Strategi Perencanaan Laba Berbasis Penerapan Cost Volume Profit Analysis pada PT Anofood Prima Nusantara di Bogor

STRATEGI PERENCANAAN LABA BERBASIS
PENERAPAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS PADA PT
ANOFOOD PRIMA NUSANTARA DI BOGOR

TRIASTUTI YULIANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Budaya Organisasi terhadap Employee Engagement pada PT Aspex Kumbong
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Triastuti Yuliani
NIM H24100027

ABSTRAK
TRIASTUTI YULIANI. Strategi Perencanaan Laba Berbasis Penerapan Cost
Volume Profit Analysis pada PT Anofood Prima Nusantara di Bogor. Dibimbing
oleh FARIDA RATNA DEWI.
Wisata kuliner merupakan wisata yang paling digemari dari kota Bogor. Hal
tersebut memberikan peluang yang cukup besar untuk mengembangkan usaha di
sektor makanan dan minuman. PT Anofood Prima Nusantara turut berperan dalam
sektor ini sejak tahun 2006 melalui Gepuk Karuhun dan Ikan Balita yang
dimilikinya. Pendapatan perusahaan yang fluktuatif ditahun 2013 diduga menjadi
salah satu indikasi bahwa perusahaan ini belum memiliki manajemen keuangan
yang terarah. Penelitian ini mencoba untuk mengaplikasikan manajemen
keuangan yang baru untuk PT Anofood Prima Nusantara menggunakan analisis
CVP dengan metode deskriptif, dimana pelaku usaha bisa mengetahui berapa

banyak volume penjualan untuk mendapatkan laba tertentu yang diinginkan.
Terkait hal tersebut, secara lebih khusus sangat penting untuk mengetahui kondisi
penjualan produk tahun 2013, mengetahui biaya-biaya operasional yang terjadi
pada PT Anofood Prima Nusantara selama tahun 2013, menganalisis penerapan
analisis CVP pada perusahaan berdasarkan biaya-biaya operasional dan penjualan
produk.
Kata Kunci : analisis cost-volume-profit, manajemen keuangan
ABSTRACT
TRIASTUTI YULIANI. Income Planning Strategy Based on the Application of
Cost Volume Profit Analysis on PT Anofood Prima Nusantara in Bogor.
Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
Culinary tourism is the most popular one in city of Bogor. It provides
considerable opportunities to develop business in food and beverage sector. PT
Anofood Prima Nusantara has been contributing in development of this sector
since 2006 through Gepuk Karuhun and Ikan Balita. Revenue of the company has
been fluctuating in 2013 this contributes indication that the company has not yet
well developed its financial management. This study attempted to apply for a new
financial management of the company by using the CVP analysis with descriptive
method where entrepreneurs can find out how much the volume of sales to obtain
certain desired profit. Related to this, very important to know the condition of

product sales in 2013, know operational costs that occur in PT Anofood Prima
Nusantara during the year 2013 , analyze the application of CVP analysis based
on the company's operating costs and sales product.
Keywords : cost-volume-profit analysis, financial management

STRATEGI PERENCANAAN LABA BERBASIS PENERAPAN
COST VOLUME PROFIT ANALYSIS PADA PT ANOFOOD
PRIMA NUSANTARA DI BOGOR

TRIASTUTI YULIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Strategi Perencanaan Laba Berbasis Penerapan Cost Volume Profit
Analysis pada PT Anofood Prima Nusantara di Bogor
Nama
: Triastuti Yuliani
NIM
: H24100027

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2014 ini
adalah Strategi Perencanaan Laba Berbasis Penerapan Cost Volume Profit
Analysis Pada PT Anofood Prima Nusantara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM,
selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu penulisan
penelitian ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ika, Ibu
Rully, dan Bapak Indra yang memberikan izin dan membantu penulis dalam
mengumpulkan data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Sadimin Hadi Wiyono, Ibu Suwarni, Mas Iyut, Almh. Mba Henny, teman-teman
Manajemen 47, FORMASI FEM IPB, dan Paguyuban Bidikmisi atas dukungan,
doa, serta kasih sayangnya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Triastuti Yuliani


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA


4

Konsep Biaya

4

Cost-Volume-Profit Analysis

4

Break Even Point Analysis

4

Penelitian Terdahulu

4

METODE


5

Kerangka Pemikiran Penelitian

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN


7

Gambaran Umum Perusahaan

7

Pembahasan Penelitian

9

Implikasi manajerial

18

SIMPULAN DAN SARAN

19

DAFTAR PUSTAKA


20

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

PDB Nasional tahun 2013-2014 (miliar rupiah)
Laba PT Anofood Prima Nusantara
Daftar beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
Kapasitas penjualan PT Anofood Prima Nusantara
Harga jual produk PT Anofood Prima Nusantara
Volume penjualan PT Anofood Prima Nusantara
Persentase penjualan PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
Biaya penyusutan PT Anofood Prima Nusantara
Laba PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
Penerapan CVP pada perusahaan dengan laba 15%
Penerapan CVP pada perusahaan dengan laba 18%

1
2
5
9
10
10
11
12
14
14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kerangka pemikiran penelitian
Struktur organisasi PT Anofood Prima Nusantara

6
8

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3

Biaya operasional PT Anofood Prima Nusantara
Biaya-biaya Gepuk Karuhun dan Ikan Balita
Analisis Break Even Point

21
27
33

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor industri pengolahan non migas merupakan salah satu sektor yang
menyumbangkan pendapatan bagi negara dan ikut berperan dalam pertumbuhan
ekonomi nasional. Salah satu usaha yang menyumbangkan pendapatan terbesar
dari industri tersebut adalah sektor pengolahan makanan. Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1, dimana PDB Nasional pada tahun 2013 untuk sektor
pengolahan makanan terus mengalami peningkatan di setiap triwulannya.
Semakin banyak perusahaan yang bergerak disektor tersebut tentu saja akan
menyumbangkan pendapatan yang lebih besar bagi negara. Selain itu, semakin
meningkatnya jumlah perusahaan disektor tersebut, berarti membuat persaingan
yang semakin ketat antar perusahaan. Hal tersebut ternyata mampu mendorong
setiap perusahaan untuk lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaannya
sehingga dapat terus bertahan.
Tabel 1 PDB Nasional tahun 2013-2014 (miliar rupiah)
Industri Pengolahan
Non Migas
Makanan, Minuman,
dan Tembakau
Tekstil, Barang Kulit,
dan Alas Kaki
Barang Kayu dan Hasil
Hutan
Kertas dan Barang
Cetakan
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet
Semen dan Barang
Galian
Logam Dasar Besi dan
Baja
Alat Angkutan, Mesin
dan Peralatannya

Triwulan 1

Tahun 2013
Triwulan 2 Triwulan 3

Triwulan 4

Tahun 2014
Triwulan 1

151 140.8

160 905.1

176 868.4

185 355.1

176 032.4

40 772.1

43 086

43 835.7

44 728.7

44 378.1

23 010

23 194.5

23 846

24 600.6

25 506.1

18 481.3

18 273.1

18 080.5

17 946.4

19 317.7

57 982.8

56 100.5

57 588

58 564.8

60 793.8

15 123.8

15 656.1

16 517.7

16 676.2

16 257.1

8 885.2

8 872.1

8 806.4

9 182.4

9 251

124 844

131 223.3

134 965.8

138 795.7

138 714.9

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)
Bogor merupakan salah satu daerah wisata populer di Indonesia. Letaknya
yang dekat dengan ibukota negara yaitu hanya 60 km dari kota Jakarta, pilihan
tempat wisata yang beranekaragam, serta udara yang sejuk merupakan potensi
yang dimiliki oleh daerah tersebut. Setiap tahun banyak wisatawan yang datang ke
Bogor untuk berwisata, seperti wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata
budaya, dan lain-lain. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bogor, terdapat 4 125 130 orang wisatawan yang datang ke Bogor pada tahun
2013. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
2012 yang hanya berkisar 2 322 877 orang. Selain memiliki jumlah wisatawan
yang banyak, Bogor juga memiliki sumberdaya manusia yang cukup yaitu
berkisar 3 326 626 orang. Salah satu wisata yang cukup digemari oleh wisatawan
adalah wisata kuliner, hal itu dikarenakan terdapat banyak jenis makanan khas
Bogor yang sangat disukai oleh wisatawan. Melihat potensi yang besar dari wisata
kuliner Bogor, membuka peluang yang cukup besar untuk mengembangkan usaha,

2
terutama pada usaha di bidang makanan dan minuman. Selain adanya peluang
yang cukup besar untuk mengembangkan usaha makanan di Bogor, tetapi ada
pula kendala yang harus dihadapi oleh para pengusaha, salah satunya adalah
jumlah pesaing yang cukup banyak. Menurut data Badan Pusat Statistik,
Kabupaten Bogor memiliki 1003 unit usaha berskala besar dan menengah serta
1742 unit usaha berskala kecil. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam
memanfaatkan peluang dan potensi yang ada, serta mengetahui cara untuk
mengatasi kendala persaingan yang ada.
Melihat peluang dan potensi yang ada, PT Anofood Prima Nusantara ikut
serta dalam mengembangkan usaha Gepuk dan Ikan Balita yang dimilikinya.
Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan di kota Bogor yang bergerak
dibidang usaha makanan yaitu Gepuk Karuhun dan Ikan Balita. Perusahaan yang
resmi berdiri sejak tahun 2006 ini sudah menghadapi pasang surut dalam
menjalankan usahanya. Perusahaan ini juga menghadapi persaingan dengan
perusahaan lain dibidang usaha makanan seperti usaha makanan Roti Unyil, Lapis
Talas Bogor, Brownies Singkong, Makaroni Panggang, dan usaha makanan
lainnya yang menjadi makanan khas kota Bogor.
Selama tahun 2013, penjualan produk Gepuk karuhun dan Ikan Balita
mengalami fluktuasi, sehingga berimbas pada laba yang diterima oleh perusahaan.
Perubahan perolehan laba perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Laba PT Anofood Prima Nusantara 2013
Bulan
Laba (Rp)
Perkembangan Laba
(%)
Januari
19 778 475
Februari
9 914 150
(49.87)
Maret
20 013 950
101.87
April
17 744 275
(11.34)
Mei
21 089 875
18.85
Juni
21 748 325
3.12
Juli
15 792 740
(27.38)
Agustus
15 378 150
(2.63)
September
15 962 925
3.80
Oktober
20 050 850
25.61
November
20 952 700
4.49
Desember
20 860 500
(0.44)
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)
Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat bahwa laba terendah diperoleh pada bulan
Februari 2013 yaitu hanya sebesar Rp9 914 150, sedangkan perolehan laba
tertinggi terjadi pada bulan Juni 2013 yaitu sebesar Rp21 748 325.
Selama ini, PT Anofood Prima Nusantara belum mengetahui berapa besar
volume penjualan yang harus terjual agar perusahaan berada pada titik impas atau
penjualannya mencapai target laba yang diharapkan, sebab perusahaan belum
menerapkan analisis perhitungan biaya, volume, dan laba dalam manajemen
keuangannya. Cost Volume Profit Analysis (CVP Analysis) atau analisis
perhitungan biaya volume laba adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk
menghitung dampak perubahan volume penjualan dan biaya terhadap laba yang

3
akan diperoleh. Analisis ini dapat digunakan perusahaan dalam merencanakan
target laba jangka pendek. Hasil analisis CVP akan memberikan alternatif
penjualan terbaik yang akan memberikan kontribusi terbesar dalam pencapaian
target laba perusahaan.
Perumusan Masalah
PT Anofood Prima Nusantara merupakan pelopor dari terciptanya makanan
gepuk dan ikan balita sebagai oleh-oleh khas kota Bogor. Saat ini telah terdapat
banyak usaha yang bergerak dibidang makanan dan minuman di kota Bogor.
Tingkat persaingan yang semakin ketat dan omset penjualan yang fluktuatif pada
tahun 2013, membuat perusahaan semakin ingin untuk meningkatkan
penjualannya. Disamping itu, belum adanya penerapan manajemen keuangan
yang baik membuat perusahaan menjadi kurang tepat dalam menentukan berapa
tingkat penjualan yang harus dijual agar mendapat laba sesuai yang diharapkan.
Oleh karena itu, penerapan analisis CVP diperlukan untuk mengetahui berapa
tingkat penjualan yang sesuai untuk mendapatkan laba yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diangkat
dari penelitian ini adalah : (1) Bagaimana kondisi penjualan produk selama tahun
2013?, (2) Bagaimana biaya-biaya operasional yang terjadi pada PT Anofood
Prima Nusantara selama tahun 2013?, (3) Bagaimana strategi pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan?, (4) Bagaimana CVP dapat diterapkan pada tahun
2013, berdasarkan biaya-biaya operasional dan penjualan produk?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : (1) Mengetahui kondisi penjualan
produk tahun 2013, (2) Mengidentifikasi biaya-biaya operasional yang terjadi
pada PT Anofood Prima Nusantara selama tahun 2013, (3) Menganalisis strategi
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, (4) Menganalisis penerapan CVP
pada perusahaan berdasarkan biaya-biaya operasional dan penjualan produk.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah : (1) Bagi
perusahaan untuk memberikan masukan bagi perusahaan dalam usaha
meningkatkan kualitas perencanaan laba dan penerapan anggaran biaya serta
pengawasan terhadap biaya, (2) Bagi dunia pendidikan untuk memberikan
tambahan pengetahuan dan wawasan tentang cost-volume-profit analysis serta
sebagai bahan rujukan dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian secara lebih mendalam.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pada PT Anofood Prima
Nusantara. Penelitian ini terfokus pada penjualan Gepuk Karuhun dan Ikan Balita
pada tahun 2013. Hal itu dikarenakan pada tahun 2013 perusahan mengalami
penjualan yang fluktuatif sehingga berdampak pula pada pendapatan yang
dihasilkan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2005), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen
kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Biaya dikeluarkan
untuk mendapatkan manfaat di masa depan. Sedangkan menurut Horngren et al.
(2006), biaya (cost) adalah sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau
dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan
langsung atau iklan) biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan
dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.
Selain itu, Hansen dan Mowen (2005) juga menjelaskan bahwa biaya terbagi
menjadi tiga, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya campuran. Biaya tetap
adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang
relevan ketika tingkat output aktivitas berubah. Sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang dalam jumlah total, bervariasi secara proporsional terhadap perubahan
output. Oleh karena itu, biaya variabel naik ketika output naik, dan akan turun
ketika output turun. Sedangkan suatu biaya campuran adalah biaya yang memiliki
komponen tetap dan variabel.

Cost-Volume-Profit Analysis
Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis = analisis CVP)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Karena analisis biaya-volume-laba (CVP) menekankan pada
keterkaitan biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi
keuangan perusahaan terkandung didalamnya (Hansen dan Mowen 2005).

Break Even Point Analysis
Titik Impas (break even point) adalah titik di mana total pendapatan sama
dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol (Hansen dan Mowen
2005). Sedangkan menurut Horngren et al. (2006), titik impas (break even point
atau BEP) adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan
total dengan biaya total, yaitu jumlah penjualan output yang akan menghasilkan
laba operasi nol. Titik impas menjelaskan berapa banyak output yang harus terjual
agar tidak menanggung rugi operasi.

Penelitian Terdahulu
Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sudah
terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik analisis CVP, beberapa
penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang terdahulu adalah belum adanya kajian penelitian mengenai
analisis CVP yang dikombinasikan dengan kajian mengenai strategi pemasaran
suatu perusahaan.

5
Tabel 3 Daftar beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
No
Judul
Penulis
Alat Analisis

Tahun

1

Penerapan
costvolume-profit analysis
dalam meningkatkan
laba pada UKM Batik
Bogor Tradisiku

Ida Nurul Fitri

Analisis CVP

2012

2

Kajian
terhadap
perencanaan
pencapaian
laba
dengan metode costvolume-profit analysis
pada PD. Alam Lestari
(Maureen)
di
Tasikmalaya

Asty Rizki
Yuniawaty

Analisis CVP
Analisis Trend

2012

3

Analisis cost-volumeprofit (CVP) dalam
pengambilan
keputusan
perencanaan laba pada
PT
Tropica
Cocoprima

Rina Lidia
Assa

Analisis CVP
Analisis Target Laba

2013

Sumber : Skripsi IPB (2013)

METODE

Kerangka Pemikiran
Perolehan laba PT Anofood Prima Nusantara dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu biaya, harga jual produk, dan besarnya volume penjualan. Analisis CVP
(Cost-Volume-Profit) dan metode Break Even Point (BEP) atau titik impas dapat
digunakan dalam hubungannya dengan biaya, harga jual, dan volume penjualan.
Analisis tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan terbaik dalam
pencapaian laba optimal. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat seperti pada
Gambar 1.

6

Jenis Usaha Kuliner
PT Anofood Prima Nusantara

Biaya
Tetap

Volume Penjualan

Harga Jual

Variabel

Total Biaya

Total Pendapatan

Cost-Volume-Profit Analysis
Alternatif Penjualan Terbaik
Implementasi Manajerial
Rekomendasi Langkah Strategis
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada usaha yang memproduksi Gepuk Karuhun dan
Ikan Balita pada PT Anofood Prima Nusantara. Perusahaan ini bertempat di Jalan
Raya Semplak No. 172, Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama tiga
bulan, dimulai bulan Maret sampai bulan Mei 2014.

Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap
pihak-pihak terkait seperti pemilik dan karyawan PT Anofood Prima Nusantara.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan PT Anofood Prima
Nusantara, buku, jurnal, serta literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

7
Pengolahan dan Analisis Data
Langkah – langkah yang dilakukan untuk mengolah data adalah :
1. Menganalisis laporan biaya-biaya operasional yang terjadi serta besarnya
jumlah penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan.
2. Memisahkan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
3. Membuat analisis titik impas berdasarkan data penjualan dan biaya-biaya
tetap maupun variabel, sehingga dapat menghasilkan gambaran titik dimana
perusahaan tidak mendapat laba maupun mengalami kerugian.
4. Membuat analisis CVP sehingga dapat diketahui langkah apa yang harus
diambil perusahaan.
Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan
biaya-biaya perusahaan menjadi kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan – Beban Variabel – Beban Tetap ... (1)
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel.
Pada titik impas, marjin kontribusi sama dengan beban tetap. Persamaan titik
impas dalam unit dapat dinyatakan sebagai berikut :

Sedangkan rumus untuk perhitungan titik impas penjualan adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Awalnya, Gepuk Karuhun dan Ikan Balita merupakan salah satu menu yang
terdapat pada Rolika Catering. Kemudian, permintaan konsumen yang semakin
meningkat terhadap Gepuk Karuhun dan Ikan Balita membuat ibu Ana Tarjono
selaku pemilik Rolika Catering berinisiatif memisahkan produk tersebut dari
menu Rolika Catering dan menjadikannya sebuah divisi tersendiri pada PT Rolika
Caterindo. Divisi Gepuk Karuhun dan Ikan balita resmi beroperasi pada tahun
2002 dengan nama PT Intrafood Citarasa Nusantara. Pada tahun 2006 terjadi
perubahan manajemen pada PT Intrafood Citarasa Nusantara. Hal tersebut
menyebabkan usaha Gepuk Karuhun dan Ikan Balita membentuk usaha tersendiri
bernama PT Anofood Prima Nusantara dengan nomor izin usaha
517/39/PM/DIPERINDAGKOP yang resmi beroperasi pada 4 Mei 2006 di bawah
pimpinan ibu Ika Yuliska. Selain itu, PT Anofood juga telah mendapatkan Surat

8
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/420/39/PK/DU/BPPT
PM/V/2011 dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dengan nomor 10.04.1.56.01532
pada tanggal 27 Mei 2011.
Struktur Organisasi Perusahaan
PT Anofood Prima Nusantara memiliki struktur organisasi yang masih
sederhana. Secara keseluruhan perusahaan dipimpin oleh seorang Direktur Utama
yang memiliki tugas dan wewenang menetapkan kebijakan seluruh aktivitas
perusahaan dan membuat keputusan bagi perusahaan. Dalam menjalankan
perusahaannya, Direktur Utama dibantu oleh Manajer Operasional yang memiliki
tugas bertanggung jawab terhadap seluruh bagian atau divisi di perusahaan kepada
Direktur Utama dan memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan
perekrutan tenaga kerja.
Manajer Operasional membawahi langsung empat kepala bagian, yaitu
Kepala Bagian Produksi Catering, Produksi Gepuk Karuhun dan Ikan Balita,
Purchasing, dan Keuangan. Kepala Bagian Produksi Catering bertanggung jawab
dalam mengepalai seluruh kegiatan produksi makanan untuk catering. Kepala
Bagian Produksi Gepuk Karuhun dan Ikan Balita bertanggung jawab dalam
mengepalai seluruh kegiatan produksi Gepuk Karuhun dan Ikan Balita. Kepala
bagian Keuangan bertanggung jawab dalam mengatur semua kagiatan keuangan
dan membuat laporan keuangan. Kepala Bagian Purchasing bertanggung jawab
dalam pembelian dan persediaan stok bahan baku. Struktur organisasi PT
Anofood Prima Nusantara dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur Organisasi PT Anofood Prima Nusantara Tahun 2013

Jenis Produk
Gepuk Karuhun
Gepuk atau yang biasa disebut empal ini merupakah salah satu olahan daging
sapi. Dinamakan gepuk karena pada proses pembuatannya daging sapi digepukgepuk alias dipukul-pukul hingga mencapai teksur empuk yang diinginkan.
Daging tersebut kemudian diungkep dengan bumbu-bumbu hingga meresap dan

9
kemudian digoreng kering saat akan dinikmati. Tahun 2013 harga satu kotak besar
Gepuk Karuhun berisi 10 potong Gepuk yaitu Rp140 000, sedangkan satu kotak
kecil berisi 5 potong Gepuk dijual dengan harga Rp75 000.
Ikan Balita
Ikan balita sebenarnya adalah ikan Mas yang dipanen saat masih kecil, yaitu
ketika usia 30-45 hari. Ikan Mas ini diolah dengan cara digoreng garing sehingga
renyah dan gurih. Tahun 2013 Ikan Balita dijual dalam dua kemasan, yaitu
kemasan besar dijual dengan harga Rp75 000 dan kemasan kecil dijual dengan
harga Rp40 000 dengan berat masing-masing 250 gram dan 125 gram.

Pembahasan Penelitian
Volume Penjualan
PT Anofood Prima Nusantara memproduksi dua jenis produk, yaitu Gepuk
Karuhun dan Ikan Balita. Gepuk Karuhun memiliki harga jual yang lebih tinggi
dikarenakan harga bahan bakunya yaitu daging sapi yang cukup mahal. Gepuk
Karuhun dan Ikan Balita dijual dalam dua kemasan yang berbeda, yaitu kemasan
besar dan kecil. Gepuk Karuhun dijual dengan harga Rp140 000 untuk kemasan
besar dan Rp75 000 untuk kemasan kecil. Sedangkan Ikan Balita dijual dengan
harga Rp75 000 untuk kemasan besar dan Rp40 000 untuk kemasasan kecil.
Rincian kapasitas penjualan PT Anofood Prima Nusantara selama tahun 2013
ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kapasitas penjualan PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
Kapasitas Penjualan (Unit)
Gepuk
Gepuk
Bulan
Ikan Balita Ikan Balita
Karuhun
Karuhun
(Besar)
(Kecil)
(Besar)
(Kecil)
Jan
518
538
727
692
Feb
608
448
631
511
Mar
625
667
894
577
Apr
551
533
855
496
Mei
551
497
882
533
Jun
551
539
891
587
Jul
538
587
809
578
Ags
458
528
770
568
Sep
487
573
661
573
Okt
617
668
597
660
Nov
625
699
696
728
Des
651
625
608
720
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)

Total
2475
2198
2763
2435
2463
2568
2512
2324
2294
2542
2748
2604

Harga jual Gepuk Karuhun dan Ikan Balita berbeda-beda. Harga jual tersebut
ditentukan berdasarkan ukuran kemasan. Terdapat dua jenis ukuran kemasan,
yaitu ukuran besar dan kecil. Harga jual Gepuk Karuhun dan Ikan Balita selama
tahun 2013 adalah tetap dan ditampilkan pada Tabel 5.

10
Tabel 5 Harga jual produk PT Anofood Prima Nusantara 2013
No
Jenis Produk
Harga Jual Produk (Rp)
1

Gepuk Karuhun (Besar)

140 000

2

Gepuk Karuhun (Kecil)

75 000

3

Ikan Balita (Besar)

75 000

4

Ikan Balita (Kecil)

40 000

Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)
Volume penjualan pada PT Anofood Prima Nusantara dihitung
berdasarkan kapasitas penjualan tiap produk dikalikan dengan harga tiap
produknya. Volume penjualan PT Anofood Prima Nusantara selama tahun 2013
yang ditampilkan per bulan pada Tabel 6.
Tabel 6 Volume penjualan PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
Penjualan (Juta Rupiah)
Gepuk
Gepuk
Bulan
Ikan Balita Ikan Balita
Karuhun
Karuhun
(Besar)
(Kecil)
(Besar)
(Kecil)
Jan
72.520
40.350
54.525
27.680
Feb
85.120
33.600
47.325
20.440
Mar
87500
50.025
67.050
23.080
Apr
77.140
39.975
64.125
19.840
Mei
77.140
37.275
66.150
21.320
Jun
77.140
40.425
66.825
23.480
Jul
75.320
44.025
60.675
23.120
Ags
64.120
39.600
57.750
22.720
Sep
68.180
42.975
49.575
22.920
Okt
86.380
50.100
44.775
26.400
Nov
87.500
52.425
52.200
29.120
Des
91.140
46.875
45.600
28.800
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)

Total
195.075
186.485
227.655
201.080
201.885
207.870
203.140
184.190
183.650
207.665
221.245
212.415

Pada Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa penjualan yang terjadi pada bulan
Januari sampai dengan Desember 2013 mengalami fluktuasi. Penjualan terendah
terjadi pada bulan September 2013 yaitu hanya sebesar Rp183 650 000,
sedangkan penjualan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2013 yaitu sebesar Rp227
655 000. Hal tersebut terjadi karena pada bulan Maret terjadi pemesanan produk
Gepuk Karuhun dan Ikan Balita yang cukup banyak dibandingkan bulan lainnya,
sehingga penjualan pada bulan tersebut ikut meningkat. Berdasarkan dari seluruh
penjualan yang diterima oleh PT Anofood Prima Nusantara, maka persentase
penjualan untuk tiap-tiap produknya berbeda. Perbedaan tersebut terjadi
berdasarkan jenis dan ukuran kemasan produk yang berhasil terjual di setiap
bulannya.

11
Tabel 7 Persentase penjualan PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
Jumlah Penjualan (juta rupiah)
Persentase (%)
Ikan
Ikan
Ikan
Bulan Gepuk Gepuk
Gepuk Gepuk
Balita Balita
Balita
(Besar) (Kecil)
(Besar) (Kecil)
(Besar) (Kecil)
(Besar)
Jan 72.520 40.350 54.525 27.680 37.18
20.68
27.95
Feb 85.120 33.600 47.325 20.440 45.64
18.02
25.38
Mar 87.500 50.025 67.050 23.080 38.44
21.97
29.45
Apr 77.140 39.975 64.125 19.840 38.36
19.88
31.89
Mei 77.140 37.275 66.150 21.320 38.21
18.46
32.77
Jun 77.140 40.425 66.825 23.480 37.10
19.45
32.15
Jul
75.320 44.025 60.675 23.120 37.08
21.67
29.87
Ags 64.120 39.600 57.750 22.720 34.81
21.50
31.35
Sep 68.180 42.975 49.575 22.920 37.13
23.40
26.99
Okt 86.380 50.100 44.775 26.400 41.60
24.13
21.56
Nov 87.500 52.425 52.200 29.120 39.55
23.70
23.59
Des 91.140 46.875 45.600 28.800 42.91
22.07
21.47
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)

Ikan
Balita
(Kecil)
14.19
10.96
10.14
9.87
10.56
11.30
11.38
12.34
12.48
12.71
13.16
13.55

Tabel 7 menjelaskan tentang besarnya persentase penjualan tiap produk pada
perusahaan selama tahun 2013. Persentase tersebut dihitung berdasarkan
pembagian antara jumlah penjualan tiap produk dengan total penjualan seluruh
produk dalam satu bulan kemudian dikalikan dengan seratus persen. Tiap produk
disetiap bulan memiliki persentase penjualan yang berbeda. Hal itu karena setiap
produk memiliki jumlah penjualan yang berbeda disetiap bulannya. Persentase
penjualan tertinggi selalu terjadi pada penjualan Gepuk Karuhun kemasan besar
sebab harganya lebih mahal dibandingkan produk lain dan jumlah produk yang
terjual cukup banyak.
Biaya-Biaya Operasional Pada PT Anofood Prima Nusantara
PT Anofood Prima Nusantara memerlukan beberapa biaya untuk
menjalankan usahanya. Lampiran 1 menjelaskan tabel biaya operasional
perusahaan dari bulan Januari hingga Desember 2013. Biaya-biaya tersebut
terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang terjadi antara lain
biaya listrik, PDAM, operasional kendaraan, telepon, tenaga kerja, dan biaya
penyusutan. Sedangkan biaya variabel yang terjadi pada PT Anofood Prima
Nusantara yaitu biaya bahan baku produksi seperti daging sapi, ikan balita,
bumbu, sambal, dan gula aren, biaya gas, minyak, serta biaya kemasan.
Secara umum, jumlah pengeluaran untuk biaya variabel lebih besar
dibandingkan dengan biaya tetapnya. Hal itu dikarenakan perusahaan merupakan
usaha yang bergerak dibidang makanan, sehingga biaya untuk membeli bahan
baku sangat diperlukan agar proses produksi dapat terus berjalan. Walaupun
bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi,
tetapi biaya tetap juga penting untuk diperhatikan, sebab tanpa adanya biaya untuk
membayar tenaga kerja dan mesin produksi maka bahan baku yang ada tidak
dapat diolah. Setiap bulan, perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih dari
seratus juta rupiah untuk biaya variabel dan lebih dari lima puluh juta rupiah
untuk biaya tetap. Biaya operasional sebesar Rp207 641 050 merupakan biaya

12
tertinggi yang terjadi di bulan Maret 2013, yaitu dengan jumlah biaya variabel
tertinggi sebesar Rp150 757 100. Pada bulan tersebut pembelian bahan baku ikan
balita cukup besar dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Rp54 182 000 sebab
bulan Maret merupakan salah satu bulan untuk memanen ikan balita sehingga
jumlah ikan balita yang dibeli juga cukup banyak. Selain bulan Maret, bulan lain
yang tepat untuk memanen ikan balita adalah bulan Juli, November, dan
Desember sehingga biaya pembeliaan ikan balita pada bulan tersebut menjadi
cukup tinggi. Sedangkan jumlah pembelian bahan baku daging sapi dipengaruhi
oleh harga daging sapi dan jumlah permintaan Gepuk Karuhun.
Pada biaya operasional perusahaan, biaya penyusutan termasuk ke dalam
elemen biaya tetap. Hal tersebut dikarenakan, biaya yang dikeluarkan untuk
penyusutan peralatan tidak berubah, berapapun jumlah produk yang dihasilkan.
Penghitungan biaya penyusutan diperoleh dengan menggunakan metode garis
lurus dimana harga beli peralatan dikurangi dengan nilai sisa, lalu dibagi dengan
umur ekonomisnya. Biaya penyusutan pada PT Anofood Prima Nusantara dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Biaya penyusutan PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
Peralatan
Umur
Nilai Aset
Nilai Sisa
Penyusutan/
Ekonomis (ribu rupiah) (ribu rupiah) bulan (Rp)
(tahun)
Frezer
5
18 000
6 900
185 000
Showcase
5
3 750
1 800
32 500
Spinner
10
4 200
3 000
10 000
Mesin Giling
5
2 347
1 900
7 450
Kompor
5
3 000
1 320
28 000
Mobil
5
141 000
111 000
500 000
Motor
5
13 000
100 000
7 000
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa biaya penyusutan terbesar
terjadi pada peralatan mobil perusahaan yaitu sebesar Rp500 000 setiap bulannya.
Hal itu dikarenakan nilai aset mobil merupakan nilai aset tertinggi diantara aset
lainnya. Sedangkan biaya penyusutan terendah terjadi pada peralatan mesin giling
yaitu sebesar Rp7 450 tiap bulan.
Analisis Biaya PT Anofood Prima Nusantara
PT Anofood Prima Nusantara belum melakukan analisis biaya secara
terperinci. Pihak manajemen perusahaan hanya memisahkan biaya berdasarkan
biaya tetap dan biaya variabelnya tanpa menjelaskan lebih detail berapa banyak
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tiap kemasan dari setiap jenis
produknya.
Biaya yang digunakan untuk memproduksi Gepuk Karuhun dan Ikan Balita
tiap kemasan pasti berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan proses produksi dan
jumlah penjualan tiap produk berbeda-beda, sehingga dilakukan perhitungan
dengan cara mengalikan biaya total dengan persentase penjualan masing-masing
jenis produk. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi Gepuk karuhun

13
dan Ikan Balita per kemasan disetiap bulannya selama tahun 2013 dapat dilihat
lebih jelas pada Lampiran 2.
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi gepuk dan ikan balita berbedabeda setiap bulannya. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan besarnya pemakaian
listrik, PDAM, telepon, ataupun transportasi disetiap bulan. Selain itu harga bahan
baku dan jumlah bahan baku yang digunakan juga tidak selalu sama disetiap bulan
sehingga menyebabkan adanya perbedaan biaya setiap bulan selama tahun 2013.
Bulan Februari 2013 misalnya, total biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli
bahan baku daging sapi sebesar Rp70 788 600 meningkat dari bulan sebelumnya
yang hanya sebesar Rp68 456 650. Peningkatan jumlah pembelian bahan baku
tersebut dilakukan karena adanya penjualan yang tinggi dan laba yang cukup
besar di bulan Januari. Tetapi beda halnya yang terjadi pada bulan Maret 2013,
jumlah pembelian bahan baku daging sapi hanya sebesar Rp66 451 200 yang
menurun dari bulan Februari. Hal itu dikarenakan pada bulan Februari terjadi
penurunan penjualan yang berimbas pada penurunan laba yang didapat, sehingga
terjadi penurunan pembelian bahan baku daging sapi agar perusahaan tetap dapat
mencukupi biaya pembelian bahan baku lainnya.
Analisis Break Even Point
Lampiran 3 menjelaskan tentang analisis BEP pada PT Anofood Prima
Nusantara disetiap bulannya selama tahun 2013. Tabel tersebut terdiri dari tabel
TFC, TVC, kuantitas produk, harga jual, biaya variabel per unit, unit impas, dan
penjualan impas yang merupakan elemen dalam proses perhitungan titik impas.
Hasil yang terdapat pada tabel tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan
menggunakan beberapa persamaan yang telah dijelaskan pada metode penelitian.
Perusahaan tidak akan mengalami kerugian dan tidak pula untung ketika
berhasil menjual produk pada unit titik impasnya atau mendapatkan hasil
penjualan sebesar penjualan pada titik impasnya. Selama tahun 2013, PT Anofood
Prima Nusantara berhasil memperoleh penjualan lebih besar dari penjualan pada
titik impasnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2013 perusahaan
berada pada posisi yang tidak merugi. Misalnya saja ketika perusahaan mendapat
laba terendah di bulan Februari 2013 sebesar Rp9 914 150, hasil penjualan untuk
produk gepuk kemasan besar, gepuk kemasan kecil, ikan balita kemasan besar,
dan ikan balita kemasan kecil berturut-turut adalah Rp85 120 000, Rp33 600 000,
Rp47 325 000, dan Rp20 440 000. Hasil penjualan tersebut lebih besar daripada
penjualan impasnya yaitu sebesar Rp65 742 976, Rp25 958 905, Rp49 185 597,
dan Rp21 238 829 untuk produk gepuk kemasan besar, gepuk kemasan kecil, ikan
balita kemasan besar, dan ikan balita kemasan kecil.
Perhitungan Laba PT Anofood Prima Nusantara
Laba perusahaan dihitung setiap bulannya selama tahun 2013 dengan cara
mengurangi total penjualan dengan total biaya yang ada. Laba yang diperoleh PT
Anofood Prima Nusantara selama tahun 2013 untuk penjualan Gepuk Karuhun
dan Ikan Balita semua kemasan dapat dilihat pada Tabel 9. Secara keseluruhan
laba yang diperoleh PT Anofood prima Nusantara berfluktuasi setiap bulannya.
Laba terendah didapatkan pada bulan Februari 2013 yaitu hanya sebesar Rp9 914
150. sedangkan laba tertinggi didapatkan pada bulan Juni 2013 yaitu sebesar Rp21
748 325.

14
Tabel 9 Laba PT Anofood Prima Nusantara tahun 2013
No Bulan
Total Penjualan (Rp) Total Biaya (Rp)
1
Januari
195 075 000
175 296 525
2
Februari
186 485 000
176 570 850
3
Maret
227 655 000
207 641 050
4
April
201 080 000
183 335 725
5
Mei
201 885 000
180 795 125
6
Juni
207 870 000
186 121 675
7
Juli
203 140 000
187 347 260
8
Agustus
184 190 000
168 811 850
9
September
183 650 000
167 687 075
10 Oktober
207 655 000
187 604 150
11 November
221 245 000
200 292 300
12 Desember
212 415 000
191 554 500
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)

Laba (Rp)
19 778 475
9 914 150
20 013 950
17 744 275
21 089 875
21 748 325
15 792 740
15 378 150
15 962 925
20 050 850
20 952 700
20 860 500

Perencanaan Laba
PT Anofood Prima Nusantara menginginkan adanya peningkatan laba pada
tahun 2014, tetapi pihak manajemen perusahaan tidak menentukan secara pasti
jumlah nominal peningkatan laba tersebut sehingga jumlah peningkatan laba
ditentukan dengan asumsi. Diasumsikan peningkatan laba pada tahun 2014
sebesar 15% dan 18%. Hal tersebut didasari oleh kemampuan perusahaan dalam
memproduksi produk di tahun 2014.
Tabel 10 Penerapan CVP pada perusahaan dilakukan dengan laba perusahaan
sebesar 15%
Perencanaan Laba 15%
Penjualan (Unit)
(Unit)
Bulan
Gepuk Gepuk Ikan Balita Ikan Balita
(Besar) (Kecil)
(Besar)
(Kecil)
Jan
2572
538
559
755
719
Feb
2247
622
458
645
522
Mar
2871
649
693
929
600
Apr
2521
570
552
885
513
Mei
2562
573
517
918
554
Jun
2674
574
561
928
611
Jul
2594
556
606
835
597
Ags
2397
472
545
794
586
Sep
2368
503
592
682
592
Okt
2640
641
694
620
686
Nov
2857
650
727
724
757
Des
2708
677
650
632
749
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)

15
Tabel 11 Penerapan CVP pada perusahaan dilakukan dengan laba perusahaan
sebesar 18%
Perencanaan Laba 18%
Penjualan (Unit)
(Unit)
Bulan
Gepuk Gepuk Ikan Balita Ikan Balita
(Besar) (Kecil)
(Besar)
(Kecil)
Jan
2591
542
563
761
724
Feb
2257
624
460
648
525
Mar
2892
654
698
936
604
Apr
2538
574
556
891
517
Mei
2582
578
521
925
559
Jun
2695
578
566
935
616
Jul
2610
559
610
841
601
Ags
2411
475
548
799
589
Sep
2383
506
595
687
595
Okt
2660
646
699
625
691
Nov
2879
655
732
729
763
Des
2728
682
655
637
754
Sumber : Dokumen PT Anofood Prima Nusantara (2014)
Tabel 10 dan 11 di atas menunjukkan besarnya unit yang harus diproduksi
oleh perusahaan pada setiap jenis produk untuk mencapai perencanaan laba yang
telah ditentukan. Dibawah ini adalah salah satu contoh dari hasil perhitungan
perencanaan laba perusahaan pada bulan Januari 2013. Bulan Februari hingga
Desember 2013 juga dilakukan perhitungan dengan cara yang sama.
Pada bulan Januari 2013, laba sebesar Rp19 778 475 berhasil didapatkan oleh
perusahaan. Jika laba yang diharapkan meningkat sebesar 15% maka target laba
yang diinginkan adalah :
Laba meningkat 15% = Laba Awal + (15% x Laba awal)
= Rp19 778 475 + (15% x Rp19 778 475)
= Rp22 745 246
Banyaknya kuantitas produk yang harus terjual untuk memenuhi target laba
sebesar 15% adalah :
Margin Kontribusi
= Total Penjualan – Total Biaya Variabel
= Rp195 075 000 - Rp119 211 249
= Rp75 863 751

= Rp30 652

= 2572 unit
Kuantitas dari setiap produk dapat ditentukan dengan menghitung
perbandingan jumlah unit dari produk Gepuk Karuhun kemasan besar, Gepuk
Karuhun kemasan kecil, Ikan Balita kemasan besar, dan Ikan Balita kemasan
kecil. Perbandingan jumlah unit tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah unit
yang harus terjual untuk mencapai target laba. Maka akan didapatkan hasil
sebagai berikut :

16

Kuantitas Gepuk kemasan besar = 20.93% x 2572 unit = 538 unit

Kuantitas Gepuk kemasan kecil = 21.74% x 2572 unit = 559 unit

Kuantitas Ikan Balita kemasan besar = 29.37% x 2572 unit = 755 unit

Kuantitas Ikan Balita kemasan kecil = 27.96% x 2572 unit = 719 unit
Jika laba yang diharapkan meningkat sebesar 18%, maka target laba yang
diinginkan adalah :
Laba meningkat 18% = Laba Awal + (18% x Laba awal)
= Rp19 778 475 + (18% x Rp19 778 475)
= Rp23 338 601
Banyaknya kuantitas produk yang harus terjual untuk memenuhi target laba
sebesar 18% adalah :

= 2951 unit
Maka banyaknya kuantitas dari Gepuk karuhun kemasan besar, Gepuk Karuhun
kemasan kecil, Ikan Balita kemasan besar, dan Ikan Balita kemasan kecil untuk
mencapai peningkatan laba sebesar 18% berdasarkan perbandingan yang telah
dihitung sebelumnya adalah :
Kuantitas Gepuk kemasan besar = 20.93% x 2591 unit = 542 unit
Kuantitas Gepuk kemasan kecil = 21.74% x 2591 unit = 563 unit
Kuantitas Ikan Balita kemasan besar = 29.37% x 2591 unit = 761 unit
Kuantitas Ikan Balita kemasan kecil = 27.96% x 2591 unit = 724 unit

17
Strategi Pemasaran Perusahaan
Menurut Kotler (2005) konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang
menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional adalah
perusahaan itu harus lebih efektif dibandingkan para pesaingnya dalam
menciptakan, mendistribusikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang dipilih. Salah satu konsep dalam teori pemasaran modern
adalah bauran pemasaran. Para pemasar biasanya menggunakan sejumlah alat
untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alatalat itu membentuk suatu bauran pemasaran yang dibagi menjadi empat kelompok
yang disebut 4P, yaitu produk (product), harga (price), distribusi tempat (place),
dan promosi (promotion). Keempat alat bauran pemasaran tersebut
menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi pembeli dan masing-masing alat tersebut dapat
dirancang untuk memberikan suatu manfaat bagi pelanggan.
Strategi Produk
Perusahaan memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul
dan terus berusaha meningkatkan kualitasnya. Produk Gepuk dan Ikan Balita
dikemas dalam dua jenis kemasan yaitu kemasan ukuran besar dan ukuran kecil.
Gepuk kemasan besar berisi 10 potong gepuk dilengkapi dengan 2 cup sambal dan
1 plastik bawang goreng yang, sedangkan kemasan kecil berisi 5 potong gepuk
dilengkapi 1 cup sambal dan 1 plastik bawang goreng. Ikan Balita kemasan besar
berisi 250 gram ikan balita, sedangkan kemasan kecil berisi 125 gram ikan balita.
Produk Gepuk dan Ikan Balita kemasan besar dikemas dalam box ukuran 30
cm x 12 cm, sedangkan produk kemasan kecil dikemas dalam box ukuran 15 cm x
12 cm. Pada kemasan tercantum nama produk, komposisi, kehalalan produk, dan
izin Departemen Kesehatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menarik minat
konsumen sekaligus melindungi kualitas produk dan mempermudah proses
penyimpanan serta pengiriman produk.
Pada Kemasan Proses produksi yang dilakukan dalam membuat Gepuk dan
Ikan Balita sangat mengutamakan kesegaran produk, oleh karena itu produk ini
tidak menggunakan bahan pengawet. Sehubungan dengan hal tersebut maka daya
tahan dari gepuk dan ikan balita tidak terlalu lama. Gepuk tahan selama 3-4 hari
pada suhu kamar dan tahan 2 minggu jika dimasukkan dalam kulkas. Sedangkan
ikan balita dapat tahan selama 1 bulan jika disimpan dalam toples.
Strategi Harga
Harga jual produk Gepuk dan Ikan Balita pada tahun 2013 adalah sebesar Rp
140.000 per box untuk Gepuk kemasan besar dan Rp 75.000 per box untuk Gepuk
kemasan kecil. Sedangkan Ikan Balita dijual dengan harga Rp 75.000 per box
untuk kemasan besar dan Rp 40.000 per box untuk kemasan kecil.
Strategi Distribusi
Perusahaan membuka outlet khusus penjualan Gepuk dan Ikan balita yang
berlokasi di daerah Bangbarung dan Semplak. Lokasi ini menurut perusahaan
dinilai cukup strategis. Perusahaan juga melakukan delivery order kepada
pelanggan yang melakukan pemesanan dengan jumlah minimal order yang telah
ditentukan.

18

Strategi Promosi
Perusahaan sangat mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut untuk
mempromosikan produknya. Namun, saat ini perusahaan telah melakukan
berbagai macam kegiatan promosi seperti pemasangan papan reklame, membuat
dan menyebarkan brosur, serta pernah diliput beberapa media cetak maupun
media elektronik
Implikasi Manajerial
PT Anofood Prima Nusantara merencanakan adanya kenaikan laba sebesar
15% di tahun 2014. Hal tersebut didasari oleh pertimbangan pihak manajemen
dilihat dari kemampuan perusahaan untuk mencapai target laba tersebut.
Keinginan untuk dapat meningkatkan laba sebesar 15% tidak diimbangi dengan
strategi yang tepat dari perusahaan untuk mencapai hal tersebut. Kondisi inilah
yang mengindikasikan bahwa perusahaan perlu melakukan tindakan manajerial
yang efektif dan efisien. Perusahaan merupakan salah satu penyedia produk
berupa makanan sehingga identifikasi tindakan manajerial yang lebih tepat dapat
dilakukan dari sudut pandang 4P (Product, Price, Place, Promotion) dengan lebih
mengedepankan tindakan manajerial yang terkait langsung dengan hasil
penelitian.
Melihat dari produk (Product) yang telah dihasilkan oleh perusahaan,
sebaiknya perusahaan melakukan inovasi dari segi produk ataupun kemasannya.
Hal tersebut bertujuan agar konsumen tidak merasa jenuh dengan produk yang
sudah ada. Inovasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membuat kemasan yang
lebih menarik seperti kemasan berbentuk kantung atau tas karton yang lebih
mudah dibawa dengan gambar menarik atau inovasi lain seperti ikan balita yang
dibuat dengan varian rasa seperti pedas, gurih, atau manis.
Tindakan manjerial pada harga (Price) dapat dilakukan dengan memberikan
diskon atau hadiah menarik kepada konsumen. Contohnya seperti pembelian 5
box Ikan Balita kemasan besar mendapat hadiah sebuah toples cantik atau
pembelian 10 box Gepuk kemasan kecil mendapat gratis satu box Ikan Balita
kemasan kecil.
Keterbatasan tempat (Place) penjualan menjadi salah satu faktor yang
menghambat perusahaan untuk dapat meningkatkan penjualan dan mendapat laba.
Sebaiknya, selain membuka outlet di daerah Bangbarung dan Semplak, perusahan
dapat membuka outlet baru yang lebih strategis dan mudah dijangkau oleh
konsumen. Selain itu, untuk memperluas pemasarannya, perusahaan dapat bekerja
sama dengan outlet produk lain untuk melakukan titip jual di outlet tersebut.
Berbagai kegiatan promosi (Promotion) harus gencar dilakukan oleh
perusahaan agar semakin banyak konsumen yang mengenal produknya. Kegiatan
promosi yang dapat dilakukan seperti mengikuti bazar atau event tertentu serta
membuat website dan akun media sosial untuk memperkenalkan produknya.

19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. PT Anofood Prima Nusantara memproduksi dua jenis produk yang
masing-masing memiliki dua tipe kemasan yaitu Gepuk Karuhun kemasan
besar, Gepuk Karuhun kemasan kecil, Ikan Balita kemasan besar, dan Ikan
Balita kemasan kecil. Produk-produk tersebut mengalami penjualan yang
fluktuatif selama tahun 2013. Pada bulan Maret 2013 perusahaan berhasil
memperoleh penjualan tertinggi sebesar Rp227 655 000, sedangkan
penjualan terendah terjadi pada bulan September 2013 yaitu sebesar
Rp183 650 000.
2. Biaya-biaya operasional yang terjadi pada PT Anofood Prima Nusantara
terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang ada meliputi
biaya listrik, biaya PDAM, biaya operasional kendaraan, biaya telepon,
biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Sedangkan biaya variabelnya
meliputi biaya bahan baku langsung, biaya gas dan minyak, serta biaya
kemasan.
3. PT Anofood Prima Nusantara masih melakukan strategi pemasaran yang
sederhana yaitu pemasaran dari mulut ke mulut, membuat brosur, dan
membuka outlet penjualan di daerah Semplak dan Bangbarung Bogor,
sehingga produk hanya berhasil terjual di daerah Bogor dan sekitarnya.
4. Berdasarkan hasil perhitungan BEP selama tahun 2013, penjualan titik
impas sebesar Rp681 927 706 dengan unit titik impas sebesar 4871 unit
didapat dari produk Gepuk Karuhun kemasan besar. Pada produk Gepuk
Karuhun kemasan kecil penjualan titik impas sebesar Rp370 959 494
dengan unit titik impas 4946 unit. BEP produk Ikan Balita kemasan besar
Rp669 902 882 dengan unit titik impas sebesar 8932 unit. BEP produk
Ikan Balita kemasan kecil Rp310 297 972 dengan unit titik impas sebesar
7757 unit. Dilakukan perhitungan dengan asumsi peningkatan laba sebesar
15% dan 18% sehingga dapat diketahui jumlah unit yang harus terjual
untuk mencapai target laba yang diinginkan oleh PT Anofood Prima
Nusantara.

Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis dalam
penelitian antara lain :
1. PT Anofood Prima Nusantara sebaiknya lebih memperhatikan lagi
mengenai perencanaan harga dan biaya. Sebab harga dan biaya merupakan
hal yang sangat berpengaruh dalam perolehan laba perusahaan.
2. PT Anofood Prima Nusantara dalam perencanaan usahanya sebaiknya
menerapkan analisis Cost-Volume-Profit sebagai alat bantu dalam
perolehan laba, sehingga perusahaan mengetahui kuantitas yang harus
dicapai agar mendapat untung ataupun berada dalam kondisi impas.

20
3. Sebaiknya perusahaan melakukan pengembangan dalam strategi
pemasaran agar produk yang dijual dapat semakin dikenal oleh masyarakat
luas. Perusahaan dapat melakukan promosi melalui media online seperti
membuat website atau akun media sosial, mengikuti bazar atau event
tertentu di kawasan Jabodetabek, serta membuka outlet baru di tempat
yang strategis.

DAFTAR PUSTAKA
Assa R.L. 2013. Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) Dalam Pengambilan
Keputusan Perencanaan Laba Pada PT. Tropica Cocoprima [Internet].
[diunduh
2014
Februari
22].
Tersedia
pada
:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/2108/1665
Fitri I.N. 2012. Penerapan Cost Volume Profit Analysis Dalam Meningkatkan
Laba Pada UKM Batik Bogor Tradisisku [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Hansen D. R., Mowen M.M. 2005. Management Accounting (Akuntansi
Manajemen) Buku2. Jakarta (ID) : Penerbit Salemba Empat.
Horngren C.T., Datar S.M., Foster G. 2006. Akuntansi Biaya Jilid 1. Jakarta (ID) :
Erlangga.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi 11 Jilid 1. Jakarta (ID) : PT Indeks.
Prasetya B.P. 2007. Analisis Strate