Pengaruh Pemberian Minuman Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Wanita Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN CINCAU HIJAU
(Premna oblongifolia Merr.) TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA PENDERITA
HIPERTENSI RINGAN DAN SEDANG

FITRIANA SUNDARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian
Minuman Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Wanita Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Fitriana Sundari
NIM I4114026

ABSTRAK
FITRIANA SUNDARI. Pengaruh Pemberian Minuman Cincau Hijau
(Premna Oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Wanita
Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang. Dibimbing oleh LEILY
AMALIA FURKON dan KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh minuman cincau
hijau (Premna oblongifolia Merr) terhadap penurunan tekanan darah pada wanita
dewasa penderita hipertensi ringan dan sedang di wilayah Bogor Tengah. Formula
intervensi terbagi menjadi dua yaitu Formula A terdiri dari cincau hijau dan gula
merah serta Formula B terdiri dari cincau hijau dan gula merah nonkalori. Subjek
dalam penelitian ini terdiri dari 25 wanita dewasa berusia di atas 45 tahun yang
dibagi lima kelompok, yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok
perlakuan. Formula A diintervensikan kepada P1 (frekuensi konsumsi setiap hari)

dan P2 (frekuensi konsumsi dua hari sekali). Formula B diintervensikan seperti
Formula A kepada kelompok P3 dan P4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1
secara nyata (p0.05).
Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Flavonoid
Kelompok pangan sumber flavonoid yang paling tinggi dikonsumsi subjek
adalah kelompok bumbu. Frekuensi konsumsi bumbu tertinggi terdapat pada
kelompok P2 yaitu 4.63 kali/minggu (Tabel 9). Jenis bumbu yang dikonsumsi
dengan frekuensi tertinggi adalah bawang merah dan bawang putih. Frekuensi
konsumsi sayur-sayuran subjek tertinggi terdapat pada kelompok P4 yaitu
sebanyak 1.72 kali/minggu. Jenis sayuran yang dikonsumsi dengan frekuensi
tertinggi adalah ketimun dan tomat. Frekuensi konsumsi buah-buahan subjek
tertinggi terdapat pada kelompok P4 dengan frekuensi 0.46 kali/minggu. Jenis
buah yang dikonsumsi subjek dengan frekuensi tertinggi adalah pisang dan jeruk.
Frekuensi tertinggi jenis minuman dan coklat berada pada kelompok P3 yaitu
sebesar 2.53 kali/minggu. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi subjek
adalah teh. Berdasarkan penelitian Liu (2013) kandungan flavonoid pada bawang
merah lebih besar dibandingkan dengan bawang putih. Jumlah flavonoid pada
ketimun paling rendah dibandingkan kadar flavonoid sayuran dan buah lainnya.
Kandungan flavonoid yang terdapat dalam bumbu tidak memberikan pengaruh
yang signifikan. Hal ini dikarenakan dalam satu kali konsumsi jumlah bumbu

yang digunakan sedikit. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nyata (p>0.05) antar konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, minuman
dan coklat, serta bumbu antar kelompok (Lampiran 10).
Tabel 9 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid subjek
Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
K
P1
P2
P3
P4
Sayur-sayuran
1.55±0.62 1.62±0.43 1.5±0.46 1.53±0.59 1.72±0.33
Buah-buahan
0.35±0.21 0.39±0.39 0.31±0.19 0.43±0.23 0.46±0.21
Minuman dan coklat 2.33±1.17 1.8±0.89 2.35±2.32 2.53±1.33 2.01±1.12
Bumbu
4.45±0.45 4.25±0.73 4.96±0.98 4.65±0.72 4.82±0.88
Golongan

Total

1.58±0.46
0.38±0.24
2.21±1.35
4.63±0.75

Kepatuhan Konsumsi Pangan Intervensi
Tingkat kepatuhan subjek semua kelompok tergolong tinggi (>80%).
Sebesar 10% subjek yang tidak mengonsumsi pangan intervensi, antara lain
karena alasan sedang berada di luar rumah sampai malam dan kemudian lupa
untuk mengonsumsi serta terdapat beberapa subjek yang mengeluh bosan pada
waktu akhir intervensi (Tabel 10). Kepatuhan subjek dengan konsumsi tertinggi
be