atau dwaling (vide Pasal 1322 BW)
Terdapat kesesatan apabila terkait dengan “hakikat benda atau orang” dan pihak lawan harus mengetahui bahwa sifat atau keadaan yang menimbulkan kesesatan bagi pihak lain sangat menentukan.
b. Paksaan atau dwang (vide Pasal 1323-1327 BW)
Paksaan timbul apabila seseorang tergerak untuk menutup kontrak dibawah ancaman yang bersifat melanggar hukum
c. Penipuan atau bedrog (vide Pasal 1328)
Penipuan merupakan bentuk kesesatan yang dikualifisir,23 artinya ada penipuan bila
gambaran yang keliru tentang sifat-sifat dan keadaan yang timbul oleh tingkah laku yang sengaja menyesatkan dari pihak lawan.
2. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian (capacity)
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, arti kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dinyatakan dewasa oleh hukum, yakni sesuai dengan ketentuan KUHPdt, mereka yang telah berusia 21 tahun, sudah atau pernah menikah. Cakap juga berarti orang yang udah dewasa, sehat akal fikiran, dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan
23 Maksud dikualifisir, artinya memang terdapat kesesatan salah satu pihak, namun kesesatan ini disengaja
(39)
tertentu. Dan oarng-orang yang dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum yaitu: orang-orang yang belum dewasa , menurut Pasal 1330 KUHPdt jo. Pasal 47 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, menurut Pasal 1330 jo. Pasal 433 KUHPdt ; serta orang-orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum tertentu seperti orang yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan. Kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum bagi persoon pada umumnya diukur dari standar usia dewasa atau cukup umur.24
Terkait standar usia dewasa dapat dilakukan melalui pengujian asas- asas hukum maupun interpretasi komprehesif terhadap muatan materi beberapa ketentuan terkait.
3. Adanya suatu hal tertentu (certain subject matter)
Suatu hal tertentu maksudnya adalah dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan. Lebih lanjut mengenai hal atau objek tertentu ini dapat dirujuk dari substansi Pasal 1332, 1333 dan 1334 BW. Substansi pasal-pasal tersebut memberikan pedoman bahwa dalam berkontrak harus dipenuhi hal atau objek tertentu. Kata “tertentu” tidak harus dalam artian gramatikal dan sempit, harus sudah ada ketika kontrak dibuat.
4. Adanya suatu sebab yang halal (legal causae)
Suatu sebab yang halah artinya, jika suatu perjanjian harus berdasarkan sebab yang halal yang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1337 KUHPdt, yaitu: tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak betrentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan dengan undang-undang.
(40)
Terkait dengan pengertian “sebab yang halal”, beberapa sarjana mengajukan pemikirannya, antara lain H.F.A dan Wirjono Projodikoro yang memberikan pengertian sebab (kausa) sebagai maksud atau tujuan dari perjanjian.
Sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut, bahwa syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, karena berbicara mengenai subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan ketiga dan keempat dinamakan syarat objektif, karena berbicara mengenai objek yang diperjanjikan dalam sebuah perjanjian. Dalam perjanjian bilamana syarat-syarat subjektif tidak terpenuhi maka perjanjiannya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang tidak cakap atau yang memberikan kesepakatan secara tidak bebas. Selama tidak dibatalkan, perjanjian tersebut tetap mengikat. Sedangkan, bilamana syarat-syarat objektif yang tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum. Artinya batal demi hukum bahwa, dari semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak ada dasar untuk saling menuntut dipengadilan.
Dalam perjanjian ini telah terdapat kesepakatan para pihak yang termuat dalam pasal 2 ayat (2) yang memuat : perjanjian pembelian dan pemasangan papan reklame luar ruang / LED Display merupakan perjanjian pekerjaan, dimana pihak pertama dan pihak kedua sama-sama telah sepakat. Para pihak yang melakukan perjanjian ini telah cakap hukum dan tidak berada dalam pengampuan. Bahwa yang menjadi pokok perjanjian dalam perjanjian ini adalah mengenai penempatan, pembuatan dan pemasangan papan reklame luar ruang / LED Display. Dan perjanjian tidak bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan, kesopanan dan ketertiban umum (Pasal 1337 BW).
(41)
D. Jenis-jenis Perjanjian
Secara umum perjanjian dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Perjanjian Obligatoir
2. Perjanjian non Obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu, sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian non obligatoir adalah perjanjian yang tidak mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu.
Perjanjian obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi hanya pada satu pihak.
Misalnya perjanjian penanggungan (borgtocht). Sedangkan perjanjian timbal balik adalah
perjanjian yang membebankan prestasi pada kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli.25
2. Perjanjian atas beban dan perjanjian Cuma-Cuma.
Perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yag satu untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh pihak lain. Misalnya perjanjian pinjam meminjam dengan bunga. Sedangkan perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan sesuatu keuntungan kepada pihak lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya. Misalnya pinjam pakai, hibah dan
penitipan barang tanpa biaya.26
25 Herlien Budiono, Op.cit, Hlm. 54-55. 26 Ibid. Hlm. 59.
(42)
3. Perjanjian konsesual, perjanjian riil dan perjanjian formal.
Perjanjian konsesual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian riil adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang. Misalnya perjanjian pinjam pakai. Dan yang dimaksud dengan perjanjian formal adalah
perjanjian yang harus memakai akta nota riil. Misalnya perjanjian jual beli tanah.27
4. Perjanjian bernama, perjanjian tak bernama dan perjanjian campuran.
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur dalam undang-undang. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus didalam undang-undang. Misalnya perjanjian leaseing, franchising dan factoring. Sedangkan perjanjian campuran adalah perjanjian yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih perjanjian bernama. Misalnya perjanjian pekerjaan, perjanjian kost yang merupakan
perjanjian sewa menyewa dan perbuatan untuk melakukan suatu pekerjaan.28
Perjanjian yang penulis bahas jenis perjanjian kerja, yang merupakan termasuk ke golongan perjanjian bernama, dimana para pihak membuat perjanjian ini untuk hubungan kerja, dimana pihak pertama memberikan kerja kepada pihak kedua untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Yang dimaksud dengan perjanjian kerja menurut undang-undang no.13 tahun 2003 pasal 1 angka 14 adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau memberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Perjanjian kerja yang termasuk dalam perjanjian bernama tersebut merupakan kesepakatan secara tertulis maupun lisan antara pemberi kerja dengan pekerja, yang memuat
27 http://ranggiwirasakti.blogspot.com/2012/11/macam-macam-perjanjian-dalam-hukum.html?m=1 28 Herlien budiono, Op.Cit., Hlm.35-36
(43)
secara singkat maupun lengkap segala yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian tertulis merupakan perjanjian yang dituangkan secara jelas diatas kertas, sedangkan perjanjian lisan merupakan perjanjian secara singkat dengan dasar kepercayaan masing-masing para pihak, biasanya perjanjian ini hanya digunakan untuk perjanjian yang mudah pelaksanaannya atau tidak banyak menuntut persyaratan. Perbedaan yang mendasar antara kedua bentuk perjanjian ini adalah kekuatan hukumnya, perjanjian tertulis tentu lebih kuat, karena perjanjian tertulis itu menjadi akta otentik atau bukti tertulis dimata hukum.
Dalam perjanjian kerja tertulis harus memuat segala informasi tentang perusahaan dan calon pekerja, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut legal atau sedang dalam masalah. Identitas para pihak juga penting dalam pemenuhan hak dan kewajiban para pihak. Identitas paling tidak memuat nama perusahaan, alamat perusahaan, jenis usaha, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja, ini diatur dalam pasal 54 UU No.13 Tahun 2003.
Mengenai waktu mulai dan berakhirnya perjanjian dapat dibagi 229 yaitu :
c. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
d. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatmya ;
b. Pekerjaan yang bersifat musiman ; atau
c. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau produk tambahan yang masih
dalam percobaan ;
d. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
29
(44)
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan dalam jangka waktu paling lama 2tahun dan hanya dapat di perpanjang 1kali.
Perjanjian yang penulis bahas dalam skripsi ini termasuk ke jenis perjanjian untuk waktu tertentu, karena dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu dan dapat di perpanjang dengan membuat perjanjian baru jika masing-masing pihak sepakat untuk melanjutkan hubungan kerja tersebut.
Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat memberi masa percobaan kerja paling lama 3bulan dan calon pekerja mendapat upah sesuai dengan upah minimum yang berlaku.
Perjanjian non obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :30
1. Perjanjian publik
Perjanjian publik adalah perjanjian yang menetapkan dipindahkannya suatu hak dari
seseorang kepada orang lain.31
2. Perjanjian pembuktian
Perjanjian pembuktian adalah perjanjian untuk membuktikan sesuatu kepada pihak lain.
3. Perjanjian liberatoir
Perjanjian liberatoir adalah perjanjian dimana seseorang membebaskan pihak lain dari
suatu kewajiban.32
4. Perjanjian untung-untungan
30
Komariah, Hukum Perdata, Malang, UMM Press, 2002, Hlm. 171
31 Ibid, Hlm.171 32 Ibid., Hlm. 172.
(45)
Perjanjian untung-untungan adalah perjanjian untuk mengakhiri keraguan mengenai isi dan luas perhubungan hukum diantara para pihak.
E. Isi Pokok Sebuah Perjanjian
Dalam penentuan isi suatu perjanjian hendaknya dibedakan dengan tujuan sebuah kontrak. Tujuan sebuah kontrak sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 1320 BW syarat 4 dihubungkan dengan pasal 1335 jo. 1337 BW, diartikan sebagai tujuan bersama yang hendak dicapai para pihak dalam hubungan kontraktual yang mereka buat. Sedangkan isi perjanjian tersebut harus terkait dengan penentuan sifat serta luasnya hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan suatu perjanjian para pihak.
Untuk membuat sebuah perjanjian yang baik, diperlukan adanya persiapan atau perencanaan terlebih dahulu. Baiknya sejak negosiasi perjanjian persiapan tersebut sudah dimulai. Penyusunan sebuah perjanjian terdapat beberapa tahapan sejak persiapan sampai dengan pelaksanaan isi perjanjian tersebut. Tahapan-tahapan dalam menyusun sebuah perjanjian, yaitu:
1. Prakontrak
a. Negosiasi
Pada tahap ini terjadi tawar menawar kehendak para pihak untuk kemudian
dituangkan dalam perjanjian.33
b. Memorandum of Understanding (MoU)
Dalam tahap ini merupakan kelanjutan negosiasi dituangkan butir-butir kesepakatan negosiasi. MoU merupakan pegangan sementara para pihak sebelum masuk pada tahap penyusunan perjanjian.
c. Studi kelayakan
(46)
Para pihak sebelum membuat sebuah perjanjian harus melakukan sebuah studi kelayakan terlebih dahulu untuk mengambil keputusan tentang perlu atau tidaknya
kelanjutan transaksi para pihak34
d. Negosiasi lanjutan
Negosiasi lanjutan dilakukan para pihak setelah mendapat kepastian untuk melanjutkan transaksi ataupun melanjutkan mengadakan perjanjian tersebut.
2. Kontrak
Adapun tahapan-tahapan dalam penyusunan sebuah perjanjian yaitu:
Membuat draf perjanjian
Koreksi draf oleh masing-masing pihak
Penandatanganan perjanjian
3. Pasca-kontrak
Dalam pelaksanaan sebuah perjanjian yang baik seharusnya dapat dilaksanakan oleh para pihak. Para pihak memperoleh haknya dan menjalankan kewajibannya sesuai isi perjanjian yang telah mereka buat.
Didalam sebuah perjanjian juga dapat timbul suatu perselisihan. Timbulnya perselisihan tersebut dapat terjadi karena:
Penafsiran yang berbeda terhadap perjanjian.
Pokok-pokok perselisihan belum diatur dalam perjanjian.
Salah satu pihak atau kedua belah pihak melakukan wanprestasi.
34 http://books.google.com/books?id=4X6CCX_naxgC&pg=PA13&lpg=PA13
(47)
Oleh karena itu, dalam sebuah perjanjian harus dicantumkan pasal yang mengatur tentang pilihan hukum dan prosedur penyelesaian sengketa. Didalam pembuatan suatu perjanjian juga diperlukan kejelian dalam menangkap berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek hukum, dan bahasa perjanjian. Adapun yang menjadi bagian-bagian pokok dalam sebuah
perjanjian adalah :35
1. Judul perjanjian
2. Identitas para pihak
3. Pasal-pasal yang menjadi kesepakatan meliputi:
Objek yang diperjanjikan
Harga dan cara pembayaran
Penyerahan
Kewajiban-kewajiban pihak I
Kewajiban-kewajiban pihak ke II
Penanggung biaya-biaya tidak terduga
Cara penyelesaian jika terjadi perselisihan
4. Tempat dan tanggal perjanjian dibuat
5. Tanda tangan masing-masing pihak-pihak
Pada bagian pokok isi sebuah perjanjian diuraikan panjang lebarisi perjanjian yang dapat dibuat dalam bentuk pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi sebuah perjanjian paling banyak mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak, dan berbagai janji atau ketentuan atau klausula yang disepakati bersama.
35
http://books.google.com/books?id=4X6CCX_naxgC&pg=PA13&lpg=PA13 &dq=studi+kelayakan+dalam+membuat+perjanjian+adalah
(48)
Di dalam perjanjian yang di bahas dalam skripsi ini sudah termasuk memenuhi bagian-bagian pokok dalam sebuah perjanjian, karena semua bagian-bagian pokok isi perjanjian sudah ada di dalam isi perjanjian penempatan dan pemasangan papan reklame LED Display antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi.
F. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian
Sebuah perjanjian juga bisa dikatakan sebagai perbuatan untuk memperoleh seperangkat hak dan kewajiban, yaitu perbuatan-perbuatan hukum sebagai konsekwensinya. Perbuatan hukum dalam perjanjian merupakan perbuatan-perbuatan untuk melaksanakan sesuatu, yaitu memperoleh seperangkat hak dan kewajiban yang disebut prestasi.
Dalam perjanjian dikenal macam-macam perjanjian yang kita kenal. Namun yang paling sering dipraktikkan adalah perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, pinjam pakai pemberi kuasa, dan perjanjian persekutuan. Berikut hak dan kewajiban para pihak dalam beberapa perjanjian-perjanjian tersebut :
1. Hak dan Kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja.
Hak pekerja yaitu:
Berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pihak lain.
Berhak memperoleh kompetensi kerja sesuai bakat dan kemampuannya.
Berhak medapatkan upah yang layak.
Berhak mendapatkan perlindungan dan keselamatan kerja.
Berhak mendapatkan waktu istirahat dan cuti.
(49)
Kewajiban pekerja yaitu:
Dalam hal kewajiban pekerja dalam uu no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
hanya di temukan kewajibannya yaitu melaksankan ketentuan yang ada dalam perjanjin bersama.
Hak pengusaha dalam perjanjian kerja yaitu:
Berhak mengakhiri perjanjian jika pihak lain melanggar perjanjian.
Berhak menerima hasil pekerjaan yang baik sesuai kesepakatan dalam perjanjian.
Kewajiban pengusaha dalam perjanjian kerja yaitu:
Wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada pekerja.
Wajib menerapkan system menejemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Wajib membayar upah kepada pekerja.
2. Hak dan Kewajiban para pihak dalam perjanjian jual-beli.
Hak penjual yaitu:
Berhak menerima pembayaran harga barang yang telah dijual.
Berhak menuntut pembayaran tepat pada waktunya.
Berhak untuk menuntut kepada pembeli untuk menanggung akta jual beli, kecuali
dalam perjanjian telah menetapkan bahwa biaya tersebut ditanggung penjual. Kewajiban penjual yaitu:
Wajib menyerahkan barang yang dijualnya kepada si pembeli.
Wajib menjamin barang yang dijual baik kondisi maupun jenis dan jumlahnya sesuai
(50)
Wajib menjamin bahwa barang tersebut tidak akan mendapat gangguan dari pihak ketiga.
Penjual juga wajib bertanggung jawab terhadap cacat tersembunyi yang membuat
barang tersebut tidak dapat dipakai. Hak pembeli yaitu:
Berhak menuntut kepada penjual untuk segera menyerahkan barang pada waktunya.
Berhak menuntut ganti rugi bahkan membatalkan perjanjian apabila barang yang
dibelinya baik kondisi maupun jenis dan jumlahnya tidak sesuai.
Berhak membatalkan perjanjian apabila timbul tuntutan dari pihak ketiga.
Berhak menuntut kepada penjual apabila terdapat cacat yang menyebabkan barang
tidak dapat dipergunakan. Kewajiban pembeli yaitu:
Wajib membayarkan harga barang yang telah disepakati.
Wajib melakukan pembayaran tepat pada waktunya.
Wajib menanggung biiaya akta jual-beli, jika tidak diatur sebaliknya dalam perjanjian.
3. Hak dan Kewajiban para pihak dalam perjanjian sewa-menyewa.
Hak pemilik barang yaitu:
Berhak atas biaya sewa yang telah disepakati dengan penyewa.
Berhak menyita barang-barang penyewa apabila penyewa melakukan wanprestasi,s
seperti tidak membayar biaya sewa.
Berhak meminta ganti rugi apabila penyewa melakukan kelalaian yang menimbulkan
(51)
Berhak membatalkan perjanjian, apabila penyewa menyalahgunakan barang yang diewakannya.
Kewajiban pemilik barang.
Wajib menyerahkan barang yang telah disewkan kepada penyewa.
Wajib enjamin penyewa bahwa barang yang disewakan tidak akan dituntut oleh pihak
ketiga.
Dalam kurun waktu sewa-menyewa, pemilik barang harus melakukan perbaikan pada
barang ynag disewakan. Hak penyewa yaitu:
Berhak menerima dan memakai barang yang telah disewa.
Berhak menuntut pemilik barang apabila ia mendapat tuntutan dari pihak
ketiga,misalnya barang tersebut ternyata bukan milik yang menyewakan.
Berhak meminta pemilik barang untuk melakukan perbaikan barang yang rusak bukan
karena kelalaian penyewa. Kewajiban penyewa yaitu:
Wajib membayar biaya sewa yang telah disepakati.
Wajib memelihara barang yang telah disewakan sedemikian rupa.
Tidak mengalihkan barang yang disewanya kepada pihak lain tanpa izin dari pihak
pemilik barang.
Wajib melakukan perbaikan yang kecil terhadap barang yang disewanya.
4. Hak dan Kewajiban para pihak dalam perjnjian pinjam pakai.
(1)
tugasnya memang menyelesaikan sengketa. Forum resmi untuk menyelesaiakan sengketa tersebut secara litigasi dan nonlitigasi.
Namun di dalam pejanjian kerja sama antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi terdapat pasal yang menjelaskan bagaiamana penyelesaian jika terjadi perselisihan ataupun sengketa dalam pelaksanaan kontrak kerja sama tersebut. Dalam pasal 1658 tersebut menjelaskan jika terjadi perselisihan dalam pengerjaan perjanjian dan akibat yang di timbulkan dan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, karena dalam praktiknya jika terjadi permasalahan dalam pengerjaan kontrak ini para pihak langsung bertemu untuk membicarakan ataupun bermusyawarah untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, namun jika tidak menemukan penyelesaian permasalahan antar para pihak maka para pihak dapat merunjuk pada ketentuan hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia yang berlaku. Jadi dalam perjanjian penempatan dan pemasangan papan reklame LED Display antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi juga seperti ketentuan yang diatur mengenai alternatif penyelesaian sengketa yang telah diatur. 59
58
Pasal 16 Perjanjian Penempatan dan Pemasangan Papan Reklame Luar Ruang/ LED Display yaitu : mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya, serta pelaksanaannya, Para Pihak dapat merujuk pada ketentuan hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia yang berlaku.
Segala perselisihan mengenai perjanjian ini dan segala akibat yang ditimbulkannya bilamana tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka akan diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta.
(2)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Mengenai tinjauan atas perrjanjian kerjasama yang dilakukan antara PT. Djarum dengan CV. Pelangi tentang pemasangan dan penempatan reklame luar ruang / LED Display penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pihak pertama berhak untuk memperpanjang perjanjian ini, selama pihak kedua mempunyai izin dan atau hak pengelolaan, serta pemanfaatan lokasi. berhak menerima hasil pekerjaan pembuatan dan pemasangan reklame sesuai dengan kesepkatan dengan pihak kedua, berhak untuk meminta pihak kedua melakukan perubahan-perubahan atau pekerjaan tambah kurang lainnya termasuk bilamana perlu mengganti reklame tersebut dengan merek dagang produk lain milik pihak pertama, Pihak pertama berhak memberi peringatan kepada pihak yang melakukan pelanggaran dengan menyebutkan pelanggarannya,Pihak pertama berhak untuk mengakhiri perjanjian ini jika hak nya dilanggar dengan mengesampingkan berlakunya pasal 1266 dan pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia, berhak memperoleh fotokopi polis asuransi dari pihak kedua, berhak menerima laporan atas pelaksanaan pengawasan harian setiap minggu nya berdasarkan form control. Sedangkan yang menjadi kewajiban pihak pertama yaitu berkewajiban melakukan pembayaran segala pembelian dan pemasangan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian ini. Adapun yang menjadi Hak dan kewajiban pihak kedua adalah berhak menerima pembayaran, berhak pengelolaan dan pemanfaatan lokasi dan apabila pihak pertama hendak memperpanjang perjanjian ini, berhak membongkar reklame LED segera setelah berakhirnya masa perjanjian, berhak mengakhiri perjanjian, apabila pihak pertama melakukan pelanggaran perjanjian dan tidak memperbaiki. Dan yang menjadi kewajiban pihak
(3)
kedua dalam perjanjian ini adalah berkewajiban melaksanakan segala pekerjaan, mulai dari pembuatan kontruksi reklame LED, pemasangan reklame LED, serta memberikan jaminan terhadap reklame LED tersebut yang telah disetujui oleh pihak kedua, wajib membantu sepenuhnya dan memberikan kesempatan kepada pihak pertama dalam melakukan pengawasan pekerjaan, wajib memberikan ganti rugi, apabila terjadi kelalaian dalam melaksanakan perubahan, dan telah terjadi kerusakan setelah lewat jangka waktu 7hari, wajib menyampaikan ataupun menawarkan rencana perpanjangan perjanjian secara tertulis kepada pihak pertama, paling lambat 3bulan sebelum berakhirnya perjanjian, wajib memperlihatkan polis asuransi yang asli, serta menyerahkan fotokopi polis tersebut kepada pihak pertama, dan pihak kedua wajib memberikan laporan kepada pihak pertama atas pelaksanaan pengawasan harian setiap 1minggu sekali.
Dalam perjanjian ini pihak Pelangi selaku jasa advertising memberikan jaminan terhadap reklame yang didirikan tersebut, termasuk segala hal yang terkait dengan tanggung jawab berfungsinya reklame tersebut sejak dipasang sampai berakhirnya perjanjian. Adapun yang diberikan oleh pihak advertisnig dalam pemberian jaminannya adalah mengasuransikan nya. Perusahaan asuransi yang dipakai untuk menjamin reklame LED Display yang berada di aceh adalah asuransi Bumidah.
Sedangkan mengenai penyelesaian sengketa yang terjadi para pihak pertama sekali menempuh jalan musyawarah terlebih dahulu, namun jika tidak dapat terselesaikan dengan jalan musyawarah, maka para pihak dala perjanjian ini juga menjelaskan akan menempuh jalur hukum, ini juga sesuai dengan ketentuan yang menjelaskan pilihan penentuan jalur yang di pilih jika terjadi perselisihan atau sengketa.
(4)
Namun jika dalam perjanjian ditemukan terjadinya force majeure atau keadaan memaksa yang tidak terduga oleh siapapun dan di luar batas kemamuan para pihak sperti bencana alam dan ada pihak yang dirugikan dalam hal ini, maka di perjanjian ini juga telah menjamin segala sesuatu yang akan terjadi kedepan nya selama perjanjian ini berlangsung sampai dengan berakhirnya perjanjian ini (Pasal 6 ayat (1) menjelaskan perjanjian berlaku sejak ditandatangani oleh para pihak dan dapat berakhirnapabila di akhiri atau dibatalkan karena sebab-sebab yang diatur dalam perjanjian)
B. Saran.
Berdasarkan pada permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitu mengenai pelaksanaan perjanjian kerja sama pembuatan reklame LED Display antara PT. Djarum dengan jasa Advertising CV. Pelangi, maka dari itu penulis memberikan saran bahwa untuk dapat berjalannya perjanjian dengan baik dan mencapai apa yang menjadi tujuan di buatnya perjanjian ini, maka para pihak harus menjalankan hak dan kewajiban nya sesuai dengan kesepakatan yang sudah di tuangkan dalam perjanjian kerjasama ini. Karena dengan memenuhi apa yang menjadi kewajiban masing – masing pihak, maka akan terpenuhi pula hak- hak yang akan di dapat pihak lainnya dan perjanjian kerja sama ini juga akan berjalan dengan baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Badrulzaman, Mariam Darus., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung
Herlienbudiono., 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya dibidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung
Hernoko, Agus Yudha.,2010 Hukum Perjanjian Asas Personalitas dalam Kontrak
Komersial, Prenada Media Group,
Jekins, Frank., 1994, Periklanan, edisi ketiga, Gelora Aksara Pratama, Jakarta
Khairandy, Ridwan, 2009, Perseroan Terbatas:Doktrin Peraturan Perundang-undangan
dan Yurisprudensi, Total Medika, Jakarta
Miru, Ahmadi,2008, Hukum Perjanjian Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW,
Rajawali Press, Jakarta
Muljadi, Kartini., Gunawan Widjaya., Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Rajawali Pers, Jakarta
Santoso, Lukman., 2012, Hukum Perjanjian Kontrak, Cakrawala, Bandung
Setiawan., 2008, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni, Bandung Subekti, R., 1995, Aneka Perjanjian, edisi keenam, Alumni, Bandung
(6)
B. Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang – undang Hukum Perdata
Undang – undang No. 13 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan Qanun Kota Banda Aceh No.8 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame
C. Website
http://ihsan26theblues.wordpress.com/2011/06/02/hukum-perjanjian/
http/://www.negarahukum.com/hukum/perjanjian-perikatan-kontrak.html
http://anggiwirasakti.blogspot.com/2012/11/macam-macam-perjanjian-dalam-hukum.html?m=1
http://kirana2006.blog.com/tag/tags-macam-macam-perjanjian/
perjanjian+pembatalan+dan+pelaksanaan+perjanjian+hukum+perjanjian&cd=15&hl=id &ct=cln&gl=id
http://books.google.com/books?id=4X6CCX_nsxgC&pg=PA13&1pg=PA13 http://ker34pimb0is.blogspot.com/2012/01/makalah-reklame.html?m=1 http://id.m.wikipedia.org/org/wiki/reklame