Penentuan luasan optimal jalur hijau sebagai penyerap gas CO2 studi kasus di jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi-TMII

(1)

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL JALUR HIJAU

SEBAGAI PENYERAP GAS CO

2

(Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi – TMII)

HENDRA PERMANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

RINGKASAN

Hendra Permana. Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi – TMII). Di bawah bimbingan Ir. Emi Karminarsih,MS.

Perkembangan kota mengakibatkan keberadaan ruang terbuka hijau cenderung tereliminasi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor, memiliki pengaruh yang besar terhadap penurunan kualitas lingkungan. Jalan tol merupakan prasarana transportasi yang memiliki arus lalu-lintas yang cukup padat, sehingga keberadaan jalur hijau dengan luasan yang optimal sangat diperlukan untuk menyaring partikel debu dan partikel-partikel lainnya serta menyerap emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, termasuk gas CO2. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung luasan optimal jalur hijau berdasarkan penyerapan karbondioksida (CO2) agar fungsinya sebagai penyerap CO2 dapat dirasakan secara optimal.

Penelitian ini dilaksanakankan di Jalan Tol Jagorawi dan mengambil lokasi penelitian di ruas Ciawi – TMII. Selama 2 bulan, mulai April 2006 sampai dengan Mei 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data volume kendaraan yang melintasi Jalan Tol Jagorawi (ruas Ciawi-TMII) dan peta-peta yang dikoleksi oleh PT. Jasamarga cabang Jagorawi. Penentuan luasan jalur hijau aktual didasarkan pada Peta Pertamanan, serta Peta Jalan Tol Jagorawi. Melalui penentuan proprosi luasan jalur hijau terhadap luasan Daerah Manfaat Jalan (Damaja) dan luasan Daerah Milik Jalan (Damija). Penentuan kebutuhan luas jalur hijau dilakukan dengan menggunakan modifikasi Metode Gerrakis. Rumus modifikasi ini menggunakan pendekatan jumlah karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor yang melintas, dimana rumus aslinya didasarkan pada perhitungan jumlah oksigen (O2). Luasan jalur hijau yang diperlukan diduga berdasarkan jumlah CO2 yang diperoleh dari hasil perhitungan rumus modifikasi Gerrakis tersebut. Karbondioksida yang dihasilkan dari setiap kendaraan bermotor diperoleh dari hasil perkalian jumlah kendaran bermotor (unit) dengan karbondioksida yang dihasilkan per kendaraan bermotor (kg/jam).

Secara keseluruhan, sampai dengan tahun 2005 luasan jalur hijau Jalan Tol Jagorawi (ruas Ciawi-TMII) yang tersedia sekitar 264,96 Ha. Luasan tersebut bila dibandingkan dengan panjang ruas jalan serta rata-rata kecepatan kendaraan yang melintas, belum mencukupi luasan yang dibutuhkan yaitu 455,03 Ha agar fungsinya sebagai penyerap gas CO2 dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu secara keseluruhan ruas jalan Tol Jagorawi tersebut masih kekurangan jalur hijau 190,07 Ha (41,77 %). Dari luasan Jalur hijau yang terdapat pada setiap ruas Jalan Tol Jagorawi hingga tahun 2005, hanya ruas Ciawi dan Bogor saja yang masih memiliki luasan lebih dari yang dibutuhkan (30,51 Ha) yaitu seluas 5,29Ha. Ruas jalan antara Cibubur dan Pasar Rebo merupakan ruas jalan dengan emisi gas CO2 terbanyak yaitu sebesar 157.384,4 kg/Hari. Dengan emisi sebanyak itu, luasan jalur hijau yang dibutuhkan adalah seluas 110,09 Ha. Pada ruas tersebut luasan jalur hijau hanya tersedia hanya sebesar 37,67 Ha, sehingga memerlukan tambahan luasan sebesar 72,42 Ha.


(3)

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL JALUR HIJAU

SEBAGAI PENYERAP GAS CO

2

(Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi – TMII)

HENDRA PERMANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(4)

Judul :Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap Gas CO2

(Studi Kasus Di Jalan Tol jagorawi, Ruas Ciawi - TMII) Nama : Hendra Permana

NRP : E14101008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Emi Karminarsih, MS. NIP : 130871925

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. NIP : 131 430 799


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 01 April 1983. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Achmad Suryana (almarhum) dan Yayah Khaeriah. Penulis mengawali pendidikannya di TK Sandhy Putra Bogor, melanjutkan pendidikan dasar di SD N Pengadilan IV Bogor dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1995, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 05 Bogor lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMU Negeri 1 Leuwiliang, lulus pada tahun 2001. Pada bulan Juni 2001 penulis diterima di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan diterima di Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan dengan pilihan spesialisasi penelitian di Laboratorium Perencanaan Hutan.

Penulis telah mengikuti kegiatan praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Leuweung Sancang dan Kamojang, BKSDA Jawa Barat serta dilanjutkan di Perum Perhutani KPH Ciamis tepatnya di BKPH Ciamis, BKPH Cijulang dan BKPH Pangandaran pada bulan Juli hingga Agustus 2004. Pada bulan Februari hingga April 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Ekawana Lestari Dharma di Provinsi Riau. Penulis juga pernah melakukan magang di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada bulan Agustus 2003. Selain itu dalam kegiatan kemahasiswaan penulis aktif berorganisasi, pada tahun 2002-2003 dan 2003-2004 penulis aktif sebagai staf Litbang Forest Managemen Student Club (FMSC). Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan baik tingkat fakultas maupun IPB.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis menyusun tugas akhir dengan judul “Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang Maha mengetahui, atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi,

Ruas Ciawi – TMII) “.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan dengan rasa hormat penulis sampaikan penghargaan setinggi – tingginya kepada :

1. Ibunda tercinta yang telah mengandung dan melahirkan penulis; Ayahanda penulis yang telah berpulang ke rahmatullah yang pernah mengisi kehidupan dan menjadi tauladan bagi penulis, dan adik-adiku tercinta atas perhatian, semangat, kasih sayang dan do’anya.

2. Ibu Ir. Emi Karminarsih, MS. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Endes N. Dahlan, MS. selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Hutan, atas bimbingan dan masukannya.

4. Ibu Ir. Lina Karlinasari S.Hut., MSc. selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan, atas bimbingan dan masukannya.

5. PT. Jasa Marga, yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian di Jalan Tol Jagorawi.

6. Bapak Lutfi selaku pengurus Divisi Pemeliharaan Tol Jagorawi atas bantuannya dalam proses pengambilan data.

7. Muji dan Pudi (atas bantuan selama pengambilan data dan masukannya), Gunanto (atas fasilitas dalam menyelesaikan tugas akhir) , Ahmad, Edwine, Priyo, Sukri, Azis, Mas Burr, Dini, Aulia, Kania, Ani, Okky, dan Dita, yang telah memberi masukan dan dukungan.

8. Rekan-rekan di Laboratorium Perencanaan Hutan: Dikki, Ana, Isma, Lukman, Wira, dan Rani, serta Eli (rekan satu bimbingan).


(7)

ii

9. Rekan-rekan MNH’38 atas kebersamaan, dan keceriaan, kekompakan, dan persahabatannya. Semoga pengalaman yang kita rasakan menjadi kenangan terindah yang takkan terlupakan.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006


(8)

DAFTAR ISI

Teks Halaman

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN……… ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara ... 3

Ruang Terbuka Hijau ... 4

Kebutuhan Luasan Hutan Kota ... 6

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode Penelitian ... 7

Pengumpulan Data ... 7

Pengolahan Data ... 8

KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Deskripsi Jalan Tol Jagorawi ... 12

Lingkungan Fisik-kimia ... 13

Lingkungan Biologi ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Karbondioksida Yang Dihasilkan ... 15

Luasan Jalur Hijau Yang Dibutuhkan ... 18

Keseimbangan Jalur Hijau Berdasarkan Pendugaan Daya Serap Vegetasi Terhadap Karbondioksida ... 20


(9)

iv

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26


(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh beberapa jenis bahan bakar ... 8

2 Cadangan karbon dan karbondioksida berbagai tipe penutupan vegetasi .... 11

3. Daya serap vegetasi terhadap gas CO2 ... 11

4. Jenis tanaman hias dan pohon pada median Jalan Tol Jagorawi ... 14

5. Rata-rata volume lalu-lintas per hari, Desember 2005 ... 15

6. Perbandingan Emisi CO2 Dua kecepatan (kg/Hari) ... 16

7. Persentase volume lalu-lintas kendaraan per hari, Desember 2005 ... 17

8. Volume gas CO2 pada setiap ruas Jalan Tol Jagorawi (kg/hari) ... 18

9. Luas minimal jalur hijau yang dibutuhkan ... 19


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Grafik kesetimbangan antara luasan jalur hijau yang tersedia dan yang

dibutuhkan ... 20

2. Ruas jalan Ciawi-Bogor ... 21

3. Ruas jalan Cibubur-Pasar Rebo. ... 22


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Volume lalu-lintas per hari pada bulan Desember 2005 ... 29

2. Volume lalu-lintas per bulan pada tahun 2005 ... 30

3. Volume lalu-lintas Jalan Tol Jagorawi per tahun (1989-2005) ... 30

4. Luasan jalur hijau aktual ... 31

5. Volume lalu-lintas tiap gerbang tol pada bulan Desember 2005 ... 32

6. Lalu-lintas rata-rata per hari gerbang tol transaksi Jagorawi, Desember 2005 ... 37

7. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol ... 41

8. Data Tanaman Pelindung Jalan Tol Jagorawi Tahun 2004 ... 44


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota merupakan suatu kesatuan wilayah dengan tingkat pembangunan yang telah maju. Akan tetapi perkembangan pembangunan kota mengakibatkan keberadaan ruang terbuka hijau cenderung tereliminasi, akan tetapi kebutuhan terhadap hutan kota meningkat pesat (meningkatnya jumlah penduduk, kendaraan bermotor, industri, dan sarana lainnya). Perkembangan kota demi memajukan perekonomian kota serta pembangunan sarana dan prasarana kota, cenderung kurang memperhatikan kualitas lingkungan.

Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam tetumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi. Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan reaksinya berupa: meningkatnya suhu udara di perkotaan, penurunan air tanah, banjir/genangan, penurunan permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO, ozon, karbondioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor (Dahlan,1992).

Melihat permasalahan di atas, peningkatan jumlah kendaraan bermotor serta panjang ruas jalan dan kecepatan kendaraan, memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas udara di sekitar ruas jalan yang dilintasi. Gas CO2 merupakan salah satu emisi kendaraan bermotor, yaitu gas yang pada saat ini persentasenya di udara telah mengakibatkan efek rumah kaca yaitu peningkatan suhu udara bumi secara global. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak negatif dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yaitu dengan mengembangkan hutan kota di sekitar jalan yang berupa jalur hijau.

Jalan tol merupakan prasarana transportasi yang memiliki arus lalu-lintas yang cukup padat, sehingga keberadaan jalur hijau dengan luasan yang optimal sangat diperlukan untuk menyaring partikel debu dan partikel-partikel lainnya


(14)

serta menyerap emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, termasuk gas CO2. Dengan demikian kualitas lingkungan dapat dijaga atau bahkan ditingkatkan. Akan tetapi jika luasannya tidak mencukupi, maka fungsi-fungsi yang diharapkan tidak akan terasa, sehingga diperlukan penentuan luasan jalur hijau yang tepat agar fungsinya dapat dirasakan secara optimal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung luasan optimal jalur hijau berdasarkan penyerapan karbondioksida (CO2) di Jalan Tol Jagorawi, ruas Ciawi-Taman Mini Indonesia Indah (TMII), agar fungsinya sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2) dapat dirasakan secara optimal.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi instansi pengelola Jalan Tol Jagorawi, ruas Ciawi-TMII (PT. Jasa Marga), dalam mewujud ruas Jalan Bebas Hambatan yang berwawasan lingkungan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Udara

Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran (Whardana, 1995).

Menurut Sastrawijaya (1991), pencemaran akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Sehingga lingkungan mengalami pemyimpangan akibat pencemaran tersebut, susunan udara yang tercemar akan mempunyai komposisi lain dari pada udara normal dan udara bersih disekitar kita. Sedangkan pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia yang disebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkat radiasi, bahan fisika dan kimia serta jumlah organisme. Perubahan seperti ini dapat mempengaruhi secara langsung terhadap manusia melalui udara yang diserap atau secara tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas.

Pencemaran udara menurut Whardana (1995) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya. Ryadi (1982) mendefinisikan pencemaran udara adalah keadaan dimana masuknya sesuatu zat kedalam udara atmosfer oleh suatu sumber, yang cenderung menimbulkan ketimpangan susunan udara atmosfer secara ekologis, melalui aktifitas manusia maupun alami. Pencemaran udara menimbulkan gangguan-gangguan bagi kehidupan satu atau kelompok organisme.

Pencemaran kendaraan bermotor di kota besar semakin terasa. Pembakaran bensin dari kendaraan bermotor merupakan penyebab utama terjadinya polusi udara. Disamping CO juga dikeluarkan nitrogen oksida (NO), belerang oksida, partikel padatan dan senyawa fosfor timbal. Senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin (Sastrawijaya, 1991).


(16)

Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau atau hutan kota sangat penting artinya dalam upaya pengelolaan lingkungan perkotaan. Fakuara (1987) menyatakan bahwa hutan kota mempunyai manfaat sebagai berikut (1) menjamin kelestarian penyediaan oksigen yang cukup, (2) terciptanya iklim yang sehat dan bebas polusi, (3) terciptanya suasana teduh, nyaman, bersih, dan indah, (4) terkendalinya tata air yang optimal, (5) menyediakan saran rekreasi dan habitat satwa, (6) sebagai cadangan lokasi untuk keperluan sanitasi kota serta untuk pemenuhan kebutuhan ruang dalam usaha pemekaran kota, (7) sosial hutan wisata, dan (8) sebagai sarana penunjang pendidikan dan penelitian.

Dalam menangani krisis lingkungan terutama di perkotaan, sangat tepat jika keberadan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota (Irwan, 1989). Pembangunan hutan kota merupakan alternatif betuk kegiatan pembangunan kehutanan yang dipandang efektif dan efisien dalam penanggulangan penurunan kualitas lingkungan hutan kota dimana tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalamnya dapat membersihkan udara kotor (Bernatzky, 1978).

Vegetasi dalam suatu kota atau pinggiran kota dalam bentuk taman, jalur hijau, kebun dan pekarangan serta hutan dapat berfungsi sebagai paru-paru suatu kota sebab tumbuhan dapat menyediakan oksigen yang diperlukan manusia dan dapat menetralisir beberapa pencemaran udara, selain itu dapat memberikan keindahan, keasrian, serta kesegaran (Fakuara, 1987).

Menurut Irwan (1989), hutan kota adalah bagian dari ruang terbuka. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hutan kota meliputi taman-taman, tepi jalan, jalan tol, jalan kereta api, bangunan umum, lahan-lahan yang terbuka, kawasan luar kota, kawasan pemukiman kawasan perdagangan dan kawasan industri.

Hutan perkotaan (urban forestry) menurut Grey dan Deneke (1978), meliputi vegetasi berkayu di dalam lingkungan tempat penduduk, mulai dari kampung kecil sampai dengan kota besar. Dalam hal ini tidak hanya pohon-pohon saja , akan tetapi juga dalam setiap lahan sempit jalur hijau dan tempat rekreasi.


(17)

5

Menurut Dahlan (1992), hutan dapat bertindak sebagai komponen perlindungan kehidupan masyarakat yang tinggal di perkotaan dan wilayah sekitarnya, kerena dapat bertindak dan berfungsi sebagai penyerap polusi, penyerap bau, habitat satwa, ameliorasi iklim, mengurangi bahaya banjir, mengurangi intrusi air garam, pengelolaan air tanah, penahan angin pengendali cahaya yang menyilaukan, meningkatkan keindahan dan kesegaran serta dapat meredam kebisingan.

Peredam kebisingan dapat juga dilakukan dengan menanam tanaman berupa rumput, semak, dan pepohonan. Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah jenis yang meempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978).

Penghijauan kota yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap dan menjerap polutan maka konsentrasi pencemar akan semakin kecil, sehingga tidak mengakibatkan bahaya bagi warga kota. Dengan demikian manusia yang tinggal di kota hidup dengan baik dan sehat. Penghijauan kota yang baik seharusnya di sertai upaya penurunan konsentrasi pencemar, yang diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan kota (Dahlan, 1992).

Menurut Dahlan (1992) jalur hijau di sepanjang jalan bebas hambatan merupakan hutan kota dengan tipe pengamanan, dimana pada bagian yang lebih luar dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemaran yang di emisikan oleh kendaraan bermotor. Vegetasi di dalam suatu kota atau pinggiran kota dalam bentuk taman, jalur hijau, kebun dan pekarangan dapat berfungsi sebagai paru-paru suatu kota (Fakuara, 1987).


(18)

Kebutuhan Luasan Hutan Kota

Penetapan besarnya luasan hutan kota sangatlah diperlukan karena fungsi hutan kota akan terasa jika luasan hutan kota cukup untuk mengoptimalkan dari fungsi hutan kota tersebut. Hutan kota merupakan penyerap CO2 yang cukup penting selain fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Tanaman hutan kota baik di dalam maupun luar kota akan menyerap gas CO2 melalui proses fotosintesis. CO2 adalah bahan baku bagi fotosintesis dan diketahui laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam udara. Penelitian menunjukan sampai batas tertentu kenaikan kadar CO2 dalam atmosfer mempertinggi laju. Di atas batas itu laju fotosintesis mula-mula mendatar kemudian menurun. Kenaikan laju fotosintesis itu mengakibatkan naiknya produksi biomasa. Kenaikan produksi ini efek pemupukan kenaikan kadar CO2 (Soemarwoto et al., 1992).

Menurut Fakuara (1987), fotosintesis adalah suatu proses penangkapan energi sinar matahari oleh klorofil dan kemudian diubah menjadi energi kimia. Proses utama dari fotosintesis adalah terbentuknya karbohidrat yang merupakan energi bagi proses fisiologis tanaman. Selain dari itu dihasilkan O2 yang sangat diperlukan oleh seluruh mahluk hidup di dunia untuk pernapasan. Adapun rumus dari fotosintesis adalah sebagai berikut :

6 CO2 + 6 H2O + Energi cahaya C2H2O6 + 6 O2

Menurut Salisbury dan Cleon (1995) jumlah karbon yang ditambat melalui proses fotosintesis tiap tahunnya diperkirakan berkisar antara 70-120 trilyun ton dan diperkirakan sekitar duapertiga dari produktivitas ini terjadi di daratan, hanya sepertiganya yang berlansung di laut dan samudra. Dengan demikian keberadaan tumbuhan di wilayah perkotaan sangat diperlukan dalam menyerap CO2 dan mengatasi efek rumah kaca.


(19)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakankan di Jalan Tol Jagorawi dan mengambil lokasi penelitian di ruas Ciawi – TMII. Selama 2 bulan, mulai April 2006 sampai dengan Mei 2006.

Bahan dan Alat

Bahan dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Arah Tujuan Jalan Tol Jagorawi, Peta Jalan Tol Jagorawi, dan Peta Pertamanan Jalan Tol Jagorawi. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengolahan data adalah , seperangkat komputer dan alat tulis, kamera untuk melakukan observasi dan dokumentasi.

Metode Penelitian

Penelitian ini meliputi beberapa tahap kegiatan, yaitu:

Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder berupa data volume kendaraan yang melintasi Jalan Tol Jagorawi (ruas Ciawi-TMII) dan peta-peta diperoleh dari PT. Jasamarga cabang Jagorawi, serta dilakukan studi pustaka yang berkaitan dan mendukung proses penelitian. Teknik dan prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melihat langsung ke lokasi tempat penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata di lapangan mengenai kondisi biofisik, terutama untuk melihat kondisi jalur hijau dan kepadatan lalu-lintas secara nyata di lapangan. Dalam observasi dilakukan kegiatan dokumentasi.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dianggap penting sebagai bahan penunjang dan pembanding dalam penganalisaan jalur hijau. Cara ini juga dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif mengenai jenis dan jumlah kendaran yang melintas pada jalan tol Jagorawi ruas Ciawi - TMII.


(20)

Data kuantitatif tersebut akan menjadi dasar dalam penentuan luasan jalur hijau minimal sebagai penyerap gas CO2.

Pengolahan Data

1. Penentuan Luas Jalur Hijau Aktual

Penentuan luasan jalur hijau aktual dilakukan dengan melihat Peta Pertamanan, Peta Jalan Tol Jagorawi. Selain itu, data luasan Daerah Manfaat Jalan (Damaja) dan data luasan Daerah Milik Jalan (Damija) pun digunakan dalam penentuan luasan jalur hijau.

2. Karbondioksida yang dihasilkan

Karbondioksida yang dihasilkan dari setiap kendaraan bermotor diperoleh dari hasil perkalian jumlah kendaran bermotor (unit) dengan karbondioksida yang dihasilkan per kendaraan bermotor (kg/jam). Adapun beberapa asumsi serta batasan yang digunakan dalam penelitian antara lain :

a. Kendaraan bermotor dikelompokan dalam 3 golongan berdasarkan jumlah dan jenis beban, yaitu:

Golongan I : Kendaraan penumpang dan beban, berbahan bakar bensin Golongan II A : Kendaraan beban dan bis, berbahan bakar solar

Golongan II B : Kendaraan beban berkapasitas besar, berbahan bakar solar b. Kebutuhan bahan bakar spesifik dalam satuan kg/PS.Jam, dimana PS (pfer de

starke) adalah satuan unit tenaga kendaraan yang setara dengan 0,986 hp (horse power), menurut Arismunandar (1980) dalam Wisesa (1988) adalah sebagai berikut: Bensin : 0,21 kg/ PS.jam

Solar : 0,16 kg/ PS.jam

c. Karbondioksida yang dihasilkan pembakaran sesuai tipe bahan bakar, menurut Departement of Environment, Food and Rural Affairs dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh beberapa jenis bahan bakar

No. Jenis Bahan Bakar Emisi CO2 Satuan

1 Bensin 2,33 kg /Liter

2 Solar 2,64 kg /Liter

3 Batu Bara 2,96 kg /Liter

4 Gas (LPG) 2,06 kg /m3


(21)

9

d. Daya minimal rata-rata kendaraan dalam satuan PS (pfer de starke): Golongan I, berbahan bakar bensin : 20 PS

Golongan II A, berbahan bakar solar : 100 PS Golongan II B, berbahan bakar solar : 150 PS

e. Karbondioksida yang dihasilkan oleh setiap satu unit kendaraan pada masing-masing golongan:

Golongan I : Bahan bakar : Bensin

Kebutuhan bahan bakar : 0,29 Liter/PS.Jam Daya minimal : 20 PS/Unit CO2 yang dihasilkan : 2,33 kg /Liter

Dengan demikian banyaknya gas CO2 yang dihasilkan oleh satu unit mobil golongan I dalam satu jam adalah:

= 0,29 Liter/PS.Jam × 20 PS/Unit ×2,33 kg /Liter = 13,51 kg /Jam.

Golongan II A : Bahan bakar : Solar

Kebutuhan bahan bakar : 0,19 Liter/PS.Jam Daya minimal : 100 PS/Unit CO2 yang dihasilkan : 2,64 kg /Liter

Dengan demikian banyaknya gas CO2 yang dihasilkan oleh satu unit mobil golongan II A dalam satu jam adalah:

= 0,19 Liter/PS.Jam × 100 PS/Unit ×2,64 kg /Liter = 50,16 kg /Jam.

Golongan II B : Bahan bakar : Solar

Kebutuhan bahan bakar : 0,19 Liter/PS.Jam Daya minimal : 150 PS/Unit CO2 yang dihasilkan : 2,64 kg /Liter

Dengan demikian banyaknya gas CO2 yang dihasilkan oleh satu unit mobil golongan II B dalam satu jam adalah:

= 0,19 Liter/PS.Jam × 150 PS/Unit ×2,64 kg /Liter = 75,24 kg /Jam


(22)

f. Dalam Penelitian ini, kecepatan mobil yang melaju di jalan tol diasumsikan sebesar 110 Km/Jam, berdasarkan standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol (terlampir). Berikut ini merupakan rumus untuk mengetahui volume emisi gas CO2 yang terdapat pada setiap ruas:

Volume CO2 =

Emisi (kg/hari)×Jarak (Km)÷Kecepatan (Km/jam)

g. Dalam penelitian ini karbondioksida yang dihitung hanya yang dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor, sedangkan yang berasal dari faktor lain diabaikan.

3. Penentuan Luas Jalur Hijau Berdasarkan Jumlah Karbondioksida yang Dihasilkan

Penentuan kebutuhan luas jalur hijau dilakukan dengan pendekatan Metode Gerrakis (Gerakis, 1974 dalam Wisesa 1988). Metode ini menggunakan pendekatan jumlah oksigen. Namun dalam hal ini rumus yang diperoleh dimodifikasi kembali dengan melihat sisi karbondioksida yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor yang melintas, sehingga dapat ditentukan luas jalur hijau yang dibutuhkan berdasarkan jumlah karbondioksida. Hasil rumus modifikasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

K y b x a

L=

i i+

i i

Keterangan :

L : Luas Jalur Hijau (Ha)

ai : Karbondioksida yang dihasilkan per kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin (kg/jam)

bi : Karbondioksida yang dihasilkan per kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar (kg/jam)

xi : Jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin (unit) yi : Jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar (unit) K : Kemampuan tipe vegetasi dalm menyerap gas CO2 (kg/hari.ha)


(23)

11

4. Pendugaan Daya Serap Vegetasi (Jalur Hijau) Terhadap Karbondioksida Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas CO2 yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan (Dahlan, 1992).

Jalur hijau merupakan salah satu bentuk hutan kota, fungsinya sebagai penyerap gas CO2 sangat diharapkan untuk mengurangi dampak negatif dari emisi yang di buang oleh kendaraan bermotor yang melintas. Untuk melakukan proses fotosintesis selama 12 jam dalam satu hari, lahan hijau dengan luas 1 Ha dan total luas daun 5 Ha membutuhkan 900 kg CO2. Menurut Prasetyo et al. (2002) hutan yang mempunyai berbagai macam tipe vegetasi memiliki kemampuan atau daya serap terhadap CO2 yang berbeda. Daya serap berbagai macam tipe vegetasi terhadap CO2 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Cadangan karbon dan karbondioksida berbagai tipe penutupan vegetasi

No. Tipe Penutupan Cadangan Karbon

(ton/ha.thn) Cadangan CO2 (ton/ha/thn)

1 Pohon 155,20 569,07

2 Semak Belukar 15,00 55,00

3 Padang Rumput 6,00 12,00

4 Sawah 6,00 12,00

Sumber : Prasetyo et al. (2002)

Daya serap berbagai tipe vegetasi perhari dan per jam dapat dihitung berdasarkan pada cadangan karbon dalam satu tahun (lihat tabel 2). Hasil perhitungan daya serap berbagai tipe vegetasi terhadap CO2 dalam satuan kg/Ha.hari dan kg/Ha.jam (dalam satu hari, proses fotosintesis terjadi hanya pada siang hari), tersaji pada tabel 3.

Tabel 3. Daya serap vegetasi terhadap gas CO2

No. Tipe Penutupan Daya Serap (kg /Ha.hari) Daya Serap (kg /Ha.jam)

1 Pohon 1.559,10 129,92

2 Semak Belukar 150,68 12,56

3 Padang Rumput 32,88 2,74


(24)

KONDISI UMUM TEMPAT PENELITIAN

Deskripsi Jalan Tol Jagorawi

Jalan Tol Jagorawi adalah jalan tol tertua di Indonesia yang dibangun sejak tahun 1972 dan mulai dioprasikan pada tahun 1978 sebagai jalan utama yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Kota Bogor dan Ciawi, Jawa Barat. Jalan Tol Jagorawi merupakan jalan bebas hambatan yang membentang dari Jakarta (Cawang) dan berakhir di Bogor dan Ciawi dengan panjang jalan 40,8 Km. Karena Jalan Tol Jagorawi ini menghubungkan wilayah-wilayah yang strategis, volume lalu-lintas kendaraan yang melalui Jalan Tol Jagorawi ini cukup padat. Jalan Tol tersebut terdiri dari dua buah jalur yang dipisah oleh bidang median, yaitu dari arah Selatan ke Utara dan sebaliknya. Jalan Tol Jagorawi memotong wilayah dari 28 desa, 9 desa berada di wilayah administrasi DKI Jakarta dan 19 desa lainnya berada di wilayah administrasi Kabupaten Bogor.

Pada pekembangannya, Jalan Tol Jagorawi mengalami penambahan-penambahan pintu gerbang Tol Jagorawi. Penambahan-penambahan-penambahan pintu gerbang Tol Jagorawi dilakukan untuk penyesuaian perkembangan jalan-jalan yang dibangun sepanjang Jalan Tol Jagorawi. Pintu gerbang Jalan Tol Jagorawi semakin bertambah, yang pada perkembangannya sekarang terdapat 11 pintu gerbang di sepanjang Jalan Tol Jagorawi. Pada tiap-tiap jalur terdapat tujuh buah gerbang pembayaran Tol, yang menandai bahwa kendaraan dapat keluar masuk Jalan Tol Jagorawi melalui gerbang tersebut, yaitu gerbang Tol TMII (Km 5,25), Pasar Rebo (Km 7,45), Cibubur (Km 13,90), Gunung Putri (Km 24,20), Cibinong (Km 27,50), Sentul (Km 33,2), Bogor (Km 40,50), dan Ciawi (Km 44,60).

Daerah milik jalan merupakan semua daerah dari pagar sebelah kiri hingga pagar sebelah kanan, sedangkan daerah manfaat jalan Tol adalah badan jalan tol itu sendiri (lajur jalan tol dan bahu jalan). Di luar daerah manfaat jalan yang diperuntukan sebagai jalur hijau (green belt). Jalur hijau di tepi jalan Tol selain memiliki fungsi pelindung dan fungsi estetika untuk mengurangi kejenuhan para pengendara, juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengurangi kecelakaan lalu-lintas dan dampak negatif dari polusi yang dihasilkan oleh kendaraan yang melintas.


(25)

13

Lingkungan Fisik-Kimia

Jalan Tol Jagorawi memiliki topografi yang datar (kelerengan 0-2%), berombak (3-8%), dan bergelombang (9-15%), namun topografimya relatif datar dari arah Jakarta dan mulai berombak di wilayah yang mendekati Bogor, terutama di wilayah sekitar Citeureup hingga Cibinong topografinya berombak dan bergelombang. Ketinggian tempat wilayah Tol Jagorawi bervariasi, dari Jakarta hingga Cibubur ketinggiannya 20 mdpl, di sekitar Cibinong ketinggiannya 125 mdpl dan jalan Tol Jagorawi wilayah Bogor berada pada ketinggian 250-300 mdpl. dari arah Bogor ke Jakarta, Jalan Tol Jagorawi melintasi tiga buah sungai yaitu sungai Ciliwung (Km 12) dan sungai Cikeas (Km 22 dan Km 38) yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, serta sungai Cisunter (Kali Sunter, Km 40) yang berada di wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson, Jalan Tol Jagorawi Bogor termasuk dalam wilayah yang memiliki Iklim tipe A, yaitu mempunyai curah hujan rata-rata yang lebih besar dari 2000 mm/tahun, yang disertai pula dengan penyebaran hujan tahunan yang cukup tinggi. Jalan Tol Jagorawi yang berada di wilayah Jakarta curah hujan rata-rata 1800 mm/tahun, sedangkan di wilayah Bogor dapat mencapai 4200 mm/tahun. Hujan yang cukup lebat terjadi pada bulan November hingga Maret, bulan-bulan kering jarang dijumpai setiap tahunnya. Di wilayah Cibinong sampai dengan Bogor rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujannya cukup tinggi mulai bulan November hingga April. Suhu udara antara Jakarta, Cibinong maupun Bogor relatif sama dan tidak terlalu bervariasi.

Menurut Peta Tinjau Kabupaten Bogor (1966) dan Peta Tanah semi detail Kabupaten Bogor (1979) pada areal Jalan Tol Jagorawi terdapat dua macam tanah, yaitu sebagian merupakan jenis Latosol Merah terdapat pada Km 20 sampai dengan Km 53 atau daerah Cibinong hingga Jakarta, dan sebagian merupakan jenis Latosol Coklat Kemerahan terdapat pada Km 11 sampai dengan Km 27 atau sekitar Bogor (kota) Hingga mendekati Cibinong (Gunung Putri).


(26)

Lingkungan Biologi

Sepanjang median luar dan median dalam Jalan Tol Jagorawi terdapat berbagai jenis tanaman terdiri dari jenis rumput, semak dan pohon. Beberapa janis tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah untuk melindungi tanah dari kemungkinan tererosi adalah Centroccema pubescens, Calopogonium mucinoides

dan Pueraria javanica. Jenis tanaman hias dan jenis-jenis pohon yang ada di median Jalan Tol Jagorawi dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Jenis tanaman hias dan pohon pada median Jalan Tol Jagorawi

No. Jenis-jenis Pohon No. Tanaman Hias

1 Kesumba (Bixa orellana) 1 Agave (Agave sp.)

2 Kayu Manis (Cinnamomum sp.) 2 Alamanda (Allamanda cathartika)

3 Bunga Kupu-kupu (Bauhimia purpurea) 3 Kembang Merak (Caesalpinia

pulcherima)

4 Palem Raja (Roystonea regia) 4 Kembang Sepatu (Hibiscus

rosa-Sinensis)

5 Cemara (Casuarina sp.) 5 Bougenvile (Bouganvillea sp.)

6 Albisia (Albizia sp.) 6 Akalipa (Acalypha wilkesiana)

7 Mahoni (Swietenia macrophylla) 7 Kacapiring (Gardenia jasminoides)

8 Johar (Cassia siamea) 8 Pangkas Kuning (Duranta sp.)

9 Bambu Cina (Bambusa sp.) 9 Flumbago (Flumbago sp.)

10 Asam Londo (Pithecelobium dulce) 10 Pagoda (Clerodendrum japonikum)

11 Flamboyan (Delonix regia) 11 Nusa Indah (Mussaenda erithrophylla)

12 Kasia (Cassia sp.) 12 Kana (Canna coccinea)

13 Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) 13 Soka Hawai (Ixora sp.) 14 Bungur (Lagerstroemia speciosa)

15 Pinus (Pinus merkusii)

Sumber : PT. Jasa Marga (2004)

Beberapa tanaman yang berada di luar lokasi Jalan Tol Jagorawi (di desa yang berbatasan dengan jalan tol) diantaranya adalah padi, (sawah irigasi dan tadah hujan), ketela pohon dan tanaman buah-buahan. Penanaman padi dilakukan rata-rata hanya dua kali dalam setahun, terutama pada sawah tadah hujan seringkali tampak bera pada musim kering. Biasanya untuk mengejar waktu tanam kedua, yaitu sekitar bulan Februari, petani membakar jerami sisa panen pada penanaman pertama. Asap yang berasal dari pembakaran jerami tersebut dapat mengganggu pandangan dan konsentrasi pengemudi, sehingga dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu-lintas (Santirachmawati, 2005).


(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karbondioksida yang Dihasilkan

Jalan Tol Jagorawi merupakan prasarana transportasi yang memiliki arus lalu-lintas yang cukup ramai dilalui oleh kendaraan, baik itu kendaraan penumpang (umum dan pribadi), maupun kendaraan beban kendaraan yang melintasi Jalan Tol Jagorawi terbagi atas tiga golongan yaitu golongan I yang merupakan kelompok kendaraan penumpang, golongan II A yang merupakan kelompok kendaraan penumpang umum (bis) dan kendaraan beban dengan kapasitas sedang, serta golongan II B yang merupakan kelompok kendaraan beban dengan kapasitas besar. Golongan I memiliki volume lalu-lintas yang terbesar dibandingkan dengan golongan lainnya yaitu mencapai 9.337.384 unit kendaraan dalam bulan desember 2005. Volume setiap kendaraan secara lengkap disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata volume lalu-lintas per hari, Desember 2005

Ruas Jalan GOL I (Unit)

GOL II A (Unit)

GOL II B

(Unit) Total

A B A B A B

Ciawi - Bogor 20.182 21.044 930 947 504 542 44.149 Bogor - Sentul Sel. 32.599 34.061 1.485 1.494 568 571 70.778 Sentul Sel. - Sentul 33.628 35.191 1.489 1.497 648 650 73.103 Sentul - Cibinong 37.322 38.739 1.736 1.744 828 0.91 81.279 Cibinong - Gn. Putri 41.741 43.434 2.252 2.268 1.024 1.097 91.816 Gn. Putri - Cimanggis 39.217 44.242 2.402 3.116 1.234 2.117 92.328 Cimanggis - Cibubur 43.058 47.796 242 3.139 125 2.134 99.797 Cibubur - Pasar Rebo 68.418 77.312 2.783 2.878 161 254 155.541 Pasar Rebo - TMII 49.798 52.139 2.211 2.211 1.398 2.263 110.020

Total 365.963 393.958 17.708 19.294 9.064 12.824 818.811

Sumber : PT. Jasa Marga (2005) Keterangan : A : Arah dari Bogor ke Jakarta

B : Arah dari Jakarta Ke Bogor

Berdasarkan data volume kendaraan per hari pada bulan desember 2005 dan data volume kendaraan per bulan pada tahun 2005, dapat diketahui bahwa volume kendaraan pada hari-hari menjelang libur mengalami peningkatan, yaitu pada hari sabtu dan hari menjelang natal serta tahun baru, sebagai contoh pada tanggal 3 Desember, volume kendaraan mencapai 343.836 unit. Secara keseluruhan, pada bulan Desember 2005, rata-rata volume kendaraan per hari cukup stabil.


(28)

Karbondioksida (CO2) merupakan sebagian emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Setiap jenis kendaraan memiliki spesifikasi yang berbeda namun dalam penelitian ini, kendaraan dikelompokan menjadi tiga golongan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh setiap golongan berbeda-beda tergantung pada bahan bakar yang digunakan dan daya minimal kendaraan.

Besarnya volume kendaraan yang melintasi di setiap ruas Jalan Tol Jagorawi menggambarkan besarnya volume gas CO2 yang diemisikan. Telah diketahui bahwa kadar CO2 yang diemisikan berbeda pada setiap golongan kendaraan, dengan mengetahui volume kendaraan yang melintas dan waktu yang dibutuhkan untuk melintasi suatu ruas jalan (semakin singkat, semakin rendah emisi CO2 yang diemisikan), maka dapat diketahui besarnya volume gas CO2 yang diemisikan pada setiap ruas Jalan Tol Jagorawi.

Di jalan tol jagorawi, kecepatan kendaraan minimal yang diperbolehkan adalah 60 Km/Jam, akan tetapi rata-rata kecepatan di jalan tol Jagorawi adalah sekitar 100 Km/Jam hingga 120Km/jam, dan menurut Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol, kecepatan rata-rata kendaraan di jalan tol luar kota adalah 1,8 kali dari rata-rata kecepatan kendaraan di jalan non-tol. Rata- rata kecepatan kendaraan di jalan tol luar kota (termasuk jalan Tol Jagorawi) adalah sebesar 110 Km/Jam yaitu 1,8 kali dari kecepatan kendaraan di jalan non-tol (60Km/Jam).

Tabel 6. Perbandingan Emisi CO2 Dua kecepatan (kg/Hari)

Ruas Jalan Perbandingan Emisi CO2, Dua kecepatan (kg /Hari)

60 Km/jam 110Km/jam

Ciawi - Bogor 61.913,4 32.764,8

Bogor - Sentul Sel. 78.174,7 41.668,4

Sentul Sel. - Sentul 74.572,4 41.941,0

Sentul - Cibinong 126.803,3 71.709,5

Cibinong - Gn. Putri 84.725,7 48.013,0

Gn. Putri - Cimanggis 124.442,4 71.751,3

Cimanggis - Cibubur 170.254,4 97.900,4

Cibubur - Pasar Rebo 275.944,2 157.384,4

Pasar Rebo - TMII 68.744,1 39.562,7


(29)

17

Berdasarkan perbandingan emisi yang dikeluarkan kendaraan yang melintasi jalan tol Jagorawi ruas Ciawi-TMII (tabel 6), emisi yang di hasilkan kendaraan, pada saat melintasi ruas tol dengan kecepatan tinggi, lebih rendah di bandingkan dengan kendaraan yang melintas dengan kecepatan rendah. Hal ini disebabkan waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan, yang melaju dengan kecepatan tinggi untuk melintasi ruas tersebut, lebih singkat.

Kendaraan yang berbahan bakar solar (golongan II A dan II B) mengemisikan gas CO2 per unit kendaraan lebih banyak namun demikian volume lalu-lintas kendaraan golongan ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan volume lalu-lintas kendaraan golongan I yang berbahan bakar bensin. Persentase volume lalu-lintas kendaraan per hari pada bulan Desember 2005 setiap golongan terhadap volume lalu-lintas total dapat dilihat pada tabel 7. Golongan II B merupakan golongan yang mengemisikan gas CO2 terbanyak pada setiap unitnya, akan tetapi volume lalu-lintasnya adalah terkecil. Sedangkan golongan I merupakan golongan yang mengemisikan gas CO2 terkecil, namun seperti yang telah dijelaskan di atas, volume lalu-lintasnya jauh lebih besar dibandingkan dengan dua golongan lainnya. Sehingga volume gas CO2 yang dihasilkan oleh golongan I secara kumulatif adalah yang terbanyak yaitu 433.073,4 kg/hari. Hasil perhitungan selengkapnya tentang volume emisi gas disetiap ruas Jalan Tol Jagorawi akan disajikan pada tabel 8.

Tabel 7. Persentase volume lalu-lintas kendaraan per hari, Desember 2005

Ruas Jalan % Volume Lalu-lintas

GOL I GOL II A GOL II B Total

Ciawi - Bogor 93,4 4,3 2,4 100,0

Bogor - Sentul Sel. 94,2 4,2 1,6 100,0

Sentul Sel. - Sentul 94,1 4,1 1,8 100,0

Sentul - Cibinong 93,6 4,3 2,1 100,0

Cibinong - Gn. Putri 92,8 4,9 2,3 100,0

Gn. Putri - Cimanggis 90,4 6,0 3,6 100,0

Cimanggis - Cibubur 91,0 5,6 3,4 100,0

Cibubur - Pasar Rebo 93,7 3,6 2,7 100,0

Pasar Rebo - TMII 92,7 4,0 3,3 100,0

Rata-rata per ruas jalan 92,8 4,5 2,7 100,0


(30)

Ruas Jalan Tol Jagorawi antara gerbang tol Cibubur dan gerbang tol Pasar Rebo merupakan ruas jalan terpadat dengan panjang ruas jalan 6,45 Km. Hal ini merupakan suatu permasalahan dimana pada ruas jalan yang memiliki kepadatan lalu-lintas yang tinggi, tetapi lebar jalur hijau yang tersedia tidak lebih besar dibandingkan dengan ruas jalan yang lainnya. Besarnya volume gas CO2 yang diemisikan pada ruas tersebut yaitu mencapai 157.384,4 kg/hari, dengan kata lain rata-rata volume gas CO2 yang diemisikan oleh kendaraan yang melintasi ruas tersebut adalah 24.400,7 kg/Km.hari.

Tabel 8. Volume gas CO2 pada setiap ruas Jalan Tol Jagorawi (kg/hari)

Ruas Jalan Emisi Gas CO2 Setiap Golongan (kg/Hari)

GOL I GOL II A GOL II B Total

Ciawi - Bogor 25.624,8 4.121,4 3.018,6 32.764,8

Bogor - Sentul Sel. 33.357,3 5.394,1 2.917,0 41.668,4 Sentul Sel. - Sentul 32.128,0 5.174,1 4.638,9 41.941,0 Sentul - Cibinong 53.325,6 9.055,8 9.328,1 71.709,5 Cibinong - Gn. Putri 34.601,4 6.815,4 6.596,1 48.013,0 Gn. Putri - Cimanggis 46.208,3 11.339,7 14.203,3 71.751,3 Cimanggis - Cibubur 64.738,6 14.702,4 18.459,4 97.900,4 Cibubur - Pasar Rebo 115.537,9 16.658,7 25.187,8 157.384,4 Pasar Rebo - TMII 27.551,5 4.436,2 7.575,0 39.562,7

Total 433.073,4 77.698,0 91.924,1 602.695,4

Luasan Jalur Hijau yang Dibutuhkan

Luasan jalur hijau yang dibutuhkan dihitung berdasarkan pada banyaknya emisi gas CO2 yang dihasilkan pada setiap ruas. Luasan optimal jalur hijau ini diharapkan dapat mengimbangi dampak polusi CO2 yang diemisikan oleh kendaraan sehingga fungsinya sebagai penyerap gas CO2 dapat tercapai dengan tetap mempertahankan fungsi kenyamanan dan keamannan. Luas jalur hijau yang dibutuhkan ditentukan menggunakan metode Gerrakis.

Vegetasi yang terdapat di areal jalur hijau berfungsi sebagai penyerap gas CO2 melaui proses fotosintesis. Gas CO2 adalah bahan baku bagi proses fotosintesis dan diketahui laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam udara. Berdasarkan hasil perhitungan volume karbondioksida (CO2) yang diemisikan pada setiap ruas Jalan Tol Jagorawi (tabel 8), maka dapat ditentukan luasan minimal yang harus tersedia agar fungsi sebagai penyerap gas CO2 dapat dirasakan secara optimal. Secara keseluruhan, luasan minimal jalur hijau yang


(31)

19

dibutuhkan untuk menyerap gas CO2 berdasarkan data volume lalu-lintas pada bulan Desember 2005 adalah sebesar 455,03 Ha, dengan demikian pada Jalan Tol Jagorawi yang memiliki panjang 40,20 Km harus memiliki jalur hijau selebar 46,60 m ditambah 10 m padang rumput tanpa pohon untuk memenuhi fungsi kenyamanan dan keamannan, masing-masing di samping jalur, dengan asumsi bahwa volume lalu-lintas tersebar dengan merata pada seluruh ruas jalan.

Pada kondisi yang sesungguhnya volume lalu-lintas berbeda-beda di setiap ruas jalan. Volume lalu-lintas terkecil terdapat pada ruas antara Bogor dan Ciawi sehingga luasan jalur hijau yang dibutuhkan hanya 30,5 Ha, dengan demikian lebar jalur hijau yang harus tersedia pada ruas jalan antara Ciawi dan Bogor yang panjangnya 6,175 Km adalah 14,7 m ditambah 10 m padang rumput. Sedangkan ruas jalan yang memiliki volume lalu-lintas terbanyak adalah ruas jalan antara Cibubur dengan Pasar Rebo sehingga luasan jalur hijau yang dibutuhkan adalah 110,1 Ha, dengan demikian lebar jalur hijau yang harus tersedia pada ruas jalan antara Cibubur dengan Pasar Rebo yang panjangnya 6,45 Km adalah 75,3 m ditambah 10 m padang rumput. Hasil perhitungan selengkapnya tentang luas jalur hijau yang dibutuhkan sebagai penyerap gas CO2 dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Luas minimal jalur hijau yang dibutuhkan

Ruas Jalan Luas Minimal Jalur Hijau

m2 Ha

Ciawi – Bogor 305.081,5 30,5

Bogor - Sentul Sel. 348.064,0 34,8

Sentul Sel. - Sentul 334.997,4 33,5

Sentul – Cibinong 556.825,7 55,7

Cibinong - Gn. Putri 3.624.934,6 36,2

Gn. Putri - Cimanggis 5.330.839,5 53,3

Cimanggis - Cibubur 7.205.621,5 72,1

Cibubur - Pasar Rebo 1.100.892,4 110,1

Pasar Rebo - TMII 2.883.103,4 28,8


(32)

Keseimbangan Jalur Hijau Berdasarkan Pendugaan Daya Serap Vegetasi Terhadap Karbondioksida

Jalur hijau sebagai penyerap gas CO2 yang diemisikan oleh kendaraan yang melintas harus tersedia dengan luasan yang cukup untuk menyerap gas CO2 yang diemisikan oleh kendaraan. Daya serap vegetasi terhadap gas CO2 berbeda-beda pada masing-masing tipe tutupan pohon, semak, belukar padang rumput dan sawah. Pada jalur hijau Jalan Tol Jagorawi, tipe tutupan hanya dibedakan menjadi dua yaitu tipe tutupan pohon dan tipe tutupan padang rumput. Tipe tutupan lainya yaitu semak belukar dan sawah tidak dianalisis Karena pada jalur hijau Jalan Tol Jagorawi tidak terdapat sawah, dan semak belukar selalu di pangkas pada periode tertentu secara rutin.

Keseimbangan jalur hijau dapat diketahui dengan menggunakan pendugaan kemampuan daya serap vegetasi yang terdapat di jalur hijau terhadap gas CO2 yang dihitung dari selisih karbondioksida yang diemisikan dengan kemampuan vegetasi dalam menyerap gas CO2. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap luasan yang tersedia dengan volume karbondioksida yang diemisikan, dapat diketahui bahwa pada ruas-ruas Jalan Tol Jagorawi hanya ada satu ruas jalan yang memiliki luasan yang melebihi luasan jalur hijau yang dibutuhkan yaitu ruas jalan antara Ciawi dan Bogor, sedangkan ruas jalan yang lainnya kurang untuk mencukupi luas yang dibutuhkan, kesetimbangan antara jalur hijau yang tersedia dengan luasan yang dibutuhkan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik kesetimbangan antara luasan jalur hijau yang tersedia dan yang dibutuhkan. -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 Ciawi -Bogor Bogor -Sentul Sel.

Sentul Sel. -Sentul

Sentul -Cibinong

Cibinong -Gn. Putri

Gn. Putri -Cimanggis

Cimanggis -Cibubur

Cibubur -Pasar Rebo

Pasar Rebo -TMII

H a


(33)

21

Berdasarkan data volume kendaraan pada bulan Desember 2005, ruas jalan antara Ciawi dan Bogor (gambar 2) luas jalur hijau yang tersedia adalah 35,85 Ha, dan yang dibutuhkan adalah seluas 30,51 Ha. Dengan demikian masih tersisa 5,34 Ha. Jalur hijau dengan kekurangan luasan yang terbesar adalah jalur hijau yang terdapat pada ruas jalan antara Cibubur dan Pasar Rebo yang hanya memiliki luasan jalur hijau sebesar 37,67 Ha, dan luasan jalur hijau yang dibutuhkan adalah 110,09 Ha. Dengan demikian, masih dibutuhkan luasan jalur hijau sebesar 72,42 Ha. Pada ruas jalan antara Cibubur dan Pasar Rebo membutuhkan luas jalur hijau yang cukup besar karena volume lalu-lintas yang melintasi ruas jalan tersebut memang besar. Luasan jalur hijau aktual dan yang dibutuhkan pada setiap ruasnya yang dapat dilihat pada tabel 10, merupakan luasan yang dibutuhkan pada kondisi lalu-lintas hingga tahun 2005 dan akan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya volume lalu-lintas yang melalui ruas-ruas Jalan Tol Jagorawi.


(34)

Tabel 10. Keseimbangan luasan jalur hijau

Ruas Jalan

Luas Jalur Hijau (Ha) % Gas CO2 (%)

Aktual Dibutuhkan Selisih Diserap Tidak

Diserap

Ciawi - Bogor 35,85 30,51 5,34 117,5 -17,5

Bogor - Sentul Sel. 31,43 34,81 -3,37 90,3 9,7

Sentul Sel. - Sentul 25,29 33,50 -8,21 75,5 24,5

Sentul - Cibinong 34,92 55,68 -20,76 62,7 37,3

Cibinong - Gn. Putri 19,68 36,25 -16,57 54,3 45,7

Gn. Putri - Cimanggis 31,26 53,31 -22,05 58,6 41,4

Cimanggis - Cibubur 35,80 72,06 -36,25 49,7 50,3

Cibubur - Pasar Rebo 37,67 110,09 -72,42 34,2 65,8

Pasar Rebo - TMII 13,07 28,83 -15,76 45,3 54,7

Total 264,96 455,03 -190,07 58,2 41,8

Terlihat pada tabel 8, pada umumnya emisi gas CO2 yang dibuang oleh kendaraan bermotor yang melintas disetiap ruas Jalan Tol Jagorawi tidak dapat diserap seluruhnya, kecuali ruas jalan antara Ciawi dan Bogor. Secara keseluruhan emisi gas CO2 yang tidak diserap adalah sebesar 41,8 %, dengan kata lain gas CO2 yang diserap hanya 58,2 % saja dari total gas CO2 yang diemisikan JalanTol Jagorawi. Pada ruas Cibubur – Pasar Rebo (gambar 3), emisi gas CO2 yang tidak dapat diserap mencapai 65,8 %.


(35)

23

Pengembangan Jalur Hijau Jalan Tol Jagorawi

Jalur hijau merupakan suatu wilayah yang harus terdapat di kanan dan kiri suatu jalan raya yang merupakan tutupan vegetasi baik itu tipe tutupan pohon, tipe tutupan padang rumput maupun tipe tutupan semak belukar dengan multistrata tajuk. Berdasarkan hasil pengolahan data volume lalu-lintas dan luasan jalur hijau yang tersedia, maka dapat dikatakan bahwa jalur hijau di Jalan Tol Jagorawi yang ada pada saat ini sudah tidak mencukupi untuk difungsikan sebagai penyerap gas CO2 yang diemisikan oleh kendaraan bermotor yang melintas. Untuk itu perlu adanya pengembangan jalur hijau agar dapat meningkatkan daya serapnya terhadap gas CO2.

Pengembangan jalur hijau dengan cara memperluas jalur hijau tidak dapat dilakukan dengan baik, hal tersebut dikarenakan melibatkan lahan masyarakat yang belum tentu mau merelakan tanahnya walaupun diberikan ganti rugi. Biaya yang harus dikeluarkan pun cukup mahal. Mempertahankan luasan jalur hijau yang telah ada sudah merupakan upaya yang cukup baik.

Pengembangan jalur hijau dengan membangun suatu tutupan vegetasi dimana tanaman yang di tanam adalah tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO2. Pada jalur hijau tol Jagorawi, selebar 10 m pada kanan dan kiri jalur tidak ditanami pohon (padang rumput, lihat gambar 4) dengan tujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan tol, ini merupakan suatu ruang yang bisa dikembangkan, yaitu dengan membangun suatu vegetasi yang memiliki daya serap terhadap gas CO2 yang lebih besar bila dibandingkan dengan daya serap rumput terhadap gas CO2. Untuk dapat mempertahankan fungsinya sebagai pengaman (menghambat laju mobil yang keluar jalur) maka dapat dipilih jenis perdu yang memiliki batang yang liat dan tidak berduri sehingga selain daya serap terhadap gas CO2 lebih tinggi juga tetap berfungsi sebagai pengaman. Pada bagian yang lebih dalam dari tepi jalan tol ditanami pohon yang rindang dan tidak mudah roboh.


(36)

Gambar 4. Rumput pada jalur hijau yang di peruntukan sebagai fungsi pengaman. Beberapa tanaman memiliki daya serap yang cukup tinggi terhadap gas CO2. Widyastama (1991), dalam Dahlan (1992) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah : Damar (Agathis alba), Daun kupu-kupu (Bauhimia purpurea), Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis) dan Beringin (ficus benyamina). Secara umum, tumbuhan yang efektif dalam menyerap gas CO2 antara lain adalah jenis tumbuhan cepat tumbuh (fast growing species), berumur lama, dan sesuai dengan ruang yang ada jika kelak ketika tanaman sudah menjadi dewasa (Dahlan, 2004). Selain itu, tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan kadar gas CO2 yang tinggi (tumbuhan jenis C3), rindang dan memiliki jumlah stomata per satuan luas yang besar. Selain itu, upaya untuk mengurangi emisi CO2 adalah dengan membuat suatu standar baku emisi serta meningkatkan kepedulian para pemilik kendaraan bermotor terhadap lingkungan (ikut serta dalam uji emisi kendaraan) sehingga emisi gas buangan kendaraan diharapkan dapat dibatasi.


(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Secara keseluruhan, sampai dengan tahun 2005 luasan jalur hijau Jalan Tol Jagorawi (ruas Ciawi-TMII) yang tersedia sekitar 264,96 Ha. Luasan tersebut bila dibandingkan dengan panjang ruas jalan serta rata-rata kecepatan kendaraan yang melintas, belum mencukupi luasan yang dibutuhkan yaitu seluas 455,03 Ha agar fungsinya sebagai penyerap gas CO2 dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu luas jalur hijau Jalan Tol Jagorawi masih kekurangan 190,07 Ha (41,77 %) dari yang dibutuhkan.

2. Dari luasan Jalur hijau yang terdapat pada setiap ruas Jalan Tol Jagorawi hingga tahun 2005, hanya ruas Ciawi dan Bogor saja yang masih memiliki luasan lebih (35,8 Ha) dari yang dibutuhkan (30,51 Ha) yaitu seluas 5,29 Ha. 3. Ruas jalan antara Cibubur dan Pasar Rebo merupakan ruas jalan dengan emisi

gas CO2 terbanyak yaitu sebesar 157.384,4 kg/Hari. Dengan emisi sebanyak itu, luasan jalur hijau yang dibutuhkan adalah seluas 110,09 Ha. Pada ruas tersebut luasan jalur hijau hanya tersedia hanya sebesar 37,67 Ha, sehingga memerlukan tambahan luasan sebesar 72,42 Ha.

Saran

1. Untuk mengurangi ketidakseimbangan antara emisi gas CO2 dengan luasan jalur hijau yang ada, perlu adanya pengembangan jalur hijau yaitu dengan membangun suatu tutupan vegetasi dimana tanaman yang di tanam adalah tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO2 dan gas lainnya yang diemisikan oleh kendaraan bermotor yaitu: jenis tumbuhan cepat tumbuh (fast growing species), berumur lama, dan sesuai dengan ruang yang ada jika kelak ketika tanaman sudah menjadi dewasa (Dahlan, 2004). Selain itu, tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan kadar gas CO2 yang tinggi (tumbuhan jenis C3), rindang dan memiliki jumlah stomata per satuan luas yang besar dan untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

2.

Memberikan tarif masuk tol khusus yang lebih rendah kepada para pengendara yang telah memiliki tanda lulus uji emisi kendaraan bermotor.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Bernatzky, A. 1978. Tree Ekologi and Preservation. Amsterdam: Elsevier Scie. Co.

Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Bogor:Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. IPB.

.2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol. www.pu.go.id/itjen/hukum/pm392-05SPMJLTol.pdf. [27 Juli 2006] Fakuara, M.Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Nasional. Seminar Hutan

Kota DKI Jakarta.

Grey, G. W., dan F. J. Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: John Wiley & Son.

Irwan, Z. D. 1989. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Prasetyo, L.B., U. Rosalina, D. Murdiyarso, G. Saito and H. Tsuruta. 2002. Integrating Remote Sensing and GIS for Estimating Aboveground Biomass and Green House Gases Emission. CEGIS Newsletter, vol 1-April 2002. Bogor.

PT. Jasa Marga. 2005. Laporan Volume Lalu-lintas Desember 2005. Jakarta. .2004. Pertamanan di Wilayah Jalan Tol. Jakarta.

.2004. Peta Jalan Tol Jagorawi. Jakarta.

Ryadi, A. L. S. 1982 Pencemaran Udara Usaha Nasional, Surabaya. Indonesia. Salisbury, F. B. Dan Cleon, W. R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:

Penerbit ITB.

Santirachmawati, D. 2005. Peranan Hutan Kota dalam Menjerap dan Menyerap Timbal (Pb) di Udara Ambien. (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Bineka Cipta.

Soemarwoto, O. Soemarwoto, I. dan Brotoisworo, E.1992. Pembangunan Terlanjutkan Kehutanan. Menjawab Tantangan Anti Kayu tropik. Departemen Kehutanan & PPSDAL UNPAD.


(39)

27

The Departement of Enfironment, Food and Rurals Affairs. 2001. convertion. http//www.natenergy.org.uk/convert.htm*(konversi). [14 Desember 2005].

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.

Wisesa, S. P. C. 1998. Studi Pengembangan Hutan Kota di Kotamadya Bogor. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.


(40)

(41)

29

Lampiran 1. Volume lalu-lintas per hari pada bulan Desember 2005

Tanggal Gol. I Gol. II A Gol. II B Total

UMUM AU KLT UMUM AU KLT UMUM KLT

1 294.143 497 3.209 10.605 2.799 567 8.117 227 320.164 2 308.854 498 3.121 10.721 2.716 571 7.263 238 333.982 3 322.185 473 2.135 10.119 2.656 524 5.577 167 343.836 4 289.870 448 1.361 8.787 2.927 367 4.023 100 307.883 5 296.171 387 3.078 11.542 3.033 473 7.730 263 322.677 6 294.633 338 3.068 11.574 2.754 433 7.864 252 320.916 7 296.073 515 2.951 11.453 2.634 425 7.452 268 321.771 8 301.834 447 2.835 11.726 2.571 475 7.547 265 327.700 9 309.146 383 2.908 11.214 2.665 422 8.230 210 335.178 10 316.090 446 1.870 10.277 2.716 266 5.392 255 337.312 11 278.783 478 1.167 8.628 2.784 212 4.044 163 296.259 12 292.331 344 2.794 11.461 2.940 335 6.958 184 317.347 13 296.148 394 2.739 11.214 2.647 337 7.761 257 321.497 14 288.452 402 2.674 11.152 2.666 436 7.790 283 313.855 15 298.043 343 2.594 11.274 2.587 397 8.258 304 323.800 16 306.253 364 2.405 10.948 2.604 409 8.555 315 331.853 17 311.642 385 1.590 10.017 2.676 326 6.446 245 333.327 18 274.586 450 1.117 9.288 2.777 304 4.213 162 292.897 19 294.568 359 2.323 11.753 2.947 450 8.060 252 320.712 20 297.484 326 2.224 11.761 2.654 369 9.467 340 324.625 21 300.754 292 1.965 12.083 2.679 262 9.461 301 327.797 22 303.201 349 1.862 11.971 2.731 218 8.086 351 328.769 23 307.633 314 1.536 10.949 2.587 205 7.370 283 330.877 24 297.014 333 895 10.080 2.855 173 5.383 211 316.944 25 274.371 655 413 8.153 2.806 144 3.215 54 289.811 26 290.528 381 1.158 11.381 2.927 210 7.341 174 314.100 27 291.689 321 1.273 11.713 2.740 187 7.784 105 315.812 28 299.659 339 1.137 11.861 2.876 161 7.815 3 323.851 29 305.444 313 1.107 11.896 2.765 96 7.127 4 328.752 30 318.190 333 1.121 10.843 2.761 53 7.307 1 340.609 31 307.729 618 728 8.902 2.965 21 4.070 0 325.033

Total 9.263.501 12.525 61.358 335.346 85.445 9.828 215.706 6.237 9.989.946

RT2/HR 298823 404 1979 10.818 2.756 317 6958 201 322.256

Sumber : PT. Jasa Marga (2005)

Keterangan : AU : Angkutan Umum

KLT : Karcis Langganan Tol


(42)

Lampiran 2. Volume lalu-lintas per bulan pada tahun 2005

Bulan

Gol.ongan

Total

Gol. I Gol. II A Gol. II B

Januari 5.060.563 231.643 169.139 5.461.345 Februari 4.563.231 212.183 160.996 4.936.410 Maret 5.020.028 238.625 174.703 5.433.356 April 4.958.449 226.023 169.814 5.354.286 Mei 4.994.816 235.722 177.487 5.408.025 Juni 5.028.290 241.363 169.460 5.439.113 Juli 5.290.806 244.328 184.516 5.719.650 Agustus 5.124.933 238.485 193.486 5.556.904 September 5.073.968 241.941 188.937 5.504.846 Oktober 4.482.084 206.308 170.204 4.858.596

November 4.436.714 187.743 129.010 4.753.467 Desember 4.864.087 209.960 170.542 5.244.589

Total 58.897.969 2714.324 2058.294 63.670.587

Sumber : PT. Jasa Marga (2005)

Lampiran 3. Volume lalu-lintas Jalan Tol Jagorawi per tahun (1989-2005)

Tahun

Volume Lalu-Lintas

Total

GOL. I GOL. I

AL

GOL. II/IIA

GOL. II

AU GOL. IIB

1989 21.825.528 - 2.750.033 - - 24.575.561 1990 27.641.201 - 3.227.178 - - 30.868.379 1991 35.260.939 - 3.816.524 - - 39.077.463 1992 38.473.289 - 3.630.116 - 831.911 42.917.316 1993 40.386.848 - 4.983.910 - 1.036.761 46.407.519 1994 46.844.378 - 5.446.446 - 1.286.418 53.577.242 1995 52.921.290 - 5.662.830 - 1.561.965 60.146.085 1996 59.263.470 - 5.798.163 - 1.671.522 66.733.155 1997 69.063.126 - 6.159.160 - 2.059.509 77.281.795 1998 67.856.533 - 4.951.799 - 1.475.185 74.283.517 1999 67.066.361 - 10.701.393 - 1.923.644 79.691.398 2000 80.130.624 - 5.387.001 - 2.016.793 87.534.418 2001 86.452.601 - 5.334.025 - 2.317.846 94.104.472 2002 92.446.347 - 5.375.960 - 2.377.099 100.199.406 2003 99.112.341 782.853 4.390.203 1.314.994 2.433.960 108.034.351 2004 105.886.658 1.422.710 3.531.106 2.365.663 2.642.841 115.848.978 2005 110.012.726 1.019.640 3.913.754 1.808.984 2.741.057 119.496.161


(43)

31

Lampiran 4. Luasan jalur hijau aktual

Ruas Damija (m2) Damaja (m2) Jalur Hijau (m2) Keterangan

TMII - Ps. Rebo 209.000,00 78.300,00 130.700,00 Jakarta Timur Ps. Rebo - Cibubur 612.750,00 236.075,00 376.675,00 Jakarta Timur

Cibubur - Cimanggis 558.000,00 199.980,00 358.020,00 Jak.Tim. & Kotib Depok Cimanggis - Gn. Putri 475.500,00 162.935,00 312.565,00 Jak.Tim. & Kotib Depok Gn. Putri - Cibinong 313.500,00 116.720,00 196.780,00 Kabupaten Bogor Cibinong - Sentul 541.500,00 192.320,00 349.180,00 Kabupaten Bogor Sentul - Sentul Sel. 361.000,00 108.110,00 252.890,00 Kabupaten Bogor Sentul Sel. - Bogor 431.062,50 116.737,50 314.325,00 Kab. & Kodya. Bogor Bogor - Ciawi 488.062,50 129.612,50 358.450,00 Kab. & Kodya. Bogor

Total 3.990.375,00 1.340.790,00 2,649.585,00

Sumber : PT. Jasa Marga (2005)

Keterangan : Damija : Daerah Milik Jalan Damaja : Daerah Manfaat Jalan


(44)

Lampiran 5. Volume lalu-lintas tiap gerbang tol pada bulan Desember 2005

Gerbang Tol Jumlah GOL. I GOL. IIA GOL. IIB Total

Umum AU KLT Umum AU KLT Umum KLT

Pondok Ranji

Total 43.422 0 0 447 0 0 1147 0 45.016 Rataan/hari 1.401 0 0 14 0 0 37 0 1.452 TTLHLB 10.608 0 0 62 0 0 227 0 10.897 Rataan/HLB 1.326 0 0 8 0 0 28 0 1.362 TTLHRBS 32.814 0 0 385 0 0 920 0 34.119

Pondok Ranji sayap arah Serpong

Total 47.841 0 0 317 0 0 463 0 48.621 Rataan/hari 1.543 0 0 10 0 0 15 0 1.568 TTLHLB 13.571 0 0 53 0 0 97 0 13.721 Rataan/HLB 1.696 0 0 7 0 0 12 0 1.715 TTLHRBS 34.270 0 0 264 0 0 366 0 34.900

Ramp Taman Mini

Total 1.251.600 1.053 3.441 42.597 1.796 2.294 3.638 0 1.306.419 Rataan/hari 39.213 34 111 1.374 58 74 117 0 40.981 TTLHLB 301.431 222 597 10.389 361 522 805 0 314.327 Rataan/HLB 37.679 28 75 1.299 45 65 101 0 39.292

TTLHRBS 914.169 831 2.844 32.208 1.435 1.772 2.833 0 956.092

Dukuh I

Total 1.063.174 6.474 0 10.418 69.683 0 17.654 0 1.167.403 Rataan/hari 34.296 209 0 336 2.248 0 569 0 37.658 TTLHLB 257.179 1.912 0 1.826 18.419 0 3.132 0 282.468 Rataan/HLB 32.147 239 0 228 2.302 0 392 0 35.308 TTLHRBS 805.995 4.562 0 8.592 51.264 0 14.522 0 884.935


(45)

Lampiran 5. (lanjutan). Volume lalu-lintas tiap gerbang tol pada bulan Desember 2005

Gerbang Tol Jumlah GOL. I GOL. IIA GOL. IIB Total

Umum AU KLT Umum AU KLT Umum KLT

Utama / Dukuh 2

Total 919.875 4.998 0 8.225 13.966 0 15.301 0 962.365 Rataan/hari 29.673 161 0 265 451 0 494 0 31.044 TTLHLB 241.305 1.534 0 1.429 3.417 0 2.595 0 250.280 Rataan/HLB 30.163 192 0 179 427 0 324 0 31.285 TTLHRBS 678.570 3.464 0 6.796 10.549 0 12.706 0 712.085

Ramp Dukuh

Total 233.960 0 0 54.236 0 0 3.582 0 291.778 Rataan/hari 7.547 0 0 1.750 0 0 116 0 9.413 TTLHLB 59.019 0 0 14.072 0 0 782 0 73.873 Rataan/HLB 7.377 0 0 1.759 0 0 98 0 9.234 TTLHRBS 174.941 0 0 40.164 0 0 2.800 0 217.905

Ramp Cibubur

Total 986.950 0 17.111 17.474 0 541 11.890 0 1.033.966 Rataan/hari 31.837 0 552 564 0 17 384 0 33.354 TTLHLB 243.365 0 3.396 4.023 0 90 2.333 0 253.207 Rataan/HLB 30.421 0 425 503 0 11 292 0 31.652 TTLHRBS 743.585 0 13.715 13.451 0 451 9.557 0 780.759

Taman Mini

Total 1.591.881 0 24.428 65.007 0 3.534 67.363 2.790 1.755.003 Rataan/hari 51.351 0 788 2.097 0 114 2.173 90 56.613 TTLHLB 422.662 0 4.311 13.944 0 836 11.829 602 454.184 Rataan/HLB 52.833 0 539 1.743 0 105 1.479 75 56.774 TTLHRBS 1.169.232 0 20.125 51.073 0 2.695 55.543 2.187 1.300.855


(46)

Lampiran 5. (lanjutan). Volume lalu-lintas tiap gerbang tol pada bulan Desember 2005

Gerbang Tol Jumlah GOL. I GOL. IIA GOL. IIB Total

Umum AU KLT Umum AU KLT Umum KLT

Pasar Rebo

Total 572.416 0 4.875 17.476 0 220 6.343 343 601.673 Rataan/hari 18.465 0 157 564 0 7 205 11 19.409 TTLHLB 154.922 0 786 3.928 0 46 990 77 160.749 Rataan/HLB 19.365 0 98 491 0 6 124 10 20.094 TTLHRBS 417.494 0 4.089 13.548 0 174 5.353 266 440.924

Cibubur

Total 179.874 0 0 3.477 0 0 1.124 0 184.475 Rataan/hari 5.802 0 0 112 0 0 36 0 5.950 TTLHLB 48.276 0 0 679 0 0 167 0 49.122 Rataan/HLB 6.035 0 0 85 0 0 21 0 6.141 TTLHRBS 131.598 0 0 2.798 0 0 957 0 135.353

Cimanggis

Total 110.187 0 1 709 0 0 529 0 111.426 Rataan/hari 3.554 0 0 23 0 0 17 0 3.594 TTLHLB 28.752 0 0 137 0 0 107 0 28.996 Rataan/HLB 3.594 0 0 17 0 0 13 0 3.624 TTLHRBS 81.435 0 1 572 0 0 422 0 82.430

Gn. Putri

Total 175.673 0 1.323 19.338 0 151 43.171 3.103 242.759 Rataan/hari 5.667 0 43 624 0 5 1.393 100 7.832 TTLHLB 37.444 0 143 3.191 0 24 8.558 678 50.038 Rataan/HLB 4.681 0 18 399 0 3 1.070 85 6.256 TTLHRBS 138.229 0 1.180 16.147 0 127 34.613 2.425 192.721


(47)

Lampiran 5. (lanjutan). Volume lalu-lintas tiap gerbang tol pada bulan Desember 2005

Gerbang Tol Jumlah GOL. I GOL. IIA GOL. IIB Total

Umum AU KLT Umum AU KLT Umum KLT

Karanggan

Total 24.260 0 81 1.158 0 0 1.049 0 26.548 Rataan/hari 783 0 3 37 0 0 34 0 857 TTLHLB 5.812 0 11 121 0 0 151 0 6.095 Rataan/HLB 727 0 1 15 0 0 19 0 762 TTLHRBS 18.448 0 70 1.037 0 0 898 0 20.453

Citeureup

Total 318.689 0 874 31.986 0 86 7.797 1 359.433 Rataan/hari 10.280 0 28 1.032 0 3 252 0 11.595 TTLHLB 77.307 0 116 7.399 0 32 1.159 0 86.013 Rataan/HLB 9.663 0 15 925 0 4 145 0 10.752 TTLHRBS 241.380 0 758 24.587 0 54 6.638 1 273.418

Sentul Sirkuit

Total 310.622 0 2.935 11.484 0 375 12.750 1 338.167 Rataan/hari 10.020 0 95 370 0 12 411 0 10.908 TTLHLB 68.289 0 265 1.788 0 34 1.928 0 72.304 Rataan/HLB 8.536 0 33 224 0 4 241 0 9.038 TTLHRBS 242.333 0 2.670 9.696 0 341 10.822 1 265.863

Sentul Selatan

Total 135.635 0 555 1.236 0 0 2.678 0 140.104 Rataan/hari 4.375 0 18 40 0 0 86 0 4.519 TTLHLB 37.042 0 83 324 0 0 284 0 37.733 Rataan/HLB 4.630 0 10 41 0 0 36 0 4.717 TTLHRBS 98.593 0 472 912 0 0 2.394 0 102.371


(48)

Lampiran 5. (lanjutan). Volume lalu-lintas tiap gerbang tol pada bulan Desember 2005

Gerbang Tol Jumlah GOL. I GOL. IIA GOL. IIB Total

Umum AU KLT Umum AU KLT Umum KLT

Bogor

Total 772.115 0 4.813 21.458 0 2.337 4.024 0 804.747 Rataan/hari 24.907 0 155 692 0 75 130 0 25.959 TTLHLB 207.081 0 713 5.229 0 600 681 0 214.304 Rataan/HLB 25.885 0 89 654 0 75 85 0 26.788 TTLHRBS 565.034 0 4.100 16.229 0 1.737 3.343 0 590.443

Ciawi

Total 652.576 0 913 29.056 0 293 16.804 0 699.642 Rataan/hari 21.051 0 29 937 0 9 542 0 22.568 TTLHLB 174.655 0 127 6.870 0 132 2.792 0 184.576 Rataan/HLB 21.832 0 16 859 0 17 349 0 23.073 TTLHRBS 477.921 0 786 22.186 0 161 14.012 0 515.066

Sub Total Sitem Terbuka

Total 4.419.559 12.525 20.552 132.950 85.445 2.835 52.065 0 4.725.931 Rataan/hari 142.566 404 663 4.289 2.756 91 1.680 0 152.449 TTLHLB 1.102.299 3.668 3.993 31.739 22.197 612 9.647 0 1.174.155 Rataan/HLB 137.787 459 499 3.967 2.775 77 1.206 0 146.770 TTLHRBS 3.317.260 8.857 16.559 101.211 63.248 2.223 42.418 0 3.551.776

Sub Total Sitem Tertutup

Total 4.843.939 0 40.806 202.395 0 6.993 163.641 6237 5.264.011 Rataan/hari 156.256 0 1.316 6.529 0 226 5.279 201 169.807 TTLHLB 1.262.242 0 6.555 43.610 0 1.704 28.646 1357 1.344.114 Rataan/HLB 157.780 0 819 5.451 0 213 3.581 170 168.014 TTLHRBS 3.581.697 0 34.251 158.785 0 5.289 134.995 4880 3.919.897

Sumber :PT. Jasa Marga (2005)

Keterangan : AU : Angkutan Umum

KLT : Karcis Langganan Tol

TTLHLB : Total Volume Kendaraan Pada Hari Libur Rataan/HLB : Rata-rata Volume Kendaraan /Hari Libur


(49)

Lampiran 6. Rata-rata volume lalu-lintas per hari gerbang tol transaksi Jagorawi, Desember 2005 Ruas Lalu-lintas Rata-rata/Hari (unit)

Total % Golongan Kendaraan Asal Tujuan GOL. I GOL. IIA GOL. II B GOL. I GOL. IIA GOL. II B

Ciawi

TMII 7.694 426 271 8.391 91,7 5,1 3,2 Ps. Rebo 2.614 75 35 2.724 96 2,8 1,3 Cibubur 1.128 31 9 1.168 96,6 2,7 0,8 Gn. Putri 444 67 117 628 70,7 10,7 18,6

Cibinong 795 206 9 1.01 78,7 20,4 0,9 Sentul 1.179 23 30 1.232 95,7 1,9 2,4

Sentul Sel. 284 2 2 288 98,6 0,7 0,7 Bogor 6.044 100 31 6.175 97,9 1,6 0,5 Sub Total 20.182 930 504 21.616 93,4 4,30 2,3

Bogor

TMII 9.284 462 56 9.802 94,7 4,7 0,6 Ps. Rebo 2.895 59 1 2.955 98 2 0 Cibubur 1.542 5 1 1.548 99,6 0,3 0,1 Gn. Putri 758 20 9 787 96,3 2,5 1,1 Cibinong 1.124 50 13 1.187 94,7 4,2 1,1 Sentul 1.534 42 14 1.59 96,5 2,6 0,9 Sentul Sel. 1.324 17 1 1.342 98,7 1,3 0,1

Ciawi 5.997 121 70 6.188 96,9 2 1,1 Sub Total 24.458 776 165 25.399 96,3 3,1 0,6

Sentul Sel.

TMII 113 14 23 1.167 96,8 1,2 2 Ps. Rebo 507 2 1 510 99,4 0,4 0,2

Cibubur 226 1 0 227 99,6 0,4 0 Gn. Putri 71 1 4 76 93,4 1,3 5,3

Cibinong 210 1 1 212 99,1 0,5 0,5 Sentul 493 4 54 551 89,5 0,7 9,8 Bogor 1.389 16 1 1.406 98,8 1,1 0,1

Ciawi 265 2 3 270 98,1 0,7 1,1


(50)

Lampiran 6. (lanjutan). Rata-rata volume lalu-lintas rata-rata per hari gerbang tol transaksi Jagorawi, Desember 2005

Ruas Lalu-lintas Rata-rata/Hari (unit)

Total % Golongan Kendaraan

Asal Tujuan GOL. I GOL. IIA GOL. II B GOL. I GOL. IIA GOL. II B

Sentul

TMII 3.709 185 179 4.073 91,1 4,5 4,4 Ps. Rebo 1.021 10 8 1.039 98,3 1 0,8

Cibubur 823 20 8 851 96,7 2,4 0,9 Gn. Putri 743 65 66 874 85 7,4 7,6

Cibinong 604 36 17 657 91,9 5,5 2,6 Sentul Sel. 556 2 8 566 98,2 0,4 1,4

Bogor 1.608 43 14 1.665 93.5 3.5 3.0

Ciawi 1.196 21 30 1.247 95,9 1,7 2,4 Sub Total 10.260 382 330 10.972 93,5 3,5 3,0

Cibinong

TMII 3.901 451 191 4.543 85,9 9,9 4,2 Ps. Rebo 1.043 209 11 1.263 82,6 16,5 0,9

Cibubur 1.027 31 4 1.062 96,7 2,9 0,4 Gn. Putri 1.181 118 30 1.329 88,9 8,9 2,3

Sentul 714 31 14 759 94,1 4,1 1,8 Sentul Sel. 207 6 1 214 96,7 2,8 0,5

Bogor 1.186 95 2 1.283 92,4 7,4 0,2

Ciawi 773 86 6 865 89,4 9,9 0,7 Sub Total 10.032 1027 259 11.318 88,6 9,1 2,3

Karanggan

TMII 393 8 23 424 92,7 1,9 5,4 Ps. Rebo 172 2 3 177 97,2 1,1 1,7

Cibubur 108 2 1 111 97,3 1,8 0,9 Sub Total 673 12 27 712 94,5 1,7 3,8


(1)

41

Lampiran 7. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol

No

SUBSTANSI

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

PELAYANAN

INDIKATOR

CAKUPAN /

LINGKUP

TOLOK UKUR

1

2

3

4

5

1 -Kondisi Jalan

Tol

-Kekesatan -Seluruh

Ruas

Jalan Tol

- > 0,33

μ

m

-Ketidakrataan -Seluruh Ruas

Jalan Tol

-IRI

4 m/km

-Tidak ada Lubang -Seluruh

Ruas

Jalan Tol

-100 %

2 -Kecepatan

Tempuh

Rata-Rata

-Kecepatan

Tempuh Rata-rata

-Jalan Tol Dalam

Kota

-

1,6 kali

kecepatan tempuh

rata-rata Jalan Non

Tol

-Jalan Tol Luar

Kota

-

1,8 kali

kecepatan tempuh

rata-rata Jalan Non

Tol

3 -Aksesibilitas

-Kecepatan

Transaksi Rata –

rata

-

Gerbang Tol

sistem terbuka

-

8 detik setiap

kendaraan

-Gerbang

Tol

sistem tertutup :

Gardu masuk

-

7 detik setiap

kendaraan

Gardu Keluar

-

11 detik setiap

kendaraan

-Jumlah Gardu

Tol

-Kapasitas Sistem

Terbuka

-

450 kendaraan

per jam per Gardu

-Kapasitas Sistem

Tertutup

Gardu Masuk

-

500 kendaraan

per jam

Gardu Keluar

-

300 kendaraan

per jam

4 -Mobilitas

-Kecepatan

Penanganan

Hambatan Lalu

Lintas

-Wilayah

Pengamatan/

observasi Patroli

-30 menit per siklus

pengamatan

-Mulai Informasi

diterima Sampai

ke Tempat


(2)

42

Lampiran 7 (Lanjutan). Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol

NO

SUBSTANSI

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

PELAYANAN

INDIKATOR

CAKUPAN /

LINGKUP

TOLOK UKUR

1

2

3

4

5

-

Penanganan

Akibat

Kendaraan Mogok

- Melakukan

penderekan ke

Pintu Gerbang

Tol terdekat/

Bengkel terdekat

dengan

menggunakan

derek resmi

(gratis)

-Patroli Kendaraan

Derek

- 30 menit per

siklus

pengamatan

5

- Keselamatan - Sarana

Pengaturan Lalu

Lintas :

Perambuan

- Kelengkapan dan

Kejelasan Perintah

dan Larangan serta

Petunjuk

-100 %

Marka Jalan

- Fungsi dan Manfaat - Jumlah 100 %

dan Reflektifitas

80 %

Guide Post /

ReflektoR

- Fungsi dan

Manfaat

- Jumlah 100 %

dan Reflektifitas

80 %

Patok Kilometer

Setiap 1 km

- Fungsi dan

Manfaat

- 100 %

- Penerangan Jalan

Umum (PJU)

Wilayah

Perkotaan

- Fungsi dan Manfaat - Lampu Menyala

100%

- Pagar Rumija

- Fungsi dan Manfaat - Keberadaan

100 %

- Penanganan

Kecelakaan

- Korban Kecelakaan - Dievakuasi gratis

ke rumah sakit

rujukan


(3)

43

Lampiran 7 (Lanjutan). Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol

NO

SUBSTANSI

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

PELAYANAN

INDIKATOR

CAKUPAN /

LINGKUP

TOLOK UKUR

1

2

3

4

5

- Kendaraan

Kecelakaan

- Melakukan

penderekan gratis

sampai ke pool

derek (masih di

dalam jalan tol)

- Pengamanan dan

Penegakan

Hukum

- Ruas Jalan Tol

- Keberadaan

Polisi Patroli

Jalan Raya (PJR)

yang siap panggil

24 jam

6 Unit

Pertolongan

/ Penyelamatan

dan Bantuan

Pelayanan

- Ambulans - Ruas Jalan Tol

- 1 Unit per 25 km

atau minimum 1

unit (dilengkapi

standar P3K dan

Paramedis)

- 1Unit per 5 km

atau minimum 1

unit

- Kendaraan

Derek

-Ruas Jalan Tol :

LHR > 100.000

kend/hari

-

1 Unit per 10 km

atau minimum 1

unit

LHR

100.000

kend/hari

- 1 Unit per 15 km

atau minimum 1

unit

-Polisi Patroli

Jalan Raya (PJR)

-

Ruas Jalan Tol :

LHR > 100.000

kend/hari

- 1Unit per 20 km

atau minimum 1

unit

LHR

100.000

kend/hari

- 1Unit per 15 km

atau minimum 2

unit

- Patroli Jalan Tol

(Operator)

-Ruas Jalan Tol

- 1Unit per ruas

Jalan Tol

(dilengkapi

dengan peralatan

penyelamatan)

- Kendaraan

Rescue

-Ruas Jalan Tol

- Setiap Gerbang

masuk

- Sistem Informasi -Informasi dan

Komunikasi

Kondisi Lalu Lintas


(4)

Lampiran 8. Data Tanaman Pelindung Jalan Tol Jagorawi Tahun 2004

No Lokasi Jumlah Tiap Jenis Tanaman Total

Fl M Cm Kk Dm Jh V Bg Bl T Jn Mn Kl Kt Ml Jb Tr Jm Cs An Br Ks C Pr Bj Km Kp Sg Gl Gn Km L Mg J Ar 1 Km 3 (+867m) - Km 4 A/B 475 27 125 30 200 130 7 35 21 15 2 15 100 15 1197 2 Km 4 - Km 5 A/B 35 12 44 90 2 410 15 42 15 5 40 16 3 12 31 772 3 Km 5 - Km 6 A/B 30 10 50 81 133 35 6 52 6 7 3 14 52 479

4 Km 6 - Km 7 A/B 29 341 40 30 5 45 175 12 677

5 Km 7 - Km 8 A/B 9 38 70 533 31 62 20 5 5 44 594 25 1 1437 6 Km 8 - Km 9 A/B 164 27 42 7 263 97 48 109 22 73 63 24 19 27 985 7 Km 9 - Km 10 A/B 141 66 28 1 23 143 94 81 23 17 23 23 35 698 8 Km 10 - Km 11 A/B 22 144 35 6 58 185 65 1 92 60 15 11 694

9 Km 11 - Km 12 A/B 40 113 62 12 129 2 27 73 11 469

10 Km 12 - Km 13 A/B 7 150 2 427 149 3 300 3 9 1050

11 Km 13 - Km 14 A/B 5 28 2 3 34 15 33 150 270

12 Hall Kantor Cibubur 4 21 7 32

13 Km 14 - Km 15 A/B 13 113 73 115 317 621 30 6 4 3 1295

14 Km 15 - Km 16 A/B 458 19 91 22 13 603

15 Km 16 - Km 17 A/B 8 51 544 400 45 15 9 1072

16 Km 17 - Km 18 A/B 30 535 200 28 793

17 Km 18 - Km 19 A/B 621 1 41 663

18 Km 19 - Km 20 A/B 13 1055 48 1116

19 Km 20 - Km 21 A/B 91 128 700 106 12 2 8 1047

20 Km 21 - Km 22 A/B 774 189 621 12 2 15 1613

21 Km 22 - Km 23 A/B 772 560 620 25 1977

22 Km 23 - Km 24 A/B 20 136 418 830 1404

23 Km 24 - Km 25 A/B 564 60 127 145 50 946

24 Km 25 - Km 26 A/B 456 133 17 606

25 Km 26 - Km 27 A/B 448 93 426 967

26 Km 27 - Km 28 A/B 543 15 558

27 Km 28 - Km 29 A/B 671 6 36 713

28 Km 29 - Km 30 A/B 417 239 62 718

29 Km 30 - Km 31 A/B 816 142 113 1071

30 Km 31 - Km 32 A/B 422 146 255 823

31 Km 32 - Km 33 A/B 809 20 94 923

32 Km 33 - Km 34 A/B 677 53 51 781

33 Gunung Putri 243 243

34 Km 35 - Km 36 A/B 113 103 216

35 Km 36 - Km 37 A/B 1038 171 315 1524


(5)

Lampiran 8 (lanjutan). Data Tanaman Pelindung Jalan Tol Jagorawi Tahun 2004

37 Km 38 - Km 39 A/B 60 200 223 483

38 Km 39 - Km 40 A/B 351 261 127 739

39 Km 40 - Km 41 A/B 139 345 260 744

40 Interchange Bogor 850 850

41 Km 41 - Km 47 (+600m) A/B 2171 962 404 3750 2632 189 470 10578 42 Bogor Conection 958 420 950 816 150 21 15 360 300 3990

43 Gadog Conection 2700 20 309 225 3254

44 Hall Kantor Cbg Karangan 4 5 9

45 Hall Kantor Sentul Utr/Sltn 0

46 Hall Gedung Kantor 117

Jumlah 80 2936 18734 441 1729 52 1242 868 4186 1861 8196 5380 76 6 14 2 71 189 712 64 297 30 61 286 1636 484 1425 92 64 73 9 150 7 15 2551610

Sumber : Jasa Marga (2004)

Keterangan : Jm : Jati Mas (

Cordia subcordata

)

Fl : Flamboyan (

Delonix regia

)

Cs : Cassia (

Cassia sp.

) M

:

Mahoni

(

Swietenia macrophylla

)

An : Angsana (

Pterecarpus indicus

)

Cm : Akasia (

Acacia mangium

)

Br : Beringin (

Ficus benjamina

) Kk :

Kembang

Kupu-kupu

(

Bauhimia purpurea

)

Ks : Kelapa Sawit (

Elaeis guineensis

)

Dm : Dadap Merah (

Erithrina crystagali

)

C : Cemara (C

asuarinab sp.

)

Jh : Johar (

Cassia siamea

)

Pr : Palm Raja (

Roystonea regia

) V

:

Vicylium

Bj : Bambu Jepang (

Bambusa sp.

)

Bg : Bungur (

Lagerstromania spediosa

)

Km : Kamboja Merah (

Plumerie rubra

) Bl

:

Belina

Kp : Kayu Putih (

Melaleuca leucadendron)

T : Tanjung (

Mimusops elengi

)

Sg : Saga

Jn : Jinjing (

paraserianthes falcataria

)

Gl : Glodikan (

Polyathia longifolia

)

Mn : Mindi (

Melia azederach

)

Gn : Galigem

Kl : Kelapa (

Cocos nucivera

)

Km : Kayu Manis (

Cinnamomum sp.

)

Kt : Ketapang (

terminalia belerica

)

L : Lamtoro (

Leucaena leucocephala

) Ml :

Malaka

Mg : Mangga (

Mangifera indica

) Jb

:

Jamblang

J : Jakaranda

Tr : Trembesi (

Samanea saman

)

Ar : Asam Ranji (

Dialium guineense

)


(6)

Lampiran 9. Gambar Peta Situasi Lokasi Penelitian (Jalan Tol Jagorawi)