Estimasi daya dukung terumbu karang berdasarkan biomasa ikan kerapu macan di perairan Sulamadaha, Maluku Utara (suatu pendekatan pengelolaan ekologis)

ESTIMASI BAYA DLKUNG TERUMBU KARANG
BERDASARKAN BIQMASA IKAN KERAPU MACAN
DI PERAIRAN SULAMADAHA, MALUKU UTARA
(SUATU PENDEKATAN PENGELOLAAN EKOLOGIS)

ADITNAWAN AHMAD

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANLAN BOGOR
BOGQR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMISER
INFQRMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Estimasi Daya Dukung T e m b u
Karang Berdasarkan Biomasa Ikan Kerapu Macan di Perairan Sulamadaha,
Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolaan Ekologis) adalah hasil karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks clan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


ABSTRACT
ADITIYAWAN AHMAD. Estimation of Coral Reef Carrying Capacity based on
Brown-Marbled Gouper Biomass in Sulamadaha Coastal, North Mollucass
(Assessment of Ecology Management). Under the direction of YUSLI
WARBIATNO and IRZAL EFFENDI.
This research was conducted at Sulamadaha coastal, North Molluccas
from May 2007 till Agustus 2008. This area has a coral reef environment in which
brown-marbled gouper lives. At present, there is a decrease in percent cover of
coral reef and the abundance of brown-marbled gouper. The objective of this
research was to correlation analysis of coral reef and brown-marbled gouper,
estimation of coral reef carrying capacity value based on brown-marbled gouper
biomassa, it is seasons for determine ecology management.. The method used was
permanent quadrat to identify coral reef condition and visual census for brownmarbled gouper. Research result showed that total genus and species found at the
research area was 38 genus and 103 species with good percent cover. The growth
of brown-marbled gouper is allometric, that is rate of growth length quicker of
weight growth, it is correlation 77,8%. Result PCA analiysis showed that coral
reef condition and brown-marbled gouper condition was persent cover of coral
reef, abudance, foodfish coefficient, and gonado index. Estimation of carrying
capacity value based on biomass was 301,96 kg/ha, based on total coral reef area

was 250,623 kg/0,83 ha. It's could be established the management strategy.
Keyword :biomassa, brown-marbled gouper, carrying capacity, coral reef:

ADITIYAWAN AHMAD. Estimasi Daya Dukung Tenunbu Karang Berdasarkan
Biomasa Ikan Kerapu Macan Di Perairan Sulamadaha, Maluku Utara (Suatu
Pendekatan Pengelolaan Ekologis). Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan
IRZAL EFFENDI.
Terumbu karang merupakan kurnpulan endapan massive kalsium karbonat
(CaC03) yang dihasilkan berdasarkan hubungan sirnbiosis mutualisme antara
hewan karang dengan algae (zooxanthelae). Tenunbu karang sangat sensitif
terhadap pengaruh kegiatan manusia, pada umumnya ekosistem terumbu karang
sudah mengalami tekanan karena adanya pemanfaatan sumberdaya yang
berlebihan, sehingga kondisi tenunbu karang telah banyak mengalami penurunan.
Persentase terumbu karang yang dikelompokkan dalam kategori sangat baik
sebesar 6,83%, baik 25,72%, sedang 36,87%, dan rusak 30,58%.
Pemanfaatan yang berlebihan disebabkan oleh bertambahnya populasi
masyarakat mengakibatkan kondisi populasi ikan kerapu semakin menurun, ha1
ini disebabkan karena permintaan untuk kebutuhan konsumsi lebih tinggi. Secara
urnurn tingkat pemanfmtan ikan karang telah melebihi batas maksimum
tangkapan lestarinya (MSY) yaitu 221,98%. Untuk mengatasi ancaman p e n m a n

W t a s sumberdaya ekosistem tenunbu karang tersebut, perlu adanya suatu
kebijakan dm pengatwan, sebagai salah satu perangkat dalam proses perlindungan,
akan dapat memperkecil ancaman terhadap penunman kualitas sumberdaya
ekosistem tenunbu karang yang menunjang kdangsungan hidup dari ikan kerapu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan terumbu karang dan
ikan kerapu macan (Epinephelus Jizscoguttatus), serta mengestimasi nilai daya
dukung terumbu karang berdasarkan biomasa dari ikan kerapu macan sebagai
bagian dari upaya pengelolaan secara ekologis. Manfaat penelitian ini diharapkan
menjadi data dasar sebagai acuan untuk pengelolaan ekologis terumbu karang clan
ikan kerapu macan (Epinephelusfuscoguttatus) secara berkelanjutan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007 sampai Juli 2008.
Metode yang digunakan adalah transek kuadrat untuk penentuan kondisi
terumbu karang dan sensus visual ikan karang.
Hasil menunjukkan bahwa jurnlah total genus dan spesies karang yang
ditemukan pada lokasi penelitian adalah 38 genus dan 103 spesies karang, spesies
paling banyak ditemukan adalah spesies dari genus Acropora, Montipora clan
Porites. Dari hail penelitian diperoleh total persentase tutupan dari masingmasing jenis karang pada tiap stasiun adalah 53,073 - 58,355 %, berdasarkan
klasifikasi kondisi terumbu karang dari persentasi jumlah karang hidup, maka
kondisi terumbu karang pada lokasi penelitian tergolong dalam kondisi baik.
Bentuk pertumbuhan ikan kerapu macan adalah bersifat allometrik yaitu laju

pertumbuhan panjang ikan kerapu macan lebih cepat dari laju pertumbuhan
beratnya, dan memiliki nilai korelasi 77,8 %.
Persentase kelimpahan ikan kerapu tertingi pada stasiun 2 adalah 0,055
dengan kondisi persen tutupan karang 58,355% dan terendah pada stasiun 3
adalah 0,048 dengan persen tutupan karang 53,073%. Kelompok makanan utama
ikan kerapu macan yaitu crustacea dan ikan, makanan tambahan yaitu gastropods,
dan makanan insidensid adalah patahan karang (rubble). Tingkat Kematangan

Gonad (TKG) ikan kerapu macan tergolong gonad tidak matang (kelas I) pada
awal bulan Maret sampai pertengahan bulan April, dan gonad memasak (kelas 11)
pada akhir bulan April sampai Bulan Mei.
Hasil analisis PCA dari kondisi terumbu karang dengan kondisi biologi
ikan kerapu macan diperoleh pengelompokan antara persen tutupan karang,
kelimpahan, koefisien makanan dan indeks gonad ikan kerapu macan. Nilai
estimasi daya dukung terumbu karang berdasarkan biomassa ikan kerapu macan
sebesar 301,96 kg/ha, berdasarkan luas total tenunbu karang adalah 0,83 maka
nilai daya dukung tenunbu karang berdasarkan biomasa ikan kerapu macan
adalah 250,623 kg. Berdasarkan estimasi nilai daya dukung terumbu karang dan
skenario perubahannya maka dapat disarankan beberapa alternatif pengelolaan
secara berkelanjutan antara kegiatan pemanfaatan dan pelestarian.


@ Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang
I . Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kurya tulis ini tanpa mancantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikun, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugihn kepentingan yang w e IPB
2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ESTlMASI DAYA DUK16TNG TERlllMBU KARANG
BEROASARKAN BIOMASA IKAN KERAPU MACAN
DI PERAIRAN SULAMADAHA, MALUKU UTARA
(SUATUPENDEKATAN PENGELOLAAN EKOLOGIS)

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PMGASARJANA
INSTITUT PERTANLW BOGQR
BOGOR
2009

Judul Tesis

: Estirnasi Daya Dukung Tenunbu Karang Berdasarkan Biomasa

Ikan Kerapu Macan Di Perairan Sulamadaha, Maluku Utara
(Suatu Pendekatan Pengelolaan Ekologis)
Nama

: Aditiyawan Ahrnad

NIM


: C251060041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Irzal Effendi, M.S.
Awgota

*eL

ProStudi Pengelol
Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Dr. Ir. Memofatria Boer, DEA.

\ _ ~ & f 6 ~ : @h~a ikr i. l An(lotodi~utro,M.S.
* --"" _ _ . '

Tanggal Ujian : 31 Maret 2009


I

,*

.I

1 4 APR 2009
Tanggal Lulus : ..............................

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana Institut P e k a n Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2007 dengan judul "Estimasi Daya
Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomasa Ikan Kerapu Macan di Perairan
Sulamadaha, Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolaan Ekologis).
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. dan Bapak Ir. kd Effendi, M.S.
sebagai Komisi Pembimbing.

2. Bapak (Alm) Dr. Unggul Aktani sebagai Ketua Komisi Pembimbing dari

penyusunan proposal sampai proses penelitian, semoga amal ibadahnya
diterima di sisi Allah SWT.
3. Bapak Dr. Ir. Ario Damar, M.Sc. sebagai dosen penguji luar komisi.
4. Bapak Drs. H. M. Yunus Namsa, M.Si sebagai Rektor Universitas

Muhamrnadiyah Maluku Utara (UMMU).

5. Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) Konsersium
Pusat di Jakarta yang telah memberikan beasiswa penulisan tesis.
6. Ayahanda (Alm) Ahmad Nurdin dan Ibunda Endang Djumirah Khadam

tercinta beserta sanak saudara Zainudin Ahmad, Sitti Djulaiha, Sri
Nurdiyani,S.T, dan M. Sarmin Yunus, atas dorongan semangat selama penulis
menyelesaikan studi.

7. Teman-teman di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan,
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
8. Teman-teman Forum Pascasarjana Maluku Utara (FPMU) di Bogor.


9. Teman-teman Forum Zooxanthelae Diving Club di Temate.
10. Serta semua pihak yang telah memberikan rnasukan dan saran sampai

terselesainya penulisan tesis ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini Mum mencapai
kesempurnaan, oleh karena itu semua saran, masukan dan kritik yang sifatnya untuk

perbaikan penulisan ini, penulis terima dengan tangan terbuka.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2009
Penulis

Penulis dilahirkan di Ternate, Maluku Utara pada tanggal 06 April 1982 dan
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari ayah (Alm) Ahmad Nurdin dan
ibu Endang Djumirah Khadam.
Penulis selesaikan p e n d i d i i dasar pada SD Inpres Ubo-Ubo Ternate
1994, Selanjutnya penulis melanjutkan pada pendidikan menengah di SMP Negeri

3 Ternate dan lulus pada tahun 1997 dan melanjutkan pendidikan menengah atas
pada SMU Negeri 2 Ternate clan selesai pada tahun 2000. Pada tahun yang sama
penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Perilcanan dan Ilmu Kelautan
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Khairun Ternate dan

menyelesaikan studi pada tahun 2004.
Pada tahun 2003 - 2004 penulis bergabung dengan LSM IRD sebagai
Kooordinator Lapangan yang bergerak pada bidang Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir Pasca Konflik. Diterima sebagai tenaga dosen di Yasasan Universitas
Muhammadiyah MaluRu Utara (UMMU) pada tahun 2005.
Pada tahun 2006, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pascasajana di Intitut Pertanian Bogor, program studi Pengelolaan
Surnberdaya Pesisir dan Lautan. Beasiswa pendidikan program pascasatjana
diperoleh dari BPPs Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia.

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................
ABSTRACT ........................................................................................
RINGKASAN .....................................................................................
HALAMAN HAK CIPTA ..................................................................
HALAMAN JUDUL ...........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................
PRAKATA ..........................................................................................
RIWAYAT HIBUP .............................................................................
DAFTAR IS1 .......................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................

PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Kerangka Pikir ................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................

T I N J A W PUSTAKA

Terumbu Karang .............................................................................
Parameter Lingkungan ....................................................................
Daya Dukung Tenunbu Karang .....................................................
Karakteristik Ikan Kerapu Macan sebagai Ikan Karang ..............
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscogut fatus) ..............................................................................
Hubungan Panjang-Berat, Panjang-Tinggi dan Panjang-Bukaan
Mulut ........................................................................................
Kebiasaan Makan ...........................................................................
Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Gonad .............................
Hubungan Terumbu Karang dengan Komunitas Ikan Karang ..............
Dasar Pengelolaan Tenunbu Karang dan Ikan Karang ..................
Skenario Model Pengelolaan ..........................................................

METODOLOGI PENELITIAN

h k a s i dan Waktu Penelitian ..........................................................
Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
Pengumpulan Data ..........................................................................
Analisis Data ...................................................................................

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...............................................
Kondisi Tenunbu Karang ...............................................................
Keanekaragarnan Terumbu Karang ................................................

v
vi
vii

...

Vlll

ix
X

xi
xii

Keseragaman atau Equitabilitas Terumbu Karang .........................
Kelimpahan lkan Kerapu Macan ..........................................................
Hubungan Panjang.Berat. Panjang-Tinggi dan Panjang-Bukaan
Mulut Ikan Kerapu Macan ..............................................................
Indeks Relatif Penting dan Koefisien Makanan Ikan Kerapu
Macan ......................................................................................................
Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Gonad Ikan Kerapu
Macan ......................................................................................................
Pengelompokkan Kondisi Terumbu Karang dengan Kondisi
Biologi Ikan Kerapu Macan ...........................................................
Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan Kondisi Biologi Ikan
Kerapu Macan ...............................................................................
Estimasi Daya Dukung (Carrying Capacity)Terumbu Karang .......
Skenario Perubahan Terumbu Karang dan Ikan Kerapu Macan .......

PEMBAHASAN

Kondisi Terumbu Karang ...............................................................
Keanekaragaman Terumbu Karang ................................................
Keseragaman atau Equitabilitas Terumbu Karang .........................
Kelimpahan Ikan Kerapu Nlacan ..........................................................
Hubungan Panjang.Berat. Panjang-Tinggi dan Panjang-Bukaan
Mulut Ikan Kerapu Macan ..............................................................
Indeks Relatif Penting dan Koefisien Makanan Ikan Kerapu
Macan ......................................................................................................
Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Gonad Ikan Kerapu
Macan .............................................................................................
Pengelompokkan dan Hubungan Kondisi Terumbu Karang
dengan Kondisi Biologi Ikan Kerapu Macan .................................
Estimasi Daya Dukung (Carrying Capacity)Terumbu Karang .......
Saran Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan Kerapu Macan
Bedasarkan Hasil Penelitian ......................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .....................................................................................

Saran

...............................................................................................

Halaman

Perkernbangan larva ikan kerapu macan (Epinephelus

..........................................................................
Klasifikasi perkembangan gonad ikan kerapu..........................

Jizsc0guttatt.s)

Hasil pemantauan persen cover karang hidup di Indonesia .....
Distribusi parameter kualitas perairan di lokasi penelitian ......
W b u s i genus clan spesies kamng di lokasi penelitian ................
Distribusi persentase tutupan karang di lokasi penelitian ............

Halaman
Diagram alir kerangka pikir pengelolaan tenunbu karang dan
ikan kerapu macan (Ephinephelw&cogatus) ..............................
Klasifikasi tipe terumbu karang; (a) tenunbu tepi, (b)
terumbu penghalang, (c) terumbu cinch .................................
Morfologi ikan kerapu macan (Epinephelus fiscoguttatus
Forsskal, 1775) ................................................................................
Diagram analisis kebijakan

.....................................................

Peta lokasi penelitian di perairan Sulamadaha ........................

...................................
Ilustrasi tipe pasang surut diurnal di lokasi penelitian .............
Plot areal pengamatan secara permanen

Distribusi spesies karang pada tiap genus di lokasi penelitian.
Distribusi persentase tutupan karang pada tiap stasiun di
..
lokasi penellban........................................................................
Distribusi indeks keanekaragaman karang di lokasi
penelitian ..........................................................................
Distribusi indeks keseragaman karang di lokasi penelitian

.

Distribusi kelimpahan ikan kerapu di lokasi penelitian ................

....................
Fungsi regresi panjang-ti& ikan kerapu macan ...................
Fungsi regresi panjang-bukaan mulut ikan kerapu macan ..........
Fungsi regresi panjang-berat &an kerapu macan

Distribusi indeks relatif penting ikan kerapu macan di lokasi
penelitian

.................................................................................

Distribusi koefisien makanan ikan kerapu macan di lokasi
penelitian .................................................................................
Tingkat kematangan gonad dan nilai indeks gonad di lokasi
penelitian .................... ......................................................
Pengelompokan kondisi t e m b u karang dengan kondisi ikan
kerapu macan di lokasi penelitian ................................................

.
.

Hubungan persen tutupan terumbu karang dengan kelimpahan

ikan kerapu macan di lokasi penelitian ........................................
Fungsi linear persen tutupan karang dengan kelimpahan ikan
kerapu macan di tiap stasiun

.....................
.
........................

Hubungan persen tutupan tenunbu karang dengan indeks
gonad ikan kerapu macan di lokasi penelitian........................

23

Fungsi linear persen tutupan terumbu karang dengan indeks
gonad ikan kerapu macan di tiap stasiun ...................................

24

Hubungan persen tutupan terumbu karang dengan koefisien
makanan ikan kerapu macan di lokasi penelitian ....................

25

Fungsi linear persen tutupan tenunbu karang dengan
koefisien makanan ikan kerapu macan di tiap stasiun ............

26

Distribusi biomasa ikan kerapu macan pada kondisi terumbu
karang di lokasi penelitian .......................................................

27

Ilustrasi kondisi ekologi antara terumbu karang dengan
populasi ikan kerapu macan di lokasi penelitian.......................

28

Skenario perubahan laju pertumbuhan terumbu karang di
lokasi penelitian ..............................................................................

29

Skenario perubahan persen tutupan karang dengan kelimpahan
ikan kerapu macan di lokasi penelitian .......................................

30

Skenario perubahan luas terumbu karang dan biomasa ikan
kerapu macan di lokasi penelitian ........................................

31

Skenario perubahan luas tenunbu karang dan biomasa ikan
kerapu macan di lokasi penelitian ...........................................

Halaman

.....................
Klasifikasi dan luas tutupan karang di stasiun 2 .....................
Klasifikasi dan luas tutupan karang di stasiun 3 .....................

Klasifikasi clan luas tutupan karang di stasiun 1

Analisis indeks keanekaragaman (H') dan keseragaman (E) di
stasiun 1 ...................................................................................
Analisis indeks keanekaragaman (H') dan keseragaman (E) di
stasiun 2 ...........................................................................................
Analisis indeks keanekaragaman (H') dan keseragaman (E) di
stasiun 3 ...........................................................................................
Tahapan analsis hubungan panjang.berat. panjang-tinggi dm
panjang-bukaan mulut ikan kerapu macan ....................................
Tahapan analisis indeks relatif penting dan koefisien
makanan ikan kerapu macan ..........................................................
Tahapan analisis indeks kematangan gonad ikan kerapu
macan .......................................................................................
Tahapan analisis pengelompokan kondisi tenunbu karang
dengan kondisi ikan kerapu macan .......................................
Distribusi hubungan kondisi terumbu karang dengan kondisi
ikan kerapu macan ...................................................................
Distribusi estimasi nilai daya dukung terumbu karang
berdasarkan biomasa ikan kerapu macan ................................
Tahapan skenario perubahan terumbu karang dan ikan kerapu
macan 10 tahun kedepan ............................................................
Tahapan skenario perubahan luas terumbu karang dan
biomasa ikan kerapu macan selama 10 tahun kedepan ............
Genus terumbu karang yang mendominasi di lokasi penelitian ......

Peta Propinsi Maluku Utara
Peta Kota Ternate

...................................................

....................................................................

Latar Belakang

Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling komgleks

dan khas di herah tropis yang memiliki groduktifitas dan keanekaragaman tinggi.
Ekosistem tenunbu karang secara ekologis mempunyai fungsi sebagai daerah
mencari makanan (feeding ground), daerah asuhan (nursery ground) dan daerah
pemijahan (spawning ground) bagi organisme pendukung yang ada di ekosistem
tersebut, Ekosistem tenunbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang
penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di
dalam ekosistem terumbu karang ini bias hidup lebih dari 300 jenis karang, yang
terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacea,
sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000).
Terumbu karang merupakan kumpulan komunitas kamng, yang hidup di

dasar perairan, yang berupa kumpulan batuan kalsium karbonat (CaC03) yang
dihasilkan berdasarkan hubungan sirnbiosis mutualisme antara hewan karang dengan
algae (zooxanthelae). Tenunbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh kegiatan
manusia, pada umumnya ekosistem tenunbu karang sudah mengalami tekanan karena
adanya pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan, sehingga kondisi terumbu karang
telah banyak mengalami penurunan (Emor 1993; Supriharyono 2000).
Pemantauan kondisi tenunbu karang di 583 stasiun pengamatan, hasilnya
Indonesia mempunyai 590 spesies terumbu karang yang tersebar di hampir
seluruh wilayah tanah air, dan dengan persentase tenunbu karang yang
dikelompokkan dalam kategori sangat baik sebesar 6,83%, baik 25,72%, sedang
36,87%, dan rusak 30,58% (Suharsono 2003). Data ini menunjukkan bahwa
tenunbu karang Indonesia dalam kondisi yang mengkhawatirkan dan ini &pat
meminirnalkan fungsi clan jasa ekosistem yang akan berdampak terhadap
keberadaan ikan karang dan biota laut lainnya.
Keberadaan ekosistem terumbu karang &pat menunjang berbagai
kehidupan komponen organisme, salah satunya adalah komunitas ikan karang
yang merupakan organisme target tangkapan bagi masyarakat nelayan, Korelasi
antara karang hidup dan komunitas ikan, tenunbu karang menyediakan makanan

untuk ikan, tidak hanya untuk pemakan karang, tetapi juga un0k ikan m a g =
lainnya yang bergantung pada karang hidup (Be1 dan Galzin 1984). Penurunan
nilai tutupan karang menyebabkan suatu pengurangan yang drastis pada
keanekaragaman ikan karang, baik di area tertutup maupun di area terbuka bagi
penangkapan ikan (open tofishing), P e n m a n keanekaragaman ikan sekitar 1596,
sehingga diindikasikan bahwa tenunbu karang yang sehat dapat meningkatkan
persentasi tutupan karang yang menjamin keberadaan ikan karang dan mendukung
keanekaragaman ikan karang (Jones et al, 2004).
Ikan karang merupakan salah satu komponen di daerah ekosistem tenunbu
karang, Berdasarkan waktu aktif mencari makan, ikan karang dapat digolongkan
sebagai ikan yang mencari makan pada malam hari (nokturnal), siang hari
(diurnal) dan ada yang mencari makanan pada sore hari (crepuscular). Ikan
karang dapat berfungsi sebagai ikan indikator yaitu sebagai penentu untuk
terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu
karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe), dan ikan target yaitu
ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan

ikan ekonomis penting atau ikan kosumsi (Terangi 2004).
Ikan kerapu macan (Epinephelusjkscoguttatus) merupakan jenis ikan target

yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sehingga ikan kerapu menjadi sasaran tangkap
oleh nelayan baik dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan rnaupun
alat tangkap yang dapat merusak ekosistem. Secara umum tingkat pemanfaatan ikan
karang telah melebihi batas maksimum tangkapan lestarinya (MSY) yaitu 221,98%
(Dahuri 2000). Semua ini terjadi karena tidak jelasnya kebijakan dalam pengelolaan

sumberdaya, serta rendahnya keterlibatan masyarakat yang pada ahirnya a h
mengarah pada kurang optimalnya pengelolaan suatu swnberdaya
Untuk mengatasi ancaman penurunan kualitas sumberdaya ekosistem
terumbu karang tersebut, perlu dipahami bahwa sumberdaya ekosistem terumbu
k m g adalah komoditas yang terbatas, sementara pada saat yang sama berbagai
pihak saling berkompetisi untuk memanfaatkannya, Adanya suatu kebijakan dan
pengaturan, sebagai salah satu perangkat dalarn proses perlindungan, akan dapat
memperkecil ancaman terhadap penurunan kualitas sumberdaya ekosistem
terumbu karang yang menunjang kelangsungan hidup dari ikan kerapu.

Perurnusan Masalah

Perairan Sulamadaha terletak di Kecamatan Kota Ternate Utara, Kota
Ternate. Daerah perairan didominasi oleh ekosistem terumbu karang yang di
dalamnya hidup berbagai organisme diantaranya organisme karang sendiri,
berbagai jenis ikan karang dan organisme pendukung ekosistem lainnya. Dari
berbagai jenis ikan karang salah satunya adalah ikan kerapu macan yang
merupakan top level dalam rantai makanan di ekosistem terumbu karang. Ikan
kerapu tergolong dalam ikan karang dan ikan ekonomis penting yang merupakan
target penangkapan dari nelayan. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa
hasil tangkapan nelayan semakin berkurang yaitu i 5 - 10 koulan, semua ini
terjadi karena tidak ada sistem pengelolaan yang baik terhadap keberadaan ikan
kerapu maupun tenunbu karang yang merupakan tempat mencari makanan,
tempat pemijahan clan tempat pembesaran dari ikan kerapu macan.
Berdasarkan fungsi terumbu karang tersebut, maka dilakukan suatu
pendekatan penelitian untuk melihat hubungan yang terjadi di dalam ekosistem
terumbu karang dengan melihat kapasitas dari masing-masing variabel yaitu dari
kondisi tenunbu karang mapun ikan kerapu macan, dengan permasalahan utama
adalah :
1, Kondisi terumbu karang yang hampir tergolong rusak apabila ditinjau dari

kategori luas tutupan yaitu 56,5%,
2. Keberadaan ikan kerapu macan semakin menurun berdasarkan hasil tangkapan

nelayan di daerah terumbu karang, dan
3. Penerapan strategi pengelolaan yang belurn jelas terhadap ekosistem tenunbu

karang dan ikan kerapu macan,
Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang mendasari pada penelitian ini adalah secara ekologis
adanya potensi dari ekosistem tenunbu karang yang merupakan objek penentu
dari kehidupan ikan kerapu macan, Apabila terjadi tekanan terhadap terumbu
karang, maka akan berpengaruh terhadap ikan kerapu macan. Sehingga dalam
perjalanan waktu secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya degradasi
terhadap tenunbu karang dan ikan kerapu macan, sebagai indikator adalah hasil
tangkapan nelayan untuk ikan kerapu macan semakin menunm, Dengan landasan

tersebut maka perlu dilakukan penilaian hubungan yang dibentuk antara terumbu
karang dengan ikan kerapu macan guna dijadikan bagian dari data base untuk
melengkapi seluruh variabel pendukung yang ada di daerah terumbu karang dalam
penyusunan strategi pengelolaan terumbu karang dm ikan kerapu macan secara
ekologis ke depan agar keseimbangan antara pemanfaatan dengan pelesrarian
ekosistem tetap terjaga.
Pelaksanaan penelitian untuk melihat hubungan antara terumbu karang
dengan ikan kerapu macan berdasarkan kondisi biologis dari masing-masing
varibel yang saling terkait dalam mencapai tujuan penelitian, maka yang
dilakukan adalah :
1, Mendeskripsikan kondisi terumbu karang dengan melihat persentase tutupan

jenis karang, keanekaragaman, indeks keseragaman, dan dorninasi.
2. Mendeskripsikan kondisi biometri, koefisien makanan, dan Tingkat

Kematangan Gonad (TKG) dari ikan kerapu macan.

3. Menganalisis hubungan kondisi terumbu karang dengan kondisi ikan kerapu
4, Estimasi daya dukung terumbu karang berdasarkan nilai biomasa dari ikan

kerapu macan yang menjadi bagian dalam penentuan skenario pengelolaan
secara ekologis.
Ekosistem Terumbu Karang
Di Perairan Sulamadaha, Kota Ternate

4
Parameter Lingkungan

-

Terumbu Karang

Ikan Kerapu Macan

.......................................................

rpa->
p-etef

<

A

'

Deshipsi
~ e s h i ~~ondisi
si
Terumbu K m g

Saran Pengelolaan Ekologis Terumbu Karang dan Ikan
Kerapu Macan Secara Terpadu dan Bekelanjutan

Gambar 1 Diagram alir kerangka pikir saran pengelolaan terumbu karang dan
ikan kerapu macan (Eginephelusfuscogatus).

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan terwnbu karang dan
ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), serta mengestimasi nilai daya

dukung tenunbu karang berdasarkan biomasa dari ikan kerapu macan sebagai
bagian dari upaya pengelolaan secara ekologis.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan menjadi data dasar sebagai acuan
untuk pengelolaan ekologis tenunbu karang dan ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) secara berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut
lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi, Pada dasarnya
karang merupakan endapan padat kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh
binatang kslrang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain penghasil kalsium karbonat, Klasifikasi ilmiah menunjukkan
bahwa karang ini termasuk kelompok binatang dan bukan sebagai kelompok
tumbuhan. Binatang karang ini masuk ke dalam filum Cnidaria, kelas Anthozoa,
ordo Scleractinia (Baker et al. 1991).
Terumbu karang merupakan komunitas organisme yang hidup di dasar
perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaC03) yang cukup kuat menahan
gaya gelombang laut, Organisme yang dominan hidup di terumbu karang adalah
binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak
diantaranya juga mengdanung kapur (Supriharyono 2000). Kalsium karbonat
rangka dan sedimen terhimpun sarnpai beberapa centimeter setiap tahun, di atas

beribu-ribu tahun untuk membentuk karang. Karang ini menyediakan habitat untuk
sebagian dari ekosistem yang berbeda secara biologis di muka bumi (NOAA 2001).
Komunitas karang adalah kumpulan karang yang membentuk terumbu dan
pertumbuhannya diawali dengan pertambalm struktural sebelum terjadi seleksi
alam secara terus menerus (NOAA 2001). Terumbu karang adalah ekosistem
kompleks yang ditandai oleh hubungan nonlinear antara komponen biotik dan
abiotik. Ketersediaan cahaya membatasi distribusi kedalaman karang, Kekeruhan
air laut dan sedimentasi dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan karang

(Meesters et al. 1998) dan morfologi karang (Meesters et al. 1996; Kaandorp 1999).
Dalam ha1 kemampuan membentuk t e m b u , karang dapat dibedakan atas
hermatipik yaitu karang yang mampu membangun terumbu karang dan ahermatipik
yaitu karang yang tidak mampu membangun t e m b u karang. Karang banyak
dijumpai diantara 30°LU dan 25"LS. Hewan ini kebanyakan nocturnal. Hal ini
disebabkan karena mangsanya, yaitu zooplankton, banyak muncul di malam hari,
dan karang merupakan hewan karnivora (Veron 1986).

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya t e m b u karang
dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe tenunbu karang yaitu :
1. Terumbu tepi (j%inging reef), yaitu terumbu karang yang berkembang

sepanjang dan dekat pantai dan jangkauan tumbuhnya ke arah laut dengan
jarak beberapa ratus meter. Disini tidak terdapat laguna atau lingkungan bukan
terumbu diantara tenunbu karang dan daratan. Tipe terumbu ini melindungi
garis pantai dari abrasi karena dapat menahan serangan gelombang yang
menghantam pantai.
2. Terumbu penghalang (barrier reef), yaitu terumbu karang yang berkembang

sejajar dengan garis pantai namun diantara bujuran letaknya atas garis pantai
terbentuklah laguna diantaranya.
3. Terumbu cincin (atoll), yaitu terumbu karang yang berbentuk cincin
(lingkaran) yang mengelilingi batas dari pulau vulkanik yang tenggelam
sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

(4
Gambar 2 Klasifikasi tipe terumbu karang; (a) terumbu tepi, (b) terumbu
penghalang, (c) terumbu cincin (Humann 1993).

Di antara ketiga bentuk terumbu, terumbu tepi yang umumnya ditemukan

di asia Tenggara, dimana sebagian besar pulau-pulau dikelilingi oleh pertumbuhan
karang. Terumbu yang memagari kebanyakan pulau mempunyai bentuk serupa
dan menunjang masyarakat biota yang serupa pula. Mulai dari pantai melereng ke

arah laut terdapat rataan terumbu (reef

flat)

yang berbeda-beda luas dan

kerniringan topografinya. Dasar rataan terumbu tersebut biasanya terdiri dari
kombinasi pasir, lumpur, batu, lamun, alga dan karang-karang yang bertebaran.
Kerniringan rata-rata paparan terumbu kebanyakan tidak lebih dari satu meter dan
pada waktu surut terendah sebagian besar paparan menjadi kering. Pada pinggiran
luar dari paparan tersebut terdapat jambul terumbu atau tubir (reef crest) yang
kebanyakan merupakan mintakat yang terarnat beraneka ragam (lihat Gambar 2.c)
(Romirnohtarto dan Juwana 200 1).
Morfologi skeleton karang merupakan hasil jadi dari bentuk pertumbuhan
koloni karang. Istilah yang paling urnurn digunakan oleh Veron (1986) untuk
menggambarkan bentuk pertumbuhan h a n g yang menghasilkan morfologi
karang yaitu massive (sama dalam semua dirnensi), columnar (berbentuk tonggak),
encrusting (melekat pada substrat atau kerak), branching (seperti cabang pohon atau
bentuk jari), foliaceous (seperti daun), laminar (seperti lempengan); danpee living
(hidup lepas dari substrat).

Parameter Lingkungan
Keberadaan karang dalam suatu perairan sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungannya. Faktor yang paling menentukan dalam mengontrol komposisi
komunitas tenunbu karang adalah ketersedian cahaya, gelombang, sedimentasi,
salinitas dan kisaran pasang surut. Dalam skala yang lebih besar, ketersediaan
nutrien organik, suhu clan bentuk dasar perairan juga merupakan ha1 yang penting
(Veron 1986).
Faktor lingkungan tersebut diatas saling berhubungan, contohnya
gelombang besar dapat mempengaruhi jumlah sedimen karena terjadi pengadukan
di dasar perairan, akibatnya air laut keruh sehingga dapat mempengaruhi penetrasi
cahaya ke dalam perairan. Selian itu, lingkungan biologis juga dapat
mempengaruhi eksistensi terumbu karang. Lingkungan biologis menciptakan
kekayaan spesies yang merupakan ciri-ciri terumbu karang (Wolmki 2001).

Semua karang hermatipik membutuhkan cahaya yang cukup untuk kegiatan
fotosintesis. Karang hermatipik adalah karang yang mampu menghasilkan terumbu.
Karang hermatipik hidup bersimbiosis dengan ganggang (zooxanthellae) yang
melakukan proses fotosintesis. Penetrasi cahaya rnatahari (illumination) sangat
menentukan kedalaman habitat terumbu karang (Supriharyono 2000).
Keadaan awan di suatu tempat mempengaruhi penetrasi cahaya pada
waktu siang hari. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan karang
(Supriharyono 2000). Menurut Kanwisher dan Wainwright (1967), titik
kompensasi binatang karang terhadap cahaya adalah pada intensitas antara 200 700 f.c (atau umumnya terletak antara 300 - 500 f.c). Intensitas cahaya secara
umum di perrnukaan laut adalah 2500 - 5000 Kc. Mengingat kebutuhan tersebut
maka binatang karang (reef corals) umumnya tersebar di daerah tropis.
Cahaya yang masuk ke dalam perairan berubah dengan cepat, baik
intensitas maupun komposisinya. Kecerahan perairan terumbu karang dapat
mencapai kedalarnan 50 meter untuk terumbu-terumbu di daerah lautan terbuka,
tetapi dapat juga mencapai hanya kurang dari satu meter sesudah terjadi badai di
tempat itu. Setiap spesies karang mempunyai toleransi tertentu pada tingkat
cahaya yang maksimum dan minimum. Daerah perairan di sekitar muara sungai
merupakan tempat yang kurang baik bagi pertumbuhan karang ditinjau dari
penetrasi cahaya yang biasanya rendah diakibatkan oleh banyaknya partikelpartikel tersuspensi dari air sungai yang masuk ke laut (Lalamentik 1991).
Pertumbuhan terumbu karang memerlukan kecerahan tinggi, oksigen
tinggi, kekeruhan rendah, nutrien rendah karena karang dapat memperoleh nutrien
dari zooxanthellae, perairan laut hangat (18-30°C), d m salinitas laut lepas (33-36
ppt). Selain tersebut diatas biasanya menghasilkan kondisi perairan suboptimal.
Sebagai contoh, ada tenunbu karang yang hidup di bawah kondisi kecerahan yang
sangat rendah lebih pada kedalaman 150 m. Karang dapat bertahan pada tekanan
jangka pendek yakni selama air surut terendah, masukan air tawar ketika banjir,

dm sedimen yang tersuspensi karena karang dapat melakukan proses pembersihan
diri dengan cara lendir (muscus) dikeluarkan melalui polip. Karang dapat pulih

dari bleaching (pemutihan) akibat matinya alga (zooxanthellae) yang hidup di
dalam polip karang akibat pemangsaan atau tekanan suhu yang tinggi. Pulihnya

tenunbu karang secara bertahap yaitu dengan cara zooxanthellae akan menempati
jaringan polip yang kosong. Karang yang bertahan di bawah kondisi stres berat
dapat menunrnkan pertumbuhan dan potensi reproduktihya (Beck et al. 1992).
Daerah karang dipengaruhi oleh sedimen yang berasal dari peningkatan
sedimen di daerah terumbu karang itu sendiri, run-08 dari darat dan sungai.
Kondisi tersebut berdampak terhadap struktur komunitas terumbu karang.
Dampak yang diberikan pada jenis karang tertentu bergantung kepada jenis dan
ukuran sedimen, fkekuensi yang ditimbulkan, pembebasan hutan, morfologi
koloni dan jenis yang reisisten. (Bak dan Elgershuizen 1992; Dodge dan Lang
1983; Rice dan Hunter 1992; Stafford-Smith dan Ormond 1992).

Days Dukung Terumbu Karang
Daya dukung terumbu karang (carrying capacity) adalah kapasitas tenunbu
karang untuk mendukung kehidupan organisme. Nilai daya dukung terumbu karang
sangat menentukan tingkat eksploitasi ikan karang secara berkelanjutan
(sustainublelity) tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya tenunbu karang.
Penentuan nilai daya dukung ekosistem dibutuhkan berbagai informasi
biologi dan ekologi ekosistem, di antaranya adalah mengetahui mengenai
populasi, pergerakan, pertumbuhan dan potensi habitat.
Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat yaitu (1) daya
dukung maksimum, yang menunjukkan jumlah maksimum organisme yang dapat
didukung per satuan luas daerah terumbu karang, (2) daya dukung subsisten, yaitu
jumlah organisme lebih kurang tetapi persediaan nutrien lebih banyak namun
masih jumlah organisme tidak bertarnbah, (3) daya dukung optimum, yaitu jurnlah
organisme lebih rendah dan terdapat keseimbangan yang baik antara jumlah
organisme dengan persediaan makanan, (4) daya dukung suboptimum, yaitu
jumlah organisme lebih rendah Iagi dan persediaan nutrien melebihi yang
diperlukan (Soemarwoto 200 1).
Terumbu karang merupakan sistem yang sangat kompleks, terdiri dari
banyak mikrohabitat. Ikan karang merupakan penghuni terumbu karang yang
paling menonjol. Diperkirakan ada 12.000 jenis ikan laut, 7.000 jenis di antaranya
menempati di daerah terumbu karang. Banyaknya jumlah ikan karang yang
dijurnpai di terumbu karang mencerminkan tingginya nilai daya dukung tenunbu

karang. Secara ekologis, integritas ekosistem terjadi karena tetap terjaganya
stabilitas ekosistem melalui kegiatan konservasi (Suharti 2005).
Pengukuran daya dukung terumbu karang didasarkan pada pemikiran
bahwa daerah tenunbu karang memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung
suatu pertumbuhan biota yang ada di dalarnnya. Misalnya: ikan kerapu macan
tumbuh secara positif jika daya dukung lingkungan masih lebih besar, namun
pertumbuhan yang terus menerus akan mengakibatkan timbulnya kompetisi
terhadap ruang dan lahan sarnpai daya dukung biofisik terumbu karang tidak lagi
mendukung pertumbuhan. Ini disebabkan karena terjadinya persaingan
memperoleh makanan, sehingga menyebabkan kondisi pertumbuhan ikan kerapu
macan akan mengalami p e n m a n dan pada akhirnya terjadi degradasi.
Kriteria daya dukung tenunbu karang diantaranya : (1) analisis kemampuan
dan kesesuaian lahan; analisis ini dilakukan mengenai ketersediaan luas area
tenunbu karang serta ketersediaan nutrien, oksigen terlarut dan kondisi fisik dari
tenunbu karang, (2) daya tampung; kaitannya dengan kemampuan tenunbu karang
untuk mendukung individu berdasarkan ukurannya baik panjang maupun berat, dan
(3) kemampuan pulih kembali; yaitu kemampuan terumbu karang dalam ha1
recovery dirinya apabila mengalami kerusakan, contohnya terjadi bleaching
terumbu karang membutuhkan waktu untuk pemulihan (Sullivan et al. 1995).
Daya dukung daerah terumbu karang secara ekologi ditentukan oleh (1)
kondisi biofisik terumbu karang, dan (2) ketersediaan luasan habitat yaitu
berhubungan dengan luas area terumbu karang untuk menunjang kehidupan biota
yang saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya dukung suatu
ekosistem tidak bersifat statis (a Jixed amount), tetapi bervariasi sesuai dengan
kondisi biogeofisik (ekologis) wilayah dan juga kebutuhan akan sumberdaya
ekosistem dari wilayah tersebut. Misalnya, daya dukung suatu wilayah dapat
menurun akibat kegiatan manusia maupun gaya alamiah (natural forces), seperti
bencana dam atau dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui
pengelolaan atau penerapan teknologi (Dahuri et al. 1996).
Daya dukung terumbu karang dapat ditentukan secara grafii dengan
menggunakan piramida ekologi. Piramida ekologi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
(1) piramida jumlah, yang menggambarkan jumlah individu organisme, (2)

piramida biomas, yang didasarkan pada seluruh berat kering, nilai kalori dan
ukuran lain dari organisme, (3) piramida energi, yang dilihat adalah laju arus energi

dan produktivitas pada tingkat trofik (Odum, 1994).

Secara ekologis, nilai daya dukung diperoleh berdasarkanjurnlah organisme
dibagi dengan luas area yang dapat menunjang kehidupan suatu organisme dalam
kurun waktu tertentu (WWF-Rusian 2004). Apabila penerapannya dilakukan di

daerah terwnbu karang, maka nilai daya dukung terhadap ikan karang dapat
diperoleh berdasarkan nilai biomasa ikan karang dikalikan dengan luas area
terumbu karang (Yeeting et al. 2001).

Karakteristik Ikan Kerapu Macan sebagai Ikan Karang
Ikan karang merupakan jenis ikan yang urnumnya menetap atau relatif
tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif mudah dijangkau.
Jenis substrat untuk dijadikan habitat biasanya pada karang hidup, karang mati,
pecahan karang dan karang lunak (Suharti 2005). Berdasarkan periode aktif
mencari makan, ikan karang dapat dikelompokkan menjadi 3 (Adrim 1983;

TERANGI 2004), yaitu :
1). Ikan nokturnal (aktif ketika malam hari), sekitar 10% jenis ikan karang yang
memiliki sifat nokturnal, ikan ini bersembunyi di celah-celah karang atau gua
karang sepanjang siang hari dan aka.muncul kepermukaan air untuk mencari
makan pada malam hari. Contohnya pada ikan-ikan dari Suku Holocentridae
(Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae. Priacanthidae
(Bigeyes), Muraenidae (Eels), Serranidae (Jewfish) dan beberapa dari suku
dari Mullidae (goatfishes).
2). Ikian diurnal (aktif ketika siang hari), 75% ikan yang hidup di daerah tenunbu
karang dan sebagian dari ikan-ikan ini berwarna sangat menarik serta umumnya
sangat erat berkaitan dengan tenunbu karang, contohnya pada ikan-ikan dari
suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes), Pomacentridae
(Damselfishes),

Scaridae

(Parrotfishes), Acanthuridae

(Surgeonfishes),

Bleniidae (Blennies), Bdistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes),
Monacanthidae, Ostracionthidae (Boxfishes), etraodontidae, Canthigasteridae

dm beberapa dari Mullidae (goatfishes).

3). Ikan crepuscular (&if pada pagi hari atau pada sore sarnpai menjelang
malam) contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae (Baracudas),
Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes),
Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, lamnidae, Spyrnidae (Sharks)
dan beberapa dari Muraenidae (Eels).
Ada beberapa ikan karang yang umumnya berukuran kecil dan sangat
pandai menyamarkan dirinya dan menghabiskan sebagian besar waktunya
bersembunyi di dalam struktur karang yang kompleks. Jenis ikan karang ini juga
sering disebut ikan yang bersifat kriptik (tidak mudah dilihat) yang jumlahnya
kurang lebih 30%. Berdasarkan karakteristik habitat, sebagian kecil ikan di
terumbu karang hidupnya menguburkan diri di pasir, lumpur atau pecahan karang
(rubble), contohnya ikan bloso (Saurida spp), ikan sebelah/lidah (suku
Cynoglossidae) dan sebagian ikan gobi (suku Gobiidae). Sebagian kelompok ikan
berlidung dan menjelajah di terumbu karang yang termasuk di dalamnya adalah
ikan butana (herbivora), dan kelompok karnivora seperti ikan kakap dan ikan
kerapu (Adrim 1983).
Sebagian kecil ikan karang ada yang hidup di kolom air dan menjelajah di
daerah terumbu karang untuk mencari makan dan aktivitas hidup lainnya
merupakan ikan kamivora. Banyak jenis ikan karang yang hidupnya soliter,
berpasangan atau berkelompok (baik dalam jumlah kecil ataupun besar),
berkelompok (scholing) merupakan satu strategi di kehidupan ikan yang hidupnya
lebih banyak menjelajah di kolom air terbuka (Suharti 2005).
Ikan karang juga memiliki peranan dalam ekosistem terumbu karang,

sehingga ikan karang dapat dikelompokkan berdasarkan perannya. Peran pertama
sebagai ikan taget, yakni ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih
dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan kosumsi seperti; Serranidae,
Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae, Labridae
(Chelinus, Himigymnus, choerodon) clan Haemulidae. Kedua, sebagai ikan penentu
(indiiator) untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan
kesuburan terurnbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe)
(Ehrlich 1975). Jenis Ikan karang yang urnurn ditemukan dalam jumlah yang

banyak dan dijadikan sebagai ikan hias air laut adalah dari jenis (Pomacentridae,
Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae).
Secara ekologi, perkembangan ikan karang disebabkan k a n a beberapa
faktor. (1) mobilitas dan ukuran ikan, yaitu ikan karang umumnya relatif tidak
berpindah-pindah (sedentary) dan berukuran relatif kecil. (2) aksesibilitas (habitat
yang mudah dicapai) yaitu perairannya relatif dangkal, berada di lingkungan yang
hangat dan jernih dibandingkan dengan perairan yang lain. (3) skala pemanfaatan
ruanglhabitat yaitu &an karang baik larva maupun dewasanya hidup di perairan yang
relatif dangkal, dekat dengan substrat yang solid dan dekat dengan daratan, siklus
hidup ikan karang umumnya telah diketahui dan banyak diantam mereka hidup hanya
beberapa tahun walaupun beberapa diantaranya bisa benunur panjang (Suharti 2005).

Ikan kerapu merupakan jenis ikan yang hidup di perairan terurnbu karang,
yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama grouper, trout atau coral reef
fish. Ikan ini mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis dm
habitat. Dari seluruh spesies yang ada, ikan kerapu dikelompokkan dalam 7 genus
di mana 3 diantaranya adalah genus yang sudah dibudidayakan dan termasuk jenis

komersial yaitu genus Cromileptes, Plectropomus dan Epinephelus (Ahmad 2002).
Berdasarkan fungsi ekosistem terumbu karang sebagai tempat mencari makan,
ikan kerapu macan (EpinephelusJirscoguttatus) umumnya dikenal sebagai ikan
penggerus terurnbu karang. Oleh karena itu yang menjadi perhatian adalah
seberapa besar kawasan terurnbu karang untuk dapat menampung (daya dukung)
keberadaan dari ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan
memperhitungkan tingkat reproduksi dari ikan kerapu tersebut atau karakteristik
survival dari ikan kerapu macan (Epinephelusfuscoguttatus).
Pada umumnya ikan kerapu muda hidup di perai