Potensi Penggunaan Rumput Laut Caulerpa Lentillifera Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila Oreochromis Niloticus

POTENSI PENGGUNAAN RUMPUT LAUT Caulerpa lentillifera
SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA
Oreochromis niloticus

NADISA THERESIA PUTRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul “Potensi Penggunaan
Rumput Laut Caulerpa lentillifera sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila
Oreochromis niloticus” adalah benar karya saya sendiri yang merupakan bagian
dari penelitian Kelompok Peneliti Nutrisi dan Teknologi Pakan Ikan Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor tahun
anggaran 2016 dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, Januari 2017
Nadisa Theresia Putri
NIM C151140051

RINGKASAN
NADISA THERESIA PUTRI. Potensi Penggunaan Rumput Laut Caulerpa
lentillifera sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus.
Dibimbing oleh DEDI JUSADI, MIA SETIAWATI dan MAS TRI DJOKO
SUNARNO.
Dalam rangka mengurangi bahan baku impor di Indonesia, maka dicari
pemanfaatan bahan baku lokal potensial untuk pakan ikan. Tingginya
keanekaragaman rumput laut dan luas lahan perairan Indonesia merupakan daya
dukung yang dapat dimanfaatkan. Salah satu jenis rumput laut yang berpotensi
sebagai bahan baku pakan ikan adalah Caulerpa lentillifera. Penelitian bertujuan
untuk mengkaji penggunaan rumput laut C. lentillifera sebagai bahan baku pakan
ikan nila.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu uji kecernaan rumput laut C.
lentillifera dan uji pertumbuhan ikan nila. Pengukuran uji kecernaan C. lentillifera

dilakukan dengan menggunakan indikator Cr2O3. Ikan yang digunakan pada uji
kecernaan yaitu ikan nila dengan bobot 7.00±1.00 g dengan kepadatan 16 ekor per
akuarium. Pengukuran uji kecernaan menggunakan metode penyifonan feses yang
diambil setelah hari keempat pemberian pakan perlakuan. Parameter uji yang
diamati antara lain: kecernaan bahan, protein, kalsium, magnesium dan zat besi.
Tahap kedua yaitu uji pertumbuhan menggunakan rancangan acak lengkap dengan
empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya adalah penggunaan tepung C.
lentillifera sebesar 0% (kontrol), 10%, 20%, dan 30%. Ikan nila (3.41±0.10 g)
dipelihara dalam akuarium (60x40x45 cm3) dengan kepadatan 20 ekor/akuarium
yang diberi pakan secara satiasi sebanyak tiga kali sehari selama 50 hari.
Parameter uji yang digunakan yaitu: tingkat kelangsungan hidup, jumlah
konsumsi pakan, rasio efisiensi protein, retensi protein, retensi lemak, laju
pertumbuhan spesifik, dan efisiensi pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan dan kecernaan
protein dari tepung C. lentiliifera sebesar 68.81% dan 86.31%. Nilai kecernaan
mineral yang diuji pada tepung C. lentillifera yaitu kalsium sebesar 38.49%,
magnesium 32.46% dan zat besi 36.21%. Hasil uji pertumbuhan menunjukkan
bahwa penggunaan tepung C. lentillifera sebesar 10% dan 20% terhadap bobot
akhir, kelangsungan hidup, jumlah konsumsi pakan, rasio efisiensi protein, retensi
protein, laju pertumbuhan spesifik, serta efisiensi pakan ikan nila tidak berbeda

nyata dengan kontrol (P>0.05). Penggunaan tepung C. lentillifera sebesar 30%
menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah. Komposisi tubuh ikan pada akhir
pemeliharaan ditunjukkan hasil yang meningkat dibandingkan awal pemeliharaan
untuk komposisi protein dan lemak ikan nila. Sehingga, komposisi sampai 20%
tepung C. lentillifera dapat digunakan dalam pakan ikan nila Oreochromis
niloticus.
Kata kunci :

Caulerpa lentillifera, Oreochromis niloticus, kecernaan, performa
pertumbuhan

SUMMARY
NADISA THERESIA PUTRI. Potential use of Green Algae Caulerpa lentillifera
as a raw Material Feed for Nile Tilapia Oreochromis niloticus. Supervised by
DEDI JUSADI, MIA SETIAWATI and MAS TRI DJOKO SUNARNO.
In order to reduce imports of raw materials in Indonesia, the exploration of
potential local raw materials for fish feed is developed. The high diversity of
seaweed and a land area of Indonesian waters are advantages that can be utilised.
Caulerpa lentillifera is one of the potential seaweed for fish feed raw material.
This study aimed to assess the use of seaweed C. lentillifera as tilapias feed.

This study consisted of two experiments which were C. lentillifera
digestibility test and growth performance test of tilapia. C. lentillifera digestibility
test was done by using Cr2O3 as indicators. The fish used in the digestibility test
was tilapia with the weight of 7.00 ± 1.00 g and 16 fish/aquarium in density. The
measurement of digestibility tests was using the faecal collection which taken
after the fourth day of feeding treatment. The observed parameters are C.
lentillifera digestibility, protein, calcium, magnesium and iron. The second
experiment is growth performance test using a completely randomised design with
four treatments in triplicate. The treatment is the use of C. lentillifera meal with
the percentages of 0% (control), 10%, 20% and 30%. Tilapia with the initial
weight of 3.41 ± 0.10 g were reared in 60x40x45 cm3 aquarium with the density
of 20 fish/aquarium. Fish were fed at satiation three times daily for 50 days. The
parameters observed were survival rate, feed intake, protein efficiency ratio,
protein retention, fat retention, specific growth rate and feed efficiency.
The results showed that the digestibility of C. lentiliifera and protein
digestibility amounted to 68.81% and 86.31%. Mineral digestibility value was
tested on C. lentillifera meal which amounted to 38.49% of calcium, 32.46% of
magnesium and 36.21% of iron. The use of 10% and 20% C. lentillifera meal to
the final weight, survival, total feed consumption, protein efficiency ratio, protein
retention, specific growth rate and feed efficiency of tilapia is not significantly

different from the control (P>0.05) while 30% C. lentillifera meal resulted in
lower growth. However, the body composition (protein and fat) of the fish at the
end of the rearing periods were higher compared to the initial. Thus, the
composition of 20% C. lentillifera meal can be used in tilapia feed.
Keywords : Caulerpa lentillifera, Oreochromis niloticus, digestibility, gorwth
performance

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POTENSI PENGGUNAAN RUMPUT LAUT Caulerpa lentillifera
SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA
Oreochromis niloticus


NADISA THERESIA PUTRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Dr Alimuddin, SPi MSc

Judul Tesis : Potensi Penggunaan Rumput Laut Caulerpa lentillifera sebagai
Bahan Baku Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus

Nama
: Nadisa Theresia Putri
NIM
: C151140051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Dedi Jusadi, MSc
Ketua

Dr Ir Mia Setiawati, MSi
Anggota

Dr Ir Mas Tri Djoko Sunarno, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni Msi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 3 Januari 2017

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Potensi Penggunaan Rumput Laut Caulerpa lentillifera sebagai Bahan
Baku Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus” pada Program Studi Ilmu
Akuakultur, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Dedi Jusadi, Ibu Dr Mia
Setiawati dan Bapak Dr Mas Tri Djoko Sunarno selaku dosen pembimbing atas

waktu, tuntunan, masukan, kesabaran, nasehat, serta semangat yang telah
diberikan hingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr Alimuddin sebagai dosen penguji luar komisi dan
Ibu Dr Widanarni sebagai komisi program studi yang telah memberikan saran
dalam ujian sidang tesis ini.
Kegiatan penelitian untuk memenuhi penyusunan karya ilmiah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini
penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat,
salah satunya Kepala Balai dan Kelompok Peneliti Nutrisi dan Teknologi Pakan
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta
Bapak Djunaidi, BA dan Ibu Rohaina yang telah tulus mendoakan, memberi kasih
sayang serta semangat dalam menyelesaikan studi ini. Terimakasih kepada
Kakak-kakak dan adik tersayang Dara Agnesia, S.ST, Amarullah Faisal, S.IP,
Ayu Nadia Pramazuly, S.IP, M.IP, Akbar Rahmatullah serta keluarga besar atas
semangat yang diberikan. Tidak luput dari ucapan terimakasih juga kepada rekanrekan Ilmu Akuakultur 2014 atas kebersamaan dan motivasinya selama
menempuh studi.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.


Bogor, Januari 2017
Nadisa Theresia Putri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1

1
2
2
2

2 METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Pakan Uji
Pemeliharaan Ikan
Parameter Uji
Analisis Kimia
Analisis Data

3
3
3
4
5
8
8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

8
8
10

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

14
14
14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Komposisi pakan uji kecernaan tepung C. lentillifera
2 Komposisi dan proksimat pakan uji pertumbuhan ikan nila dengan
penambahan rumput laut C. lentillifera
3 Kecernaan nutrien bahan C. lentillifera pada ikan nila
4 Performa pertumbuhan ikan nila pada penggunaan C. lentillifera dalam
pakan dengan komposisi yang berbeda selama 50 hari masa
pemeliharaan
5 Komposisi tubuh ikan nila awal dan akhir penelitian pada penggunaan
C. lentillifera dalam pakan dengan komposisi yang berbeda (% bobot
kering)

3
4
8

9

10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis proksimat bahan baku yang pakan ikan nila
2 Formulasi pakan uji kecernaan ikan nila tepung C. lentillifera
3 Pola asam amino esensial kebutuhan ikan nila dan komposisi asam
amino pada pakan perlakuan (referensi)
4 Prosedur analisis Cr2O3 dalam pakan uji kecernaan dan feses ikan nila
(Takeuchi 1988)
5 Prosedur analisis proksimat pakan kecernaan dan pakan uji
pertumbuhan, serta feses ikan nila (AOAC 1999)
6 Prosedur analisis mineral (Ca, Mg dan Fe) pada pakan dan feses ikan
nila

20
20
20
21
21
24

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahun 2014, produksi pakan ikan dan udang di Indonesia mencapai 1.411
juta ton (GPMT 2015). Dalam memproduksi pakan dengan jumlah tersebut
dibutuhkan bahan baku pakan, tetapi saat ini sekitar 70% bahan baku pakan masih
mengandalkan impor (GPMT 2015). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
menurunkan jumlah impor bahan baku pakan, yaitu dengan memanfaatkan bahan
baku lokal. Bahan baku pakan lokal yang telah diteliti peluang penggunaannya,
serta rekayasa untuk meningkatkan nilai nutrisi bahan baku lokal antara lain
adalah daun lamtoro, onggok singkong, kulit buah kakao, biji kapuk, kulit
singkong, kopra, biji karet serta bungkil kelapa sawit (Fitriliyani 2010; Afebrata et
al. 2014; Jusadi et al. 2013; Suprayudi et al. 2012). Namun ketersediaan bahan
baku tersebut relatif terbatas, masih jauh dari kebutuhan untuk menutupi jumlah
bahan baku impor. Oleh karena itu masih perlu dicari sumber daya alam Indonesia
lainnya yang potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan. Salah satu
sumber daya alam yang potensial dikembangkan adalah rumput laut, mengingat
luas wilayah pesisir yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut sangat
luas, yakni mencapai 769.452 ha (Sahat 2013).
Kandungan karaginan atau agar menjadi faktor pembatas dalam
memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku pakan ikan, karena sifat fisik
karaginan yang dapat membentuk gel dan kaku (Widyastuti 2010). Salah satu
spesies rumput laut yang tidak mengandung karaginan adalah alga hijau Caulerpa
lentillifera (Widyastuti 2008). Selain itu, Murugaiyan et al. (2012) menyatakan
bahwa alga hijau memiliki kandungan protein tertinggi jika dibandingkan alga
merah dan alga cokelat. C. lentillifera merupakan jenis rumput laut yang memiliki
jumlah kandungan asam amino lebih tinggi dibandingkan Sargassum polycystum
dan Eucheuma cottonii (Matanjun et al. 2009). Komposisi proksimat dalam bobot
kering dari C. lentillifera yang diperoleh dari perairaan Binuangeun, Pandeglang
adalah sebagai berikut, kadar protein 11.11%, abu 44.58%, lemak 0.23%, serat
kasar 18.16% dan BETN 25.92%. Sedangkan yang diperoleh dari saluran buangan
tambak udang di Takalar, mengandung protein 29.16%, abu 16.56%, lemak
0.76%, serat kasar 7.07% dan BETN 46.45%. Rumput laut C. lentiliifera juga
potensial dikembangkan budidayanya karena bisa berperan sebagai biofilter untuk
mempertahankan mutu air pada kegiatan budidaya (Chaitanawisuti et al. 2011;
Liu et al. 2016). Seperti terlihat pada data di atas, C. lentiliifera memiliki
kandungan mineral yang tinggi, sebagaimana jenis rumput laut lainnya (KutGuroy 2007; Matanjun et al. 2009; Natify et al. 2015; Mahasu 2016). Hasil
analisis kandungan mineral makro yang tinggi dalam C. lentillifera adalah
kalsium dan magnesium, serta kandungan mineral mikro yang tinggi ditunjukkan
oleh zat besi (Matanjun et al. 2009). Mineral merupakan trace element yang
sangat dibutuhkan walaupun dalam jumlah sedikit. Namun, konsumsi kadar abu
tinggi dalam pakan akan menyebabkan penurunan penyerapan nutrien yang
akhirnya dapat berakibat pada penurunan pertumbuhan (Sugiura et al. 1998).
Melihat keunggulan-keunggulan tersebut, C. lentillifera berpotensi untuk
dikembangkan sebagai bahan baku pakan ikan nila, baik sebagai sumber protein,

2
karbohidrat, maupun sebagai sumber mineral. Namun, kualitas bahan baku pakan
juga ditentukan oleh kecernaan bahan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi kecernaan C. lentillifera serta jumlah yang
optimum didalam formulasi pakan untuk ikan nila Oreochromis niloticus.

Perumusan Masalah
Keanekaragaman rumput laut di Indonesia mendorong upaya
pemanfaatannya sebagai produk ekonomis untuk menggantikan bahan baku pakan
ikan yang masih impor. Rumput laut C. lentillifera merupakan alga hijau yang
umum ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. C. lentillifera memiliki laju
pertumbuhan yang tinggi, serta didukung oleh potensi sumber daya alam
Indonesia yang dapat memenuhi ketersediaannya. C. lentillifera memiliki nilai
nutrisi yang tinggi berdasarkan kandungan protein, karbohidratnya maupun
mineral untuk dijadikan bahan baku pakan ikan nila. Selain itu, rumput laut C.
lentillifera yang termasuk dalam golongan alga hijau tidak berpotensi
menghasilkan karagenan atau bahan pembentuk gel. Sehingga penggunaan tepung
C. lentillifera diharapkan dapat digunakan untuk menurunkan permintaan bahan
baku impor yang selama ini menyebabkan tingginya harga pakan ikan. Tepung C.
lentillifera digunakan pada penelitian ini untuk mengurangi komposisi tepung
bungkil kedelai dan tepung pollard sebagai sumber nutrisi dalam pakan ikan nila.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan rumput laut C.
lentillifera dalam pakan untuk ikan nila Oreochromis niloticus.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat menghasilkan informasi
bahan baku baru yang bisa dikembangkan di Indonesia.

3

2 METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahap percobaan. Percobaan tahap pertama adalah
uji kecernaan bahan rumput laut C. lentillifera, melalui metode tak langsung
menggunakan indikator Cr2O3 dan percobaan tahap kedua yaitu uji performa
pertumbuhan ikan nila yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan meliputi penggunaan tepung C.
lentillifera dalam pakan dengan kandungan sebesar 0%, 10%, 20%, dan 30%.

Pakan Uji
Pengadaan Bahan uji
Rumput laut C. lentillifera didapat dari tambak polikultur C. lentillifera
dengan udang di Teluk Laikang perairan Takalar, Sulawesi Selatan, pada bulan
Januari 2016. Rumput laut C. lentillifera direndam dalam air tawar selama 30
menit dan dicuci bersih. Selanjutnya C. lentillifera dikeringkan dalam oven
dengan suhu 40oC selama 18 jam sampai kadar air menjadi 7%, kemudian
ditepung menggunakan mesin penepung. Berdasarkan hasil analisis proksimat,
tepung rumput laut C. lentillifera mengandung protein sebesar 29.16%, lemak 0.76%,
karbohidrat 53.52% dan abu 16.56%. Hasil analisis proksimat bahan baku pakan
yang digunakan dalam penelitian ini terlampir pada Lampiran 1.
Uji kecernaan
Komposisi pakan uji kecernaan tepung C. lentillifera disajikan pada Tabel 1.
Formulasi pakan acuan dan pakan uji untuk tahap kecernaan terlampir pada
Lampiran 2. Pakan yang digunakan untuk uji kecernaan tepung C. lentillifera
sesuai dengan Watanabe (1988).
Tebel 1. Komposisi pakan uji kecernaan tepung C. lentillifera
Bahan (%)
Pakan Acuan
Komposisi pakan
99.5
Tepung Caulerpa lentillifera
Cr2O3
0.5
Total
100

Pakan Uji
69.5
30
0.5
100

Uji pertumbuhan
Pakan uji pada percobaan performa pertumbuhan mengandung tepung C.
lentillifera pada tingkat 0%, 10%, 20%, dan 30%. Pakan dibuat dalam bentuk
pelet menggunakan mesin pencetak berdiameter 1 mm sampai 2 mm, kemudian
dikeringkan menggunakan oven bersuhu 40oC selama 6 jam sampai kandungan air

4
di bawah 10%. Komposisi dan proksimat pakan disajikan pada Tabel 2.
Penggunaan tepung C. lentillifera dalam pakan sebagai sumber nutrisi pada
perlakuan, dengan mengurangi komposisi tepung bungkil kedelai dan tepung
pollard.
Tabel 2. Komposisi dan proksimat pakan uji pertumbuhan ikan nila dengan
pemanfaatan rumput laut C. lentillifera
Jumlah Caulerpa lentillifera dalam pakan
Bahan baku
0%
10%
20%
30%
Tepung ikan
10.00
10.00
10.00
10.00
Tepung bungkil kedelai
45.00
39.70
34.40
29.20
Tepung Caulerpa lentillifera
0.00
10.00
20.00
30.00
Tepung pollard
35.04
30.34
25.51
20.60
Tapioka
3.00
3.00
3.00
3.00
Minyak ikan
0.60
0.50
0.50
0.50
Minyak jagung
0.00
0.20
0.43
0.64
Minyak kelapa sawit
3.30
3.20
3.10
3.00
Premix
2.00
2.00
2.00
2.00
Di-Calsium-Phosphate
1.00
1.00
1.00
1.00
Vitamin C
0.06
0.06
0.06
0.06
Total
100
100
100
100
Protein
28.32
28.83
29.42
27.66
Lemak
5.64
5.13
5.8
5.25
Abu
11.41
12.43
13.39
14.11
BETN
48.64
47.29
44.61
45.95
Serat Kasar
5.99
6.32
6.78
7.03
Energi (kkal/kg)
4110.3
4035.6
4021.7
3926.4
Keterangan :

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen. Perhitungan Energi (Watanabe 1988): 1 g
protein = 5.6 kkal GE; 1 g karbohidrat/BETN = 4.1 kkal GE; 1 g lemak = 9.4 kkal
GE

Pemeliharaan Ikan
Uji kecernaan
Ikan nila dengan bobot awal 7.00±1.00 g berasal dari Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor. Ikan diaklimatisasi
terlebih dahulu selama tujuh hari, kemudian ditebar dalam akuarium berukuran
60x40x40 cm3 dengan volume air 72 L dan padat tebar 10 ekor. Pemberian pakan
dilakukan secara satiasi dengan frekuensi sebanyak tiga kali sehari yaitu pada
pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Pengumpulan feses dilakukan selama 21 hari,
dimulai pada hari keempat setelah ikan diberi pakan, dengan menyipon feses dan
menampungnya dalam saringan yang halus. Feses diambil segera setelah
dikeluarkan ikan nila. Feses yang sudah terendam lebih dari satu jam tidak
diambil untuk menghindari penguraian nutrien dalam air. Feses yang telah
terkumpul dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40oC selama 12 jam. Setelah itu,

5
pakan acuan, pakan bahan uji dan feses yang telah dikumpulkan dianalisis
kandungan kromium dan proksimatnya.
Selama pemeliharaan, kualitas air dijaga dalam kisaran optimum untuk
kelangsungan hidup ikan nila. Pergantian air sebanyak 30% dilakukan setiap pagi
hari. Setiap akuarium dilengkapi dengan aerasi. Kisaran nilai suhu air adalah
26.1oC sampai 28oC, oksigen terlarut (DO) 3.75 mg L-1 sampai 7.46 mg L-1 dan
pH 6.5 sampai 7.5. Pengukuran suhu, DO dan pH dilakukan pada pagi hari
sebelum dilakukan pergantian air dan setelah pergantian air, siang hari, serta sore
hari.
Uji pertumbuhan
Akuarium berukuran 60x40x45 cm3 yang telah dibersihkan, diisi 95 L air.
Ikan nila yang digunakan memiliki bobot awal 3.41±0.10 g, berasal dari BPPBAT
Bogor ditebar sebanyak 20 ekor/akuarium. Sebelum diberi pakan perlakuan, ikan
uji nila sebanyak 12 ekor diambil sebagai sampel untuk analisis kandungan nutrisi
awal. Ikan uji diadaptasikan dalam akuarium selama 2 minggu. Pada awal masa
pemeliharaan, sebelum ikan diberi pakan perlakuan, ikan ditimbang bobot ratarata individu.
Ikan uji dipelihara selama 50 hari. Pemberian pakan perlakuan dilakukan
tiga kali dalam sehari yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 secara satiasi. Setiap
akuarium dilengkapi dengan aerator. Pergantian air sebanyak 30% dilakukan
setiap pagi hari sebelum pemberian pakan selama masa pemeliharaan. Kualitas air
dijaga dalam kisaran optimum untuk kelangsungan hidup ikan nila. Kisaran nilai
suhu adalah 26oC sampai 28.3oC, DO 3.54 mg L-1 sampai 8.07 mg L-1 dan pH 6.7
sampai 7.5. Pengukuran suhu, DO dan pH dilakukan pagi sebelum pergantian air
dan setelah pergantian air, siang, serta sore hari selama masa pemeliharaan.
Pada akhir masa pemeliharaan, ikan ditimbang bobot idividu dengan cara
dibius menggunakan Ocean free special arowana stabilizer sebanyak 0.67 mL L-1
air. Kemudian ikan uji diambil sampel untuk dianalisis kandungan proksimatnya.

Parameter Uji
Kecernaan Bahan Uji dan Pakan Acuan
Dalam menentukan nilai kecernaan pakan bahan uji dan pakan rujukan,
dilakukan perhitungan nilai kecernaan bahan, protein dan mineral (Ca, Fe dan
Mg) dari tepung C. lentillifera dan dihitung berdasarkan persamaan yang
dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu :
Kecernaan total = 100 – (100 x a/a’)
Kecernaan protein = 100-(100 x a/a’ x b’/b)
Kecernaan mineral = 100-(100 x a/a’ x c’/c)

6
Keterangan:

a
a’
b
b’
c
c’

= Cr2O3 dalam pakan (%)
= Cr2O3 dalam feses (%)
= protein dalam pakan (%)
= protein dalam feses (%)
= mineral dalam pakan (%)
= mineral dalam feses (%)

Kecernaan Bahan C. lentillifera
Kecernaan tepung C. lentillifera dihitung menggunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu :
Kecernaan Bahan (%) = (ADT – 0.7 AD) x 100
0.3
Keterangan :

ADT = nilai kecernaan pakan bahan uji (%)
AD = nilai kecernaan pakan rujukan (%)

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Individu
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah konsumsi pakan adalah :
P (g

)

umla pakan ak ir (g) –
umla ikan ak ir

Rasio Efisiensi Protein (REP)
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio efisiensi protein menurut
Watanabe (1988) adalah :
R P

Pertamba an obot
(g)
obot protein
yang diberikan (g)

Retensi Protein (RP)
Retensi protein dapat dihitung dengan rumus Watanabe (1988) :
RP (%) =
Keterangan :

p’ : pertambahan bobot protein tubuh (g)
p : bobot total protein yang dikonsumsi (g)

Retensi Lemak (RL)
Retensi lemak dapat dihitung dengan rumus Watanabe (1988) :

7
RL (%) =
Keterangan :

m’ : pertambahan bobot lemak tubuh (g)
m : bobot total lemak yang dikonsumsi (g)

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Laju pertumbuhan spesifik atau yang sering disebut laju pertumbuhan bobot
harian menggunakan rumus menurut Halver (1989) :
Ln̅̅̅̅ – Ln̅̅̅̅̅

LPS (
Keterangan :

LPS
Wt
Wo
Δt

x 100

: laju pertumbuhan spesifik (%/hari)
: bobot ikan akhir pemeliharaan (g)
: bobot ikan awal pemeliharaan (g)
: lama waktu pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertambahan bobot dihitung berdasarkan selisih bobot atau panjang pada
awal dan akhir pemeliharaan. Pertambahan bobot atau panjang dihitung
berdasarkan formula :
∆W = Wt – W0
Keterangan:

∆W
t
o

: pertambahan bobot mutlak (g)
: waktu akhir percobaan (hari)
: waktu awal percobaan (hari)

Efisisensi Pakan (EP)
Efisiensi pakan (EP) adalah pertambahan bobot ikan per jumlah konsumsi
pakan persatuan unit. Efisiensi pakan digunakan untuk membandingkan jumlah
konsumsi pakan terhadap pertambahan bobot ikan (Watanabe 1988):
Pertamba an obot (g)

P(

umla

onsumsi Pakan (g)

x 100

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)
Perhitungan kelangsungan hidup dilakukan dengan rumus sebagai berikut
(Effendi 2004):
Kelangsungan hidup (%) =
Keterangan :

Nt
No

: Jumlah ikan akhir (ekor)
: Jumlah ikan awal (ekor)

8
Analisis Kimia
Analisis kimia meliputi analisis kromium, mineral (Ca, Mg, Fe) dan
proksimat. Analisis kromium pakan dan feses menggunakan metode
spektrofotometrik (Lampiran 4). Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan uji,
tubuh ikan awal (sebelum pemeliharaan) dan tubuh ikan akhir (setelah
pemeliharaan). Analisis proksimat meliputi kadar air, protein, lemak, serat kasar,
abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Analisis kadar air dilakukan
dengan metode Gravimetrik, protein dengan metode Kjeldhal, lemak dengan
metode Soxhlet, kadar abu dengan metode Gravimetrik dan serat kasar dengan
metode Vansus. Analisis proksimat ini sesuai dengan prosedur AOAC (1995)
(Lampiran 5). Analisis kandungan mineral (Ca, Mg dan Fe) dengan metode
destruksi basah dan menggunakan Atomic Absorbance Spectrofotometer (AAS)
(Lampiran 6).
Analisis Statistik
Data yang diperoleh digunakan untuk perhitungan parameter uji. Pengaruh
perlakuan terhadap parameter uji dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA), apabila hasil uji ANOVA menunjukkan berbeda nyata akan diuji
lanjut menggunakan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%. Alat yang
digunakan adalah program software SPSS ver. 21.00.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Ikan nila digunakan sebagai ikan uji dalam penelitian penggunaan tepung C.
lentillifera sebagai bahan baku pakan. Hasil uji kecernaan tepung C. lentillifera
disajikan pada Tabel 3. Hasil menunjukkan bahwa kecernaan total tepung C.
lentillifera yaitu 68.81% dan kecernaan proteinnya sebesar 86.31%. Tepung C.
lentillifera memiliki kandungan mineral yang tinggi, termasuk didalamnya
kalsium, magnesium dan zat besi. Tepung C. lentillifera memiliki nilai kecernaan
mineral berupa kalsium sebesar 38.49%, magnesium sebesar 32.46% dan zat besi
sebesar 36.21%.
Tabel 3. Kecernaan nutrien bahan C. lentillifera pada ikan nila
Parameter Uji
Kecernaan (%)
Kecernaan bahan
68.81±1.2
Kecernaan protein
86.31±0.6
Kecernaan Ca
38.49±1.1
Kecernaan Mg
32.46±2.3
Kecernaan Fe
36.21±0.8
Keterangan : Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Ca = Kalsium. Mg =
Magnesium. Fe = Zat besi.

9
Tabel 4 menyatakan hasil beberapa parameter performa pertumbuhan ikan
nila yang diberi pakan dengan berbagai komposisi tepung C. lentillifera. Tingkat
kelangsungan hidup ikan nila pada berbagai kandungan C. lentillifera dalam
pakan berkisar antara 96.67% sampai 98.33%. Selama 50 hari masa pemeliharaan,
bobot ikan nila berkisar 9.28 g sampai 10.87 g. Konsumsi pakan ikan nila pada
berbagai kandungan C. lentillifera berkisar antara 11.20 g sampai 11.95 g.
Penggunaan tepung C. lentillifera dalam pakan ikan nila sebesar 10% dan 20%
tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap kontrol pada beberapa
parameter diantaranya rasio efisiensi protein, retensi protein, laju pertumbuhan
spesifik, dan efisiensi pakan. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) ikan nila terendah
pada kandungan C. lentillifera 30% (2.00±0.07%), berbeda nyata dengan kontrol
(P>0.05). Hasil yang serupa juga ditunjukkan pada parameter rasio efisiensi
protein (REP) dan efisiensi pakan (EP) yang memberikan nilai terendah pada
perlakuan 30% berturut-turut adalah 1.87% dan 52.53%
Tabel 4. Performa pertumbuhan ikan nila pada penggunaan C. lentillifera dalam
pakan dengan komposisi yang berbeda selama 50 hari masa
pemeliharaan
Jumlah Caulerpa lentillifera dalam pakan
Parameter
0%
10%
20%
30%
a
a
a
W0 (g)
3.41±0.05
3.41±0.08
3.41±0.05
3.41±0.09 a
W50 (g)
10.81±0.65a
10.87±0.37a
9.84±0.82ab
9.28±0.34b
TKH (%)
96.67±5.77a
98.33±2.89a
98.33±2.89a
98.33±2.89a
JKP (g)
11.95±0.46a
11.72±0.68a
11.20±0.89a
11.24±0.36a
REP (%)
2.15±0.19a
2.15±0.06a
1.93±0.16ab
1.87±0.07b
RP (%)
28.82±2.04a
29.10±0.20a
26.77±3.21a
26.17±3.05a
RL (%)
LPS (% hari-1)
EP (%)
Keterangan :

70.67±4.01a
2.31±0.12a
62.05±4.70a

61.61±1.64b
2.32±0.07a
66.17±1.93a

61.12±2.73b
2.12±0.16ab
57.53±3.52a

52.94±2.01c
2.00±0.07b
52.53±3.02b

Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Huruf superscript
dibelakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata (P0.05) terhadap protein, serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen tubuh ikan nila pada akhir pemeliharaan.

10
Tabel 5. Komposisi tubuh ikan awal dan akhir pemeliharaan pada penggunaan C.
lentillifera dalam pakan dengan komposisi yang berbeda (% bobot
kering)
Penggunaan tepung Caulerpa lentillifera dalam pakan
Parameter
Awal
uji (%)
0%
10%
20%
30%
a
b
a
Kadar air
77.6 75.33±1.31 72.31±1.18
75.24±1.28 74.63±0.89a
a
ab
Kadar abu
27.55 15.48±1.83 16.81±0.53
17.33±0.76ab 17.83±0.32b
Protein
46.75 48.41±1.53a 51.48±2.06a 49.34±0.96a 48.39±1.62a
Lemak
4.97 18.29±0.49a 17.22±0.25b 17.21±0.41b 15.31±0.51c
Serat kasar
1.67
1.78±0.53a
2.19±0.28a
2.22±0.25a
2.16±0.20a
a
a
a
BETN
19.06 16.04±2.24 12.29±2.10
13.90±1.88 16.31±2.39a
Keterangan :

Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Huruf superscript
yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak
berbeda nyata (P>0,05). BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen

Pembahasan
Kecernaan nutrien merupakan tahap awal untuk mengevaluasi potensi bahan
baku yang akan digunakan dalam pakan. Informasi nilai kecernaan bahan pakan
dan kandungan nutriennya diperlukan untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan
dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dan hasil metabolisme yang
dibuang (Zhou et al. 2004). Kecernaan menunjukkan banyaknya komposisi
nutrien yang diserap dan digunakan untuk pertumbuhan serta proses metabolisme
(NRC 2011). Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa ikan nila mampu
mencerna tepung C. lentillifera sebesar 68.81%, lebih rendah jika dibandingkan
dengan nilai kecernaan tepung pollard sebesar 79.6%, tepung kedelai sebesar
77.7%, dan tepung ikan sebesar 88% (Fontainhas-Fernandes et al. 1999), tetapi
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kecernaan tepung Ulva lactuca
sebesar 66.26% (Mahasu 2016).
Tepung C. lentillifera memiliki nilai kecernaan protein sebesar 86.31%
(Tabel 3). Nilai kecernaan protein tersebut masuk kedalam kisaran nilai yang baik
bagi kecernaan protein oleh ikan. Nilai kecernaan protein pada bahan baku pakan
yang baik bagi ikan yaitu berkisar 75% sampai 95% (NRC 2011). Nilai kecernaan
protein tepung C. lentillifera tidak jauh berbeda dengan nilai kecernaan protein
tepung pollard sebesar 82.87% (Ribeiro et al. 2011) dan 88.6% (FontainhasFernandes et al. 1999), kecernaan protein tepung bungkil kedelai sebesar 87.4%
(Koprucu & Ozdemir 2005) dan 91.12% (Ribeiro et al. 2011) serta tepung ikan
sebesar 83.53% (Ribeiro et al. 2011).
Mineral dan vitamin merupakan mikro nutrien yang dibutuhkan dalam
pakan ikan. Sebagian besar rumput laut memiliki kandungan mineral yang tinggi
(Kut-Guroy 2007; Matanjun et al. 2009; Natify et al. 2015; Mahasu 2016). Pada
skema analisis proksimat, beberapa mineral digolongkan komponen abu, termasuk
didalamnya kalsium dan magnesium. Mineral mikro yang terkandung tinggi
dalam rumput laut adalah zat besi (Matanjun et al. 2009). Menurut Sugiura et al.
(1998), konsumsi kadar abu tinggi dalam pakan akan menyebabkan penurunan
penyerapan nutrien. Pada penelitian ini diukur nilai kecernaan tiga jenis mineral
dalam tepung C.lentillifera yaitu kalsium, magnesium dan zat besi. Kalsium

11
merupakan salah satu makromineral yang terkandung dalam rumput laut C.
lentillifera dalam jumlah banyak (Matanjun et al. 2009). Kalsium sebagai mineral
makro yang berperan dalam pertumbuhan ikan memiliki nilai kecernaan pada C.
lentillifera sebesar 38.49%. Selain kalsium, nilai kecernaan magnesium sebesar
32.46% dan nilai kecernaan zat besi pada penelitian ini sebesar 36.21% (Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan nilai kecernaan mineral yang tinggi, jika
dibandingkan dengan penelitian nilai kecernaan kalsium pada tepung ikan yaitu
24.2% (Vielma & Lall 1997) tepung bungkil kedelai yaitu 20.9% (Koprucu &
Ozdemir 2005). Kecernaan magnesium pada tepung ikan sebesar 28% (Vielma &
Lall 1997) dan sebesar 68.5% pada kedelai (Cheng & Hardy 2003). Kecernaan
nutrien tepung C. lentillifera telah menunjukkan nilai yang baik sebagai bahan
baku pakan ikan nila. Dalam mempertimbangkan kebutuhan nutrisi untuk
mengetahui komposisi terbaik dalam pakan, penelitian ini menggunakan tepung C.
lentillifera dalam pakan sebesar 0%, 10%, 20%, dan 30%.
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan C.
lentillifera sampai 30% tidak berpengaruh nyata terhadap TKH ikan nila yang
diperoleh sebesar 96.67% sampai 98.33% (Tabel 4). Hal ini menjadi bukti bahwa
penggunaan C. lentillifera dalam pakan ikan nila sampai 30% pada wadah
percobaan mendukung performa pertumbuhan ikan nila.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung C. lentillifera
dalam pakan ikan nila sebesar 10% dan 20% tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kontrol pada parameter-parameter performa pertumbuhan, antara
lain: jumlah konsumsi pakan, rasio efisiensi protein, retensi protein, laju
pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan (Tabel 4). Jumlah pakan yang sesuai
dengan kapasitas lambung atau sesuai dengan waktu ikan membutuhkan pakan,
perlu diperhatikan karena pada saat itu ikan sudah dalam kondisi medekati lapar
(Sunarno 1991). Jumlah konsumsi pakan yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
menunjukkan bahwa perbedaan komposisi tepung C. lentillifera dalam pakan
tidak mempengaruhi palatabilitas ikan nila dan tidak mengganggu nafsu makan
ikan.
Nilai rasio efisiensi protein dipengaruhi oleh kemampuan ikan dalam
mencerna protein pada pakan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil nilai rasio
efisiensi pakan (Tabel 4), penggunaan tepung C. lentillifera sampai 20% dalam
pakan ikan nila memiliki keseimbangan protein dan energi yang sesuai dengan
kebutuhan ikan nila. Selain itu, Khan dan Abidi (2012) menyatakan bahwa
pemanfaatan protein tergantung pada ketersediaan sumber energi non-protein
dalam pakan yang akan mempengaruhi efisiensi retensi nutrient. Namun
penggunaan 30% tepung C. lentillifera sebagai pakan memberikan nilai REP
terendah (1.87±0.07) yang diduga karena adanya ketidakseimbangan asam amino
dalam pakan perlakuan.
Semakin tinggi penggunaan tepung C. lentillifera dalam pakan
menyebabkan semakin menurunnya nilai retensi lemak. Setiawati et al. (2003)
menyatakan dalam penelitiannya ketika retensi lemak menurun maka protein
pakan lebih efisien untuk penambahan bobot tubuh ikan. Namun, hasil penelitian
menunjukkan bahwa menurunnya nilai retensi lemak tidak menyebabkan
peningkatan pertumbuhan. Diduga yang terjadi adalah pemanfaatan karbohidrat
sebagai sumber energi kurang efisien, karena kandungan lemak dan protein yang
tersimpan dalam tubuh termanfaatkan sebagai sumber energi.

12
Pemanfaatan energi secara maksimal oleh lemak dan karbohidrat dapat
mendukung pemanfaatan protein sebagai komponen pertumbuhan ikan. Hasil
penelitian pemanfaatan C. lentillifera dalam pakan sebesar 30% menghasilkan
pertumbuhan spesifik dan nilai efisiensi pakan yang rendah dan berbeda nyata
(P0.05) terhadap kandungan protein tubuh ikan nila, didukung

14
oleh nilai retensi protein setiap perlakuan. Hal yang sama terjadi pada penggunaan
tepung rumput laut Ulva yang merupakan alga hijau sebagai bahan baku pakan
ikan, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kandungan protein tubuh (KutGuroy et al. 2007; Diler et al. 2007; Natify et al. 2015; Mahasu 2016). Berbeda
dengan komposisi lemak pada tubuh ikan setelah pemeliharaan, pengaruh yang
nyata diberikan terhadap penambahan tepung C. lentillifera ke dalam pakan ikan
nila. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar lemak tubuh ikan berbeda nyata
(P>0.05) pada perlakuan dengan penggunaan tepung C. lentillifera dalam pakan
dibandingkan kontrol. Semakin tinggi penggunaan tepung C. lentillifera dalam
pakan menurunkan kandungan lemak tubuh ikan uji, didukung oleh nilai retensi
lemak pada setiap perlakuan. Diler et al. (2007) melaporkan bahwa penggunaan
Ulva yang merupakan alga hijau dalam pakan sampai 20% dapat menurunkan
kandungan lemak pada tubuh ikan mas. Tingginya protein dan rendahnya lemak
pada penambahan tepung C. lentillifera sampai 20% diduga karena pakan yang
dikonsumsi ikan tersebut mempunyai imbangan protein dan non-protein yang
memenuhi kebutuhan ikan, sehingga lemak dapat dimanfaatkan dengan efisien
sebagai energi, akibatnya lemak yang di deposit di dalam tubuh tidak tinggi.

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tepung C. lentillifera dapat digunakan dalam pakan sebanyak 20%,
sehingga rumput laut C. lentillifera potensi dijadikan bahan baku pakan ikan nila
Oreochromis niloticus.
Saran
Perlu dilakukan kajian ekonomis untuk aplikasi dalam pemanfaatan rumput
laut C. lentillifera sebagai bahan baku pakan ikan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Abidi SF, Khan MA. 2008. Dietary threonine requirement of fingerling Indian
major carp, Labeo rohita (Hamilton). Aquaculture Research 39:1498-1505.
Afebrata DR, Santoso L, Suparmono. 2014. Substitusi tepung onggok singkong
sebagai bahan baku pakan pada budidaya ikan nila Oreochromis nilotius.
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 2(2):233-240.
Ahmed I. 2007. Dietary amino acid L-threonine requirement of fingerling Indian
catfish, Heteropneustes fossilis (Bloch) estimated by growth and biochemical
parameters. Aquaculture International. 15:337-350.
Alam MS, Teshima S, Koshio S, Yokoyama S, Ishikawa M. 2003. Optimum
dietary threonin level for juvenile Japanese flounder Paralichthys olivaceus.
Asian Fish Sci. 16:175-184.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1999. Official methods of
analysis of AOAC Intl. 16th ed. Maryland (US): Association of Official Analytical
Chemists.
Benevides NMB, Holanda ML, Melo FR, Pereira MG, Monteiro ACO, Freitas
ALP. 2001. Purification and partial characterization of the lectin from the
marine green alga Caulerpa cupressoides (Vahl) C. Agardh. Botanica Marina.
44:17-22.
Chaitanawisuti N, Santhaweesuk W, Kristsanapuntu S. 2011. Performance of the
seaweed Gracilaria salicornia and Caulerpa lentillifera as biofilters in
hatchery scale recirculating aquaculture system for juvenile spotted babylons
Babylonia areolata. Journal Aquaculture International. 19(11):1139-1150.
Cheng ZJ, Hardy W. 2003. Effects of extrusion and expelling processing, and
microbial phytase supplementation on apparent digestibility coefficient of
nutrients in full-fat soybean for rainbow trout Oncorhynchus mykiss.
Aquaculture. 218:501-514.
Conde-Aguilera JA, Cobo-Ortega C, Tesseraud S, Lessire M, Mercier Y, Van
Milgen J. 2013. Changes in body composition in broilers by a sulfur amino
acid deficiency during growth. Poultry Science. 92:1.266-1.275.
Diler I, Tekinay AA, Güroy D, Güroy B, Soyuturk M. 2007. Effects of Ulva
rigida on the growth feed intake and body composition of common carp,
Cyprinus carpio. Journal of Biological Sciences. 7:305-308.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Bogor (ID). Penebar Swadaya.
Fitriliyani I. 2010. Evaluasi nilai nutrisi tepung daun Lamtoro gung Leucaena
leuophala terhidrolisis dengan ekstrak enzim cairan rumen doba Ovis aries
terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 9(1):30-37.
Fontainhas-Fernandes A, Gomes E, Reis-Henriques MA, Coimbra J. 1999.
Replacement of fish meal by plant proteins in the diet of Nile tilapia:
digestibility and growth performance. Aquaculture International. 7:57-67.
Gatlin DM, Barrows FT, Brown P, Dabrowski K, Gaylord TG, Hardy WH,
Herman E, Hu G, Krogdahl A, Nelson R, Overtur K, Rust M et al. 2007.
Expanding the utilization of sustainable plant products in aquafeeds [review].
Aquaculture Research. 38: 551-579.

16
[GPMT] Gabungan Pengusaha Makanan Ternak. 2015. Data Produksi dan Distribusi
Pakan. Dari Indonesian Feedmills Association, http://www.asosiasigpmt.blogspot.co.id/p/data-produksi-pakan.html. [Retrieved on 1 September 2016].
Halver JE. 1989. Fish Nutrition. New York (US). Academic Pr.
Hemre, GI. Mommsen TP, Krogdahl A. 2002. Carbohydrates in fish nutrition:
effect on growth, glucose metabolism and hepatic enzymes. Aquaculture
Nutrition. 8:175-194.
Hu M, Wang Y, Wang Q, Zhao M, Xiong B, Qian X, Zhao Y, Luo Z. 2013.
Replacement of fish meal by rendered animal protein ingredients with lysine
and methionine supplementation to practical diets for gibel carp Carassius
auratus gibelio. Aquaculture. 275:260-265.
Jusadi D, Ekasari J, Kurniansyah A. 2013. Efektivitas penambahan enzim cairan
rumen domba pada serat kasar dan nilai ketercernaan kulit buah kakao sebagai
bahan pakan ikan nila. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12 (1):43-51.
Khan MA, Abidi SF. 2012. Effect of varying protein to energy ratios on growth,
nutrient retention, somatic indices, and digestive enzyme activities of singhi,
Heteropneustes fossilis (Blonch). Journal of the World Aquaculture Society.
43:490-501.
Koprucu K, Ozdemir Y. 2005. Apparent digestibility of selected feed ingredients
for Nile tilapia Oreochromis niloticus. Aquaculture. 250:308-316.
Kut-Guroy K, Cirik S, Guroy D, Sanver F, Tekinay AA. 2007. Effect of Ulva
rigida and Cystoseira barbata meals as a feed additive on growth performance,
feed utilization and body composition of Nile tilapia Oreochromis niloticus.
Turkish Journal of Veterinary Animal Sciences. 31:91-97.
Li P, Mai K, Trushenski J, Wu G. 2008. New developments in fish amino acid
nutrition: towards functional and enviromentally oriented aquafeeds. Amino
Acids. 37:43-45.
Liener, IE. 1969. Toxic constituents of plant foodstuffs. New York (US).
Academic Pr.
Liu H, Wang F, Wang Q, Dong S, Tian X. 2016. A comparative study of the
nutrient uptake and growth capacities of seaweeds Caulerpa lentillifera and
Gracilaria lichenoides. Journal Appl Phycol. 28:3083-3089.
Mahasu, NH. 2016. Evaluasi penggunaan rumput laut Ulva lactuca sebagai
pengganti pollard dalam pakan ikan nila Sultana Oreochromis niloticus
[Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Kharidah M. 2009. Nutrient content of
tropical edible seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and
Sargassum polycystum. Journal Appl Phycol. 21:75-80. doi:10.1007/s10811008-9326-4.
Murugaiyan K, Narasimman S, Anatharaman P. 2012. Proximate composition of
marine macro algae from Seeniappa Dharka, Gulf of Mannar Region, Tamil
Nadu. International Journal of Research in Marine Sciences. 1(1):1-3.
Natify W, Droussi M, Berday N, Araba A, Benabid M. 2015. Effect of seaweed
Ulva lactuca as a feed additive on growth performance, feed utilization and
body composition of Nile tilapia Oreochromis niloticus L. International
Journal of Agronomy and Agricultural Research. 7(3):85-92.
[NRC] National Research Council. 2011. Nutrient requirements of fishes.
Washington DC (US): National Academy of Sciences.

17
Oliveira SRM, Nascimento AE, Lima MEP, Leite YFM, Benevides NMB. 2002.
Purification and characterisation of a lectin from the red marine alga
Pterocladiella capillacea (S.G. Gmel.) Santel. & Hommers. Revista Brasil. Bot.
25(4):397-403.
Pratama AP, Rachmawati D, Samidjan I. 2015. Pengaruh penambahan enzim
fitase pada pakan buatan terhadap efisiensi Pemanfaatan pakan, pertumbuhan
dan kelulushidupan ikan nila merah salin Oreochromis niloticus. Journal of
Aquaculture Management and Technology. 4(4):150-158.