HAM

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAM ?
2. Bagaimana Perkembangan Perlindungan Hak Asasi Manusia Anak?
3. Apa yang dimaksud kekerasan terhadap perempuan ?
4. Apa saja dampak kekerasan terhadap perempuan ?
5. Apa saja Undang-Undang yang mengatur ?

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak
asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan
lain sebagainya.[ CITATION Fad15 \l 1057 ]
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus
permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran
ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas
sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke

arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas
dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua hak dasar yang paling
fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah
lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia
lainnya sulit akan ditegakkan.
Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi
Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu
pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan
perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan
keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.
HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan
tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia.

A. Sejarah Hak Asasi Manusia
Perjuangan dalam menegakkan hak asasi manusia telah dimulai pada abad
17 oleh seorang filsuf berkebangsaan Inggris bernama John Locke. Locke
merumuskan hak-hak dasar yang dimiliki manusia sejak dilahirkan yakni hak atas
hidup, hak milik, dan hak kebebasan.

Sejarah HAM di Indonesia Pada masa prakemerdekaan
Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke19. Orang Indonesia pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran
mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam
surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan.
Sejarah HAM di Indonesia Pada masa kemerdekaan


Pada masa orde lama
Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang
BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam
UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad
Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai
HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh
HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.



Pada masa orde baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi
terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang

bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila. Karena itu, HAM hanya
diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada
tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik
karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan
disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya
mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan
orde baru.



Pada masa reformasi
Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad
dan komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada era

reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai dengan membaiknya iklim
kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik.
Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi

dua instrumen yang sangat penting dalam penegakan HAM, yaitu
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(ICESCR) menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 2005, dan Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menjadi
Undang-Undang No. 12 tahun 2005. [ CITATION Mat06 \l 1057 ]
B. Ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena
diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan
atas bangsa, ras, atau jenis kelamin.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian
dari manusia secara otomatis
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
melanggar dan membatasi orang lain
Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut:
a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenangwenangan.
b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia

c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab

untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar[ CITATION sad15
\l 1057 ]

C. Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)
a.

Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)
Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,

kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, kebabasan dalam untuk aktif
setiap organisasi atau perkumpulan dan sebagainya.
Contohnya :


Hak Kebebasan dalam mengutarakan atau menyampaikan pendapat.




Hak Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan dan memeluk atau
memilih agama.



Hak Kebabasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-pindah
tempat.



Hak Kebabasan dalam memilih, menentukan organisasi dan aktif dalam
organisasi tersebut.

b. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta
memanfaatkan sesuatu.
Contohnya :


Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.




Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan dan melakukan
perjanjian Kontrak



Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu



Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam memiliki pekerjaan yang
layak.



Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam melakukan transaksi




Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja

c. Hak Asasi Politik (Politik Rights)
Hak Asasi Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
maksunya hak untuk dipilih contohnya : mencalonkan sebagai Bupati , dan
memilih dalam suatu pemilu contohnya memilih Bupati atau Presiden), hak untuk
mendirikan parpol, dan sebagainya.

Contohnya :


Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya
pemilihan presiden dan kepala daerah



Hak Asasi Politik dalam Dipilih dalam pemilihan contohnya pemilihan
bupati atau presiden




Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan
pemerintahan



Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik



Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang
politik



Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang
berupa usulan petisi.

d. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)

Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan.
Contohnya :


Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum



Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.



Hak yang sama dalam proses hukum



Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum

e. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)

Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut dalam masyarkat
yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan
sebagainya.
Contohnya :


Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak



Hak untuk mendapat pelajaran



Hak untuk memilih, menentukan pendidikan



Hak untuk mengembangkan bakat dan minat



Hak untuk mengembangkan Hobi



Hak untuk berkreasi

f. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan (procedural rights), misalnya peraturan dalam hal
penahanan, penangkapan dan penggeledahan.
Contohnya :


Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum



Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum



Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses
hukum baik itu penyelidikan, penggeledahan, penangkapan, dan
penahanan[ CITATION ART15 \l 1057 ]

3.2 Perkembangan Perlindungan Hak Asasi Manusia Anak
Berbagai upaya yang ditujukan bagi perlindungan dan pemajuan HAM di
Indonesia merupakan hal yang sangat strategis sehingga memerlukan perhatian
dari seluruh elemen bangsa. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan
anak diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang
dapat menjamin pelaksanaannya. Berbagai batasan anak dapat ditemukan dalam
beberapa peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, namun pada
prinsipnya keragaman batasan tersebut mempunyai implikasi yang sama yaitu
memberikan perlindungan pada anak.
Dari segi regulasi, peraturan terkait perlindungan terhadap hak asasi anak
dimulai dengan Convention on the Rights of the Child/Konvensi tentang Hak-hak
Anak (KHA). Konvensi ini disetujui oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20
November 1989 dan diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden
Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The
Child (konvensi tentang hak-hak anak) tanggal 25 Agustus 1990.
Selanjutnya, beberapa ketentuan dalam peraturan perundang-undangan juga
mengatur tentang pentingnya perlindungan terhadap hak asasi anak. Hal ini dapat

dilihat dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana hak
asasi anak mendapat tempat tersendiri dalam Undang-undang ini. Anak
merupakan subjek hukum yang sangat rentan dalam proses penegakan hukum
khususnya dalam proses peradilan. Hak anak dalam proses peradilan menurut
Undang-Undang antara lain yaitu:
1. Tidak dianiaya, disiksa, atau dihukum secara tidak manusiawi;
2. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup:
3. Tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum;
4. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara secara melawan hukum, atau jika
sebagai upaya yang terakhir (measure of the last resort);
5. Diperlakukan secara manusiawi dalam proses peradilan pidana;
6. Hak atas bantuan hukum, untuk membela diri dan memperoleh keadilan di
Pengadilan Anak yang bebas dan tidak memihak.
Perlindungan anak juga diatur dalam Undang-undang tersendiri yaitu UndangUndang Nomor 23 tahun 2002. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya
anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Beberapa
ketentuan yang diatur secara umum dalam Undang-Undang ini antara lain prinsipprinsip dasar sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak, Hak dan Kewajiban Anak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dan Pemerintah, Kewajiban dan
Tanggung Jawab Masyarakat, Kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan
Orang

Tua,

Kedudukan

Anak,

Pengasuhan

dan

pengangkatan

anak,

Penyelenggaraan perlindungan anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Indonesia juga sudah meratifikasi konvensi mengenai usia minimum anak
diperbolehkan bekerja, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang
Pengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to
Employment (Konvensi ILO Mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan
Bekerja). Sebelumnya, dalam Konvensi No. 5 Tahun 1919 mengenai Usia
Minimum untuk sektor Industri, Konvensi No. 7 Tahun 1920 mengenai Usia
Minimum untuk Sektor Kelautan, Konvensi No. 10 Tahun 1921 mengenai Usia

Minimum untuk Sektor Agraria, dan Konvensi No. 33 Tahun 1932 mengenai Usia
Minimum untuk Sektor Non Industri, menetapkan bahwa usia minimum untuk
bekerja 14 (empat belas) tahun. Selanjutnya Konvensi No. 58 Tahun 1936
mengenai Usia Minimum untuk Kelautan, Konvensi No. 59 Tahun 1937 mengenai
Usia Minimum untuk Sektor Industri, Konvensi No. 60 Tahun 1937 mengenai
Usia Minimum untuk Sektor Non Industri, dan Konvensi No. 112 Tahun 1959
mengenai Usia Minimum untuk Pelaut, mengubah usia minimum untuk bekerja
menjadi 15 (lima belas) tahun. Dalam penerapan berbagai Konvensi tersebut di
atas di banyak negara masih ditemukan berbagai bentuk penyimpangan batas usia
minimum untuk bekerja. Oleh karena itu ILO merasa perlu menyusun dan
mengesahkan konvensi yang secara khusus mempertegas batas usia minimum
untuk diperbolehkan bekerja yang berlaku di semua sektor yaitu 15 (lima
belas) tahun.[ CITATION Dwi10 \l 1057 ]
3.3 Maksud Kekerasan terhadap perempuan
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis,
kelainan perkembangan atau perampasan hak. Secara filosofis, fenomena
kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan antarpribadi, di mana
orang tidak lagi bisa duduk bersama untuk memecahkan masalah. Hubungan yang
ada hanya diwarnai dengan ketertutupan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan.
Dalam hubungan seperti ini, tidak ada dialog, apalagi kasih. Semangat mematikan
lebih besar daripada semangat menghidupkan, semangat mencelakakan lebih
besar daripada semangat melindungi. Memahami tindak-tindak kekerasan di
Indonesia yang dilakukan orang satu sama lain atau golongan satu sama lain dari
perspektif ini, terlihat betapa masyarakat kita sekarang semakin jauh dari
menghargai dialog dan keterbukaan. Permasalahan sosial biasa bisa meluas
kepada penganiayaan dan pembunuhan. Secara teologis, kekerasan di antara
sesama manusia merupakan akibat dari dosa dan pemberontakan manusia. Kita
tinggal dalam suatu dunia yang bukan saja tidak sempurna, tapi lebih menakutkan,

dunia yang berbahaya. Orang bisa menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari
tipu

muslihat,

pemerasan,

penyerangan,

pemerkosaan,

penganiayaan,

pengeroyokan, sampai pembunuhan. Menghadapi kenyataan ini, ada dua bentuk
perlawanan yang dilakukan sejauh ini dengan bernafaskan ajaran cinta damai.
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang dikenakan pada
seseorang semata-mata karena dia perempuan yang berakibat atau dapat
menyebabkan kesengsaraan/penderitaan secara fisik, psikologis atau seksual.
Termasuk juga ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di muka umum maupun
dalam kehidupan pribadi. (pasal 1, Deklarasi Internasional Penghapusan
Kekerasan terhadap Perempuan, 1993).
BISA TERJADI DI MANA SAJA?
Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :


Lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;



masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktekpraktek budaya yang merugikan perempuan/anak perempuan.



wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas publik
yang tidak peka gender yang memungkinkan untuk terjadinya kekerasan,
maupun tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat.[ CITATION ayu14 \l
1057 ]

3.4 Dampak kekerasan terhadap perempuan
APA SAJA DAMPAKNYA?
Pada Korban :


Kesehatan Fisik: memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan
luka dalam), gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan,
perilaku seksual beresiko, gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan,
keguguran/ melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, terinfeksi
penyakit menular seksual, HIV/AIDS



Kesehatan Mental: depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku obsesif
kompulsif, disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma



Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit
berkonsentrasi, berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis,
atau memenuhi panggilan polisi/meng-hadiri sidang.



Fatal:

bunuh

diri,

membunuh/melukai

pelaku,

kematian

karena

aborsi/kegugur-an/AIDS
Pada Anak :


Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah.



Terhambatnya kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan positif
dengan orang lain,



Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri



Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban kekerasan
yang serupa di masa remaja/dewasanya

Pada Masyarat & Negara :


Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta
dalam kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat.



Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun pengadilan,
serta biaya untuk perawatan kesehatan bagi korban



Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
Pencegahan, penanganan korban dan pelaku
semua

pihak:

laki-laki,

perempuan,

adalah tanggung jawab

lingkungan

tetangga,

tokoh

agama/masyarakat, lembaga pendidikan/ agama, dunia usaha maupun pemerintah.
Kerjasama antara pusat penanganan krisis bagi perempuan korban (women’s crisis
center) dengan masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah merupakan suatu
kemutlakan.
Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada
masih jauh dari memadai. Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini
lebih berat dirasakan.
Khusus tentang dukungan bagi korban untuk dapat melanjutkan hidupnya
secara mandiri, sehat dan bermartabat, dibutuhkan beragam dukungan yang

bentuknya fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan korban, dan
bersifat memberdayakan.[ CITATION ayu14 \l 1057 ]

3.5 Undang-Undang yang Mengatur HAM
Undang Undang Dasar Tahun 1945
Jaminan perlindungan atas hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang
Undang Dasar Tahun 1945, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, Pasal 27
Ayat (1)
2) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Pasal 27 Ayat (2)
3) Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan, Pasal 28
4) Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, Pasal 29
Ayat (2)
5) Hak dalam usaha pembelaan negara, Pasal 30
6) Hak mendapat pengajaran, Pasal 31
7) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, Pasal
32
8) Hak di bidang perekonomi, Pasal 33
9) Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal
34[ CITATION Pan16 \l 1057 ]
UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999
1) BAB I KETENTUAN UMUM: Pasal 1
2) BAB II ASAS - ASAS DASAR Pasal 2-8
3) BAB III HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN DASAR MANUSIA:
Pasal 9-66
4) BAB IV KEWAJIBAN DASAR MANUSIA: Pasal 67-70
5) BAB V KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH: Pasal
71-72
6) BAB VI PEMBATASAN DAN LARANGAN: Pasal 73-74

7) BAB VII KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA: Pasal 75-99
8) BAB VII PARTISIPASI MASYARAKAT: Pasal 100-103
9) BAB IX PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA: Pasal 104
10)

BAB X KETENTUAN: [ CITATION sad15 \l 1057 ][ CITATION

Dwi10 \l 1057 ][ CITATION Dwi10 \l 1057 ][ CITATION ayu14 \l 1057 ]
[ CITATION Pan16 \l 1057 ][ CITATION DPR14 \l 1057 ]Pasal
105[ CITATION DPR14 \l 1057 ]

DAFTAR PUSTAKA
1. Fadhillah. MAKALAH PKN TENTANG HAM. [Online] blogspot.co.id, 06
May 2015. http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/12/makalah-pkntentang-ham.html.
2. Ajar, Materi Bahan. Jelaskan Sejarah Perkembangan Hak Asasi
Manusia di Indonesia! [Online] 2014, 06 06.
http://suprijono.blogspot.com/2015/02/jelaskan-sejarah-perkembanganhak-asasi-manusia-di-indonesia.html.
3. ega, sadega. MAKALAH. MAKALAH HAM. [Online] blogspot.co.id, 13
October 2015.
http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id/2015/10/makalahham.html.
4. ARTIKELSIANA. Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM) dan
Penjelasannya. [Online] artikelsiana.com, 17 01 2015.
http://www.artikelsiana.com/2014/11/macam-macam-hak-asasimanusia-ham.html.
5. Yanto, Dwi. Perlindungan Hak Asasi Manusia Anak di Indonesia:
Perkembangan, Implementasi, dan Rekomendasi. [Online]
wordpress.com, 28 October 2010.
https://nunutngombe.wordpress.com/2010/10/28/perlindungan-hakasasi-manusia-anak-di-indonesia-perkembangan-implementasi-danrekomendasi-dwi-yanto/.
6. ayuresanf. Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan. [Online]
wordpress.com, 14 November 2014.
https://ayuresanf.wordpress.com/2014/11/14/makalah-kekerasanterhadap-perempuan/.
7. Panji.ades. Undang Undang yang Mengatur tentang HAM : HAM.
[Online] blogspot.co.id, 20 December 2016.
http://panjiades.blogspot.co.id/2016/11/undang-undang-yangmengatur-tentang-ham.html.
8. RI, DPR. UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Instrumen HAM Nasional. [Online] elsam.or.id, 12 08 2014.
http://referensi.elsam.or.id/2014/08/uu-ri-no-39-tahun-1999-tentanghak-asasi-manusia/.