Pengembangan Lampu Light Emitting Diode (Led) Sebagai Pemikat Ikan Pada Perikanan Bagan Petepete Di Sulawesi Selatan

PENGEMBANGAN LAMPU LIGHT EMITTING DIODE (LED)
SEBAGAI PEMIKAT IKAN PADA PERIKANAN
BAGAN PETEPETE DI SULAWESI SELATAN

MUHAMMAD SULAIMAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengembangan Lampu
Light Emitting Diode (LED) sebagai Pemikat Ikan pada Perikanan Bagan Petepete
di Sulawesi Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Muhammad Sulaiman
NIM C461100031

RINGKASAN
MUHAMMAD SULAIMAN. PENGEMBANGAN LAMPU LIGHT EMITTING
DIODE (LED) SEBAGAI PEMIKAT IKAN PADA PERIKANAN BAGAN
PETEPETE DI SULAWESI SELATAN. Dibimbing oleh MULYONO S.
BASKORO, AM AZBAS TAURUSMAN, SUGENG HARI WISUDO dan ROZA
YUSFIANDAYANI.
Perkembangan alat tangkap yang menggunakan cahaya di Indonesia terus
berkembang dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Alat tangkap bagan
perahu (boat liftnet) yang pengoperasiannya menggunakan lampu meningkat dari
tahun 2008 sebanyak 12 520 unit menjadi 13 120 unit pada tahun 2010 dan kenaikan
alat tangkap jaring angkat di Sulawesi Selatan tahun 2011-2012 sebesar 5.95%.
Data statistik tersebut menunjukkan besarnya energi yang digunakan untuk
menghasilkan cahaya dalam pengoperasian bagan, belum termasuk lampu yang

dioperasikan di kapal purse seine yang juga menggunakan cahaya dalam
pengoperasinya.
Teknik penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan di Kabupaten Barru
masih menggunakan lampu merkuri. Lampu jenis ini membutuhkan energi listrik
yang cukup besar, umur pendek dan bahannya mengandung logam berat. Salah
satu alternatif untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang besar ini dapat
digunakan jenis lampu hemat energi. Jenis lampu yang hemat energi, umur panjang,
radiasi panas rendah, dan tahan terhadap guncangan adalah lampu Light Emitting
Diode (LED). Teknologi lampu LED ini terus berkembang dan telah digunakan di
berbagai bidang ilmu dan kegiatan manusia termasuk bidang penangkapan ikan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis sistem perikanan
bagan petepete di Kabupaten Barru; (2) menganalisis kelayakan penggunaan lampu
LED pada perikanan bagan petepete di Kabupaten Barru; dan (3) mengembangkan
strategi penerapan lampu LED pada perikanan bagan petepete di Sulawesi Selatan.
Operasi penangkapan bagan petepete dilaksanakan di perairan Kabupaten
Barru, Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Secara geografis operasi penangkapan
dua unit bagan petepete berada pada posisi 4°22'48.7"-4°33'47.8" Lintang Selatan
dan 119°25'05.0"-119°33'42.7" Bujur Timur. Kedua bagan petepete dioperasikan
pada kedalaman 25-50 meter dengan jarak dari pantai 3-11.5 mil laut. Pengamatan
lapang dilakukan 50 trip mulai dari bulan Oktober-Sepember 2012 dan April-Mei

2013.
Bagan petepete di Kabupaten Barru mempunyai perbedaan tahapan proses
pengoperasian penangkapan dengan bagan perahu lainnya (bagan rambo).
Perbedaannya yaitu, bagan rambo melakukan setting bersamaan dengan penyalaan
lampu di sore hari, sedangkan bagan petepete setting dilakukan sebelum
pemadaman lampu terluar dan bagan rambo tidak bisa berlindung pada saat cuaca
buruk, serta tidak dapat dipindahkan mencari daerah tangkapan baru jika hasil
hauling pertama tidak memuaskan.
Bagan petepete yang dioperasikan menggunakan lampu LED 80 watt
sebanyak 20 unit mampu menembus perairan sampai kedalam 15 meter dengan
intensitas 5 lux. Jenis ikan yang ditangkap, baik menggunakan lampu merkuri
maupun lampu LED menangkap jenis yang sama, dan tidak dijumpai jenis ikan

iii

langka dan dilindungi tertangkap. Berat ikan tertangkap dari bagan yang
menggunakan lampu merkuri lebih baik dari bagan yang menggunakan lampu LED,
namun nilai ekonomi tangkapan secara statistik tidak berbeda.
Nilai Return Cost Ratio (R/C Ratio) sebesar 1.26 yang berarti setiap satu
rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan sebesar 1.26 rupiah. Nilai Return of

Investment (ROI) sebesar 39.71 yang berarti setiap investasi sebesar Rp 100 akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 39.71. Nilai Payback of Period (PP) sebesar
2.52 berarti waktu pengembalian modal selama 2.52 tahun.
Tingkat keramahan lingkungan penggunaan lampu LED pada bagan petepete
secara keseluruhan berada pada kisaran ramah lingkungan. Keberlanjutan
penggunaan lampu LED pada bagan apung berkelanjutan karena semua kriteria
keberlanjutan terpenuhi.
Lampu LED layak secara teknis, ekonomis, keberlanjutan, dan keramahan
lingkungan digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan pada perikanan bagan
petepeta. Secara teknis lampu LED lebih efisien 48%, secara finansial lebih
ekonomis 26% dibandingkan dengan penggunaan lampu merkuri. Tingkat
keberlanjutan dan keramahan lingkungan lampu LED adalah berkeberlanjutan
dengan nilai 15, dan ramah lingkungan dengan nilai 24.
Kegiatan yang perlu dilakukan untuk menerapkan lampu LED yaitu
sosialisasi kepada nelayan, lembaga pemerintah tekait dan LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) tentang ampu LED sebagai alat bantu penangkapan ikan
yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas bagan petepete, program
penggunaan lampu LED dilakukan secara bertahap, pelatihan teknis kepada
nelayan tentang penerapan lampu LED, mengembangkan koperasi nelayan untuk
penyediaan lampu LED dan suku cadang lainnya, dan pogram bantuan atau

permodalan dan teknologi dalam penerapan lampu LED.

Kata kunci: alat bantu penangkapan ikan, bagan petepete, kelayakan lampu LED

SUMMARY
MUHAMMAD SULAIMAN. Development Lamp of Light Emitting Diode (LED)
as Artificial Lighting on Petepete Liftnet in South Sulawesi. Supervised by
MULYONO S. BASKORO, AM AZBAS TAURUSMAN, SUGENG HARI
WISUDO and ROZA YUSFIANDAYANI.
Development of lights-equipped fishing gears in Indonesia has been growing
rapidly and even more significant in recent years. The use of boat liftnet as fishing
gears, which applying light lamps to attract fish has increased from 12,520 units in
2008 to 13,120 units in 2010, statistically. This growth have been increasing the
percentage of boat liftnet operation in South Sulawesi within the period of 20112012 for 5.95%. This statistic data showed the amount of energy used to produce
light during the operation liftnet, not including lights operated on purse seiner which
also uses light in its operations.
In Barru District, the fishing technique with boat liftnet (‘bagan petepete’ is
the local name) still use the mercury lamps to attract the fish. This lights has been
considered unfriendly environmental criteria due to the fact that it relatively
required a huge amount of energy (electricity), short lifetime, and contains heavy

metal in its raw material. Thus, an alternative technology to reduce consumption of
electricity energy for boat liftnet fisheries is urgently needed. One of alternative
solution is to applying an energy-saving, longer lifetime, lower heat radiation and
shock resistance type of light lamps, which is called Light Emitting Diode (LED)
technology. This LED technology is still developing for further used and is
expected to be used widely, including fishing gears technology.
The main objective of this research is to: (1) analyze the current system of
petepete boat liftnet fisheries in Barru district; (2) analyze the feasibility of LED
lamps for boat liftnet petepete fisheris in Barru district; and (3) develop a grand
strategy in applying LED lamps technology to petepete liftnet fisheries in South
Sulawesi waters.
Fishing operation of the petepete liftnet was carried out in Barru district
waters, as part of Makassar Strait, South Sulawesi. Two units of boat liftnet petepete
was operated at 4o22'48.7" to 4°33'47.8" South and 119° 25'05.0" to 119°33'42.7"
East. Both liftnet were operated at 25-50 meters water depth with distance of 3-11.5
nautical mile from the Barru coastal lines. There were 50 trips of fishing conducted
from October to September 2012 and April to May 2013 during this study.
There were some different operating techniques between petepete liftnet
compared to other bigger boat liftnet (e.g. “Bagan Rambo” the local name) as
following. First, the setting in petepete boat lifnet was conducted before the external

lights were dimmed, while the bagan Rambo is contrary technique.. Second, the
bagan rambo cannot move individually to find shelter during the bad weather
condition or simply to find new fishing ground when the catch of previous hauling
is not satisfactory.
The petepete liftnet was equipped with 20 units LED and each unit has a 80watt and able to penetrate into 15 meters water depth with 5 lux of intensities. Both
lamps have similar result of fish caught and no protected or endangered biota being
caught during this study. Although the fishing gear equipped with mercury lamps

v

resulted more caught then LED, however it was economically not significantly
different.
The Return Cost Ratio (R/C Ratio) was 1.26, meaning that for each one
Rupiah spending, resulting in products that worth IDR 1.26. The Return of
Investment (ROI) value was 39.71 which indicated that for every investment of
IDR100 will return back profit of IDR 39.71. The indicator of Payback Period (PP)
was 2.52, mean that the capital being invested can be fully paid back in 2.52 years.
Overall the use of LED lamp for petepete liftnet was considered
environmental friendly. Sustainability of the use of the petepete liftnet was assessed
as “sustained” fishing since all sustainability criteria has been fulfilled.

LED lamp is evaluate feasible in term of fishing technic, economy,
sustainability, and environment parameters as fish attracting device for liftnet
petepete fisheries. Technically it was more efficient than mercury lamp of 48% and
26% financially. The parameter of sustainability and environmental friendly were
indicated a sustainability criteria with score of 24 and 15, respectively.
LED lamp was feasible and fulfill all the criteria to apply for liftnet petepete
fisheries. In order to introduces and disseminate this LED technology to fishermen
some programs need to be done previously, such as socialization to fishermen,
related government agencies, NGOs (Non-Government Organizations), particularly
about technical aspect of LED lamp as supporting equipment for liftnet fishing gear
of petepete. It was also suggested that a program to apply LED lamp in liftnet boat
should be include a training program to fishermen on its proper application. Also a
support system should be developed to help fishermen to easily access the provision
of LED lamps and its spare parts through a cooperative management system and
available funding facility and technology support in applying LED lamp to the
liftnet boat fisheries.

Keywords: feasibility of LED lamp, fishing gears, petepete boat liftnet

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGEMBANGAN LAMPU LIGHT EMITTING DIODE (LED)
SEBAGAI PEMIKAT IKAN PADA PERIKANAN
BAGAN PETEPETE DI SULAWESI SELATAN

MUHAMMAD SULAIMAN

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap (TPT)


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii

Ujian Tertutup
Penguji luar komisi:
1 Dr Ir Ronny Irawan Wahyu, MPhil
2 Prof Dr Ir John Haluan, MSc
Sidang Promosi Terbuka
Penguji luar komisi:
1 Dr Suharyanto, SPi MSi
2 Prof Dr Ir John Haluan, MSc

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September-November 2013
dan bulan April-Mei 2014 ini ialah light fishing, dengan judul Pengembangan
Lampu Light Emitting Diode (LED) sebagai Pemikat Ikan pada Perikanan Bagan
Petepete di Sulawesi Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc,
Dr Am Azbas Taurusman, SPi MSi, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, Msi, dan Dr Roza
Yusfiandayani, SPi selaku pembimbing, serta Dr Ir Ronny Irawan Wahyu, MPhil
dan Prof Dr Ir John Haluan, MSc yang telah banyak memberi saran pada ujian
tertutup, demikian juga Dr Suharyanto, SPi MSi dan Prof Dr Ir John Haluan, MSc
pada Sidang Promosi Terbuka.
Ungkapan terima kasih terutama disampaikan kepada Ayahanda H Baso
Mustari (Alm.) dan ibunda Yasseng (Alm.) atas segala limpahan kasih sayang dan
doa serta siraman iman yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
studi. Istri tercinta Ruswati Widyastuti, SPi, ananda Muhammad Alief Alfaridzi,
dan Muhammad Afindito Dzulkarnain yang selalu memberikan dukungan dan doa
serta pengertiannya selama penulis menuntut ilmu, hasil yang telah dicapai
kupersembahkan kepada kalian, terima kasih serta seluruh keluarga, atas segala
doa, pengertian dan kasih sayangnya. Mertua H Yermin Parenrengi, BE dan Dra Hj
Kartia Kati serta keluarga besar yang telah memberikan dorongan dan doa selama
penulis menempuh pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Dr Ir Budy Wiryawan,
MSc selaku Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Prof Dr Ir
Mulyono Sumitro Baskoro, MSc selaku Ketua Program Studi Teknologi Perikanan
Tangkap yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan disertasi ini, seluruh Dosen dan Administrasi Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah
memberikan beasiswa studi lanjut BPPS di Institut Pertanian Bogor, Direktur dan
Ketua Jurusan Penangkapan Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah
memberikan izin melanjutkan studi doktor di IPB, Ketua Bappeda, Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan dan staf Kabupaten Barru, Dr Ir Muh Ali Yahya, MSi,
Adam SPi MSi, Salman, SPi MSi, Ir Sultan Alam, MSi, dan semua teman sejawat
dosen dan teknisi serta administrasi Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penghargaan penulis juga sampaikan kepada Bapak H Basri dan ABK kapal
Darah Muda; Dr Muh Hatta, Anwar, ST, Syarifuddin, Spi, Ramli, SPi, Dr H Suaedi,
MSi yang telah membantu selama pengumpulan data serta semua teman-teman
yang telah membantu selama penelitian, pengolahan data dan penulisan karya tulis
ini. Dr Ihsan, Dr Alias Rajamuddin, Dr Amrullah, Dr Muh Ridwan Adi Surya,
Dr Didik Santoso, Dr Dion Bawole, Ismawan, Dr Chaliluddin, Dr Catur Sarwanto,
Dr Amirul Karman, Dr Nurhalis Wahidin, Dr Romie Jhonnerie, Dr Yunianto, Dr
Rozirwan, Dr Taswin Munier, Dr Syamsu Rijal, Dr Andrianus, Marwan, Faisal
Rahmat, ST, Yususf Tutu, Muh Asdar Darwis, Makmur Arief (Alm), Rahmat

xii

Subiran, H Ishak Iskandar, drg Asrul, dr Ilyas yang banyak membantu selama
menempuh pendidikan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan disertasi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Muhammad Sulaiman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Kerangka Teori
Hipotesis
Kebaruan (Novelty)
2 SISTEM PERIKANAN BAGAN PETEPETE DI KABUPATEN BARRU
PPROVINSI SULAWESI SELATAN
Pendahuluan
Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
3 KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS, KERAMAHAN
LINGKUNGAN DAN KEBERLANJUTAN PENGGUNAAN LAMPU
LED DI BAGAN PETEPETE
Pendahuluan
Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
4 STRATEGI PENERAPAN LAMPU LED PADA PERIKANAN BAGAN
PETEPETE
Pendahuluan
Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
5 PEMBAHASAN UMUM
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiv
xv
xvii
xix
1
1
4
5
5
5
7
8
9
9
10
10
21
28

29
29
30
41
73
86
87
87
88
90
95
100
102
107
107
107
108
114
166

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Perbandingan konsumsi daya dengan intensitas cahaya antara lampu
LED dan lampu merkuri
Waktu yang dibutuhkan pada masing-masing aktivitas operasi bagan
petepete di Perairan Barru Selat Makassar Sulawesi Selatan
Kenaikan suhu dalam °C dari beberapa tingkat kedalaman dan jenis
perairan berbeda sejalan dengan absorbsi 1000 Ccal/cm2
Kriteria dan skor dalam analisis tingkat keramahan lingkungan
Kriteria dan skor dalam analisis keberlanjutan perikanan bagan
petepete yang menggunakan lampu LED
Waktu kedatangan, jarak dari sumber pencahayaan dan aktifitas ikan
secara horizontal dengan menggunakan side scan sonar colour
Waktu kedatangan, jarak dari sumber pencahayaan dan aktifitas ikan
secara vertikal dengan menggunakan side scan sonar colour
Distribusi berat dan nilai hasil tangkapan lampu LED dan merkuri
hubungannya dengan waktu hauling
Jenis dan berat hasil tangkapan selama penelitian
Jenis dan nilai hasil tangkapan selama penelitian
Peubah masuk/keluar persamaan dengan peubah tak bebas berat hasil
tangkapan dengan lampu merkuri
Ringkasan model prediksi parameter oseanografi terhadap berat hasil
tangkapan dengan lampu merkuri
Anova parameter oseanografi terhadap berat hasil tangkapan dengan
lampu merkuri
Koefisien parameter oseanografi terhadap berat hasil tangkapan
dengan lampu merkuri
Peubah yang masuk/keluar persamaan dengan peubah tak bebas berat
hasil tangkapan dengan lampu LED
Ringkasan model prediksi parameter oseanografi terhadap berat hasil
tangkapan dengan lampu LED
Anova parameter oseanografi terhadap berat hasil tangkapan dengan
lampu LED
Koefisien parameter oseanografi terhadap berat hasil tangkapan
dengan lampu LED
Tes perbandingan berpasangan berat hasil tangkapan antara lampu
merkuri dengan LED
Perbandingan berpasangan harga hasil tangkapan antara lampu
merkuri dengan LED
Berat jenis ikan per daya listrik hasil tangkapan dominan (kg/watt)
selama penelitian
Nilai jenis ikan per daya listrik hasil tangkapan dominan (Rp/watt)
selama penelitian
Berat jenis ikan per jumlah cahaya tampak yang dipancarkan oleh
sumber lampu hasil tangkapan dominan (kg/lumen) selama penelitian
Nilai jenis ikan per jumlah cahaya tampak yang dipancarkan oleh
sumber lampu hasil tangkapan dominan (Rp/lumen) selama penelitian

7
27
33
38
39
47
50
57
58
58
60
61
61
62
62
63
63
64
65
65
66
67
68
69

xv

25
26
27
28
29
30
31

32

33
34
35
36
37
38
39
40

Biaya tidak tetap usaha perikanan bagan petepete berdasarkan lampu
yang digunakan
Biaya tetap usaha perikanan bagan petepete berdasarkan lampu yang
digunakan
Komponen pendapatan usaha perikanan bagan petepete berdasarkan
lampu yang digunakan
Komponen pendapatan usaha perikanan bagan petepete berdasarkan
lampu yang digunakan (skenario pertama genset LED lebih kecil)
Komponen pendapatan usaha perikanan bagan petepete berdasarkan
lampu yang digunakan (skenario 2 jumlah lampu yang sama)
Analisis kelayakan usaha perikanan bagan petepete yang
menggunakan lampu merkuri dan LED
Analisis kelayakan usaha perikanan bagan petepete yang
menggunakan lampu merkuri dan LED (skenario pertama genset LED
lebih kecil)
Analisis kelayakan usaha perikanan bagan petepete yang
menggunakan lampu merkuri dan LED dengan jumlah lampu yang
sama (skenario 2)
Kriteria dan skor tingkat keramahan lingkungan bagan petepete
menggunakan lampu LED
Kriteria dan skor tingkat keberlanjutan bagan petepete menggunakan
lampu LED
Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats
Hasil identifikasi komponen dan faktor-faktor SWOT
Matriks Internal Factor Analysis Summary
Matriks Eksternal Factor Analysis Summary
Analisis strategi menggunakan matriks Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats
Strategi dan arah kebijakan penerapan lampu LED sebagai alat bantu
penangkapan ikan

70
70
71
71
71
72

72

72
73
73
89
90
91
92
93
94

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
Tampak atas dan samping badan kapal bagan petepete
Tampak atas rangka bagan
Tampak depan tiang dan kawat penyangga
Tampak samping tiang dan kawat penyangga
Pola penopang (tempat mengikat) kabel sleng pada rangka bagan
Tampak atas perletakan waring pada bingkai waring
Tampak depan perletakan waring pada bingkai waring
Tampak samping perletakan waring pada bingkai waring
Bentuk waring pada seperti kelambu terbalik
Tampak atas, “Y” dan “Z” roller bingkai waring
Tampak atas, “Y” dan “Z” roller bingkai waring

8
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16

xvi

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Tampak atas, “Y” dan “Z” roller jangkar
Tampak atas, “Y” dan “Z” roller tali arus
Tampak atas, “Y” dan “Z” roller penarik waring
Tampak perletakan roller di atas bagan
Tampak samping cadik
Tampak bagian-bagian cadik
Tampak penampang cadik
Konstruksi jangkar
Tahapan pemadaman lampu merkuri pada bagan petepete
Tahapan pemadaman lampu LED pada bagan petepete
Proses operasi penangkapan ikan pada bagan petepete
Pengukuran intensitas cahaya satu unit lampu LED dan lampu merkuri
di darat (Wisudo et al. 2002)
Pengukuran intensitas cahaya satu unit lampu LED dan lampu merkuri
di laut
Pengukuran intensitas cahaya di atas bagan yang menggunakan lampu
LED dan lampu merkuri
Iluminasi cahaya lampu merkuri dan lampu LED di laboratorium
Pola Iluminasi cahaya lampu merkuri 250 watt dan lampu LED 80 watt
di perairan tepat di bawah lampu
Distribusi iluminasi cahaya pada bagan petepete yang menggunakan
lampu LED 80 watt
Jenis ikan yang tidak teridentifikasi pada saat lampu dinyalakan 3-5
menit selama penelitian
Pola kedatangan ikan secara horizontal saat lampu LED masih
menyala semua
Pola kedatangan ikan secara horizontal saat lampu LED terluar sudah
dipadamkan
Pola kawanan ikan secara horizontal saat hanya satu lampu LED
merkuri disetiap sisi yang dinyalakan
Pola kawanan ikan secara vertikal saat semua lampu dinyalakan
Pola kawanan ikan secara vertikal saat lampu terluar dipadamkan
Pola kawanan ikan secara vertikal saat hanya satu lampu LED disetiap
sisi yang dinyalakan
Berat dan nilai jenis ikan yang dominan tertamgkap selama penelitian
Komposisi jenis hasil tangkapan bagan petepete yang menggunakan
lampu merkuri selama penelitian
Komposisi jenis hasil tangkapan bagan petepete yang menggunakan
lampu LED selama penelitian
Distribusi berat hasil tangkapan hubungannya dengan jenis lampu
selama penelitian (α0.05;P=0.068)
Distribusi berat hasil tangkapan lampu merkuri hubungannya dengan
waktu hauling selama penelitian
Distribusi nilai hasil tangkapan lampu merkuri hubungannya dengan
waktu hauling selama penelitian

17
17
18
18
19
19
20
20
24
24
26
31
31
31
41
42
43
44
45
45
46
48
48
49
51
53
53
54
54
55
56

xvii

44
45
46
47
48
49
50

51

52
53
54
55
56
57
58
59

Distribusi berat hasil tangkapan lampu LED hubungannya dengan
waktu hauling selama penelitian
Distribusi nilai hasil tangkapan lampu LED hubungannya dengan
waktu hauling selama penelitian
Total hasil tangkapan lampu merkuri menurut jenis ikan yang dominan
selama penelitian
Total hasil tangkapan lampu LED menurut jenis ikan yang dominan
selama penelitian
Distribusi berat jenis ikan per daya listrik hasil tangkapan yang
dominan (kg/watt) selama penelitian
Distribusi nilai jenis ikan per daya listrik hasil tangkapan dominan
(Rp/watt) selama penelitian
Distribusi berat jenis ikan per jumlah cahaya tampak yang dipancarkan
oleh sumber lampu hasil tangkapan dominan (kg/lumen) selama
penelitian
Distribusi nilai jenis ikan per jumlah cahaya tampak yang dipancarkan
oleh sumber lampu hasil tangkapan dominan (Rp/lumen) selama
penelitian
Jenis ikan yang tidak teridentifikasi pada saat lampu dinyalakan 3-5
menit pada bagan rambo
Pola kedatangan ikan dari segala arah secara horizontal saat lampu
merkuri masih menyala semua (Sulaiman 2006)
Pola kedatangan ikan secara horizontal saat lampu merkuri terluar
sudah dipadamkan
Pola kawanan ikan secara horizontal saat hanya satu lampu merkuri
disetiap sisi yang dinyalakan
Color temperature (suhu warna)
Color temperature (suhu warna)
Diagran analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats
Diagram penentuan matriks grand strategi

56
57
59
59
66
67

68

69
76
77
78
79
81
81
89
91

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Peta lokasi penelitian di Perairan Kabupaten Barru-Selat Makassar
Sulawesi Selatan
Lokasi fishing ground bagan petepete selama penelitian
Sertifikat kesempurnaan bagan petepete yang digunakan selama
penelitian
Pas-kecil bagan petepete yang digunakan selama penelitian
Rumah bagan petepete
Perhitungan penggunaan kayu bagunan atas bagan pete pete
Spesifikasi lampu merkuri (lampu penarik dan fokus)dan lampu LED
Bagan petepete dan observer yang digunakan dalam penelitian
Peralatan yang digunakan selama penelitian

115
116
117
118
119
120
121
122
123

xviii

10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Hasil pengukuran iluminasi cahaya lampu merkuri 250 watt dan 500
watt bertudung dan tak bertudung serta lampu LED 80 watt di
laboratorium
Hasil pengukuran iluminasi cahaya satu buah lampu merkuri 250 watt
dan lampu LED di perairan
Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian
Analisis statistik deskripsi lampu merkuri selama penelitian
Analisis statistik deskripsi lampu LED selama penelitian
Hasil pengukuran parameter oceanografi selama penelitian
Analisis korelasi parameter Arus pada kedalaman 1 dan 5 meter , 1
dan 10 meter, dan 5 dan 10 meter
Analisis korelasi parameter suhu pada kedalaman 1 dan 5 meter , 1
dan 10 meter, dan 5 dan 10 meter
Analisis korelasi parameter salinitas pada kedalaman 1 dan 5 meter , 1
dan 10 meter, dan 5 dan 10 meter
Analisis statistik deskripsi parameter oseanografi lampu merkuri
Analisis deskripsi statistik lampu LED selama penelitian
Hasil analisis uji beda dua sampel jenis ikan dominan selama
penelitian
Analisis usaha bagan petepete dengan lampu merkuri dan LED (genset
20.000 KVA)
Analisis usaha bagan petepete dengan lampu merkuri dan LED
(skenario pertama LED menggunakan genset 5000KVA)
Analisis usaha bagan petepete dengan lampu merkuri dan LED
(skenario kedua LED menggunakan genset 5000 KVA dan
penambahan jumlah lampu sebanyak 20 buah serta penambahan
jumlah hasil tangkapan sebesar 20 persen

124
124
125
126
126
127
135
137
139
141
142
143
147
153

159

DAFTAR ISTILAH
: Jumlah hari saat usaha penangkapan betul-betul
dilakukan, tidak termasuk hunting day (pelayaran
menemukan daerah penangkapan yang baru).
Awak kapal
: Orang yang bekerja atau yang dipekerjakan di atas
kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk
melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan
jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.
Anak Buah Kapal (ABK) : Awak kapal selain nahkoda atau pemimpin kapal .
Bas
: sebutan buat engineer kapal yang menurut kebiasaan
di dunia perkapalan di Indonesia (Chief Engineer atau
KKM atau Kepala Kamar Mesin).
Bagan petepete
: Bagan perahu (boat liftnet) diklasifikasikan sebagai
jaring angkat yang ukurannya (24 x24 m) lebih kecil
dari bagan rambo dan menggunakan lampu merkuri
250 watt sebanyak ± 40 buah dan mempunyai mesin
penggerak sendiri.
Bagan rambo
: Bagan perahu (boat liftnet) diklasifikasikan sebagai
jaring angkat yang berukuran ±30 x30 m dan
menggunakan lampu merkuri 500 watt sebanyak ± 50
buah dan tidak mempunyai mesin penggerak sendiri.
Bingkai waring
: Bingkai (frame) berbentuk segi empat, terbuat dari
kayu bakau tempat mengikat waring.
Biodiversity
: keanekaragaman hayati
adalah ketersediaan
keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis
maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman
genetik di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis
dan keanekaragaman ekosistem.
Biomassa
: Berat total organisme yang masih hidup dan dapat
diteliti, apakah dalam suatu sistem, suatu stok, dan
sebagian dari suatu stok; Bobot total dari suatu
sumberdaya, satu stok, atau suatu komponen dari
suatu stok; Jumlah berat total organisme per satuan
area; Jumlah keseluruhan organisme yang terdapat
dalam suatu habitat (perairan).
Break Even Point (BEP) : Suatu keadaan saat perusahaan dalam usahanya tidak
memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian
atau total biaya sama dengan total penjualan sehingga
tidak ada laba dan tidak ada rugi.
Bulk fishing
: Perikanan tangkap yang mampu menangkap ikan
dalam jumlah besar.
By-catch
: Hasil tangkapan sampingan yang merupakan bagian
dari hasil tangkapan yang tertangkap tidak sengaja
dari kegiatan perikanan dengan spesies target tertentu
dan sebagian diantaranya dibuang kembali ke laut
serta tidak dimanfaatkan.
Actual fishing day

xx

Cadik

: Bambu atau kayu yg dipasang di kiri kanan perahu
berbentuk seperti sayap sebagai alat pengatur
keseimbangan agar tidak mudah terbalik; katir
(DEPDIKNAS 2008).
Catchable Area
: Wilayah cakupan suatu alat tangkap pada operasi
penangkapan ikan.
Code of Conduct for
: Tata laksana perikanan yang bertanggung jawab,
Responsible Fisheries
merupakan acuan bagi pelaksanaan kegiatan
(CCRF)
perikanan berkelanjutan dan bersifat sukarela dan
global dalam ruang lingkupnya (Froese dan Pauly
2000).
Efektif
: Dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha,
tindakan) (DEPDIKNAS 2008).
Efisien
: Tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan)
sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu,
tenaga, biaya) (DEPDIKNAS 2008).
Fish Aggregating Devices : Alat bantu penangkapan ikan yang bertujuan untuk
(FDAs)
mengumpulkan ikan pada catchable area.
Fish behavior
: Tingkah laku ikan yang berhubungan dengan respon
ikan terhadap berbagai rangsangan yang berasal dari
lingkungan internal maupun eksternal tubuh ikan
dalam kehidupannya.
Fishing
: Usaha untuk melakukan penangkapan ataupun
pengumpulan ikan dan jenis-jenis aquatik resource
lainnya, dengan dasar pemikiran bahwa ikan dan
aquatik resource tersebut mempunyai nilai ekonomis.
Fishing base
: Tempat berangkat atau merapatnya (pangkalan) kapal
penangkapan ikan.
Fishing boat
: Kapal-kapal yang digunakan untuk
tujuan
penangkapan ikan.
Fishing day
: Jumlah hari yang dipakai pada suatu operasi
penangkapan ikan.
Fishing ground
: Suatu daerah penangkapan ikan dan alat tangkap
dapat dioperasikan dengan baik (Dictionary.com
2015).
Fishing gear
: Alat-alat yang dipergunakan
untuk tujuan
penangkapan ikan.
Fishing methods
: Kebiasaan, cara, teknik yang digunakan agar ikan
dapat tertangkap.
Fishing port
: Pelabuhan tempat berangkat atau merapatnya kapal
penangkapan ikan.
Fishing operation
: Melalukan kegiatan menangkap ikan dengan
menggunakan alat atau tanpa alat.
Fishing tactics
: Cara mengoperasikan jaring, menemukan ikan yang
menjadi
tujuan
penangkapan,
juga
cara
memanfaatkan behavior
untuk meningkatkan
efisiensi dari suatu fishing methods.

xxi

Fishing technique
Fishing trip

Fitting
Flux cahaya (ф)
Tonase kapal
Hauling
Hauling time
Intensitas cahaya (I)

Jaring Angkat (liftnet)

Keuntungan

Lampu merkuri
Light emitting diode
(LED)
Light Fishing

Lumen
Mesh size
Nahkoda

Penelitian adaptif
Payback of Period (PP)

: Teknik untuk melakukan fishing, yang berarti bahwa
kapal, alat, dan cara telah ditentukan.
: Jumlah pelayaran untuk tujuan penangkapan dalam
satu satuan waktu (bulan dan tahun), sering disingkat
dengan trip per month, trip per year.
: Suatu alat listrik untuk menghubungkan lampu
dengan kawat-kawat kabel (wire) pada jaringan listrik
secara aman.
: Jumlah keseluruhan watt cahaya dengan satuan
lumen, disingkat dengan lm. Satu watt cahaya kirakira sama dengan 680 lumen.
: Gross Tonnage (GT) adalah volume yang dinyatakan
dalam tonase kotor (SETNEG RI 2002b).
: Proses pengangkatan alat tangkap ke atas dek kapal
pada suatu operasi penangkapan ikan.
: Waktu atau lamanya proses pengangkatan jaring.
: Flux cahaya persatuan sudut ruang yang dipancarkan
ke suatu arah tertentu yang diukur dalam satuan
candela (cd).
: Suatu alat penangkap ikan terbuat dari jaring yang
dipasang secara horizontal di dalam air untuk
menyaring yang pengoperasiannya dilakukan dengan
menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal
(Von Brand 2005).
: Hal mendapat untung (laba) atau selisih antara harga
penjualan dengan biaya produksi (DEPDIKNAS
2008).
: Lampu yang di dalam tabungnya menggunakan gas
merkuri dan argon murni serta elektroda tungsten.
: Suatu jenis lampu yang berbahan dasar semi
konduktor dan berbentuk padat.
: Teknologi penangkapan ikan yang menggunakan alat
bantu cahaya atau Alat bantu penangkapan ikan yang
menghasilkan cahaya dan berfungsi sebagai atraktor
yang dapat menarik perhatian ikan agar berada di
sekitar cahaya.
: Jumlah cahaya tampak yang dipancarkan oleh sumber
lampu pada suatu luasan tertentu.
: Ukuran mata jaring.
: Seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan
umum di atas kapal serta mempunyai wewenang dan
tanggung jawab tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (SETNEG RI
2002a).
: Mengadaptasikan penelitian dasar pada lokasi lain
untuk mendapatkan hasil spesifik lokasi.
: Suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi.

xxii

Punggawa laut

: Nelayan bagan petepete yang memimpin operasi
penangkapan dibantu oleh beberapa ABK dan bas.
Punggawa darat
: Nelayan pemilik bagan petepete yang menyediakan
seluruh biaya operasional penengkapan.
Rangka (platform)
: Pelataran atau balai-balai terbuat dari kayu tempat
melakukan operasi penangkapan.
Reflektor
: Suatu benda yang mengembalikan atau memantulkan
cahaya.
Return Cost Ratio (R/C) : Perbandingan antara penerimaan dan biaya pada
suatu analisis finansial.
Return of Investment
: Laba bersih dari seluruh kekayaan yang dimiliki
(ROI)
perusahaan.
Roller
: Alat untuk menggulung tali.
Schooling (kawanan)
: Suatu kelompok ikan yang bersifat homogeny,
berstruktur dan sinkronisasi dan polarisasi kelompok
renang.
Setting
: Penurunan alat penangkapan ikan ke perairan saat
akan dilakukan operasi penangkapan ikan.
Shoaling (kawanan)
: Suatu kelompok ikan yang terdiri atas beberapa jenis
ikan, berstruktur dan sinkronisasi dan polarisasi
kelompok renang.
Solitary (soliter)
: ikan yang sifatnya suka menyendiri (individualistis).
Trip duration
: Lama waktu (hari) sejak saat pemuatan sampai
pembongkaran, termasuk lama waktu pelayaran.
Waring
: Rangkaian anyaman menyerupai jaring dengan
ukuran mata jaring 0,5 cm.
Watt
: Daya yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu.

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teknologi penangkapan ikan di Indonesia yang menggunakan cahaya banyak
digunakan untuk penangkapan ikan dengan bagan (liftnet) dan purse seine, tetapi
penggunaan cahaya untuk alat tangkap lainnya belum populer di Indonesia
(Baskoro et al. 2011). Penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan
untuk menarik perhatian ikan pada suatu tempat sehingga mudah ditangkap. Alat
pemikat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis dengan
menggunakan alat tangkap seperti surrounding net (purse seine dan lampara),
stationary dan moveable lifnets (stick held dip nets di Jepang) dan pancing (squid
jigging).
Cahaya merupakan faktor lingkungan penting yang mempengaruhi tingkah
laku ikan di laut. Stimuli cahaya terhadap tingkah laku ikan sangat kompleks antara
lain intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya dan lama
penyinaran. Nicol (1963) diacu dalam Hoar dan Randall (1971) telah melakukan
suatu telaah mengenai penglihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan
menyimpulkan bahwa mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitifitasnya
terhadap cahaya. Tidak semua cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Cahaya yang
dapat diterima memiliki panjang gelombang pada interval 400-750 μm (Mitsugi
1974; Nikonorov 1975).
Tertariknya ikan pada sumber cahaya disebut fototaksis positif. Tingkah laku
ikan yang mendatangi sumber cahaya dapat dibedakan: pertama tertarik secara
langsung oleh cahaya dan kedua tertarik mendekati cahaya karena mencari makan.
Tingkah laku ikan yang demikian inilah yang dimanfaatkan nelayan dimalam hari
dengan berbagai alat penangkapan ikan seperti bagan, pukat cincin dan pancing.
Teknologi penangkapan ikan yang menggunakan alat bantu cahaya disebut
light fishing. Sumber cahaya yang digunakan mulai dari obor, petromaks (lampu
tekan minyak tanah) sampai lampu listrik (Nomura and Yamazaki 1975 diacu
dalam Wisudo et al. 2002). Setiap alat dan metode penangkapan bervariasi pada
ruang dan waktu, demikian juga sumber cahaya, intensitas cahaya yang digunakan
oleh nelayan berbeda-beda tergantung pada jenis alat tangkap, spesies target,
fishing ground, dan kemampuan finansial dari nelayan.
Perkembangan alat tangkap yang menggunakan cahaya di Indonesia terus
berkembang dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Alat tangkap bagan
perahu (boat liftnet) yang dalam pengoperasiannya menggunakan lampu meningkat
dari tahun 2008 sebanyak 12 520 unit menjadi 13 120 unit pada tahun 2010,
meskipun bagan tancap (fixed liftnet) menurun yaitu 25769 pada tahun 2008
menjadi 13 908 pada tahun 2010 (DJPT-KKP 2012). Jaring angkat di Sulawesi
Selatan tahun 2011-2012 meningkat sebesar 5.95% (PUSDATIN-KKP 2013). Data
statistik ini menunjukkan besarnya penggunaan daya listrik yang digunakan untuk
menghasilkan cahaya dalam pengoperasian alat tangkap bagan, belum termasuk
purse seine yang sebagian menggunakan cahaya dalam pengoperasiannya.
Pengembangan alat pemikat ikan terutama pada perikanan light fishing
dilaksanakan untuk mencari alat bantu cahaya yang lebih efisien dalam hal
penggunaan energi dan lebih efektif memikat ikan. Efisiensi energi dapat diartikan

2

sebagai penggunaan energi yang lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah keluaran
minimal sama yang bermanfaat. Efisiensi merupakan salah satu bagian dalam
pelaksanaan konservasi energi. Efisiensi energi umumnya diartikan sebagai
penghematan energi. SETNEG RI (2009) mendefinisikan konservasi energi adalah
upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumberdaya energi
dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
Penggunaan energi secara efisien berdampak langsung pada pengurangan
biaya yang dikeluarkan oleh pengguna energi. Industri barang dan jasa menjadi
lebih produktif dan kompetitif jika biaya pemakaian energi dapat ditekan. Sektor
perikanan terutama perikanan tangkap, penghematan energi juga mengurangi biaya
operasional suatu alat tangkap.
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya
sebagai alat bantu penangkapan ikan. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan
dapat dikelompokkan ke dalam jaring angkat atau liftnet (Von Brand 2005). Sejalan
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah
dicapai masyarakat, maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Salah
satu jenis bagan yang berkembang dengan pesat di Sulawesi Selatan saat ini adalah
bagan perahu, khususnya di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar. Bagan
perahu yang ada di Kabupaten Barru ada dua jenis yaitu bagan yang mempunyai
motor penggerak sendiri yang oleh nelayan setempat biasa disebut ”bagan petepete”
dan bagan yang tidak mempunyai motor penggerak sendiri tetapi ditarik dengan
perahu yang oleh nelayan setempat disebut ”bagan rambo”. Hal yang cukup
menarik perhatian pada konstruksi kedua bagan perahu ini adalah ukurannya yang
besar dan menggunakan lampu merkuri dengan jumlah dan kapasitas daya listrik
(watt) yang besar. Bagan petepete relatif lebih kecil dibanding bagan rambo.
Penamaan bagan petepete (sejenis angkutan umum di Makassar) maupun bagan
rambo tidak mempunyai kejelasan siapa yang pertama kali memberi nama.
Pemberian kata rambo berkaitan dengan ukuran bagan yang lebih besar dan nama
petepete berkaitan dengan mobilitasnya yang tiap hari pulang pergi dari fishing base
ke fishing ground kembali ke fishing base (one day trip).
Penggunaan lampu merkuri dengan kapasitas daya listrik yang besar populer
digunakan nelayan bagan di Sulawesi Selatan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dicari alternatif menganti lampu merkuri yang digunakan nelayan bagan di
Sulawesi Selatan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan lampu Light Emitting Diode (LED). Lampu LED adalah lampu
penerangan yang berbahan dasar semi-konduktor dan berbentuk padat. Lampu ini
tidak menggunakan gas maupun zat-zat kimia sebagai sumber cahaya. Lampu LED
telah mampu mengefisienkan konversi energi listrik menjadi cahaya, dengan
demikian sangat sedikit energi listrik yang berubah menjadi panas. Lampu
konvensional seperti lampu bohlam, lampu neon atau lampu merkuri selain
memancarkan cahaya juga panas ke sekitarnya. Oleh sebab itu penggunaan lampu
LED untuk berbagai aplikasi seperti penerangan rumah, gedung, jalan, lampu
outdoor, dan juga untuk kendaraan bermotor menunjukkan kecenderungan yang
makin meningkat dari waktu ke waktu (Koswara 2011a).
Teknologi lampu LED terus berkembang karena dapat menghemat energi,
umur lampu lebih lama, radiasi panas rendah, dan tahan terhadap guncangan
(Dharma et al. 2012). Penggunaan lampu LED semikonduktor telah diakui sebagai
cara penting untuk penghematan energi dan perlindungan lingkungan (Hua dan

3

Xing 2013). Kelebihan lampu LED tersebut dicoba diterapkan di perikanan bagan
di Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Barru melalui penelitian ini.
Penelitian pemanfaatan lampu LED dalam bidang penangkapan ikan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang penggunaan lampu LED dapat
mengurangi konsumsi bahan bakar sampai 55 persen (Okamoto et al. 2008), 47
persen (Sato et al. 2010), dan 24 persen (Matsushita et al. 2012). Penelitian tentang
kemampuan tangkap dengan menggunakan lampu LED yang masih belum stabil
untuk menangkap cumi-cumi (Sato et al. 2010; Yamashita et al. 2012), namun
demikian Toeda et al. (2010) menyatakan bahwa lampu LED lebih stabil dan cepat
dalam proses penangkapan dibandingkan dengan menggunakan lampu
incandescent lamp (ICL) dan metal halid (MHL). Rata-rata hasil tangkapan yang
menggunakan lampu LED hampir sama dengan lampu konvensional (Okamoto et
al. 2008), walaupun Thenu (2014) menyimpulkan bahwa konstruksi lampu celup
LED menghasilkan tangkapan lebih tinggi dibandingkan dengan konstruksi lampu
fluorescent dan lampu gantung LED.
Pengetahuan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu menjadikan lampu
LED dapat digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan sehingga dapat
mengurangi energi pengoperasian alat penangkapan ikan. Aspek yang diamati
dalam penelitian ini adalah konstruksi, distribusi, efisiensi, efektifitas dan
keberlanjutan lampu LED. Pengetahuan lain yang perlu diketahui adalah tingkah
laku ikan karena prinsip penangkapan bagan pada dasarnya memanfaatkan tingkah
laku ikan, khususnya respon ikan terhadap cahaya. Pengamatan bawah air tergolong
pengamatan yang sulit sehingga dalam penelitian ini pengamatan tingkah laku ikan
di sekitar pencahayaan dilakukan melalui pendekatan akustik.
Penggunaan akustik seperti sonar atau echo-sounder yang dapat digunakan
untuk studi tingkah laku ikan (migrasi vertikal dan horizontal), kecepatan renang,
respon ikan terhadap stimuli dan lain-lain (Bodholt and Olsen 1977 diacu dalam
Ferno dan Olsen 1994). Metode akustik mempunyai beberapa kelebihan berupa
hasil dugaan dapat diperoleh secara langsung, singkat, cukup akurat dan dapat
mencakup areal yang luas serta dapat memonitor pergerakan kawanan ikan (Jaya
dan Pasaribu 1999).
Penelitian mengenai hubungan antara cahaya dan tingkah laku ikan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: Baskoro (1999) bahwa kawanan ikan
mendatangi sumber cahaya pada kedalaman 2-10 meter, sedangkan Alam (2002)
menyatakan bahwa ikan tunggal (ukuran 4.5-3.1 cm) permulaan malam
terkonsentrasi pada kedalaman 9-12 meter sedangkan ikan dengan kecepatan
renang 0.93-1.13 meter/detik pada kedalaman 12-20 meter. Sudirman (2003)
menganalisis tingkah laku ikan hubungannya dengan teknologi ramah lingkungan
menyatakan bahwa kebanyakan ikan berdistribusi pada kedalaman 20-30 meter
(1-5 lux) dan perlahan ke permukaan seiring dengan proses pemadaman lampu
secara berkala sebelum hauling, sedangkan (Sulaiman et al. 2006) menyatakan
bahwa distribusi ikan selain pada kedalaman 20-30 meter, ikan juga mendatangi
sumber pencahayaan pada kedalaman 5-10 meter. Tupamahu (2003) meneliti
tentang tingkah laku ikan tembang dan selar di bawah cahaya lampu menyatakan
bahwa pola pergerakan ikan dapat dikategorikan dua bagian yaitu gerakan memutar
yang berlawanan arah jarum jam (tembang dan tongkol) dan pola pergerakan yang
muncul secara tiba-tiba dipermukaan perairan karena aktivitas memangsa makanan
(selar), sedangkan Ahmad (2014) menyimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan

4

cumi-cumi untuk berkumpul di bawah bagan pada kedalaman lebih dari dua meter
sekitar 20 menit, sedangkan jenis-jenis ikan adalah 10 menit. Pola iluminasi
disekitar pencahayaan berbeda-beda, sangat tergantung dari jenis dan jumlah lampu
yang digunakan serta (Baskoro et al. 2002; Sudirman 2003; Sulaiman et al. 2006).
Pengetahuan yang diharapkan dapat mengoptimalkan pengoperasian alat
penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu LED adalah
pengetahuan tentang tingkah laku ikan, terutama mengenai aspek-aspek pola
tingkah laku kedatangan ikan, sebaran ikan dan pola kawanan ikan di sekitar
catchable area. Pengetahuan lain yang diharapkan bahwa lampu LED
berkelanjutan dan lebih ekonomis digunakan dalam operasi penangkapan bagan
apung khususnya bagan petepete.

Perumusan Masalah
Nelayan dan pengusaha perikanan tangkap saat ini mengalami kesulitan
karena harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi, semakin sulit mencari ikan
atau jauh daerah penangkapan ikan, umur fitting relatif singkat, keamanan dalam
pengoperasian kurang karena rangkaian fitting dan lampu tidak kedap air. Keadaan
seperti ini memerlukan alternatif penghematan penggunaan bahan bakar agar
operasi penangkapan dapat lebih hemat energi. Salah satu usaha perikanan tangkap
yang banyak menggunakan energi dalam pengoperasiannya adalah bagan perahu
yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan pada
daerah cakupan alat tangkap (catchable area).
Pengembangan teknologi lampu pemikat ikan sangat diperlukan karena
penggunaan lampu merkuri yang selama ini digunakan nelayan menggunakan
energi atau daya listrik yang besar sehingga membutuhkan bahan bakar yang besar.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang alternatif alat bantu penangkapan
yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Salah satu lampu hemat energi dan
ramah lingkungan adalah lampu LED yang dapat menjadi alternatif pengganti
lampu merkuri.
Perfoma lampu LED sebagai lampu pemikat ikan belum banyak diteliti
khususnya di perairan tropis yang multi spesies, sehingga perlu dikaji tentang hasil
tangkapan, sebaran cahaya, intensitas dan tingkah laku ikan di sekitar pencahayan
lampu LED. Penelitian penggunaan lampu LED yang telah dilakukan seperti pada
pendahuluan di atas pada umumnya menggunakan lampu LED dalam jumlah yang
banyak dan membutuhkan biaya yang sangat besar kecuali penelitian Thenu (2014)
yang dilaksanakan di bagan tancap. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
tentang penggunaan lampu LED yang didasarkan atas hasil tangkapan per satuan
energi yang nantinya dapat diketahui seberapa efektif dan ekonomis lampu LED
dibandingkan lampu merkuri.
Pengembangan alat pemikat ikan dari lampu LED perlu disertai analisis
ekonomi. Aspek ekonomi perlu dikaji karena harga LED sekarang ini masih cukup
mahal dibandingkan dengan jenis lampu lainnya, walaupun mempunyai umur
pemakaian yang relatif lama. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dengan
penggunaan lampu LED perlu dikaji, walaupun dilihat dari bahan yang digunakan
saat lampu LED tidak mengandung bahan logam berat, tidak seperti lampu listrik
lainnya yang mengandung bahan logam berat.

5

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pengetahuan tentang lampu LED di
bidang penangkapan ikan yang perlu diketahui dan dianalisis pada penelitian ini
adalah:
1) Intensitas cahaya LED di udara dan perairan.
2) Pola distribusi cahaya lampu LED di perairan.
3) Jenis-jenis ikan yang tertarik dengan lampu LED.
4) Perbandingan besarnya daya (watt) dan lumen (lm) yang digunakan terhadap
jumlah hasil tangkapan.
5) Pola tingkah laku kedatangan ikan di sekitar pencahayaan lampu LED.
6) Sebaran ikan di sekitar pencahayaan (meter) LED.
7) Pola tingkah laku dan sebaran ikan di catchable area LED.
8) Dampak lampu LED terhadap lingkungan (ramah lingkungan).
9) Keberlanjutan penggunaan lampu LED.
10) Strategi penerapan lampu LED.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisis sistem pengoperasian perikanan bagan petepete di Kabupaten
Barru.
2) Menganalisis kelayakan penggunaan lampu LED pada perikanan bagan
petepete di Kabupaten Barru.
3) Menyusun strategi penerapan lampu LED pada perikanan bagan petepete di
Sulawesi Selatan.

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diperoleh lampu LED yang efektif dan efisien
sebagai alat bantu penangkapan ikan. Penelitian ini diharapkan juga dapat diperoleh
informasi ilmiah tentang efektivitas lampu pemikat ikan dalam perikanan light
fishing dan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti
berikutnya.

Kerangka Teori
Pengamatan intensitas cahaya pada penerapan lampu LED yang dilakukan di
Jepang pada perikanan purse seine dan liftnet sangat efektif dan mampu
mengurangi konsumsi bahan bakar. Daya listrik dan konsumsi bahan bakar dengan
menggunakan lampu LED lebih hemat sekitar 55 persen jika dibandingkan dengan
lampu pijar (Okamoto et al. 2008), walaupun hasil tangkapan menggunakan lampu
LED dari beberapa pe