Penerapan Cost Volume Profit Analysis da

PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA TAHUN 2006 PADA PT X

Oleh ANASTASIA RENNY F H24102017 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ABSTRAK

Anastasia Renny F. H24102017. Penerapan Cost-Volume-Profit Analisis Dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Tahun 2006 Pada PT X. Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati

Perencanaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan karena merupakan tahap awal dari kesuksesan suatu perusahaan. Salah satu perencanaan yang paling penting adalah perencanaan laba, karena laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan, diantaranya adalah faktor besarnya biaya yang dikeluarkan, harga jual dan juga besarnya volume penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Kaitan yang erat antara biaya, volume penjualan dan besarnya laba perusahaan sering disebut analisis biaya- volume-laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis, dan salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah metode titik impas (Break Even Point Analysis). Perusahaan X yang berdomisili di Tangerang adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi latex mattress/kasur latex. Semenjak berdirinya pada tahun 2000, perusahaan ini selalu mengalami kerugian. Laba baru terjadi pada tahun 2004, dan mengalami penurunan di tahun 2005. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perencanaan laba untuk tahun 2006.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode tahun 2003 sampai 2005; (2) Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 2003 sampai 2005; (3) Menganalisis penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode tahun 2003 sampai 2005.

Analisis data yang dipakai adalah analisis cost-volume-profit dan metode titik impas (Breakeven point). Untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel digunakan metode Least Square. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Accounting dan Staff Accounting, dan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan dan dan berbagai macam literatur.

Pada tahun tahun 2004 total biaya operasional mengalami pertumbuhan sebesar 42,60% dan pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 107,51%. Kemudian total penjualan pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 75,42% dan 94,73% pada tahun 2005.

Tahun 2006 perusahaan mentargetkan penjualan sebesar Rp. 2.500.800.000 dengan BEP senilai Rp. Rp. 2.049.186.091untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 80.055.154. Analisis CVP untuk bulan September- Desember yang paling baik adalah dengan menaikkan harga jual 6% untuk produk Elegancia, Classic Latex dan Frorentina. Sedangkan untuk mencapai laba maksimal maka analisis CVP yang paling baik dipilih adalah dengan menaikkan harga jual sebesar 10% dan penurunan volume penjualan sebesar 5%.

PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA TAHUN 2006 PADA PT X SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh ANASTASIA RENNY FRIDAYANTI H24102017 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA TAHUN 2006 PADA PT X SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh ANASTASIA RENNY FRIDAYANTI H24102017

Menyetujui,

Wita Juwita Ermawati, S. TP, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

Tanggal Ujian : 21 Desember 2006 Tanggal Lulus : 26 Januari 2007

RIWAYAT HIDUP

Anastasia Renny Fridayanti, dilahirkan di Jakarta, 2 Maret 1984. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Willy Brordus Suripto dan Monica Saparini Agustinah (Alm).

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Strada Bhakti Utama, Jakarta pada tahun 1990, lalu di sekolah yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Pada tahun 1999 penulis diterima di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 70, Jakarta. Penulis mengambil program IPA dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor melaui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2002.

Selama perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai staf publikasi dan dokumentasi dalam kepanitiaan Interaction Among the Community of Management Departement pada bulan September 2003. Penulis juga aktif dalam kegiatan Himpunan Profesi Manajemen dan menjabat sebagai staf Sumber Daya Manusia (SDM).

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala berkat dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Wita Juwita Ermawati, S. TP, MM. Selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Selaku Ketua Departemen Manajemen.

3. Para dosen penguji atas kesediaannya membantu penulis memperoleh gelar sarjana.

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, atas segala cinta, kasih sayang, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan selama ini. Mas Anto atas segala kasih sayang, pengertian, semangat, dan bimbingannya. Mas Anjar, Ook dan Tio yang sudah memberi kecerian di dalam kehidupan penulis. I love you all very much.

5. Bude Ndari, Mas Eko, Mbak Wiwiek, Mas Tri dan Mbak Vita untuk doa dan bantuannya.

6. Om Sri dan Bulik Fanti atas bantuan moril dan materiil yang telah diberikan.

7. Keluarga besar Bintaro atas perhatian dan bantuannya.

8. Yayasan Bakti Sosial Santoso (Sanbe Farma) atas beasiswa selama penulis berada di perguruan tinggi.

9. Keluarga Om Murti atas masukan, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan.

10. Bapak Effendy dan Ibu Ika atas bantuan dan kesediaannya sehingga penulis boleh melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sony Frangky Manek dan keluarga di Kupang atas cinta, kasih sayang, pengertian dan dorongan yang begitu besar kepada penulis. No one can take your place in my heart, forever.

12. Mbak Olie, Mas Pay, Ibu Susy, Mbak Muta, Adhe, Bongkreng, Anggrio, Teteh Lilies, Echa dan Mas Darmawan atas kekeluargaan yang telah diberikan.

13. Sahabat-sahabat terbaikku di SMU, Fidi, Ratih, Ibnu dan Tina atas kebersamaan dan kenangan indah selama ini.

14. Sahabat-sahabat terbaikku selama kuliah, Anggie, Ratih, Vj, Posma, Fenny dan Sari atas warna-warni yang telah kita alami. Such a great thing have friends like you guys, go girls.

15. Teman-teman sependeritaan asrama, Ajeng, Adisty, Dinda, Anggie, Bajaj, Tiunk, Aci, Ciput, Diessa, Steisi, Dian dan Dina. Atas kekompakan dan curhatnya.

16. Keluarga besar Abimanyu (Ijal, Dudi, Fajar, Erik, CR, Mbak Tum) atas bantuan dan keceriaan yang telah diberikan.

17. Teman-teman satu bimbingan atas dorongan dan kebersamaannya.

18. Rekan-rekan Manajemen 39 yang tidak biasa disebutkan satu per satu atas kekompakannya

19. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen, FEM IPB.

20. Serta semua pihak yang membantu kelancaran dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi penyempurnaannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2006

Penulis

4.5.3. Titik Impas Tahun 2005 ............................................................... 47

4.5.4. Titik Impas Tahun 2006 ............................................................... 50

4.6. Analisis CVP untuk Bulan September-Desember 2006 ....................... 54

4.7. Analisis CVP untuk Mencapai Laba Maksimal Tahun 2006 ................ 63

4.8. Penggunaan Analisis CVP untuk Periode Tahun 2007 ......................... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 68

1. Kesimpulan .................................................................................................... 68

2. Saran ............................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70 LAMPIRAN ...................................................................................................... 71

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Grafik total biaya tetap ........................................................................... 10

2. Grafik total biaya variabel ...................................................................... 11

3. Grafik Breakeven Point .......................................................................... 14

4. Kerangka pemikiran konseptual ............................................................. 17

5. Grafik laba-volume untuk kenaikan harga 10% dan 5% penurunan volume .................................................................................................... 66

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Gambar produk Naturatex ...................................................................... 71

2. Gambar produk Enzel ............................................................................ 72

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Empat fungsi dasar manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Fungsi perencanaan ini mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran tersebut dan menyusun rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Maka dari itu perencanaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan karena merupakan tahap awal dari kesuksesan suatu perusahaan. Perencanaan yang buruk akan membawa perusahaan ke arah kehancuran, dan sebaliknya perencanaan yang baik akan berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Salah satu alat perencanaan yang bisa digunakan manajemen adalah analisis titik impas (Breakeven Point Analysis) karena dengan mengetahui titik impas perusahaan, manajemen dapat menentukan kebijakan yang akan dilakukan untuk perencanaan laba perusahaan.

Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manajemen perusahaan dihadapkan pada satu sisi dimana perusahaan harus memenuhi kebutuhan konsumen, dan di sisi yang lain perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Merupakan suatu polemik jika kita berbicara mengenai hal ini. Konsumen membutuhkan barang yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, tetapi kelangsungan hidup dan berkembangnya suatu perusahaan sangat tergantung pada besarnya perolehan pendapatan yang akhirnya mempengaruhi besarnya laba, yang berarti perusahaan harus menetapkan harga yang cukup tinggi.

Selain pendapatan yang diusahakan melebihi biaya yang dikeluarkan, hendaknya pendapatan juga selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga laba yang diperoleh perusahaan juga akan terus meningkat. Laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Oleh karena alasan tersebut, maka pihak manajemen Selain pendapatan yang diusahakan melebihi biaya yang dikeluarkan, hendaknya pendapatan juga selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga laba yang diperoleh perusahaan juga akan terus meningkat. Laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Oleh karena alasan tersebut, maka pihak manajemen

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Faktor yang paling menentukan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan. Untuk memproduksi barang yang nantinya akan dijual, perusahaan pasti mengeluarkan biaya. Dalam hubungannya dengan kegiatan produksi, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel. Faktor lainnya yang mempengaruhi perolehan laba perusahaan adalah faktor harga jual dan juga besarnya volume penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam pencapaian laba perusahaan. Besarnya biaya dalam proses produksi akan menentukan harga jual dari produk itu sendiri, harga jual akan mempengaruhi besarnya pendapatan dan pada akhirnya akan menentukan besarnya laba. Kaitan yang erat antara biaya, volume penjualan dan besarnya laba perusahaan sering disebut analisis biaya-volume-laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis.

Analisis CVP membantu manajemen dalam pengambilan keputusan diantaranya adalah keputusan penetapan harga produk, persetujuan atau penolakan atas pesanan dan strategi promosi yang sesuai (Garrison and Noreen, 2000). Salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah metode titik impas (BEP).

Titik impas adalah titik yang menggambarkan keadaan dimana penjualan tidak menimbulkan laba atau rugi. Dengan mengetahui titik impas, manajemen dapat menentukan batas toleransi turunnya penjualan, karena apabila penjualan perusahaan sudah berada di bawah titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian.

Perusahaan X yang berdomisili di Tangerang adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi latex mattress/kasur latex. Sampai saat ini telah diproduksi dan dijual latex mattress dengan berbagai jenis dan merek. Sejak berdiri pada tahun 2000, dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan ini selalu mengalami kerugian dari tahun ke Perusahaan X yang berdomisili di Tangerang adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi latex mattress/kasur latex. Sampai saat ini telah diproduksi dan dijual latex mattress dengan berbagai jenis dan merek. Sejak berdiri pada tahun 2000, dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan ini selalu mengalami kerugian dari tahun ke

Berbagai alternatif penjualan yang diberikan oleh pihak pemasaran, akan diolah oleh pihak keuangan dengan menggunakan analisis CVP untuk melihat dampak perubahan dari faktor biaya, volume dan harga jual terhadap laba dan titik impas. Hasil dari analisis CVP ini, nantinya akan memberikan alternatif penjualan terbaik yang akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba perusahaan.

Dari informasi yang diperoleh, perusahaan belum menerapkan analisis CVP. Maka penulis tertarik untuk membuat Cost-Volume-Profit Analysis dengan menggunakan metode breakeven sebagai alat perencanaan laba pada perusahaan ini

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Cost-

Volume-Profit Analysis dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Tahun 2006 Pada PT X”.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk dapat merencanakan laba tahun 2006, maka kita dapat menggunakan data anggaran untuk tahun 2006. Data biaya operasional dan data penjualan yang dipergunakan adalah dari tahun 2003-2005 karena data tahun 2000-2002 tidak tersedia. Data ini digunakan untuk melihat perkembangan BEP, perolehan laba rugi perusahaan dan melihat tren yang ada di perusahaan dan selanjutnya diperoleh strategi yang sesuai untuk pencapaian laba tahun 2006. Strategi tersebut nantinya juga dapat digunakan sebagai acuan untuk tahun 2007. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang penulis ambil adalah :

1. Bagaimana pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode tahun 2003-2005.

2. Bagaimana pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 2003- 2005.

3. Sejauh mana CVP analysis dapat diterapkan pada perusahaan untuk periode tahun 2006 dan bahan pertimbangan untuk periode tahun 2007, berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan masing-masing produk yang terjadi selama tahun 2003- 2005.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode tahun 2003 sampai 2005.

2. Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 2003 sampai 2005.

3. Menganalisis penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode tahun 2003 sampai 2005.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam usaha meningkatkan kualitas perencanaan dan penerapan anggaran biaya serta pengawasan terhadap biaya, sehingga akhirnya dapat bermanfaat dalam menetapkan margin laba.

2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman dalam pengolahan data keuangan perusahaan dan juga dapat melengkapi pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah.

3. Sebagai bahan rujukan bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biaya

Menurut Usry et al. (1991) biaya didefinisikan sebagai cost is an exchange price, a foregoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial accounting, the foregoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a current or future dimunuition in cash or other assets. Menurut Hansen and Mowen (1997) cost is the cash or cash equivalent value sacrificed for goods and services that are expected to bring a current or future benefit to the organization. Sedangkan menurut Mulyadi (1999) biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas : (1) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, (2) diukur dalam satuan uang, (3) yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi dan (4) pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Dalam beberapa literatur, biasanya istilah cost dan expense diartikan sama, padahal antara cost tidak sama dengan expense. Untuk itu perlu dibedakan pengertian antara cost dan expense tersebut. Menurut Atkinson et al. (2004) expense is the costs of goods or services that have been used up in the process of creating goods and services. Seperti yang dikemukakan oleh Usry et al. (1991) mengenai perbedaan antara cost dan expense bahwa cost is an exchange price, a foregoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial accounting, the foregoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a current of future diminuition in cash or other assets. Expense may be define as a measured out flow of goods or services which is matched with revenue to determine income.

2.1.1. Penggolongan Biaya

Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan

1. Obyek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran, merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

a. Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya penolong dan biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi.

b. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, b. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan,

c. Biaya Administrasi dan umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya fotocopy.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

a. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Dengan demikian biaya langsung akan mudah untuk diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.

b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi biaya variabel, biaya semivariabel, biaya semifixed dan biaya tetap.

a. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.

c. Biaya Semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap pada kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

5. Jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu pemanfaatannya, biaya dapat dibagi menjadi dua :

a. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi. Contoh pengeluaran modal ini adalah pengeluaran pembelian aktiva tetap.

b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran

2.1.2. Penggolongan Biaya Untuk Cost-Volume-Profit Analysis

Untuk penerapan CVP Analysis, diperlukan penggolongan biaya yang berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Glenn A. Welsch (1988) the cost classification which is related to the cost variability concept, is needed three of cost categories. They are fixed cost, variable cost and semivariable cost.

1. Biaya Tetap Menurut Horngren et al. (1999) fixed cost is a cost that is not immediately affected by changes in the cost driver. Lebih jauh lagi, menurut Ray H. Garrison and Eric W. Noreen (2000) fixed cost decrease per unit as the activity level rises and increase per unit as the activity level falls. Selain itu, lebih lengkap Usry et al. (1991) menjabarkan karakteristik biaya tetap the characterisrics of fixed cost are fixed total amount within a relevant output range, decrease in per unit cost as volume increase within a relevant range, assignable to departement on the basis of arbitrary managerial decisions or cost allocation methods and control responsibility resting with executive management rather than operating supervisor. Pemahaman mengenai biaya tetap akan diilustrasikan dengan gambar di bawah ini.

Biaya (Rp)

FC

Volume

Gambar 1. Grafik Total Biaya Tetap

(Garrison and Noreen, 2000)

2. Biaya Variabel Menurut Horngren et al. (1999), bahwa variable cost is a cost that changes in direct proportion to changes in the cost driver. Ray H. Garrison and Eric W. Noreen (2000) mengemukakan variable cost remain constant per unit. Usry et al. (1991) lebih lengkap mengemukakan karakteristik dari biaya variabel yaitu in general, variable cost have the following characteristics (1) Variability of total amount in direct proportion to volume, (2) Relatively constant cost per unit as volume changes within a relevant range, (3) Assignable, with reasonable case and accuracy to operating departement and (4) Controlable by spesific departement head. Gambar berikut ini akan mengilustrasikan mengenai biaya variabel.

Biaya (Rp)

VC

Volume

Gambar 2. Grafik Total Biaya Variabel (Garrison and Noreen, 2000)

3. Biaya Semivariabel Selain biaya-biaya yang dapat digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, terdapat juga biaya yang mengandung karakteristik biaya tetap sekaligus biaya variabel. Golongan biaya ini disebut sebagai biaya semivariabel. Menurut Horngren et al. (2000), a mix cost (semivariable cost) is a cost that has both fixed and variable cost. Biaya yang dianggap semivariabel ini harus dianalisa untuk diidentifikasi komponen biaya tetap dan komponen biaya variabelnya. Untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel, terdapat beberapa teknik yang digunakan, antara lain adalah menurut Usry et al. (1991) :

1. High and Low Points Method Metode ini melihat perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk tingkat atau volume kegiatan yang tertinggi dan tingkat kegiatan yang terendah.

2. Statistical Scattergraph Method Dengan metode ini, variabilitas biaya dicari dengan garis lurus secara visual di antara titik-titik dan berbagai biaya dari berbagai tingkat kegiatan. Perpotongan garis tersebut 2. Statistical Scattergraph Method Dengan metode ini, variabilitas biaya dicari dengan garis lurus secara visual di antara titik-titik dan berbagai biaya dari berbagai tingkat kegiatan. Perpotongan garis tersebut

3. Least Square Method Metode ini disebut juga Simple Regression Analysis. Perhitungan dilakukan secara matematis dengan menggunakan persamaan regresi. Persamaan regresi yang digunakan adalah :

y = + ……………………………..............................(1) a bx dimana: y = variabel dependen (biaya) pada periode tertentu x = variabel independen (kegiatan) pada periode

tertentu

a = intersep (estimasi biaya tetap)

b = slope (estimasi biaya variabel per unit

kegiatan)

Dari beberapa metode yang telah dikemukakan di atas, metode Least Square merupakan metode yang menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.

2.2. Laba

Menurut Hansen and Mowen (1997) Profit is a measure of the difference between what a firm puts into making and selling a product or services and what it receives. It is the degree to which the firm becomes wealtheir on account of engaging in transactions. Laba dapat dirumuskan sebagai berikut: Net income = Sales revenues – Variable cost – Fixed cost ………….(2)

= (P x Q) – (VCu x Q) – FC = (P x VCu)Q – FC dimana : P

= Sales Price VCu = Variable Cost per Unit FC = Fixed Cost Q

= Number of Unit Sale

Menurut Horngren et al. (1999) definisi laba adalah the fundamental meaning of profit or earning or income, which is excess of revenue over expenses.

2.3. Cost-Volume-Profit Analysis

Horngren et al. (1999) menyatakan bahwa the managers of profit seeking organizations usually study the effect of output volume revenue (sales), expense (cost) and net income (net profit). This study is commonly called Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis. Selain itu Horngren et al. (2000) mendefinisikan Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis examine the behaviour of total revenues, total cost and operating income as changes occur in the output level, selling price, variable cost per unit or fixed cost.

2.3.1. Manfaat CVP Analysis

Analisis CVP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melakukan kegiatan perencanaan, yaitu sebagai suatu teknik analisa yang dapat menghubungkan variabel-variabel yang terdiri dari biaya dan volume kegiatan dengan tingkat laba perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Garrison et al. (2000) bahwa CVP Analysis helps managers understand the interrelationship between cost, volume and profit, it is a vital tool in many business decisions. These decisions includes, for examples, what products to many facture or sell, what pricing policy to follow, what marketing strategy to employ and what type of productive facilities to aquire.

2.3.2. Breakeven Point Analysis

Mengenai BEP Analysis, Horngren et al. (1999) mendefinisikan The breakeven point is the level of sales at which revenue equals expenses and net income is zero. Horngren (2000) menyatakan The Breakeven point is that quantity of output where total revenue is equal total cost-that is, where the operating income is zero. Sedangkan Ray H. Garrison and Eric W. Noreen Mengenai BEP Analysis, Horngren et al. (1999) mendefinisikan The breakeven point is the level of sales at which revenue equals expenses and net income is zero. Horngren (2000) menyatakan The Breakeven point is that quantity of output where total revenue is equal total cost-that is, where the operating income is zero. Sedangkan Ray H. Garrison and Eric W. Noreen

Gambar 3. Grafik Breakeven Point (Garrison and Noreen, 2000)

2.3.3. Contribution Margin

Menurut Horngren et al. (1999) Contibution margin (CM) or marginal income, which is the sales price minus the variable cost per unit. Terkadang harga per unit dan biaya variabel per unit tidak diketahui. Pada kondisi seperti ini, kita dapat menggunakan contribution margin ratio (CMR) yang merupakan hasil bagi dari contribution margin dengan penjualan.

CM = Sales VCu − ........................................................................(3)

Sales VCu

CMR

= x 100% ..........................................................(4)

Sales

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Perusahaan yang berbentuk profit motif pasti akan berusaha untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah besarnya laba yang bisa diperoleh oleh perusahaan tersebut. Besarnya laba yang bisa diperoleh oleh perusahaan antara lain dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu biaya, harga jual produk dan besarnya volume penjualan.

Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, biaya akan menentukan harga jual, jika biaya untuk memproduksi produk tinggi, maka harga jual secara otomatis akan menyesuaikan. Selanjutnya, jika perusahaan menetapkan harga jual yang cukup tinggi ke produk mereka maka laba yang diperoleh akan semakin tinggi pula. Tetapi perusahaan harus hati-hati dalam penetapan harga jual, karena harga jual akan berpengaruh pada volume penjualan. Konsumen pasti akan mempertimbangkan harga jual sebelum membeli suatu produk, jika dirasa harga jualnya cukup tinggi maka kemungkinan konsumen menjadi enggan untuk membeli. Selanjutnya, volume penjualan akan memiliki pengaruh yang berbanding lurus dengan volume produksi, dan akhirnya volume produksi akan mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk, perlu diperhatikan pula jenis produk apa yang paling disenangi konsumen, hal ini dapat dilihat dari volume penjualan masing-masing produk. Untuk produk yang lebih disenangi konsumen, maka perusahaan harus memproduksi lebih banyak dibanding produk lainnya. Sehingga dalam memproduksi, perusahaan harus memperhatikan kombinasi volume penjualan yang terjadi di pasar.

Oleh karena itu dalam perencanaan, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang penting sehingga untuk perumusan kebijakan yang akan datang, manajemen membutuhkan data Oleh karena itu dalam perencanaan, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang penting sehingga untuk perumusan kebijakan yang akan datang, manajemen membutuhkan data

Salah satu cara yang bisa digunakan oleh manajemen dalam hubungannya dengan biaya, harga jual dan volume penjualan adalah dengan menggunakan analisis titik impas. Dimana penjualan akan sama dengan total biaya. Ini berarti perusahaan tidak mendapat keuntungan ataupun mengalami kerugian.

Dengan melihat titik impas yang ada, selanjutnya manajemen dapat melakukan analisis CVP, sehingga dapat mengambil keputusan terbaik dalam pencapaian laba optimal, yakni mengenai kebijakan harga dan volume penjualan yang harus perusahaan capai. Kerangka pemikiran di atas, dapat disederhanakan dalam bagan berikut ini.

Target Laba Tidak Tercapai

Laba Dipengaruhi

Tetap Semivariabel

Variabel

Volume

Marjin Kontribusi

Penjualan per

per Produk

Produk

Total Total Biaya

Pendapatan

Titik Impas (Metode Breakeven)

Perubahan Biaya, Volume dan Harga Jual Terhadap Laba dan Titik Impas (Analisis CVP)

Alternatif Penjualan Terbaik

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sebuah perusahaan yang memproduksi kasur latex yang bernama PT X. Perusahaan ini bertempat di Jl. Pondok Jagung No. 31 Serpong-Tangerang. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama lima bulan dimulai bulan April sampai bulan Agustus 2006.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Pengumpulan Data

Data dan informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh melalui wawancara pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal ini adalah Kepala Accounting dan Staf Accounting PT X.

Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan, berupa laporan laba rugi (L/R) yang berisi rincian biaya-biaya operasional dan pendapatan perusahaan periode 2003-2005, juga anggaran biaya dan penjualan tahun 2006. Selain itu informasi juga didapat dari buku-buku dan jurnal yang dapat mendukung data primer yang diperoleh.

3.3.2. Pengolahan dan Analisa Data

Untuk mengolah data yang diperoleh, maka langkah yang harus diambil adalah :

1. Menganalisis laporan biaya-biaya operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2003-2005 serta besarnya jumlah penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tersebut.

2. Memisahkan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan menjadi biaya tetap, biaya semivariabel dan biaya variabel. Untuk biaya semivariabel, harus dilakukan pemisahan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan 2. Memisahkan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan menjadi biaya tetap, biaya semivariabel dan biaya variabel. Untuk biaya semivariabel, harus dilakukan pemisahan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan

3. Membuat analisis breakeven berdasarkan data penjualan dan biaya-biaya tetap maupun variabel, sehingga dapat menghasilkan gambaran titik dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun mengalami kerugian.

4. Membuat analisis CVP berdasarkan anggaran biaya dan penjualan tahun 2006 sehingga dapat diketahui langkah apa yang harus diambil perusahaan.

Metode analisis data yang digunakan adalah : Breakeven Point Analysis, perusahaan memproduksi dua merek produk sehingga analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan breakeven point untuk multiple product. Rumus yang akan digunakan;

dimana, BEP = Breakeven Point (dalam rupiah) TFC = Total Fixed Cost VC = Variable Cost P = Price per product Q = Quantity of sales

BEP unit = weighed-average contribution margin per unit

TFC

Cost-Volume-Profit Analysis yang akan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan atau paling tidak berusaha untuk mencapai titik dimana perusahaan mencapai BEP.

1. Menurunkan biaya variabel per unit produk (VCu) Untuk meningkatkan laba perusahaan, biaya variabel harus diturunkan. Jika biaya variabel diturunkan, maka contribution margin akan bertambah, sehingga laba pun akan menjadi lebih besar.

2. Menurunkan biaya tetap (FC) Untuk memperoleh laba yang lebih besar, maka salah satu cara adalah dengan menurunkan biaya tetap.

3. Menaikkan harga jual (P) Dalam proses perencanaan laba, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan harga jual.

4. Menaikkan volume penjualan (Q) Dalam mencapai peningkatan laba, maka volume penjualan harus ditingkatkan. Setelah penjualan mencapai BEP, maka peningkatan penjualan akan menambah laba yang dihasilkan.

Dari hasil analisis CVP yang dilakukan dengan beberapa cara di atas, maka akan dipilih cara mana yang dianggap paling rasional yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan paling sesuai dengan kondisi perusahaan maupun kondisi pasar yang ada.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT X merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi kasur berbahan dasar latex (karet). Perusahaan ini berdiri pada bulan Mei 2000 atas prakarsa dari Bapak Effendy sebagai salah satu pendiri dan pemegang saham terbesar. PT X memiliki sebuah pabrik yang terletak di daerah Serpong, Tangerang. Dengan jumlah karyawan pabrik sebanyak lebih kurang lima puluh orang, PT X mampu menjangkau daerah pemasaran sampai keluar Pulau Jawa seperti Kalimantan.

PT X merupakan perusahaan di bawah lisensi dan teknologi dari Switzerland. Busa latex awalnya diimpor dari Malaysia tetapi kini perusahaan mengimpor dari Belgia karena mampu memberikan latex dengan kualitas yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah. Alasan utama penggunaan latex sebagai bahan dasar adalah karena latex memiliki keunggulan dibanding kapuk, busa maupun pegas. Latex dapat menyangga tulang punggung lebih maksimal, tidak berdebu, anti jamur, tidak panas karena struktur sel latex terbuka sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik, lebih tahan lama yaitu sekitar 15 tahun dan tidak menimbulkan bunyi berderit.

Pada tahun pertama, PT X mengeluarkan produk dengan merek Naturatex yang merupakan produk mahal untuk menjangkau kalangan ekonomi menengah ke atas. Satu tahun kemudian PT X mengeluarkan produk dengan merek Enzel yang merupakan produk dengan harga di bawah Naturatex untuk menjangkau masyarakat ekonomi menengah.

Dalam penjualannya, produk Naturatex dijual dengan sistem direct consumer melalui pameran-pameran yang biasanya diadakan di berbagai tempat seperti Balai Sidang, Jakarta. Produksi Dalam penjualannya, produk Naturatex dijual dengan sistem direct consumer melalui pameran-pameran yang biasanya diadakan di berbagai tempat seperti Balai Sidang, Jakarta. Produksi

4.1.2. Deskripsi Produk PT X mengeluarkan merek Naturatex yang memiliki enam jenis produk (Imperial Classic, Master Rest, Ultra Firm, Elegancia Limited, Elegancia dan Spring Latex Top). Setahun kemudian PT

X mengeluarkan merek Enzel untuk memperluas segmen pasar dengan menawarkan tujuh jenis produk (Orthopedic Latex, Premium Latex, Classic Latex, Econo Latex, Inner Spring Latex, Frolentina dan Romanza). Berikut ini adalah paparan lebih jauh mengenai produk PT X :

1. Imperial Classic (IC) Imperial Classic merupakan produk kelas satu, dengan gaya Eropa klasik memberikan kesan elegan ditambah latex grade satu dan kain penutup 100% katun menambah kenyamanan tidur bagi pemakainya. Selain itu, kain penutupnya dilengkapi oleh resleting yang memungkinkan untuk dicuci.

2. Master Rest (MR) Jenis kedua ini terbuat dari latex grade dua dengan ketebalan

25 cm, dengan kain penutup berjenis kaos sehingga tidak panas saat ditiduri. Master Rest juga memiliki resleting yang memungkinkan dicuci. Rangkanya terbuat dari kayu tropis berkualitas tinggi yang memberikan garansi kuat dipakai dalam jangka panjang.

3. Ultra Firm (UF) Ultra Firm dirancang untuk menyangga tulang belakang. Dengan latex yang lebih keras, memungkinkan menyangga 3. Ultra Firm (UF) Ultra Firm dirancang untuk menyangga tulang belakang. Dengan latex yang lebih keras, memungkinkan menyangga

4. Elegancia Limited (EL) Terbuat dari latex grade tiga. Dengan sandaran yang elegan, jenis ini didesain untuk orang yang peduli akan style dan seni. Sandarannya memiliki meja kecil bersusun di tengah tempat tidur, memungkinkan meletakkan benda-benda seperti bingkai foto maupun jam meja. Selain itu juga dilengkapi dengan resleting.

5. Elegancia (E) Terbuat dari latex grade empat, dan juga dilengkapi dengan sandaran yang memiliki meja kecil bersusun. Memiliki warna kombinasi coklat dan putih yang menarik menambah kesan nyaman dan elegan.

6. Spring Latex Top (SLT) Merupakan produk kombinasi latex dengan per. Latex-nya memiliki ketebalan 10 cm. Per diletakkan di lapisan bawah, sedangkan latex diletakkan di lapisan atas. Jenis ini sengaja dibuat untuk konsumen yang sudah terbiasa menggunakan tempat tidur pegas.

7. Orthopedic Latex (OL) Produk jenis ini merupakan produk kelas satu dari merek Enzel. Menggunakan latex grade satu di kelasnya, dan berbahan penutup berjenis kaos yang tidak panas, juga dilengkapi oleh resleting sehingga memungkinkan untuk dicuci. Memiliki sandaran berjenis Fiesta yaitu sandaran dengan motif berlian (diamond) kecil.

8. Premium Latex (PL) Tempat tidur ini menggunakan latex grade dua di kelas Enzel. Memiliki penutup berbahan kaos dan juga memiliki resleting. Sandarannya berjenis Verona yang simpel dan elegan.

9. Classic Latex (CL) Menggunakan latex grade tiga. Dengan bahan penutup kaos tipis yang tidak memiliki resleting. Sandarannya berjenis Toscano.

10. Econo Latex (ECL) Jenis ini menggunakan latex grade empat. Dengan bahan penutup kaos tipis yang tidak memiliki resleting. Sandarannya berjenis Anasta yang merupakan kombinasi antara Fiesta dan Verona.

11. Inner Spring Latex (ISL) Merupakan kombinasi antara latex dengan per. Berbahan penutup katun yang tidak memiliki resleting. Sandarannya berjenis Krista.

12. Florentina (F) Florentina juga merupakan kombinasi latex dan per. Berbahan penutup katun yang tidak memiliki resleting, sandarannya berjenis Fiesta dengan motif berlian yang lebih besar dibanding Orthopedic Latex.

13. Romanza (R) Jenis yang terakhir ini juga merupakan kombinasi latex dan per. Berbahan penutup katun yang tidak memiliki resleting, sandarannya berjenis Verona. Sistem per dilengkapi “M Guard dan Corner Guard” memberikan topangan yang sehat untuk tulang belakang.

4.2. Pertumbuhan Biaya Operasional Tahun 2003-2005

Biaya operasional merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya operasional dapat dipisahkan menjadi biaya tetap, variabel dan biaya semivariabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak terpengaruh oleh aktivitas produksi. Biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya Biaya operasional merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya operasional dapat dipisahkan menjadi biaya tetap, variabel dan biaya semivariabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak terpengaruh oleh aktivitas produksi. Biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya

Biaya yang termasuk di dalam kategori biaya tetap adalah listrik kantor, gaji karyawan kantor, perlengkapan kantor, telepon, fotocopy, iklan, pos, penyusutan peralatan kantor, penyusutan peralatan pabrik, penyusutan kendaraan, pemeliharaan kendaraan, pemeliharaan peralatan kantor, administrasi, transportasi kantor dan biaya lain-lain. Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, listrik pabrik, transportasi pabrik dan sparepart. Sedangkan dalam prakteknya, penulis hanya menemukan satu jenis biaya semivariabel yang harus dipisahkan. Biaya tersebut adalah biaya listrik.

Perusahaan menggunakan satu jenis rekening untuk penggunaan listrik di pabrik maupun di kantor. Listrik yang digunakan di pabrik merupakan biaya variabel sedangkan listrik yang digunakan di kantor merupakan biaya tetap. Tabel berikut merupakan besarnya biaya listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2003 sampai 2005.

Tabel 1. Biaya semivariabel periode tahun 2003-2005

Nilai (Rp)

Jenis Biaya

Sumber: Data perusahaan Dari Tabel 1 diketahui bahwa biaya listrik pada tahun 2003 sebesar

Rp. 8.350.953 dan pada tahun 2004 sebesar Rp. 8.480.290 atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,55%. Selanjutnya pada tahun 2005 mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp. 11.125.351 atau sebesar 31,19%.

Sedangkan penjualan mengalami pertumbuhan sebesar 75,42% pada tahun 2004 dan 94,73% pada tahun 2005 (Tabel 9). Besarnya pertumbuhan listrik jauh berada dibawah pertumbuhan penjualan (produksi) karena pada tahun 2003 perusahaan sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan promosi sehingga aktivitas kantor menjadi sangat tinggi menyebabkan penggunaan listrik di kantor pun menjadi sangat tinggi. Sehingga penggunaan listrik pada tahun 2003 lebih banyak digunakan untuk aktivitas di kantor daripada di pabrik.

Pada tabel berikut akan disajikan perhitungan pemisahan biaya listrik dengan menggunakan metode Least Square. Variabel bebasnya berupa jam mesin karena kegiatan produksi perusahaan ini menggunakan berbagai macam mesin untuk digunakan dalam proses pemotongan latex, menjahit dan proses Quilting. Sehingga besarnya jam mesin merupakan variabel yang terkait langsung dengan besarnya penggunaan listrik di pabrik yang menjadi dasar pemisahan biaya semivariabel.

Tabel 2. Pemisahan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan variabel

Tahun Jam Beda

Pengkuadratan Perkalian beda mesin

Biaya listrik

Beda dari

rata-rata jam (1)

rata- mesin dengan rata (2)

beda rata-rata biaya listrik (2) x (4)

Sumber: Data perusahaan (diolah)

b = 3.213.711.410/2.277.800 = 1410,9

9.318.864,667 = a + (1410,9) (2365)

a = 6.405.389 Persamaan regresi (y) = a + bx

(y) = 6.405.389 + 1410,9x

dimana : (y) = variabel terikat (biaya listrik) x = variabel bebas (jam mesin)

a = biaya tetap

b = biaya variabel per jam mesin Dari persamaan di atas maka kita dapat menghitung berapa besar

biaya tetap listrik dan berapa biaya variabelnya. Besarnya biaya tetap yaitu Rp. 6.405.389 yang artinya setiap tahunnya pemakaian listrik untuk kantor adalah sebesar angka tersebut. Pada tahun 2003 dan tahun 2005 terjadi kenaikan tarif listrik, ini menegaskan bahwa pada tahun 2004 dan 2005 sebetulnya aktivitas kantor berada pada kondisi normal tetapi karena kenaikan tarif listrik tersebut maka angka biaya listrik untuk kantor menjadi sama saat tahun 2003 yang mengalami kenaikan aktivitas kantor. Biaya variabel berupa perkalian antara jam mesin dengan b (1410,9). Sehingga didapat besarnya biaya listrik yang dipakai untuk aktivitas pabrik.

Tabel 3. Biaya tetap dan biaya variabel (listrik)

Tahun 2005 Biaya

Jenis Tahun 2003

Tahun 2004

Tetap Variabel Tetap Variabel Tetap Variabel

Listrik 6.405.389 1.615.481 6.405.389 2.560.784 6.405.389 4.564.262

Sumber: Data perusahaan (diolah) Setelah dipisahkan menjadi biaya tetap dan variabel, maka dapat

kita hitung keseluruhan biaya variabel. Adapun komponen biaya variabel adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, listrik, transportasi pabrik dan sparepart. Bahan baku langsung terdiri atas latex yang masih diimpor dari Belgia, kain penutup, per, busa, kayu, benang dan resleting.

harian, listrik berupa besarnya biaya penggunaan mesin pabrik. Transportasi pabrik adalah aktivitas pengangkutan bahan baku ke pabrik. Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui bahwa untuk setiap kali angkut, biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 300.000 dan untuk setiap pengangkutan dapat mengangkut bahan baku untuk 20 unit produk. Sparepart adalah suku cadang pabrik yang harus diganti karena rusak atau aus karena kegiatan produksi.

Tabel 4. Biaya variabel periode tahun 2003-2005

Jenis Biaya

Nilai (Rp)

Th 2003 Th 2004 Th 2005

Bahan baku langsung

1.485.761.372 Tenaga kerja langsung

260.937.581

562.457.406

158.214.000 Listrik (bagian variabel)

86.526.000

100.983.332

4.564.262 Transportasi pabrik

1.664.038.134 Sumber: Data perusahaan (diolah)

Total 356.316.212

674.587.622