Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah
PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI
PENYERAP KARBONDIOKSIDA DI KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
BARIKA AYU SABATINI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Luasan
Optimal Hutan Kota sebagai Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Barika Ayu Sabatini
NIM E34090020
ABSTRAK
BARIKA AYU SABATINI. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai
Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Dibimbing oleh
ENDES NURFILMARASA DACHLAN dan SITI BADRIYAH RUSHAYATI.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah yang sedang mengalami
perkembangan pesat. Perkembangan wilayah ini mengakibatkan beberapa hal
seperti aktivitas penduduk dan transportasi semakin meningkat. Pembangunan
yang terus meningkat di perkotaan cenderung mengabaikan keberadaan lahanlahan bervegetasi. Hal tersebut berakibat terhadap meningkatnya emisi gas
karbondioksida (CO2) dari kendaraan bermotor dan berbagai aktivitas lain dari
penduduk kota yang terus meningkat. Penerapan konsep hutan kota merupakan
salah satu cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hidup di
wilayah perkotaan dengan menyerap CO2 yang ada di udara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui luasan optimal hutan kota berdasarkan emisi
karbondioksida yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak dan gas serta manusia.
Penelitian dilakukan dengan observasi lapang dan studi pustaka. Emisi CO2 di
Kabupaten Tegal pada tahun 2011 ialah sebesar 66 879 965.11 ton sehingga luas
hutan kota yang dibutuhkan adalah 1 148 004.12 ha. Hutan kota yang ada di
Kabupaten Tegal saat ini adalah seluas 1.03 ha sehingga masih perlu penambahan
luas hutan kota. Emisi CO2 terus meningkat mencapai 80 427 512.27 ton pada
tahun 2025 sehingga kebutuhan luas hutan kota pada tahun tersebut seluas 1 380
549.70 ha.
Kata kunci: emisi, hutan kota, Kabupaten Tegal, karbondioksida
ABSTRACT
BARIKA AYU SABATINI. Determination of Optimum Urban Forest Area as
Carbondioxide Sink In Tegal Regency Central Java. Supervised by ENDES
NURFILMARASA DACHLAN and SITI BADRIYAH RUSHAYATI.
Tegal Regency is a city that is experiencing rapid development. This
development makes things such as people’s activities and transportation increases.
It tends to ignore the presence of lands that have vegetation. It makes
carbondioxide (CO2) gas emission from transportation and people increases.
Urban forest concept is one of effective and efficient way to improve life quality
in urban areas through its ability to absorb the CO2 from the air. This research was
to explore optimal area of urban forest based on CO2 emissions that are generated
by oil and gas fuel and humans. This research was done by field observation and
literature studies. CO2 emissions in Tegal on 2011 amounted to 66 879 965.11
ton, so urban forest area that needed tends to 1 148 004.12 ha. Tegal Regency now
have 1.03 ha of urban forest area, so it needs to be enhanced. CO2 emissions
increases each year. It will reach to 80 427 512.27 ton on 2025, so it requires
1380549.70 ha of urban forest area on that year.
Keywords: carbon dioxide, emissions, Tegal, urban forest
PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI
PENYERAP KARBONDIOKSIDA DI KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
BARIKA AYU SABATINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi
:
Nama
NIM
:
:
Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai Penyerap
Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah
Barika Ayu Sabatini
E34090020
Disetujui oleh
Dr Ir Endes N Dachlan, MS
Pembimbing I
Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Oktober 2013
ini ialah hutan kota, dengan judul Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai
Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Endes N Dachlan, MS
dan Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi selaku pembimbing. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak Bappeda Kabupaten Tegal, BPS
Kabupaten Tegal, BLH Kabupaten Tegal, BPS Jawa Tengah, serta Pertamina Unit
IV dan seluruh pihak lainnya yang telah membantu selama proses pengambilan
data dan penyusunan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Barika Ayu Sabatini
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Asumsi
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
7
Kebutuhan Luas Hutan Kota
8
Pengembangan Hutan Kota di Kabupaten Tegal
SIMPULAN DAN SARAN
10
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data penelitian
2 Nilai kalori bersih dan faktor emisi bahan bakar
3 Kebutuhan luasan hutan kota tiap kecamatan di Kabupaten Tegal
berdasarkan PP RI No. 63 Tahun 2002
4 Emisi CO2 di Kabupaten Tegal Tahun 2011
5 Prediksi emisi CO2 dan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
tahun 2015 hingga 2025
6 Lokasi dan luas hutan kota Kabupaten Tegal tahun 2013
7 Kebutuhan luas hutan kota dengan variasi jenis tumbuhan berdaya
serap CO2 sangat tinggi dan tinggi
3
5
8
9
10
11
13
DAFTAR GAMBAR
1 Peta administrasi Kabupaten Tegal
2 Perbandingan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
berdasarkan PP RI No. 63 tahun 2002 dan emisi CO2 pada
tahun 2011, 2015, 2020, dan 2025
3 Perbedaan kebutuhan luasan hutan kota tidak berdasarkan
komposisi jenis tumbuhan dengan berdasarkan komposisi
jenis tumbuhan berdaya serap CO2 sangat tinggi dan tinggi
2
10
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kota sebagai pusat permukiman, industri, pertanian, dan
perdagangan telah membuat kota mengalami perubahan lingkungan fisik lahan
yang semakin padat oleh berbagai infrastruktur sehingga menimbulkan dampak
terhadap kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. Apabila perubahan
lingkungan fisik tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan ruang terbuka
hijau maka dapat menyebabkan menurunnya kualitas air dan udara, berkurangnya
daerah
tangkapan
air,
dan
peningkatan
pencemaran
lingkungan.
Ketidakseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan dapat terlihat
dari pengalihfungsian lahan-lahan bervegetasi menjadi pusat pertokoan,
permukiman, industri, dan perkantoran. Peningkatan aktivitas di sektor
transportasi juga merupakan salah satu indikasi perkembangan kota tersebut.
Pembangunan yang terus meningkat di perkotaan cenderung mengabaikan
keberadaan lahan-lahan bervegetasi. Hal tersebut berakibat terhadap peningkatan
emisi gas karbondioksida (CO2) dari kendaraan bermotor, limbah industri, dan
berbagai aktivitas lain dari penduduk kota yang terus meningkat pula.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah yang sedang mengalami
perkembangan pesat. Perkembangan wilayah ini mengakibatkan beberapa hal
seperti aktivitas penduduk dan transportasi semakin meningkat. Jumlah penduduk
Kabupaten Tegal semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk ratarata sebesar 1.33% sejak tahun 2003 hingga 2012 (BPS Kab. Tegal 2012).
Konsumsi bahan bakar minyak dan gas juga semakin meningkat dengan
peningkatan rata-rata sebesar 17.61% untuk bensin, 14.37% untuk solar sejak
tahun 2002 hingga 2011 dan sebesar 7 132% untuk LPG sejak tahun 2005 sampai
2011 (BPS Jateng 2012). Peningkatan aktivitas tersebut mengakibatkan suhu
udara rataan tahunan di Kabupaten Tegal meningkat sebesar 1 oC dari tahun 1995
hingga tahun 2010 (BPS Kab.Tegal 2012 & BPS Jateng 2012). Suhu udara yang
semakin meningkat mengakibatkan kondisi kota menjadi kurang nyaman bagi
penduduk untuk melakukan berbagai aktivitas.
Kondisi kota yang sehat dan nyaman merupakan impian dari semua elemen
masyarakat. Penerapan konsep hutan kota dalam perencanaan tata kota merupakan
salah satu cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hidup di
wilayah Kabupaten Tegal. Menurut Dahlan (1992), hutan kota dapat meredam
pemanasan udara di kota karena hutan kota memiliki kemampuan ameliorasi iklim
mikro dan dapat menurunkan konsentrasi gas karbondioksida yang merupakan
salah satu gas rumah kaca. Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai kawasan
hijau pertamanan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau pertanian,
kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau jalur
hijau dan kawasan hijau pekarangan yang mampu meningkatkan kandungan
oksigen (O2) di udara dan air (H2O) dalam tanah.
Keberadaan hutan kota di Kabupaten Tegal diharapkan dapat menyerap gas
karbondioksida di udara, mengurangi kenaikan suhu udara, mengurangi
kebisingan, menyaring partikel debu, dan partikel-partikel pencemar lainnya
sehingga akan meningkatkan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan. Penentuan
2
luasan optimal hutan kota di Kabupaten Tegal perlu dilakukan untuk menjaga
keseimbangan lingkungan terutama dalam menyerap gas karbondioksida dan
memberi kenyamanan bagi penduduk dalam berbagai aktivitas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji luas hutan kota yang ada dan
memprediksi luas hutan kota yang dibutuhkan sebagai penyerap karbondioksida
pada tahun 2015, 2020, dan 2025 di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
Pemerintah Daerah Tegal dalam proses pengambilan keputusan untuk
perencanaan, pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan hutan kota serta
memberikan alternatif solusi dalam pengembangan hutan kota di Kabupaten
Tegal.
Asumsi
Pendekatan CO2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sistem tertutup sesuai dengan penelitian Umam (2013). Pada sistem ini emisi CO2
yang dihitung hanya yang berasal dari sumber emisi CO2 dari penduduk dan
penggunaan bahan bakar minyak dan gas di Kabupaten Tegal, sedangkan emisi
CO2 yang bersumber dari luar kota diabaikan. Serapan CO2 hanya dilakukan oleh
hutan kota yang ada di Kabupaten Tegal. Selain itu komponen lain yang diabaikan
adalah pengaruh angin darat dan angin laut yang dapat membawa emisi CO2 dari
satu lokasi ke lokasi yang lain.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah
dari bulan Juli hingga Oktober 2013.
Gambar 1 Peta administrasi Kabupaten Tegal (Bappeda Kab. Tegal 2008)
3
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera, dan
software Microsoft Office. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kebutuhan bahan bakar serta jumlah penduduk Kabupaten Tegal, data hutan kota,
serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tegal.
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan observasi dan pengamatan langsung di
lokasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang berkaitan
dengan penelitian, peta-peta dan studi pustaka.
Observasi dilakukan dengan melihat langsung ke lokasi tempat beradanya
hutan kota. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata di lapangan
mengenai kondisi biofisik terutama mengenai lokasi-lokasi hutan kota, tamantaman kota, jalur hijau, dan bentuk hutan kota lainnya.
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dianggap
penting yang dapat menunjang penelitian yang dilakukan di lapangan dan menjadi
dasar dalam penentuan luasan hutan kota. Adapun instansi yang terkait antara
lain: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten Tegal, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, Pertamina Unit IV
untuk pemasaran Kabupaten Tegal, serta Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa
Tengah. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jenis Data
Sumber Data
Keadaan iklim (curah hujan, suhu udara, BPS Kabupaten Tegal
kelembaban udara) dan demografi penduduk
Geografi, luas wilayah, batas wilayah
BPS
dan
Bappeda
Kabupaten Tegal
Tata guna lahan
Bappeda Kabupaten Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah
Bappeda Kabupaten Tegal
Kepadatan dan jumlah penduduk
BPS Kabupaten Tegal
Bentuk, luas dan jumlah hutan kota
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Tegal
Konsumsi bahan bakar
Pertamina Unit IV dan
(Bensin, Solar, dan Liquid Petroleum Gas (LPG)) BPS Jawa Tengah
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui apakah luasan hutan kota
yang ada di Kabupaten Tegal saat ini telah memenuhi standar optimal atau belum.
Kebutuhan luas hutan kota dihitung berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dan berdasarkan kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2.
4
Kebutuhan luas hutan kota dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota kemudian dihitung berdasarkan
kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
manusia serta dari pembakaran bahan bakar minyak (bensin dan solar) dan bahan
bakar gas berupa LPG.
1.
Penentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63
Tahun 2002
Analisis kebutuhan luas hutan kota dilakukan berdasarkan PP RI No. 63
tahun 2002 tentang Hutan Kota. Dalam Pasal 8 ditetapkan bahwa luas hutan kota
dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 ha. Sedangkan persentase
luas hutan kota paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan
dengan kondisi setempat.
2.
Penentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Fungsi sebagai Penyerap
Karbondioksida (CO2)
Metode yang digunakan untuk memperkirakan total emisi CO2 ialah metode
yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun
1996 tentang guidelines untuk inventarisasi gas rumah kaca. Sumber emisi yang
diperhitungkan berasal dari energi (bahan bakar minyak dan gas) dan penduduk.
a.
Energi
Energi dari bahan bakar yang digunakan oleh industri, transportasi, dan
rumah tangga merupakan sumber penghasil emisi CO2 di udara, emisi tersebut
dihasilkan dari proses pembakaran. Untuk mengukur aktivitas energi yang
berhubungan dengan emisi CO2 adalah dengan mengetahui jenis bahan bakar
yang digunakan serta jumlah konsumsi bahan bakar yang dipakai oleh industri,
transportasi, dan rumah tangga. Jumlah konsumsi bahan bakar dapat dicari dengan
cara:
Ci (TJ tahun-1) = ai (103 ton tahun-1) x bi (TJ 10-3 ton)
Keterangan:
C = jumlah energi yang dihasilkan dari konsumsi bahan bakar (TJ tahun-1)
a = konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis bahan bakar (103 ton tahun-1)
b = nilai kalori bersih berdasarkan jenis bahan bakar (TJ 10-3 ton)
i = jenis bahan bakar (bensin, solar, dan LPG)
Kandungan karbon yang terdapat pada tiap bahan bakar minyak maupun
gas dihitung dengan cara:
Em Ci (ton C tahun-1) = Ci (TJ tahun-1) x di (ton C TJ-1)
Keterangan:
Em Ci = kandungan karbon berdasarkan jenis bahan bakar (ton C tahun-1)
di
= faktor emisi karbon berdasarkan jenis bahan bakar (ton C TJ-1)
Emisi karbon aktual yang dihasilkan dari setiap bahan bakar dihitung
dengan cara:
Ema Ci (ton C tahun-1) = Em Ci (ton C tahun-1) x f
Keterangan:
Ema Ci = emisi karbon aktual berdasarkan jenis bahan bakar
(ton C tahun-1)
f
= fraksi CO2, fraksi CO2 untuk bahan bakar minyak adalah 0.99
sedangakan untuk bahan bakar gas adalah 0.995 (IPCC 1996)
5
Sehingga total emisi CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan
gas dapat diperoleh dengan cara:
Ei (ton CO2 tahun-1) = Ema Ci (ton C tahun-1) x (44/12)
Keterangan:
Ei = emisi CO2 aktual berdasarkan jenis bahan bakar (ton CO2 tahun-1)
Nilai kalori bersih dan faktor emisi karbon tiap jenis bahan bakar berbeda.
Nilai kalori bersih dan faktor emisi karbon berdasarkan jenis bahan bakar
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Nilai kalori bersih dan faktor emisi bahan bakar
Bahan bakar
Bensin
Solar
LPG
Nilai kalori bersih (TJ 10-3 ton) (b)
44.80
43.33
47.31
Faktor emisi (ton C TJ-1) (d)
18.9
20.2
17.2
Keterangan: TJ = Tera Joule (109 Joule)
Sumber : IPCC (1996)
b.
Karbondioksida yang dihasilkan penduduk
Karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia selama aktivitasnya ialah
sebesar 0.96 kg hari-1 (Grey & Deneke 1978). Angka tersebut juga berarti manusia
menghasilkan CO2 sebesar 39,6 g jam-1 (Goth 2005 diacu dalam Dahlan 2007).
Rumus perhitungan karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk di Kabupaten
Tegal adalah sebagai berikut:
M = JPT(t) x Kp
Keterangan:
M
= Karbon dioksida yang dihasilkan penduduk pada tahun ke t
(ton CO2 tahun-1)
JPT(t) = Jumlah penduduk terdaftar pada tahun ke t (jiwa)
Kp = Jumlah karbon dioksida yang dihasilkan manusia yaitu 0.96 kg CO2
jiwa-1 hari-1 (0.3504 ton CO2 jiwa-1 tahun-1)
3.
Penentuan luas hutan kota berdasarkan fungsi penyerap CO2
Kebutuhan akan luasan optimum hutan kota berdasarkan daya serap CO 2
dapat diperoleh dari kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2. Pendekatan
yang digunakan untuk menentukan luasan tersebut adalah dengan
memprediksikan kebutuhan hutan kota berdasarkan daya serap CO2 serta
membandingkannya dengan kondisi hutan kota sekarang. Kebutuhan hutan kota
diperoleh dari jumlah emisi CO2 yang terdapat di Kabupaten Tegal dibagi dengan
kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2 yaitu dengan rumus:
L (ha) = E (ton CO2 tahun-1) + M (ton CO2 tahun-1)
K (ton tahun-1 ha-1)
Keterangan:
L = Kebutuhan luasan hutan kota (ha)
E = Total emisi CO2 dari energi (ton CO2 tahun-1)
M = Total emisi CO2 dari manusia (ton CO2 tahun-1)
K = Nilai serapan CO2 oleh hutan (pohon) sebesar 58.2576 CO2 (ton
tahun-1 ha-1), menurut (Iverson et al. 1993)
6
Setelah mendapatkan nilai kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan daya
serap CO2 maka akan diketahui seberapa luas hutan kota yang harus disediakan
oleh Pemerintah Kabupaten Tegal. Penambahan luasan hutan kota yang harus
disediakan diperoleh dengan cara:
L (ha) = A (ha) – B (ha)
Keterangan:
L = Penambahan luasan hutan kota (ha)
A = Kebutuhan hutan kota (ha)
B = Luas hutan kota saat ini (ha)
4.
Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Kabupaten Tegal pada tahun 2015, 2020,
dan 2025
Penentuan kebutuhan luasan hutan kota di Kabupaten Tegal didasarkan atas
perubahan emisi CO2 yang terdapat di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sampai
dengan tahun 2025 sesuai dengan pembangunan daerah dalam jangka waktu 25
tahun. Data perkiraan emisi ini diperoleh dari perhitungan sumber emisi yang
berasal dari energi (bahan bakar minyak dan gas) dan manusia.
a.
Pendugaan Jumlah Konsumsi Bahan Bakar
Data jumlah konsumsi bahan bakar minyak dan gas (bensin, solar, dan
LPG) Kabupaten Tegal diperoleh dari Pertamina. Data yang digunakan ialah data
tahun 2011. Konsumsi bahan bakar minyak dan gas pada tahun 2015, 2020, dan
2025 dihitung dengan menggunakan konsumsi bahan bakar per kapita (Dahlan
2007). Konsumsi bahan bakar per kapita dihitung dengan rumus:
Konsumsi bahan bakar per kapita = Konsumsi bahan bakar
Jumlah penduduk
Sehingga konsumsi bahan bakar pada tahun-tahun berikutnya didapatkan dari:
Konsumsi bahan bakar tahun t = konsumsi bahan bakar per kapita x prediksi
jumlah penduduk tahun t
b.
Pendugaan jumlah penduduk
Data jumlah penduduk diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal. Perhitungan
yang digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk pada tahun 2015, 2020,
dan 2025 adalah berdasarkan pada perhitungan laju rata-rata pertumbuhan
penduduk. Perhitungan jumlah penduduk untuk tahun yang akan datang dengan
cara:
Pt = Po (1+r)t
Keterangan:
Pt
= Populasi penduduk pada akhir periode waktu ke t
Po = Populasi penduduk pada awal periode waktu ke t
r
= Rata-rata pertambahan jumlah penduduk
t
= Selisih tahun
Prediksi kebutuhan hutan kota pada tahun ke t diperoleh dari perkiraan jumlah
emisi CO2 dari bahan bakar minyak dan gas serta dari penduduk yang terdapat di
Kabupaten Tegal dibagi dengan kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2.
L (ha) = E (ton CO2 tahun-1) + M (ton CO2 tahun-1)
K (ton tahun-1 ha-1)
7
Keterangan:
L = Kebutuhan luasan hutan kota (ha)
E = Total emisi CO2 dari energi (ton CO2 tahun-1)
M = Total emisi CO2 dari manusia (ton CO2 tahun-1)
K = Nilai serapan CO2 oleh hutan (pohon) sebesar 58.2576 CO2 (ton
tahun-1 ha-1), menurut (Iverson et al. 1993)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang terdiri dari 18 kecamatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota
Tegal dan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Pemalang di timur, Kabupaten
Banyumas di Selatan, serta Kabupaten Brebes di selatan dan barat. Bagian utara
kabupaten ini merupakan dataran rendah, bagian selatan merupakan pegunungan
yang berpuncak di Gunung Slamet (3 428 m) yang merupakan gunung tertinggi di
Jawa Tengah. Terdapat rangkaian perbukitan yang tidak terlalu terjal di
perbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Selain itu, di Kabupaten Tegal terdapat
dua sungai besar yang mengalir, yaitu Kali Gung dan Kali Erang, keduanya
bermata air di hulu Gunung Slamet (Pemkab Tegal 2011).
Kabupaten Tegal terletak di 108o57'6" sampai dengan 109o21'30" Bujur
Timur dan antara 6o50'41" sampai dengan 7°15'30" Lintang Selatan dan
mempunyai letak yang sangat strategis pada jalan Semarang - Tegal - Cirebon
serta Semarang - Tegal - Purwokerto dan Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di
Kota Tegal. Luas wilayah daratan Kabupaten Tegal sebesar 87 878.555 ha
(878.79 km2) dan luas wilayah lautannya sebesar 121.50 km2 sehingga total luas
wilayahnya sekitar 901.52 km2. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tegal
antara lain adalah Aluvial (34.93%), Regosol (24%), Latosol (23.69%), Grumosol
(9.42%), Andosol (4.29%) dan jenis lain-lain (3.67%). Tanah Aluvial merupakan
jenis terluas yang ada di Kabupaten Tegal yaitu seluas 30 698.575 hektar yang
merupakan tanah potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti padi,
palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan dan lain-lain (Pemkab Tegal 2011).
Berdasarkan ketinggian dari permukaan lautnya, Kabupaten Tegal dibagi
menjadi empat wilayah, yaitu wilayah Kramat dan sekitarnya dengan ketinggian
11 m, wilayah slawi dan sekitarnya dengan ketinggian 42 m, wilayah Lebaksiu
dan sekitarnya dengan ketimggian 135 m, dan wilayah Bumijawa dan sekitarnya
dengan ketinggian 949 m. Sedangkan secara topografinya, Kabupaten Tegal
dibagi menjadi tiga, yaitu daerah pantai yang meliputi Kecamatan Kramat,
Surodadi, dan Warurejo; daerah dataran rendah yang meliputi Kecamatan
Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu,
sebagian wilayah Surodadi, Warurejo, Kedungbanteng dan Pangkah; serta daerah
dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang,
Bumijawa, Bojong dan sebagian Pangkah, Kedungbanteng (Pemkab Tegal 2011).
Kabupaten Tegal beriklim tropis, dengan rata-rata curah hujan tahunan
sebesar 825.00 mm, kelembaban udara rata-rata sebesar 82% dan tekanan udara
rata-rata 1 009.7 hPa pada tahun 2010 (BPS Kabupaten Tegal 2010).
8
Kebutuhan Luas Hutan Kota
Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63
Tahun 2002
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak minimal seluas
0.25 ha sedangkan persentase luas hutan kota di suatu daerah minimal sebesar
10% dari luas wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi wilayah (PP RI
No. 63 Tahun 2002).
Menurut BPS Kabupaten Tegal (2012), luas wilayah daratan Kabupaten
Tegal ialah sebesar 87 879 ha. Dengan demikian jika berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002, luas hutan kota yang dibutuhkan Kabupaten
Tegal adalah seluas 8 787.9 ha. Kecamatan terluas di Kabupaten Tegal yaitu
Kecamatan Bumijawa dengan luas 8 856 ha mempunyai kebutuhan luas hutan
kota tertinggi yaitu seluas 885.6 ha. Kecamatan dengan luasan tersempit, yaitu
Kecamatan Slawi, mempunyai kebutuhan luas hutan kota terendah seluas 144.8 ha
(Tabel 3). Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Tegal menyatakan saat ini
hutan kota yang ada di Kabupaten Tegal ialah seluas 10 303 m2 atau 1.03 ha. Luas
tersebut belum memenuhi kebutuhan minimal hutan kota berdasarkan PP RI No.
63 Tahun 2002 sehingga hutan kota masih perlu ditambah seluas 8 786.87 ha.
Tabel 3 Kebutuhan luasan hutan kota tiap kecamatan di Kabupaten Tegal
berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Adiwerna
Balapulang
Bojong
Bumijawa
Dukuhturi
Dukuhwaru
Jatinegara
Kd. banteng
Kramat
Lebaksiu
Margasari
Pagerbarang
Pangkah
Slawi
Suradadi
Talang
Tarub
Warureja
Total
Luas Area
Ha
2 385
7 491
5 852
8 856
1 748
2 666
7 962
8 667
3 849
4 095
8 686
4 300
3 551
1 448
5 573
1 837
2 682
6 231
87 879
Keterangan: HK = Hutan Kota
%
2.71
8.52
6.66
10.08
1.99
3.03
9.06
9.86
4.38
4.66
9.88
4.89
4.04
1.65
6.34
2.09
3.05
7.09
100
Kebutuhan
luasan HK
Ha
%
238.5
0.27
749.1
0.85
585.2
0.67
885.6
1.01
174.8
0.20
266.6
0.30
796.2
0.91
866.7
0.99
384.9
0.44
409.5
0.47
868.6
0.99
430.0
0.49
355.1
0.40
144.8
0.16
557.3
0.63
183.7
0.21
268.2
0.31
623.1
0.71
8 787.9
10
Luas
HK
Ha
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.03
0
0
0
0
1.03
Penambahan
luasan
Ha
238.5
749.1
585.2
885.6
174.8
266.6
796.2
866.7
384.9
409.5
868.6
430.0
355.1
143.67
557.3
183.7
268.2
623.1
8 786.87
9
Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Emisi CO2 di Kabupaten Tegal
Sumber emisi gas CO2 berasal dari sektor-sektor yang sulit dikurangi laju
pertumbuhan emisi karbonnya. CO2 yang berasal dari pembakaran biomassa
sebagian besar dihasilkan dari sektor kehutanan melalui kegiatan alih fungsi tata
guna lahan untuk berbagai keperluan, sedangkan CO2 yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dihasilkan dari konsumsi energi oleh sektor
industri, transportasi, dan rumah tangga yang erat kaitannya dengan kegiatan
pembangunan (Junaedi 2007). Emisi CO2 yang dihitung pada penelitian ini ialah
CO2 yang dihasilkan dari metabolisme manusia serta pembakaran bahan bakar
minyak dan gas.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, emisi CO2 di Kab. Tegal
pada tahun 2011 ialah sebesar 66 879 965.11 ton, yang merupakan jumlah dari
emisi CO2 yang dihasilkan dari metabolisme penduduk sebesar 490 649.70 serta
emisi CO2 dari konsumsi bahan bakar minyak dan gas sebesar 66 389 315.41 ton
pada tahun 2011 (Tabel 4). Salah satu fungsi keberadaan hutan kota adalah dapat
menyerap CO2 sehingga dapat mengurangi konsentrasi CO2 di udara (Dahlan
1992 dan Fakuara 1986). Iverson et al. (1993) menyatakan bahwa kemampuan
hutan kota sebagai penyerap CO2 ialah sebesar 58.2576 ton ha-1 tahun-1, sehingga
luas hutan kota optimal yang dibutuhkan berdasarkan emisi CO2 tahun 2011 di
Kab. Tegal adalah seluas 1 148 004.12 ha atau sebesar 1 306% dari luas
administrasi Kab. Tegal saat ini.
Tabel 4 Emisi CO2 di Kabupaten Tegal tahun 2011
Sumber Emisi CO2
Penduduk
Bahan bakar minyak
Bensin
Solar
Bahan bakar gas
LPG
Jumlah penduduk dan
Konsumsi bahan bakar*
1 400 256 jiwa
Emisi CO2 (ton)
490 649.70
84 784 kilo liter
70 520 kilo liter
208 473.25
179 245.79
22 232 000 ton
66 001 596.37
66 879 965.11
Total
*Sumber: BPS Kab. Tegal dan BPS Jateng 2012
Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Kabupaten Tegal
Kebutuhan luasan optimal hutan kota sebagai penyerap gas CO2 pada
tahun 2015, 2020, dan 2025 dihitung menggunakan hasil prediksi konsumsi bahan
bakar minyak dan gas serta prediksi jumlah penduduk Kab. Tegal. Berdasarkan
analisis data yang telah dilakukan, kebutuhan luasan hutan kota di Kab. Tegal
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan
jumlah penduduk dan penggunaan bahan bakar minyak dan gas. Peningkatan
emisi CO2 secara terus menerus akan mengakibatkan peningkatan suhu udara
serta pemanasan global (Dahlan 2004). Emisi CO2 pada tahun 2015 diperkiraan
mencapai 70 499 229.04 ton sehingga luas hutan kota optimal yang dibutuhkan
pada tahun tersebut adalah seluas 1 210 129.31 ha atau sebesar 1 377% dari luas
administrasi Kab. Tegal. Emisi CO2 di Kab. Tegal hingga tahun 2025
diprekdisikan sebesar 80 427 512.27 ton menyebabkan kebutuhan luas hutan kota
mencapai 1 571% dari luas administrasi atau sekitar 1 380 549.70 ha (Tabel 5).
10
Kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan emisi CO2 yang terus meningkat hingga
tahun 2025 berbeda dengan kebutuhan luasan hutan kota menurut PP RI No. 63
Tahun 2002 yang tetap (10% dari luas administrasi Kab. Tegal). Perbedaan
kebutuhan luas hutan kota menurut luas administrasi Kab. Tegal disajikan pada
Gambar 2.
Tabel 5 Prediksi emisi CO2 dan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
tahun 2015 hingga 2025
Emisi CO2 dari
penduduk (ton)
Tahun
2015
2020
2025
517 201.46
552 420.77
590 038.38
Emisi CO2 dari
bahan bakar minyak
dan gas (ton)
69 982 027.58
74 747 482.24
79 837 473.89
Kebutuhan luasan hutan kota
Ha
%
1 210 129.31
1 292 533.56
1 380 549.70
1 377
1 471
1 571
1600
1400
1200
Berdasarkan Emisi
CO2
%
1000
Berdasarkan PP RI
63/2002
800
600
400
200
0
2011
2015
2020
2025
Tahun
Gambar 2
Perbandingan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
berdasarkan PP RI No. 63 tahun 2002 dan emisi CO2 pada tahun
2011, 2015, 2020, dan 2025
Kebutuhan luas hutan kota dari tahun 2011 hingga tahun 2025 yang
semakin meningkat melebihi luas administrasi Kabupaten Tegal. Hal tersebut
disebabkan oleh perhitungan emisi CO2 yang mengabaikan pengaruh dari angin
darat dan angin laut sesuai dengan asumsi penelitian. Pengaruh angin darat dan
laut diabaikan sehingga udara dianggap tidak mengalami pengenceran dan tidak
berpindah ke wilayah lain di luar Kabupaten Tegal.
Pengembangan Hutan Kota Di Kabupaten Tegal
Hutan kota ialah lapangan yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah
perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada
penduduk kota dalam kegunaan-kegunaan perlindungan, keindahan, serta rekreasi
dan kegunaan khusus lainnya (Fakultas Kehutanan IPB 1987). Nowak et al. 2008
menyebutkan bahwa hutan kota merupakan area bervegatasi di perkotaan yang
11
memberikan banyak manfaat yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan
manusia, lingkungan, dan daerah sekitar perkotaan. Saat ini Kab. Tegal memiliki
hutan kota total seluas 1.03 ha yang terbagi menjadi tiga lokasi (Tabel 6). Luas
tersebut hanya sekitar 0.001% dari luas administrasi Kab. Tegal. Angka luasan
tersebut belum memenuhi kebutuhan luas hutan kota baik menurut PP RI No. 63
Tahun 2002 maupun berdasarkan kemampuan menyerap gas CO2.
Tabel 6 Lokasi dan luas hutan kota Kabupaten Tegal tahun 2013
No.
1
2
3
Lokasi
Sekitar GOR Trisanja
Depan GOR Trisanja
Belakang Sekretariat Pemerintah Daerah Kab. Tegal
Total
Luas (ha)
0.24
0.13
0.66
1.03
Sumber: BLH Kab. Tegal (2013)
Hutan kota di Kabupaten Tegal yang telah memiliki Surat Keputusan dari
pemerintah daerah hanya terdapat di satu kecamatan, yaitu Kecamatan Slawi.
Hutan kota menyebar di tiga lokasi berbeda (Tabel 6). Bentuk hutan kota
menyebar ialah hutan kota yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat
berbentuk jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan
pengelolaan (PP RI No. 63 Tahun 2002). Tiap lokasi hutan kota yang ada di Kab.
Tegal saat ini berbentuk hutan kota mengelompok. Dahlan (1992) dan Fakuara
(1986) menyebutkan bahwa peranan hutan kota antara lain sebagai penahan dan
penyaring debu udara, menurunkan konsentrasi gas berbahaya seperti CO dan
CO2, penahan dan peredam suara, mengurangi dampak hujan asam, produsen
oksigen, meningkatkan kenyamanan, menahan serangan angin, pengendalian sinar
langsung dan pantulan, meredam bau, meningkatkan keanekaragaman satwa,
mengatasi penggenangan air, meningkatkan keindahan, dan produksi terbatas.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kabupaten Tegal pada tahun
2012 ialah seluas 43 447 km2 atau sekitar 4.35 ha (Pemkab Tegal 2012). Luas
tersebut bertambah hingga 69 786 ha apabila mengikutsertakan lahan-lahan yang
dapat dikategorikan menjadi RTH seperti sawah, hutan rakyat, dan hutan negara
(BPS Kab. Tegal 2012). RTH yang ada tentunya akan melakukan penyerapan
terhadap CO2 juga. RTH dapat dikembangkan statusnya menjadi hutan kota untuk
memenuhi kebutuhan hutan kota. Luas RTH yang ada sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan luasan hutan kota menurut Peraturan Pemerintah RI No. 63
Tahun 2002 seluas 8 786.87 ha. Sehingga hanya diperlukan penetapan status
sebagai hutan kota pada lokasi-lokasi RTH yang berpotensi sebagai hutan kota.
Namun luas RTH yang ada belum cukup untuk memenuhi kebutuhan luas hutan
kota sebagai penyerap CO2. Sehingga memang diperlukan pengembangan hutan
kota dengan penambahan luas hutan kota itu sendiri maupun luas RTH.
Pembangunan dan pengembangan hutan kota harus berpedoman pada
perencanaan tata ruang kota (Fakuara 1986). Lokasi hutan kota tersebut harus
dibangun pada tempat yang tepat dengan luas yang cukup sehingga daya dukung
wilayah kota dapat memenuhi kebutuhan terhadap hutan kota tersebut. Rencana
pengembangan hutan kota di Kab. Tegal menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kab. Tegal Tahun 2012 hingga 2032 masih terbatas hanya di kecamatan
Slawi. Hutan kota sebaiknya dikembangkan juga di setiap kecamatan lainnya
12
terutama kecamatan yang jumlah penduduknya paling banyak seperti Kecamatan
Adiwerna dan Kramat. Lokasi hutan kota sebaiknya di sekitar permukiman dan di
kanan kiri jalan raya sebagai jalur hijau.
Kecamatan lain yang mempunyai pusat industri seperti Kecamatan Talang
juga perlu dikembangkan hutan kota dengan lokasi hutan kota sebaiknya di sekitar
pusat-pusat industri dan di kanan kiri jalan raya sebagai jalur hijau. Adanya
industri pabrik gula di Kecamatan Pangkah juga membuat hutan kota perlu
dikembangkan di kecamatan tersebut dengan lokasi hutan kota di sekitar pabrik.
Pengembangan hutan kota dapat dilakukan pula dengan memanfaatkan
lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dijadikan hutan kota seperti taman kota
(Alun-alun Slawi dan Taman kota bundaran Masjid Agung Kab. Tegal), TPU di
kawasan permukiman, penanaman pohon di lahan-lahan kosong milik pemerintah
yang belum dimanfaatkan dengan baik, serta pengoptimalan jalur hijau di semua
jaringan jalan untuk mengurangi emisi CO2 yang berasal dari kendaraan bermotor
terutama pada jalur pantura di Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja.
Pemkab Tegal (2012) menyatakan bahwa lahan kritis yang ada di
Kabupaten Tegal yang perlu dikelola adalah seluas 10.70 ha, namun lokasi lahan
kritis tersebut tidak disebutkan secara spesifik. Lahan kritis tersebut tentunya
dapat dikembangkan menjadi hutan kota dengan rehabilitasi lahan. Jenis pohon
yang ditanam sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pengembangan hutan kota itu
sendiri dan sesuai dengan kondisi alam yang ada. Hutan kota untuk mengurangi
emisi CO2 di udara sebaiknya ditanami jenis-jenis pohon yang memiliki daya
serap CO2 yang tinggi.
Hutan kota yang ada di Kab. Tegal saat ini didominasi oleh jenis pohon
Jati (Tectona grandis) dan Sengon (Albizia falcataria). Jenis pohon tersebut
merupakan jenis pohon yang daya serap CO2-nya sedang, yaitu rata-rata sebesar
102.07 kg pohon-1 tahun-1 (Dahlan 2007). Pengembangan hutan kota untuk
mengurangi emisi CO2 di udara sebaiknya dengan menanam jenis-jenis pohon
yang berdaya serap CO2 agak tinggi hingga sangat tinggi. Pohon-pohon yang
sebaiknya ditanam di lokasi yang akan dikembangkan sebagai hutan kota antara
lain jenis Trembesi (Albizia saman) dan Cassia (Cassia sp.) yang memiliki daya
serap CO2 sangat tinggi. Trembesi atau Ki hujan memiliki daya serap CO2 sebesar
28 488.39 kg pohon-1 tahun-1 dan dan jenis Cassia sp. memiliki daya serap CO2
sebesar 5 295.47 kg pohon-1 tahun-1 (Dahlan 2007). Jenis pohon lainnya untuk
ditanam di hutan kota yang berdaya serap CO2 tinggi antara lain Kenanga
(Canangium odoratum), Pingku (Dysoxylum excelsum) dan Beringin (Ficus
benjamina) dengan rata-rata daya serap CO2 sebesar 835.65 kg pohon-1 tahun-1
(Dahlan 2007). Jenis-jenis pohon dengan daya serap CO2 agak tinggi seperti
Matoa (Pometia pinnata), Mahoni (Switenia mahagoni) dan Krey Payung
(Fellicium decipiens) memiliki rata-rata kemampuan menyerap CO2 sebesar
305.91 kg pohon-1 tahun-1 (Dahlan 2007).
Pengembangan hutan kota dengan menanam komposisi tumbuhan yang
memiliki daya serap CO2 sangat tinggi dapat menurunkan kebutuhan luasan hutan
kota di Kabupaten Tegal tahun 2015 menjadi 23.75% dari luas administrasi atau
seluas 20 867.85 ha dan kebutuhan luas hutan kota pada tahun 2025 menjadi
sebesar 27.09% atau seluas 23 806.63 ha (Tabel 7). Pengembangan hutan kota
dengan menanam komposisi tumbuhan yang memiliki daya serap CO2 tinggi
dapat menurunkan kebutuhan luasan hutan kota di Kabupaten Tegal tahun 2015
13
menjadi sebesar 480% dari luas administrasi atau seluas 421 822.71 ha dan
kebutuhan luasan hutan kota pada tahun 2025 menjadi sebesar 547.60% dari luas
administrasi atau seluas 481 227.26 ha (Tabel 7). Perbedaan kebutuhan luasan
hutan kota dengan variasi jenis tumbuhan yang ditanam dapat disajikan pada
Gambar 3.
Tabel 7 Kebutuhan luas hutan kota dengan variasi jenis tumbuhan berdaya serap
CO2 sangat tinggi dan tinggi
Tahun
Emisi CO2 (ton)
2015
2020
2025
70 499 229.04
75 299 903.01
80 427 512.27
Luas HK dengan tumbuhan
berdaya serap CO2 sangat
tinggi
Ha
%
20 867.85
23.75
22 288.85
25.36
23 806.63
27.09
Luas HK dengan
tumbuhan berdaya serap
CO2 tinggi
Ha
%
421 822.71
480.00
450 546.90
512.69
481 227.26
547.60
1600
Luas hutan kota (%)
1400
1200
Tidak berdasarkan komposisi jenis
tumbuhan
1000
800
Dengan komposisi tumbuhan berdaya
serap CO2 tinggi
600
Dengan komposisi tumbuhan berdaya
serap CO2 sangat tinggi
400
200
0
2015
2020
2025
Tahun
Gambar 3 Perbedaan kebutuhan luasan hutan kota tidak berdasarkan komposisi
jenis tumbuhan dengan berdasarkan komposisi jenis tumbuhan berdaya
serap CO2 sangat tinggi dan tinggi
Hutan kota merupakan salah satu alternatif solusi untuk menyerap CO2 di
udara dan dapat mengurangi kenaikan suhu udara di Kabupaten Tegal. Solusi
tersebut juga harus dilakukan bersama-sama dengan alternatif solusi lainnya untuk
mengurangi emisi CO2 dengan menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan
gas dan penggunaan sumber energi alternatif seperti tenaga air, tenaga surya,
angin, gelombang air laut, serta energi panas bumi.
14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hutan kota yang ada di Kabupaten Tegal saat ini ialah seluas 1.03 ha atau
sebesar 0.001% dari luas administrasi Kabupaten Tegal. Luas tersebut belum
memenuhi luas minimal hutan kota yang berdasarkan PP RI No. 63 Tahun 2002
yaitu sebesar 10% dari luas wilayah atau seluas 8 787.9 ha. Berdasarkan emisi
CO2 di Kabupaten Tegal, luas hutan kota optimal yang diperlukan pada tahun
2011 ialah seluas 1 148 004.12 ha atau sebesar 1 306% dari luas administrasi
Kabupaten Tegal. Kebutuhan luas hutan kota berdasarkan emisi CO2 pada tahun
2015 ialah seluas 1 210 129.31 ha atau sebesar 1 377% dari luas wilayah. Pada
tahun 2020 luas hutan kota optimal yang dibutuhkan adalah seluas 1 292 533.56
ha atau sebesar 1 471% dari luas wilayah. Pada tahun 2025 luas hutan kota yang
dibutuhkan yaitu seluas 1 380 549.70 ha atau sebesar 1 571% dari luas
administrasi Kabupaten Tegal. Kebutuhan luas hutan kota tersebut sangat besar
hingga melebihi luas administrasi wilayah, sehingga solusi pengembangan hutan
kota harus dilakukan seiring dengan alternatif solusi lainnya.
Saran
1.
2.
3.
Perlu adanya penambahan luasan hutan kota pada setiap kecamatan di
Kabupaten Tegal, optimalisasi hutan kota yang sudah ada berupa pengkayaan
jenis tumbuhan dengan menanam tumbuhan berdaya serap CO2 sangat tinggi
dan tinggi, persiapan tumbuhan untuk regenerasi hutan kota yang telah ada,
serta pemanfaatan lokasi-lokasi yang potensial menjadi hutan kota.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kesesuaian lokasi yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi hutan kota.
Alternatif solusi lain untuk mengurangi emisi CO2 antara lain dengan
menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan gas dan penggunaan
sumber energi alternatif seperti tenaga air, tenaga surya, serta tenaga angin.
DAFTAR PUSTAKA
[Bappeda Kab. Tegal] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tegal. 2008. Peta administrasi Kabupaten Tegal. Tegal (ID): Bappeda Kab.
Tegal.
[BPS Jateng] Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 2012. Jawa Tengah
dalam Angka 2003-2012. Semarang (ID): BPS Jawa Tengah.
[BPS Kab. Tegal] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal. 2012. Kabupaten Tegal
dalam Angka 2003-2012. Tegal (ID): BPS Kab. Tegal.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas
Hidup. Jakarta (ID): Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia.
Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Bogor (ID):
IPB Press.
15
Dahlan EN. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2
Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan
Pendekatan Sistem Dinamik [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Fakuara Y. 1986. Hutan Kota : Peranan dan Permasalahannya. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
Fakultas Kehutanan IPB. 1987. Konsepsi Pembangunan Hutan Kota. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley and
Sons.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 1996. Revised 1996 IPCC
Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Workbook (Volume
6). http://www.ipcc-nggip.iges.or.jp/public/gl/invs5.html.
Iverson LR, Brown S, Grainger A, Prasad A, Liu D. 1993. Carbon sequestration
in tropical Asia: an assessment of technically suitable forest lands using
geographic information systems analysis. Climate Research (3): 23-38.
Junaedi A. 2007. Kontribusi Hutan Sebagai Rosot Karbondioksida. Info Hutan
5(1): 1-7.
Nowak DJ, Crane DE, Stevens JC, Hoehn RE, Walton JT, Bond J. 2008. A
Ground-Based Method of Assessing Urban Forest Structure and Ecosystem
Services. Arboriculture and Urban Forestry 34(6): 347-358.
[Pemkab
Tegal]
Pemerintah
Kabupaten
Tegal.
2011.
Geografi.
http://www.tegalkab.go.id. [1 Nov 2011]
[Pemkab Tegal] Pemerintah Kabupaten Tegal. 2012. Lingkungan hidup, tata
ruang, pertanahan. http://tegalkab.go.id. [2 Mar 2014]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002, Tentang Hutan
Kota. Jakarta.
Umam M. 2013. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Berdasarkan Emisi
Karbondioksida (CO2) di Kota Cilegon Provinsi Banten [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 6 Februari 1993, merupakan anak
tunggal dari pasangan Mohamad Solehudin dan Nurhikmah. Pendidikan formal
yang telah ditempuh penulis yaitu di SD Negeri 1 Danawarih, SMP Negeri 1
Lebaksiu dan SMA Negeri 3 Slawi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun
2009 dan memilih mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi
Ikatan Mahasiswa Tegal IPB (IMT IPB) periode tahun 2009-2011. Penulis juga
aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan anggota Kelompok Pemerhati
Ekowisata periode tahun 2010-2012.
Penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan praktik lapang dan ekspedisi
seperti Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Taman
Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat (2011) dan di Taman Wisata Alam
Sukawayana, Jawa Barat (2012), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuweungsancang, Jawa Barat (2011),
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH
Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2012), Studi Konservasi
Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011) dan di
Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau (2012), serta Praktik Kerja Lapang Profesi
(PKLP) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur (2013). Selama masa
perkuliahan penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum di mata kuliah
Ekologi Hutan, Rekreasi Alam dan Ekowisata, serta Inventarisasi dan Pemantauan
Tumbuhan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis melaksanakan penelitian di Kabupaten Tegal dan menulis skripsi dengan
judul “Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Karbondioksida
di Kabupaten Tegal Jawa Tengah” di bawah bimbingan Dr Ir Endes Nurfilmarasa
Dachlan, MS. dan Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Endes Nurfilmarasa
Dachlan, MS. dan kepada Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi. yang telah
membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi, juga kepada pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, BPS Jawa Tengah, dan Pertamina Unit IV
yang telah banyak membantu selama proses pengambilan data. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Mohamad Solehudin
dan Ibu Nurhikmah atas bantuan dan dukungannya selama ini. Terima kasih juga
penulis ucapkan untuk para sahabat Devi Damayanti, Wahyu Retno Savitri, serta
seluruh sahabat Anggrek Hitam 46 atas dukungan, semangat, dan bantuannya
selama penyusunan skripsi. Terima kasih juga kepada keluarga Wisma Jelita
(Retno Palupy, Khoirunissa Cahyamurti, Rahmi Nur Khairiah, Dhimita Jati
Praditya) yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih pula kepada keluarga Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT),
terutama angkatan 46 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
PENYERAP KARBONDIOKSIDA DI KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
BARIKA AYU SABATINI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Luasan
Optimal Hutan Kota sebagai Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Barika Ayu Sabatini
NIM E34090020
ABSTRAK
BARIKA AYU SABATINI. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai
Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Dibimbing oleh
ENDES NURFILMARASA DACHLAN dan SITI BADRIYAH RUSHAYATI.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah yang sedang mengalami
perkembangan pesat. Perkembangan wilayah ini mengakibatkan beberapa hal
seperti aktivitas penduduk dan transportasi semakin meningkat. Pembangunan
yang terus meningkat di perkotaan cenderung mengabaikan keberadaan lahanlahan bervegetasi. Hal tersebut berakibat terhadap meningkatnya emisi gas
karbondioksida (CO2) dari kendaraan bermotor dan berbagai aktivitas lain dari
penduduk kota yang terus meningkat. Penerapan konsep hutan kota merupakan
salah satu cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hidup di
wilayah perkotaan dengan menyerap CO2 yang ada di udara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui luasan optimal hutan kota berdasarkan emisi
karbondioksida yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak dan gas serta manusia.
Penelitian dilakukan dengan observasi lapang dan studi pustaka. Emisi CO2 di
Kabupaten Tegal pada tahun 2011 ialah sebesar 66 879 965.11 ton sehingga luas
hutan kota yang dibutuhkan adalah 1 148 004.12 ha. Hutan kota yang ada di
Kabupaten Tegal saat ini adalah seluas 1.03 ha sehingga masih perlu penambahan
luas hutan kota. Emisi CO2 terus meningkat mencapai 80 427 512.27 ton pada
tahun 2025 sehingga kebutuhan luas hutan kota pada tahun tersebut seluas 1 380
549.70 ha.
Kata kunci: emisi, hutan kota, Kabupaten Tegal, karbondioksida
ABSTRACT
BARIKA AYU SABATINI. Determination of Optimum Urban Forest Area as
Carbondioxide Sink In Tegal Regency Central Java. Supervised by ENDES
NURFILMARASA DACHLAN and SITI BADRIYAH RUSHAYATI.
Tegal Regency is a city that is experiencing rapid development. This
development makes things such as people’s activities and transportation increases.
It tends to ignore the presence of lands that have vegetation. It makes
carbondioxide (CO2) gas emission from transportation and people increases.
Urban forest concept is one of effective and efficient way to improve life quality
in urban areas through its ability to absorb the CO2 from the air. This research was
to explore optimal area of urban forest based on CO2 emissions that are generated
by oil and gas fuel and humans. This research was done by field observation and
literature studies. CO2 emissions in Tegal on 2011 amounted to 66 879 965.11
ton, so urban forest area that needed tends to 1 148 004.12 ha. Tegal Regency now
have 1.03 ha of urban forest area, so it needs to be enhanced. CO2 emissions
increases each year. It will reach to 80 427 512.27 ton on 2025, so it requires
1380549.70 ha of urban forest area on that year.
Keywords: carbon dioxide, emissions, Tegal, urban forest
PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI
PENYERAP KARBONDIOKSIDA DI KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
BARIKA AYU SABATINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi
:
Nama
NIM
:
:
Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai Penyerap
Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah
Barika Ayu Sabatini
E34090020
Disetujui oleh
Dr Ir Endes N Dachlan, MS
Pembimbing I
Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Oktober 2013
ini ialah hutan kota, dengan judul Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai
Penyerap Karbondioksida di Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Endes N Dachlan, MS
dan Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi selaku pembimbing. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak Bappeda Kabupaten Tegal, BPS
Kabupaten Tegal, BLH Kabupaten Tegal, BPS Jawa Tengah, serta Pertamina Unit
IV dan seluruh pihak lainnya yang telah membantu selama proses pengambilan
data dan penyusunan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Barika Ayu Sabatini
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Asumsi
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
7
Kebutuhan Luas Hutan Kota
8
Pengembangan Hutan Kota di Kabupaten Tegal
SIMPULAN DAN SARAN
10
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data penelitian
2 Nilai kalori bersih dan faktor emisi bahan bakar
3 Kebutuhan luasan hutan kota tiap kecamatan di Kabupaten Tegal
berdasarkan PP RI No. 63 Tahun 2002
4 Emisi CO2 di Kabupaten Tegal Tahun 2011
5 Prediksi emisi CO2 dan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
tahun 2015 hingga 2025
6 Lokasi dan luas hutan kota Kabupaten Tegal tahun 2013
7 Kebutuhan luas hutan kota dengan variasi jenis tumbuhan berdaya
serap CO2 sangat tinggi dan tinggi
3
5
8
9
10
11
13
DAFTAR GAMBAR
1 Peta administrasi Kabupaten Tegal
2 Perbandingan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
berdasarkan PP RI No. 63 tahun 2002 dan emisi CO2 pada
tahun 2011, 2015, 2020, dan 2025
3 Perbedaan kebutuhan luasan hutan kota tidak berdasarkan
komposisi jenis tumbuhan dengan berdasarkan komposisi
jenis tumbuhan berdaya serap CO2 sangat tinggi dan tinggi
2
10
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kota sebagai pusat permukiman, industri, pertanian, dan
perdagangan telah membuat kota mengalami perubahan lingkungan fisik lahan
yang semakin padat oleh berbagai infrastruktur sehingga menimbulkan dampak
terhadap kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. Apabila perubahan
lingkungan fisik tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan ruang terbuka
hijau maka dapat menyebabkan menurunnya kualitas air dan udara, berkurangnya
daerah
tangkapan
air,
dan
peningkatan
pencemaran
lingkungan.
Ketidakseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan dapat terlihat
dari pengalihfungsian lahan-lahan bervegetasi menjadi pusat pertokoan,
permukiman, industri, dan perkantoran. Peningkatan aktivitas di sektor
transportasi juga merupakan salah satu indikasi perkembangan kota tersebut.
Pembangunan yang terus meningkat di perkotaan cenderung mengabaikan
keberadaan lahan-lahan bervegetasi. Hal tersebut berakibat terhadap peningkatan
emisi gas karbondioksida (CO2) dari kendaraan bermotor, limbah industri, dan
berbagai aktivitas lain dari penduduk kota yang terus meningkat pula.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah yang sedang mengalami
perkembangan pesat. Perkembangan wilayah ini mengakibatkan beberapa hal
seperti aktivitas penduduk dan transportasi semakin meningkat. Jumlah penduduk
Kabupaten Tegal semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk ratarata sebesar 1.33% sejak tahun 2003 hingga 2012 (BPS Kab. Tegal 2012).
Konsumsi bahan bakar minyak dan gas juga semakin meningkat dengan
peningkatan rata-rata sebesar 17.61% untuk bensin, 14.37% untuk solar sejak
tahun 2002 hingga 2011 dan sebesar 7 132% untuk LPG sejak tahun 2005 sampai
2011 (BPS Jateng 2012). Peningkatan aktivitas tersebut mengakibatkan suhu
udara rataan tahunan di Kabupaten Tegal meningkat sebesar 1 oC dari tahun 1995
hingga tahun 2010 (BPS Kab.Tegal 2012 & BPS Jateng 2012). Suhu udara yang
semakin meningkat mengakibatkan kondisi kota menjadi kurang nyaman bagi
penduduk untuk melakukan berbagai aktivitas.
Kondisi kota yang sehat dan nyaman merupakan impian dari semua elemen
masyarakat. Penerapan konsep hutan kota dalam perencanaan tata kota merupakan
salah satu cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hidup di
wilayah Kabupaten Tegal. Menurut Dahlan (1992), hutan kota dapat meredam
pemanasan udara di kota karena hutan kota memiliki kemampuan ameliorasi iklim
mikro dan dapat menurunkan konsentrasi gas karbondioksida yang merupakan
salah satu gas rumah kaca. Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai kawasan
hijau pertamanan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau pertanian,
kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau jalur
hijau dan kawasan hijau pekarangan yang mampu meningkatkan kandungan
oksigen (O2) di udara dan air (H2O) dalam tanah.
Keberadaan hutan kota di Kabupaten Tegal diharapkan dapat menyerap gas
karbondioksida di udara, mengurangi kenaikan suhu udara, mengurangi
kebisingan, menyaring partikel debu, dan partikel-partikel pencemar lainnya
sehingga akan meningkatkan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan. Penentuan
2
luasan optimal hutan kota di Kabupaten Tegal perlu dilakukan untuk menjaga
keseimbangan lingkungan terutama dalam menyerap gas karbondioksida dan
memberi kenyamanan bagi penduduk dalam berbagai aktivitas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji luas hutan kota yang ada dan
memprediksi luas hutan kota yang dibutuhkan sebagai penyerap karbondioksida
pada tahun 2015, 2020, dan 2025 di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
Pemerintah Daerah Tegal dalam proses pengambilan keputusan untuk
perencanaan, pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan hutan kota serta
memberikan alternatif solusi dalam pengembangan hutan kota di Kabupaten
Tegal.
Asumsi
Pendekatan CO2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sistem tertutup sesuai dengan penelitian Umam (2013). Pada sistem ini emisi CO2
yang dihitung hanya yang berasal dari sumber emisi CO2 dari penduduk dan
penggunaan bahan bakar minyak dan gas di Kabupaten Tegal, sedangkan emisi
CO2 yang bersumber dari luar kota diabaikan. Serapan CO2 hanya dilakukan oleh
hutan kota yang ada di Kabupaten Tegal. Selain itu komponen lain yang diabaikan
adalah pengaruh angin darat dan angin laut yang dapat membawa emisi CO2 dari
satu lokasi ke lokasi yang lain.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah
dari bulan Juli hingga Oktober 2013.
Gambar 1 Peta administrasi Kabupaten Tegal (Bappeda Kab. Tegal 2008)
3
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera, dan
software Microsoft Office. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kebutuhan bahan bakar serta jumlah penduduk Kabupaten Tegal, data hutan kota,
serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tegal.
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan observasi dan pengamatan langsung di
lokasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang berkaitan
dengan penelitian, peta-peta dan studi pustaka.
Observasi dilakukan dengan melihat langsung ke lokasi tempat beradanya
hutan kota. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata di lapangan
mengenai kondisi biofisik terutama mengenai lokasi-lokasi hutan kota, tamantaman kota, jalur hijau, dan bentuk hutan kota lainnya.
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dianggap
penting yang dapat menunjang penelitian yang dilakukan di lapangan dan menjadi
dasar dalam penentuan luasan hutan kota. Adapun instansi yang terkait antara
lain: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten Tegal, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, Pertamina Unit IV
untuk pemasaran Kabupaten Tegal, serta Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa
Tengah. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jenis Data
Sumber Data
Keadaan iklim (curah hujan, suhu udara, BPS Kabupaten Tegal
kelembaban udara) dan demografi penduduk
Geografi, luas wilayah, batas wilayah
BPS
dan
Bappeda
Kabupaten Tegal
Tata guna lahan
Bappeda Kabupaten Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah
Bappeda Kabupaten Tegal
Kepadatan dan jumlah penduduk
BPS Kabupaten Tegal
Bentuk, luas dan jumlah hutan kota
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Tegal
Konsumsi bahan bakar
Pertamina Unit IV dan
(Bensin, Solar, dan Liquid Petroleum Gas (LPG)) BPS Jawa Tengah
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui apakah luasan hutan kota
yang ada di Kabupaten Tegal saat ini telah memenuhi standar optimal atau belum.
Kebutuhan luas hutan kota dihitung berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dan berdasarkan kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2.
4
Kebutuhan luas hutan kota dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota kemudian dihitung berdasarkan
kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
manusia serta dari pembakaran bahan bakar minyak (bensin dan solar) dan bahan
bakar gas berupa LPG.
1.
Penentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63
Tahun 2002
Analisis kebutuhan luas hutan kota dilakukan berdasarkan PP RI No. 63
tahun 2002 tentang Hutan Kota. Dalam Pasal 8 ditetapkan bahwa luas hutan kota
dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 ha. Sedangkan persentase
luas hutan kota paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan
dengan kondisi setempat.
2.
Penentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Fungsi sebagai Penyerap
Karbondioksida (CO2)
Metode yang digunakan untuk memperkirakan total emisi CO2 ialah metode
yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun
1996 tentang guidelines untuk inventarisasi gas rumah kaca. Sumber emisi yang
diperhitungkan berasal dari energi (bahan bakar minyak dan gas) dan penduduk.
a.
Energi
Energi dari bahan bakar yang digunakan oleh industri, transportasi, dan
rumah tangga merupakan sumber penghasil emisi CO2 di udara, emisi tersebut
dihasilkan dari proses pembakaran. Untuk mengukur aktivitas energi yang
berhubungan dengan emisi CO2 adalah dengan mengetahui jenis bahan bakar
yang digunakan serta jumlah konsumsi bahan bakar yang dipakai oleh industri,
transportasi, dan rumah tangga. Jumlah konsumsi bahan bakar dapat dicari dengan
cara:
Ci (TJ tahun-1) = ai (103 ton tahun-1) x bi (TJ 10-3 ton)
Keterangan:
C = jumlah energi yang dihasilkan dari konsumsi bahan bakar (TJ tahun-1)
a = konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis bahan bakar (103 ton tahun-1)
b = nilai kalori bersih berdasarkan jenis bahan bakar (TJ 10-3 ton)
i = jenis bahan bakar (bensin, solar, dan LPG)
Kandungan karbon yang terdapat pada tiap bahan bakar minyak maupun
gas dihitung dengan cara:
Em Ci (ton C tahun-1) = Ci (TJ tahun-1) x di (ton C TJ-1)
Keterangan:
Em Ci = kandungan karbon berdasarkan jenis bahan bakar (ton C tahun-1)
di
= faktor emisi karbon berdasarkan jenis bahan bakar (ton C TJ-1)
Emisi karbon aktual yang dihasilkan dari setiap bahan bakar dihitung
dengan cara:
Ema Ci (ton C tahun-1) = Em Ci (ton C tahun-1) x f
Keterangan:
Ema Ci = emisi karbon aktual berdasarkan jenis bahan bakar
(ton C tahun-1)
f
= fraksi CO2, fraksi CO2 untuk bahan bakar minyak adalah 0.99
sedangakan untuk bahan bakar gas adalah 0.995 (IPCC 1996)
5
Sehingga total emisi CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan
gas dapat diperoleh dengan cara:
Ei (ton CO2 tahun-1) = Ema Ci (ton C tahun-1) x (44/12)
Keterangan:
Ei = emisi CO2 aktual berdasarkan jenis bahan bakar (ton CO2 tahun-1)
Nilai kalori bersih dan faktor emisi karbon tiap jenis bahan bakar berbeda.
Nilai kalori bersih dan faktor emisi karbon berdasarkan jenis bahan bakar
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Nilai kalori bersih dan faktor emisi bahan bakar
Bahan bakar
Bensin
Solar
LPG
Nilai kalori bersih (TJ 10-3 ton) (b)
44.80
43.33
47.31
Faktor emisi (ton C TJ-1) (d)
18.9
20.2
17.2
Keterangan: TJ = Tera Joule (109 Joule)
Sumber : IPCC (1996)
b.
Karbondioksida yang dihasilkan penduduk
Karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia selama aktivitasnya ialah
sebesar 0.96 kg hari-1 (Grey & Deneke 1978). Angka tersebut juga berarti manusia
menghasilkan CO2 sebesar 39,6 g jam-1 (Goth 2005 diacu dalam Dahlan 2007).
Rumus perhitungan karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk di Kabupaten
Tegal adalah sebagai berikut:
M = JPT(t) x Kp
Keterangan:
M
= Karbon dioksida yang dihasilkan penduduk pada tahun ke t
(ton CO2 tahun-1)
JPT(t) = Jumlah penduduk terdaftar pada tahun ke t (jiwa)
Kp = Jumlah karbon dioksida yang dihasilkan manusia yaitu 0.96 kg CO2
jiwa-1 hari-1 (0.3504 ton CO2 jiwa-1 tahun-1)
3.
Penentuan luas hutan kota berdasarkan fungsi penyerap CO2
Kebutuhan akan luasan optimum hutan kota berdasarkan daya serap CO 2
dapat diperoleh dari kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2. Pendekatan
yang digunakan untuk menentukan luasan tersebut adalah dengan
memprediksikan kebutuhan hutan kota berdasarkan daya serap CO2 serta
membandingkannya dengan kondisi hutan kota sekarang. Kebutuhan hutan kota
diperoleh dari jumlah emisi CO2 yang terdapat di Kabupaten Tegal dibagi dengan
kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2 yaitu dengan rumus:
L (ha) = E (ton CO2 tahun-1) + M (ton CO2 tahun-1)
K (ton tahun-1 ha-1)
Keterangan:
L = Kebutuhan luasan hutan kota (ha)
E = Total emisi CO2 dari energi (ton CO2 tahun-1)
M = Total emisi CO2 dari manusia (ton CO2 tahun-1)
K = Nilai serapan CO2 oleh hutan (pohon) sebesar 58.2576 CO2 (ton
tahun-1 ha-1), menurut (Iverson et al. 1993)
6
Setelah mendapatkan nilai kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan daya
serap CO2 maka akan diketahui seberapa luas hutan kota yang harus disediakan
oleh Pemerintah Kabupaten Tegal. Penambahan luasan hutan kota yang harus
disediakan diperoleh dengan cara:
L (ha) = A (ha) – B (ha)
Keterangan:
L = Penambahan luasan hutan kota (ha)
A = Kebutuhan hutan kota (ha)
B = Luas hutan kota saat ini (ha)
4.
Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Kabupaten Tegal pada tahun 2015, 2020,
dan 2025
Penentuan kebutuhan luasan hutan kota di Kabupaten Tegal didasarkan atas
perubahan emisi CO2 yang terdapat di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sampai
dengan tahun 2025 sesuai dengan pembangunan daerah dalam jangka waktu 25
tahun. Data perkiraan emisi ini diperoleh dari perhitungan sumber emisi yang
berasal dari energi (bahan bakar minyak dan gas) dan manusia.
a.
Pendugaan Jumlah Konsumsi Bahan Bakar
Data jumlah konsumsi bahan bakar minyak dan gas (bensin, solar, dan
LPG) Kabupaten Tegal diperoleh dari Pertamina. Data yang digunakan ialah data
tahun 2011. Konsumsi bahan bakar minyak dan gas pada tahun 2015, 2020, dan
2025 dihitung dengan menggunakan konsumsi bahan bakar per kapita (Dahlan
2007). Konsumsi bahan bakar per kapita dihitung dengan rumus:
Konsumsi bahan bakar per kapita = Konsumsi bahan bakar
Jumlah penduduk
Sehingga konsumsi bahan bakar pada tahun-tahun berikutnya didapatkan dari:
Konsumsi bahan bakar tahun t = konsumsi bahan bakar per kapita x prediksi
jumlah penduduk tahun t
b.
Pendugaan jumlah penduduk
Data jumlah penduduk diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal. Perhitungan
yang digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk pada tahun 2015, 2020,
dan 2025 adalah berdasarkan pada perhitungan laju rata-rata pertumbuhan
penduduk. Perhitungan jumlah penduduk untuk tahun yang akan datang dengan
cara:
Pt = Po (1+r)t
Keterangan:
Pt
= Populasi penduduk pada akhir periode waktu ke t
Po = Populasi penduduk pada awal periode waktu ke t
r
= Rata-rata pertambahan jumlah penduduk
t
= Selisih tahun
Prediksi kebutuhan hutan kota pada tahun ke t diperoleh dari perkiraan jumlah
emisi CO2 dari bahan bakar minyak dan gas serta dari penduduk yang terdapat di
Kabupaten Tegal dibagi dengan kemampuan hutan kota dalam menyerap CO2.
L (ha) = E (ton CO2 tahun-1) + M (ton CO2 tahun-1)
K (ton tahun-1 ha-1)
7
Keterangan:
L = Kebutuhan luasan hutan kota (ha)
E = Total emisi CO2 dari energi (ton CO2 tahun-1)
M = Total emisi CO2 dari manusia (ton CO2 tahun-1)
K = Nilai serapan CO2 oleh hutan (pohon) sebesar 58.2576 CO2 (ton
tahun-1 ha-1), menurut (Iverson et al. 1993)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang terdiri dari 18 kecamatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota
Tegal dan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Pemalang di timur, Kabupaten
Banyumas di Selatan, serta Kabupaten Brebes di selatan dan barat. Bagian utara
kabupaten ini merupakan dataran rendah, bagian selatan merupakan pegunungan
yang berpuncak di Gunung Slamet (3 428 m) yang merupakan gunung tertinggi di
Jawa Tengah. Terdapat rangkaian perbukitan yang tidak terlalu terjal di
perbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Selain itu, di Kabupaten Tegal terdapat
dua sungai besar yang mengalir, yaitu Kali Gung dan Kali Erang, keduanya
bermata air di hulu Gunung Slamet (Pemkab Tegal 2011).
Kabupaten Tegal terletak di 108o57'6" sampai dengan 109o21'30" Bujur
Timur dan antara 6o50'41" sampai dengan 7°15'30" Lintang Selatan dan
mempunyai letak yang sangat strategis pada jalan Semarang - Tegal - Cirebon
serta Semarang - Tegal - Purwokerto dan Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di
Kota Tegal. Luas wilayah daratan Kabupaten Tegal sebesar 87 878.555 ha
(878.79 km2) dan luas wilayah lautannya sebesar 121.50 km2 sehingga total luas
wilayahnya sekitar 901.52 km2. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tegal
antara lain adalah Aluvial (34.93%), Regosol (24%), Latosol (23.69%), Grumosol
(9.42%), Andosol (4.29%) dan jenis lain-lain (3.67%). Tanah Aluvial merupakan
jenis terluas yang ada di Kabupaten Tegal yaitu seluas 30 698.575 hektar yang
merupakan tanah potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti padi,
palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan dan lain-lain (Pemkab Tegal 2011).
Berdasarkan ketinggian dari permukaan lautnya, Kabupaten Tegal dibagi
menjadi empat wilayah, yaitu wilayah Kramat dan sekitarnya dengan ketinggian
11 m, wilayah slawi dan sekitarnya dengan ketinggian 42 m, wilayah Lebaksiu
dan sekitarnya dengan ketimggian 135 m, dan wilayah Bumijawa dan sekitarnya
dengan ketinggian 949 m. Sedangkan secara topografinya, Kabupaten Tegal
dibagi menjadi tiga, yaitu daerah pantai yang meliputi Kecamatan Kramat,
Surodadi, dan Warurejo; daerah dataran rendah yang meliputi Kecamatan
Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu,
sebagian wilayah Surodadi, Warurejo, Kedungbanteng dan Pangkah; serta daerah
dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang,
Bumijawa, Bojong dan sebagian Pangkah, Kedungbanteng (Pemkab Tegal 2011).
Kabupaten Tegal beriklim tropis, dengan rata-rata curah hujan tahunan
sebesar 825.00 mm, kelembaban udara rata-rata sebesar 82% dan tekanan udara
rata-rata 1 009.7 hPa pada tahun 2010 (BPS Kabupaten Tegal 2010).
8
Kebutuhan Luas Hutan Kota
Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63
Tahun 2002
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak minimal seluas
0.25 ha sedangkan persentase luas hutan kota di suatu daerah minimal sebesar
10% dari luas wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi wilayah (PP RI
No. 63 Tahun 2002).
Menurut BPS Kabupaten Tegal (2012), luas wilayah daratan Kabupaten
Tegal ialah sebesar 87 879 ha. Dengan demikian jika berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002, luas hutan kota yang dibutuhkan Kabupaten
Tegal adalah seluas 8 787.9 ha. Kecamatan terluas di Kabupaten Tegal yaitu
Kecamatan Bumijawa dengan luas 8 856 ha mempunyai kebutuhan luas hutan
kota tertinggi yaitu seluas 885.6 ha. Kecamatan dengan luasan tersempit, yaitu
Kecamatan Slawi, mempunyai kebutuhan luas hutan kota terendah seluas 144.8 ha
(Tabel 3). Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Tegal menyatakan saat ini
hutan kota yang ada di Kabupaten Tegal ialah seluas 10 303 m2 atau 1.03 ha. Luas
tersebut belum memenuhi kebutuhan minimal hutan kota berdasarkan PP RI No.
63 Tahun 2002 sehingga hutan kota masih perlu ditambah seluas 8 786.87 ha.
Tabel 3 Kebutuhan luasan hutan kota tiap kecamatan di Kabupaten Tegal
berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Adiwerna
Balapulang
Bojong
Bumijawa
Dukuhturi
Dukuhwaru
Jatinegara
Kd. banteng
Kramat
Lebaksiu
Margasari
Pagerbarang
Pangkah
Slawi
Suradadi
Talang
Tarub
Warureja
Total
Luas Area
Ha
2 385
7 491
5 852
8 856
1 748
2 666
7 962
8 667
3 849
4 095
8 686
4 300
3 551
1 448
5 573
1 837
2 682
6 231
87 879
Keterangan: HK = Hutan Kota
%
2.71
8.52
6.66
10.08
1.99
3.03
9.06
9.86
4.38
4.66
9.88
4.89
4.04
1.65
6.34
2.09
3.05
7.09
100
Kebutuhan
luasan HK
Ha
%
238.5
0.27
749.1
0.85
585.2
0.67
885.6
1.01
174.8
0.20
266.6
0.30
796.2
0.91
866.7
0.99
384.9
0.44
409.5
0.47
868.6
0.99
430.0
0.49
355.1
0.40
144.8
0.16
557.3
0.63
183.7
0.21
268.2
0.31
623.1
0.71
8 787.9
10
Luas
HK
Ha
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.03
0
0
0
0
1.03
Penambahan
luasan
Ha
238.5
749.1
585.2
885.6
174.8
266.6
796.2
866.7
384.9
409.5
868.6
430.0
355.1
143.67
557.3
183.7
268.2
623.1
8 786.87
9
Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Emisi CO2 di Kabupaten Tegal
Sumber emisi gas CO2 berasal dari sektor-sektor yang sulit dikurangi laju
pertumbuhan emisi karbonnya. CO2 yang berasal dari pembakaran biomassa
sebagian besar dihasilkan dari sektor kehutanan melalui kegiatan alih fungsi tata
guna lahan untuk berbagai keperluan, sedangkan CO2 yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dihasilkan dari konsumsi energi oleh sektor
industri, transportasi, dan rumah tangga yang erat kaitannya dengan kegiatan
pembangunan (Junaedi 2007). Emisi CO2 yang dihitung pada penelitian ini ialah
CO2 yang dihasilkan dari metabolisme manusia serta pembakaran bahan bakar
minyak dan gas.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, emisi CO2 di Kab. Tegal
pada tahun 2011 ialah sebesar 66 879 965.11 ton, yang merupakan jumlah dari
emisi CO2 yang dihasilkan dari metabolisme penduduk sebesar 490 649.70 serta
emisi CO2 dari konsumsi bahan bakar minyak dan gas sebesar 66 389 315.41 ton
pada tahun 2011 (Tabel 4). Salah satu fungsi keberadaan hutan kota adalah dapat
menyerap CO2 sehingga dapat mengurangi konsentrasi CO2 di udara (Dahlan
1992 dan Fakuara 1986). Iverson et al. (1993) menyatakan bahwa kemampuan
hutan kota sebagai penyerap CO2 ialah sebesar 58.2576 ton ha-1 tahun-1, sehingga
luas hutan kota optimal yang dibutuhkan berdasarkan emisi CO2 tahun 2011 di
Kab. Tegal adalah seluas 1 148 004.12 ha atau sebesar 1 306% dari luas
administrasi Kab. Tegal saat ini.
Tabel 4 Emisi CO2 di Kabupaten Tegal tahun 2011
Sumber Emisi CO2
Penduduk
Bahan bakar minyak
Bensin
Solar
Bahan bakar gas
LPG
Jumlah penduduk dan
Konsumsi bahan bakar*
1 400 256 jiwa
Emisi CO2 (ton)
490 649.70
84 784 kilo liter
70 520 kilo liter
208 473.25
179 245.79
22 232 000 ton
66 001 596.37
66 879 965.11
Total
*Sumber: BPS Kab. Tegal dan BPS Jateng 2012
Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Kabupaten Tegal
Kebutuhan luasan optimal hutan kota sebagai penyerap gas CO2 pada
tahun 2015, 2020, dan 2025 dihitung menggunakan hasil prediksi konsumsi bahan
bakar minyak dan gas serta prediksi jumlah penduduk Kab. Tegal. Berdasarkan
analisis data yang telah dilakukan, kebutuhan luasan hutan kota di Kab. Tegal
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan
jumlah penduduk dan penggunaan bahan bakar minyak dan gas. Peningkatan
emisi CO2 secara terus menerus akan mengakibatkan peningkatan suhu udara
serta pemanasan global (Dahlan 2004). Emisi CO2 pada tahun 2015 diperkiraan
mencapai 70 499 229.04 ton sehingga luas hutan kota optimal yang dibutuhkan
pada tahun tersebut adalah seluas 1 210 129.31 ha atau sebesar 1 377% dari luas
administrasi Kab. Tegal. Emisi CO2 di Kab. Tegal hingga tahun 2025
diprekdisikan sebesar 80 427 512.27 ton menyebabkan kebutuhan luas hutan kota
mencapai 1 571% dari luas administrasi atau sekitar 1 380 549.70 ha (Tabel 5).
10
Kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan emisi CO2 yang terus meningkat hingga
tahun 2025 berbeda dengan kebutuhan luasan hutan kota menurut PP RI No. 63
Tahun 2002 yang tetap (10% dari luas administrasi Kab. Tegal). Perbedaan
kebutuhan luas hutan kota menurut luas administrasi Kab. Tegal disajikan pada
Gambar 2.
Tabel 5 Prediksi emisi CO2 dan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
tahun 2015 hingga 2025
Emisi CO2 dari
penduduk (ton)
Tahun
2015
2020
2025
517 201.46
552 420.77
590 038.38
Emisi CO2 dari
bahan bakar minyak
dan gas (ton)
69 982 027.58
74 747 482.24
79 837 473.89
Kebutuhan luasan hutan kota
Ha
%
1 210 129.31
1 292 533.56
1 380 549.70
1 377
1 471
1 571
1600
1400
1200
Berdasarkan Emisi
CO2
%
1000
Berdasarkan PP RI
63/2002
800
600
400
200
0
2011
2015
2020
2025
Tahun
Gambar 2
Perbandingan kebutuhan luasan hutan kota Kabupaten Tegal
berdasarkan PP RI No. 63 tahun 2002 dan emisi CO2 pada tahun
2011, 2015, 2020, dan 2025
Kebutuhan luas hutan kota dari tahun 2011 hingga tahun 2025 yang
semakin meningkat melebihi luas administrasi Kabupaten Tegal. Hal tersebut
disebabkan oleh perhitungan emisi CO2 yang mengabaikan pengaruh dari angin
darat dan angin laut sesuai dengan asumsi penelitian. Pengaruh angin darat dan
laut diabaikan sehingga udara dianggap tidak mengalami pengenceran dan tidak
berpindah ke wilayah lain di luar Kabupaten Tegal.
Pengembangan Hutan Kota Di Kabupaten Tegal
Hutan kota ialah lapangan yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah
perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada
penduduk kota dalam kegunaan-kegunaan perlindungan, keindahan, serta rekreasi
dan kegunaan khusus lainnya (Fakultas Kehutanan IPB 1987). Nowak et al. 2008
menyebutkan bahwa hutan kota merupakan area bervegatasi di perkotaan yang
11
memberikan banyak manfaat yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan
manusia, lingkungan, dan daerah sekitar perkotaan. Saat ini Kab. Tegal memiliki
hutan kota total seluas 1.03 ha yang terbagi menjadi tiga lokasi (Tabel 6). Luas
tersebut hanya sekitar 0.001% dari luas administrasi Kab. Tegal. Angka luasan
tersebut belum memenuhi kebutuhan luas hutan kota baik menurut PP RI No. 63
Tahun 2002 maupun berdasarkan kemampuan menyerap gas CO2.
Tabel 6 Lokasi dan luas hutan kota Kabupaten Tegal tahun 2013
No.
1
2
3
Lokasi
Sekitar GOR Trisanja
Depan GOR Trisanja
Belakang Sekretariat Pemerintah Daerah Kab. Tegal
Total
Luas (ha)
0.24
0.13
0.66
1.03
Sumber: BLH Kab. Tegal (2013)
Hutan kota di Kabupaten Tegal yang telah memiliki Surat Keputusan dari
pemerintah daerah hanya terdapat di satu kecamatan, yaitu Kecamatan Slawi.
Hutan kota menyebar di tiga lokasi berbeda (Tabel 6). Bentuk hutan kota
menyebar ialah hutan kota yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat
berbentuk jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan
pengelolaan (PP RI No. 63 Tahun 2002). Tiap lokasi hutan kota yang ada di Kab.
Tegal saat ini berbentuk hutan kota mengelompok. Dahlan (1992) dan Fakuara
(1986) menyebutkan bahwa peranan hutan kota antara lain sebagai penahan dan
penyaring debu udara, menurunkan konsentrasi gas berbahaya seperti CO dan
CO2, penahan dan peredam suara, mengurangi dampak hujan asam, produsen
oksigen, meningkatkan kenyamanan, menahan serangan angin, pengendalian sinar
langsung dan pantulan, meredam bau, meningkatkan keanekaragaman satwa,
mengatasi penggenangan air, meningkatkan keindahan, dan produksi terbatas.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kabupaten Tegal pada tahun
2012 ialah seluas 43 447 km2 atau sekitar 4.35 ha (Pemkab Tegal 2012). Luas
tersebut bertambah hingga 69 786 ha apabila mengikutsertakan lahan-lahan yang
dapat dikategorikan menjadi RTH seperti sawah, hutan rakyat, dan hutan negara
(BPS Kab. Tegal 2012). RTH yang ada tentunya akan melakukan penyerapan
terhadap CO2 juga. RTH dapat dikembangkan statusnya menjadi hutan kota untuk
memenuhi kebutuhan hutan kota. Luas RTH yang ada sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan luasan hutan kota menurut Peraturan Pemerintah RI No. 63
Tahun 2002 seluas 8 786.87 ha. Sehingga hanya diperlukan penetapan status
sebagai hutan kota pada lokasi-lokasi RTH yang berpotensi sebagai hutan kota.
Namun luas RTH yang ada belum cukup untuk memenuhi kebutuhan luas hutan
kota sebagai penyerap CO2. Sehingga memang diperlukan pengembangan hutan
kota dengan penambahan luas hutan kota itu sendiri maupun luas RTH.
Pembangunan dan pengembangan hutan kota harus berpedoman pada
perencanaan tata ruang kota (Fakuara 1986). Lokasi hutan kota tersebut harus
dibangun pada tempat yang tepat dengan luas yang cukup sehingga daya dukung
wilayah kota dapat memenuhi kebutuhan terhadap hutan kota tersebut. Rencana
pengembangan hutan kota di Kab. Tegal menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kab. Tegal Tahun 2012 hingga 2032 masih terbatas hanya di kecamatan
Slawi. Hutan kota sebaiknya dikembangkan juga di setiap kecamatan lainnya
12
terutama kecamatan yang jumlah penduduknya paling banyak seperti Kecamatan
Adiwerna dan Kramat. Lokasi hutan kota sebaiknya di sekitar permukiman dan di
kanan kiri jalan raya sebagai jalur hijau.
Kecamatan lain yang mempunyai pusat industri seperti Kecamatan Talang
juga perlu dikembangkan hutan kota dengan lokasi hutan kota sebaiknya di sekitar
pusat-pusat industri dan di kanan kiri jalan raya sebagai jalur hijau. Adanya
industri pabrik gula di Kecamatan Pangkah juga membuat hutan kota perlu
dikembangkan di kecamatan tersebut dengan lokasi hutan kota di sekitar pabrik.
Pengembangan hutan kota dapat dilakukan pula dengan memanfaatkan
lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dijadikan hutan kota seperti taman kota
(Alun-alun Slawi dan Taman kota bundaran Masjid Agung Kab. Tegal), TPU di
kawasan permukiman, penanaman pohon di lahan-lahan kosong milik pemerintah
yang belum dimanfaatkan dengan baik, serta pengoptimalan jalur hijau di semua
jaringan jalan untuk mengurangi emisi CO2 yang berasal dari kendaraan bermotor
terutama pada jalur pantura di Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja.
Pemkab Tegal (2012) menyatakan bahwa lahan kritis yang ada di
Kabupaten Tegal yang perlu dikelola adalah seluas 10.70 ha, namun lokasi lahan
kritis tersebut tidak disebutkan secara spesifik. Lahan kritis tersebut tentunya
dapat dikembangkan menjadi hutan kota dengan rehabilitasi lahan. Jenis pohon
yang ditanam sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pengembangan hutan kota itu
sendiri dan sesuai dengan kondisi alam yang ada. Hutan kota untuk mengurangi
emisi CO2 di udara sebaiknya ditanami jenis-jenis pohon yang memiliki daya
serap CO2 yang tinggi.
Hutan kota yang ada di Kab. Tegal saat ini didominasi oleh jenis pohon
Jati (Tectona grandis) dan Sengon (Albizia falcataria). Jenis pohon tersebut
merupakan jenis pohon yang daya serap CO2-nya sedang, yaitu rata-rata sebesar
102.07 kg pohon-1 tahun-1 (Dahlan 2007). Pengembangan hutan kota untuk
mengurangi emisi CO2 di udara sebaiknya dengan menanam jenis-jenis pohon
yang berdaya serap CO2 agak tinggi hingga sangat tinggi. Pohon-pohon yang
sebaiknya ditanam di lokasi yang akan dikembangkan sebagai hutan kota antara
lain jenis Trembesi (Albizia saman) dan Cassia (Cassia sp.) yang memiliki daya
serap CO2 sangat tinggi. Trembesi atau Ki hujan memiliki daya serap CO2 sebesar
28 488.39 kg pohon-1 tahun-1 dan dan jenis Cassia sp. memiliki daya serap CO2
sebesar 5 295.47 kg pohon-1 tahun-1 (Dahlan 2007). Jenis pohon lainnya untuk
ditanam di hutan kota yang berdaya serap CO2 tinggi antara lain Kenanga
(Canangium odoratum), Pingku (Dysoxylum excelsum) dan Beringin (Ficus
benjamina) dengan rata-rata daya serap CO2 sebesar 835.65 kg pohon-1 tahun-1
(Dahlan 2007). Jenis-jenis pohon dengan daya serap CO2 agak tinggi seperti
Matoa (Pometia pinnata), Mahoni (Switenia mahagoni) dan Krey Payung
(Fellicium decipiens) memiliki rata-rata kemampuan menyerap CO2 sebesar
305.91 kg pohon-1 tahun-1 (Dahlan 2007).
Pengembangan hutan kota dengan menanam komposisi tumbuhan yang
memiliki daya serap CO2 sangat tinggi dapat menurunkan kebutuhan luasan hutan
kota di Kabupaten Tegal tahun 2015 menjadi 23.75% dari luas administrasi atau
seluas 20 867.85 ha dan kebutuhan luas hutan kota pada tahun 2025 menjadi
sebesar 27.09% atau seluas 23 806.63 ha (Tabel 7). Pengembangan hutan kota
dengan menanam komposisi tumbuhan yang memiliki daya serap CO2 tinggi
dapat menurunkan kebutuhan luasan hutan kota di Kabupaten Tegal tahun 2015
13
menjadi sebesar 480% dari luas administrasi atau seluas 421 822.71 ha dan
kebutuhan luasan hutan kota pada tahun 2025 menjadi sebesar 547.60% dari luas
administrasi atau seluas 481 227.26 ha (Tabel 7). Perbedaan kebutuhan luasan
hutan kota dengan variasi jenis tumbuhan yang ditanam dapat disajikan pada
Gambar 3.
Tabel 7 Kebutuhan luas hutan kota dengan variasi jenis tumbuhan berdaya serap
CO2 sangat tinggi dan tinggi
Tahun
Emisi CO2 (ton)
2015
2020
2025
70 499 229.04
75 299 903.01
80 427 512.27
Luas HK dengan tumbuhan
berdaya serap CO2 sangat
tinggi
Ha
%
20 867.85
23.75
22 288.85
25.36
23 806.63
27.09
Luas HK dengan
tumbuhan berdaya serap
CO2 tinggi
Ha
%
421 822.71
480.00
450 546.90
512.69
481 227.26
547.60
1600
Luas hutan kota (%)
1400
1200
Tidak berdasarkan komposisi jenis
tumbuhan
1000
800
Dengan komposisi tumbuhan berdaya
serap CO2 tinggi
600
Dengan komposisi tumbuhan berdaya
serap CO2 sangat tinggi
400
200
0
2015
2020
2025
Tahun
Gambar 3 Perbedaan kebutuhan luasan hutan kota tidak berdasarkan komposisi
jenis tumbuhan dengan berdasarkan komposisi jenis tumbuhan berdaya
serap CO2 sangat tinggi dan tinggi
Hutan kota merupakan salah satu alternatif solusi untuk menyerap CO2 di
udara dan dapat mengurangi kenaikan suhu udara di Kabupaten Tegal. Solusi
tersebut juga harus dilakukan bersama-sama dengan alternatif solusi lainnya untuk
mengurangi emisi CO2 dengan menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan
gas dan penggunaan sumber energi alternatif seperti tenaga air, tenaga surya,
angin, gelombang air laut, serta energi panas bumi.
14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hutan kota yang ada di Kabupaten Tegal saat ini ialah seluas 1.03 ha atau
sebesar 0.001% dari luas administrasi Kabupaten Tegal. Luas tersebut belum
memenuhi luas minimal hutan kota yang berdasarkan PP RI No. 63 Tahun 2002
yaitu sebesar 10% dari luas wilayah atau seluas 8 787.9 ha. Berdasarkan emisi
CO2 di Kabupaten Tegal, luas hutan kota optimal yang diperlukan pada tahun
2011 ialah seluas 1 148 004.12 ha atau sebesar 1 306% dari luas administrasi
Kabupaten Tegal. Kebutuhan luas hutan kota berdasarkan emisi CO2 pada tahun
2015 ialah seluas 1 210 129.31 ha atau sebesar 1 377% dari luas wilayah. Pada
tahun 2020 luas hutan kota optimal yang dibutuhkan adalah seluas 1 292 533.56
ha atau sebesar 1 471% dari luas wilayah. Pada tahun 2025 luas hutan kota yang
dibutuhkan yaitu seluas 1 380 549.70 ha atau sebesar 1 571% dari luas
administrasi Kabupaten Tegal. Kebutuhan luas hutan kota tersebut sangat besar
hingga melebihi luas administrasi wilayah, sehingga solusi pengembangan hutan
kota harus dilakukan seiring dengan alternatif solusi lainnya.
Saran
1.
2.
3.
Perlu adanya penambahan luasan hutan kota pada setiap kecamatan di
Kabupaten Tegal, optimalisasi hutan kota yang sudah ada berupa pengkayaan
jenis tumbuhan dengan menanam tumbuhan berdaya serap CO2 sangat tinggi
dan tinggi, persiapan tumbuhan untuk regenerasi hutan kota yang telah ada,
serta pemanfaatan lokasi-lokasi yang potensial menjadi hutan kota.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kesesuaian lokasi yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi hutan kota.
Alternatif solusi lain untuk mengurangi emisi CO2 antara lain dengan
menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan gas dan penggunaan
sumber energi alternatif seperti tenaga air, tenaga surya, serta tenaga angin.
DAFTAR PUSTAKA
[Bappeda Kab. Tegal] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tegal. 2008. Peta administrasi Kabupaten Tegal. Tegal (ID): Bappeda Kab.
Tegal.
[BPS Jateng] Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 2012. Jawa Tengah
dalam Angka 2003-2012. Semarang (ID): BPS Jawa Tengah.
[BPS Kab. Tegal] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal. 2012. Kabupaten Tegal
dalam Angka 2003-2012. Tegal (ID): BPS Kab. Tegal.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas
Hidup. Jakarta (ID): Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia.
Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Bogor (ID):
IPB Press.
15
Dahlan EN. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2
Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan
Pendekatan Sistem Dinamik [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Fakuara Y. 1986. Hutan Kota : Peranan dan Permasalahannya. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
Fakultas Kehutanan IPB. 1987. Konsepsi Pembangunan Hutan Kota. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley and
Sons.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 1996. Revised 1996 IPCC
Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Workbook (Volume
6). http://www.ipcc-nggip.iges.or.jp/public/gl/invs5.html.
Iverson LR, Brown S, Grainger A, Prasad A, Liu D. 1993. Carbon sequestration
in tropical Asia: an assessment of technically suitable forest lands using
geographic information systems analysis. Climate Research (3): 23-38.
Junaedi A. 2007. Kontribusi Hutan Sebagai Rosot Karbondioksida. Info Hutan
5(1): 1-7.
Nowak DJ, Crane DE, Stevens JC, Hoehn RE, Walton JT, Bond J. 2008. A
Ground-Based Method of Assessing Urban Forest Structure and Ecosystem
Services. Arboriculture and Urban Forestry 34(6): 347-358.
[Pemkab
Tegal]
Pemerintah
Kabupaten
Tegal.
2011.
Geografi.
http://www.tegalkab.go.id. [1 Nov 2011]
[Pemkab Tegal] Pemerintah Kabupaten Tegal. 2012. Lingkungan hidup, tata
ruang, pertanahan. http://tegalkab.go.id. [2 Mar 2014]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002, Tentang Hutan
Kota. Jakarta.
Umam M. 2013. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Berdasarkan Emisi
Karbondioksida (CO2) di Kota Cilegon Provinsi Banten [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 6 Februari 1993, merupakan anak
tunggal dari pasangan Mohamad Solehudin dan Nurhikmah. Pendidikan formal
yang telah ditempuh penulis yaitu di SD Negeri 1 Danawarih, SMP Negeri 1
Lebaksiu dan SMA Negeri 3 Slawi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun
2009 dan memilih mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi
Ikatan Mahasiswa Tegal IPB (IMT IPB) periode tahun 2009-2011. Penulis juga
aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan anggota Kelompok Pemerhati
Ekowisata periode tahun 2010-2012.
Penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan praktik lapang dan ekspedisi
seperti Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Taman
Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat (2011) dan di Taman Wisata Alam
Sukawayana, Jawa Barat (2012), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuweungsancang, Jawa Barat (2011),
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH
Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2012), Studi Konservasi
Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011) dan di
Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau (2012), serta Praktik Kerja Lapang Profesi
(PKLP) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur (2013). Selama masa
perkuliahan penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum di mata kuliah
Ekologi Hutan, Rekreasi Alam dan Ekowisata, serta Inventarisasi dan Pemantauan
Tumbuhan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis melaksanakan penelitian di Kabupaten Tegal dan menulis skripsi dengan
judul “Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Karbondioksida
di Kabupaten Tegal Jawa Tengah” di bawah bimbingan Dr Ir Endes Nurfilmarasa
Dachlan, MS. dan Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Endes Nurfilmarasa
Dachlan, MS. dan kepada Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi. yang telah
membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi, juga kepada pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, BPS Jawa Tengah, dan Pertamina Unit IV
yang telah banyak membantu selama proses pengambilan data. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Mohamad Solehudin
dan Ibu Nurhikmah atas bantuan dan dukungannya selama ini. Terima kasih juga
penulis ucapkan untuk para sahabat Devi Damayanti, Wahyu Retno Savitri, serta
seluruh sahabat Anggrek Hitam 46 atas dukungan, semangat, dan bantuannya
selama penyusunan skripsi. Terima kasih juga kepada keluarga Wisma Jelita
(Retno Palupy, Khoirunissa Cahyamurti, Rahmi Nur Khairiah, Dhimita Jati
Praditya) yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih pula kepada keluarga Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT),
terutama angkatan 46 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.