Pengaruh Intervensi Jelly Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap Profil Lipid Pria Perokok Dewasa

PENGARUH INTERVENSI JELLY CINCAU HIJAU (Premna
oblongifolia Merr.) TERHADAP PROFIL LIPID PRIA
PEROKOK DEWASA

MARYAM NABILA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Intervensi
Jelly Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap Profil Lipid Pria
Perokok Dewasa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Maryam Nabila
NIM I14100059

ABSTRAK
MARYAM NABILA. Pengaruh Intervensi Jelly Cincau Hijau (Premna
oblongifolia Merr.) terhadap Profil Lipid Pria Perokok Dewasa. Dibimbing oleh
LEILY AMALIA FURKON dan NAUFAL MUHARAM NURDIN.
Kebiasaan merokok berhubungan kuat dengan perubahan profil lipid.
Minuman fungsional seperti jelly cincau hijau dapat menjadi salah satu alternatif
untuk memperbaiki profil lipid. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh intervensi jelly cincau hijau terhadap profil lipid pria perokok dewasa.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan pre-post test control.
Subjek dibagi ke dalam empat kelompok yang terdiri atas 1) Kontrol (K) yang
tidak diberikan minuman intervensi; 2) P1 yang diberikan minuman intervensi
selama 14 hari; 3) P2 yang diberikan minuman intervensi selama 21 hari; dan 4)
P3 yang diberikan minuman intervensi selama 28 hari. Subjek diminta untuk
mengonsumsi 200 gram jelly cincau hijau per hari. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL serta
peningkatan kadar kolesterol HDL yang nyata (p0.05). Rata-rata asupan protein
tertinggi terdapat pada kelompok P1 (59.9±12.1 gram) sedangkan rata-rata asupan
protein terendah terdapat pada kelompok P2 (51.3±3.5 gram). Berdasarkan uji
ANOVA, rata-rata asupan protein subjek antarkelompok juga tidak berbeda nyata
(p>0.05).
Tabel 5 Asupan zat gizi subjek berdasarkan kelompok
Kelompok
Zat gizi
K
P1
P2
P3
Energi (kkal) 1923±31.5
2024±346.6 1938±178.9 1933±190.6
Protein (g)
58.4±4.9
59.9±12.1
51.3±3.5
55.0±7.1

Lemak (g)
63.3±9.0
84.8±31.8
54.9±16.8
66.7±15.5
KH (g)
346.8±142.4 314.9±136.7 426.3±146.3 272.0±18.9

p*
0.934
0.554
0.378
0.509

*signifikan pada p0.05). Rata-rata asupan karbohidrat
tertinggi terdapat pada kelompok P2 (426.3±146.3 gram) sedangkan rata-rata
asupan karbohidrat terendah terdapat pada kelompok P3 (272±18.9 gram).

13


Berdasarkan uji ANOVA, diperoleh bahwa rata-rata asupan karbohidrat subjek
antarkelompok tidak berbeda nyata (p>0.05).
Data asupan energi dan zat gizi subjek kemudian dibandingkan dengan
Angka Kebutuhan Gizi (AKG) untuk mendapatkan nilai tingkat kecukupan energi
dan zat gizi subjek. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek dapat dilihat
pada Tabel 6. Sebanyak 50% subjek memiliki tingkat kecukupan energi yang
tergolong defisit sedang. Hal ini dapat diduga karena umumnya subjek hanya
mengonsumsi makanan sepinggan di dua waktu makan dan hanya mengonsumsi
makanan selingan di pagi hari. Hal serupa juga didapat dari penelitian-penelitian
lain yang dilakukan oleh Puspitasari (2006), Sari (2011), dan Rahmariza (2012)
yang memberikan hasil bahwa tingkat kecukupan energi orang dewasa sebagian
besar tergolong defisit.
Tabel 6 Tingkat kecukupan zat gizi subjek berdasarkan kelompok
Kategori

K
n

Energi
Defisit berat

Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Di atas kebutuhan
Total
Rata-rata (%)
Protein
Defisit berat
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Di atas kebutuhan
Total
Rata-rata (%)
Lemak
Kurang
Normal
Lebih
Total
Rata-rata (%)

Karbohidrat
Kurang
Normal
Lebih
Total
Rata-rata (%)

P1
%

n

%

Kelompok
P2
n
%

P3

n

%

n

Total
%

0
0.0
3
100.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
3

100.0
75.3±1.2

1
33.3
0
0.0
2
66.7
0
0.0
0
0.0
3
100.0
79.7±13.6

0
2
1

0
0
3

0.0
66.7
33.3
0.0
0.0
100.0
76±7.0

1
33.3
2
16.7
1
33.3
6
50.0

1
33.3
4
33.3
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
3 100.0 12 100.0
76±7.5
76.7±7.5

0
0.0
0
0.0

0
0.0
3
100.0
0
0.0
3
100.0
97.7±8.2

0
0.0
1
33.3
0
0.0
2
66.7
0
0.0
3
100.0
99.7±20

0
0
2
1
0
3

0.0
0.0
66.7
33.3
0.0
100.0
86±5.7

0
0.0
0
0.0
0
0.0
1
8.3
1
33.3
3
25.0
2
66.7
8
66.7
0
0.0
0
0.0
3 100.0 12 100.0
91.7±11.6 93.7±12.2

1
33.3
2
66.7
0
0.0
3
100.0
22.5±3.2

1
33.3
0
0.0
2
66.7
3
100.0
29.9±11.2

1
33.3
2
66.7
0
0.0
3 100.0
19.4±5.9

1
33.3
4
33.3
2
66.7
6
50.0
0
0.0
2
16.7
3 100.0 12 100.0
23.5±5.5
23.8±7.2

1
33.3
2
66.7
0
0.0
3
100.0
54.4±22.3

2
66.7
0
0.0
1
33.3
3
100.0
49.4±21.4

1
33.3
1
33.3
1
33.3
3 100.0
66.9±22.9

3 100.0
7
58.3
0
0.0
3
25.0
0
0.0
2
16.7
3 100.0 12 100.0
42.7±2.9
53.3±18.9

Tingkat kecukupan protein subjek (66.7%) termasuk ke dalam kategori
normal. Hal ini dikarenakan subjek biasa mengonsumsi pangan hewani yang
merupakan sumber protein seperti telur ayam dan ikan. Sebagian besar (50%)
subjek memiliki tingkat kecukupan lemak pada kategori normal sedangkan tingkat

14

kecukupan karbohidrat subjek berada pada kategori kurang (58.3%). Hal ini dapat
diduga karena umumnya subjek hanya mengonsumsi makanan sepinggan di dua
waktu makan dan hanya mengonsumsi makanan selingan di pagi hari. Hasil uji
ANOVA menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek
antarkelompok tidak berbeda nyata (p>0.05) (Lampiran 10).

Profil Lipid
Trigliserida
Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling
banyak di dalam darah. Rata-rata kadar trigliserida masing-masing kelompok
disajikan pada Gambar 3. Rata-rata trigliserida seluruh kelompok berada pada
kategori optimal (0.05).
Rata-rata trigliserida post-intervensi tertinggi terdapat pada kelompok P1
(138.32 mg/dl) sedangkan rata-rata terendah terdapat pada kelompok P2 (129.67
mg/dl). Kelompok K mengalami peningkatan kadar trigliserida sebesar 1.38%
sedangkan ketiga kelompok perlakuan intervensi mengalami penurunan dengan
persentase penurunan terbesar terdapat pada kelompok P2 (13.4%).
+1.38%

-1.88%

-13,4%

-1,13%

Gambar 3 Rata-rata dan persentase perubahan kadar trigliserida subjek
Terdapat perubahan kadar trigliserida antara keadaan pre dengan postintervensi namun menurut uji T perubahan tersebut tidak signifikan (p>0.05)
sehingga dapat dikatakan tidak terjadi peningkatan maupun penurunan kadar
trigliserida pada keadaan pre dan post-intervensi di tiap kelompok. Uji ANOVA
juga tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata pada selisih rata-rata
trigliserida di seluruh kelompok antara pre dengan post-intervensi (p>0.05). Hasil
tersebut diduga disebabkan kadar trigliserida pre-intervensi subjek sudah
tergolong optimal sehingga pemberian minuman intervensi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kadar trigliserida post-intervensi subjek.
Kolesterol Total
Kolesterol dalam tubuh berfungsi sebagai komponen struktural membran
sel dan lebih dari 90% kolesterol dalam tubuh berada di dalam sel. Kolesterol

15

menjadi berbahaya ketika menumpuk pada dinding arteri yang akan menjadi
atherosklerosis (Whitney dan Rolfes 2008). Rata-rata kadar kolesterol total
masing-masing kelompok disajikan pada Gambar 4.
Kadar kolesterol total optimal adalah 0.05). Uji T menunjukkan
bahwa kelompok P1, P2, dan P3 memiliki rata-rata kolesterol total yang berbeda
nyata antara pre dengan post-intervensi (p